ArticlePDF Available

Upaya Meningkatkan Kebugaran Jasmani Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Authors:

Abstract

The results of this study indicate that the use of the Jigsaw type of cooperative learning model has a positive impact on improving students' physical fitness learning outcomes. The research method used is Classroom Action Research (CAR) with 18 students in Class IV as the subject. Based on the results of the research data, it can be concluded: (1) The initial data is known before the action is given, it can be explained that the majority of students have not shown learning outcomes with a percentage of learning completeness 0% with a total of 0 students, or students who get scores in a good category in the range of values 80-89 with completeness criteria as many as 0 students (0%), students who obtained scores in the sufficient category in the range of values 70-79 in the sufficient category with completeness criteria as many as 0 students (0%) while students who did not complete as many as 18 students with grades percentage of 100% or each in the range of values from 60 to 69 in the poor category as many as 8 students (44%) and students in the range of values < 60 in the less category as many as 10 students (56%) and no students in the very good category with value range 90-100. (2) In Cycle I, the average score of learning outcomes was 70.94, there were 11 students (61%) completed, and 7 students (33%) had not. (3) In Cycle II, the average score of the pilot test was 81.82, there were 18 students (100%) completed and 0 students (0%) incomplete. It increased from 0% at the initial condition, to 61% at the end of cycle I and increased to 100% at the end of cycle II. Thus this proves that the application of the jigsaw type of cooperative learning model has a positive effect on increasing students' willingness to exercise.
Jurnal Porkes Edisi Juni | 245
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
Upaya Meningkatkan Kebugaran Jasmani Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw
Wulandari Wulandari *1, Gatot Jariono 2
Email: a810180100@student.ums.ac.id *1 gj969@ums.ac.id 2
1,2, Pendidikan Olahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Abstract
The results of this study indicate that the use of the Jigsaw type of cooperative learning model
has a positive impact on improving students' physical fitness learning outcomes. The research method
used is Classroom Action Research (CAR) with 18 students in Class IV as the subject. Based on the
results of the research data, it can be concluded: (1) The initial data is known before the action is
given, it can be explained that the majority of students have not shown learning outcomes with a
percentage of learning completeness 0% with a total of 0 students, or students who get scores in a
good category in the range of values 80-89 with completeness criteria as many as 0 students (0%),
students who obtained scores in the sufficient category in the range of values 70-79 in the sufficient
category with completeness criteria as many as 0 students (0%) while students who did not complete
as many as 18 students with grades percentage of 100% or each in the range of values from 60 to 69
in the poor category as many as 8 students (44%) and students in the range of values < 60 in the less
category as many as 10 students (56%) and no students in the very good category with value range
90-100. (2) In Cycle I, the average score of learning outcomes was 70.94, there were 11 students
(61%) completed, and 7 students (33%) had not. (3) In Cycle II, the average score of the pilot test was
81.82, there were 18 students (100%) completed and 0 students (0%) incomplete. It increased from
0% at the initial condition, to 61% at the end of cycle I and increased to 100% at the end of cycle II.
Thus this proves that the application of the jigsaw type of cooperative learning model has a positive
effect on increasing students' willingness to exercise.
Keyword: Cooperative learning; Physical fitness; Tipe jigsaw.
Abstrak
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar kebugaran jasmani siswa.
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subyek 18 Siswa
Kelas IV. Berdasarkan hasil data penelitian, maka dapat disimpulkan: (1) Data awal diketahui
sebelum diberikan tindakan maka dapat dijelaskan bahwa mayoritas siswa belum menunjukan hasil
belajar dengan persentase ketuntasan belajar 0% dengan jumlah 0 siswa, atau siswa yang memperoleh
Jurnal Porkes Edisi Juni | 246
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
nilai dalam kategori baik pada rentang nilai 80-89 dengan kriteria ketuntasan sebanyak 0 siswa (0%),
siswa yang memperoleh nilai dalam kategori cukup pada rentang nilai 70-79 dalam kategori cukup
dengan kriteria ketuntasan sebanyak 0 siswa (0%) sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 18
siswa dengan nilai persentase 100% atau masing-masing dalam rentang nilai 60-69 dalam kategori
kurang sebanyak 8 siswa (44%) dan siswa pada rentang nilai < 60 dalam kategori kurang sekali
sebanyak 10 siswa (56%) dan tidak ada siswa dalam kategori sangat baik dengan rentang nilai 90-100.
(2) Pada Siklus I diperoleh skor rata-rata hasil belajar sebesar 70,94, terdapat 11 siswa (61%) tuntas,
dan 7 siswa (33%) belum tuntas. (3) Pada Siklus II di peroleh skor rata-rata tes uji coba sebesar 81,82,
terdapat 18 siswa (100%) tuntas dan 0 siswa (0%) belum tuntas. Meningkat dari 0% pada kondisi
awal, menjadi 61% pada akhir siklus I dan meningkat menjadi 100% pada akhir siklus II. Dengan
demikian ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mempunyai
pengaruh yang positif untuk meningkatkan kemauan siswa untuk berolahraga.
Kata kunci: Kebugaran Jasmani; Pembelajaran kooperatif; Tipe jigsaw.
© 2022 UNIVERSITAS HAMZANWADI
Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan & Rekreasi
Fakultas Ilmu Pendidikan
Info Artikel E-ISSN 2614-8781
Dikirim : 20 April 2022
Diterima : 26 Mei 2022
Dipublikasikan : 30 Juni 2022
PENDAHULUAN
Kebugaran jasmani merupakan kemampuan dan kesanggupan tubuh melakukan
penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang di berikan tanpa menimbulkan kelelahan yang
berlebihan. Suatu kebutuhan yang harus dipenuhi agar kita dapat menjalankan aktivitas
kehidupan sehari-hari dengan baik, seefisien dan seefektif mungkin. Fungsi kebugaran
jasmani bagi siswa maupun bagi diri seseorang yaitu mampu menjaga kebugaran jasmani
serta mampu memberikan berbagai manfaat dari pencapaian pada sebuah tujuan pendidikan.
Pada peningkatan kebugaran jasmani saat ini perlu dilakukan pembinaan terhadap siswa
untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran yang efektif serta optimal melalui
pendidikan jasmani. Sebab jika seluruh siswa memiliki kebugaran jasmani yang kuat, maka
akan mampu melakukan segala sesuatu aktivitas dengan baik.
Tujuan pendidikan jasmani disekolah yaitu untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
Oleh karena itu, pendidikan jasmani merupakan satu tahap atau aspek dari proses pendidikan
keseluruhan yang berkembang dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak
individu yang dilakukan atas kemampuan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi atau
Alamat korespondensi: a810180100@student.ums.ac.id
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. A. Yani, Mendungan, Pabelan, Kec.
Kartasura, Kab. Sukoharjo, Jawa Tengah, 57169, Indonesia
Jurnal Porkes Edisi Juni | 247
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
respon yang berkaitan langsung dengan mental, sosial dan emosional. Pelaksanaan
pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga di SD akan berjalan efektif apabila semua
unsur bersinergi. Unsur-unsur yang ada didalamnya adalah guru, kepala sekolah dan fasilitas
pendukung proses belajar mengajar. Guru menjadi bagian utama dalam pelaksanaan
pembelajaran. Oleh karena itu, kompetensi guru harus dipelihara agar tetap memiliki
motivasi untuk berinovasi dalam melakukan persiapan pembelajarannya, termasuk persiapan
siswa. Pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru
menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi
yang dirancanag untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru
biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Salah satu upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut yaitu melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pembelajaran dalam rangka untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dalam melakukan kebugaran jasmani. Menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dan yang paling penting tidak membahayakan siswa.
METODE
Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian adalah pendekatan
kualitatif. Menurut (Sukmadinata 2013:94) Bahwa pendekatan kualitatif ditujukan untuk
memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Partisipan adalah
orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat,
pemikiran, persepsinya. Pemahaman diperoleh melalui analisis berbagai keterkaitan dari
partisipan dan melalui penguraian pemaknaan partisipan tentang situasi-situasi dan peristiwa-
peristiwa.
Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, peneliti ingin lebih
menekankan pada masalah proses, maka jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.
Menurut (Sukardi 2015:12) penelitian tindakan kelas merupakan cara suatu kelompok dalam
mengorganisasi suatu kondisi, di mana mereka dapat mempelajari pengalaman mereka, dan
membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain. Penelitian tindakan mempunyai
minimal tiga keunggulan dibandingkan dengan penelitian menggunakan metode lain yaitu
peneliti dapat melakukannya tanpa meninggalkan tempat kerja, peneliti dapat melakukan
treatment yang diberikan kepada responden dalam penelitian dan responden dapat merasakan
hasil dari treatment yang diberikan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK)
merupakan suatu penelitian yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada
dalam proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan upaya meningkatkan proses serta hasil
belajar kebugaran jasmani. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan jenis
Jurnal Porkes Edisi Juni | 248
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas
model siklus karena objek penelitian hanya satu sekolah.
