Available via license: CC BY-NC 4.0
Content may be subject to copyright.
1,2) Universitas Muhammadiyah Malang
ANALISIS SIKAP KEAGAMAAN TOKOH UTAMA
DALAM NOVEL RENTANG KISAH
KARYA GITA SAVITRI DEVI
1Nur Hanifa, 2Sugiarti
1nurhanifa.nipo@gmail.com, 2sugiarti@umm.ac.id
1,2) Universitas Muhammadiyah Malang
Abstract: Religious attitudes became essential to the main character because it was
an indication of a servant's obedience to his Lord. The study is intended to describe
(1) forms of religious attitude of the lead character in the novel Rentang Kisah by
Gita Savitri Devi and (2) factors that influenced the religious attitude of the lead
character in the novel Rentang Kisah by Gita Savitri Devi. The approach used in this
study is religious psychology. Research shows that (1) forms of religious attitude
lead character in Gita Savitri Devi's Rentang Kisah novel include belief in the
traditional, belief in religious consciousness, and inaction. (2) factors that affect
religious attitudes of internal and external factors. The internal factors of heredity,
personality, age level, and soul condition, while external factors are that family,
friendship, and social activity. The conclusion of the religious attitude of the lead
character in the novel Rentang Kisah by Gita Savitri Devi’s is that religious attitude
are shaped by the consciousness of the Gita character influenced by family,
friendship, and environment.
Keywords: religious attitude, religious indecision, religious feeling
Abstrak: Sikap keagamaan menjadi sangat penting bagi tokoh utama karena sikap
tersebut merupakan ciri penanda ketaatan seorang hamba pada Tuhannya. Penelitian
ini bermaksud untuk mendeskripsikan (1) bentuk-bentuk sikap keagamaan tokoh
utama dalam novel Rentang Kisah karya Gita Savitri Devi dan (2) faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap keagamaan tokoh utama dalam novel Rentang Kisah karya Gita
Savitri Devi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
psikologi agama. Metode penelitian yang digunakan ialah deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) bentuk-bentuk sikap keagamaan tokoh utama
dalam novel Rentang Kisah karya Gita Savitri Devi berupa percaya turun-temurun,
percaya kesadaran, dan kebimbangan beragama. (2) faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap keagamaan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal berupa hereditas, kepribadian, tingkat usia, dan kondisi jiwa seseorang,
sedangkan faktor ekternal terdiri dari keluarga, pertemanan, dan kegiatan sosial.
Kesimpulan sikap keagamaan tokoh utama dalam novel Rentang Kisah karya Gita
Savitri Devi bahwa sikap keagamaan terbentuk karena kesadaran tokoh Gita yang
dipengaruhi oleh faktor keluarga, pertemanan, dan lingkungan.
Kata Kunci: kebimbangan beragama, perasaan agama, sikap keagamaan
Analisis Sikap Keagamaan Tokoh Utama Dalam Novel Rentang Kisah
Karya Gita Savitri Devi (Nur Hanifa, Sugiarti)
154
I. PENDAHULUAN
Pada saat ini, kalangan remaja lebih
tertarik pada novel bergenre romansa
dibandingkan novel bergenre inspiratif.
Novel inspiratif merupakan novel yang
berisi tentang nilai moral atau hikmah yang
dapat diambil sehingga novel jenis ini
bersifat memotivasi pembacanya (Ariska &
Amelysa, 2020). Tokoh remaja akhir pada
novel Rentang Kisah karya Gita Savitri Devi
yang memahami kepercayaan agama
dengan mengandalkan logika, seperti
pendapat Sambang, et, al (2022) bahwa pada
masa remaja seseorang memahami agama
dengan berpikir kritis. Tokoh tersebut
mampu menginspirasi sikap keagamaan
kepada tokoh yang lain dalam rangka
menjadikan sikap keagamaan sebagai media
untuk meningkatkan keimanan seseorang
dalam beragama. Seseorang dikatakan
memiliki sikap keagamaan dapat dilihat dari
perilakunya berdasarkan Alqur’an dan hadis
(Noer et al., 2017).
Sikap keagamaan berhubungan erat
dengan keberadaan agama. Sikap
keagamaan lahir dari agama itu sendiri yang
menuntun manusia pada jalan yang benar.
Sikap keagamaan ditunjukkan pada
kehidupan sosial manusia yang diwujudkan
dalam interaksi dengan Tuhan, diri sendiri,
orang tua, keluarga, masyarakat, bahkan
alam. Hal tersebut menerangkan bahwa
sikap keagamaan berakibat pada
perkembangan sosial manusia (Umatin,
2018).
Salah satu novel yang menarik untuk
diteliti dengan kajian sikap keagamaan
adalah novel Rentang Kisah karya Gita
Savitri. Dalam novel tersebut penulis
menceritakan kehidupan pribadinya yang
sekaligus menjadi tokoh utama yang
bernama Gita. Kisah ini dimulai sejak Gita
duduk di bangku SMA. Pada saat itu Gita
memiliki hubungan yang tidak harmonis
dengan ibunya. Setelah lulus SMA, Gita
pindah ke Jerman untuk melanjutkan
studinya. Berbagai masalah yang dialami
Gita selama hidup di Jerman. Mulai dari
sistem pendidikan yang berbeda, adaptasi
dengan lingkungan baru, hingga kurangnya
pengetahuan terhadap ilmu agama. Oleh
karena itu, Gita memutuskan untuk
memperdalam ilmu agama dengan
menonton video keagamaan dan mengikuti
organisasi pemuda Islam di Jerman.
Selain itu, Gita juga mengajak
temannya yang nonmuslim bernama Paul
untuk mengenal Islam. Setiap kali bertemu,
Gita mengajak untuk berdiskusi tentang
Islam, tetapi Paul tidak tertarik dengan
pembahasan mengenai agama, khususnya
Islam. Sampai suatu saat Paul tertimpa
musibah dan membuat dirinya sadar
mengenai ajakan Gita untuk mengenal
Islam. Kondisi tersebut membuat Paul mau
berdiskusi tentang Islam. Gita mengajak
Paul untuk berdoa dan salat supaya lebih
Analisis Sikap Keagamaan Tokoh Utama Dalam Novel Rentang Kisah
Karya Gita Savitri Devi (Nur Hanifa, Sugiarti)
155
tenang saat menghadapi banyak masalah.
