ArticlePDF Available

Analisis perilaku konsumsi melalui gaya hidup pada usia remaja

Authors:

Abstract

Mahasiswa yang saat ini masih tergolong pada usia remaja akhir di Kota Samarinda memiliki gaya hidup yang tinggi terutama masalah penampilan karena cenderung mengikuti tren, namun hal ini tidak didukung oleh pendapatan yang memadai serta belum mandirinya mahasiswa secara finansial. Penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan lebih rinci bagaimana perilaku konsumsi yang dilakukan individu terutama diusia remaja jika dilihat dari gaya hidup yang dijalani. Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data, serta menarik kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mahasiswa di kota Samarinda sebagian besar suka berbelanja, suka bergaul dan juga suka untuk berlibur, tetapi mahasiswa juga memiliki motif berkonsumsi pada pembelian produk bermanfaat. Hal tersebut ditunjukkan oleh gaya hidup mahasiswa yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan untuk menunjang pendidikan. Gaya hidup mahasiswa lebih berorientasi pada masa depan, sehingga membuat mahasiswa dalam bertindak memiliki banyak pertimbangan termasuk pada perilaku konsumsinya. Dapat disimpulkan bahwa gaya hidup mahasiswa di kota Samarinda adalah gaya hidup yang senang berbelanja namun tetap dibarengi dengan pertimbangan yang matang terkait kebermanfaatan produk. Students who are currently still classified as late teens in Samarinda City have a high lifestyle, especially appearance problems because they tend to follow trends, but this is not supported by adequate income and students are not financially independent. This study aims to describe in more detail how consumption behavior is carried out by individuals, especially at the age of teenagers when viewed from the lifestyle they live. The type of research conducted is descriptive qualitative, data analysis techniques used in this study are data reduction, data presentation, and drawing conclusions. Based on the results of the study, it is known that students in Samarinda city mostly like shopping, like to hang out and also like to go on vacation, but students also have a consumption motive for buying useful products. This is indicated by the student's lifestyle which is oriented towards meeting the needs to support education. The student's lifestyle is more future-oriented, so that students have a lot of considerations in their actions, including their consumption behavior. It can be concluded that the student lifestyle in the city of Samarinda is a lifestyle that loves to shop but is still accompanied by careful considerations regarding the usefulness of the product.
Satwika, vol 6 (2022) issue 2, 232-241
Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
ISSN: 2580-8567 (Print) 2580-443X (Online)
Journal Homepage: ejournal.umm.ac.id/index.php/JICC
232
10.22219/satwika.vi2.22313 jurnalsatwika@umm.ac.id
Analisis perilaku konsumsi melalui gaya hidup
pada usia remaja
Ratna Fitri Astutia,1*, Vitria Puri Rahayub,2, Mustanginc,3, Ritma Ratri Candra Dewid,4, Rosyidah
Rahmaniahe,5
a Universitas Mulawarman, Jalan Kuaro Kampus Gn.Kelua, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, 75119,
Indonesia
1 ratna.fitri@fkip.unmul.ac.id; 2 vitria.puri@fkip.unmul.ac.id; 3 mustangin@fkip.unmul.ac.id;
4 emaema237@gmail.com; 5 rosyidahrahmaniah22@gmail.com
* Corresponding Author
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 23 Agustus 2022
Direvisi: 28 September 2022
Disetujui: 13 Oktober 2022
Tersedia Daring: 31 Oktober 2022
Mahasiswa yang saat ini masih tergolong pada usia remaja akhir di
Kota Samarinda memiliki gaya hidup yang tinggi terutama masalah
penampilan karena cenderung mengikuti tren, namun hal ini tidak
didukung oleh pendapatan yang memadai serta belum mandirinya
mahasiswa secara finansial. Penelitian ini bertujuan untuk
menjabarkan lebih rinci bagaimana perilaku konsumsi yang dilakukan
individu terutama diusia remaja jika dilihat dari gaya hidup yang
dijalani. Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif,
teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
reduksi data, penyajian data, serta menarik kesimpulan. Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa mahasiswa di kota Samarinda
sebagian besar suka berbelanja, suka bergaul dan juga suka untuk
berlibur, tetapi mahasiswa juga memiliki motif berkonsumsi pada
pembelian produk bermanfaat. Hal tersebut ditunjukkan oleh gaya
hidup mahasiswa yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan
untuk menunjang pendidikan. Gaya hidup mahasiswa lebih
berorientasi pada masa depan, sehingga membuat mahasiswa dalam
bertindak memiliki banyak pertimbangan termasuk pada perilaku
konsumsinya. Dapat disimpulkan bahwa gaya hidup mahasiswa di kota
Samarinda adalah gaya hidup yang senang berbelanja namun tetap
dibarengi dengan pertimbangan yang matang terkait kebermanfaatan
produk.
Kata Kunci:
Gaya Hidup
Perilaku Konsumsi
Remaja
ABSTRACT
Keywords:
Consumption Behavior
Lifestyle
Teenager
Students who are currently still classified as late teens in Samarinda City
have a high lifestyle, especially appearance problems because they tend to
follow trends, but this is not supported by adequate income and students
are not financially independent. This study aims to describe in more detail
how consumption behavior is carried out by individuals, especially at the
age of teenagers when viewed from the lifestyle they live. The type of
research conducted is descriptive qualitative, data analysis techniques
used in this study are data reduction, data presentation, and drawing
conclusions. Based on the results of the study, it is known that students in
Samarinda city mostly like shopping, like to hang out and also like to go on
vacation, but students also have a consumption motive for buying useful
products. This is indicated by the student's lifestyle which is oriented
towards meeting the needs to support education. The student's lifestyle is
more future-oriented, so that students have a lot of considerations in their
actions, including their consumption behavior. It can be concluded that the
student lifestyle in the city of Samarinda is a lifestyle that loves to shop but
is still accompanied by careful considerations regarding the usefulness of
the product.
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 6, No. 2, Oktober 2022, pp. 232-241
233
Astuti et.al (Perilaku Konsumsi melalui….)
© 2022, Astuti, Rahayu, Mustangin, Dewi, & Rahmaniah
This is an open access article under CC-BY license
How to Cite: Astuti, R. F., Rahayu, V. P., Mustangin, M., Dewi, R. R. C, & Rahmaniah, R. (2022). Analisis
Perilaku Konsumsi Melalui Gaya Hidup Pada Usia Remaja. Satwika: Kajian Ilmu Budaya
dan Perubahan Soaial, Vol 6 (2), 232-241, https://doi.org/10.22219/satwika.v6i2.22313
1. Pendahuluan
Perilaku konsumsi seseorang dapat
dilihat dari bagaimana tindakan yang
dilakukan dalam pengambilan keputusan
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Perilaku
konsumsi seseorang juga tidak didasarkan
pada pertimbangan yang matang, melainkan
atas dasar keinginan dan kesenangan semata
(Iskandar & Rahmayanti, 2018). Individu
diusia remaja dituntut untuk mampu
mebedakan mana yang menjadi kebutuhan
dan mana yang hanya bersifat keinginan,
(Indrianawati & Soesatyo, 2015) juga
memaparkan bahwa dalam menyusun pola
konsumsi pada umumnya seseorang akan
mendahulukan kebutuhan pokok, sedangkan
kebutuhan sekunder akan dipenuhi saat
tingkat pendapatan meningkat.