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Temuwangi
Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten. yang seluruhnya berjumlah 18 siswa, terdiri dari putra
10 siswa dan putri 8 siswa. Sampling merupakan sampel yang akan dijadikan sumber data.
Pada teknik pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling. Menurut
(Sugiyono, 2013:85) Purposive Sampling merupakan sebuah teknik sebagai penentuan
sampel dengan pertimbangan yang telah ditentukan. Metode purposive sampling
menggunakan kriteria yang sudah dipilih oleh peneliti dalam memilih serta menentukan
sampel. Alasan peneliti menggunakan purposive sampling, yaitu dikarenakan adanya batasan
yang mrnghalangi peneliti mengambil sampel secara acak. Sehingga bila peneliti
menggunakan metode sampel acak, maka dianggap sebagai menyulitkan peneliti. Maka dari
itu dengan metode purposive sampling, peneliti menemukan kriteria sampel yang telah
didapat dengan benar-benar sesuai yang peneliti hendak dilaksanakan.
HASIL dan PEMBAHASAN
Hasil Sebelum melaksanakan proses penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survey awal untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan.
Hasil kegiatan survey awal tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel.1 Data awal
No
Rentang Nilai
Keterangan
Kriteria
Frekuens
Persentase (%)
1
90 - 100
Sangat baik
Tuntas
0
0%
2
80 - 89
Baik
Tuntas
0
0%
3
70 - 79
Cukup
Tuntas
0
0%
4
60 - 69
Kurang
Tidak Tuntas
8
44%
5
< 60
Sangat kurang
Tidak Tuntas
10
56%
Jumlah
18
100%
Berdasarkan pada tabel.1 diatas dapat diketauhui sebelum diberikan tindakan
maka dapat dijelaskan bahwa mayoritas siswa belum menunjukan hasil belajar dengan
persentase ketuntasan belajar 0% dengan jumlah 0 siswa, atau siswa yang memperoleh
nilai dalam kategori baik pada rentang nilai 80 89 dengan kriteria ketuntasan sebanyak
0 siswa (0%), siswa yang memperoleh nilai dalam kategori cukup pada rentang nilai 70
79 dalam kategori cukup dengan kriteria ketuntasan sebanyak 0 siswa (0%) sedangkan
siswa yang tidak tuntas sebanyak 18 siswa dengan nilai persentase 100% atau masing-
masing dalam rentang nilai 60 69 dalam kategori kurang sebanyak 8 siswa (44%) dan
Jurnal Porkes Edisi Juni | 249
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
siswa pada rentang nilai < 60 dalam kategori kurang sekali sebanyak 10 siswa (56%) dan
tidak ada siswa dalam kategori sangat baik dengan rentang nilai 90 100.
Tabel.2 Siklus I
Rentang
Nilai
Keterangan
Kriteria
Frekuensi
Persentase (%)
90 100
Sangat baik
Tuntas
0
0%
80 89
Baik
Tuntas
5
28%
70 79
Cukup
Tuntas
6
33%
60 69
Kurang
Tidak Tuntas
4
22%
< 60
Sangat kurang
Tidak Tuntas
3
17%
Jumlah
18
100%
Berdasarkan pada tabel.2 siklus I diatas dapat diketahui hasil belajar kebugaran
jasmani pada siswa sebelum diberikan tindakan maka dapat dijelaskan bahwa mayoritas
siswa belum menunjukan hasil belajar dengan persentase (%) ketuntasan belajar 61% dengan
jumlah 11 orang siswa, atau siswa yang memperoleh nilai dalam kategori baik pada rentang
nilai 80 89 dengan kriteria ketuntasan sebanyak 5 siswa (28%), siswa yang memperoleh
nilai dalam kategori cukup pada rentang nilai 70 79 dengan kriteria ketuntasan sebanyak 6
siswa (33%), sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 7 siswa dengan nilai persentase
39% atau masing-masing dalam rentang nilai 60 69 dalam kategori kurang sebanyak 4
siswa (22%) dan siswa pada rentang nilai < 60 dalam kategori kurang sekali sebanyak 3
siswa (17%) dan tidak ada siswa dalam kategori sangat baik dengan rentang nilai 90 100.
Tabel.3 Siklus II
No
Rentang Nilai
Keterangan
Kriteria
Frekuensi
Persentase (%)
1
90 100
Sangat baik
Tuntas
2
11%
2
80 89
Baik
Tuntas
10
56%
3
70 79
Cukup
Tuntas
6
33%
4
60 69
Kurang
Tidak Tuntas
0
0%
5
< 60
Sangat kurang
Tidak Tuntas
0
0%
Jumlah
18
100%
Berdasarkan tabel.3 siklus II bahwa mayoritas siswa sudah menunjukan hasil belajar
dengan persentase (%) ketuntasan belajar ketuntasan belajar 100% dengan jumlah 18 orang
siswa, atau siswa yang memperoleh nilai dalam kategori sangat baaik pada rentang nilai 90
100 dengan kriteria tuntas sebanyak 2 siswa (11%), siswa yang memperoleh kategori baik
pada rentang nilai 80 89 dengan kriteria ketuntasan sebanyak 10 siswa (56%), siswa yang
Jurnal Porkes Edisi Juni | 250
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
memperoleh nilai dalam kategori cukup pada rentang nilai 70 79 dengan kriteria ketuntasan
sebanyak 6 siswa (33%), serta tidak ada siswa yang tidak tuntas dalam masing-masing
rentang nilai 60 69 dan rentang nilai <60.
Berdasarkan data yang telah diperoleh pada penelitian tindakan kelas dengan
penerapan pembelajaran kebugaran jasmani di mata pelajaran penjasorkes yang dilaksanakan
dengan II siklus, ternyata siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Digambarkan pada
tahap prasiklus persentase (%) ketuntasan hasil belajar kebugaran jasmani pada siswa.
Meningkat dari 0% pada kondisi awal, menjadi 61% pada akhir siklus I dan meningkat
menjadi 100% pada akhir siklus II. Dengan demikian ini membuktikan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mempunyai pengaruh yang positif untuk
meningkatkan kemauan siswa untuk berolahraga. Sesuai dengan tahapan perkembangannya,
siswa kelas IV sekolah dasar yang berusia sekitar 9-11 tahun biasanya masih senang dalam
belajar berkelompok. Belajar berkelompok bagi anak merupakan suatu kebutuhan sehari-hari
yang tak kalah pentingnya dengan kebutuhan makan, minum, dan sebagainya.
Pembahasan
Berdasar dari pembahasan diatas dapat dikatakan penerapan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam tahap pengenalan kebugaran jasmani bertujuan
untuk mengembangkan dan membina pola gerak dasar umum dan dominan sekaligus
membina keberanian, kemauan dan kesenangan dalam pembelajaran penjasorkes.
Berdasarkan pada refleksi dan analisis dari data yang terkumpul maka hasil penelitian
tindakan kelas menunjukkan bahwa pada akhir siklus terjadi peningkatan mutu pembelajaran.
Hal ini terlihat dari antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga hasil belajar
siswa mengalami peningkatan. Peningkatan hasil pembelajaran menunjukkan seberapa besar
peran guru dalam mengelola pembelajaran. Dapat dikatakan guru berhasil dalam
meningkatkan pembelajaran kebugaran jasmani menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw. Peningkatan dapat dilihat pada penilaian yang diberikan oleh
pengamat pada setiap siklusnya melalui observasi pembelajaran yang berlangsung.
Selanjutnya kemampuan siswa dalam pembelajaran kebugaran jasmani melalui model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang diperoleh berdasarkan hasil observasi dari kedua
siklus mengalami peningkatan. Hal ini memiliki dampak yang positif bagi siswa yaitu
meningkatnya kemampuan afektif dan psikomotorik secara keseluruhan. Peningkatan
tersebut dapat dilihat pada penilaian yang diberikan oleh pengamat pada setiap siklusnya
melalui observasi pada pembelajaran yang berlangsung. Berdasarkan data tersebut
menunjukkan bahwa pada siklus yang kedua mengalami peningkatan sehingga dapat
mencapai standar klasikal minimal yang telah ditentukan. Hasil pengamatan aktifitas siswa
dalam pembelajaran kebugaran jasmani melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw secara keseluruhan bahwa siklus yang kedua menunjukkan adanya peningkatan
yang baik, dengan peningkatan tersebut sehingga pada siklus yang kedua telah mencapai
batas minimal berdasarkan standar klasikal yang telah di tentukan.
