ArticlePDF Available

MEMBANGUN JIWA WIRAUSAHA SANTRI MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN GANTUNGAN POT BUNGA DANWORKSHOP KEWIRAUSAHAAN

Authors:

Abstract

Wirausaha identik dengan kemandirian, berpikir kreatif dan bertindak inovatif. Kemandirian dalam berusaha memberikan kesempatan kepada usahawan dalam memutuskan tujuan serta bentuk dan usaha tepat untuk dijalankan. Sejatinya jiwa wirausaha, telah tertanam dalam diri santri karena pendidikan di pondok pesantren mengedepankan kemandirian, kerja keras, disiplin dan kejujuran. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan serta menumbuhkan jiwa wirausaha santri Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Kota Bogor melalui pelatihan membuat kerajinan gantungan pot bunga dan workshop kewirausahaan. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan keterampilan, pengetahuan dan pemahaman santri tentang wirausaha. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil pengamatan ketika kegiatan berlangsung, para santri mampu membuat kerajinan gantungan pot bunga dan sangat antusias ketika mengikuti workshop kewirausahaan. Disamping itu, selama kegiatan berlangsung dari hari pertama sampai hari ketiga, sekitar 90% peserta mengikuti kegiatan sampai selesai
© 2022 Segala bentuk plagiarisme dan penyalahgunaan hak kekayaan intelektual akibat diterbitkannya paper pengabdian
masyarakat ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Reswara : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
p-ISSN 2716-4861, e-ISSN 2716-3997
Volume: 3 Nomor: 2 Edisi Juli 2022
MEMBANGUN JIWA
WIRAUSAHA SANTRI
MELALUI PELATIHAN
PEMBUATAN
GANTUNGAN POT
BUNGA DAN
WORKSHOP
KEWIRAUSAHAAN
Efendi Zain1, Zainal Zawir Simon2,
La Diadhan Hukama3*, Zulihar4
1,2,3,4)Program Studi Manajemen
Univeristas YARSI
Article history
Received : 14 Maret 2022
Revised : 23 Maret 2022
Accepted : 23 Mei 2022
*Corresponding author
La Diadhan Hukama
Email : la.diadhan@yarsi.ac.id
Abstrak
Wirausaha identik dengan kemandirian, berpikir kreatif dan bertindak inovatif.
Kemandirian dalam berusaha memberikan kesempatan kepada usahawan
dalam memutuskan tujuan serta bentuk dan usaha tepat untuk dijalankan.
Sejatinya jiwa wirausaha, telah tertanam dalam diri santri karena pendidikan
di pondok pesantren mengedepankan kemandirian, kerja keras, disiplin dan
kejujuran. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan,
keterampilan dan pengetahuan serta menumbuhkan jiwa wirausaha santri
Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Kota Bogor melalui pelatihan
membuat kerajinan gantungan pot bunga dan workshop kewirausahaan.
Hasil pelatihan menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan keterampilan,
pengetahuan dan pemahaman santri tentang wirausaha. Hal ini dibuktikan
berdasarkan hasil pengamatan ketika kegiatan berlangsung, para santri
mampu membuat kerajinan gantungan pot bunga dan sangat antusias ketika
mengikuti workshop kewirausahaan. Disamping itu, selama kegiatan
berlangsung dari hari pertama sampai hari ketiga, sekitar 90% peserta
mengikuti kegiatan sampai selesai.
Kata Kunci: Santri, Wirausaha, Kemandirian, Pelatihan, Kreatif
Abstract
Entrepreneurship is synonymous with independence, thinking creatively, and
acting innovatively. Independence is trying to provide entrepreneurs
opportunities to decide the purpose and the suitable form and effort to run.
The entrepreneurial spirit has been embedded in students because education
in boarding schools promotes independence, hard work, discipline, and
honesty. This activity aims to increase the ability, skills, and knowledge and
cultivate the entrepreneurial spirit of students of Pondok Pesantren Modern
Daarul Uluum I Bogor City through training in making flower pot hanging crafts
and entrepreneurship workshops. The results of the training show that there has
been an increase in students' skills, knowledge, and understanding of
entrepreneurship. It is evidenced-based on the observations when the activity
took place; the students were able to make flower pot hanger crafts and were
very enthusiastic when attending entrepreneurship workshops. In addition,
during the activity from the first day to the third day, about 90% of the
participants followed the activity until completion.
Keywords: Santri, Entrepreneurship, Independence, Training, Creative
Copyright © 2022 Efendi Zain, Zainal Zawir Simon, La Diadhan Hukama,
Zulihar
PENDAHULUAN
Pondok pesantren merupakah salah satu lembaga pendidikan yang sudah cukup lama hadir dan
berkembang di Indonesia. Selama beberapa dekade, pondok pesantren diasumsikan sebagai tempat hanya
untuk meningkatkan pengetahuan agama Islam dengan memperdalam Al-Quran, Sunnah serta mempelajari
bahasa Arab dan kaidah-kaidahnya. Selain itu, pondok pesantren masih dianggap sebagai tempat
penggodokkan nilai-nilai dan tempat untuk mensiarkan agama Islam (M. Zuhair AG, 2019).
Seiring dengan perubahan zaman, dunia pesantren mengalami pergeseran dan perkembangan, baik
secara struktural maupun kultural seperti pola kepemimpinan, pola hubungan pimpinan dan santri, cara
pengambilan keputusan dan sebagainya, yang mulai memperhatikan prinsip-prinsip manajemen ilmiah
dengan landasan nilai-nilai Islam (Hasyim, 2020).
