Fenomena kekerasan atas nama agama sering terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Namun, ada realitas lain yang memperlihatkan kehidupan yang harmonis antarumat beragama, yaitu keharmonisan kehidupan antarumat beragama di Weetebula, Kecamatan Kota Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya. Kehidupan umat yang berbeda beragama diwarnai suasana damai, toleran, saling menghargai, saling menolong dan
... [Show full abstract] bekerja sama. Masalah penelitian ini adalah bagaimana sikap umat beragama terhadap moderasi beragama dan faktor-faktor apa yang mendasari keharmonisan hidup bersama antarumat beragama? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap dan faktor dominan yang mendasari keharmonisan hidup antarumat beragama. Subyek penelitian ini adalah Orang Muda Katolik (OMK) dan Remaja Masjid (RISMA). Metode penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa OMK dan RISMA memiliki sikap positif terhadap moderasi beragama dan terhadap dialog sebagai metode untuk membangun sikap moderasi beragama serta memiliki sikap negatif terhadap tindakan kekerasan atas nama agama. Faktor dominan yang mendasari sikap positif OMK dan RISMA terhadap moderasi beragama adalah pengalaman langsung terhadap obyek sikap, yaitu dialog kehidupan dan dialog karya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dialog antarumat beragama merupakan pendekatan psikologis dan sosial yang efektif dalam membangun sikap moderasi beragama yang berorientasi pada anti kekerasan