ArticlePDF Available

SEMINAR DARING MICROTEACHING PADA CALON GURU BAHASA INGGRIS; WHAT TO DO TO MAKE YOU READY TO TEACH

Authors:
  • Independent Researcher

Abstract and Figures

Kemampuan atau skill pada setiap calon guru tidak dapat diperoleh secara instan. Salah satu cara untuk memunculkan atau mengembangkan skill pada calon guru diantaranya seperti memberikan suatu seminar daring microteaching. Seminar daring microteaching ini bertujuan untuk mengembangkan skill pada calon guru bahasa Inggris agar menjadi guru yang kompeten. Adapun mitra pada pengabdian ini adalah mahasiswa tadris bahasa Inggris yang berstatus aktif. Metode analisis yang digunakan pada seminar daring ini adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui observasi, diskusi dan tanya jawab, serta dokumentasi. Berdasarkan hasil pengabdian masyarakat yang dilaksanakan melalui seminar daring dapat disimpulkan bahwa telah berhasil membentuk kemampuan atau skill mahasiswa tadris bahasa Inggris menjadi calon guru yang berkompeten melalui tiga sesi seminar daring yang dilakukan diantaranya yaitu sesi pertama penjelasan mengenai curriculum design, sesi kedua penjelasan mengenai format kegiatan pembelajaran yang ideal menurut Doug Neill, serta sesi ketiga berupa praktik mengenai microteaching yang baik.
Content may be subject to copyright.
Volume 2, Nomor 3, September (2022) | eISSN: 2775-2054
SIPISSANGNGI
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
https://journal.lppm-unasman.ac.id/index.php/sipissangngi
ISSN(e): 2775-2054
SEMINAR DARING
MICROTEACHING
PADA CALON GURU
BAHASA INGGRIS; WHAT TO DO TO MAKE YOU READY TO
TEACH
Article history
Received: 07 Agustus 2022
Revised: 15 September 2022
Accepted: 26 September 2022
DOI:10.35329/sipissangngi.v2i3.3544
1*Zaitun Qamariah, 2Akhmad Ali Mirza
1,2Program Studi Tadris (Pendidikan) Bahasa
Inggris, IAIN Palangka Raya
*Corresponding author
zaitun.qamariah@iain-palangkaraya.ac.id
Abstrak
Kemampuan atau
skill
pada setiap calon guru tidak dapat diperoleh secara instan. Salah satu cara
untuk memunculkan atau mengembangkan
skill
pada calon guru diantaranya adalah memberikan
suatu seminar daring
microteaching
. Seminar daring
microteaching
ini bertujuan untuk
mengembangkan
skill
pada calon guru bahasa Inggris agar menjadi guru yang kompeten. Adapun
mitra pada pengabdian ini adalah mahasiswa tadris bahasa inggris yang berstatus aktif. Metode
analisis yang digunakan pada seminar daring ini adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan
data diperoleh melalui observasi, diskusi dan tanya jawab, serta dokumentasi. Berdasarkan hasil
pengabdian masyarakat yang dilaksanakan melalui seminar daring dapat disimpulkan bahwa
telah berhasil membentuk kemampuan atau
skill
mahasiswa tadris bahasa Inggris menjadi calon
guru yang berkompeten melalui tiga sesi seminar daring yang dilakukan diantaranya yaitu sesi
pertama penjelasan mengenai
curriculum design,
sesi kedua penjelasan mengenai format kegiatan
pembelajaran yang ideal menurut Doug Neill, serta sesi ketiga berupa praktik mengenai
microteaching
yang baik.
Kata kunci:
seminar daring;
microteaching;
bahasa Inggris; guru
SIPISSANGNGI: Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat is licensed under
a Creative Commons Attribution-
ShareAlike 4.0 International License.
207
Zaitun Qamariah, dkk./ Seminar Daring Microteaching pada Calon Guru Bahasa
Volume 2, Nomor 3, September (2022) | eISSN: 2775-2054
1. PENDAHULUAN
Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa internasional dan dipelajari secara
luas pada penjuru dunia termasuk Indonesia (Ambalegin & Suhardianto, 2020). Pelajaran
Bahasa Inggris menjadi mata pelajaran bahasa asing yang wajib untuk dipelajari pada
setiap jenjang sekolah (Mardiani, Syamsuddin, & Kartina, 2018). Komunikasi
internasional yang digunakan juga menggunakan Bahasa Inggris baik dalam bidang
pendidikan, ekonomi, pariwisata maupun sosial (Putra, Agustina, Napitupulu, & Fitriany,
2021). Oleh karena peranan bahasa Inggris ini penting dalam kehidupan.
