Available via license: CC BY-NC-SA 4.0
Content may be subject to copyright.
Jurnal Porkes Edisi Juni | 245
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
Upaya Meningkatkan Kebugaran Jasmani Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw
Wulandari Wulandari *1, Gatot Jariono 2
Email: a810180100@student.ums.ac.id *1 gj969@ums.ac.id 2
1,2, Pendidikan Olahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Abstract
The results of this study indicate that the use of the Jigsaw type of cooperative learning model
has a positive impact on improving students' physical fitness learning outcomes. The research method
used is Classroom Action Research (CAR) with 18 students in Class IV as the subject. Based on the
results of the research data, it can be concluded: (1) The initial data is known before the action is
given, it can be explained that the majority of students have not shown learning outcomes with a
percentage of learning completeness 0% with a total of 0 students, or students who get scores in a
good category in the range of values 80-89 with completeness criteria as many as 0 students (0%),
students who obtained scores in the sufficient category in the range of values 70-79 in the sufficient
category with completeness criteria as many as 0 students (0%) while students who did not complete
as many as 18 students with grades percentage of 100% or each in the range of values from 60 to 69
in the poor category as many as 8 students (44%) and students in the range of values < 60 in the less
category as many as 10 students (56%) and no students in the very good category with value range
90-100. (2) In Cycle I, the average score of learning outcomes was 70.94, there were 11 students
(61%) completed, and 7 students (33%) had not. (3) In Cycle II, the average score of the pilot test was
81.82, there were 18 students (100%) completed and 0 students (0%) incomplete. It increased from
0% at the initial condition, to 61% at the end of cycle I and increased to 100% at the end of cycle II.
Thus this proves that the application of the jigsaw type of cooperative learning model has a positive
effect on increasing students' willingness to exercise.
Keyword: Cooperative learning; Physical fitness; Tipe jigsaw.
Abstrak
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar kebugaran jasmani siswa.
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subyek 18 Siswa
Kelas IV. Berdasarkan hasil data penelitian, maka dapat disimpulkan: (1) Data awal diketahui
sebelum diberikan tindakan maka dapat dijelaskan bahwa mayoritas siswa belum menunjukan hasil
belajar dengan persentase ketuntasan belajar 0% dengan jumlah 0 siswa, atau siswa yang memperoleh
Jurnal Porkes Edisi Juni | 246
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
nilai dalam kategori baik pada rentang nilai 80-89 dengan kriteria ketuntasan sebanyak 0 siswa (0%),
siswa yang memperoleh nilai dalam kategori cukup pada rentang nilai 70-79 dalam kategori cukup
dengan kriteria ketuntasan sebanyak 0 siswa (0%) sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 18
siswa dengan nilai persentase 100% atau masing-masing dalam rentang nilai 60-69 dalam kategori
kurang sebanyak 8 siswa (44%) dan siswa pada rentang nilai < 60 dalam kategori kurang sekali
sebanyak 10 siswa (56%) dan tidak ada siswa dalam kategori sangat baik dengan rentang nilai 90-100.
(2) Pada Siklus I diperoleh skor rata-rata hasil belajar sebesar 70,94, terdapat 11 siswa (61%) tuntas,
dan 7 siswa (33%) belum tuntas. (3) Pada Siklus II di peroleh skor rata-rata tes uji coba sebesar 81,82,
terdapat 18 siswa (100%) tuntas dan 0 siswa (0%) belum tuntas. Meningkat dari 0% pada kondisi
awal, menjadi 61% pada akhir siklus I dan meningkat menjadi 100% pada akhir siklus II. Dengan
demikian ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mempunyai
pengaruh yang positif untuk meningkatkan kemauan siswa untuk berolahraga.
Kata kunci: Kebugaran Jasmani; Pembelajaran kooperatif; Tipe jigsaw.
© 2022 UNIVERSITAS HAMZANWADI
Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan & Rekreasi
Fakultas Ilmu Pendidikan
Info Artikel E-ISSN 2614-8781
Dikirim : 20 April 2022
Diterima : 26 Mei 2022
Dipublikasikan : 30 Juni 2022
PENDAHULUAN
Kebugaran jasmani merupakan kemampuan dan kesanggupan tubuh melakukan
penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang di berikan tanpa menimbulkan kelelahan yang
berlebihan. Suatu kebutuhan yang harus dipenuhi agar kita dapat menjalankan aktivitas
kehidupan sehari-hari dengan baik, seefisien dan seefektif mungkin. Fungsi kebugaran
jasmani bagi siswa maupun bagi diri seseorang yaitu mampu menjaga kebugaran jasmani
serta mampu memberikan berbagai manfaat dari pencapaian pada sebuah tujuan pendidikan.
Pada peningkatan kebugaran jasmani saat ini perlu dilakukan pembinaan terhadap siswa
untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran yang efektif serta optimal melalui
pendidikan jasmani. Sebab jika seluruh siswa memiliki kebugaran jasmani yang kuat, maka
akan mampu melakukan segala sesuatu aktivitas dengan baik.
Tujuan pendidikan jasmani disekolah yaitu untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
Oleh karena itu, pendidikan jasmani merupakan satu tahap atau aspek dari proses pendidikan
keseluruhan yang berkembang dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak
individu yang dilakukan atas kemampuan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi atau
Alamat korespondensi: a810180100@student.ums.ac.id
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. A. Yani, Mendungan, Pabelan, Kec.