Zain, Simon, Hukama, & Zulihar, Reswara Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 2022, Volume 3 Nomor 2: 402-412
DOI: https://doi.org/10.46576/rjpkm.v3i2.1851
403
Saat ini telah tumbuh kesadaran dalam masyarakat pesantren untuk terlibat dalam pengembangan
perekonomian di pesantren seperti mendirikan usaha dengan melibatkan pengasuh, pengurus pondok
pesantren dan santri. Keberadaan usaha tersebut, ditujukan untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat yang ada di dalam lingkungan pesantren seperti santri, pembina atau keluarga pengasuh santri
bahkan kebutuhan masyarakat yang berada di sekitar/di luar pesantren. Keuntungan yang didapatkan dari
usaha tersebut dapat membantu meringankan biaya operasional pesantren atau dapat dijadikan sarana bagi
santri untuk belajar berwirausaha kerena santri dapat dilibatkan dalam pengelolaan usaha.
Wirausaha/usahawan identik dengan kemandirian. Kemandirian dalam berusaha memberikan
kesempatan dan peluang kepada usahawan dalam memutuskan sendiri tujuan serta bentuk dan usaha tepat
untuk dijalankan. Jiwa usahawan, sesungguhnya telah tertanam dalam diri santri karena pendidikan di pondok
pesantren selalu mengedepankan kemandirian, kerja keras, disiplin dan kejujuran. Pendidikan karakter yang
diajarkan secara masif dan intensif dimaksudkan agar ketika terjun ke masyarakat mampu menghadapi
persoalan yang ada di masyarakat. Nilai-nilai yang ditanamkan pesantren adalah mengedepankan kerja
keras, kejujuran, religius, cinta tanah air, integritas, kedisiplinan, kreatif dan kemandirian (Ramdliyah, 2020).
Menurut Ahmady (2013), bahwa semua nilai-nilai pendidikan yang ditanamkan kepada para santri ketika
mondok di pesantren merupakan nilai-nilai yang dimiliki oleh para wirausaha. Lingkungan dan pola pendidikan
di pondok pesantren memudahkan proses dalam menumbuhkan jiwa wirausaha bagi para santri. Dengan
demikian, dalam jangka panjang, santri tidak hanya berkompeten dalam bidang agama (tafaqquh fiddin)
tetapi juga bisa mandiri secara ekonomi. Dengan demikian, pesantren dapat menjadi ujung tombak
terbentuknya pribadi-pribadi yang mumpuni di bidang agama sekaligus mapan dan mandiri secara ekonomi
(Hasyim et al., 2019).
Salah satu langkah yang dilakukan agar para santri bisa mandiri secara ekonomi, adalah
mengembangkan budaya wirausaha sedini mungkin di lingkungan pesantren. Budaya wirausaha adalah
pikiran, akal budi, prilaku, adat istiadat dari diri dan pelaku wirausaha yang menjadikan diri sebagai seorang
wirausaha (Afidah, 2018). Dengan demikian, pesantren dapat diharapkan menjadi pusat ekonomi bagi warga
yang berada di sekitar kampus (pesantren) baik yang di dalam pondok (kampus) maupun di luar kampus.
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah proses membuat sesuatu yang baru dan memiliki nilai dengan
mengorbankan waktu dan tenaga, upaya serta berani menanggung risiko keuangan, fisik dan risiko sosial serta
menerima imbalan materi (keuangan), kepuasan, kebebasan pribadi dari yang dihasilkan (Hisrich, 1990).
Entrepreneur adalah individu yang menciptakan sebuah bisnis/usaha baru dengan menghadapi resiko dan
ketidakpastian, yang bertujuan mendapat keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengumpulkan dan
mencermati peluang serta memanfaatkan sumber daya yang dibutuhkan (Scarborough & Cornwall, 2016).
Gambar 1. Lokasi dan Keadaan Mitra
Zain, Simon, Hukama, & Zulihar, Reswara Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 2022, Volume 3 Nomor 2: 402-412
DOI: https://doi.org/10.46576/rjpkm.v3i2.1851
404
Berdasarkan hasil observasi melalui pembina OSIS Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Kota Bogor bahwa
jiwa wirausaha belum tumbuh dengan baik dalam diri santri. Jiwa wirausaha yang ditanamkan kepada para
santri adalah masih sebatas teori melaui mata pelajaran kewirausahaan. Hal inilah yang menjadi dasar
dilaksanakan kegiatan ini yaitu memberikan pelatihan dan workshop kewirausahaan. Pelatihan yang diberikan
adalah membuat kerajinan gantungan pot bunga. Beberapa alasan mengapa kedua kegiatan tersebut
dijadikan sebagai solusi untuk memecahkan permasalahan mitra. Pertama bahan dan alat yang dibutuhkan
untuk membuat gantungan pot bunga sangat mudah didapatkan dan harganya relatif murah. Kedua, proses
untuk membuatnya relatif mudah dan dapat dibuat dalam ruang terbatas. Ketiga workshop kewirausahaan
dimaksudkan untuk menggungah para santri bahwa jika ada inisiatif dan kreativitas akan terbuka peluang
untuk menjadi wirausaha. Untuk memudahkan santri dalam memahami materi workshop, pelaksana kegiatan
menghadirkan salah satu pemateri yang merupakan alumni pesantren.
Dengan demikian kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan/keterampilan santri dan
semakin menumbuhkan jiwa wirausaha pada santri. Karena dengan memiliki pengetahuan dan ketrampilan
dalam berwirausaha maka akan menumbuhkan intensi (niat) berwirausaha (Mulasari et al., 2021).