Pola konsumsi merupakan suatu
susunan kebutuhan pokok manusia yang
nantinya akan dibutuhkan guna memenuhi
kebutuhan pokoknya dalan kehidupan
sehari-hari (Nuriyanto et al., 2018). Artinya
dalam memenuhi kebutuhan seseorang harus
berdasarkan skala prioritas, adanya skala
prioritas maka pendapatan yang diterima
akan cukup memenuhi kebutuhan terutama
kebutuhan penting terlebih dahulu.
Napitupulu et al., (2021) mengatakan setiap
manusia memiliki pola perilaku yag berbeda
dalam mengelola keuangan dan biasanya
seseorang yang paham dengan kondisi
keuangnnya mempunyai perilaku
pengelolaan keuangan yang bijak. Suatu
keadaan juga dapat mempengaruhi
konsumen dalam mengubah dan
menyesuaikan perilaku dan preferensi
pembelian mereka (Dixit, 2021)
Seseorang secara sadar melakukan
upaya untuk mengurangi dan membatasi
jumlah konsumsi hanya apa yang mereka
butuhkan, dan menghindari konsumsi
berlebihan (Agrawal & Gupta, 2018).
Namun saat ini dengan pengaruh dari
lingkungan pergaulan remaja, perilaku
konsumsi yang dimiliki telah mengalami
sedikit pergeseran, tidak hanya berfokus
pada kebutuhan tetapi juga keinginan, hal ini
juga sependapat dengan Dhaliwal et al.,
(2020) bahwa pergaulan remaja saat ini
membuat para remaja selalu ingin
memenuhi keinginan dalam memperoleh
barang mewah. Adiputra & Moningka,
(2012) menjelaskan bahwa seseorang
menjadi lebih mementingkan faktor
keinginan daripada kebutuhan serta
cenderung dikuasai oleh hasrat keduniawian
dan kesenangan material semata. Terkadang
individu belum memiliki skala prioritas
dalam aktivitas konsumsinya, tidak bisa
membedakan mana kebutuhan pokok
dengan keinginan yang kemudian
mendorong terjadinya perilaku konsumsi
secara irasional.
Eastman et al., (2015) juga menyatakan
bahwa konsumsi sebagai proses motivasi
dimana individu berusaha untuk
meningkatkan status sosial mereka melalui
berbagai keinginan yang dianggap tidak
masuk akal dan bukan kebutuhan pokok.
Jafari et al., (2013) mengatakan bahwa
hubungan antara konsumsi dan sosialitas
merupakan fakta yang tidak bisa dielakan.
Sependapat dengan yang diungkapkan. Ciri
individu dalam masyarakat konsumen
mengalami pergeseran logis terkait
konsumsi, yaitu logika konsumsi sebagai
kebutuhan menjadi keinginan dimana
konsumsi menjadi pemenuhan penanda
sosial.
Perilaku konsumsi seseorang dapat
dilihat dari bagaimana gaya hidup yang
dijalani, gaya hidup seseorang dapat
mempengaruhi kebutuhan, keinginan serta
perilakunya termasuk perilaku membeli.
Gaya hidup dibentuk melalui interaksi
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 6, No. 2, Oktober 2022, pp. 232-241
Astuti et.al (Perilaku Konsumsi melalui….)
sosial, dimana gaya hidup adalah cara yang
ditempuh seseorang dalam menjalani
hidupnya yang meliputi aktivitas, minat,
sikap, konsumsi dan harapan. Horng et al.,
(2013) menyimpulkan bahwa gaya hidup
dengan demikian menggabungkan kekuatan
seperti budaya, nilai, sumber daya, dan
hukum, dan tercermin dalam pembelian
konsumen dan perilaku konsumsi.
Gaya hidup yang terbentuk akibat
budaya juga dapat menyebabkan pergeseran
perilaku konsumsi (Apergis & Li, 2016).
Gaya hidup mengacu pada pola konsumsi
yang mencerminkan pilihan seseorang dari
dia menghabiskan waktu dan uang, artinya
gaya hidup dapat dilihat dari bagaimana
individu berkonsumsi. Hubungan antara
pola konsumsi dan gaya hidup dapat
disebabkan oleh beberapa faktor seperti,
lingkungan dan globalisasi, globalisasi dapat
memicu berubahnya pola konsumtif pada
seseorang (Rofii & Kumaat, 2021).
Risnawati et al., (2018)
mengungkapkan bahwa perilaku konsumtif
masyarakat modern sekarang ini lebih
condong ke dalam emosional motif,
konsumsi digunakan untuk membentuk
identitas diri yang pada akhirnya
membentuk suatu gaya hidup pada
kelompok status tertentu. Dalam hal ini Ko
et al., (2010) juga menyebutkan bahwa gaya
hidup merupakan faktor paling berpengaruh
dalam menentukan pembelian individu.
Mahasiswa yang saat ini masih tergolong
pada usia remaja akhir di Kota Samarinda
memiliki gaya hidup yang tinggi terutama
masalah penampilan karena cenderung
mengikuti tren, namun hal ini tidak
didukung oleh pendapatan yang memadai
serta belum mandirinya mahasiswa secara
finansial. Ratten, (2020) mengatakan bahwa
untuk melakukan kegiatan ekonomi dengan
memperhatikan gaya hidup, diperlukan
hubungan yang lebih erat antara
keseimbangan kerja dan kehidupan.
Perubahan gaya hidup pada remaja yang
terjadi adalah cara berpakaian yang
cenderung memilih produk branded dan
kebiasaan nongkrong (Utami, 2021). Ada
beberapa penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan perilaku konsumsi salah
satunya Bernardo J, (2020) dengan judul
Personality and Consumer Behavior or
Lifestyle Analysis” penelitian ini fokus pada
analisis perilaku konsumsi dan gaya hidup
responden yang diklasifikasikan
berdasarkan gender. Kemudian ada
penelitian oleh Shao & Li (2021) dengan
judul How do utilitarian versus hedonic
products influence choice preferences:
Mediating effect of social comparison
dengan fokus penelitian pada perilaku
konsumsi lansia atau orang tua Berdasarkan
permasalahan dan beberapa penelitian
terdahulu yang belum membahas terkait
perilaku konsumsi remaja maka, penelitian
ini bertujuan untuk menjabarkan lebih detail
bagaimana perilaku konsumsi yang
dilakukan individu terutama diusia remaja
jika dilihat dari gaya hidup yang dijalani.
