Available via license: CC BY-NC 4.0
Content may be subject to copyright.
Blok Pleksus Servikal Supersialis Sebagai Analgek Adjuvan pada
Operasi Tiroidektomi: Sebuah Laporan Kasus
Albertus Medianto Walujo1*, I Gde Agus Shuarsedana Putra2, Nova Juwita2
1. Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya
2. Residen Anestesiologi Dan Reanimasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana-RSUP
Sanglah
ABSTRAK
Pendahuluan: Berbagai macam teknik anestesi regional sudah banyak dikembangkan guna
memfasilitasi pengendalian nyeri selama operasi maupun paska operasi, blok pleksus servikalis
supersialis (BPSS) merupakan salah satunya. Penulis mempresentasikan kasus, pasien laki-laki
berusia 53 tahun yang menjalankan operasi roidektomi. Dilakukan anestesi umum pada pasien
dengan adjuvan BPSS guna mengendalikan nyeri intra maupun paska operasi. Dari laporan kasus ini
dapat disimpulkan bahwa BPSS adalah teknik anestesi regional yang mudah aplikasikan dan secara
efekf dapat menjadi adjuvant pada pembedahan roidektomi serta dapat mengurangi penggunaan
opioid selama operasi.
Ilustrasi Kasus: Pada laporan kasus ini, dilakukan pengamatan pada pasien laki-laki berusia 53
Ilustrasingan keluhan benjolan pada leher sejak 1 bulan yang lalu, yang menjalani pembedahan
roidektomi. Pasien mendapatkan premedikasi dan setelah prosedur intubasi, dilakukan blok
pleksus servikalis supersialis dengan menggunakan ropivakain 0.75% sebanyak 10 cc dengan teknik
mengipas dan anestesi lokal diberikan sepanjang batas posterior muskulus sternokleidomastoideus.
Selama operasi berlangung, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Simpulan: Blok pleksus servikalis supersialis adalah teknik anestesi regional yang mudah aplikasikan
dan secara efekf dapat menjadi adjuvant pada pembedahan roidektomi serta dapat mengurangi
penggunaan opioid selama operasi.
Kata Kunci: blok pleksus servikal supersialis, analgek adjuvan, roidektomi
PP PERDATIN 108
LAPORAN KASUS
*penulis korespondensi
DOI:10.55497/majanestcricar.v40i2.234
ABSTRACT
Background: The Bonls Intubaon Fibrescope is a rigid opcal instrument for performing orotracheal
Various regional anesthec techniques have been developed to control pain during and aer surgery,
supercial cervical plexus block (SCPB) is one of the techniques that can be used. We present a
case, male paent, 53-years-old who underwent thyroidectomy surgery. General anesthesia was
performed on paents with SCPB adjuvant to control intra- and postoperave pain. From this case
report, it can be concluded that BPSS is a regional anesthec technique that is easy to apply and can
eecvely be an adjuvant in thyroidectomy surgery, and can reduce the use of opioids during surgery.
Case Illustraon: In this case report, an observaon was made on a 53-year-old male paent
complaining of a lump in the neck since 1 month ago, who underwent thyroidectomy surgery. The
paent received premedicaon and aer the intubaon procedure, a supercial cervical plexus block
was performed using 10 cc of 0.75% ropivacaine with a fan technique and local anesthesia was
administered along the posterior border of the sternocleidomastoid muscle. During the operaon,
vital signs were within normal limits.
Conclusion: Supercial cervical plexus block is a regional anesthec technique that is easy to apply
and can eecvely be an adjuvant to thyroidectomy surgery and can reduce the use of opioids during
surgery.
Keywords: supercial cervical plexus block, adjuvant analgesia, thyroidectomy
PP PERDATIN 109
CASE REPORT
*corresponding author
Supercial Cervical Plexus Block as Adjuvant Analgesia In
Thyroidectomy: A Case Report
Albertus Medianto Walujo1*, I Gde Agus Shuarsedana Putra2, Nova Juwita2
1. Departement of Anesthesiology and Intensive Care, Wangaya Hospital
2. Anesthesiology and Reanimaon Residency, Faculty of Medicine, Universitas Udayana-RSUP
Sanglah
DOI:10.55497/majanestcricar.v40i2.234
PP PERDATIN
Walujo AM, dkk.