METODE PELAKSANAAN
Sasaran dari kegiatan pengabdian ini adalah santri kelas 4 Pesantren (kelas 1 SMU) dan kelas 5 Pesantren
(kelas 2 SMU) Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Kota Bogor. Kegiatan ini dilaksanakan di Pondok
Pesantren Modern Daarul Uluum I Kota Bogor dan berlangsung selama 4 hari 29 dan 31 Oktober 2021, 2 dan 5
November 2021. Pelatihan membuat gantungan pot bunga dilaksanakan selama 3 hari yaitu 29 Oktober 2021,
2 dan 5 November 2021. Sedangkan Workshop Kewirausahaan dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 2021.
Adapun metode kegiatan yang dilakukan yaitu pendekatan ABCD (Asset Based Community Development).
Salah satu langkah alternatif untuk meningkatkan kemampuan / keterampilan dan menumbuhkan jiwa
wirausaha pada santri adalah melalui pendekatan ABCD (Asset Based Community Development). Konsep
ABCD merupakan salah satu alternatif pemberdayaan masyarakat yang menggunakan asset (Maulana, 2019).
Pendekatan teori ini menitikberatkan kepada penggunaan aset serta potensi yang ada di sekitar dan dimiliki
oleh masyarakat dan kemudian digunakan sebagai bahan yang memberdayakan masyarakat itu sendiri
(Alhamuddin et al., 2020). Asset dalam konteks ini adalah potensi yang dimiliki oleh masyarakat sendiri, dengan
mendayagunakan potensi atau kekayaan yang dimiliki masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai alat
untuk kegiatan pemberdayaan. Potensi tersebut dapat berupa kekayaan-kekayaan yang dimiliki dalam diri
masyarakat itu sendiri seperti kecerdasan, kepedulian, gotong royong, kebersamaan dan lainnya.
Dengan pendekatan ABCD, Tim P2M melakukan pendampingan dengan harapan akan terjadi
perubahan sosial (social transformation) yang didasarkan kepada kemampuan yang dimilikinya (Handayani
et al., 2020). Masyarakat (santri) dapat mempergunakan potensi / kekayaan yang dimiliki sebagai modal untuk
melaksanakan kegiatan pemberdayaan (Habib, 2021). Potensi tersebut dapat berupa kekayaan yang dimiliki
oleh anggota masyarakat (santri), misalnya kecerdasan, kreativitas, kepedulian, gotong royong, dan
solidaritas. Dalam kegiatan ini, Tim P2M memerankan diri dengan menjembatani para santri untuk mengenali
potensi yang dimilikinya sehingga dapat pengetahuan dan ketrampilan sehingga makin menumbuhkan intensi
(niat) berwirausaha.
Berpijak pada metode ABCD tersebut maka kegiatan pengabdian ini dilakukan dalam beberapa tahap
antara lain (Alhamuddin et al., 2020):
1. Tahap pendekatan, pada tahap ini Tim P2M melakukan komunikasi langsung dengan pihak pesantren
(Pembina OSIS) untuk menggali lebih jauh terkait dengan kegiatan yang dapat dilakukan meningkatkan
kemampuan / keterampilan dan menumbuhkan jiwa wirausaha pada santri. Untuk menumbuhkan jiwa
Zain, Simon, Hukama, & Zulihar, Reswara Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 2022, Volume 3 Nomor 2: 402-412
DOI: https://doi.org/10.46576/rjpkm.v3i2.1851
405
wirausaha pada santri, maka kegiatan yang ditawarkan adalah pelatihan membuat gantungan pot
bunga dan workshop kewirausahaan.
2. Perencanaan program, yaitu menyusun rencana aksi dan menganalisis segala kebutuhan yang
diperlukan dalam rangka menumbuhkan jiwa wirausaha pada santri. Dalam tahap ini ada beberapa
kegiatan antara lain: (a) Penyiapan bahan materi pelatihan, pendistribusian alat dan bahan, sosialisasi
dan pelatihan, (b) Melakukan koordinasi dengan Pembina Osis terkait waktu dan teknis pelaksanaan
kegiatan, (c) dan Mendistribusikan bahan dan alat pelatihan.
3. Pelaksanaan program (action plan), yaitu melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan. Kegiatan
pengabdian ini dilaksanakan selama 4 hari yang terdiri dari pelatihan pembuatan gantungan pot bunga
selama 3 hari dan workshop kewirausahaan selama 1 hari.
4. Refleksi dan evaluasi program. Refleksi dan evaluasi ini dilakukan ketika aksi selesai atau sedang dilakukan.
Tujuan kegiatan tersebut adalah untuk memantau seberapa jauh tingkat keberhasilan kegiatan dari
harapan yang diinginkan. Dalam kegiatan ini, evaluasi program dilakukan melalui observasi dengan
meminta respon dari peserta sejauh mana pemahaman peserta dalam membuat produk fungsional serta
kendala yang dialami selama pelatihan.
HASIL PEMBAHASAN
Program pengabdian kepada masyarakat dilakukan secara berkesinambungan yaitu workshop
kewirausahaan dan pelatihan membuat gantungan pot bunga. Secara umum, workshop ini bertujuan
menumbuhkan jiwa wirausaha para santri sedangkan untuk membuat gantungan pot bunga hanya
membutuhkan bahan dan alat-alat yang murah dan mudah didapatkan. Kegiatan workshop kewirausahaan
dan pelatihan membuat gantungan pot bunga ini diikuti sebanyak 40 santri kelas 4 Pesantren (kelas 1 SMU)
dan kelas 5 Pesantren (kelas 2 SMU).