Setelah kejadian itu, Paul rajin membaca
artikel dan perlahan-lahan mulai tahu
tentang ajaran agama Islam. Selang
beberapa bulan, akhirnya Paul memutuskan
untuk menjadi seorang muslim. Sejak saat
itu Gita dan Paul tidak takut dengan ujian
yang dihadapi kedepannya karena mereka
percaya Allah akan selalu menemani
hamba-Nya. Sikap tersebut mampu
mendorong Gita dan Paul menumbuhkan
sikap keagamaan pada diri mereka. Oleh
karena itu, pandangan Gita terhadap
kehidupan selalu berlandaskan ajaran agama
Islam sehingga dapat terbentuk sikap
keagamaan pada dirinya dengan berjalannya
waktu. Sikap keagamaan terbentuk karena
adanya dorongan dalam diri untuk bertindak
berdasarkan ketaatan pada agama yang
diyakininya (Nawi & Ahmad, 2020).
Fokus penelitian ini pada sikap
keagamaan tokoh utama pada novel Rentang
Kisah karya Gita Savtri Devi, terdapat
beberapa analisis terdahulu yang berkaitan
dengan topik penelitian ini. Penelitian
Sutarto (2018) tentang Pengembangan
Sikap Keberagamaan Peserta Didik. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa sikap
keagamaan terbentuk dengan adanya tiga
komponen, yaitu kognitif, afektif, dan
konatif. Hal ini terkait dengan
pengembangan sikap keagamaan pada
peserta didik. Namun, penelitian ini
memfokuskan pada sikap keagaman tokoh
utama dalam novel Rentang Kisah. Selain
itu, Choli & Rifa’i (2021) meneliti tentang
Pengembangan Sikap Keberagamaan Siswa
di masa Pandemi Covid-19. Hasil
penelitiannya membuktikan bahwa dengan
melakukan pendampingan yang baik serta
terarah pada peserta didik yang dilakukan
secara berkepanjangan akan terbentuk sikap
keagamaan. Hal tersebut menunjukkan
bahwa sikap keagamaan terbentuk dari
pembiasaan yang baik pada peserta didik.
Perbedaan penelitian yang dilakukan Choli
& Rifa’i (2021) dengan penelitian ini
terdapat pada fokus penelitian. Di sisi lain,
Sari & Fitri (2021) mengkaji Sikap
Keberagamaan Masyarakat di Nagari Abai
Siat Kecamatan Koto Besar Kabupaten
Dharmasraya. Hasil penelitiannya me-
nunjukkan bahwa sikap keagamaan pada
masyarakat Nagari Abai Siat terbentuk
karena adanya kegiatan rutin kerohanian
yang memberikan dampak yang positif bagi
masyarakatnya. Penelitian yang dilakukan
Sari & Fitri (2021) berbeda dengan
penelitian ini, yang berfokus pada novel.
Berdasarkan penelitian di atas, dapat
dikemukakan bahwa sikap keagamaan
terbentuk karena adanya dorongan dan
pembiasaan bersikap keagamaan sehingga
seseorang akan terbiasa bersikap sesuai
ajaran agama. Selain itu, perlu adanya
motivasi diri supaya seseorang terus
berproses dalam membentuk sikap
keagamaan dalam kehidupannya. Hal ini
Jurnal Elsa, Volume 20, Nomor 2, September 2022
156
sejalan dengan pendapat Sulaiman (2014)
yang mengatakan bahwa perubahan sikap
terjadi melalui sebuah proses yang
disesuaikan dengan penyeimbangan diri
seseorang dengan lingkungannya. Ber-
dasarkan perbedaan yang telah diungkap,
penelitian ini penting dilakukan untuk
melengkapi perbedaan tersebut dan
menelaah lebih dalam terkait sikap
keagamaan melalui novel yang dikaji.
Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan bentuk-bentuk sikap
keagamaan pada tokoh utama dan faktor-
faktor yang memengaruhi tokoh utama
untuk memiliki sikap keagamaan dalam
novel Rentang Kisah karya Gita Savitri
Devi. Selain itu, hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan rujukan untuk
penelitian lebih lanjut terkait dengan sikap
keagamaan.
Sikap keagamaan memiliki
keterkaitan yang sangat erat dengan teori
fakulti. Pada teori ini dijelaskan bahwa
tingkah laku manusia bersumber dari
berbagai unsur keagamaan (Arifin, 2008;
Hamali, 2013; Jalaluddin, 2008). Unsur-
unsur tersebut memegang peranan penting
dalam teori fakulty, di antaranya fungsi hak
cipta (reason), rasa (emotion), dan karsa
(will) (Jalaluddin, 2008). Ketiga unsur
tersebut masing-masing memiliki fungsi
yang dapat menguraikan bentuk-bentuk
sikap keaga- maan.
Cipta (reason) merupakan
kemampuan untuk berpikir yang
diwujudkan dalam ilmu kalam, rasa
berperan untuk membentuk motivasi dalam
diri seseorang (Arifin, 2015). Kemampuan
dalam diri seseorang yang digunakan untuk
menggali informasi dengan berpikir secara
logis, kritis, maupun kreatif yang
berdampak pada cara berpikir seseorang dan
mampu menciptakan motivasi pada diri
individu. Sesuai dengan pernyataan
Masganti (2014), cipta dapat diartikan
sebagai intelektual manusia yang dapat
membandingkan dan menilai serta
memutuskan suatu tindakan terhadap
stimulus tertentu. Selain itu cipta (reason)
juga berfungsi dalam syariat Islam untuk
menetapkan benar atau tidaknya ber-
dasarkan inteleknya.
Rasa (emotion) adalah motivasi
berbentuk tingkah laku yang tercipta dari
keadaan jiwa manusia pada diri individu
(Arifin, 2008). Rasa (emotion) dalam
beragama berpengaruh terhadap penga-
laman seseorang yang dapat menghasilkan
sikap keagamaan yang sebelumnya melalui
tahap cipta (reason). Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa rasa (emotion)
merupakan perkembangan keyakinan
keagamaan, memperkuat, memperkaya,
atau memodifikasi kepercayaan agama yang
sudah dianut sebelumnya (Rohmah, 2020).