Pembelajaran bahasa Inggris mempunyai karakteristik yang berbeda dibandingkan
pelajaran wajib lainnya (Amelia & Lailiyah, 2020). Karakteristik pembelajaran bahasa
Inggris ini sangat ditekankan untuk menerapkan teori-teori yang dipelajari di kelas pada
kehidupan nyata (Hamidah & Yanuarmawan, 2019). Teori yang dipelajari umumnya
berupa
grammar
yang nantinya diperluas dalam penerapannya pada
listening, speaking,
writing, reading, pronounciation
dan
conversation
(Maulana & Aliska, 2018). Hal ini
merupakan hal dasar yang menjadi komponen penting dalam belajar bahasa Inggris.
Penerapan pembelajaran bahasa Inggris pada pendidikan tentu mengalami kendala
baik dari siswa maupun guru (Ariyani & Sirajudin, 2022). Siswa merasa cenderung hanya
perlu menghafalkan kosa kata yang akan sering digunakan dalam kehidupan tanpa perlu
memperhatikan aturan-aturan dalam pelafalan dan struktur kebahasaannya. (Suprayetno,
Wahyuni, Sugiarto, Sinaga, & Syafitri, 2021) Sedangkan bagi guru, sulitnya untuk
membuat siswa memahami materi dalam struktur kebahasaan karena siswa cenderung
masih belum menguasai kosa kata bahasa Inggris (Sulistyawati, Ekawati, & Rosdiana,
2020). Oleh karena itu, guru hendaknya membuat pembelajaran lebih efektif dan efIsien
agar kedua hal tersebut bisa berjalan bersamaan sehingga kemampuan bahasa Inggris
siswa akan menjadi lebih baik (Sari, Kusumawardhani, & Garjito, 2015).
Peran guru disini sangatlah penting sebagai penunjang keberhasilan suatu
pembelajaran bahasa Inggris (Rahmiatin & Zur, 2017). Guru butuh metode yang unik agar
siswa bisa mempelajari teori dengan baik dan menerapkannya dalam prakek (Anam,
Anjaniputra, Yulianto, & Widayanti, 2022). Sebelum itu, guru harus mempunyai
skill
bahasa Inggris yang baik (Aniuranti, Tsani, & Wulandari, 2021).
Skill
ini menjadi
komponen utama guru dalam mengendalikan proses pembelajaran. Guru bahasa Inggris
setidaknya mempunyai
skill
listening, speaking, writing, reading, pronounciation
dan
conversation
yang sesuai dengan aturan tata kebahasaan bahasa Inggris sesuai standar
yang telah ditetapkan (Bowo, Dewi, & Budiati, 2020).
Skill
yang dimiliki guru ini tentu tidak diperoleh secara instan (Utami, et al., 2020).
Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan
skill
bahasa Inggris yang
dimilikinya (Fitriati & Wahyuni, 2018). Salah satu cara tersebut adalah mengikuti seminar
daring
microteaching
agar kualitas guru tetap terjaga (Farahsani & Harmanto, 2021).
Seminar daring
microteaching
ini sangat membantu guru untuk mengambangkan
skill
bahasa Inggris yang dimilikinya karena seminar daring ini tujuannya adalah
mengembangkan, melatih dan meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola
pengajaran agar tercapainya tujuan pembelajaran sehingga pembelajaran tersebut
dikatakan berhasil (Subekti & Rumanti, 2020).
Berdasarkan permasalahan di atas, tim pengabdian masyarakat tadris Bahasa
Inggris IAIN Palangka Raya melakukan seminar daring
microteaching
bahasa Inggris ini
kepada calon guru bahasa Inggris sebagai bekalnya sebelum terjun sebagai seorang guru
bahasa Inggris yang kompeten. Mitra pengabdian ini adalah mahasiswa tadris bahasa
Inggris IAIN Palangka Raya yang berstatus aktif. Mahasiswa tersebut dilatih untuk
menjadi guru yang kompeten agar nantinya guru bersama siswa bisa mencapai tujuan
pembelajaran berdasarkan kompetensi yang ditetapkan. Tujuan dari pengabdian ini
adalah untuk mengembangkan
skill
calon guru bahasa Inggris agar menjadi guru yang
kompeten.
208
Zaitun Qamariah, dkk./ Seminar Daring Microteaching pada Calon Guru Bahasa
Volume 2, Nomor 3, September (2022) | eISSN: 2775-2054
Gambar 1. Pamflet kegiatan pengabdian
2. METODE
Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu dengan menjelaskan
subjek atau objek sesuai dengan fakta yang ada sesuai dengan kumpulan informasi yang
telah diperoleh (Saputro, 2020). Pengabdian masyarakat ini dilakukan menggunakan 3
teknik pengumpulan data yaitu observasi, diskusi dan tanya jawab, serta dokumentasi.