Kartasura, Kab. Sukoharjo, Jawa Tengah, 57169, Indonesia
Jurnal Porkes Edisi Juni | 247
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
respon yang berkaitan langsung dengan mental, sosial dan emosional. Pelaksanaan
pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga di SD akan berjalan efektif apabila semua
unsur bersinergi. Unsur-unsur yang ada didalamnya adalah guru, kepala sekolah dan fasilitas
pendukung proses belajar mengajar. Guru menjadi bagian utama dalam pelaksanaan
pembelajaran. Oleh karena itu, kompetensi guru harus dipelihara agar tetap memiliki
motivasi untuk berinovasi dalam melakukan persiapan pembelajarannya, termasuk persiapan
siswa. Pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru
menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi
yang dirancanag untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru
biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Salah satu upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut yaitu melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pembelajaran dalam rangka untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dalam melakukan kebugaran jasmani. Menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dan yang paling penting tidak membahayakan siswa.
METODE
Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian adalah pendekatan
kualitatif. Menurut (Sukmadinata 2013:94) Bahwa pendekatan kualitatif ditujukan untuk
memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Partisipan adalah
orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat,
pemikiran, persepsinya. Pemahaman diperoleh melalui analisis berbagai keterkaitan dari
partisipan dan melalui penguraian pemaknaan partisipan tentang situasi-situasi dan peristiwa-
peristiwa.
Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, peneliti ingin lebih
menekankan pada masalah proses, maka jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.
Menurut (Sukardi 2015:12) penelitian tindakan kelas merupakan cara suatu kelompok dalam
mengorganisasi suatu kondisi, di mana mereka dapat mempelajari pengalaman mereka, dan
membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain. Penelitian tindakan mempunyai
minimal tiga keunggulan dibandingkan dengan penelitian menggunakan metode lain yaitu
peneliti dapat melakukannya tanpa meninggalkan tempat kerja, peneliti dapat melakukan
treatment yang diberikan kepada responden dalam penelitian dan responden dapat merasakan
hasil dari treatment yang diberikan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK)
merupakan suatu penelitian yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada
dalam proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan upaya meningkatkan proses serta hasil
belajar kebugaran jasmani. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan jenis
Jurnal Porkes Edisi Juni | 248
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas
model siklus karena objek penelitian hanya satu sekolah.
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Temuwangi
Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten. yang seluruhnya berjumlah 18 siswa, terdiri dari putra
10 siswa dan putri 8 siswa. Sampling merupakan sampel yang akan dijadikan sumber data.
Pada teknik pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling. Menurut
(Sugiyono, 2013:85) Purposive Sampling merupakan sebuah teknik sebagai penentuan
sampel dengan pertimbangan yang telah ditentukan. Metode purposive sampling
menggunakan kriteria yang sudah dipilih oleh peneliti dalam memilih serta menentukan
sampel. Alasan peneliti menggunakan purposive sampling, yaitu dikarenakan adanya batasan
yang mrnghalangi peneliti mengambil sampel secara acak. Sehingga bila peneliti
menggunakan metode sampel acak, maka dianggap sebagai menyulitkan peneliti. Maka dari
itu dengan metode purposive sampling, peneliti menemukan kriteria sampel yang telah
didapat dengan benar-benar sesuai yang peneliti hendak dilaksanakan.
HASIL dan PEMBAHASAN
Hasil Sebelum melaksanakan proses penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survey awal untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan.
Hasil kegiatan survey awal tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel.1 Data awal
No
Rentang Nilai
Keterangan
Kriteria
Frekuens
Persentase (%)
1
90 - 100
Sangat baik
Tuntas
0
0%
2
80 - 89
Baik
Tuntas
0
0%
3
70 - 79
Cukup
Tuntas
0
0%
4
60 - 69
Kurang
Tidak Tuntas
8
44%
5
< 60
Sangat kurang
Tidak Tuntas
10
56%
Jumlah
18
100%
Berdasarkan pada tabel.1 diatas dapat diketauhui sebelum diberikan tindakan
maka dapat dijelaskan bahwa mayoritas siswa belum menunjukan hasil belajar dengan
persentase ketuntasan belajar 0% dengan jumlah 0 siswa, atau siswa yang memperoleh
nilai dalam kategori baik pada rentang nilai 80 – 89 dengan kriteria ketuntasan sebanyak
0 siswa (0%), siswa yang memperoleh nilai dalam kategori cukup pada rentang nilai 70 –
79 dalam kategori cukup dengan kriteria ketuntasan sebanyak 0 siswa (0%) sedangkan
siswa yang tidak tuntas sebanyak 18 siswa dengan nilai persentase 100% atau masing-
masing dalam rentang nilai 60 – 69 dalam kategori kurang sebanyak 8 siswa (44%) dan
Jurnal Porkes Edisi Juni | 249
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
siswa pada rentang nilai < 60 dalam kategori kurang sekali sebanyak 10 siswa (56%) dan
tidak ada siswa dalam kategori sangat baik dengan rentang nilai 90 – 100.