Oleh karena itu, mampu menumbuhkan
perasaan seseorang dalam merenungi
Analisis Sikap Keagamaan Tokoh Utama Dalam Novel Rentang Kisah
Karya Gita Savitri Devi (Nur Hanifa, Sugiarti)
157
keabsahan ajaran agama secara seimbang
dan positif.
Karsa (will) mampu mendorong
seseorang untuk melakukan ajaran
keagamaan seseorang yang dianutnya
(Jalaluddin, 2008). Karsa (will) merupakan
tahapan akhir yang mewujudkan kehendak
reason dan emotion sehingga terlihat jelas
bahwa sikap keagamaan suatu tindakan
yang jelas. Karsa (will) menimbulkan sikap-
sikap keagamaan yang benar dan logis.
Sikap atau dalam Islam disebut dengan
akhlak merupakan bagian penting dalam
ajaran agama Islam yang berhubungan
dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan
supaya manusia berperilaku baik kepada
Allah SWT dan sesama makhluk lainnya
yang Allah SWT ciptakan (Novianti &
Munir, 2017). Hal ini membuktikan bahwa
akhlak terdiri dari berbagai macam sesuai
dengan pengalaman yang
melatarbelakanginya. Akhlak kepada Allah,
diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan alam
(Ali, 2012).
Permasalahan cipta, rasa, dan karsa
terkait dengan sikap keagamaan seseorang
dalam menjalani kehidupan. Sikap
keagamaan merupakan segala bentuk
ucapan atau perbuatan seseorang yang
berkaitan dengan agama (Maherah, 2020).
Menurut pendapat Leuba (dalam Munirah &
Ladiku, 2019) bahwa sistem kepercayaan
atau emosi khusus disesuaikan dengan cara
bertingkah laku seseorang. Seseorang yang
berperilaku sesuai dengan ketentuan agama,
berarti orang tersebut sudah memiliki sikap
keagamaan dalam dirinya. Sejalan dengan
pemikiran di atas, Mustaghfiroh & Az Zafi
(2021), seseorang yang memiliki sikap
keagamaan berarti telah menerapkan ajaran
atau nilai-nilai agama Islam dalam
kehidupannya. Kehidupan orang yang
memiliki sikap keagamaan akan mudah
terhindar dari gangguan mental. Oleh karena
itu, sikap keagamaan berdampak positif bagi
kesehatan mental seseorang yang dapat
menentukan kualitas hidup seseorang
(Ahmadi Gatab, 2011).
Sikap keagamaan berkaitan antara
hubungan manusia dengan Tuhan,
perolehan bukan bawaan, dan satu kesatuan
yang utuh antara pengetahuan, perasaan, dan
tindakan keagamaan (Hamali, 2011;
Ramayulis, 2009; Warsah, 2018). Oleh
karena itu, sikap keagamaan dapat diukur
dengan pola tingkah laku seseorang dalam
menentukan pilihannya. Sikap keagamaan
dapat diketahui melalui bentuk-bentuk sikap
keagamaan seseorang dalam kehidupannya.
Bentuk-bentuk sikap keagamaan
seseorang berupa percaya dengan turun-
temurun, percaya dengan kesadaran,
kebimbangan beragama, dan tidak percaya
kepada Tuhan (Yudi, 2021). Percaya dengan
turun-temurun maksudnya sese- orang
memeluk dan meyakini suatu agama karena
mengikuti pola tingkah agama yang
diterapkan oleh orang tua maupun
Jurnal Elsa, Volume 20, Nomor 2, September 2022
158
lingkungan sejak lahir. Percaya dengan
kesadaran, seseorang akan bertindak
berdasarkan pencermatan dan pertimbangan
yang diyakini sebelumnya berdasarkan ilmu
pengetahuan. Kebimbangan beragama,
keadaan tersebut pasti pernah terjadi pada
diri seseorang karena bertambahnya usia
dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
Tentu hal tersebut dapat diatasi dengan
memperdalam ilmu agama. Tidak percaya
Tuhan, merupakan bentuk sikap keagamaan
yang melibatkan Tuhan dalam kehidupan
manusia. Tidak percaya Tuhan dapat diatasi
dengan penanaman ajaran-ajaran agama
pada diri manusia. Manusia dapat mengatasi
keadaan seperti ini dengan menjadikan
Tuhan sebagai tempat untuk berharap,
karena Tuhan merupakan zat yang tidak
pernah mengecewakan hambanya dan hanya
Tuhan sebaik-baik tempat berharap dan
meminta (Miswar, 2017).
Bentuk-bentuk sikap keagamaan tentu
tidak tumbuh dengan sendirinya terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa
seseorang. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap keagamaan, yaitu
kepribadian, pendidikan, budaya, dan sosial
politik (Mulyadi & Adriantoni, 2021;
Yuhani’ah, 2022). Dilihat dari faktor-faktor
tersebut dapat diketahui bahwa sikap
keagamaan bukan hanya di pengaruhi dalam
diri seseorang, melainkan juga faktor dari
luar yang juga mempengaruhi. Hal itu dapat
dikatakan bahwa sikap keagamaan di
pengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal dan
eksternal (Yuliana & Nurjanah, 2021).
Faktor internal merupakan faktor yang
berasal dalam diri seseorang yang
berpengaruh dalam sikap keagamaan.
Faktor ini berupa hereditas, kepribadian,
tingkat usia, dan kondisi jiwa seseorang
(Kasim, 2011; Yuliana & Nurjanah, 2021).
Faktor-faktor tersebut terbentuk dari sejak
lahir atau keturunan dari orang tua yang
melekat pada diri anak. Namun, tidak semua
karakter orang tua melekat pada diri
seseorang, hal ini juga dipengaruhi oleh
faktor eksternal dalam membentuk sikap
beragama.
Faktor eksternal adalah kondisi yang
berasal dari luar diri seseorang berupa
keluarga, sekolah, maupun lingkungan
sekitar. Faktor-faktor ini berupa aspek
keluarga, pendidikan, dan masyarakat
(Anuar, 2012; Hapnita et al., 2018). Faktor-
faktor tersebut dapat membentuk sikap
keagamaan berdasarkan lingkungan sese-
orang sehingga menumbuhkan rasa dan
perilaku keagamaan.