Diharapkan penelitian ini mampu untuk
memberikan gambaran bagaimana gaya
hidup dikalangan remaja Kota Samarinda,
yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai
kajian ilmiah pada penelitian lanjutan untuk
menemukan formulasi dari perilaku
konsumsi yang ideal.
2. Metode
Jenis penelitian yang dilakukan adalah
deskriptif kualitatif. Pengambilan informan
menggunakan non-probability sampling
dengan purposive sampling dengan kriteria
mahasiswa dikota samarinda yang memiliki
batas usia maksimal 22 tahun. Pertimbangan
dalam ini yaitu informan merupakan
mahasiswa pada usia remaja yaitu 18-21
tahun di Kota Samarinda. Teknik
pengumpulan data menggunakan
wawancara dan kuisinoner.
Kuesioner yang disebarkan berisi 30
pertanyaan yang dikembangkan dari teori
Maslow (2002) tentang gaya hidup yang
mempengaruhi perilaku konsumsi,
kuesioner dibuat dalam bentuk skala likert
dengan lima pilihan jawaban. Kuesioner
disebarkan pada 96 mahasiswa dan
wawancara dilakukan pada 12 mahasiswa,
dimana wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan wawancara tidak
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 6, No. 2, Oktober 2022, pp. 232-241
235
Astuti et.al (Perilaku Konsumsi melalui….)
terstruktur. Tahapan-tahapan penelitian
terdiri dari tahap pra penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data,
pemeriksaan keabsahan data serta penulisan
laporan. Adapun teknik analisi data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
reduksi data, penyajian data, serta menarik
kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data
yang digunakan adalah teknik triangulasi
sumber.
3. Hasil dan Pembahasan
Penelitian dilakukan dengan
menggunakan kuesioner untuk mengetahui
kondisi variable yang diteli, hasil penelitian
dapat dijelaskan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Penelitian
Variabel
Rata-rata
Kategori
Gaya Hidup
Aktivitas
3,67
Tinggi
Minat
3,90
Tinggi
Opini
4,47
Sangat Tinggi
4,01
Tinggi
Perilaku Konsumsi
Pemenuhan
kebutuhan
sesuai
intensitas
4,04
Baik
Motif
Konsumsi
4,19
Baik
Penerapan
prinsip
ekonomi
4,18
Baik
4,13
Baik
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat
diketahui bahwa gaya hidup responden
cenderung tinggi. Pada indikator pertama
yaitu aktivitas yang diukur dengan item
pernyataan sering berkumpul bersama teman
saat waktu luang dan mendapatkan nilai
rata-rata sebesar 3,67 dengan kategori tinggi.
Hal ini menandakan bahwa mahasiswa di
kota Samarinda lebih memilih
mengahbiskan waktu luangnya bersama
teman disekitarnya daripada berdiam diri
atau beristirahat dirumah saja. Indikator
kedua yaitu minat mendapatkan nilai rata-
rata sebesar 3,90 dengan kategori tinggi.
Gaya hidup tersebut terutama berfokus pada
hobi yang dimiliki serta waktu luang yang
kebanyakan dihabiskan bersama teman di
sekitarnya.
Indikator ketiga yaitu opini
mendapatkan nilai rata-rata sebesar 4,47
yang terkategori sangat tinggi. Gaya hidup
yang dimiliki mahasiswa di kota Samarinda
berfokus atau berorientasi pada masa depan,
dimana mahasiswa mempersiapkan masa
depan dengan memperhatikan
pendidikannya mulai dari sekarang. Namun
gaya hidup yang tinggi ini juga dibarengi
dengan motif konsumsi pada barang-barang
bermanfaat, sehingga perilaku konsumsinya
menunjukkan pada arah yang baik.
Indikator perilaku konsumsi yang
pertama yaitu pemenuhan kebutuhan sesuai
intensitas mendapatkan nilai rata-rata
sebesar 4,04 dengan kategori tinggi, dimana
terdapat tiga item pernyataan yang
digunakan dalam indikator ini dan memiliki
kesamaan kategori yaitu tinggi dengan nilai
rata-rata yang tidak jauh berbeda. Indikator
kedua yaitu motif dalam berkonsumsi
mendapatkan nilai rata-rata sebesar 4,19
dengan kategori tinggi. Indikator tersebut
diukur dengan pernyataan yang berkaitan
dengan motif sosial dimana mahasiswa ikut
berdonasi atau menyumbang saat ada
musibah atau bencana, hal ini menunjukan
bahwa mahasiswa memiliki motif sosial
yang kuat dalam penggunaan uang atau
biaya hidupnya serta memiliki rasa
kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan
sekitar.
Indikator terakhir yaitu penerapan
prinsip ekonomi mendapatkan nilai rata-rata
sebesar 4,19 yang terkategori tinggi. Diukur
menggunakan pernyataan membandingkan
harga sebelum membeli barang yang
didominasi oleh jawaban setuju, hal ini
mengindikasikan bahwa mahasiswa
memiliki kesadaran untuk berhemat dengan
membandingkan harga dan membeli pada
tempat yang lebih terjangkau harganya guna
menghemat pengeluaran tersebut.
Mahasiswa juga meliki perilaku konsumsi
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 6, No. 2, Oktober 2022, pp. 232-241
Astuti et.al (Perilaku Konsumsi melalui….)
terarah atau terencana karna membuat skala
prioritas serta membagi anggaran dan
mencoba berhemat dengan menerapkan
prinsip ekonomi namun tidak lupa untuk
berbagi kesesama karena memiliki motif
sosial yang kuat.
Perilaku konsumsi seseorang salah
satunya dapat dilihat dari bagaimana
pemenuhan kebutuhan yang dilakukuan,
tidak hanya pada jenis barang yang dipilih
tetapi juga bagaimana pengelolaan
kebutuhan yang disusun berdasarkan skala
prioritas. Dalam melakukan kegiatan
pemenuhan kebutuhan, sebagian masyarakat
tidak dapat terlepas dari tradisi-tradisi yang
telah diyakini dapat membantu
memperlancar usaha (Windarani et al.,
2021). Masyakarat akan melakukan berbagai
cara untuk memebuhi kebutuhan hidupnya,
apabila satu kebutuhan sudah terpenuhi
maka kebutuhan lain akan muncul (Amaliya
et al., 2017).
Berdasarkan hasil penelitian,
mahasiswa sudah sadar akan pentingkanya
skala prioritas dan juga sudah berupaya
untuk menyusun skala prioritas di setiap
bulan. Pentingnya kajian pola konsumsi dan
gaya hidup ini guna mengetahui seberapa
besar pola dan gaya hidup yang dilakukan
mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari
baik itu dari segi pola konsumsi makanan,
barang dan jasa, serta gaya hidupnya guna
memenuhi kebutuhan dan hasrat hidup
sehari-hari (Nuriyanto et al., 2018).
