ArticlePDF Available

Gambaran Kualitas Air Sumur Gali Berdasarkan Parameter Fisik

Authors:

Abstract

(1) Latar Belakang: air merupakan material alam yang sangat penting dan diperlukan oleh manusia, sehingga air yang akan dikonsumsi harus sudah memenuhi baku mutu baik secara fisik, kimia, dan biologi. Berdasarkan studi pendahuluan, ditemukan bahwa air yang ada di sumur gali warga Desa Popalo terlihat keruh, sehingga diperlukan penelitian lanjutan terkait kualitas fisik secara keseluruhan; (2) Metode: sampel air sumur gali diambil berdasarkan metode Stratified Systematic Unaligned Sampling, yaitu jarak antara titik pengambilan sampel satu dan lainnya tidak berada dalam satu garis linear. Parameter fisik yang diperiksa dilakukan secara in situ. Analisis secara in situ dilakukan untuk parameter kualitas air yang sifatnya cepat berubah, sehingga pengukuran harus langsung dilakukan saat pengambilan sampel; (3) Hasil: diperoleh sebanyak 28 buah sumur gali yang airnya belum memenuhi syarat baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum. Tingkat kekeruhan terendah mencapai 103 NTU, sedangkan yang paling tinggi adalah 988 NTU hasil termasuk tidak memenuhi syarat, bahkan terdapat 3 buah sumur gali yang kekeruhan airnya tidak dapat diukur. Hasil uji warna menunjukkan terdapat 40 sampel air yang memenuhi syarat, dan seluruh sampel air memenuhi syarat dari hasil uji rasa dan bau serta hasil uji pH yang memenuhi syarat yakni 6,5-9,2; (4) Kesimpulan: sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa sumur gali yang tidak memenuhi baku mutu air dari parameter kekeruhan dan warna
eISSN 2776-3161
© 2021 Penulis. Dibawah lisensi CC BY-SA 4.0. Ini adalah artikel Akses Terbuka yang didistribusikan di bawah ketentuan
Creative Commons Attribution (CC BY), yang mengizinkan penggunaan, distribusi, dan reproduksi tanpa batas dalam
media apa pun, selama penulis dan sumber aslinya disebutkan. Tidak diperlukan izin dari penulis atau penerbit.
JOURNAL OF NONCOMMUNICABLE DISEASES
Volume 2 (1), 9-14
http://dx.doi.org/10.52365/jond.v2i1.413
http://jurnal.poltekkesgorontalo.ac.id/
Gambaran Kualitas Air Sumur Gali Berdasarkan Parameter
Fisik
Tumartony Tahib Hiola 1,*, Indra Haryanto Ali 2 dan Rahman Suleman 3
1 Poltekkes Kemenkes Gorontalo; tumartony@gmail.com
2 Poltekkes Kemenkes Gorontalo
3 Poltekkes Kemenkes Gorontalo
Abstrak: (1) Latar Belakang: air merupakan material alam yang sangat penting dan diperlukan oleh
manusia, sehingga air yang akan dikonsumsi harus sudah memenuhi baku mutu baik secara fisik,
kimia, dan biologi. Berdasarkan studi pendahuluan, ditemukan bahwa air yang ada di sumur gali
warga Desa Popalo terlihat keruh, sehingga diperlukan penelitian lanjutan terkait kualitas fisik secara
keseluruhan; (2) Metode: sampel air sumur gali diambil berdasarkan metode Stratified Systematic
Unaligned Sampling, yaitu jarak antara titik pengambilan sampel satu dan lainnya tidak berada dalam
satu garis linear. Parameter fisik yang diperiksa dilakukan secara in situ. Analisis secara in situ
dilakukan untuk parameter kualitas air yang sifatnya cepat berubah, sehingga pengukuran harus
langsung dilakukan saat pengambilan sampel; (3) Hasil: diperoleh sebanyak 28 buah sumur gali yang