Tabel.2 Siklus I
No
Rentang
Nilai
Keterangan
Kriteria
Frekuensi
Persentase (%)
1
90 – 100
Sangat baik
Tuntas
0
0%
2
80 – 89
Baik
Tuntas
5
28%
3
70 – 79
Cukup
Tuntas
6
33%
4
60 – 69
Kurang
Tidak Tuntas
4
22%
5
< 60
Sangat kurang
Tidak Tuntas
3
17%
Jumlah
18
100%
Berdasarkan pada tabel.2 siklus I diatas dapat diketahui hasil belajar kebugaran
jasmani pada siswa sebelum diberikan tindakan maka dapat dijelaskan bahwa mayoritas
siswa belum menunjukan hasil belajar dengan persentase (%) ketuntasan belajar 61% dengan
jumlah 11 orang siswa, atau siswa yang memperoleh nilai dalam kategori baik pada rentang
nilai 80 – 89 dengan kriteria ketuntasan sebanyak 5 siswa (28%), siswa yang memperoleh
nilai dalam kategori cukup pada rentang nilai 70 – 79 dengan kriteria ketuntasan sebanyak 6
siswa (33%), sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 7 siswa dengan nilai persentase
39% atau masing-masing dalam rentang nilai 60 – 69 dalam kategori kurang sebanyak 4
siswa (22%) dan siswa pada rentang nilai < 60 dalam kategori kurang sekali sebanyak 3
siswa (17%) dan tidak ada siswa dalam kategori sangat baik dengan rentang nilai 90 – 100.
Tabel.3 Siklus II
No
Rentang Nilai
Keterangan
Kriteria
Frekuensi
Persentase (%)
1
90 – 100
Sangat baik
Tuntas
2
11%
2
80 – 89
Baik
Tuntas
10
56%
3
70 – 79
Cukup
Tuntas
6
33%
4
60 – 69
Kurang
Tidak Tuntas
0
0%
5
< 60
Sangat kurang
Tidak Tuntas
0
0%
Jumlah
18
100%
Berdasarkan tabel.3 siklus II bahwa mayoritas siswa sudah menunjukan hasil belajar
dengan persentase (%) ketuntasan belajar ketuntasan belajar 100% dengan jumlah 18 orang
siswa, atau siswa yang memperoleh nilai dalam kategori sangat baaik pada rentang nilai 90 –
100 dengan kriteria tuntas sebanyak 2 siswa (11%), siswa yang memperoleh kategori baik
pada rentang nilai 80 – 89 dengan kriteria ketuntasan sebanyak 10 siswa (56%), siswa yang
Jurnal Porkes Edisi Juni | 250
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
memperoleh nilai dalam kategori cukup pada rentang nilai 70 – 79 dengan kriteria ketuntasan
sebanyak 6 siswa (33%), serta tidak ada siswa yang tidak tuntas dalam masing-masing
rentang nilai 60 – 69 dan rentang nilai <60.
Berdasarkan data yang telah diperoleh pada penelitian tindakan kelas dengan
penerapan pembelajaran kebugaran jasmani di mata pelajaran penjasorkes yang dilaksanakan
dengan II siklus, ternyata siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Digambarkan pada
tahap prasiklus persentase (%) ketuntasan hasil belajar kebugaran jasmani pada siswa.
Meningkat dari 0% pada kondisi awal, menjadi 61% pada akhir siklus I dan meningkat
menjadi 100% pada akhir siklus II. Dengan demikian ini membuktikan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mempunyai pengaruh yang positif untuk
meningkatkan kemauan siswa untuk berolahraga. Sesuai dengan tahapan perkembangannya,
siswa kelas IV sekolah dasar yang berusia sekitar 9-11 tahun biasanya masih senang dalam
belajar berkelompok. Belajar berkelompok bagi anak merupakan suatu kebutuhan sehari-hari
yang tak kalah pentingnya dengan kebutuhan makan, minum, dan sebagainya.
Pembahasan
Berdasar dari pembahasan diatas dapat dikatakan penerapan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam tahap pengenalan kebugaran jasmani bertujuan
untuk mengembangkan dan membina pola gerak dasar umum dan dominan sekaligus
membina keberanian, kemauan dan kesenangan dalam pembelajaran penjasorkes.
Berdasarkan pada refleksi dan analisis dari data yang terkumpul maka hasil penelitian
tindakan kelas menunjukkan bahwa pada akhir siklus terjadi peningkatan mutu pembelajaran.
Hal ini terlihat dari antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga hasil belajar
siswa mengalami peningkatan. Peningkatan hasil pembelajaran menunjukkan seberapa besar
peran guru dalam mengelola pembelajaran. Dapat dikatakan guru berhasil dalam
meningkatkan pembelajaran kebugaran jasmani menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw. Peningkatan dapat dilihat pada penilaian yang diberikan oleh
pengamat pada setiap siklusnya melalui observasi pembelajaran yang berlangsung.
Selanjutnya kemampuan siswa dalam pembelajaran kebugaran jasmani melalui model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang diperoleh berdasarkan hasil observasi dari kedua
siklus mengalami peningkatan. Hal ini memiliki dampak yang positif bagi siswa yaitu
meningkatnya kemampuan afektif dan psikomotorik secara keseluruhan. Peningkatan
tersebut dapat dilihat pada penilaian yang diberikan oleh pengamat pada setiap siklusnya
melalui observasi pada pembelajaran yang berlangsung. Berdasarkan data tersebut
menunjukkan bahwa pada siklus yang kedua mengalami peningkatan sehingga dapat
mencapai standar klasikal minimal yang telah ditentukan. Hasil pengamatan aktifitas siswa
dalam pembelajaran kebugaran jasmani melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw secara keseluruhan bahwa siklus yang kedua menunjukkan adanya peningkatan
yang baik, dengan peningkatan tersebut sehingga pada siklus yang kedua telah mencapai
batas minimal berdasarkan standar klasikal yang telah di tentukan.