Berbagai macam teknik anestesi regional sudah
banyak dikembangkan guna memfasilitasi
pengendalian nyeri selama operasi maupun
paska operasi, blok pleksus servikalis supersialis
(BPSS) merupakan salah satunya. Penulis
mencoba memaparkan efektas BPSS sebagai
analgek adjuvant pada operasi roidektomi
guna maneurunkan penggunaan opioid
intraoperasi.
ILUSTRASI KASUS
Pasien laki-laki berusia 53 tahun dengan keluhan
benjolan pada leher sejak 1 bulan yang lalu,
dalam 2 minggu terakhir pasien mengeluh
sulit menelan dan nyeri pada daerah leher sisi
kanan. Pasien dak mengalami gejala hiperroid
seper turunnya berat badan, merasa panas,
berkeringat, sesak napas, dan jantung berdebar.
Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit lain
sebelumnya. Pasien adalah perokok akf. Tidak
ada obat run yang diminum oleh pasien.
Pasien memiliki nggi badan 165cm dan berat
badan 75 kg. Pada pemeriksaan sik teraba
sebuah nodul pada regio colli anterior dekstra
ukuran diameter sekitar 2 cm, berbatas tegas,
konsistensi kenyal, dan bergerak saat menelan.
Pasien telah menjalani ndakan FNAB dengan
gambaran sitomorfologi yang mengesankan
suatu nodul koloid.
Pada evaluasi pre anestesi pasien mendapat
penjelasan mengenai prosedur pembiusan
dan pembedahan yang akan dilakukan.
Tanda vital sebelum operasi menunjukkan
tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 70x/menit,
respirasi 18x/menit, suhu 36.5oC, SpO2 99%.
Pasien mendapatkan premedikasi intravena
yaitu difenhidramin 10 mg, dual anemek
dexamethasone 10 mg dan ondansetron 8 mg,
serta anbiok prolaksis ceriaxone 1 gr. Pasien
diberikan fentanil 150 mcg sebagai analgek
intubasi. Induksi dilakukan dengan pemberian
propofol 200 mg. Pelemas otot yang diberikan
adalah atracurium 40 mg dan dilakukan intubasi
menggunakan ETT 7.5 dengan videolaringoskopi.
Setelah prosedur intubasi, dilakukan blok
pleksus servikalis supersialis dengan
menggunakan ropivakain 0.75% sebanyak 10
cc dengan teknik mengipas dan anestesi lokal
diberikan sepanjang batas posterior muskulus
sternokleidomastoideus. Pemeliharaan anestesi
menggunakan anestesi inhalasi, Fresh Gas Flow
menggunakan O2 : free air;1.5 : 2 L dengan
anestesi volal sevourane 2 – 2,5 Vol% (MAC
1 – 1,25). Tidak ada penambahan analgek
durante operasi.
Selama operasi berlangung, tanda-tanda vital
dalam batas normal. Operasi berlangsung
selama 2 jam. Selama operasi berlangsung
hemodinamik pasien stabil, uktuasi tanda vital
minimal, dan perdarahan intra operasi sekitar 50
ml.
Setelah selesai operasi dilakukan leak test untuk
memaskan jalan napas pasien aman, kemudian
pasien dilakukan ekstubasi secara sadar dan
pasien masuk ke ruang pemulihan. Selama di
ruang pemulihan kondisi pasien stabil dengan
nyeri paska operasi yang minimal, dengan skor
nyeri NRS 2.