airnya belum memenuhi syarat baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan
Pemandian Umum. Tingkat kekeruhan terendah mencapai 103 NTU, sedangkan yang paling tinggi
adalah 988 NTU hasil termasuk tidak memenuhi syarat, bahkan terdapat 3 buah sumur gali yang
kekeruhan airnya tidak dapat diukur. Hasil uji warna menunjukkan terdapat 40 sampel air yang
memenuhi syarat, dan seluruh sampel air memenuhi syarat dari hasil uji rasa dan bau serta hasil uji
pH yang memenuhi syarat yakni 6,5-9,2; (4) Kesimpulan: sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat beberapa sumur gali yang tidak memenuhi baku mutu air dari parameter kekeruhan dan
warna
Kata kunci: Kualitas fisik air; sumur gali; kesehatan lingkungan
1. Pendahuluan
Air merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi guna
meningkatkan hajat hidup manusia. Manfaat air bagi tubuh manusia tidak akan bisa
digantikan oleh material apapun. Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk
mengkonsumsi air yang sehat yaitu air yang memenuhi baku mutu parameter fisik,
kimia, dan biologi (Munfiah & Setiani, 2013). Konsumsi air yang tidak sehat berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia, yaitu dapat menimbulkan penyakit
baik yang sifatnya menular (communicable disease) maupun tidak menular
(noncommunicable disease), yang ditularkan secara langsung melalui media air (waterborne
disease) (Greeson, 1981; Health In 2015: From MDGs to SDGs, 2020; M, 2019; Ramírez-
Castillo et al. 2015). Menurut Kemenkes RI, 1990, air yang dikategorikan bersih
Research Article
Hiola, et.al., (2022) J. NonComm.Dis. Vol 2(1)
Gambaran Kualitas Air Sumur Gali Berdasarkan Parameter Fisik
adalah air yang memenuhi syarat baku mutu baik dari parameter fisik, kimia,
bakteriolgis, dan radioaktif untuk dikonsumsi sehari-hari, serta dalam keadaan matang
dapat diminum.
Masalah air bersih masih terjadi dan ditemukan baik di luar negeri seperti di
Brazil dan di Janga (Bakobie & Awal, 2015; Suhogusoff et al., 2013), dan beberapa daerah
di Indonesia (Hapsari, 2015; Lantapon et al. 2019; Munfiah & Setiani, 2013; Sudiartawan,
2021; Trisnawulan et al. 2012) . Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Lantapon et al.
2019, diperoleh data di puskesmas Moyongkota kabupaten Bolaang Mongondow Timur,
terdapat beberapa pasien yang mengeluhkan penyakit yang terkait dengan air
(waterborne disease) yaitu dermatitis alergi sebanyak 66 pasien, dermatitis infeksi sebanyak
53 pasien, dermatitis jamuran pada 36 pasien, dan diare pada 25 orang pasien.
Berdasarkan studi awal dilapangan, air sumur gali yang dimiliki oleh beberapa
warga di Desa Popalo terlihat keruh dan tidak memenuhi syarat air bersih untuk
konsumsi, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait kualitas fisik air sumur
gali tersebut.
2. Material dan Metode
Material
Parameter fisika yang diperiksa dilakukan secara in situ dengan menggunakan
alat sanitarian KIT.
Metode
Metode Sampling
Sampel air sumur gali diambil berdasarkan metode Stratified Systematic Unaligned
Sampling, yaitu jarak antara titik pengambilan sampel satu dan lainnya tidak berada
dalam satu garis linear. Sampel air sumur gali diambil di sumur warga Desa Popalo,
Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara yang berjumlah 53 sumur gali.