Berdasarkan pemikiran di atas,
penelitian ini difokuskan pada (1) bentuk-
bentuk sikap keagamaan tokoh utama dalam
novel Rentang Kisah karya Gita Savitri Devi
(2) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
keagamaan tokoh utama dalam novel
Rentang Kisah karya Gita Savitri Devi.
Analisis Sikap Keagamaan Tokoh Utama Dalam Novel Rentang Kisah
Karya Gita Savitri Devi (Nur Hanifa, Sugiarti)
159
II. METODE
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah psikologi agama.
Psikologi agama adalah cabang dari
psikologi yang mempelajari perilaku
manusia dalam kaitannya dengan dampak
keyakinan terhadap agama yang dianutnya
(Jalaluddin, 2008). Penelitian ini meng-
gunakan metode deskriptif kualitatif yang
mendeskripikan bentuk-bentuk sikap ke-
agamaan dan faktor-faktor sikap keagamaan
dengan memecahkan berbagai persoalan
pada fokus penelitian.
Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah novel Rentang Kisah
karya Gita Savitri Devi. Data penelitian
berupa sekuen cerita yang relevan dengan
fokus penelitian yang berupa kata, kalimat,
dan paragraf. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan teknik simak dan
catat. Teknik simak dilakukan dengan cara
mengamati kata, kalimat, dan paragraf yang
berisi sikap keagamaan pada tokoh utama
dalam novel Rentang Kisah. Kemudian data
yang telah ditemukan tersebut dicatat.
Teknik analisis data dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi, mengklasifikasi- kan,
meng analisis data, dan penarikan simpulan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bentuk-bentuk Sikap Keagamaan Tokoh
Utama dalam Novel Rentang Kisah
Kehidupan tokoh utama pada novel
Rentang Kisah karya Gita Savitri Devi
selama pindah ke Jerman menghadapi
berbagai persolan hidup. Berangkat dari
persoalan hidup inilah tokoh utama
memiliki sikap keagamaan yang
ditunjukkan dalam beberapa bentuk sikap
keagamaan. Adapun bentuk-bentuk sikap
keagamaan berupa percaya dengan turun-
temurun, percaya dengan kesadaran, dan
kebimbangan beragama.
Percaya dengan Turun-Temurun
Percaya dengan turun-temurun
sebagai bentuk sikap keagamaan yang
menim- bulkan sikap seseorang dalam
beragama karena keyakinan yang sudah
dipercaya sejak lahir. Ajaran-ajaran agama
yang orang tua berikan tentu akan melekat
pada diri seorang anak selama mau
memahaminya. Bentuk sikap keagamaan ini
dimiliki oleh tokoh utama yang setuju
dengan pendapat ibunya perihal pindah
keyakinan, berikut kutipannya.
“Keluargaku adalah penganut
Islam yang kuat. Dari dulu aku
udah diwanti-wanti oleh ibuku
supaya berhati-hati dalam
memilih pasangan. (“Pindah
keyakinan hanya karena laki-laki
Jurnal Elsa, Volume 20, Nomor 2, September 2022
160
itu nggak worth it” katanya). Aku
setuju. Aku memang bukan
muslimah yang alim, tapi untuk
urusan agama, aku bukan orang
yang gampang digoyahkan”(Devi,
2017: 92).
Kutipan di atas menunjukkan bahwa
Gita berasal dari keluarga yang kental akan
ajaran agama Islam. Dia sudah diajarkan
agama dari kecil sehingga pada saat tumbuh
remaja dia meyakini bahwa yang diajarkan
oleh keluarganya sesuai dengan ajaran
agama. Bentuk kepercayaan turun-temurun
ini dapat mendorong seseorang bersikap
sesuai ajaran agama yang dianutnya. Hal ini
terjadi pada tokoh utama bahwa dia bukan
orang yang gampang digoyahkan agamanya.
Ajaran agama yang diterima Gita dari
keluarga membuat Gita yakin dengan agama
yang diyakininya. Bentuk kepercayaan
turun-temurun yang dimiliki Gita tentu
karena kehadiran keluarga yang membawa
ajaran agama pertama kali pada Gita.
Pembentukan suatu sistem tergantung pada
sikap orang tua dan kehadiran lingkungan
keagamaan yang mendukung (Fatmawati,
2016). Selain itu, agama yang diajarkan
keluarga kepada anak sebatas melaksanakan
kewajiban saja tanpa ada penanaman nilai-
nilai agama, tentu akan mengakibatkan anak
sulit memahami secara mendalam terkait
agama yang diyakininya. Keadaan tersebut
juga dialami tokoh Gita yang memahami
agama dengan menjalankan kewajiban salat
dan puasa saja.
“Ternyata selama ini aku
beragama cuma sekadar salat
dan puasa saja. Ilmuku masih
miskin. Ironi memang, mengingat
aku lahir dan besar sebagai
muslim”(Devi, 2017: 98-99).
(Devi, 2017: 98--99)
Dari kutipan di atas, Gita hanya
memahami agama sebatas salat dan puasa
berdasarkan ajaran agama yang dilakukan
keluarga pada kehidupannya. Meskipun
demikian, salat dan puasa merupakan rukun
Islam yang wajib dilakukan oleh setiap
muslim. Salat memiliki esensi sebagai
ibadah yang dapat mendekatkan seorang
hamba dengan Tuhannya. Hal ini sejalan
dengan pendapat Khalili (2006) bahwa salat
mampu mengantarkan seseorang mencapai
derajat kedekatan dengan Allah. Selain
salat, puasa juga memiliki makna tersendiri
yang menjadikan manusia lebih takwa dan
lebih sabar (Hilda, 2014). Berawal dari salat
dan puasa seseorang menumbuhkan sikap
keagamaan yang berupa menjalankan
perintah agama yang diajarkan secara turun-
temurun.
Percaya dengan Kesadaran
Percaya dengan kesadaran sebagai
bentuk dari sikap keagamaan yang bertindak
berdasarkan pencermatan dan pertimbangan
yang diyakini sebelumnya berdasarkan ilmu
pengetahuan. Bentuk sikap keagamaan ini
juga dilakukan oleh tokoh utama dalam
bertindak yang mengandalkan akal dan
logika.