PENDAHULUAN
110
Gambar 1. Landmark pada Pleksus Supersialis Servikalis dan BPSS
PP PERDATIN
MajAnestCriCare Vol. 40 No.2
111
Gambar 2a. Pembedahan Tiroidektomi; 2b.Paska Pembedahan Tiroidektomi
PEMBAHASAN
Banyak teknik anestesi regional yang dikem-
bangkan guna menunjang pengendalian
nyeri selama operasi maupun paska opera-
si, blok pleksus servikalis supersialis (BPSS)
merupakan salah satunya. BPSS dapat mem-
berikan efek analgek yang baik pada pem
bedahan di area yang dipersara saraf C2-
C4. Teknik ini dilakukan dengan memberikan
anestesi lokal pada pleksus servikalis super-
sialis. Pleksus servikalis supersialis memper-
sara kulit leher sisi anterolateral. Cabang
terminal muncul sebagai empat saraf yang
berbeda dari batas posterior otot sternoklei-
domastoideus yaitu nervus oksipitalis mi-
nor, nervus aurikularis mayor, nervus servika-
2a
Gambar 3. Tanda Vital Selama Pembedahan Tiroidektomi
2b
PP PERDATIN
Walujo AM, dkk.
112
lis kutaneus, dan nervus supraklavikularis.1,2
BPSS secara konvensional didenisikan sebagai
injeksi subkutan yang dilakukan pada bagian
tengah dari batas posterior otot sternokleido-
mastoideus. Teknik konvensional inltrasi sub-
kutan ini dapat dilakukan dengan dipandu USG
atau menggunakan landmark. Dibandingkan
dengan blok pleksus servikalis dalam, BPSS me-
miliki komplikasi yang lebih minimal dan lebih
mudah untuk dikerjakan. BPSS unilateral mau-
pun bilateral juga dapat berguna sebagai anal-
gek untuk operasi roidektomi, minimal invasif
pararoidektomi, pembedahan mpanomas-
toid, dan masih banyak pembedahan lainnya.3
Dalam sebuah penelian Egan dkk menyim-
pulkan bahwa BPSS menurunkan skor nyeri
seusai pembedahan roid dan pararoid, dan
mengurangi kebutuhan opioid selama operasi
dan paska operasi. Lebih sedikit pasien dengan
BPSS yang membutuhkan opioid kuat (5 dari 29
pasien vs 16 dari 29 pasien; P=0.003).4 Gürkan
dkk dalam peneliannya menyimpulkan bahwa
BPSS dengan panduan ultrasonogra memberi-
kan efek analgek yang signikan pada pem-
bedahan roid, konsumsi morn paska operasi
lebih rendah pada kelompok BPSS dibandingkan
dengan kelompok kontrol pada jam ke-6, 12,
dan 24 paska operasi (dosis median konsumsi
morn 4, 8, 9mg pada kelompok BPSS dan 5,
9, 11 mg pada kelompok kontrol) (P <0,05).5
Sejak anestesi lokal berdurasi panjang dengan
keamanan obat yang baik diperkenalkan, peng-
gunaan teknik blok saraf perifer meningkat
beberapa dekade belakangan.6 Kami menggu-
nakan ropivakain isobarik sebagai anestesi lokal
yang diberikan pada BPSS karena memiliki tok-
sisitas kardiovaskular yang minimal dan durasi
yang panjang sehingga cocok untuk memberi-
kan efek analgek selama operasi.7 Ropivakain
juga memiliki derajat diferensiasi motorik sen-
sorik yang baik, sehingga cocok digunakan pada
pasien kami yang menjalani operasi di daerah
jalan napas dimana kami dak menginginkan
adanya blok motorik setelah operasi selesai
namun kami membutuhkan blok sensoriknya.8
Ropivakain cenderung kurang lipolik sehingga
kecil kemungkinannya untuk menembus serat
motorik besar bermielin, menghasilkan blokade
motorik yang minimal.9 Leoni dkk dalam studi-
nya memaparkan bahwa ropivakain merupakan
pilihan yang baik pada blok pleksus servikalis,
dalam penelitannya pada subjek yang men-
jalani operasi carod endarterectomy menun-
jukkan ropivakain memberikan durasi analgek
paska operasi yang lebih lama dari mepivakain,
obat nyeri pertama paska operasi setelah 10
(4 - 13) jam dan 9 (6,5 - 11) jam pada ropiv-
akain 0,75% dan 1% dibandingkan setelah 5
(0 - 8) jam pada mepivakain 2% (P <0,05).10
Berdasarkan pengamatan hemodinamik se-
lama pembedahan pasien, BPSS efekf untuk
memberikan efek analgesia yang opmal. Hal
tersebut digambarkan dari tanda vital pasien
yang stabil selama pembedahan berlangsung.