Gambar 2. Teknik pengumpulan data
a. Observasi
Observasi ini merupakan tahap awal yang dilakukan untuk menggali informasi
mengenai mitra dari pengabdian masyarakat ini. Pada saat observasi diperoleh hasil
berupa kegiatan seminar daring akan dilakukan secara
online
karena pandemi covid-
19 pada saat itu. Selain itu juga mahasiswa tadris bahasa Inggris merasa perlunya
seminar daring
microteaching
sebagai bekal untuk menjadi calon guru bahasa Inggris
di masa mendatang.
b. Diskusi dan tanya jawab
Diskusi dan tanya jawab merupakan tahap yang dilakukan saat kegiatan seminar
daring berlangsung untuk mengetahui sejauh mana informasi mampu ditangkap oleh
mahasiswa tadris bahasa Inggris dan juga diharapkan pada tahap ini nantinya
mahasiswa akan menjadi lebih paham terkhusus pada materi yang disampaikan oleh
pemateri.
Observasi
Diskusi dan
tanya jawab
Dokumentasi
209
Zaitun Qamariah, dkk./ Seminar Daring Microteaching pada Calon Guru Bahasa
Volume 2, Nomor 3, September (2022) | eISSN: 2775-2054
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan tahap yang dilakukan untuk menjadi arsip dari pengabdian
masyarakat ini seperti foto,
screenshoat,
maupun video yang berhubungan dengan
seminar daring
microteaching
pada calon guru bahasa Inggris.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengabdian masyarakat ini dilaksanakan pada tanggal 02 Mei 2020 secara
daring
melalui aplikasi google meet dan
whatsapp group.
Adapun pemateri dari seminar daring
microteaching
ini yaitu Zaitun Qamariah, M.Pd dan Akhmad Ali Mirza, M.Pd. Kedua
pemateri tersebut merupakan dosen tadris bahasa Inggris IAIN Palangka Raya. Adapun
mitra dari pengabdian ini adalah 100 mahasiswa aktif dari tadris bahasa Inggris IAIN
Palangka Raya serta 50 mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggrisdari kampus lain.
Tujuan dari pengabdian ini yaitu mengembangkan
skill
calon guru bahasa Inggris agar
menjadi guru yang kompeten.
Adapun pemaparan dari kegiatan yang dilakukan selama pengabdian masyarakat ini
yaitu:
Sesi Pertama, materi mengenai
Curriculum Design
Gambar 3.
Screenshoat whatssapp group
materi
curriculum design
Sesi pertama ini dilakukan setelah pembukaan seminar daring oleh Ketua Jurusan
Pendidikan Bahasa, Bapak Akhmad Ali Mirza, M.Pd. Kemudian selanjutnya penyampaian
materi oleh salah satu dosen tadris bahasa Inggris yaitu Ibu Zaitun Qamariah, M.Pd.
Adapun materi yang disampaikan mengenai
curriculum design
saat ini. Pengetahuan
mengenai
curriculum design
perlu untuk disampaikan agar ketika mahasiswa terjun ke
lapangan nanti tidak akan bingung terhadap perubahan yang akan terjadi pada
curriculum design
nantinya. Selain itu, dengan penjelasan
curriculum design
mahasiswa
diharapkan nantinya dapat mengorganisasikan kurikulum sebagai pedoman dalam
melakukan setiap kegiatan pengajaran. Hal ini sependapat dengan penelitian yang
dilakukan oleh Firdaus dan Husni (2021) yang menyatakan bahwa pemberian materi
proses pengorganisasian dari
curriculum design
sangatlah diperlukan bagi mahasiswa
agar paham terkhusus pada isi, tujuan, tahap dalam mengajar, serta penilaian belajar
siswa (Firdaus & Husni, 2021).
210
Zaitun Qamariah, dkk./ Seminar Daring Microteaching pada Calon Guru Bahasa
Volume 2, Nomor 3, September (2022) | eISSN: 2775-2054
Disamping itu, pada
curriculum design
ini juga diajarkan mengenai
the high-level
planning
,
the clothesline method,
dan
producing the material.
Ketiga bagian tersebut
diberikan agar mahasiswa dapat merencanakan dengan baik mengenai
curriculum design
dengan beberapa metode yang telah dijelaskan sehingga nantinya mahasiswa dapat
memperoleh atau memproduksi bahan yang baik untuk dirangkai menjadi desain
kurikulum yang baik dan efisien. Hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan
oleh Mohanasundaram (2018) yang menyatakan bahwa perlunya perencanaan yang
disertai dengan metode yang baik sehingga akan diperoleh produk yang baik pula. Setelah
terbentuknya
curriculum design
pada setiap tahapnya juga dilakukan evaluasi dari waktu
ke waktu agar memastikan kurikulum bernilai baik dan efisien (Mohanasundaram, 2018).