Analisis Sikap Keagamaan Tokoh Utama Dalam Novel Rentang Kisah
Karya Gita Savitri Devi (Nur Hanifa, Sugiarti)
161
“Islam melarang umatnya
mengonsumsi alkohol, karena
memang minuman ini lebih banyak
memberi kerugian dari pada
keuntungan. Masuk akal. Begitu
pula dengan daging babi. Aku
bela-belain mencari sains di
balik larangan ini dan aku
menemukan banyak fakta sains
yang menyebutkan kalau daging
babi memang kurang bersih
untuk dikonsumsi. Oke, yang satu
ini juga masuk akal” (Devi, 2017:
99).
Gita mempercayai bahwa alkohol dan
daging babi merupakan hal yang dilarang
oleh agama dan tidak baik dikonsumsi.
Mencari alasan yang logis di balik larangan
tersebut menunjukkan bahwa Gita sadar
sesuatu yang dilarang oleh agama tersimpan
manfaat yang baik bagi manusia. Meyakini
kedua larangan tersebut dapat menambah
keimanan pada Alqur’an dan hadis bahwa
sesungguhnya perkataan Allah benar dan
nyata (Syukriya & Faridah, 2019). Perilaku
yang dilakukan oleh Gita menunjukkan
sikap keagamaan pada kehidupannnya.
Selain itu, kesadaran dalam beragama
terjadi pada tokoh utama yang
mempertanyakan kenapa wanita muslim
diwajibkan berhijab. Padahal, dengan
memakai pakaian sopan sudah mematuhi
perintah agama. Menurutnya, perintah ini
bertentangan dengan pemikirannya, berikut
kutipannya.
“Aku cukup malu dengan diriku.
Buatku kerudung itu bukan sekadar
kain, tapi simbol agama.
Hubungannya langsung ke Tuhan.
Entah apa yang kupikirkan pada
saat itu sampai aku bisa terlihat
seperti menganggap remeh.
Berlama-lama menyesali perbuatan
nggak akan merubah apa-apa,
pikirku. Aku pun memutuskan
pakai kerudung. Dan semoga
kali ini untuk selama-lamanya”
(Devi, 2017: 124).
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa
sebelumnya Gita bimbang perihal perintah
menutup aurat. Namun, dengan
memperdalam ilmu agama dan dorongan
dalam diri membuat Gita sadar bahwa hijab
merupakan simbol agama yang
berhubungan langsung dengan Tuhan. Tentu
Allah memiliki alasaan yang kuat untuk
menutup aurat bagi perempuan muslim,
yaitu untuk melindungi dan menjaga
kehormatan perempuan (Anwar &
Christanti, 2019).
Kebimbangan dalam Beragama
Setiap orang pernah berada di masa
kebimbangan dalam beragama. Tentu
kebimbangan ini dapat diatasi dengan
memperdalam ilmu agama. Keadaan
tersebut terjadi pada tokoh utama yang ragu
bisa istiqomah dalam berhijab, berikut
kutipannya.
“Keinginanku untuk berhijab
semakin besar. Wajar saja, sudah
tau yang benar tapi masih
melakukan yang salah, memang
bikin hati gundah. Ada satu
keraguan dalam hatiku, aku
ragu aku bisa istiqomah.
Jurnal Elsa, Volume 20, Nomor 2, September 2022
162
Konsistensi dalam berhijab
memang menjadi masalah buatku,
karena ketika SMA dulu aku
pernah memutuskan untuk
menutup aurat. Tapi niatnya kurang
tulus, sehingga nggak berlangsung
lama. Alhasil ketika di Jerman, aku
kembali berpakaian seperti biasa”
(Devi, 2017: 124).
“Aku cukup malu dengan diriku.
Buatku kerudung itu bukan sekadar
kain, tapi simbol agama.
Hubungannya langsung ke Tuhan.
Entah apa yang kupikirkan pada
saat itu sampai aku bisa terlihat
seperti menganggap remeh.
Berlama-lama menyesali perbuatan
nggak akan merubah apa-apa,
pikirku. Aku pun memutuskan
pakai kerudung. Dan semoga kali
ini untuk selama-lamanya (Devi,
2017: 124).
Keinginan untuk berhijab semakin
besar yang membuat Gita ragu dengan
pilihannya. Dia takut niatnya kurang tulus
dan tidak bisa istiqomah seperti dulu dalam
berhijab. Begitu banyak faktor yang
mengganggu pikiran Gita yang membuat
ragu dengan keputusannya. Wujud dari
keraguan dalam beragama tersebut
menunjukkan adanya sikap keagamaan pada
diri Gita. Dikatakan oleh Idrus (2006)
bahwa keraguan-keraguan dalam beragama
merupakan salah satu perilaku kehidupan
beragama pada masa remaja yang sangat
dominan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tokoh
utama memiliki sikap keagamaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
sikap keagamaan tokoh utama dalam novel
Rentang Kisah berupa perubahan sikap
seseorang yang dialami karena
permasalahan dalam hidup tokoh utama.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi,
yaitu (1) faktor internal dan (2) faktor
eksternal.
Faktor internal
Faktor Internal terjadi dalam diri
seseorang berupa hereditas, kepribadian,
tingkat usia, dan kondisi jiwa seseorang.
Faktor–faktor ini mulai terbentuk dari sejak
lahir atau keturunan dari orang tua yang
melekat pada diri sang anak. Faktor
keturunan juga melekat pada diri tokoh
utama yang berpengaruh dalam
terbentuknya sikap keagamaan.
“Ternyata selama ini aku beragama
cuma sekadar salat dan puasa saja.
Ilmuku masih miskin. Ironi
memang, mengingat aku lahir
dan besar sebagai muslim” (Devi,
2017: 98-99).
Beragama cuma sekadar salat dan
puasa menunjukkan bahwa Gita melakukan
ibadah karena tuntunan dari orang tua
sehingga terbawa pada saat Gita remaja.
Penanaman ajaran-ajaran agama yang
dilakukan oleh orang tua Gita dapat
menumbuhkan sikap keagamaan pada diri
Gita karena pengalaman pribadi.