Jurnal Porkes Edisi Juni | 251
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
Di SD Negeri 1 Temuwangi Kabupaten Klaten banyak siswa yang cukup potensial,
tetapi tidak bisa menjadi unggul. Salah satu penyebab karena mereka merasa tidak percaya
diri pada kemampuannya sendiri. Artinya banyak siswa yang gagal dalam proses belajar
mengajar bukan karena tidak memiliki kemampuan, melainkan karena mereka tidak percaya
diri pada potensi yang dimilikinya. Perlu ditegaskan lagi bahwa pikiran positif akan mampu
membentuk dan memperkuat karakter kepribadian siswa. Makanya bagi siswa yang selalu
berpikir positif akan terbentuk lebih matang, dan tidak perlu merasa khawatir dan ragu akan
kemampuan yang siswa miliki saat ini. Hal yang penting yaitu siswa harus membangun
kebiasaan agar selalu berpikir positif dengan melihat kemampuan dan potensi yang ada dalam
diri siswa, serta percaya bahwa siswa akan mampu melakukan hal-hal yang hebat. Diantara
siswa-siswa yang telah meraih cita-cita besarnya menjadi terkenal sampai sekarang, jangan
disangka bahwa siswa tersebut tidak memiliki kelemahan. Siswa adalah orang memanfaatkan
kelemahan, dan kekurangan dirinya menjadi kekuatan.
Pendidikan jasmani pada masa sekolah dasar, seharusnya lebih mengutamakan pada
fungsi pembentukan organ, dengan demikian pendidikan jasmani di sekolah dasar
berkewajiban mengembangkan fungsi gerak organ tubuh anak secara menyeluruh.
Pengembangan anak secara multilateral melalui belajar dan bermain berbagai ketrampilan
olahraga, perlu menjadi prioritas utama walaupun waktu yang tersedia sangat terbatas. Bagi
siswa yang selalu memerhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi
guru. Sebab di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang
demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memerhatikan penjelasan guru. Rasa ingin
tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada
di sekitarnya kurang dapat memengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya
bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang
merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru yaitu
membangkitkan motivasi siswa sehingga mau melakukan belajar.
Melihat hasil yang dicapai pada siklus kesatu dan yang menunjukkan dalam kategori
kurang, maka selanjutnya dilakukan siklus kedua. Hal ini dilakukan agar supaya pencapian
target peneliti bahwa semua siswa harus mampu melakukan kebugaran jasmani pada siswa
sekurang-kurangnya dalam kategori cukup. Setelah melihat keadaan yang terjadi pada siklus
pertama yaitu adanya proses pelaksanaan yang kurang maksimal, maka pada siklus kedua
ditindak lanjuti dengan memperketat pengawasan pada setiap siswa yang melakukan gerakan-
gerakan serta melakukan penambahan materi pembelajaran kebugaran jasmani. Setelah siswa
menyadari hasil yang dicapai pada siklus pertama, maka siswa mulai antusias untuk bertanya
sebelum melakukan perlakuan maupun pada saat melakukan perlakuan. Dalam melakukan
setiap gerakan, siswa tidak lagi melakukan kecurangan untuk mengurangi gerakan, yang
harus dilakukan. Siswa telah menyadari benar bahwa tujuan dan manfaat dari pendekatan
model pembelajaran bukan hanya sekedar kepentingan dari peneliti. Akan tetapi memberikan
sumbangsih dalam belajar kebugaran jasmani pada siswa bagi dirinya, sehingga membantu
siswa dalam memperagakan gerakan-gerakan yang dilakukan pada kebugaran jasmani.
Jurnal Porkes Edisi Juni | 252
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
Dengan adanya kesadaran yang dimiliki oleh siswa, maka pelaksanaan pendekatan
model pembelajaran berpasangan dapat lebih mudah dilakukan oleh setiap siswa. Oleh karena
itu setelah melakukan evaluasi pada siklus kedua, menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa yaitu memperoleh hasil peningkatan yang
sangat baik. Sebab siswa yang menjadi subyek dalam penelitian tindakan ini masuk dalam
kategori cukup keatas. Dengan demikian penelitian tindakan yang dilaksanakan pada siswa
hanya dilakukan sampai pada siklus kedua saja. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
dikemukakan bahwa penerapan model pembelajara kooperatif tipe jigsaw memberikan peran
dalam motivasi belajar yang sangat besar terhadap hasil belajar pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan terutama dalam pembelajaran kebugaran jasmani.
Mengingat pentingnya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam
hal peningkatan hasil belajar kebugaran jasmani, maka banyak cara yang digunakan guru
untuk meningkatan hasil kebugaran jasmani, guru selalu mengingat betapa pentingnya
memberikan alasan-alasan pada siswa mengapa siswa itu harus belajar dengan sungguh-
sungguh dan berusaha untuk berprestasi dengan sebaik-baiknya. Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memberi semangat seorang siswa dalam kegiatan
belajarnya. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa timbul dari
dorongan-dorongan yang asli atau perhatian yang diinginkan, dengan demikian hasil belajar
kebugaran jasmani dapat meningkat atau disamping itu juga seorang guru harus memberika
motivasi belajar kepada siswa-siswinya, karena motivasi siswa sangat berpengaruh untuk
meningkatkan hasil belajar kebugaran jasmani.