Dari tiga aspek gaya hidup yang diukur,
aspek opini menempati prioritas yang
diutamakan oleh mahasiswa. Kebutuhan
yang akan menunjang pendidikan menjadi
prioritas utama untuk dipenuhi, terlihat pada
skala prioritasnya mahasiswa menyusun
kuota atau uang pulsa berada diurutan atas
untuk menunjang perkuliahan pada masa
daring seperti kemarin, artinya mahasiswa
sudah paham dan telah berorientasi pada
masa depannya dimana masa depan harus
dipersiapkan mulai sekarang dengan
memperhatikan kebutuhan untuk menunjang
pendidikan. Hal ini juga disampaikan oleh
Rofii & Kumaat, (2021) bahwa seorang
mahasiswa tentunya diharapakan dapat
berkonsumsi sesuai dengan skala prioritas
kebutuhan.
Opini yang ada dimahasiswa merujuk
pada pentingnya mempersiapkan masa
depan, sehingga dalam mengelola perilaku
konsumsi mahasiswa juga membagi dengan
jelas pada sektor kebutuhan sesuai skala
prioritas. Ozdamar Ertekin et al., (2020)
mengatakan bahwa persepsi terhadap
sesuatu yang dikonsumsi berpengaruh pada
cara seseorang mengatur pola konsumsinya.
Artinya mahasiswa telah mampu
membedakan mana kebutuhan yang penting
dan diprioritaskan serta mana yang tidak
dalam pembagian anggaran biaya hidupnya.
Fakta bahwa perubahan kecil yang
dilakukan melalui konsumsi secara sadar
dalam konsumsi sehari-hari menghasilkan
penghematan besar dari waktu ke waktu
(Agrawal & Gupta, 2018).
Aspek kedua yang menentukan perilaku
konsumsi remaja adalah pada minat yang
dimiliki, mahasiswa sudah mengetahui
dengan jelas cita-cita yang ingin dicapai.
Saat menyusun rencana untuk masa depan
hal tersebut dapat digunakan untuk
mempertimbangkan preferensi seseorang
atau konsumen dalam mengkonsumsi
barang (Horng et al., 2013). Perkembangan
teknologi dan informasi membuat remaja
mudah mengakses dan merencakana
bagaimana cara yang akan ditempuh untuk
mewujudkan cita-citanya. Adanya
pemahaman tentang pencapaian masa depan
membuat remaja mengalokasikan dana yang
dimiliki untuk menunjang hobi.
Pohan & Annisa, (2021) menyatakan
bahwa suatu perencanaan keuangan, bila
dijalankan baik bisa membantu mahasiswa
mencapai tujuan keuangan jangka pendek
dan jangka panjang yang sudah ditetapkan.
Hal tersebut juga sependapat dengan
Wardani et al., (2022) bahwa pengelolaan
keuangan berpengaruh sangat besar terhadap
masa depan seseorang individu serta
alternatif untuk terhindar dari masalah
keuangan yang berlebihan. Salah satu hobi
yang dilakukan mahasiswa dan paling
dominan adalah berkumpul bersama teman,
namun berkumpul disini bukan semata-mata
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 6, No. 2, Oktober 2022, pp. 232-241
237
Astuti et.al (Perilaku Konsumsi melalui….)
untuk menghabiskan uang namun lebih
kearah yang positif yaitu mengerjakan tugas
bersama, saling bertukar pikiran dan
berkeluh kesah masalah perkuliahan dan lain
sebagainya. Judge et al., (2019) yang berarti
seseorang memperoleh sesuatu terutama
untuk mempertahankan indentitas sosial
atau untuk mengekpresikan diri.
Selain mengalokasikan dana pada hobi
atau kesukaan remaja juga tidak lupa dengan
lingkungan sekitarnya, hal ini terlihat dari
kepedulian tinggi yang dimiliki remaja
dengan aktif berkegiatan apabila terjadi
bencana, aktif berpartisipasi pada kegiatan
penggalangan dana baik secara fisik atau
tenaga maupun secara materil dengan
memberikan sejumlah uang. Hal tersebutlah
yang dinamakan gaya hidup positif yang
dipengaruhi budaya, kelompok referensi,
dan keluarga (Ko et al., 2010). Hal ini
menandakan bahwa mahasiswa memiliki
sikap sosial serta kepedulian yang tinggi
terhadap lingkungan sekitarnya. Ada
perilaku komunikasi antara satu individu
dengan individu lain yang dipengaruhi oleh
kehadiran teknologi. Komunikasi face to
face menjadi kehilangan makna dalam
kehidupan sosial (Zis et al., 2021). Gaya
hidup yang dilakukan oleh mahasiswa
adalah cara mahasiswa memberi makna pada
human experience, dimana seorang
mahasiswa juga memiliki peran sangat
sentral untuk lingkungannya (Suyanto et al.,
2019). Ada perilaku komunikasi antara satu
individu dengan individu lain yang
dipengaruhi oleh kehadiran teknologi.
Komunikasi face to face menjadi kehilangan
makna dalam kehidupan sosial,
Selain dilihat dari sisi sosial, mahasiswa
yang berada pada usia remaja saat ini
memiliki motif yang kuat dalam
menggunakan produk terkenal untuk
menambah rasa percaya dirinya. Anggraini
et al., (2017) mengatakan kesadaran remaja
yang tinggi akan produk-produk baru dan
bermerk menyebabkan mereka cenderung
untuk meniru gaya-gaya baru. Mahasiswa
juga memiliki rasa kebanggaan tersendiri
apabila menggunakan produk dari brand
yang terkenal, dimana dengan menggunakan
produk terkenal maka individu akan
mengalami peningkatan rasa percaya diri.
Dikatakan oleh Dhaliwal et al., (2020)
bahwa keinginan untuk membeli barang
mewah dipengaruhi juga oleh lingkungan
sekitar. Selain itu mahasiswa juga memiliki
motif bergaya hidup mewah dan hasrat
kemewahan, namun motif ini dominan ada
pada beberapa mahasiswa khususnya
mahasiswa perempuan. Ener dan Hazer
(2018:20) menjelaskan bahwa perempuan
dalam berkonsumsi mementingkan
kebermanfaatan dalam peningkatan diri
terutama dengan barang mewah atau
bermerek. Seseorang membeli produk,
ketegori produk, dan merk berdasarkan
perspektif nilai dari masing-masing individu
(Dixit, 2021).