Sesi Kedua, materi mengenai Format Kegiatan Pembelajaran yang Ideal Menurut Doug
Neill”
Gambar 4.
Screenshoat whatssapp group
materi Format
Kegiatan Pembelajaran yang Ideal Menurut Doug Neill
Pada sesi kedua ini dilakukan penjelasan berupa format kegiatan pembelajaran
yang ideal menurut Doug Neill. Pemateri pada sesi kedua ini adalah Bapak Akhmad Ali
Mirza, M.Pd. Materi pada sesi kedua ini diharapkan mahasiswa dapat memahami format
pembelajaran yang ideal menurut Doug Neill yaitu konsisten, rapi, sistematis dan tidak
melompat-lompat. Keempat format tersebut harus dapat dilakukan agar diperolehnya
suatu pembelajaran yang efektif dan ideal. Hal ini sependapat dengan penelitian yang
dilakukan oleh Setyosari (2014) yang menyatakan bahwa pembelajaran yang ideal
sangatlah diperlukan agar nantinya akan berdampak pada keberhasilan untuk mencapai
tujuan belajar yang diinginkan yang harus terus dilakukan dengan penuh konsisten
(Setyosari, 2014). Dari ketercapaiannya tujuan belajar yang diinginkan juga akan
berdampak pada meningkatnya prestasi belajar para siswa nantinya. Ketika prestasi siswa
meningkat maka dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan telah
berhasil. Hal inilah yang selalu diharapkan oleh guru maupun tenaga pendidik lainnya.
Hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Fakhrurrazi (2018) yang
menyatakan bahwa guru yang baik adalah guru yang berhasil mengarahkan dan
membimbing siswa untuk menuju pemahaman yang tinggi mengenai pelajaran hingga
tercapainya suatu prestasi belajar yang memuaskan siswa (Fakhrurrazi, 2018).
211
Zaitun Qamariah, dkk./ Seminar Daring Microteaching pada Calon Guru Bahasa
Volume 2, Nomor 3, September (2022) | eISSN: 2775-2054
Sesi Ketiga,
microteaching
Gambar 5. Pelaksanaan
microteaching
melalui
google meet
Pada sesi ketiga atau sesi terakhir ini dilaksanakannya puncak dari seminar daring
ini yang berupa pelaksanaan
microteaching
secara bergantian. Proses pelaksanaan ini
dilakukan berbantuan aplikasi
google meet
agar dapat mengetahui sampai mana
pemahaman yang telah diperoleh mahasiswa tadris bahasa Inggris setelah diberikannya
materi pada dua sesi sebelumnya. Pada sesi ini mahasiswa melakukan beberapa teknik
pembelajaran yang diajarkan seperti format kegiatan pembelajaran yang ideal hingga
curriculum design
yang baik dan tepat diterapkan pada siswa nantinya. Pada sesi ini
hampir seluruh mahasiswa dapat mempraktikkannya dengan baik. Selain itu, pada
kegiatan di sesi ini juga diberikan sedikit evaluasi agar kegiatan seminar daring yang
dilaksanakan kedepan nantinya akan semakin baik. Hal ini sependapat dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rahmiatin dan Zur (2017) yang menyatakan bahwa pemberian
evaluasi baik itu
feedback
dari pemateri maupun
feedback
dari peserta yang dalam hal ini
adalah mahasiswa itu sendiri.
Feedback
tersebut sangatlah diperlukan agar kegiatan
seminar daring yang dilakukan kedepannya diharapkan lebih baik dari sebelumnya (Zur &
Rahmiatin, 2017).
4. SIMPULAN
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pengabdian masyarakat ini telah berhasil membentuk kemampuan atau
skill
mahasiswa
tadris bahasa Inggris menjadi calon guru yang berkompeten melalui tiga sesi seminar
daring yang telah dilakukan diantaranya yaitu sesi pertama penjelasan mengenai
curriculum design,
sesi kedua penjelasan mengenai format kegiatan pembelajaran yang
ideal menurut Doug Neill, serta sesi ketiga berupa praktik mengenai
microteaching
yang
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ambalegin, & Suhardianto. (2020). Implementasi Kurikulum 2013 Berbasis Pendekatan
Saintifik dalam Pengajaran Bahasa Inggris SMA/SMK Berbasis Teks. Journal Puan
Indonesia, 1(2), 49-58.
Amelia, F., & Lailiyah, S. (2020). Peningkatan Kemampuan Pengucapan Bahasa Inggris Bagi
Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kecamatan Asembagus Kabupaten
Situbundo. Jurnal Terapan Abdimas, 5(1), 75-87.