Dalam proses belajar mengajar tidak ada satu ketentuan yang melandaskan bahwa
hanya satu strategi yang paling efektif untuk pengajaran pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan. Jadi dalam menerapkan strategi pengajaran selalu harus disesuaikan dengan situasi
dan kondisi pada waktu proses belajar mengajar berlangsung. Menurut (Fathurrohman,
2015). Model pembelajaran yang aktif adalah model pembelajaran yang mampu
membangkitkan keaktifan dan kerjasama siswa dalam kegiatan mencari tahu atau belajarnya.
Model pembelajaran seperti ini biasanya tersedia dalam model pembelajaran kooperatif.
Maka dari itu siswa dituntuk untuk aktif lagi dalam pembelajaran.
Selama ini guru yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak
perorangan atau kelompok, sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian.
Gejala yang lain terlihat masih banyak guru yang menggunakan strategi dan model
pembelajaran yang belum maksimal (Nopiyanto, 2020). Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw berkaitan dengan pembuatan keputusan yang dilakukan guru baik
sebelum, selama, maupun setelah proses pembelajaran. Pembuatan keputusan tersebut
berdampak pada cara belajar siswa. Belajar pada hakikatnya adalah proses memperoleh
informasi, mengolah informasi, dan membuat keputusan. Semakin banyak informasi yang
diperoleh, semakin banyak informasi yang diolah, dan semakin banyak keputusan yang
dibuat, berarti semakin banyak belajar. Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah
Jurnal Porkes Edisi Juni | 253
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk
membedakannya.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini menekankan pada daya pikir yang tinggi,
transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-
masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran dengan penerapan
kooperatif tipe jigsaw akan memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan
karena proses pembelajaran dilakukan secara alamiah dan kemudian siswa dapat
mempraktekkan secara langsung beberapa materi yang telah dipelajarinya. Pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw mendorong siswa memahami hakekat, makna dan manfaat belajar
sehingga akan memberikan stimulus dan motivasi kepada mereka untuk rajin dan senantiasa
belajar.
Dengan penerapan kooperatif tipe jigsaw hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Oleh karenanya proses pembelajaran harus berlangsung secara alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan dalam bentuk transfer
pengetahuan dari guru kepada siswa. Strategi dan penggunaan metode dalam pembelajaran
menjadi lebih penting dibandingkan dengan hasil pembelajaran. Dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini guru tidak hanya menyampaikan materi belakang
yang berupa hafalan tetapi juga bagaimana mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran
yang memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar. Lingkungan belajar yang kondusif
sangat penting dan sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan keberhasilan
pembelajaran secara keseluruhan.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang
mengarahkan siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja
sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Tujuan penting
pembelajaran kooperatif yaitu untuk membelajarkan kepada siswa kemampuan-kemampuan
sosial, kerja sama dan kolaborasi. Keterapilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam
masyarakat karena banyak kerja orang dewasa dilakukan dalam organisasi yang saling
bergantung satu sama lain dan juga masyarakat secara budaya semakin beragam. Dalam
pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, namun siswa juga harus
mempelajari kemampuan-kemampuan khusus yang disebut kemampuan kooperatif,
kemampuan kooperatif ini berfungsi melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan
hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antara anggota
kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar kelompok
selama kegiatan.
Pembelajaran kooperatif yaitu sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan
siswa bekerja secara berkolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, pembelajaran kooperatif
disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa
dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan kelompok serta
memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang
Jurnal Porkes Edisi Juni | 254
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
berbeda latar belakangnya, pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit,
dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berfikir kritis serta dapat meberikan
keuntungan baik pada siswa kelompok bawah, menengah, maupun atas yang bekerjasama
menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa dituntut untuk
memiliki motivasi yang tinggi. Motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa dalam setiap
kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran tertentu. Siswa tersebut akan memahami apa yang dipelajari dan dikuasai serta
tersimpan dalam jangka waktu yang lama. Siswa menghargai apa yang telah dipelajari
sehingga merasakan kegunaannya di dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah
masyarakat. Siswa yang bermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkan akan memperoleh
hasil belajar yang lebih tinggi pula, artinya semakin tinggi motivasinya semakin intensitas
usaha dan upaya yang dilakukan, maka semakin tinggi hasil belajar yang diperolehnya.
Siswa berusaha melakukan upaya untuk meningkatkan keberhasilan dalam belajar
sehingga mencapai keberhasilan yang cukup memuaskan sebagaimana yang diharapkan.
Disamping itu motivasi juga menopang upaya-upaya dan menjaga agar proses belajar siswa
tetap jalan. Hal ini dijadikan siswa gigih dalam belajar. Apabila motivasi belajar muncul
setiap kali belajar, besar kemungkinan hasil belajarnya meningkat. Banyak bakat siswa tidak
berkembang karena tidak memiliki motivasi yang sesuai dengan bakatnya itu apabila siswa
itu memperoleh motivasi sesuai bakat yang dimilikinya, maka lepaslah tenaga yang diluar
biasa sehingga tercapai hasil-hasil belajar yang semula tidak terduga. Pembelajaran
kooperatif yaitu pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang
saling mengasihi antar sesama teman. Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan
sekedar belajar dalam kelompok, ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan belajar
kelompok. Ada lima komponen penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu saling
ketergantungan positif, tatap muka, tanggung jawab perseorangan dan kelompok,
keterampilan interpersonal dan kelompok, dan proses kelompok.