Workshop Kewirausahaan
Workshop Kewirausahaan dilaksanakan selama 1 hari yaitu tanggal 31 Oktober 2021 dan bertema
“Membangun Mindset Entrepreneur Santri di Era Digital Untuk Kemaslahatan Umat”. Kegiatan workshop ini
diselenggarakan secara hybrid (secara offline maupun online). Workshop secara offline diadakan untuk para
peserta dan pelaksana kegiatan, sedangkan pembicara menyampaikan materi secara online, seperti terlihat
pada Gambar 2 dan Gambar 3.
Tujuan utama kegiatan Workshop ini adalah ingin membuka wawasan dan mengingatkan kembali
kepada para santri bahwa sesungguhnya dalam santri telah ada jiwa kewirausahaan. Karena nilai-nilai yang
ditanamkan pesantren adalah mengedepankan kerja keras, kejujuran, religius, cinta tanah air, integritas,
kedisiplinan, kreatif dan kemandirian (Ramdliyah, 2020). Sehingga jiwa wirausaha pada santri semakin tumbuh.
Narasumber dalam workshop ini adalah menghadirkan dua orang wirausaha dimana kedua narasumber
merupakan Alumni FEB Universitas YARSI. Materi pertama bertema “Santripreneur sukses dunia dan akhirat”
yang disampaikan oleh Aisyah Khoirunnisa yang merupakan salah satu alumnus pesantren dan pemilik usaha
kuliner Dapur Tembem. Dalam workshop tersebut Aisyah menekankan bahwa menuntut ilmu adalah ibadah
sedangkan berkarya dalam bidang usahanya merupakan sebuah dakwah. Disamping itu modal bisa dicari,
keahlian bisa dibeli tetapi jiwa entrepreneurship hanya bisa dibangun sedari dini.
Materi kedua bertema “Santri sebagai Contet Creator: kenapa tidak?” yang disampaikan oleh Geny
Permata Hati (MC Eonni) seorang content creator & media social specialist. Geny menekankan bahwa seorang
content creator yang keren, adalah content creator yang sudah mempunyai personal branding, sebaik-baik
nya personal branding yaitu branding yang asli dari dalam personal orang itu sendiri, sebaik-baik orang yaitu
orang yang mau memberikan manfaat untuk orang lain. Karena pada dasarnya tujuannya kita hidup untuk
mencapai akhirat (syurga) tetapi tanpa melupakan dunia.
Zain, Simon, Hukama, & Zulihar, Reswara Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 2022, Volume 3 Nomor 2: 402-412
DOI: https://doi.org/10.46576/rjpkm.v3i2.1851
406
Gambar 2. Workshop Kewirausahaan (Penyampaian Materi Pembicara 1 dan Pembicara 2)
Gambar 3. Hybrid Workshop Kewirausahaan (secara offline maupun online)
Pelatihan Pembuatan Gantungan Pot Bunga
Pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan gantungan pot bunga, dilaksanakan selama 3 hari yaitu 29
Oktober 2021, 2 dan 5 November 2021. Kegiatan pelatihan pembuatan gantungan pot bunga diikuti oleh 10
kelompok dengan masing-masing terdiri dari 5 orang anggota. Uraian kegiatan sebagai berikut: 1) Pengenalan
alat dan bahan membuat gantungan pot; 2) Penggenalan simpul-simpul sederhana membuat gantungan
pot; dan 3) Praktek membuat 4 macam model gatungan pot.
Hari Jum’at, 29 Oktober 2021 adalah hari pertama kegiatan yaitu pelatihan membuat gantungan pot
bunga yang dimulai pukul 15.50 WIB -18.00 WIB. Fokus kegiatan pada tahap ini adalah mengenalkan alat dan
bahan yang sering dibutuhkan untuk membuat gantungan pot bunga, pengenalan simpul-simpul dasar yang
digunakan dalam membuat gantungan pot serta dilanjutkan dengan latihan membuat gantungan pot bunga
berbahan 8 utas tali kur dan berbahan 6 utas tali kapas.
Alat-alat yang digunakan dalam pelatihan membuat gantungan pot antara lain adalah gantungan
model S, meteran kain, gunting dan korek api. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan atau dibutuhkan
antara lain tali kur, tali kapas, ring besi, ring kayu, tali Kain dan benang rajut polyester. Alat dan bahan dalam
pelatihan dapat diihat pada Tabel 1.
Zain, Simon, Hukama, & Zulihar, Reswara Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 2022, Volume 3 Nomor 2: 402-412
DOI: https://doi.org/10.46576/rjpkm.v3i2.1851
407
Korek Api Gas
Meteran kain
Gunting
Gantungan
besi model S
Tali Kur
Pot Bunga
Tali Kain
Benang Rajut
Polyester
Tali Kapas
Ring Besi
Gambar 4. Alat-alat dan Bahan Membuat Gantungan Pot Bunga
Pada hari pertama pelatihan, ditemukan sebuah fakta bahwa kegiatan pelatihan berlangsung kurang
efektif karena instruktur pelatihan harus memperhatikan seluruh peserta 10 pelatihan. Sebagai solusi untuk
mengatasi permasalahan tersebut, pada tahap selanjutnya para peserta dipisah menjadi menjadi 2 kelompok
besar yaitu 5 kelompok santri laki-laki dan 5 kelompok santri perempuan. Pemisahan tersebut dimaksudkan
agar proses pelaksanaan pelatihan dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Dalam pelaksanaannya
disepakati bahwa peserta pelatihan hari kedua adalah kelompok santri (laki-laki) dan dan hari berikutnya
adalah kelompok santriwati (perempuan).