Jurnal Porkes Edisi Juni | 251
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
Di SD Negeri 1 Temuwangi Kabupaten Klaten banyak siswa yang cukup potensial,
tetapi tidak bisa menjadi unggul. Salah satu penyebab karena mereka merasa tidak percaya
diri pada kemampuannya sendiri. Artinya banyak siswa yang gagal dalam proses belajar
mengajar bukan karena tidak memiliki kemampuan, melainkan karena mereka tidak percaya
diri pada potensi yang dimilikinya. Perlu ditegaskan lagi bahwa pikiran positif akan mampu
membentuk dan memperkuat karakter kepribadian siswa. Makanya bagi siswa yang selalu
berpikir positif akan terbentuk lebih matang, dan tidak perlu merasa khawatir dan ragu akan
kemampuan yang siswa miliki saat ini. Hal yang penting yaitu siswa harus membangun
kebiasaan agar selalu berpikir positif dengan melihat kemampuan dan potensi yang ada dalam
diri siswa, serta percaya bahwa siswa akan mampu melakukan hal-hal yang hebat. Diantara
siswa-siswa yang telah meraih cita-cita besarnya menjadi terkenal sampai sekarang, jangan
disangka bahwa siswa tersebut tidak memiliki kelemahan. Siswa adalah orang memanfaatkan
kelemahan, dan kekurangan dirinya menjadi kekuatan.
Pendidikan jasmani pada masa sekolah dasar, seharusnya lebih mengutamakan pada
fungsi pembentukan organ, dengan demikian pendidikan jasmani di sekolah dasar
berkewajiban mengembangkan fungsi gerak organ tubuh anak secara menyeluruh.
Pengembangan anak secara multilateral melalui belajar dan bermain berbagai ketrampilan
olahraga, perlu menjadi prioritas utama walaupun waktu yang tersedia sangat terbatas. Bagi
siswa yang selalu memerhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi
guru. Sebab di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang
demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memerhatikan penjelasan guru. Rasa ingin
tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada
di sekitarnya kurang dapat memengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya
bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang
merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru yaitu
membangkitkan motivasi siswa sehingga mau melakukan belajar.
Melihat hasil yang dicapai pada siklus kesatu dan yang menunjukkan dalam kategori
kurang, maka selanjutnya dilakukan siklus kedua. Hal ini dilakukan agar supaya pencapian
target peneliti bahwa semua siswa harus mampu melakukan kebugaran jasmani pada siswa
sekurang-kurangnya dalam kategori cukup. Setelah melihat keadaan yang terjadi pada siklus
pertama yaitu adanya proses pelaksanaan yang kurang maksimal, maka pada siklus kedua
ditindak lanjuti dengan memperketat pengawasan pada setiap siswa yang melakukan gerakan-
gerakan serta melakukan penambahan materi pembelajaran kebugaran jasmani. Setelah siswa
menyadari hasil yang dicapai pada siklus pertama, maka siswa mulai antusias untuk bertanya
sebelum melakukan perlakuan maupun pada saat melakukan perlakuan. Dalam melakukan
setiap gerakan, siswa tidak lagi melakukan kecurangan untuk mengurangi gerakan, yang
harus dilakukan. Siswa telah menyadari benar bahwa tujuan dan manfaat dari pendekatan
model pembelajaran bukan hanya sekedar kepentingan dari peneliti. Akan tetapi memberikan
sumbangsih dalam belajar kebugaran jasmani pada siswa bagi dirinya, sehingga membantu
siswa dalam memperagakan gerakan-gerakan yang dilakukan pada kebugaran jasmani.
Jurnal Porkes Edisi Juni | 252
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
Dengan adanya kesadaran yang dimiliki oleh siswa, maka pelaksanaan pendekatan
model pembelajaran berpasangan dapat lebih mudah dilakukan oleh setiap siswa. Oleh karena
itu setelah melakukan evaluasi pada siklus kedua, menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa yaitu memperoleh hasil peningkatan yang
sangat baik. Sebab siswa yang menjadi subyek dalam penelitian tindakan ini masuk dalam
kategori cukup keatas. Dengan demikian penelitian tindakan yang dilaksanakan pada siswa
hanya dilakukan sampai pada siklus kedua saja. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
dikemukakan bahwa penerapan model pembelajara kooperatif tipe jigsaw memberikan peran
dalam motivasi belajar yang sangat besar terhadap hasil belajar pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan terutama dalam pembelajaran kebugaran jasmani.
Mengingat pentingnya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam
hal peningkatan hasil belajar kebugaran jasmani, maka banyak cara yang digunakan guru
untuk meningkatan hasil kebugaran jasmani, guru selalu mengingat betapa pentingnya
memberikan alasan-alasan pada siswa mengapa siswa itu harus belajar dengan sungguh-
sungguh dan berusaha untuk berprestasi dengan sebaik-baiknya. Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memberi semangat seorang siswa dalam kegiatan
belajarnya. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa timbul dari
dorongan-dorongan yang asli atau perhatian yang diinginkan, dengan demikian hasil belajar
kebugaran jasmani dapat meningkat atau disamping itu juga seorang guru harus memberika
motivasi belajar kepada siswa-siswinya, karena motivasi siswa sangat berpengaruh untuk
meningkatkan hasil belajar kebugaran jasmani.
Dalam proses belajar mengajar tidak ada satu ketentuan yang melandaskan bahwa
hanya satu strategi yang paling efektif untuk pengajaran pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan. Jadi dalam menerapkan strategi pengajaran selalu harus disesuaikan dengan situasi
dan kondisi pada waktu proses belajar mengajar berlangsung. Menurut (Fathurrohman,
2015). Model pembelajaran yang aktif adalah model pembelajaran yang mampu
membangkitkan keaktifan dan kerjasama siswa dalam kegiatan mencari tahu atau belajarnya.
Model pembelajaran seperti ini biasanya tersedia dalam model pembelajaran kooperatif.
Maka dari itu siswa dituntuk untuk aktif lagi dalam pembelajaran.
Selama ini guru yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak
perorangan atau kelompok, sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian.
Gejala yang lain terlihat masih banyak guru yang menggunakan strategi dan model
pembelajaran yang belum maksimal (Nopiyanto, 2020). Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw berkaitan dengan pembuatan keputusan yang dilakukan guru baik
sebelum, selama, maupun setelah proses pembelajaran. Pembuatan keputusan tersebut
berdampak pada cara belajar siswa. Belajar pada hakikatnya adalah proses memperoleh
informasi, mengolah informasi, dan membuat keputusan. Semakin banyak informasi yang
diperoleh, semakin banyak informasi yang diolah, dan semakin banyak keputusan yang
dibuat, berarti semakin banyak belajar. Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah
Jurnal Porkes Edisi Juni | 253
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk
membedakannya.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini menekankan pada daya pikir yang tinggi,
transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-
masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran dengan penerapan
kooperatif tipe jigsaw akan memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan
karena proses pembelajaran dilakukan secara alamiah dan kemudian siswa dapat
mempraktekkan secara langsung beberapa materi yang telah dipelajarinya. Pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw mendorong siswa memahami hakekat, makna dan manfaat belajar
sehingga akan memberikan stimulus dan motivasi kepada mereka untuk rajin dan senantiasa
belajar.
Dengan penerapan kooperatif tipe jigsaw hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Oleh karenanya proses pembelajaran harus berlangsung secara alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan dalam bentuk transfer
pengetahuan dari guru kepada siswa. Strategi dan penggunaan metode dalam pembelajaran
menjadi lebih penting dibandingkan dengan hasil pembelajaran. Dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini guru tidak hanya menyampaikan materi belakang
yang berupa hafalan tetapi juga bagaimana mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran
yang memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar. Lingkungan belajar yang kondusif
sangat penting dan sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan keberhasilan
pembelajaran secara keseluruhan.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang
mengarahkan siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja
sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Tujuan penting
pembelajaran kooperatif yaitu untuk membelajarkan kepada siswa kemampuan-kemampuan
sosial, kerja sama dan kolaborasi. Keterapilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam
masyarakat karena banyak kerja orang dewasa dilakukan dalam organisasi yang saling
bergantung satu sama lain dan juga masyarakat secara budaya semakin beragam. Dalam
pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, namun siswa juga harus
mempelajari kemampuan-kemampuan khusus yang disebut kemampuan kooperatif,
kemampuan kooperatif ini berfungsi melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan
hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antara anggota
kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar kelompok
selama kegiatan.
Pembelajaran kooperatif yaitu sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan
siswa bekerja secara berkolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, pembelajaran kooperatif
disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa
dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan kelompok serta
memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang
Jurnal Porkes Edisi Juni | 254
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
berbeda latar belakangnya, pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit,
dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berfikir kritis serta dapat meberikan
keuntungan baik pada siswa kelompok bawah, menengah, maupun atas yang bekerjasama
menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa dituntut untuk
memiliki motivasi yang tinggi. Motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa dalam setiap
kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran tertentu. Siswa tersebut akan memahami apa yang dipelajari dan dikuasai serta
tersimpan dalam jangka waktu yang lama. Siswa menghargai apa yang telah dipelajari
sehingga merasakan kegunaannya di dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah
masyarakat. Siswa yang bermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkan akan memperoleh
hasil belajar yang lebih tinggi pula, artinya semakin tinggi motivasinya semakin intensitas
usaha dan upaya yang dilakukan, maka semakin tinggi hasil belajar yang diperolehnya.