Saling ketergantungan positif yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung pada
usaha masing-masing anggota kelompok. Ketergantungan ini terjadi bila setiap anggota
kelompok merasa diperlukan untuk keberhasilan kelompok dan setiap anggota kelompok
berusaha memberi kontribusi dalam menyelesaikan tugas kelompok. Tanggung jawab
perseorangan merupakan konsekuensi dari unsur yang pertama. Jika tugas dibuat menurut
prosedur model pembelajaran kooperatif, maka setiap siswa akan merasa bertanggung jawab
untuk melakukan yang terbaik. Setiap anggota kelompok memahami bahwa mereka adalah
bagian dari kelompok dan semua anggota kelompok berkerja untuk tujuan kelompok. Hal
yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif yaitu memahami karakteristik siswa.
Selain itu juga dalam memahami siswa guru harus mempunyai strategi yang baik agar
siswa tidak cepat jenuh dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Menurut (Abdul Azis
Wahab 2020: 85) Setiap guru senantiasa dihadapkan pada pertanyaan tentang metode-metode
Jurnal Porkes Edisi Juni | 255
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
apa yang akan digunakan untuk membantu siswa mempelajari konsep-konsep atau membantu
mereka mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar adalah
merupakan kerjasama antara guru dan siswa. Lebih lanjut menurut (Abdul Azis Wahab 2020:
85) namun demikian metode atau teknik mengajar hanyalah salah satu komponen penting di
dalam keseluruhan interaksi belajar-mengajar atau interaksi edukatif. Berkaitan dengan hal
itu patut disadari oleh guru bahwa tidak ada satu metode mengajar yang terbaik atau yang
cocok untuk semua situasi atau mata pelajaran. Yang ada adalah bahwa terdapat berbagai
metode mengajar yang telah digemakan oleh guru dalam mengajar dan telah memberinya
pengalaman. Dengan pengalaman itu dapat menggemakan metode-metode mengajar tersebut
dalam situasi-situasi yang berbeda dengan memperhatikan faktor siswa, materi pelajaran
yang harus diliput, tujuan pengajaran dan sarana yang tersedia.
Selain itu seorang guru seharusnya selalu mengedepankan sasaran belajar mengajar.
Menurut (Sagala 2012:224) Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan.
Tujuan itu bertahap dan berjenjang, mulai dan yang sangat operasional dan konkret yakni
tujuan pembelajaran khusus, tujuan pembelajaran umum, tuju kurikuler, tujuan nasional,
sampai pada tujuan yang bersifat universal. Persepsi guru atau persepsi anak didik mengenai
sasaran akhir kegiatan belajar mengaj akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap sasaran
antara serta sasar kegiatan. Sasaran itu harus diterjemahkan kedalam ciri-ciri perilaku
kepribadi, yang didambakan. Pada dasarnya keberhasilan dari suatu pembelajaran tidak lepas
dari kerjasama antar pengajar dan pelajar artinya dalam proses pembelajaran khususnya
dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan guru dituntut untuk selalu
berkreatif untuk mengembangkan model pembelajaran serta selalu aktif dalam memodifikasi
pembelajaran, walaupun pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan selalu
dikesampingkan.
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara gaya belajar mereka sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam
prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat
untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang
tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang
tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru dalam
dunia pendidikan, metode pembelajaran ini hanya dipakai oleh beberapa guru penjasorkes
khususnya setelah mereka mendapat pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG).
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para
siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya
untuk mempelajari materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif tergantung pada kelompok-
kelompok kecil dari siswa, di mana dalam kelompok kecil tersebut anggota kelompok dari
siswa bekerja sama untuk meningkatkan pemahaman dan pencapaian dari masing-masing
anggota kelompok. Masing-masing anggota kelompok bertanggungjawab tentang apa yang
bisa dilakukan untuk membantu teman dalam kelompok belajarnya itu.
Jurnal Porkes Edisi Juni | 256
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling
berdiskusi dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai pada saat
itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Pembelajaran kooperatif
muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep
apabila mereka bekerja sama dan berdiskusi dengan temannya. Pembelajaran kooperatif
berjalan dengan baik dan dapat diaplikasikan untuk semua jenis kelas, termasuk kelas-kelas
khusus untuk anak-anak yang berbakat, kelas pendidikan khusus, dan bahkan untuk kelas
dengan tingkat kecerdasan “rata-rata”, dan khususnya sangat diperlukan dalam kelas
heterogen dengan berbagai tingkat kemampuan.
Menurut (Ngalimun 2013:161) pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia
sebagai mahluk sosial yang penuh dengan ketergantungan dengan orang lain, mempunyai
tanggung jawab bersama, pembagian tugas dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan
kenyataan itu, belajar berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk
saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman tugas, tanggung jawab. Tantangan yang
dihadapi guru dalam memotivasi siswa adalah kurangnya kerjasama siswa di dalam kelas.