(a) (b)
Gambar 4. Pelatihan membuat gantungan pot bunga (a) Santri Putra, (b) Santri Putri
Hari ke-dua pelatihan membuat gantungan pot bunga, dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 2
November 2021. Sesuai dengan kesepekatan sebelumnya bahwa peserta pelatihan hari kedua adalah santri
laki-laki. Materi pelatihan pada hari kedua adalah dengan praktek membuat gantungan pot berbahan 3 utas
Zain, Simon, Hukama, & Zulihar, Reswara Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 2022, Volume 3 Nomor 2: 402-412
DOI: https://doi.org/10.46576/rjpkm.v3i2.1851
408
tali kain dan gantungan pot berbahan 3 utas tali kain. Suasana pelatihan membuat gantungan pot bagi
peserta santri (laki-laki) dan santriwati (perempuan) dapat dilihat pada Gambar 4a dan 4b serta Gambar 5a
dan 5b.
Pelatihan hari kedua berlangsung dengan baik dan para pesera mampu membuat gantungan pot
bunga. Hasil kreatifitas / kerajinan 4 model gantungan pot bunga yang telah dibuat para peserta santri (laki-
laki) dapat dilihat pada Gambar 6.
(a) (b)
Gambar 5. Sasana Kerjasama Peserta Dalam Membuat Gantungan Pot (a) Santri Putra, (b) Santri Putri
Pada hari ke tiga, peserta pelatihan dikhususkan bagi santriwati (perempuan). Pelatihan ini
diselenggarakan pada hari Jum’at tanggal 5 November 2021. Beberapa kegiatan pelatihan yang dilakukan
pada hari ke tiga antara lain adalah mengevaluasi dan membetulkan hasil kerajinan yang telah dibuat pada
hari pertama. Setelah itu dilanjutkan dengan praktek membuat gantungan pot berbahan 3 utas tali kain. Hasil
kreatifitas / kerajinan 4 model gantungan pot bunga yang telah dibuat para peserta santriwati dapat dilihat
pada Gambar 7.
Tahap akhir dalam kegiatan ini adalah tahap evaluasi. Refleksi dan evaluasi dilakukan ketika kegiatan
telah selesai atau sedang berlangsung. Tujuan kegiatan tersebut adalah untuk memantau seberapa jauh
tingkat keberhasilan kegiatan dari harapan yang diinginkan. Salah satu evaluasi yang dilakukan saat kegiatan
sedang berlangsung adalah memantau proses pelaksanaan kegiatan P2M. Berdasarkan hasil evaluasi praktek
membuat gantungan pot bunga, ada beberapa temuan antara lain adalah belum sempurnanya
penggunaan simpul-simpul yang digunakan dalam membuat gantungan pot. Sedangkan hasil evaluasi
workshop kewirausahaan dapat disimpulkan berlangsung dengan baik karena para peserta bersemangat
mengikuti workshop tersebut. Proses evaluasi kegiatan P2M ini dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9.
Hal lain yang menjadi fokus evaluasi instruktur pelatihan khususnya dalam membuat gantungan pot
bunga adalah menekankan pentingnya kesempurnaan dan kerapihan pembuatan simpul. Kesempurnaan
dalam penggunaan simpul akan berpengaruh terhadap kesempurnaan, kerapian dan keindahan hasil
kerajinan. Sehingga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap harga jual kerajinan.
Zain, Simon, Hukama, & Zulihar, Reswara Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 2022, Volume 3 Nomor 2: 402-412
DOI: https://doi.org/10.46576/rjpkm.v3i2.1851
409
(A) Model gantungan pot bahan 4 utas tali kapas
(B) Model gantungan pot bahan 2 utas tali kain
(D) Model gantungan pot bahan 6 utas tali kapas
(C) Model gantungan pot bahan 8 utas tali kur
Gambar 6. Gantungan Pot Bunga Hasil Kreatifitas Santri (Laki-Laki)
(A) Model gantungan pot bahan 4 utas tali kapas
(B) Model gantungan pot bahan 2 utas tali kain
(C) Model gantungan pot bahan 6 utas tali kapas
(D) Model gantungan pot bahan 8 utas tali kur
Gambar 7. Gantungan Pot Bunga Hasil Kreatifitas Santri Hasil Kreatifitas Santriwati (Perempuan)
Zain, Simon, Hukama, & Zulihar, Reswara Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 2022, Volume 3 Nomor 2: 402-412
DOI: https://doi.org/10.46576/rjpkm.v3i2.1851
410
.
Disamping itu dalam kegiatan ini, evaluasi program dilakukan melalui observasi dengan mengamati
aktivitas santri ketika membuat gantungan pot bunga serta meminta respon dari peserta sejauh mana
pemahaman peserta dalam membuat produk fungsional serta kendala yang dialami selama pelatihan.
Berdasarkan hasil observasi selama kegiatan berlangsung, bahwa sekitar 95% dari peserta yang mengikuti
kegiatan tersebut dapat memahami dengan baik cara membuat kerajinan gantungan pot bunga.
Keberhasilan kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar 2 sampai Gambar 9.