Siswa berusaha melakukan upaya untuk meningkatkan keberhasilan dalam belajar
sehingga mencapai keberhasilan yang cukup memuaskan sebagaimana yang diharapkan.
Disamping itu motivasi juga menopang upaya-upaya dan menjaga agar proses belajar siswa
tetap jalan. Hal ini dijadikan siswa gigih dalam belajar. Apabila motivasi belajar muncul
setiap kali belajar, besar kemungkinan hasil belajarnya meningkat. Banyak bakat siswa tidak
berkembang karena tidak memiliki motivasi yang sesuai dengan bakatnya itu apabila siswa
itu memperoleh motivasi sesuai bakat yang dimilikinya, maka lepaslah tenaga yang diluar
biasa sehingga tercapai hasil-hasil belajar yang semula tidak terduga. Pembelajaran
kooperatif yaitu pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang
saling mengasihi antar sesama teman. Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan
sekedar belajar dalam kelompok, ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan belajar
kelompok. Ada lima komponen penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu saling
ketergantungan positif, tatap muka, tanggung jawab perseorangan dan kelompok,
keterampilan interpersonal dan kelompok, dan proses kelompok.
Saling ketergantungan positif yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung pada
usaha masing-masing anggota kelompok. Ketergantungan ini terjadi bila setiap anggota
kelompok merasa diperlukan untuk keberhasilan kelompok dan setiap anggota kelompok
berusaha memberi kontribusi dalam menyelesaikan tugas kelompok. Tanggung jawab
perseorangan merupakan konsekuensi dari unsur yang pertama. Jika tugas dibuat menurut
prosedur model pembelajaran kooperatif, maka setiap siswa akan merasa bertanggung jawab
untuk melakukan yang terbaik. Setiap anggota kelompok memahami bahwa mereka adalah
bagian dari kelompok dan semua anggota kelompok berkerja untuk tujuan kelompok. Hal
yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif yaitu memahami karakteristik siswa.
Selain itu juga dalam memahami siswa guru harus mempunyai strategi yang baik agar
siswa tidak cepat jenuh dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Menurut (Abdul Azis
Wahab 2020: 85) Setiap guru senantiasa dihadapkan pada pertanyaan tentang metode-metode
Jurnal Porkes Edisi Juni | 255
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
apa yang akan digunakan untuk membantu siswa mempelajari konsep-konsep atau membantu
mereka mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar adalah
merupakan kerjasama antara guru dan siswa. Lebih lanjut menurut (Abdul Azis Wahab 2020:
85) namun demikian metode atau teknik mengajar hanyalah salah satu komponen penting di
dalam keseluruhan interaksi belajar-mengajar atau interaksi edukatif. Berkaitan dengan hal
itu patut disadari oleh guru bahwa tidak ada satu metode mengajar yang terbaik atau yang
cocok untuk semua situasi atau mata pelajaran. Yang ada adalah bahwa terdapat berbagai
metode mengajar yang telah digemakan oleh guru dalam mengajar dan telah memberinya
pengalaman. Dengan pengalaman itu dapat menggemakan metode-metode mengajar tersebut
dalam situasi-situasi yang berbeda dengan memperhatikan faktor siswa, materi pelajaran
yang harus diliput, tujuan pengajaran dan sarana yang tersedia.
Selain itu seorang guru seharusnya selalu mengedepankan sasaran belajar mengajar.
Menurut (Sagala 2012:224) Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan.
Tujuan itu bertahap dan berjenjang, mulai dan yang sangat operasional dan konkret yakni
tujuan pembelajaran khusus, tujuan pembelajaran umum, tuju kurikuler, tujuan nasional,
sampai pada tujuan yang bersifat universal. Persepsi guru atau persepsi anak didik mengenai
sasaran akhir kegiatan belajar mengaj akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap sasaran
antara serta sasar kegiatan. Sasaran itu harus diterjemahkan kedalam ciri-ciri perilaku
kepribadi, yang didambakan. Pada dasarnya keberhasilan dari suatu pembelajaran tidak lepas
dari kerjasama antar pengajar dan pelajar artinya dalam proses pembelajaran khususnya
dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan guru dituntut untuk selalu
berkreatif untuk mengembangkan model pembelajaran serta selalu aktif dalam memodifikasi
pembelajaran, walaupun pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan selalu
dikesampingkan.
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara gaya belajar mereka sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam
prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat
untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang
tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang
tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru dalam
dunia pendidikan, metode pembelajaran ini hanya dipakai oleh beberapa guru penjasorkes
khususnya setelah mereka mendapat pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG).
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para
siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya
untuk mempelajari materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif tergantung pada kelompok-
kelompok kecil dari siswa, di mana dalam kelompok kecil tersebut anggota kelompok dari
siswa bekerja sama untuk meningkatkan pemahaman dan pencapaian dari masing-masing
anggota kelompok. Masing-masing anggota kelompok bertanggungjawab tentang apa yang
bisa dilakukan untuk membantu teman dalam kelompok belajarnya itu.
Jurnal Porkes Edisi Juni | 256
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling
berdiskusi dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai pada saat
itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Pembelajaran kooperatif
muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep
apabila mereka bekerja sama dan berdiskusi dengan temannya. Pembelajaran kooperatif
berjalan dengan baik dan dapat diaplikasikan untuk semua jenis kelas, termasuk kelas-kelas
khusus untuk anak-anak yang berbakat, kelas pendidikan khusus, dan bahkan untuk kelas
dengan tingkat kecerdasan “rata-rata”, dan khususnya sangat diperlukan dalam kelas
heterogen dengan berbagai tingkat kemampuan.
Menurut (Ngalimun 2013:161) pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia
sebagai mahluk sosial yang penuh dengan ketergantungan dengan orang lain, mempunyai
tanggung jawab bersama, pembagian tugas dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan
kenyataan itu, belajar berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk
saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman tugas, tanggung jawab. Tantangan yang
dihadapi guru dalam memotivasi siswa adalah kurangnya kerjasama siswa di dalam kelas.
Jika siswa-siswa dimotivasi dengan nilai-nilai, imbalan-imbalan atau hukuman-hukuman,
mereka hanya akan berkonsentrasi dalam pertemuan-pertemuan di dalam kelas yang sangat
minim. Mereka akan melakukan hal-hal yang diperlukan untuk tes, tetapi mereka akan segera
melupakan sebagiari besar pelajaran yang telah mereka pelajari. Untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik, guru-guru akan memerlukan strategi-strategi yang lebih baik untuk
memotivasi siswa agar dapat mewujudkan kualitas yang lebih tinggi di dalam aktivitas
belajar di dalam kelas.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, diperoleh
kesimpulan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw teruji efektif meningkatkan hasil belajar kebugaran jasmani siswa
kelas IV SD Negeri 1 Temuwangi, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten.
PERNYATAAN PENULIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya ilmiah saya adalah benar hasil penelitian
yang saya lakukan dan belum pernah diterbitkan di publikasi manapun. Apabila terjadi
kesamaan, maupun hasil karya orang lain siap menerima sangsi dari pengelola jurnal porkes
dan prodi penjaskesrek universitas hamzanwadi
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, R. (2017). Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada
mata pelajaran kimia di madrasah aliyah. Lantanida journal, 5(1), 13-28. Doi.
ttp://dx.doi.org/10.22373/lj.v5i1.2056
Jurnal Porkes Edisi Juni | 257
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
Djudin, T., & Setiawan, R. (2016). Pengaruh model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada materi vektor di kelas X SMA Negeri 1
Sanggau Ledo. Jurnal Penelitian Fisika Dan Aplikasinya, 6 (2), 51-60. Doi.
https://doi.org/10.26740/jpfa.v6n2.p51-60
Fathurrohman, M. (2015). Model-model pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz media.
Fikri, A. (2018). Studi Tentang Tingkat Kesegaran Jasmani Mahasiswa Penjaskes STKIP
PGRI Lubuklinggau. Gelanggang Olahraga: Jurnal Pendidikan Jasmani Dan
Olahraga, 1(2), 74-83. Doi. https://doi.org/10.31539/jpjo.v1i2.135
Gatot Jariono, Fahmy Fachrezzy, & Haris Nugroho (2020). Application Of Jigsaw Type
Cooperative Learning Model To Improving The Physical Exercise Student Volleyball
At Junior High School 1 Sajoanging. Journal of reseach in business, Economics, and
Education, 1019-1026. https://e-journal.stie-
kusumanegara.ac.id/index.php/jrbee/article/view/159
Gatot Jariono, Haris Nugroho, Iwan Hermawan, Fahmy Fachrezzy, Uzizatun Maslikah.