Anam, Z., Anjaniputra, A., Yulianto, H., & Widayanti, M. (2022). Menumbuhkan Literasi
Ekologis dan Bahasa Inggris melalui Legenda Nusantara dalam Edisi Dwi Bahasa Bagi
Guru dan Siswa Didi Sekolah Alam Ungaran (SAUNG). VARIA HUMANIKA, 3(1), 175-
181.
212
Zaitun Qamariah, dkk./ Seminar Daring Microteaching pada Calon Guru Bahasa
Volume 2, Nomor 3, September (2022) | eISSN: 2775-2054
Aniuranti, A., Tsani, M., & Wulandari, Y. (2021). Seminar daring Penyusunan Ice Breaking
untuk Penguatan. ABSYARA: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Kompetensi Calon
Guru, 2(1), 85-93.
Ariyani, E., & Sirajudin. (2022). Seminar daring Pembelajaran Fun English Bagi Guru PAUD.
Journal of Character Education Society, 5(1), 235-242.
Bowo, T., Dewi, M., & Budiati. (2020). Seminar daring English for Educator Bagi Guru Tingkat
SMK di Kota Semarang. Buletin Pembangunan Berkelanjutan, 4(1), 6-14.
Fakhrurrazi. (2018). Hakikat pembelajaran yang efektif. At-Tafkir, 11(1), 85-99.
Farahsani, Y., & Harmanto, M. (2021). Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia PAUD
dengan Seminar daring Bahasa Inggris Di Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon
Progo Yogyakarta. DINAMISIA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(4), 1114-
1120.
Firdaus, F. A., & Husni. (2021). Desain Kurikulum Perguruan Tinggi Pesantren dalam
Mewujudkan Pendidikan yang Berkualitas. Tsamratul Fikri, 15(1), 83-102.
Fitriati, S., & Wahyuni, S. (2018). Pemantapan Penggunaan Classroom Language Untuk
Meningkatkan Kompetensi Bahasa Inggris Guru-Guru di SMA Islam Hidayatullah
Semarang. Seminar daring Nasional Kolaborasi Pengabdian pada Masyarakat, 1, 371-
374.
Hamidah, F., & Yanuarmawan, D. (2019). Penerapan English For Specific Purposes Untuk
Meningkatkan Pengajaran Bahasa Inggris Pada Guru Sekolah Menengah Kejuruan.
ABDINUS: Jurnal Pengabdian Nusantara, 2(2), 236-247.
Mardiani, Syamsuddin, & Kartina. (2018). Seminar daring kelompok Guru Bahasa Inggris di
Kota Makassar. PROSIDING SEMINAR DARING NASIONAL LEMBAGA
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR, 2018(7),
493-495.
Maulana, H., & Aliska, M. (2018). Pembangunan Media Pembelajaran Interaktif Pada Mata
Pelajaran Bahasa Inggris Kelas VII (Studi Kasus SMP XYZ). Majalah Ilmiah UNIKOM,
16(2), 145-154.
Mohanasundaram, K. (2018). Curriculum design and development. Journal of Applied and
advanced research, 3(1), 54-56.
Putra, H., Agustina, T., Napitupulu, R., & Fitriany. (2021). Seminar daring Dasar Bahasa Ingrris
Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Menggunakan Bahasa inggris di dalam Kelas
Bagi Guru Sekolah Swasta Pelita Medan. Jurnal Abdimas Mutiara, 2(2), 298-302.
Rahmiatin, T., & Zur, S. (2017). Seminar daring Metode Pengajaran Bahasa Inggris
Communicative Bagi Guru TK Ar-Rahman, Konawe Sulawesi Tenggara. Amaliah
:Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1, 61-65.
Saputro, W. T. (2020). Metode Deskripsi untuk mengetahui pola belanja konsumen pada data
penjualan. Jurnal INTEK, 3(1), 25-33.
Sari, D., Kusumawardhani, R., & Garjito, R. (2015). Studi Kompetensi Pedagogik Mahasiswa
Microteaching Pendidikan Bahasa Inggris IKIP PGRI Madiun. JURNAL LPPM, 3(1), 36-
38.
Setyosari, P. (2014). Menciptakan pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Jurnal Inovasi dan
teknologi pembelajaran, 1(1), 20-30.
Subekti, A., & Rumanti, M. (2020). Seminar daring Bahasa Inggris untuk Guru Sekolah Dasar di
Yogyakarta di Masa Pandemi Covid. JURNAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT,
5(4), 1077-1086.