Motif atau keinginan remaja khususnya
mahasiswa perempuan dalam menggunakan
barang mewah adalah terfokus pada produk
fashion. (Pujiastuti et al., 2022) mengatakan
pada umumnya mahasiswa telah diberi
kepercayaan dan tanggung jawab dalam
mengelola keuangnnya sendiri, sehingga
mereka merasa bebas menggunakan uang
yang dimiliki tanpa pengawasan langsung
dari orang tua. Seperti yang dikatakan
Iskandar & Rahmayanti, (2018) masa
sekarang ini kita semakin dimanjakan dalam
hal pemenuhan kebutuhan hidup, sehingga
mengarah pada tindakan konsumsi yang
berlebihan atau disebut dengan gaya hidup
konsumtif. Motif tersebut dominan
dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya,
yaitu teman di pergaulan. Dengan demikian,
seseorang membeli produk yang dilihat
sebagai pemberian status sosial oleh orang-
orang penting disekitar mereka (Eastman et
al., 2015)
Selain penggunaan barang-barang
mewah, hasrat dan gaya hidup mewah
mahasiswa juga terlihat dari keinginannya
untuk mengunjungi tempat terkenal seperti
café. Sejalan dengan hal tersebut Utami,
(2021) mengatakan bahwa selain fashion
mahasiswa juga sering menghabiskan waktu
di malam hari dengan pergi ke mall untuk
jalan-jalan, belanja, nonton bioskop,
berkumpul di café, dan tempat nongkrong
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 6, No. 2, Oktober 2022, pp. 232-241
Astuti et.al (Perilaku Konsumsi melalui….)
sebagai potret mahasiswa modern. Café
disebutkan sebagai ruang sosial yang
dijadikan seseorang sebagai tempat ketiga,
bukan rumah atau tempat kerja, dimana
orang berkumpul secara sukarela dan
informal (Jafari et al., 2013)
Selain karena untuk memenuhi
keinginan, hal tersebut dilakukan untuk di
pamerkan dimedia social. Ini berarti penting
bagi seseorang dimana gaya hidup untuk
menyoroti bagaimana mereka berkontribusi
pada kondisi perkembangan zaman
berdasarkan tren gaya hidup (Ratten, 2020).
Sejalan dengan hal tersebut, Risnawati et al.,
(2018) menungkapkan bahwa kegiatan
konsumsi yang dilakukan mahasiswa ini
mencerminkan perilaku konsumtif
masyarakat modern. Namun jika dikaji lebih
dalam, pembelian produk-produk mewah
yang dilakukan mahasiswa tidak
mengganggu anggaran yang dimiliki untuk
memenuhi kebutuhan pokok. Hal tersebut
disebabkan karena mahasiswa memiliki
orientasi masa depan.
Adanya orientasi pada masa depan
tersebut membuat mahasiswa melakukan
pembelian barang-barang mewah melalui
banyak pertimbangan, salah satunya adalah
pertimbangan apakah barang tersebut benar
dibutuhkan dan juga kebermanfaatannnya.
Selain adanya orientasi pada masa depan,
mahasiswa juga telah memahami serta
menerapkan prinsip ekonomi dalam
konsumsinya. Oleh karena itu pentingnya
untuk memahami perubahan gaya hidup
dalam mendukung kegiatan konsumsi
dengan bijak (Apergis & Li, 2016). Salah
satu contohnya ditunjukkan dengan
pembelian produk dengan harga terendah,
tentunya untuk mendapatkan harga yang
paling murah tersebut mahasiswa
melakukan perbandingan harga di berbagai
tempat dan mencari diskon harga yang
paling besar.
4. Kesimpulan
Gaya hidup mahasiswa sebagai seorang
remaja di Kota Samarinda masih berada pada
kategori yang wajar, artinya mahasiswa tidak
hanya berfokus pada keinginan semata tetapi
juga mempertimbangkan mana yang menjadi
kebutuhan dan mana keinginan yang bisa
ditunda. Mahasiswa di kota Samarinda
sebagian besar suka berbelanja, suka bergaul
dan juga suka untuk berlibur, tetapi
mahasiswa juga memiliki motif berkonsumsi
pada pembelian produk bermanfaat. Hal
tersebut ditunjukkan oleh gaya hidup
mahasiswa yang berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan untuk menunjang
pendidikan, mulai dari pembelian kuota yang
ditujukan untuk kuliah online, pembelian
buku, menabung untuk membeli laptop dan
juga nongkrong di café tapi untuk
mengerjakan tugas.
Selain dari dalam diri, mahasiswa juga
tidak mudah terpengaruh pada gaya hidup
kelompok referensi disekitarnya, hal ini
dikarenakan mahasiswa merasa gaya hidup
yang dimiliki kelompok referensi berbeda
dengan denga apa yang diminati. Gaya hidup
mahasiswa lebih berorientasi pada masa
depan, sehingga membuat mahasiswa dalam
bertindak memiliki banyak pertimbangan
termasuk pada perilaku konsumsinya.
Hasil penelitian diharapkan mampu
memberikan gambaran terkait perilaku
konsumsi dan gaya hidup mahasiswa di
Samarinda saat ini, sehingga mahasiswa
pada usia remaja mampu untuk memilah
gaya hidup seperti apa yang akan diikuti.
Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan
bahan kajian dan dapat meneliti lebih lanjut
terkait factor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi perilaku konsumsi seseorang.
5. Daftar Pustaka
Adiputra, R., & Moningka, C. (2012).
Gambaran Perilaku Konsumtif
Terhadap Sepatu Pada Perempuan
Dewasa Awal. Vol 5 No. 2
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.3081
3/psibernetika.v5i2.536
Agrawal, R., & Gupta, S. (2018). Consuming
Responsibly: Exploring
Environmentally Responsible
Consumption Behaviors. Journal of
Global Marketing, 31(4), 231245.
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 6, No. 2, Oktober 2022, pp. 232-241
239
Astuti et.al (Perilaku Konsumsi melalui….)
https://doi.org/10.1080/08911762.2017.
1415402
Amaliya, L., Setiaji, K., Pd, S., Pd, M., &
Artikel, S. (2017). Economic Education
Analysis Journal Pengaruh Penggunaan
Media Sosial Instagram,Teman Sebaya
Dan Status Sosial Ekonomi Orangtua
Terhadap Perilaku Konsumtif Siswa
(Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI SMA
Negeri 1 Semarang) Info Artikel
Abstrak.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/
eeaj
Anggraini, R. T., Fauzan, & Santhoso, H.
(2017). Hubungan antara Gaya Hidup
Hedonis dengan Perilaku Konsumtif
pada Remaja. Gadjah Mada Journal Of
Psychology, 3(3), 131140.
https://doi.org/10.22146/gamajop.4410
4
Apergis, N., & Li, J. (2016). Population and
lifestyle trend changes in China:
implications for environmental quality.
Applied Economics, 48(54), 52465256.
https://doi.org/10.1080/00036846.2016.
1173184
Bernardo J, C. (2020). Personality and
Consumer Behavior/Lifestyle Analysis.
The Wiley Encyclopedia of Personality
and Individual Differences, 581586.
https://doi.org/10.1002/9781119547181
.ch361
Dhaliwal, A., Singh, D. P., & Paul, J. (2020a).
The consumer behavior of luxury goods:
a review and research agenda. Journal of
Strategic Marketing.
https://doi.org/10.1080/0965254X.2020
.1758198
Dhaliwal, A., Singh, D. P., & Paul, J.
(2020b). The consumer behavior of
luxury goods: a review and research
agenda. Journal of Strategic Marketing.
https://doi.org/10.1080/0965254X.2020
.1758198
Dixit, S. K. (2021). Tourist Consumption
Behavior: An Unsolved Puzzle.