(2021). The Effect Of Circuit Learning On Improving The Physical Fitness Of
Elementary School Student. International Journal of Education Research & Social
Sciences, 59-68. Doi. https://doi.org/10.51601/ijersc.v2i1.22
Harvianto, Y. (2021). Pengaruh Media Pembelajaran Interaktif Terhadap Hasil Belajar
Pendidikan Jasmani Selama Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Porkes, 4(1), 1-7. Doi.
https://doi.org/10.29408/porkes.v4i1.3485
Hudah, M., Widiyatmoko, F. A., Pradipta, G. D., & Maliki, O. (2020). Analisis pembelajaran
pendidikan jasmani di masa pandemi covid-19 di tinjau dari penggunaan media
aplikasi pembelajaran dan usia guru. Jurnal Porkes, 3(2), 93-102. Doi.
10.29408/porkes.v3i2.2904
Huda Miftahul. (2013). Cooperative Learning; Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hasbillah, M., Herman, H., & Suparman, S. (2021). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Lompat Jauh Gaya Jongkok Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw. Reflection Journal, 1(2), 43-51. Doi. https://doi.org/10.36312/rj.v1i2.634
Isnaini, L. M. Y. Suryansah (2019). Aplikasi Latihan Mental Dalam Pembelajaran Gerak
Untuk Meningkatkan Keterampilan Pada Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga
dan Kesehatan. Jurnal Porkes, 2(1), 17-25. Doi. 10.29408/porkes.v2i1.1451
Jumesam, J., & Hariadi, N. (2020). Pengembangan Model Pembelajaran Motorik Untuk
Anak Sekolah Dasar. Jurnal Porkes, 3(2), 119-126. Doi. 10.29408/porkes.v3i2.2638
Juliati, R. R., Iqbal, R., & Nurwansyah, R. (2019). Hubungan Kepemimpinan dan
Kemampuan Melaksanakan Proses Belajar Dengan Hasil Belajar Pendidikan
Jasmani. Jurnal Porkes, 2(2), 44-49. Doi. 10.29408/porkes.v2i2.1885
Lubis, R. S. (2021). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
terhadap Hasil Belajar Mahasiswa. AXIOM: Jurnal Pendidikan Dan Matematika, 9
(2), 199-209. Doi. http://dx.doi.org/10.30821/axiom.v9i2.8735
Jurnal Porkes Edisi Juni | 258
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
Maisarah, A. (2019). Strategi Belajar Mengajar Dengan Menerapkan Model Demonstrasi
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Penjasorkes Materi Menerapkan Budaya Sehat
Pada Siswa Kelas VII SDN 1.2 Pudak Setegal Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurnal
Langsat, 6(1). https://rumahjurnal.net/langsat/article/view/571
Malobulu, Syarifudin dkk, 2011. Olahraga dan Pendidikan Jasmani dalam Keutuhan NKRI,
Jakarta: Ardadizya Jaya, 2011,
Maifa, Suryansah. (2020). Pengaruh Aktivitas Pengembangan Profesi Guru Pendidikan
Jasmani dan Olahraga Terhadap Hasil Uji Kompetensi Guru. Jurnal Porkes, 3(1), 1-8.
Doi. 10.29408/porkes.v3i1.1937
Mulyadi, M. (2018). Strategi Belajar Mengajar Dengan Menerapkan Model Demonstrasi
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Penjasorkes Materi Pertumbuhan Dan
Perkembangan Makhluk Hidup Pada Siswa Kelas Vii Smpn 3 Tanjung. Jurnal
Langsat, 5(1). https://rumahjurnal.net/langsat/article/view/474
Ngalimun, 2013. Strategi dan Model Pembelajaran, Yogyakarta : Aswaja Presindo
Nopiyanto, Y. E., & Raibowo, S. (2020). Penerapan model pembelajaran Jigsaw untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar mahasiswa penjas pada mata kuliah filsafat
penjas dan olahraga. Journal Of Sport Education, 2 (2), 61-69.
Doi. http://dx.doi.org/10.31258/jope.2.2.61-69
Nurdyansyah, N., & Fitriyani, T. (2018). Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Terhadap
Hasil Belajar Pada Madrasah Ibtidaiyah. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Nurhidayat, N., Triadi, C., & Fathurrahman, F. (2020). Tingkat Prestasi Akademik Ditinjau
Dari Kebugaran Jasmani (Vo2 Max) Mahasiswa. Jurnal Porkes, 3(1), 26-30. Doi.
10.29408/porkes.v3i1.2010
Ningsih, Y. F., Hariadi, N., & Puspitaningrum, D. A. (2019). Hubungan Antara Minat dan
Bakat Mahasiswa Universitas Jember Kampus Bondowoso Terhadap Fasilitas
Olahraga. Jurnal Porkes, 2(2), 73-76. Doi. 10.29408/porkes.v2i2.1643
Nurfitriyanti, M. (2017). Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil
belajar matematika ditinjau dari kecerdasan emosional. Formatif: Jurnal Ilmiah
Pendidikan MIPA, 7(2). Doi. 10.30998/formatif.v7i2.2229
Pratiwi, N. K. (2017). Pengaruh tingkat pendidikan, perhatian orang tua, dan minat belajar
siswa terhadap prestasi belajar bahasa indonesia siswa smk kesehatan di kota
tangerang. Pujangga, 1(2), 31. Doi. http://dx.doi.org/10.47313/pujangga.v1i2.320
Putra, I. A., Pujani, N. M., & Juniartina, P. P. (2018). Pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw terhadap pemahaman konsep IPA siswa. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Sains Indonesia, 1(2), 80-90. Doi.
https://doi.org/10.23887/jppsi.v1i2.17215
Rosdiani, Dini. (2012). Model Pembelajaran Langsung Dalam Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan. Bandung: Alfabeta
Jurnal Porkes Edisi Juni | 259
Jurnal Porkes
(Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi)
https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes
Doi: 10.29408/porkes.v5i1
Vol. 5, No. 1, Hal 245-259
Rosyidah, U. (2016). Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Metro. SAP (Susunan Artikel
Pendidikan), 1(2). Doi. http://dx.doi.org/10.30998/sap.v1i2.1018
Rahuma, A., & Ananda, A. (2019). The effect of using cooperative learning model type of
examples non examples and motivation toward student learning outcomes. JPPI
(Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia), 4 (2), 117-121. Doi.
https://doi.org/10.29210/02018275
Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Syafi'i, A., Marfiyanto, T., & Rodiyah, S. K. (2018). Studi tentang prestasi belajar siswa
dalam berbagai aspek dan faktor yang mempengaruhi. Jurnal Komunikasi Pendidikan,
2 (2), 115-123. Doi. https://doi.org/10.32585/jkp.v2i2.114
Sagala, Syaiful, 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar, Bandung: Alfabeta
Sukmadinata, N. S. (2013). Metode Penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Saparina, R., Wahab, A. A., & Mirfani, A. M. (2020). Implementasi Total Quality
Management (Tqm) Dalam Peningkatan Layanan Sekolah. Jurnal Administrasi
Pendidikan, 27 (1), 97-115. Doi. https://doi.org/10.17509/jap.v27i1.24405
Sukardi, H. M., & Hutari, F. (2015). Metode penelitian pendidikan tindakan kelas:
implementasi dan pengembangannya.
Suryono, S. (2021). Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Penjasorkes Melalui Model
Kooperatif Tipe Jigsaw Di Sman 4 Tebo Tahun Pelajaran 2019/2020. Strategy: Jurnal
Inovasi Strategi Dan Model Pembelajaran, 1 (2), 223-230. Doi.
https://doi.org/10.51878/strategi.v1i2.624
Sukardi, H.M. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas Implementasi dan
Pengembangannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono, D. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan
R&D.
Sukardi, H.M. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas Implementasi dan
Pengembangannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Tamim, M. H., & Nopiana, R. (2018). Hubungan Status Gizi Gengan Tingkat Kebugaran
Jasmani. Jurnal Porkes, 1(2), 52-61. Doi. 10.29408/porkes.v1i2.1414
Widoyo, Putro Eko, (2014). Evaluasi Program Pembelajaran, Panduan Praktis Bagi Pendidik
dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wijayani, I., Haenilah, E. Y., & Sugiman, S. (2017). Hubungan Motivasi Belajar dengan
Prestasi Belajar Siswa Kelas V. Pedagogi: Jurnal Pendidikan Dasar, 5(16).
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/pgsd/article/view/13942
... Daya tahan kardiovaskular juga menjadi elemen penting karena judo adalah olahraga dengan intensitas tinggi yang membutuhkan ketahanan fisik untuk waktu yang cukup lama, terutama dalam pertandingan yang melibatkan pertarungan panjang. Daya tahan kardiovaskular, yang diukur melalui uji vo2max, menunjukkan korelasi positif dengan daya tahan atlet selama pertandingan (Jariono et al., 2020;Wulandari & Jariono, 2022) Atlet dengan kapasitas aerobik yang lebih tinggi mampu mempertahankan intensitas pertandingan dalam waktu lebih lama dan tetap berada dalam kondisi fisik yang baik hingga akhir pertandingan ini menjadi elemen penting dalam menghadapi durasi dan intensitas yang tinggi di arena judo. Kecepatan pada hal ini menunjukkan hasil kategori sedang, sehingga tidak sesuai dengan penelitian menurut (Humaedi et al., 2023) yang hasilnya dalam kondisi kategori yang baik. ...