Pengalaman pribadi tersebut melibatkan
Analisis Sikap Keagamaan Tokoh Utama Dalam Novel Rentang Kisah
Karya Gita Savitri Devi (Nur Hanifa, Sugiarti)
163
faktor emosional yang juga menumbuhkan
sikap keagaamaan (Yunita, 2013). Faktor
emosional juga terjadi pada tokoh yang
merenungkan keadaannya, berikut
kutipannya.
“Setelah merenungkan apa yang
sedang aku alami, tidak ada jalan
lain, aku harus menerima. Dari
pada dihabiskan dengan marah-
marah, lebih baik satu tahun yang
aku punya dinikmati, siapa tahu
aku nggak akan punya waktu luang
sebanyak ini pas kuliah di Jerman
nanti. Untuk kali pertama aku
belajar caranya ikhlas dan
berprasangka baik atas jalan
yang Allah kasih. Mungkin ini
cara Dia untuk mendewasakan
aku” (Devi, 2017: 49).
Merenungkan masalah yang sedang
terjadi membuat Gita sadar bahwa terdapat
sikap yang harus dibenahi dalam
menghadapi setiap permasalahan tersebut.
Emosi yang harus Gita kendalikan dapat
mulai memudar sejak dia sadar bahwa
dengan ikhlas dapat membuat seseorang
jauh lebih sabar dalam menghadapi masalah
dan berprasangka baik pada Allah. Emosi ini
menjadi faktor yang mempengaruhi
terbentuknya sikap keagamaan karena
emosi berasal dari diri sendiri yang
diwariskan dari orang tua dan selebihnya
dari nenek moyangnya (Rijal, 2016). Oleh
karena itu, dengan mengendalikan emosi
membuat seseorang memiliki pemikiran
jauh lebih dewasa dari pada sebelumnya.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang
berasal dari luar diri seseorang. Faktor ini
sangat berpengaruh terhadap pembentukan
sikap keagamaan pada tokoh utama yang
sadar bahwa terdapat kesalahan pada
pemahaman mengenai agama Islam. Hal ini
ditunjukkan bahwa sikap keagamaan di
pengaruhi oleh lingkungan keluarga yang
penganut Islam yang kuat. Gita memiliki
sikap keagamaan sejak kecil karena
pengaruh dari keluarga, salah satunya selalu
mengajarkan Gita berhati-hati dalam
memilih pasangan.
“Keluargaku adalah penganut
Islam yang kuat. Dari dulu aku
udah diwanti-wanti oleh ibuku
supaya berhati-hati dalam memilih
pasangan. (“Pindah keyakinan
hanya karena laki-laki itu nggak
worth it” katanya). Aku setuju. Aku
memang bukan muslimah yang
alim, tapi untuk urusan agama, aku
bukan orang yang gampang
digoyahkan” (Devi, 2017: 92).
Kalimat “keluargaku adalah
penganut Islam yang kuat” menunjukkan
bahwa Gita berasal dari keluarga yang
paham agama. Keluarga yang dimaksud
dapat berpengaruh terhadap sikap
keagamaan Gita. Khususnya orang tua yang
berperan penting dalam membangun sikap
(Yulyanti & Sukman, 2017). Sejak kecil
Gita dididik dengan ajaran-ajaran
keagamaan oleh orang tuanya. Salah satu
yang diajarkan ibu Gita ialah dalam memilih
Jurnal Elsa, Volume 20, Nomor 2, September 2022
164
pasangan hidup jangan sampai berbeda
keyakinan. Ajaran yang diberikan oleh
ibunya, membuat Gita paham. Walaupun dia
belum memahami agama terlalu dalam, dia
memiliki iman yang kuat dan tidak bisa
digoyahkan.
“Banyak ngobrolin Islam dengan
Paulus menyadarkanku kalau
aku nggak tahu banyak tentang
agama sendiri. Pertanyaan-
pertanyaan trivial masih nggak
masalah untuk kujawab. Tapi
nggak untuk pertanyaan yang
mendetail. Bahkan, pemahamanku
terhadap Islam pun masih suka
salah” (Devi, 2017: 98).
Melalui Paulus, Gita sadar bahwa
dirinya tidak teralu dalam memahami ilmu
agama. Perlu adanya pemahaman lagi terkait
ilmu agama supaya tidak terjebak dalam
pemikiran-pemikiran yang menyim- pang.
Secara tidak langsung pertemanan antara
Gita dan Paulus memiliki sisi positif yang
dapat meningkatkan pengetahuan tentang
agama Islam. Hal ini menunjukkan bahwa
pentingnya memilih teman dalam kehidupan
seseorang karena teman yang memiliki
perilaku keagamaan yang baik akan
mendorong individu lainnya untuk bersikap
baik, begitu juga sebaliknya (Mujiati et al,,
2017).
“Ternyata menjadi orang
beragama yang berakal itu
bukannya nggak mungkin, sangat
mungkin malah, asalkan kita punya
ilmunya. Lewat liqo aku belajar
mengenal dan mencintai
agamaku sendiri” (Devi, 2017:
102).
Liqo merupakan kegiatan pembinaan
dengan tujuan untuk meningkatkan
keimanan kepada Allah dan meningkatkan
pengetahuan agama. Kegiatan tersebut
diikuti Gita bersama teman-teman
muslimnya yang berada di Berlin, Jerman.
Melalui liqo, Gita belajar mengenal dan
mencintai agama Islam sehingga tidak
terjebak lagi dalam pemikiran-pemikiran
yang salah terkait Islam. Selain itu, liqo juga
mempunyai nilai dakwah yang membentuk
kepribadian yang lebih baik dalam
berperilaku (Aisah et al., 2021). Perubahan
tersebut terjadi pada Gita setelah mengikuti
kegiatan liqo.
IV. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa sikap
keagamaan yang dimiliki tokoh utama atau
penulis dari novel Rentang Kisah yaitu Gita
Savitri Devi terbentuk karena adanya
beberapa permasalahan hidup yang dihadapi
Gita pada saat di Jerman. Permasalahan
tersebut yang membuat Gita sadar dan lebih
dalam mempelajari tentang keagamaan.