Target luaran dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah meningkatkan kemampuan, keterampilan
dan pengetahuan serta menumbuhkan jiwa wirausaha para santri. Dengan bekal pengetahuan dan
keterampilan yang telah dimiliki, akan semakin menumbuhkan intensi (niat) berwirausaha bagi para santri.
Sebagai target pengembangan program ke depan adalah mengintesifkan kegiatan-kegiatan serupa
melibatkan para santri dalam kegiatan praktek simulasi bisnis atau praktek berwirausaha misalnya mendorong
santri untuk berinisiatif dan berpikir kreatif seperti menyediakan dan menjual kebutuhan-kebutuhan santri.
KESIMPULAN
Pelaksanaan worskhop kewirausahaan dan kegiatan pelatihan gantungan pot dengan beberapa model
dan bahan kerajinan gantungan pot bunga bagi santri Pesantren Modern Daarul Uluum I Kota Bogor telah
terlaksana dengan baik. Disamping itu, kegiatan P2M ini, mendapat respon yang positif dari para santri /
santriwati. Berdasarkan hasil observasi selama kegiatan berlangsung, bahwa sekitar 95% dari peserta yang
mengikuti kegiatan tersebut dapat memahami dengan baik cara membuat gantungan pot. Pelaksanaan
(a)
(b)
Gambar 8. Suasana Tahap Evaluasi Kegiatan (a) Santri Putra, (b) Santri Putri
(b)
(a)
Gambar 9. Instruktur, Pengasuh Osis dan Perwakilan Peserta Pelatihan (a) Santri Putra, (b) Santri Putri
Zain, Simon, Hukama, & Zulihar, Reswara Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 2022, Volume 3 Nomor 2: 402-412
DOI: https://doi.org/10.46576/rjpkm.v3i2.1851
411
kegiatan pengabdian masyarakat ini telah meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan serta
menumbuhkan jiwa wirausaha para santri.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat pelatihan membuat kerajinan gantungan pot
bunga dan gelang tali bagi Pengurus Osis Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Kota Bogor, dapat
terlaksana baik karena peran dan keterlibatan beberapa banyak pihak. Untuk itu kami menyampaikan terima
kasih kepada: Ketua Yayasan YARSI; Rektor Universitas YARSI; Ketua Lembaga Pengabdian kepada
Masyarakat (LPM) Universitas YARSI; Ibu Pembina OSIS Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I
PUSTAKA
Afidah, S. (2018). ENTREPRENEURSHIP KAUM SANTRI (Studi pada Pesantren Entrepreneur Tegalrejo Magelang).
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/8401/1/1500108011_Tesis.pdf
Ahmady, N. (2013). PESANTREN DAN KEWIRAUSAHAAN (PERAN PESANTREN SIDOGIRI PASURUAN DALAM
MENCETAK WIRAUSAHA MUDA MANDIRI). http://digilib.uinsby.ac.id/6976/1/Executive Summary Noor
Ahmady.pdf
Alhamuddin, A., Aziz, H., Inten, D. N., & Mulyani, D. (2020). Pemberdayaan Berbasis Asset Based Community
Development untuk Meningkatkan konpetensi Profesional Guru Madrasah di Era Industri 4.0. International
Journal of Community Service Learning, 4(4), 321331. https://doi.org/10.23887/ijcsl.v4i4.29109
Habib, M. A. F. (2021). KAJIAN TEORITIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN EKONOMI KREATIF. Ar Rehla: Journal
of Islamic Tourism, Halal Food, Islamic Traveling, and Creative Economy, 1(2), 106134.
https://doi.org/10.21274/AR-REHLA.V1I2.4778
Handayani, W., Winasih, S. suryani Y., Dewi, S., & Badi’ah, B. (2020). Pendampingan Pembuatan Pakan Ternak
dari Limbah Pembungkus Lontong untuk Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Kupang Krajan
Kecamatan Sawahan Kota Surabaya. Engagement: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2), 551
562. https://doi.org/10.29062/engagement.v4i2.484
Hasyim, M. (2020). MODERNISASI PENDIDIKAN PESANTREN DALAM PERSPEKTIF KH. ABDURRAHMAN WAHID.
CENDEKIA: Jurnal Studi Keislaman, 2(2), 168-192. https://doi.org/doi.org/10.37348/cendekia.v2i2.24
Hasyim, M., Abbas, I., Sumarsono, H., Satrio, Y. D., & Priambodo, M. P. (2019). SANTRIPRENEUR: Program
Peningkatan Kemampuan Berwirausaha Santri Pondok Pesantren melalu Pelatihan Sablon Dig ital.
Martabe: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2), 94100. https://doi.org/10.31604/JPM.V2I2.94-100
Hisrich, R. D. (1990). Entrepreneurship/Intrapreneurship. American Psychological Association, 45(2), 209222.
M. Zuhair AG. (2019). Mengenal pondok pesantren sebagai budaya Indonesia.
https://indonesiawindow.com/mengenal-pondok-pesantren-sebagai-budaya-indonesia/
Maulana, M. (2019). ASSET-BASED COMMUNITY DEVELOPMENT: Strategi Pengembangan Masyarakat di Desa
Wisata Ledok Sambi Kaliurang. EMPOWER: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 4(2), 259278.
https://doi.org/10.24235/empower.v4i2.4572
Mulasari, S. A., Tentama, F., Sulistyawati, Sukesi, T. W., Yuliansyah, H., & Nafiati, L. (2021). Penyuluhan dan
pelatihan kewirausahaan sebagai upaya peningkatan intensi berwirausaha pada UKM ”Bangkit”.
Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(4), 866870.
https://doi.org/10.31849/DINAMISIA.V5I4.5661
Zain, Simon, Hukama, & Zulihar, Reswara Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 2022, Volume 3 Nomor 2: 402-412
DOI: https://doi.org/10.46576/rjpkm.v3i2.1851
412
Ramdliyah, N. (2020). PERAN REVITALISASI PEMBINAAN PENDIDIKAN KARAKTER SANTRI DALAM UPAYA
MEMPERBAIKI DEGRADASI MORAL GENERASI MILENIAL (Studi Kasus Santri Pondok Pesantren Universitas
Islam Indonesia). Al-Tarbawi Al-Haditsah: Jurnal Pendidikan Islam, 5(2), 117145.
https://doi.org/10.24235/tarbawi.v5i2.6562
Scarborough, N. M., & Cornwall, J. R. (2016). Essentials of Entrepreneurship and Small Business Management,
Global Edition. In Upper Saddle River.
Format Sitasi: Zain, E., Simon, Z.Z., Hukama, L.D. & Zulihar. (2022). Membangun Desa Melalui Budaya Literasi
Desa Ngayung Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan. Reswara. J. Pengabdi. Kpd. Masy. 3(2): 402-
411. DOI: https://doi.org/10.46576/rjpkm.v3i2.1851
Reswara: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat oleh Universitas Dharmawangsa Artikel ini
bersifat open access yang didistribusikan di bawah syarat dan ketentuan dengan Lisensi
Internasional Creative Commons Attribution NonCommerciaL ShareAlike 4.0 (CC-BY-NC-SA)
... , 2022;Senoprabowo et al., 2019). Pesantren semakin maju berkat usaha-usaha yang dilakukannya, dengan usaha tersebut menunjukkan bahwa pesantren mengedepankan kemandirian, kerja keras, disiplin dan jujur, nilai-nilai ini merupakan jiwa kewirausahaan, bahkan tumbuh berbagai model pondok pesantren berbasis kewirausahan (Hariyanto, 2017;Jatmiko, 2022;E. Zain et al., 2022). Selama ini pondok pesantren hanya fokus di bidang pendidikan keagamaan (pendalaman agama Islam), namun demikian, pondok pesantren tidak menampik hal tersebut, namun perkembangan jaman yang semankin canggih menuntut pesantren berbenah diri (Abbas et al., 2019;Masum, T. & Wajdi, 2018;Mun'im et al., 2021). Alhasil model pendidikan pesantr ...
Article
Full-text available
Pelatihan Kewirausahaan di pesantren pada prinsipnya membangun jiwa santripreneur agar dapat para santri memiliki kemandirian dan life skill. Banyak santri yang telah lulus dari pondok pesantren, meski secara keilmuan relatif berhasil dan diakui di masyarakat, bahkan cenderung ditokohkan di daerahnya masing-masing. Akan tetapi, masih banyak yang mengalami masalah kekurangan ekonomi. Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mengupayakan langkah konkrit, khususnya pemberdayaan potensi kewirausahaan santri pada pondok pesantren Al-Mubarok Kota Serang. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan dengan bentuk kegiatannya menggunakan metode partisipatif yang terdiri dari 4 bentuk tahapan kegiatan mulai dari tahap persiapan pelaksanaan kegiatan, tahap pelaksanaan kegiatan, tahap pendampingan dan tahap evaluasi kegiatan. kegiatan ini menyasar santri pada Pondok Pesantren Al-Mubarok Kota Serang. Kegiatan ini menghasilkan luaran berupa terbentuknya kelompok santripreneur yang memiliki skill di bidang IT. Hasil pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan dapat mengatasi segala permasalahan kewirausahaan pada kelompok santri di Pondok Pesantren Al-Mubarok Kota Serang.
Article
Full-text available
Abstrak: Munculnya konsep pemberdayaan masyarakat (social empowerment) sebagai akibat dari kegagalan konsep pembangunan (development) yang pernah diterapkan sebelumnya di Indonesia (di masa orde baru) dan juga di negara-negara berkembang Asia lainnya. Konsep “pembangunan” yang dibawa oleh paradigma ekonomi neoklasik ini, begitu mendewakan industrialisasi dan mekanisme trickle down effect (efek rambatan) yang terbukti tidak mampu mensejahterakan masyarakat secara merata. Secara konseptual pemberdayaan masyarakat didefinisikan sebagai sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni bersifat people centered (berpusat pada manusia), participatory (partisipatif), empowering (memberdayakan), dan sustainable (berkelanjutan). Ekonomi kreatif menjadi salah satu konsep penting dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat, sebab cukup banyak program pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi kreatif yang terbukti mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Paper ini membahas sacara teoritis konsep pemberdayaan masyarakat, latar belakang munculnya konsep pemberdayaan masyarakat, teori-teori pemberdayaan masyarakat (teori ABCD (asset based community development) dan teori stakeholders), konsep peningkatan ekonomi masyarakat, konsep ekonomi kreatif, tipologi masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat, serta alur pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa). Kata Kunci: Pemberdayaan Masyarakat; Ekonomi Kreatif; BUMDesa; Peningkatan Ekonomi; Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Abstract: The emergence of the concept of community empowerment (social empowerment) as a result of the failure of the concept of development (development) that had been applied before in Indonesia (in the New Order era) and was applied in other Asian developing countries. The concept of "development" brought about by this neoclassical economic paradigm, so deified industrialization and the trickle-down effect mechanism, which has proven to be incapable of equitably prospering society. Conceptually, community empowerment is defined as a concept of economic development that encapsulates social values. This concept reflects the new paradigm of development, which is people-centered (human-centered), participatory (participatory), empowering (empowering), and sustainable (sustainable). The creative economy is one of the important concepts in community economic empowerment because quite a lot of community empowerment programs in the creative economy have succeeded in improving the community's economy. This paper discusses theoretically the concept of community empowerment, the background to the emergence of the concept of community empowerment, theories of community empowerment (ABCD theory (asset-based community development) and stakeholders theory), the concept of community economic improvement, the concept of the creative economy, typology of society in community empowerment, and the flow of community empowerment through the establishment of BUM Desa. Keywords: Community Empowerment; Creative Economy; BUMDesa; Economic Improvement; Community Economic Empowerment.