International Journal of Hospitality and
Tourism Administration, 22(5), 475
480.
https://doi.org/10.1080/15256480.2021.
1982104
Eastman, J. K., Goldsmith, R. E., & Flynn, L.
R. (1999). Status Consumption in
Consumer Behavior: Scale
Development and Validation. Journal of
Marketing Theory and Practice, 7(3),
4152.
https://doi.org/10.1080/10696679.1999.
11501839
Horng, J. S., Su, C. S., & So, S. I. A. (2013).
Segmenting Food Festival Visitors:
Applying the Theory of Planned
Behavior and Lifestyle. Journal of
Convention and Event Tourism, 14(3),
193216.
https://doi.org/10.1080/15470148.2013.
814038
Indrianawati, E., & Soesatyo, Y. (2015).
Pengaruh Tingkat Pendapatan
Dan Pengetahuan Ekonomi Terhadap
Tingkat Konsumsi Mahasiswa
Program Pascasarjana Universitas
Negeri Surabaya. Jurnal Ekonomi
Pendidikan Dan Kewirausahaan, 3(1),
214226.
https://doi.org/https://doi.org/10.26740/
jepk.v3n2.p214-226
Iskandar, & Rahmayanti. (2018).
Iskandar2018 sudah. Jurnal Ilmu
Manajemen & Bisnis, 9, 93104.
https://doi.org/https://doi.org/10.17509/
jimb.v9i2.19749
Jafari, A., Taheri, B., & vom Lehn, D. (2013).
Cultural consumption, interactive
sociality, and the museum. Journal of
Marketing Management, 29(1516),
17291752.
https://doi.org/10.1080/0267257X.2013
.811095
Judge, M., Warren-Myers, G., & Paladino, A.
(2019). Using the theory of planned
behaviour to predict intentions to
purchase sustainable housing. Journal of
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 6, No. 2, Oktober 2022, pp. 232-241
Astuti et.al (Perilaku Konsumsi melalui….)
Cleaner Production, 215, 259267.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2019.0
1.029
Ko, E., Lee, J.-H., Kim, A. J., & Burns, L. D.
(2010). Moderating Effect of Lifestyle
on Consumer Behavior of Loungewear
with Korean Traditional Fashion Design
Elements. Journal of Global Academy of
Marketing Science, 20(1), 1526.
https://doi.org/10.1080/12297119.2010.
9707340
Napitupulu, J. H., Ellyawati, N., & Astuti, R.
F. (2021). 42589-Article Text-69997-1-
10-20210901 (1). Jurnal Pendidikan
Ekonomi (JUPE), 9(3), 138144.
https://doi.org/https://doi.org/10.26740/
jupe.v9n3.p138-144
Nuriyanto, M. Z., Abidin, Z., Syahfiar, A.,
Firmansyah, F. A., Rianto, W. J. F.,
Prasetyono, I., Pahlevi, F. N., Ikhsan, F.
A., & Kurnianto, F. A. (2018).
Nuriyanto2019 sudah. Jurnal
Universitas Jember, 2, 113.
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/PGE
O/article/view/13774
Ozdamar Ertekin, Z., Sevil Oflac, B., &
Serbetcioglu, C. (2020). Fashion
consumption during economic crisis:
Emerging practices and feelings of
consumers. Journal of Global Fashion
Marketing, 11(3), 270288.
https://doi.org/10.1080/20932685.2020.
1754269
Pohan, M., & Annisa, A. (2021). Pengaruh
Konsep Diri, Kelompok Teman Sebaya,
Gaya Hidup Terhadap Perilaku
Konsumtif Dimoderasi Literasi
Keuangan. Proceding Seminar Nasional
Kewirausahaan, 2(1), 402419.
https://doi.org/10.30596%2Fsnk.v2i1.8
304
Pujiastuti, N., Reza, R., & Astuti, R. F.
(2022). Pengaruh Literasi Ekonomi Dan
Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku
Pembelian Impulsif Pada Mahasiswa. In
Jurnal Riset Pendidikan Ekonomi (Issue
7). http://ejournal.unikama.ac.idHal|107
Ratten, V. (2020). Cultural, lifestyle, and
social entrepreneurship. Journal of
Small Business and Entrepreneurship,
18.
https://doi.org/10.1080/08276331.2020.
1789933
Risnawati, Mintart, S. U., & Wardoyo, C.
(2018). Risnawati2018 sudah. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan
Pengembangan, 3, 430436.
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/
Rofii, I., & Kumaat, Noortje. A. (2021).
Analisis Gaya Hidup Mahasiswa
Selama Pembelajaran Online di Masa
Pandemi.
Shao, A., & Li, H. (2021). How do utilitarian
versus hedonic products influence
choice preferences: Mediating effect of
social comparison. Psychology and
Marketing, 38(8), 12501261.
https://doi.org/10.1002/mar.21520
Suyanto, B., Sugihartati, R., Hidayat, M., &
Subiakto, H. (2019). Global vs. local:
lifestyle and consumption behaviour
among the urban middle class in East
Java, Indonesia. South East Asia
Research, 27(4), 398417.
https://doi.org/10.1080/0967828X.2019
.1703557
Utami, N. N. (2021). utami2021 sudah.
Jurnal Administrasi Dan Bisnis, 17,
138144. http://j-
adbis.polinema.ac.id/index.php/adbis/ar
ticle/download/127/118.
Wardani, T., Reza, R., & Astuti, R. F. (2022).
Perilaku Pengelolaan Keuangan
Berbasis Green Economy. EKUITAS:
Jurnal Pendidikan Ekonomi, 10(1),
138144.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.ph
p/EKU
Windarani, N. A., Perguna, L. A., & Bustami,
Abd. L. (2021). Membaca Rasionalitas
Masyarakat Islam Aboge dalam
Penggunaan Sikep Penglaris di Dusun
Tumpangrejo Kabupaten Malang.
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 6, No. 2, Oktober 2022, pp. 232-241
241
Astuti et.al (Perilaku Konsumsi melalui….)
Satwika : Kajian Ilmu Budaya Dan
Perubahan Sosial, 5(1), 3042.
https://doi.org/10.22219/satwika.v5i1.1
5654
Zis, S. F., Effendi, N., & Roem, E. R. (2021).
Perubahan Perilaku Komunikasi
Generasi Milenial dan Generasi Z di Era
Digital. Satwika : Kajian Ilmu Budaya
Dan Perubahan Sosial, 5(1), 6987.
https://doi.org/10.22219/satwika.v5i1.1
5550
... Hal ini menunjukkan bahwa identitas konsumen hijau dibentuk juga dari distingsi. Cara konsumsi dalam suatu gaya hidup memperkuat identifikasi diri lewat pilihan komoditas demi tujuan untuk membedakan diri dengan orang lain atau mengidentifikasikan diri dengan kelompok tertentu (Astuti et al, 2022;Umaiyah, 2022;Wigati et al, 2023). ...