Metode Pemeriksaan Sampel
Parameter fisika yang diperiksa dilakukan secara in situ. Analisis secara in situ
dilakukan untuk parameter kualitas air yang sifatnya cepat berubah, sehingga
pengukuran harus langsung dilakukan saat pengambilan sampel. Prosedur analisis
laboratorium yang dilakukan disesuaikan dengan prosedur yang digunakan di
Laboratorium DLH Kabupaten Gorontalo.
Hiola, et.al., (2022) J. NonComm.Dis. Vol 2(1)
Gambaran Kualitas Air Sumur Gali Berdasarkan Parameter Fisik
3. Hasil
Setelah dilakukan pemeriksaan sampel di lapangan, diperoleh hasil penelitian
sebagai berikut:
Tabel 1. Kualitas fisik air
Parameter Uji
Hasil
N
%
Suhu
Memenuhi syarat
0
0
Tidak memenuhi syarat
53
100
Jumlah
53
100
pH
Memenuhi syarat
0
0
Tidak memenuhi syarat
53
100
Jumlah
53
100
Kekeruhan
Memenuhi syarat
0
0
Tidak memenuhi syarat
53
100
Jumlah
53
100
Warna
Memenuhi syarat
11
20.8
Tidak memenuhi syarat
42
79.2
Jumlah
53
100
Rasa
Memenuhi syarat
0
0
Tidak memenuhi syarat
53
100
Jumlah
53
100
Bau
Memenuhi syarat
0
0
Tidak memenuhi syarat
53
100
Jumlah
53
100
Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa seluruh sampel berdasarkan beberapa
parameter uji sumur gali berjumlah 53 buah yang ada di Desa Popalo memenuhi syarat
untuk baku mutu air sesuai standar Menkes No 32 Tahun 2017 yakni mempunyai suhu ±
3°C. Berdasarkan hasil uji pH dapat dilihat bahwa seluruh sampel sumur gali berjumlah
53 buah yang ada di Desa Popalo memenuhi syarat untuk baku mutu air sesuai standar
Menkes No 32 Tahun 2017 yakni mempunyai pH 6,5-8,5. Hasil uji kekeruhan
menunjukkan bahwa seluruh sampel sumur gali berjumlah 53 buah yang ada di Desa
Popalo tidak memenuhi syarat untuk baku mutu kekeruhan sesuai standar Menkes No
32 Tahun 2017. Hasil uji warna, rasa dan bau bahwa terdapat 42 sampel sumur gali yang
ada di Desa Popalo tidak memenuhi syarat untuk baku mutu air sesuai standar Menkes
No 32 Tahun 2017 yakni mempunyai warna. Sedangkan 11 sampel sumur gali memenuhi
syarat dan untuk parameter rasa memenuhi syarat untuk baku mutu sesuai standar
Menkes No 32 Tahun 2017 yakni tidak berasa dan tidak berbau.
Hiola, et.al., (2022) J. NonComm.Dis. Vol 2(1)
Gambaran Kualitas Air Sumur Gali Berdasarkan Parameter Fisik
4. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 53 sampel sumur gali yang diperiksa,
terdapat 28 sampel sumur gali yang tidak memenuhi syarat fisik baku mutu air. Angka
ini dikategorikan cukup tinggi mengingat pencapaiannya melebihi 50% sehingga
diperlukan upaya yang maksimal dalam pemurnian air sumur gali. Kualitas fisik air
sumur gali yang tidak memenuhi syarat biasanya dipengaruhi oleh musim, sehingga jika
pengambilan sampel dilakukan pada musim penghujan, kemungkinan besar kualitas
fisik air dalam hal kekeruhan meningkat sebab banyak larutan yang tersuspensi dalam
air.
Warna
Dari uji warna sampel air sumur gali, diperoleh bahwa terdapat 40 sampel air dari
sumur gali yang tidak memenuhi syarat karna berwarna. Sementara 13 sampel air sumur
gali lainnya memenuhi standar baku mutu.
Rasa
Dari uji rasa sampel air sumur gali, seluruhnya telah memenuhi syarat yakni tidak
berasa.