Kesadaran tersebut mendorong Gita untuk
menjalani hidup sesuai dengan perintah
agama sehingga dengan berjalannya waktu
Analisis Sikap Keagamaan Tokoh Utama Dalam Novel Rentang Kisah
Karya Gita Savitri Devi (Nur Hanifa, Sugiarti)
165
akan terbentuk sikap keagamaan dalam
dirinya. Adapun bentuk-bentuk sikap
keagamaan yang dimiliki tokoh utama
dalam novel Rentang Kisah karya Gita
Savitri Devi, yaitu percaya pada turun-
temurun, percaya dengan kesadaran, dan
percaya pada kewajiban. Percaya dengan
turun-temurun yang terdiri dari agama yang
diajarkan keluarga dan pemahaman agama
yang dilakukan keluarga. Percaya dengan
kesadaran terdiri dari percaya bahwa
alkohol dan daging babi berbahaya bagi
tubuh untuk di konsumsi dan haram
hukumnya serta percaya pada kewajiban
perempuan muslim untuk berhijab.
Kebimbangan beragama terdiri dari
keinginan untuk memakai hijab setelah
mengatasi kebimbangan dalam dirinya.
Selain itu, faktor-faktor yang mem-
pengaruhi sikap keagamaan tokoh utama
dalam novel Rentang Kisah karya Gita
Savitri Devi, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal berupa keturunan
dan kepribadian dalam diri tokoh utama.
Selain itu, faktor eksternal seperti keluarga,
pertemanan, dan kegiatan sosial. Adanya
konflik dalam cerita sangat menarik karena
cerita yang dibawakan merupakan
pengalaman hidup tokoh utama sehingga
terkesan sangat nyata.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi Gatab, T. (2011). Studying The Relationship Between Life Quality and Religious
Attitude With Students General Health. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 30,
1976–1979. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.10.383
Aisah, S., Shaleh, K., & Sholeh, N. S. M. (2021). Aktivitas Dakwah Islam melalui Kegiatan
Liqo dan Dampak terhadap Perilaku Keagamaan Masyarakat di Kp. Nyalindung
Kelurahan Ciumbuleuit Kota Bandung. Jurnal Riset Komunikasi Penyiaran Islam, 1(1),
21–28. https://doi.org/10.29313/jrkpi.v1i1.20
Ali, Z. (2012). Pendidikan Agama Islam (1st ed.). Jakarta: Bumi Aksara.
http://opacdpklampungprov.perpusnas.go.id/detail-opac?id=7240
Anuar, A. (2012). Sikap Keagamaan Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Budi Luhur
Rumbai Pekanbaru. https://repository.uin-suska.ac.id/8487/
Anwar, R. N., & Christanti, Y. D. (2019). Peran Pendidikan Anak Perempuan dalam
Membentuk Masyarakat Madani. Jurnal Care, 11-18. Jurnal Care: Children Advisory
Research and Education , 6(2), 11–18.
Arifin, B. (2008). Psikologi Agama (Cetakan 2). Bandung: Pustaka Setia.
Jurnal Elsa, Volume 20, Nomor 2, September 2022
166
Arifin, B. (2015). Psikologi Agama. Bandung: Pustaka Setia.
Ariska, W., & Amelysa, U. (2020). Novel dan Novelet (R. Pulungan (ed.)). Medan: Guepedia.
Choli, I., & Rifa’i, A. (2021). Pengembangan Sikap Keagamaan Mahasiswa Di Masa Pandemi
Covid-19. At-Tarbiyat: Jurnal Pendidikan Islam, 4(Vol 4 No 2 (2021): Islamic Education
In Indonesia).
Devi, G. (2017). Rentang Kisah (Azzura (ed.); 1st ed.). Jakarta Selatan: GagasMedia.
Fatmawati. (2016). Peran Keluarga Terhadap Pembnetukan Kepribadian Islam Bagi Remaja.
Jurnal Dakwah: Risalah, 27(1), 17–31.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.24014/jdr.v27i1.2509
Hamali, S. (2011). Sikap Keagamaan dan Pola Tingkah Laku Masyarakat Madani. Al-Adyan:
Jurnal Studi Lintas Agama, 6(2), 77–100.
https://doi.org/https://doi.org/10.24042/ajsla.v6i2.498
Hamali, S. (2013). Sumber Agama dalam Perspektif Psikologis. Kalam, 6(1), 163–183.
https://doi.org/10.24042/klm.v7i1.449
Hapnita, W., Abdullah, R., Gusmareta, Y., & Rizal, F. (2018). Faktor Internal dan Eksternal
yang Dominan Mempengaruhi Hasil Belajar Menggambar Dengan Perangkat Lunak
Siswa Kelas Xi Teknik Gambar Bangunan SMK N 1 Padang Tahun 2016/2017. CIVED:
Joernal of Civil Engineering and Vocational Education, 5(1), 2175–2182.
https://doi.org/https://doi.org/10.24036/cived.v5i1.9941
Hilda, L. (2014). Puasa dalam Kajian Islam dan Kesehatan. HIKMAH, 8(1), 53–62.
Idrus, M. (2006). Keraguan Kepada Tuhan pada Remaja. Psikologika : Jurnal Pemikiran Dan
Penelitian Psikologi, 11(21), 27–36.
https://doi.org/10.20885/psikologika.vol11.iss21.art3
Jalaluddin. (2008). Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kasim, S. (2011). Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Membentuk Sikap
Keagamaan Peserta Didik di SMA Negeri 1 Kota Palopo [UIN Alauddin Makassar].
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/id/eprint/2732
Khalili, M. (2006). Berjupa Allah dalam Salat. Jakarta: Publishing House. (7th ed.). Zahra
Publishing House.
Maherah, R. (2020). Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Sikap
Keagamaan Pada Siswa. At-Ta’lim: Media Informasi Pendidikan Islam, 19(1), 209–232.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.29300/attalim.v19i1.2433
Masganti, S. (2014). Psikologi Agama (4th ed.). Medan: Perdana Publishing.
http://repository.uinsu.ac.id/id/eprint/418
Miswar. (2017). Ahwal At-Tasawwuf (Buah Tasawuf). HIJRI: Jurnal Manajemen Pendidikan
Analisis Sikap Keagamaan Tokoh Utama Dalam Novel Rentang Kisah
Karya Gita Savitri Devi (Nur Hanifa, Sugiarti)
167
dan Keislaman, 6(1), 84–96.