Jika siswa-siswa dimotivasi dengan nilai-nilai, imbalan-imbalan atau hukuman-hukuman,
mereka hanya akan berkonsentrasi dalam pertemuan-pertemuan di dalam kelas yang sangat
minim. Mereka akan melakukan hal-hal yang diperlukan untuk tes, tetapi mereka akan segera
melupakan sebagiari besar pelajaran yang telah mereka pelajari. Untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik, guru-guru akan memerlukan strategi-strategi yang lebih baik untuk
memotivasi siswa agar dapat mewujudkan kualitas yang lebih tinggi di dalam aktivitas
belajar di dalam kelas.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, diperoleh
kesimpulan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw teruji efektif meningkatkan hasil belajar kebugaran jasmani siswa
kelas IV SD Negeri 1 Temuwangi, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten.
PERNYATAAN PENULIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya ilmiah saya adalah benar hasil penelitian
yang saya lakukan dan belum pernah diterbitkan di publikasi manapun. Apabila terjadi
kesamaan, maupun hasil karya orang lain siap menerima sangsi dari pengelola jurnal porkes
dan prodi penjaskesrek universitas hamzanwadi
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, R. (2017). Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada
mata pelajaran kimia di madrasah aliyah. Lantanida journal, 5(1), 13-28. Doi.
ttp://dx.doi.org/10.22373/lj.v5i1.2056
Jurnal Porkes Edisi Juni | 257
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
Djudin, T., & Setiawan, R. (2016). Pengaruh model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada materi vektor di kelas X SMA Negeri 1
Sanggau Ledo. Jurnal Penelitian Fisika Dan Aplikasinya, 6 (2), 51-60. Doi.
https://doi.org/10.26740/jpfa.v6n2.p51-60
Fathurrohman, M. (2015). Model-model pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz media.
Fikri, A. (2018). Studi Tentang Tingkat Kesegaran Jasmani Mahasiswa Penjaskes STKIP
PGRI Lubuklinggau. Gelanggang Olahraga: Jurnal Pendidikan Jasmani Dan
Olahraga, 1(2), 74-83. Doi. https://doi.org/10.31539/jpjo.v1i2.135
Gatot Jariono, Fahmy Fachrezzy, & Haris Nugroho (2020). Application Of Jigsaw Type
Cooperative Learning Model To Improving The Physical Exercise Student Volleyball
At Junior High School 1 Sajoanging. Journal of reseach in business, Economics, and
Education, 1019-1026. https://e-journal.stie-
kusumanegara.ac.id/index.php/jrbee/article/view/159
Gatot Jariono, Haris Nugroho, Iwan Hermawan, Fahmy Fachrezzy, Uzizatun Maslikah.
(2021). The Effect Of Circuit Learning On Improving The Physical Fitness Of
Elementary School Student. International Journal of Education Research & Social
Sciences, 59-68. Doi. https://doi.org/10.51601/ijersc.v2i1.22
Harvianto, Y. (2021). Pengaruh Media Pembelajaran Interaktif Terhadap Hasil Belajar
Pendidikan Jasmani Selama Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Porkes, 4(1), 1-7. Doi.
https://doi.org/10.29408/porkes.v4i1.3485
Hudah, M., Widiyatmoko, F. A., Pradipta, G. D., & Maliki, O. (2020). Analisis pembelajaran
pendidikan jasmani di masa pandemi covid-19 di tinjau dari penggunaan media
aplikasi pembelajaran dan usia guru. Jurnal Porkes, 3(2), 93-102. Doi.
10.29408/porkes.v3i2.2904
Huda Miftahul. (2013). Cooperative Learning; Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hasbillah, M., Herman, H., & Suparman, S. (2021). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Lompat Jauh Gaya Jongkok Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw. Reflection Journal, 1(2), 43-51. Doi. https://doi.org/10.36312/rj.v1i2.634
Isnaini, L. M. Y. Suryansah (2019). Aplikasi Latihan Mental Dalam Pembelajaran Gerak
Untuk Meningkatkan Keterampilan Pada Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga
dan Kesehatan. Jurnal Porkes, 2(1), 17-25. Doi. 10.29408/porkes.v2i1.1451
Jumesam, J., & Hariadi, N. (2020). Pengembangan Model Pembelajaran Motorik Untuk
Anak Sekolah Dasar. Jurnal Porkes, 3(2), 119-126. Doi. 10.29408/porkes.v3i2.2638
Juliati, R. R., Iqbal, R., & Nurwansyah, R. (2019). Hubungan Kepemimpinan dan
Kemampuan Melaksanakan Proses Belajar Dengan Hasil Belajar Pendidikan
Jasmani. Jurnal Porkes, 2(2), 44-49. Doi. 10.29408/porkes.v2i2.1885
Lubis, R. S. (2021). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
terhadap Hasil Belajar Mahasiswa. AXIOM: Jurnal Pendidikan Dan Matematika, 9
(2), 199-209. Doi. http://dx.doi.org/10.30821/axiom.v9i2.8735
Jurnal Porkes Edisi Juni | 258
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
Maisarah, A. (2019). Strategi Belajar Mengajar Dengan Menerapkan Model Demonstrasi
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Penjasorkes Materi Menerapkan Budaya Sehat
Pada Siswa Kelas VII SDN 1.2 Pudak Setegal Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurnal
Langsat, 6(1). https://rumahjurnal.net/langsat/article/view/571
Malobulu, Syarifudin dkk, 2011. Olahraga dan Pendidikan Jasmani dalam Keutuhan NKRI,
Jakarta: Ardadizya Jaya, 2011,
Maifa, Suryansah. (2020). Pengaruh Aktivitas Pengembangan Profesi Guru Pendidikan
Jasmani dan Olahraga Terhadap Hasil Uji Kompetensi Guru. Jurnal Porkes, 3(1), 1-8.