Sulistyawati, A., Ekawati, Y., & Rosdiana, I. (2020). Pendampingan pengajaran bahasa inggris
melalui audio lingual method dengan media boneka jari. Masyarakat Berdaya dan
Inovasi, 1(1), 1-5.
Suprayetno, E., Wahyuni, F., Sugiarto, A., Sinaga, K., & Syafitri, E. (2021). Seminar daring
Peningkatan Kompetensi Bahasa Inggris Guru Dalam Pembelajaran Bilingual Melalui
213
Zaitun Qamariah, dkk./ Seminar Daring Microteaching pada Calon Guru Bahasa
Volume 2, Nomor 3, September (2022) | eISSN: 2775-2054
Metode PPP (Presentation, Practice, and Production) Pada SD Imelda Medan. JURNAL
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (JPKM), 2(1), 60-67.
Utami, G., Dewi, N., Dewi, P., Agustina, T., Wardhana, I., Kamayana, I., . . . Sukarsih, N.
(2020). Seminar daring Daring Keterampilan Dasar Bahasa Inggris Siswa SMK
Pariwisata Harapan Melalui Media Google Classroom. SINAPTEK, 3, 133-138.
Zur, S., & Rahmiatin, T. (2017). Seminar daring metode pengajaran bahasa inggris
communicative bagi guru TK Ar Rahman, Konawe Sulawesi Tenggara. Amaliah: Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 1, 61-65.
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
Anak-anak dengan rentang usia 1-5 tahun berada pada tahap usia emas (golden age). Melalui pembelajaran yang inovatif dan aplikatif, mereka tidak hanya mampu menyimak, meniru, akan tetapi juga menyusun kata demi kata dalam bahasa Inggris. Hal inilah yang mendorong peningkatan jumlah institusi pendidikan anak usia dini (PAUD) yang mulai mengenalkan bahasa Inggris kepada para siswanya melalui beragam cara, seperti bernyanyi, mengucapkan salam, mendongeng, dan sebagainya. Sayangnya, upaya tersebut tidak diimbangi dengan pengetahuan dan kompetensi bahasa Inggris yang dimiliki oleh para guru pendidikan PAUD, mengingat mayoritas dari mereka bukanlah lulusan pendidikan bahasa Inggris. Akibatnya penyampaian dan pemilihan materi yang diberikan kurang tepat. Alhasil, siswa tidak dapat menerima materi dengan maksimal di sekolah. Untuk itulah, melalui program pengabdian kepada masyarakat ini kami berusaha untuk membantu memilih metode pengajaran dan materi yang tepat bagi siswa PAUD, salah satunya melalui metode Audio Lingual Method (ALM) dan penggunaan media boneka jari hewan. Hasil yang didapatkan melalui sepuluh kali pertemuan adalah terdapat peningkatan pemahaman dan pemilihan metode pengajaran bagi para guru PAUD. Dari total peserta sebanyak 28 orang, 25 orang merasa sangat terbantu dengan adanya pendampingan ini sehingga mereka jadi lebih mampu mengidentifikasi dan memilih materi yang akan disampaikan dikelas. Oleh karena itu, program pendampingan semacam ini sangat diperlukan bagi para guru PAUD, khususnya dalam menyampaikan materi bahasa Inggris karena terdapat beragam materi dan metode yang harus mereka pilih sesuai dengan usia siswa.
Article
Full-text available
Curriculum is one of the important components that play a role in the process of implementing education for higher education level. In the implementation there are several obstacles, among others, changes in the curriculum system that require educators to master the new system and learners must master the material according to the target of maximum achievement in learning. From these problems, it is necessary to develop a curriculum that integrates the government-defined curriculum and the internal curriculum of institutions developed autonomously by their respective institutions. The purpose of this research is to produce a product guidebook for the design of the curriculum of pesantren universities and its application to STIABI Riyadlul 'Ulum to realize a quality education. The research method used is Research and Development (R& D) and the hypothesis of this research is the effectiveness of the college curriculum design manual pesantren in the academic process of lectures. The method used consists of interviews, tests, questionnaires and written documentation, in analyzing the data, researchers use the t-test formula. The results showed that the implementation of the curriculum design of pesantren universities in realizing quality education has an influence on curriculum development. This can be seen from the T-Test i.e. the T-Count score (t) in this study (-5,591) is greater than the T-Table (2,064). From the results of the t-test, the researchers concluded that the research hypothesis in this study is acceptable. This is evidenced from the significant value of p-value 0.000 (p < 0.05) meaning that there is an influence given from the design of the curriculum of pesantren universities to realize a quality education.