Article
Full-text available
Covid-19 has had a major impact on all aspects of life and in all fields. Since Covid-19 was declared a pandemic, there have been many impacts of Covid-19 and the most pronounced impact has been on the Small and Medium Enterprises (SME) sector. The aim of this program is to provide counseling and training to increase entrepreneurial intentions in “Rise” SMEs in the midst of the Covid-19 pandemic. The target of this program is the people of Ngoro-Oro village who are members of UKM "Bangkit". The method used is in the form of counseling, training and direct practice (role play). Implementation of training for two days. The first day was in the form of counseling and entrepreneurial intention training which consisted of two sessions. The second day was the practice of processing local food ingredients into various types of food such as various kinds of chips (cassava chips, banana chips, spinach chips, etc.), various cakes such as bika and several types of brownies. The result of the program is that the community becomes aware of the concept of entrepreneurship, has the intention or desire to become entrepreneurial and has skills in processing local food ingredients into food products that have sale value.
Article
Full-text available
Banana leaf waste in kupang krajan village is very abundant. This becomes a problem of garbage buildup. Therefore, it is necessary to process waste in order to become a useful product. By using assed based community development (ABCD) method aims to provide training in making animal feed from banana leaf waste. The results of the training showed that the people of Kupang Krajan village were able to make quality animal feed with a fragrant aroma. Animal feed has also been tested to beef cattle, dairy cows, and goats in west Surabaya and Gresik. There are cattle that eat directly and some still have to adapt.
Article
Full-text available
Pemberdayaan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi professional guru madrasah di kecamatan Cimaung Provinsi Jawa Barat. Pendekatan dalam melaksanakan pemberdayaan menggunakan Asset Based Community Development (ABCD). Pendekatan ini digunakan untuk mengoktimalkan potensi dan asset yang dimiliki masyarakat dampingan. Hasil pemberdayaan menunjukkan bahwa kompetensi professional guru madrasah mengalami peningkatan secara signifikan melalui beberapa kegiatan yang sudah dilakukan; literasi untuk anak usia dini, internalisasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam kurikulum dan pembelajaran, serta kompetensi professional guru di era industry 4.0. Pemberdayaan untuk guru-guru madrasah perlu senantiasa dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan kompetensi guru-guru dengan baik.
Article
Full-text available
Pengabdian Kepada Masyarakat is a program with a mission to implement the development of science and technology from tertiary institutions to the community to support and improve the welfare of the community. In this entrepreneurship development program, the team conducted production training in the creative industry sector in the form of screen printing expertise at Anwarul Huda Islamic Boarding School in Malang. The students are deemed necessary to be given assistance to increase economic independence. In addition, this is also supported by Anwarul Huda Islamic Boarding School in Malang which allows students to become entrepreneurs to create economically independent students. Through this community service program which will be carried out by Lecturers from the UM Research and Community Service Institute (LP2M), in collaboration with practitioners in the field of creative industries, new entrepreneurs and students in the field of creative industries are expected to be born, and can manage businesses better. This activity is divided into four stages namely observation of partner needs analysis, Socialization, Training, and Assistance.
Article
This article examines the aspects and characteristics of entrepreneurship and intrapreneurship from a psychological perspective. The importance of both in contributing new products and services so vital to economic development and growth is discussed. The characteristics of entrepreneurs are discussed in terms of (a) the desirability and possibility of being an entrepreneur; (b) the childhood family environment of the entrepreneur; (c) the education level of the entrepreneur and spouse; (d) personal values, age, work history, and motivation of the entrepreneur; and (e) role models and support systems. The typical corporate versus the intrapreneurial culture is examined with respect to developing a climate for intrapreneurship as well as the characteristics of intrapreneurs. Although intrapreneurship may not be the right environment for every corporate culture, the possibilities that come from establishing it in an organization rather than from achieving results in the more traditional corporate culture are discussed.
ENTREPRENEURSHIP KAUM SANTRI (Studi pada Pesantren Entrepreneur Tegalrejo Magelang
  • S Afidah
Afidah, S. (2018). ENTREPRENEURSHIP KAUM SANTRI (Studi pada Pesantren Entrepreneur Tegalrejo Magelang). https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/8401/1/1500108011_Tesis.pdf
Mengenal pondok pesantren sebagai budaya Indonesia
  • M Zuhair
M. Zuhair AG. (2019). Mengenal pondok pesantren sebagai budaya Indonesia. https://indonesiawindow.com/mengenal-pondok-pesantren-sebagai-budaya-indonesia/
Essentials of Entrepreneurship and Small Business Management, Global Edition
  • N M Scarborough
  • J R Cornwall
Scarborough, N. M., & Cornwall, J. R. (2016). Essentials of Entrepreneurship and Small Business Management, Global Edition. In Upper Saddle River.