Doi. 10.29408/porkes.v3i1.1937
Mulyadi, M. (2018). Strategi Belajar Mengajar Dengan Menerapkan Model Demonstrasi
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Penjasorkes Materi Pertumbuhan Dan
Perkembangan Makhluk Hidup Pada Siswa Kelas Vii Smpn 3 Tanjung. Jurnal
Langsat, 5(1). https://rumahjurnal.net/langsat/article/view/474
Ngalimun, 2013. Strategi dan Model Pembelajaran, Yogyakarta : Aswaja Presindo
Nopiyanto, Y. E., & Raibowo, S. (2020). Penerapan model pembelajaran Jigsaw untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar mahasiswa penjas pada mata kuliah filsafat
penjas dan olahraga. Journal Of Sport Education, 2 (2), 61-69.
Doi. http://dx.doi.org/10.31258/jope.2.2.61-69
Nurdyansyah, N., & Fitriyani, T. (2018). Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Terhadap
Hasil Belajar Pada Madrasah Ibtidaiyah. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Nurhidayat, N., Triadi, C., & Fathurrahman, F. (2020). Tingkat Prestasi Akademik Ditinjau
Dari Kebugaran Jasmani (Vo2 Max) Mahasiswa. Jurnal Porkes, 3(1), 26-30. Doi.
10.29408/porkes.v3i1.2010
Ningsih, Y. F., Hariadi, N., & Puspitaningrum, D. A. (2019). Hubungan Antara Minat dan
Bakat Mahasiswa Universitas Jember Kampus Bondowoso Terhadap Fasilitas
Olahraga. Jurnal Porkes, 2(2), 73-76. Doi. 10.29408/porkes.v2i2.1643
Nurfitriyanti, M. (2017). Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil
belajar matematika ditinjau dari kecerdasan emosional. Formatif: Jurnal Ilmiah
Pendidikan MIPA, 7(2). Doi. 10.30998/formatif.v7i2.2229
Pratiwi, N. K. (2017). Pengaruh tingkat pendidikan, perhatian orang tua, dan minat belajar
siswa terhadap prestasi belajar bahasa indonesia siswa smk kesehatan di kota
tangerang. Pujangga, 1(2), 31. Doi. http://dx.doi.org/10.47313/pujangga.v1i2.320
Putra, I. A., Pujani, N. M., & Juniartina, P. P. (2018). Pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw terhadap pemahaman konsep IPA siswa. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Sains Indonesia, 1(2), 80-90. Doi.
https://doi.org/10.23887/jppsi.v1i2.17215
Rosdiani, Dini. (2012). Model Pembelajaran Langsung Dalam Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan. Bandung: Alfabeta
Jurnal Porkes Edisi Juni | 259
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
Rosyidah, U. (2016). Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Metro. SAP (Susunan Artikel
Pendidikan), 1(2). Doi. http://dx.doi.org/10.30998/sap.v1i2.1018
Rahuma, A., & Ananda, A. (2019). The effect of using cooperative learning model type of
examples non examples and motivation toward student learning outcomes. JPPI
(Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia), 4 (2), 117-121. Doi.
https://doi.org/10.29210/02018275
Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Syafi'i, A., Marfiyanto, T., & Rodiyah, S. K. (2018). Studi tentang prestasi belajar siswa
dalam berbagai aspek dan faktor yang mempengaruhi. Jurnal Komunikasi Pendidikan,
2 (2), 115-123. Doi. https://doi.org/10.32585/jkp.v2i2.114
Sagala, Syaiful, 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar, Bandung: Alfabeta
Sukmadinata, N. S. (2013). Metode Penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Saparina, R., Wahab, A. A., & Mirfani, A. M. (2020). Implementasi Total Quality
Management (Tqm) Dalam Peningkatan Layanan Sekolah. Jurnal Administrasi
Pendidikan, 27 (1), 97-115. Doi. https://doi.org/10.17509/jap.v27i1.24405
Sukardi, H. M., & Hutari, F. (2015). Metode penelitian pendidikan tindakan kelas:
implementasi dan pengembangannya.
Suryono, S. (2021). Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Penjasorkes Melalui Model
Kooperatif Tipe Jigsaw Di Sman 4 Tebo Tahun Pelajaran 2019/2020. Strategy: Jurnal
Inovasi Strategi Dan Model Pembelajaran, 1 (2), 223-230. Doi.
https://doi.org/10.51878/strategi.v1i2.624
Sukardi, H.M. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas Implementasi dan
Pengembangannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono, D. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan
R&D.
Sukardi, H.M. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas Implementasi dan
Pengembangannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Tamim, M. H., & Nopiana, R. (2018). Hubungan Status Gizi Gengan Tingkat Kebugaran
Jasmani. Jurnal Porkes, 1(2), 52-61. Doi. 10.29408/porkes.v1i2.1414
Widoyo, Putro Eko, (2014). Evaluasi Program Pembelajaran, Panduan Praktis Bagi Pendidik
dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wijayani, I., Haenilah, E. Y., & Sugiman, S. (2017). Hubungan Motivasi Belajar dengan
Prestasi Belajar Siswa Kelas V. Pedagogi: Jurnal Pendidikan Dasar, 5(16).
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/pgsd/article/view/13942