Article
Full-text available
Salah satu olahraga yang membutuhkan kombinasi kekuatan fisik, stamina, kelincahan, dan teknik yang tepat adalah judo. Kemampuan fisik adalah komponen penting bagi atlet buta atau buta sebagian karena penglihatan mereka yang terbatas mendorong mereka untuk lebih fokus pada kekuatan tubuh dan indera lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan atribut fisik mana yang seperti kekuatan otot, daya tahan, keseimbangan, fleksibilitas, dan kecepatan respons motorik yang dominan memengaruhi seberapa baik atlet judo buta tampil. Atlet Tunanetra Judo Papua di Surakarta menjadi sampel untuk penelitian yang dilaksanakan pada September 2024 di Dojo Judo Kota Surakarta, GOR Torajasport Surakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah survei dan pengukuran fisik dengan melibatkan 18 atlet papua judo blind di surakarta yang berkompetisi di tingkat nasional. Pengukuran dilakukan terhadap beberapa variabel fisik, seperti kekuatan isometrik, daya tahan kardiovaskular, fleksibilitas tubuh, serta keseimbangan dinamis dan statis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan otot dan keseimbangan merupakan komponen fisik dominan yang sangat mempengaruhi performa atlet judo blind. Daya tahan kardiovaskular dan fleksibilitas juga memberikan kontribusi penting dalam menunjang kelincahan dan ketahanan selama pertandingan.Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa latihan yang difokuskan pada peningkatan kekuatan otot, keseimbangan, dan daya tahan kardiovaskular sangat penting dalam mengoptimalkan performa atlet judo blind. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelatih dalam merancang program pelatihan yang lebih efektif, sehingga atlet judo blind dapat mencapai performa puncak dalam kompetisi. Kata Kunci : performa fisik, atlet judo blind, kekuatan otot, keseimbangan, daya tahan
... Setiap aspek olahraga, baik pendidikan, latihan, pembinaan, pengembangan, dan pengawasan, mempunyai manfaat bagi kesehatan dan kebugaran jasmani, prestasi akademik, dan persatuan bangsa. Oleh karena itu, olahraga berpotensi meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan sumber daya manusia (Gatot, 2020;Wulandari & Jariono, 2022). Olahraga harus dilakukan dengan penuh pertimbangan, teratur, dan teratur. ...
Article
Full-text available
Salah satu tujuan dari PKM ini adalah untuk menghindari cedera pada bagian tubuh saat berolahraga, jadi sangat penting untuk melakukan latihan pemanasan dan pendinginan. Meskipun aktivitas pemanasan yang dilakukan secara bertahap membuat tubuh berkeringat dan meningkatkan suhunya, itu membantu jantung dan pembuluh darah karena meningkatkan aliran darah ke otak. Untuk itu, perlu ada pelatihan yang difokuskan pada "Strategi Meningkatkan Pemahaman pentingnya pemanasan dan pendinginan saat melakukan aktivitas fisik Pada Club Olahraga Remaja Masjid Punggawan Surakarta ". Pelatihan ini diadakan di Masjid Sholihin Jl. Gajah Mada No.97, Punggawan, Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Metode pelaksanaan pengabdian masyarakat ini mencakup pendampingan melaksanakan pemanasan dan pendinginan saat berolahraga. Hasil pengabdian peserta memperoleh pengetahuan yang bermanfaat dan pemahaman tentang cara melakukan aktivitas pemanasan dan pendinginan saat berolahraga. Kegiatan pengabdian berhasil meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja masjid Punggawan Surakarta mengenai pemanasan dan pendinginan. Remaja masjid punggawan Surakarta tampak lebih terampil dan konsisten dalam melakukan pemanasan dan pendinginan dalam olahraga serta lebih siap dan lebih sedikit mengalami ketegangan otot sebelum dan sesudah berolahraga. Penerapan teknik yang diajarkan selama pendampingan menunjukkan hasil positif dalam mengurangi risiko cedera olahraga pada remaja masjid punggawan Surakarta.
... Melibatkan siswa dalam proses penilaian dengan memberikan umpan balik terbuka dan memfasilitasi refleksi atas kinerja mereka. Menyediakan rubrik yang jelas dan transparan untuk membantu siswa memahami kriteria penilaian dan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang materi pembelajaran (Wulandari et al., 2022). Implementasi solusi-solusi ini memerlukan komitmen dan kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk guru, siswa, orang tua, dan pihak administratif sekolah. ...
Article
Full-text available
This research discusses the implementation of physical education, sports, and health (PJOK) in the State Elementary School (SD) 060877 Medan. This study found several shortcomings in the implementation of PJOK in elementary schools, including the lack of variety of learning methods, lack of use of learning media, lack of student involvement, and lack of authentic assessment. This study uses a qualitative approach through a descriptive method. The data collection technique in this study is interview observation. The data collection technique in this study is interview observation. Data analysis is carried out qualitatively with the stages of data reduction, data presentation, and conclusion drawing. Based on the results of the research, a variety of learning methods are needed, utilizing learning media, increasing student involvement, and carrying out authentic assessments to improve the quality of PJOK learning. Through these improvements, the implementation of PJOK in elementary schools can become more effective and efficient and help achieve national education goals which include the development of motor skills, abilities, physical, knowledge, sportsmanship, habituation of a healthy lifestyle, and character formation
... From here, it can make recommendations to improve the physical condition of athletes, such as through more focused training programs or adjustments to diet and rest. General and dominant basic motion training patterns while fostering courage, willingness and fun in training (Wulandari & Jariono, 2022). ...
Article
Full-text available
This study aimed to analyze the physical condition of female volleyball athletes in Blitar City. A total of 50 athletes from various clubs and teams were assessed using a battery of physical fitness tests, including BMI, Strength, Endurance, Explosive power and Flexibility.The subjects of this research were 12 female athletes and received the same training program. Physical condition test for volleyball athletes based on BMI add up to 271.5 with an normal of 22.6 and ordinary category. Strength gets 551 comes about and an normal of 45.9 with the less category. Endurance is 380.6 with an normal of 31.7 and sufficient category. Explosive power totaled 589 with an normal of 49.1 within the adequate category. Flexibility totaled 493.4 with an normal of 41.1 and the category sufficient. BMI comes about get comes about with a rate of 58.3% within the typical category. Strength percentage is 41.6% within the less category. Continuance rate is 83.3% within the sufficient category. Explosive power comes about with a rate of 75% within the sufficient category. Flexibility with a rate of 66.6% within the sufficient category. Generally, the competitors appeared a moo level of physical wellness, with solid execution within the BMI, strength, flexibility, explosive power and endurance tests. In any case, there were varieties in execution levels among the competitors, demonstrating the require for individualized preparing programs.
... It is necessary to activate body movement so that humans can produce immunity and activate nerves, by getting used to physical activity can provide many benefits such as improving overall health and reducing negative risks, including coronary heart disease, stroke, certain cancers, type 2 diabetes, obesity, hypertension, osteoporosis, falls, and mortality risk. One of the best ways to improve physical fitness is through exercise [9]. According to the United Nations Inter-Agency Task Force on Sport for Development states that the terminology of the word sport broadly includes all forms of physical activity that improve physical, mental, and social fitness that is well organized. ...
Article
Full-text available
Purpose This study aims to the development of parkour sport, organizational system, benefits and sports values contained in parkour sport. Material and methods This research includes qualitative descriptive research. This research was conducted at the Brawijaya University climbing wall where the Malang parkour community practices and the Skate & BMX Park where the Surabaya parkour community practices. The research time was carried out for two months, starting from September 2023 to October 2023. The data sources in this study are the initiators of the chairman in each community, administrators and parkour practitioners. The data source to be obtained is primary data. Taking data sources this time, the researcher took a snowball sampling technique. The sampling procedure used in qualitative research occurs when initially the selected subject suggests the name of another person who would be suitable for the sample, the latter suggests another person, and so on. Snowball, chain, or network sampling. The data collection technique in this research uses descriptive qualitative research methods, which will be carried out in the Surabaya and Malang parkour sports communities. In qualitative research, data collection is carried out in natural settings (natural conditions), primary data sources, and data collection techniques are more on participant observation, in-depth interviews using open interviews and documentation. Results and discussion The development of parkour sports in Indonesia has begun to be seen from the beginning of 2005 to 2023, with the emergence of communities in all cities in Indonesia. The emergence of the parkour community in Indonesia, of course, there are those who pioneer the emergence of parkour communities in Indonesia, especially in East Java. An organization is a forum for a group of people who work together rationally to realize a common vision systematically consisting of leaders and other representatives under control with the intention of achieving certain collective goals by utilizing the resources available in it. Thus in both Malang and Surabaya parkour communities. The psycholigical benefits of parkour sports are to grow the hormone dopamine which is useful for growing a strong mentality. The health benefits include training all muscles, joints and even all muscle components throughout the body. The social benefits are being able to exchange ideas, learn to get new perspectives, add friends, how to deal with people. The ethical benefits can be more respectful and protect the environment. Conclusions The development of parkour sports in Indonesia has begun to be seen from the beginning of 2005 to 2023, with the emergence of communities in all cities in Indonesia. There is an organizational structure for parkour sports administrators. Parkour sports have benefits and contain good sports values.