Article
Full-text available
Community service activities, specifically the Community Partnership Program (PKM), aims to improve the ability of Early Childhood Education (PAUD) teachers, both in terms of pronunciation and the methods that support it in Nanggulan sub-district, Kulon Progo district. The target audience for this service program are the PAUD teachers in SPS Tunas Harapan, which amount to 4 (four) people. The programs that have been implemented are training 1) How to pronounce English words, and 2) English methods for PAUD level. The overall process of science and technology transfer is carried out with a pattern of education and training that is equipped with socialization to these teachers to improve the ability and skills to use English developed through English language training (pronunciation on pronunciation or pronunciation) and methods and benefits to improve teacher ability and school quality.
Article
Full-text available
ENGLISH TRAINING FOR ELEMENTARY SCHOOL EDUCATORS IN YOGYAKARTA IN THE TIME OF COVID-19. This community service activity was conducted in the form of an English training for eight teachers of an Elementary School in Yogyakarta, Indonesia. It was conducted from January 2020 up to April 2020. The elementary school in which the training was conducted was an inclusive school in the process of implementing English as Medium Instruction (EMI) policy. As such, its teachers’ mastery of English became paramount important to facilitate young learners with all their individual differences. The training consisted of ten meetings focusing on giving instructions in class. The first up to the sixth meetings were conducted at the school in a face-to-face mode, whilst the seventh up to the tenth meetings were conducted online, mostly through tele-conferences, due to the Covid-19 pandemic compelling both facilitators and the training participants to work from home. In the ninth meeting, the participants sent their micro-teaching videos on giving effective instructions in class. In the last meeting, the facilitators gave constructive feedback based on the videos sent earlier on aspects that the participants had been good at and aspects that still needed improvements.
Article
Full-text available
Program Pengabdian Kepada Masyarakat dengan judul pelatihan English for Educator Bagi Guru Tingkat SMK di Kota Semarang merupakan pelatihan Bahasa Inggris yang dikhususkan untuk pengajaran di kelas. Mitra dalam pengabdian masyarakat ini adalah institusi pendidikan vokasi yakni Sekolah Menengah Kejuruan Persatuan Guru Republik Indonesia 01 yang terletak di kota Semarang. Permasalahan yang dialami mitra yakni kurangnya kemampuan guru SMK PGRI 01 Semarang untuk mengajar dengan menggunakan Bahasa Inggris. Hal tersebut karena kurangnya pelatihan bahasa Inggris yang dikhususkan untuk guru-guru di sekolah tersebut. Secara spesifik, kurangnya kemampuan guru dalam bahasa Inggris yakni dalam keterampilan speaking (berbicara). Solusi permasalahan mitra yang ditawarkan dalam pengabdian masyarakat ini adalah pelatihan English for Educator yakni pelatihan untuk guru-guru/pengajar yang merupakan gabungan dari metode classroom language dan bahasa Inggris dasar. Pada pelaksanaan pelatihan ditemukan bahwa penguasaan vocabulary peserta kurang memadai. Oleh karena itu, efektivitas pelatihan berbasis speaking kurang terlihat efektivitasnya. Pelatihan berbasis vocabulary perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam ketrampilan speaking.
Article
Full-text available
Abstrak: Pembelajaran yang efektif dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang berhasil mencapai tujuan belajar peserta didik sebagaimana yang diharapkan oleh guru . Model pembelajaran efektif, mencakup empat hal pokok, yaitu: 1) kualitas pembelajaran, 2) tingkat pembelajaran yang memadai, 3) ganjaran dan 4) waktu. Sedangkan, kualitas pembelajaran merujuk pada aktivitas-aktivitas yang dirancang dan tindakan-tindakan yang dilakukan pembelajar dan peserta didik, termasuk di dalamnya bahan-bahan atau pengalaman belajar (kurikulum) serta media yang kita gunakan. Abstract: Effective learning can be defined as learning that successfully reaches the learning goals of students as expected by the teacher. Effective learning models, including four main things, namely: 1) the quality of learning, 2) adequate learning levels, 3) rewards and 4) time. Whereas, the quality of learning refers to activities designed and the actions carried out by learners and students, including materials or learning experiences (curriculum) and the media that we use.