Bau
Dari uji bau sampel air sumur gali, seluruh sampel air sumur gali telah memenuhi
syarat yakni tidak berbau.
Kekeruhan
Dari uji kekeruhan sampel air sumur gali, seluruh sampel air sumur belum
memenuhi syarat yakni kekeruhan diatas 25 NTU
pH
Dari uji pH pada sampel air sumur gali, diperoleh bahwa seluruh sampel air
sumur gali telah memenuhi syarat yakni 6,5- 8,5.
5. Kesimpulan
Ditinjau dari kualitas fisik air (kekeruhan) sumur gali yang ada di Desa Popalo,
terdapat 28 buah sumur gali yang airnya belum memenuhi syarat baku mutu yang
ditetapkan oleh peraturan Menteri Kesehatan No 32 Tahun 2017. Tingkat kekeruhan
terendah mencapai 103 NTU, sedangkan yang paling tinggi adalah 988 NTU hasil
termasuk tidak memenuhi syarat, bahkan terdapat 3 buah sumur gali yang kekeruhan
airnya tidak dapat diukur. Hasil uji warna menunjukkan terdapat 40 sampel air yang
yang memenuhi syarat, dan seluruh sampel air memenuhi syarat dari hasil uji rasa dan
bau serta hasil uji pH yang memenuhi syarat yakni 6,5- 8,5.
Hiola, et.al., (2022) J. NonComm.Dis. Vol 2(1)
Gambaran Kualitas Air Sumur Gali Berdasarkan Parameter Fisik
Ucapan Terimakasih
Peneliti mengucapkan terima kasih yang setinggi tingginya kepada Direktur Poltekkes
Kemenkes Gorontalo, Wakil Direktur 1, 2, dan 3 Poltekkes Kemenkes Gorontalo, Bagian
ADUM dan ADAK Poltekkes Kemenkes Gorontalo, yang telah memberikan bantuan
serta arahan terkait pelaksanaan dan pelaporan terhadap penelitian ini, sehingga dapat
dilaksanakan sesuai dengan harapan.
Konflik Kepentingan
Tidak ada
Kontribusi Penulis
Para penulis dalam jurnal ini masing-masing memberikan kontribusi yang saling
mendukung baik berupa saran serta arahan, diantaranya TT sebagai penulis 1, yang
memberikan arahan terkait penyusunan serta teknis pelaksanaan penelitian, dan
merupakan kontributor utama dana yang dipakai dalam penelitian ini. IH, sebagai
penulis 2, yang telah berjibaku dalam penyusunan proposal penelitian, dan RS sebagai
penulis 3, yang telah membantu menyusun proposal penelitian serta mengajukan
penelitian ini untuk dipublikasikan pada jurnal Nasional.
Pendanaan
Penelitian ini didanai secara mandiri oleh peneliti, dan tidak mendapatkan hibah lain
dari organisasi atau pihak manapun.
Kelaikan Etik
Penelitian ini tidak melibatkan sampel hewan atau manusia, sehingga tidak dilakukan
kaji kelayakan etik penelitian.
Daftar Pustaka
Bakobie, N., & Awal, M. 2015. Water Quality Assessment of Hand-Dug Wells In Janga.”
International Research Journal of Public and Environmental Health, 2 (December), 197
205. http://dx.doi.org/10.15739/irjpeh.039
Greeson, P. E. 1981. “”Infectious Waterborne Diseases. 848-D.
https://internal.mdc.usgs.gov/glrwq/RefLinks/greeson_1981_infectious_waterb
orne_diseases.djvu
Hapsari, D. 2015. Kajian Kualitas Air Sumur Gali dan Perilaku Masyarakat di Sekitar
Pabrik Semen Kelurahan Karangtalun Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten
Cilacap. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 7(10).
http://dx.doi.org/10.20885/jstl.vol7.iss1.art2
Hiola, et.al., (2022) J. NonComm.Dis. Vol 2(1)
Gambaran Kualitas Air Sumur Gali Berdasarkan Parameter Fisik
Health in 2015: From MDGs to SDGs. 2020. Waterborne Diseases.” Issue 2012, pp. 790
790. https://doi.org/10.1007/978-3-319-95681-7_300165
Kemenkes RI. 1990. Permenkes No. 416 Tahun 1990 Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air. Hukum Online, (416), 116. www.ptsmi.co.id
Kemenkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua,
dan Pemandian Umum.