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/hijri/article/view/1097/879
Mujiati, U., & Abstrak, A. T. (2017). Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Teman Sebaya
Terhadap Perilaku Keberagamaan Siswa di SMA Muhammadiyah 1 Kota Magelang.
Tarbiyatuna, 8(1). https://journal.unimma.ac.id/index.php/tarbiyatuna/article/view/1761
Mulyadi, & Adriantoni. (2021). Psikologi Agama (1st ed.). Jakarta: Kencana.
Munirah, M., & Ladiku, N. (2019). Pengembangan Sikap Keberagamaan Peserta Didik. Jurnal
Ilmiah AL-Jauhari: Jurnal Studi Islam Dan Interdisipliner, 4(2), 336–348.
https://doi.org/10.30603/jiaj.v4i2.1143
Mustaghfiroh, H., & Az Zafi, A. (2021). Membina Sikap Keagamaan pada Peserta Didik
Melalui Pendidikan Agama Islam. Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam, 17(2), 11–26.
https://doi.org/10.34001/tarbawi.v17i2.1646
Nawi, N., & Ahmad, P. (2020). Psychology of Religion: Analysis] Psikologi Agama: Suatu
Amalan. Jurnal Islam Dan Masyarakat Kontemporari, 21(Vol 21 No 3 (2020)), 206–214.
Noer, A., Tambak, S., & Rahman, H. (2017). Upaya Ekstrakurikuler Kerohanian Islam
(ROHIS) dalam Meningkatkan Sikap Keberagamaan Siswa di SMK Ibnu Taimiyah
Pekanbaru. Jurnal Al-Thariqah, 2(Jurnal Al-Thariqah Vol. 2, No. 1, Juni 2017 ISSN
2527-9610), 2527–9610.
Novianti, N., & Munir, S. (2017). Nilai Religius dalam novel Bulan Terbelah Di Langit
Amerika Karya Hanum Salsabiela Rais dan Angga Almahendra. LITERASI: Jurnal
Penenlitian Bahasa Dan Sastra Indonesia Serta Pembelajarannya, 1(2), 73–81.
Ramayulis. (2009). Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia.
Rijal, F. (2016). Perkembangan Jiwa Agama pada Masa Remaja (Al-Murahqah). PIONIR:
Jurnal Pendidikan, 5(2), 1–14. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22373/pjp.v5i2.3354
Rohmah, N. (2020). Psikologi Agama (A. Jadidah (ed.); Revisi). Surabaya: CV. Jakad Media
Publishing.
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=bFDpDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1
&dq=Rohmah,+N.+Psikologi+Agama+Edisi+Revisi.+Surabaya&ots=YDKUqBtIU5&si
g=0Eux9U_vJXF5XWDoclb7_XplKiE&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
Sambang, Prasetiya, B., & Hidayah, U. (2022). Peran Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam Dalam Membentuk Sikap Keagamaan Peserta Didik Di SMP Islam Terpadu
Permata Kota Probolinggo. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4(Vol. 4 No. 2 (2022):
Jurnal Pendidikan dan Konseling), 135–147.
Sari, S., & Fitri, N. (2021). Sikap Keberagamaan Masyarakat di Nagari Abai Siat Kecamatan
Koto Besar Kabupaten Dharmasraya. MENARA Ilmu, 15, 94–101.
Sulaiman, U. (2014). Analisis Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Beragama Siswa (Kasus pada
Siswa SLTP Negeri I dan MTs Negeri Bulukumba). AULADUNA, 1(Vol. 1 No. 2 (2014):
Jurnal Elsa, Volume 20, Nomor 2, September 2022
168
December), 201–217.
Sutarto, S. (2018). Pengembangan Sikap Keberagamaan Peserta Didik. Islamic Counseling:
Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 2(1), 21. https://doi.org/10.29240/jbk.v2i1.468
Syukriya, A., & Faridah, H. (2019). Kajian Ilmiah dan Teknologi Sebab Larangan Suatu
Makanan dalam Syariat Islam Science And Technology Studies Of The Causes Of
Prohibited Foods In Islamic Law. Journal of Halal Product and Research, 2(1), 44–50.
https://e-journal.unair.ac.id/JHPR/article/download/13543/7598
Umatin, C. (2018). Pengaruh Sikap Keagamaan Terhadap Perkembangan Siswa di MAN
Kembangsawit Kebonsari Madiun. TransformasI: Jurnal Studi Agama Islam, 11, 155–
165.
Warsah, I. (2018). Pendidikan Keluarga Muslim Di Tengah Masyarakat Multi Agama: Antara
Sikap Keagamaan Dan Toleransi (Studi di Desa Suro Bali Kepahiang-Bengkulu).
Edukasia : Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 13(1), 1.
https://doi.org/10.21043/edukasia.v13i1.2784
Yudi, G. (2021). Upaya Peningkatan Sikap Keagamaan Bagi Remaja Islam Di Desa Kebon
Damar Kecamatan Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur [UIN Raden Intang
Lampung]. http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/15560
Yuhani’ah, R. (2022). Psikologi Agama Dalam Pembentukan Jiwa Agama Remaja. Jurnal
Kajian Pendidikan Islam, 1(1), 12–42.
https://journal.staimaarifkalirejo.ac.id/index.php/jkpi/article/view/5
Yuliana, R., & Nurjanah, I. (2021). Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Sikap Keagamaan
Siswa (Studi Kasus di MI Ma’arif Cekok Ponorogo). Jurnal Paradigma, 11(1), 145–168.
https://doi.org/https://doi.org/10.53961/jurnalparadigma.v11i01.104
Yulyanti, L., & Sukman, S. (2017). Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina
Sikap Keagamaan Pada Peserta Didik. AL-FIKR: Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), 20–18.
https://doi.org/10.32489/alfikr.v3i1.49
Yunita, F. (2013). Peran Organisasi Pemuda Pengajian Miftahul Jannah Dalam
Menumbuhkan Sikap Keagamaan Remaja Di Kampung Jati Parung-Bogor [ Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta].
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/34329