Article
Full-text available
Di tatanan masyarakat kontemporer, aktivitas konsumsi hijau dalam gaya hidup nol sampah berimplikasi pada pembentukan identitas konsumen. Menurut teori budaya konsumen, hal ini disebabkan nilai simbolis dan nilai kultural dari aktivitas konsumsi. Artikel ini bertujuan menjelaskan konstruksi identitas konsumen hijau di Kota Bandung dalam penerapan gaya hidup nol sampah di kehidupan sehari-hari. Untuk memahami konstruksi tersebut, artikel ini menggunakan metode wawancara life story yang akan dianalisis berlandaskan konsep identitas naratif dan teori processual identity. Informan terdiri dari lima pelanggan Toko Organis YPBB—suatu toko curah yang berfokus pada edukasi prinsip nol sampah. Penelitian ini menemukan dua dimensi dalam proses konstruksi identitas konsumen hijau. Pertama adalah dimensi refleksi yang menjelaskan afirmasi diri sebagai bentuk peneguhan identitas yang ditempuh lewat aktivitas konsumsi hijau. Kedua adalah dimensi interaksi sosial yang menampilkan negosiasi identitas di arena sosial informan. Artikel ini berargumen bahwa pola konsumsi dalam gaya hidup dapat menegaskan identitas seseorang melalui apa yang orang lain persepsikan dan yang orang itu refleksikan tentang dirinya sendiri. In contemporary society, green consumption activities on zero waste lifestyle imply consumer identity construction. Based on consumer culture theory, it happens due to the symbolic and cultural values from the consumption act. This article aims to explain the construction of a green consumer identity in Bandung on zero waste lifestyle implemented in everyday life. This article uses life story interview method and then will be analyzed by narrative identity concept and processual identity theory. The informants consist of five YPBB Toko Organis customers—it is a bulk store where people can learn about the zero waste principle. This research finds two dimensions of the green consumer identity construction process. First, the reflection dimension explains self-affirmation as a form of identity assertion through green consumption activities. Second, the social interaction aspect which displays identity negotiation processes in one social arena. This article argues that consumption schemes in a lifestyle affirms one’s identity through what others perceive and what one reflects about oneself.
... E-sport di Indonesia telah menjadi salah satu kegiatan yang banyak dikonsumsi oleh kaum muda di Indonesia. E-sport sama halnya dengan konsumsi kopi (Afdholy, 2019;Astuti, Rahayu, Mustangin, Dewi, & Rahmaniah, 2022;Umaiyah, 2022) yang selain menjadi produk konsumsi namun juga menjadi identitas kaum muda. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki perkembangan e-sports yang sangat pesat di Asia. ...
Article
Full-text available
E-sports in Indonesia has been one of the growing phenomena among young people in Indonesia since the emergence of e-sports tournaments at the 2018 Asian Games. This was met with the rise of various e-sports tournaments and agendas that have emerged since then. However, before becoming professionals, some athletes came up from the amateur level, especially in the game Pro Evolution Soccer (PES). By using a qualitative method that prioritizes data collection with observation and interviews, this research aims to find the identity construction of amateur athletes heading to professionals. The finding is that the professional athlete's career journey is supported by the existence of console rentals in the area where they live, in addition, there are several mystifications of playing styles that also support their career from time to time. Moreover, the e-sports community and the publication of various e-sports tournaments also play an active role in the development of the athletes' professionalism. Technological, marketing and cultural elements are interrelated in the phenomenon of identity formation of e-sports athletes in Indonesia.
Article
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemudahan penggunaan e-commerce di kalangan mahasiswa Pendidikan Ekonomi. Jenis penelitian analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian deksriptif, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada 111 mahasiswa dan wawancara kepada 5 mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Mulawarman untuk mengetahui tanggapan yang di berikan mengenai kemudahan penggunaan e-commerce di kalangan mahasiswa. Berdasarkan hasil dari penyebaran kuisioner di dapatkan hasil bahwa pengguna Shopee di kalangan mahasiswa 2019 dan 2020 Pendidikan Ekonomi 91,89% menggunakan aplikasi Shopee sebagai aplikasi untuk berbelanja. Dan alasan mahasiswa menggunakan e-commerce adalah lebih mudah dan praktis sebesar 66,67% dan pilihan penggunaan e-commerce mahasiswa adalah aplikasi yang mudah digunakan sebesar 59,46%. Maka disimpulkan bahwa mahasiswa menemukan kemudahan dalam penggunaan aplikasi Shopee di bandingkan aplikasi belanja lainnya sehingga aplikasi Shopee sangat mendominasi penggunaannya di mahasiswa Pendidikan Ekonomi
Article
Full-text available
The present research explores how product type influences the trade‐off between relative and absolute best choice. We measure consumers' choice preferences and willingness to pay in five studies by manipulating different utilitarian versus hedonic products or different utilitarian versus hedonic goals of the same product. The results demonstrate that consumers prefer the absolute best choice for hedonic products and the relative best choice for utilitarian products (Studies 1a and 1b). When choosing a hedonic product, consumers are willing to pay significantly more for absolute than relative best choice. However, when choosing a utilitarian product, consumers are willing to pay more for the relative than absolute best choice, but the differences are not significant (Studies 2 and 3). Social comparison mediates the relationship between product type and choice preference. Specifically, compared to hedonic products, social comparison increases the relative best choice preference of utilitarian products (Study 4). Moreover, rivals moderate the effect of product type on choice preference (Study 5). The theoretical implication includes demonstrating the comparative advantage of product type on choice preference and interpreting the underlying mechanisms using social comparison. The findings also have important practical implications for utilitarian and hedonic consumption.
Article
Full-text available
Entrepreneurship is a contextual activity that is dependent on cultural , social, and lifestyle factors. This means it is important to take a holistic approach that incorporates societal changes when discussing and researching entrepreneurship. The aim of this special journal issue is to build on the existing literature by focusing more on the interlinkages between cultural, lifestyle, and social entrepreneurship. Thereby providing a more explicit focus about the social changes that are occurring based on socio-demographic and lifestyle changes that are affecting entrepreneurs. This provides a novel way to focus on emerging issues within the entrepreneurship literature that have a cultural, social, and lifestyle component, which is especially important with the ongoing COVID-19 crisis. RÉSUMÉ L'entrepreneuriat est une activit e contextuelle qui d epend de fac-teurs culturels, sociaux et de style de vie. Cela signifie qu'il est important d'adopter une approche holistique qui int egre les changements soci etaux lors des discussions et des recherches sur l'entrepreneuriat. L'objectif de ce num ero sp ecial de la revue est de s'appuyer sur la litt erature existante en se concentrant davant-age sur les liens entre l'entrepreneuriat culturel, social et en rapport avec le style de vie, et par cons equent mettre en evidence, de mani ere plus explicite, les changements sociaux qui se r ealisent sur la base des changements d emographiques et de modes de vie qui affectent les entrepreneurs. Cela permet de se concentrer de mani ere nouvelle sur les questions emergentes dans la litt erature sur l'entrepreneuriat qui ont une composante culturelle, sociale et en rapport avec le style de vie, particuli ere-ment importante avec la crise actuelle de la COVID-19.