... One of the goals of physical education demanded by the teacher is to understand the concept of physical fitness and physical activity to achieve a healthy state. Physical fitness has a function for a person, especially students, namely being able to improve physical fitness and can also provide benefits for physical education goals (Wulandari & Jariono, 2022). Physical education offers classes by stimulating students' physical growth and development (Mustafa, 2022). ...
Article
In learning physical education, the most basic thing is student motivation to take part in learning. The focus of the problem in this PTK is an effort to increase student motivation through physical fitness games for class VII F students of SMP Negeri 1 Bangsal, which are not as expected. The purpose of this research is to increase the learning motivation of class VII F students through a game approach. This research is a classroom action research that emerges from the learning process. The subjects of this study were 32 students in class VII F of SMP Negeri 1 Bangsal. The research instrument was a motivational questionnaire to find out how much students were motivated. The indicator for the success of this classroom action research was a significant increase in student learning motivation. The results of this study show that learning physical education with a game approach to physical fitness is evident that most students have high motivation of 51.3% and most have a fitness level in the moderate category of 43.3%. In learning physical fitness activities through games has increased.
Article
Full-text available
One of the goals of PKM is to avoid injury to body parts when exercising, so it is very important to do warm-up and cool-down exercises. Although warm-up activities performed gradually make the body sweat and increase its temperature, it helps the heart and blood vessels because it increases blood flow to the brain. For this reason, there needs to be training focused on "Strategies to increase understanding of the importance of warming up and cooling down when doing physical activity at the Punggawan Mosque Youth Sports Club, Surakarta". This training was held at the di Masjid Sholihin Jl. Gajah Mada No.97, Punggawan, Banjarsari, Surakarta City, Central Java. As a result of their service, participants gain useful knowledge and understanding of how to carry out warm-up and cool-down activities when exercising. Then every time you exercise, proper warm-up and cool-down can improve performance, temperature, blood flow and heart rate before exercise are also good, and injuries occur less frequently. Basically, cooling and warming up is really necessary to prepare the heart and blood vessels. In addition, it can help reduce the risk of cramps, injuries and muscle soreness after exercise.
Article
Full-text available
Penelitian ini bertujuanuntuk 1) Menghasilkan LKPD suhu dan kalor berbasis guided inquiry yang layak untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan motivasi belajar peserta didik SMP kelas VII.2) Mengetahui penggunaan LKPD suhu dan kalor berbasis guided inquiry untuk meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik SMP kelas VII. 3) Mengetahui penggunaan LKPD suhu dan kalor berbasis guided inquiry untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik SMP kelas VII. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan ADDIE. Hasil dari penelitian ini adalah sebgai berikut 1) Kelayakan LKPD suhu dan kalor berbasis guided inquiry berdasarkan hasil validasi yang telah dilakukan oleh ahli pada aspek materi, aspek media dan aspek bahasa terhadap LKPD suhu dan kalor berbasis guided inquiry. Pada aspek materi sebesar 55 termasuk dalam kategori “Baik”. Pada aspek media diperoleh nilai sebesar 45 termasuk dalam kategori “Baik” dan pada aspek bahasa juga diperoleh nilai sebesar 30 termasuk dalam kategori “Baik”. Sehingga LKPD suhu dan kalor berbasis guided inquiry layak untuk digunakan pada kegiatan pembelajaran. 2) LKPD suhu dan kalor berbasis guided inquiry dapat meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik ditunjukkan dengan nilai standard gain sebesar 0,81 (kategori tinggi). 3) LKPD suhu dan kalor berbasis guided inquiry dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik ditunjukkan dengan nilai standard gain sebesar 0,42 (kategori sedang).
Article
Full-text available
The problem often encountered in learning is students' low motivation and learning outcomes. This is caused by learning that does not provide opportunities for students to improve their thinking and argumentation skills. This study aims to apply the Jigsaw-Oriented Cooperative Learning Model to the Learning Outcomes of High School Students. This type of research is class action research. The Classroom Action Research used in this study is a model developed by Kemmis and McTaggart. The Classroom Action Research was conducted in two cycles, each with 2 meetings. The number of students involved was 36, consisting of 22 (61%) female and 14 (39%) male. Data collection methods used observation, interviews, and tests. The instruments used to assess students' physics learning outcomes in each cycle were multiple-choice questions. Data was analyzed using qualitative and quantitative descriptive analysis. The study results show that after two research cycles, actions were carried out that showed an increase in student learning outcomes, individually and collectively. The average student learning outcomes increased from 79.8 to 81.1. The number of students who completed was 75% to 83.3%. Therefore, using a cooperative learning paradigm such as Jigsaw can improve students' understanding of physics. It is concluded that the Jigsaw Type Cooperative Learning Model can improve the learning outcomes of high school students.
Article
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis literatur terkait peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa SMP pada materi IPA melalui model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah study literature review, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menganalisis literatur yang dipilih dari beberapa sumber menjadi kesimpulan dan ide baru. Hasil dari penelitan ini yaitu siswa dapat mampu menyatakan pendapat, tanggap, dapat mengajukan pertanyaaan dengan baik, terampil dalam berkomunikasi, termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik dan bekerja keras sehingga peserta didik dapat berpikir kritis dan meningkatkan hasil pembelajaran dengan baik. Manfaat penelitian ini bagi pembaca yaitu untuk meningkatkan berpikir kritis siswa dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Article
Full-text available
For an educator, learning media can be used as a tool to deliver materials that have been planned. Because one of the benefits of using learning media is to make it easier for an educator to explain the materials delivered so that learning objectives can be achieved. Moreover, with the Coronavirus Disease-2019 (COVID 19) pandemic, all school programs from the curriculum field will experience changes in learning.The change certainly leads to the Online Learning System. The pandemic requires all educators and students to enter the world of technology. One of the media that can be used in the online-based learning process, so that the learning objectives are achieved, namely interactive learning media based on Information and Communication Technology (ICT). In the process, ICT in a learning can be used for learning presentation media and self-learning media. The more advanced technology today, it becomes important for an educator to have a deep knowledge of information technology, so that it can be used as a medium of learning. The main objective in this study is to find out the influence of interactive learning media on learning outcomes during the covid-19 pandemic. The research method used by researchers is an experimental method with pre-experimental design.Researchers use a quantitative approach. The data of pretest results showed that the learning outcomes of learners tend to be low.Then after treatment with the use of interactive learning media to students showed that there was an improvement in learning outcomes. This proves that the treatment used by using interactive learning media to improve learning outcomes is successful.
Article
Full-text available
Masalah yang melatar belakangi penelitian ini adalah ketuntasan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tansito Kabupaten Wajo belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan ketuntasan klasikal. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tansito Kabupaten Wajo. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan subjek penelitian siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tansito Kabupaten Wajo sebanyak 25 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dalam bentuk lembar observasi yaitu pengamatan dalam proses pembelajaran terhadap siswa diantaranya lembar observasi aspek afektif, kognitif, dan psikomotor. Data hasil observasi dianalisis secara kualitatif sedangkan data mengenai hasil belajar dianalisis secara kuantatif dengan menggunakan statistika deskriptif yaitu skor rata-rata, presentase, nilai minimum dan nilai maksimun, yang dicapai setiap siklus. Dalam penelitian ini analisa dilakukan dengan mengelompokan data yang diperoleh melalui observasi kemudian dipresentasi setelah itu untuk ketuntasan belajar dihitung dengan menggunakan statistik sederhana. Hasil penelitian yang diperoleh pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan, siswa yang tuntas belajar hanya 5 siswa atau 20%, pada siklus I meningkat menjadi 15 siswa atau 60%, dan pada siklus II meningkat menjadi 25 siswa atau 100%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tansito Kabupaten Wajo. Efforts to Improve Squat Style Long Jump Learning Outcomes Through the Jigsaw Type Cooperative Learning Model The problem behind this research is that the learning outcomes of the long jump squatting style of class VII students of SMP Negeri 1 Tansito, Wajo Regency have not met the Minimum Completeness Criteria (KKM) and classical completeness. The purpose of this study was to improve the learning process and improve the learning outcomes of the squat-style long jump by applying the jigsaw type cooperative learning method to the seventh-grade students of SMP Negeri 1 Tansito, Wajo Regency. This research is a class action research (classroom action research) with the research subjects of class VII students of SMP Negeri 1 Tansito Wajo Regency as many as 25 people. The data collection technique used in this study is data in the form of observation sheets, namely observations in the learning process of students including observation sheets for affective, cognitive, and psychomotor aspects. Observational data were analyzed qualitatively while data regarding learning outcomes were analyzed quantitatively using descriptive statistics, namely the average score, percentage, minimum value, and maximum value, which were achieved in each cycle. In this study, the analysis was carried out by grouping the data obtained through observation and then presented after that for mastery learning calculated using simple statistics. The results obtained in the initial conditions before the action was taken, only 5 students or 20% completed the study, in the first cycle increased to 15 students or 60%, and in the second cycle increased to 25 students or 100%. So it can be concluded that the application of the jigsaw type of cooperative learning method can improve the learning outcomes of the squat style long jump in class VII students of SMP Negeri 1 Tansito, Wajo Regency.