Nyeri pada pembedahan dapat memberi-
kan smulus pada persarafan simpas yang
memberikan gambaran peningkatan tekan-
an darah sistolik dan diastolik, mean arte-
rial blood pressure (MAP), dan nadi pasien.11
Penulis melakukan cu leak test sebelum
melakukan ekstubasi, tes ini ditujukan untuk
memprediksi adanya stridor paska ekstubasi,
namun tes ini dak dapat mengeksklusi ter-
jadinya obstruksi pada struktur supraglok.12
SIMPULAN
Blok pleksus servikalis supersialis adalah teknik
anestesi regional yang mudah aplikasikan dan
secara efekf dapat menjadi adjuvant pada
pembedahan roidektomi serta dapat mengu-
rangi penggunaan opioid selama operasi.
KONFLIK KEPENTINGAN
Tidak ada konik kepenngan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vloka JD, Smeets A-S, Tsai T, Bouts C. Cervical
Plexus Block – Landmarks and Nerve Smu-
lator Technique [Internet]. www.nysora.com.
2017. Available from: hps://www.nysora.
com/techniques/head-and-neck-blocks/cer-
vical/cervical-plexus-block/
2. Hipskind JE, Ahmed AA. Cervical Plexus
Block. In: StatPearls [Internet]. Treasure Is-
land (FL): StatPearls Publishing; 2021 [cited
2021 Jul 20]. Available from: hp://www.
PP PERDATIN
MajAnestCriCare Vol. 40 No.2
113
ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557382/
3. Kim J-S, Ko JS, Bang S, Kim H, Lee SY. Cervi-
cal plexus block. Korean J Anesthesiol. 2018
Aug;71(4):274–88.
4. Egan RJ, Hopkins JC, Beamish AJ, Shah R,
Edwards AG, Morgan JDT. Randomized clini-
cal trial of intraoperave supercial cervical
plexus block versus incisional local anaesthe-
sia in thyroid and parathyroid surgery. Br J
Surg. 2013 Dec;100(13):1732–8.
5. Gürkan Y, Taş Z, Toker K, Solak M. Ultrasound
guided bilateral cervical plexus block reduces
postoperave opioid consumpon following
thyroid surgery. J Clin Monit Comput. 2015
Oct;29(5):579–84.
6. Li A, Wei Z, Liu Y, Shi J, Ding H, Tang H, et
al. Ropivacaine versus levobupivacaine in
peripheral nerve block: A PRISMA-com-
pliant meta-analysis of randomized con-
trolled trials. Medicine (Balmore). 2017
Apr;96(14):e6551.
7. Buerworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Lo-
cal Anesthecs. In: Morgan & Mikhail’s Clini-
cal Anesthesiology. 6th ed. McGraw-Hill Edu-
caon; 2018. p. 261–72.
8. Kuthiala G, Chaudhary G. Ropivacaine: A re-
view of its pharmacology and clinical use. In-
dian J Anaesth. 2011 Mar;55(2):104–10.
9. Kaur A, Singh RB, Tripathi RK, Choubey S.
Comparision between bupivacaine and ropi-
vacaine in paents undergoing forearm sur-
geries under axillary brachial plexus block: a
prospecve randomized study. J Clin Diagn
Res JCDR. 2015 Jan;9(1):UC01-06.
10. Leoni A, Magrin S, Mascoo G, Rigamon A,
Gallioli G, Muzzolon F, et al. Cervical plexus
anesthesia for carod endarterectomy: com-
parison of ropivacaine and mepivacaine. Can
J Anesth Can Anesth. 2000 Feb;47(2):185–7.
11. Asgar Pour H. Associaon Between Acute
Pain and Hemodynamic Parameters in a
Postoperave Surgical Intensive Care Unit.
AORN J. 2017 Jun;105(6):571–8.
12. Nickson C. Cu Leak Test [Internet]. LIFE IN
THE FASTLANE. 2020. Available from: hps://
lil.com/cu-leak-test/