Article
Full-text available
This article examines the lifestyle preferences and consumption behaviour of urban middle-class individuals in East Java Province, Indonesia. Data were obtained from 400 respondents in four cities: Surabaya, Malang, Kediri and Sidoarjo. We found that the Indonesian urban middle classes in East Java tend to consider the signifying or symbolic value and social pressure as important deciding factors when buying a particular consumer product, rather than its use value and exchange value. Moreover, global-referenced lifestyles and consumption behaviour have influenced the preferences of the Indonesian urban middle class in choosing consumer products. Generally, the global consumerist lifestyle and trends cause them to become more oriented towards foreign products. For some products, especially high-tech products, the Indonesian urban middle class in East Java seemed to prefer branded and imported products over domestic ones. However, for some other non-high-tech products, we found that the majority of respondents increasingly perceived that there was little difference between consuming domestic or branded imported products. Unlike the previous generation, contemporary Indonesian urban middle-class individuals would now purchase or consume domestic or local products, as long as the products met their demand, suited their purchasing power, and had the same quality as foreign-imported products.
Article
Full-text available
This study aimed to know the relationship between hedonic lifestyle with consumptive behavior among adolescents. The hypothesis in this study there was a positive relationship between hedonic lifestyle with consumptive behavior among adolescents. The subjects of this study were 141 Psychology students who were 18-21 years old. The data were collected using the hedonic lifestyle and consumptive behavior scale.The data analysis of this study using Product Moment correlation technique. The result of this study showed that there was a positive correlation between hedonic lifestyle with consumer behavior of adolescence (rxy = 0,595 dengan p = 0,000 ( p < 0,05). Based on the result, the hypotesis in this study can be accepted.
Article
Full-text available
Based on the theory of planned behavior (TPB), this study developed a behavioral model for food festival visitors. Behavioral models for visitors with different lifestyles were also examined by classifying participants according to lifestyle. This quantitative study implemented a questionnaire survey and literature review to design TPB and lifestyle scales. A total of 489 participants completed a survey during the Eighth Macau Food Festival 2008 (n = 244) and the 2008 Taiwan Culinary Exhibition (n = 245). Structural equation modeling (SEM) was then used for model fitting and verification. The analytical results indicated that visitors with different lifestyles exhibited different behavioral patterns that affected the influences of TPB variables on behavioral intention. Integrating lifestyle factors and TPB thus increase the completeness of the theory. In terms of festival organization, this study also proposed practical suggestions and theoretical implications. Finally, the limitations of this study and proposed future research directions were also presented.
Article
The role of economic literacy and the social environment is important in causing impulsive buying behavior in student purchases. This study aims to determine how the influence of economic literacy and social environment on students' impulsive buying behavior. The data was collected by distributing questionnaires to 132 students and interviewing 15 students to find out responses to the state of economic literacy, social environment, and students' impulsive buying behavior. Based on the results of the study, it is found that there is a partial and significant influence between economic literacy on student impulse buying behavior, a partial influence between social environment on impulsive buying behavior, a simultaneous influence between economic literacy and social environment on impulsive buying behavior. With the application of the knowledge of economic literacy that students have, and not following the culture or habits that exist in the surrounding environment in purchasing so that students' impulsive buying behavior does not occur.
Article
One of the earliest and most influential applications of personality psychology to consumer behavior was an approach based on Freud's psychodynamic principles referred to as “motivation research”. The lingering impact of motivation research is the influence of classic Freudian dream analysis on contemporary marketing research through the use of manifest and latent motives to understand the decisions of consumers. Beyond motivational factors, the emphasis on personality dynamics (e.g. needs and desires) continues to be a major force in contemporary marketing research. Psychographic segmentation is a technique in which people's attitudes, interests, values, behaviors, and lifestyle patterns are used to help marketing and advertise products in a manner that fits with the social and psychological profile of a particular segment of the buying public for which the products are being targeted. A recent development in the study of evolutionary psychology is the application of its principles to consumer behavior.
Article
The paper presents a systematic review examining the various factors of consumer behavior towards luxury goods and synthesizes studies. Searches in prominent databases were conducted to pool the studies. Two hundred and two studies were identified and were catalogued in terms of study type, themes and analysis details. Results provide a summary of the perspectives in which behavior towards luxury goods has been studied in the past. This paper presents the determinants of luxury buying behavior, and synthesizes those antecedents into four major factors: individual factors; psychological factors; cultural and social factors; factors related to luxury goods. A new model for the relationship between these antecedents and luxury consumer behavior is also developed. Subsequently, a research agenda is developed for future research. ARTICLE HISTORY
Article
Economic crisis has a significant impact on consumption practices and the way consumers justify their consumption patterns. Particularly in the field of fashion, consumers face a conflict between desire to consume due to rapidly changing fashion trends and coping with the decrease in purchasing power due to the economic crisis. Semi-structured interviews were carried out to gain a deeper understanding of how the economic crisis affects consumers’ fashion consumption behavior and the alternative consumption practices that emerge. The research further sheds light on the underlying feelings involved due to changes in consumption patterns. Some of the themes that emerge—reuse, reduce, and reject—are in line with earlier findings on anti-consumption but this time the motives of the consumers are non-voluntary. The findings also contribute to anti-consumption literature by introducing three new themes: refind alternative channels, reconsider, and rely on discounts. The study further shows that there are both positive and negative feelings associated with changes in consumption behavior due to economic crisis. Along with understanding the adaptations in consumption behavior, anticipating these conflicting emotions resulting from crisis related anti-consumption is important for marketers and retailers who are concerned about developing appropriate responsive strategies.
Article
Demographic changes have considerable impacts on a country’s long-term growth trajectory through the savings, consumption and labour market channels. Population changes, including ageing, migration and urbanization, as well as lifestyle shifts may affect growth for fast-growing countries like China. Rural population migrating to cities consumes more energy services and produces larger emissions since urban lifestyles are generally more energy- and carbon-intensive. Household structures also keep changing across the majority of Chinese cities. Migration and urbanization together drive China’s energy consumption, CO2 emissions upwards and environmental quality downwards if the current trend continues over time. It is, thus, necessary for China to draw useful lessons from experiences in other countries by reconciling population development and environmental changes. This study provides insights into the challenge of environmental sustainability, resulting jointly from population and lifestyle changes in China over the period 1978–2012. The empirical analysis generates empirical findings documenting that population changes and consumption behavioural changes contributed significantly to increased carbon emissions over the last three decades. The modelling results are highly relevant for policymakers who seek to adopt new policies to mitigate lifestyle change-driven environmental challenges that China has to cope with in the foreseeable future.