Article
Full-text available
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar Penjasorkes melalui penerapan model kooperatif tipe Jigsaw pada materi kebugaran Jasmani di SMA Negeri 4 Tebo semester I pada tahun pelajaran 2019/2020. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui 2 siklus dan pada setiap siklus meliputi bagian perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sedangkan untuk mengaktifkan siswa dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lembar kerja yang diberikan kepada siswa dalam kerja kelompok yang menjadi subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 4 Tebo semester I pada tahun pelajaran 2019/2020, sedangkan obyek adalah pembelajaran penjasorkes materi kebugaran Jasmani yang diajarkan dengan cara mengaktifkan siswa melalui model kooperatif tipe Jigsaw. Dari penelitian yang diadakan dengan meneliti kondisi awal siswa yang diukur dengan alat tes tulis dan hasil penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus terlihat adanya peningkatan hasil yang dicapai. Siswa dalam menguasai materi yang diberikan peningkatan penguasaan materi ini mulai dari siklus I siswa dapat meningkat sebesar 32,14% dari kondisi awal, sedangkan dari siklus I setelah dilakukan tindakan pada siklus II meningkat sebesar 14,29%.
Article
Full-text available
The purpose of this study is to determine the influence of circuit learning on improving the physical fitness of elementary school students. This research was conducted at SDN 135 Sajoanging Wajo Regency of South Sulawesi Province, with a sample of 20 people. The method used in this study is to use asi experiments. The data analysis technique used in this study is to use descriptive analysis and inference analysis, descriptive analysis is used to describe the results of this study while inference analysis uses uji_t with a significant degree α=0.05 analysis used with the help of SPSS version 20.0. The results of this study found that circuit learning had a significant influence on improving the physical fitness of elementary school students. Thus, it can be concluded that circuit learning is one of the alternatives to improving the physical fitness of school students.
Article
Full-text available
p>This research aims to find out : (1) the differences outcomes learning of the social student subject between student taught by using example non example model and student taught by using convensional model (2) the differences outcomes learning of the social student subject between student taught by using example non example model with convensional models by looking from leaarning motivation. (3) the influence of interaction between example non example models with convensional models. This study is an experimental research ( qasi-experiment) with a 2x2 factorial design. Analysis data in this research was use anava statistical test. Research finding suggest that : (1) there are differences outcomes learning of the social student subject between student taught by using example non example model and student taught by using convensional models (2) the students which have high motivation in learning that given by example non example models socialstudent subject are higher than convensional models students. (3) the students which have low motivation in learning outcomes learning of the social student are higher given by using conventional models than use example non example models. (4) there is an influence of interaction between example non example models with convensional models with learning motivation ( high – low) on the result of social student subject.</p
Article
Full-text available
This study aims to describe and analyze the implementation of total quality management (TQM) in improving school services at Muhammadiyah 7 Elementary School Bandung. This study uses a qualitative approach with a case study method. Data is collected through observation, interviews, and studying documents and records related to research. This study shows that the implementation of TQM in Muhammadiyah 7 Bandung Elementary School can increase customer satisfaction as evidenced by the continued increase in input at Muhammadiyah 7 Bandung Elementary School, continuous improvement is made by the school so that many achievements are generated and achieved by teachers or students. However, it was also found that one of the factors that inhibited the implementation of TQM in Muhammadiyah 7 Elementary School Bandung was the presence of several parties who did not carry out long-term commitments properly. These findings lead to the recommendation that synergy is needed in implementing TQM, principals as leaders should provide motivation and include all levels of management, teachers and employees to be responsible and give confidence in determining the quality to be achieved so that they can uphold their commitment to improving school services.
Article
p class="AfiliasiCxSpFirst" align="left"> Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar aljabar linier mahasiswa. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester III Program studi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fis 1 semester III yang berjumlah 38 mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode experimental design dengan jenis pretest dan posttest one group design . Penelitian ini mengambil desain eksperimen yang hanya melibatkan satu kelompok tanpa kelompok pembanding. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa > yaitu 55,53 > 4,11 maka persamaan garis regresi tersebut menunjukkan signifikan dan dapat disimpulkan bahwa terdapat terdapat pengaruh model pembelajaran koperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar aljabar linier mahasiswa semester III Program studi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Hasil Belajar, Aljabar Linier Abstract: The purpose of this study was to determine the effect of using the type of jigsaw cooperative learning model on student linear algebra learning outcomes. The population in this study were all third semester students of Physics Study Program, Faculty of Science and Technology, State Islamic University of North Sumatra. While the sample in this study were 38 students of the third semester of Fiscal 1. This study used experimental design with the type of pretest and posttest one group design. This study took an experimental design involving only one group without a comparison group. From the results of the study, it was found Fcount > Ftable that 55.53> 4.11, the regression line equation shows significant and it can be concluded that there is an effect of the jigsaw cooperative learning model on the learning outcomes of the third semester students of the Physics Study Program, Faculty of Science and Technology, State Islamic University of North Sumatera. Keywords : Jigsaw Type Cooperative Learning Model, Learning Outcomes, Linear Algebra</em
Article
p> ABSTRACT This study aims to determine the effect of education level of parents, parental attention, and student interest towards the achievement learning Indonesian of students at SMK Kesehatan in Tangerang. The population in this study were all students of SMK Kesehatan in the city of Tangerang and samples taken amounted to 80 people who are students of class X using cluster sample selection technique of random sampling. The method used is descriptive correlational survey. In the correlation analysis, the main thing being analyzed is the correlation coefficient, which is a number that indicates the degree of relationship between two or more variables that have a causal relationship and engage in change.The dependent variable in this study is the Indonesian learning achievement (Y) and the independent variables are the educational level of parents (X1), parental (X2), and the interest of student learning (X3). According to the framework and research hypothesis, suspected between independent and dependent variables there is causal relationship and mutual change. Therefore, the hypothesis verification analysis techniques using correlational techniques. Keywords: education level of parents, parental attention, student interest, achievement learning Indonesian ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, perhatian orang tua, dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar bahasa Indonesia siswa SMK Kesehatan di Kota Tangerang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Kesehatan yang ada di Kota Tangerang dan sampel yang diambil berjumlah 80 orang yang merupakan siswa kelas X dengan menggunakan teknik pemilihan sampel cluster random sampling . Metode penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif korelasional. Dalam analisis korelasional, hal utama yang dianalisis adalah koefisien korelasi, yaitu bilangan yang menunjukkan derajat hubungan antara dua variabel atau lebih yang mempunyai hubungan sebab akibat dan saling mengadakan perubahan.Variabel penelitian ini yaitu variabel terikat ( dependent variable ) adalah prestasi belajar bahasa Indonesia (Y) dan variabel bebas ( independent variable ) adalah tingkat pendidikan orang tua (X1), perhatian orang tua (X2), dan minat belajar siswa (X3). Menurut kerangka berpikir dan hipotesis penelitian, diduga antara variabel bebas dan terikat tersebut ada hubungan sebab akibat dan saling mengadakan perubahan. Oleh karena itu, teknik analisis pembuktian hipotesis tersebut menggunakan teknik korelasional. Kata kunci: tingkat pendidikan orang tua, perhatian orang tua, minat belajar siswa, prestasi belajar bahasa Indonesia </p
Article
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil pemahaman konsep IPA siswa dan menganalisis perbedaan pemahaman konsep IPA antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran langsung. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu dengan rancangan Nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII SMP N 1 Sukasada pada semester genap tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 236 siswa. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknik class random sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 59 siswa yang tersebar dalam 2 kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data pemahaman konsep diperoleh melalui tes pemahaman konsep IPA. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan Anakova satu jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pemahaman konsep IPA siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berkualifikasi tinggi (N-gain = 0,74). Ketercapaian indikator menafsirkan, mencontohkan, merangkum, menyimpulkan, dan menjelaskan berkualifikasi tinggi. Ketercapaian indikator mengklasifikasikan dan membandingkan berkualifikasi sedang. (2) Terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran langsung (F = 18,063, p < 0,05). Siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw secara signifikan memiliki pemahaman konsep IPA yang lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran langsung (|μ1−μ2| > LSD). Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa aktif berdiskusi dalam kelompok asal dan kelompok ahli, sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran.Kata kunci: jigsaw, pembelajaran langsung, pemahaman konsep