Article
Full-text available
Tujuan pengajaran bahasa Inggris di Indonesia telah dituangkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 096/1967 tanggal 12 Desember 1967, yaitu mengembangkan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa yang meliputi keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Pada tingkat perguruan tinggi, mahasiswa diharapkan sudah memiliki pengetahuan gramatika bahasa Inggris dan selanjutnya dapat menerapkan pengetahuan tersebut dalam berkomunikasi dan berinteraksi dalam kehidupan. English For Specific Purposes (ESP) atau Bahasa Inggris untuk tujuan khusus adalah suatu pendekatan baru dalam pengajaran dan penggunaan Bahasa Inggris untuk bidang dan kajian khusus yang sesuai dengan kebutuhan bidang ilmu dan profesi pengguna Bahasa Inggris tersebut. Tujuan yang hendak dicapai dari program ini adalah Tujuan yang hendak dicapai dari program ini adalah: Memberikan pengenalan ketrampilan penguasaan tentang English for Specific Purposes pada guru Sekolah Mengah Kejuruan guna meningkatkan pengajaran Bahasa Inggris dan Memperdalam pengetahuan tentang English for Specific Purposes untuk mendukung pengajaran Bahasa Inggris dan cara mengatasi kendala jika menerapkan English for Specific Purposes dalam pengajaran Bahasa Inggris. Pelaksanaan pengabdian membutuhkan waktu 3 bulan yang terdiri dari: (1). Persiapan meliputi survey dan perijinan tempat, (2). Sosialisasi dan audiensi, (3). Pelaksanaan kegiatan pelatihan dan workshop selama 4 kali pertemuan serta evaluasi sesuai dengan materi dan praktik para guru di salah satu SMK di kota Kediri, (4). Penyusunan laporan pengabdian masyarakat.
Article
ABSTRAKKegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) selalu dilakukan setiap tahun sebagai pemenuhan salah satu kewajiban Tri Darma Perguruan Tinggi selain pendidikan dan penelitian. Namun, tahun ini kegiatan pengabdian kepada masyarakat sedikit berbeda pelaksanaannya yaitu dengan pelaksanaan secara daring karena situasi yang tidak memungkinkan untuk bertemu dan tatap muka dengan peserta pelatihan akibat menyebarnya virus COVID-19. Kegiatan Pelatihan English Basic Skills bagi siswa SMK Pariwisata Harapan ini akan dilakukan 4 kali pada bulan Juli-September 2020 dengan menyasar siswa kelas X SMK Pariwisata Harapan sebanyak 25 siswa. Tujuan dari kegiatan pelatihan ini untuk (1) mempromosikan prodi Sastra Inggris, (2) meningkatkan keterampilan dasar bahasa Inggris siswa yang meliputi kemampuan berbicara (speaking), mendengarkan (listening), menulis (writing), dan membaca (reading). Media google classroom digunakan dalam pelatihan ini untuk memudahkan komunikasi dan meminimalkan kemungkinan kendala internet saat live. Para peserta akan mendapat waktu lebih banyak untuk mempelajari materi dan juga bisa mendengarkan berulang kali karena materi yang akan diberikan berupa powerpoint dengan rekaman suara pengajar. Setelah kegiatan ini dilakukan, keterampilan dasar bahasa Inggris (English basic skills) siswa meningkat melalui prosedur pre-test dan post-test.Kata kunci: English basic skills, google classroom, PkM, pelatihan daring
Article
Tujuan penelitian ini adalah membangun media pembelajaran Interaktif pada mata Pelajaran Bahasa inggris kelas VII di Sekolah menengah Pertama XYZ. Tahapan yang di lakukan terdiri dari 6 tahapan Utama yaitu Identifikasi masalah, Pengumpulan data, Tahap Analisis Data, Tahap pembangunan perangkat Lunak, tahap pengujian dan tahap penarikan Kesimpulan. Media Pembalajaran yang dibangun menggunakan teknologi ispeech recognition untuk membantu siswa dalam melakukan latihan materi Listening, Speaking, Pronounciation, serta Conversation. Aplikasi yang di bangun juga di lengkapi dengan penyajian materi secara interaktif yang selain memudahkan guru dalam menyampaikan materi juga memudahkan siswa dalam memahami materi yang di ajarkan guru. Berdasarkan hasil pengujian, semua fungsionalitas yang di perlukan oleh pengguna bisa di sediakan dengan baik. Selain itu berdasarkan penilaian terhadap respon dari pengguna berada pada kategori positif, hal ini berarti bahwa media pembelajaran yang di bangun membantu pengguna dalam belajar dan mengajar bahasa inggris. Dengan adanya Media Pembelajaran Bahasa Inggris Guru bisa menyampaikan materi dengan baik serta siswa dapat memahami Pembelajaran Bahasa inggris yang di berikan oleh guru dengan Baik.
Article
Penggunaan metode dalam pencapaian hasil pembelajaran yang diinginkan, pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode berdasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Pembelajaran dapat efektif apabila mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sesuai dengan indikator pencapaian. Guru sebagai pembimbing diharapkan mampu menciptakan kondisi yang strategi yang dapat membuat peserta didik nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut. proses belajar mengajar hendaknya guru dapat mengarahkan dan membimbing siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta suatu interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif diperlukan strategi yang tepat agar pembelajaran dapat berjalan dengan optimal dan efektif