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._32_ttg_Standar
_Baku_Mutu_Kesehatan_Air_Keperluan_Sanitasi,_Kolam_Renang,_Solus_Per_Aq
ua_.pdf
Lantapon, H., Pinontoan, O. R., Akili, R. H., Kesehatan, F., Universitas, M., & Ratulangi,
S. 2019. Analisis kualitas Air Sumur Berdasarkan Parameter Fisik Dan Derajat
Keasaman (pH) di desa Moyongkota Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.
Jurnal KESMAS, 8(7), 161166.
M, F. U. R. 2019. Polluted Water Borne Diseases: Symptoms, Causes, Treatment and
Prevention. December 2018. https://doi.org/10.26655/jmchemsci.2019.6.4
Munfiah, S., & Setiani, O. 2013. Kualitas Fisik dan Kimia Air Sumur Gali dan Sumur Bor
di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur II Kabupaten Demak. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Indonesia, 12(2), 154159. https://doi.org/10.14710/jkli.12.2.154 - 159.
Ramírez-Castillo, F. Y., Loera-Muro, A., Jacques, M., Garneau, P., Avelar-González, F. J.,
Harel, J., & Guerrero-Barrera, A. L. 2015. Waterborne Pathogens: Detection
Methods and Challenges. Pathogens, 4(2), 307334.
https://doi.org/10.3390/pathogens4020307
Sudiartawan, I. P. 2021. Kualitas Air Sumur Gali Di Sekitar Pasar Desa Yehembang
Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana. Jurnal Widya Biologi, 12(16), 127138.
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyabiologi/article/view/2145
Suhogusoff, A. V., Hirata, R., & Ferrari, L. C. K. M. 2013. Water Quality and Risk
Assessment of Dug Wells: A Case Study for a Poor Community in The City of São
Paulo, Brazil. Environmental Earth Sciences, 68(3), 899910.
https://doi.org/10.1007/s12665-012-1971-x
Trisnawulan, I. A. M., Suyasa, I. W. B., & Sundra, I. K. 2012. Analisis Kualitas Air Sumur
Gali Di Kawasan Pariwisata Sanur. Ecotrophic: Journal of Environmental Science,
2(2), 19.
... Examination of the homeowner's well water samples showed that the smell (12.5%), taste (12.5%), pH (91.7%), nitrates (70.83%), as well as organic compounds and TDS (4.16% ) on samples does not exceed quality standards (H. A. Arifin, 2018) The results of the 2020 Ministry of Health survey show that only 12% of Indonesian households have access to safe drinking water (Kesehatan, 2020). The Sustainable Development Goals (SDGs) (Puja Pangestu et al., 2021) also demand that the entire global population have access to safe drinking water by 2030 (Hiola et al., 2022). Pumped well water is still the main source of clean water for household needs in Central Java, namely 19.23% (BPS Provinsi Jawa Tengah, 2022). ...
Article
Full-text available
Introduction: Mojorejo Sukoharjo TPA is located close to residential areas, namely 500 Meter and the condition of the TPA is stated to be overloaded in 2025 and the surrounding conditions are already polluted as seen from the river water which is close to the TPA. Researchers are interested in examining the condition of the water used by residents living around the landfill, whether it is polluted or not. Method: This research is an analytical observational study. This research was carried out using a brief cross-sectional research design. With the population taken in the form of 15 water samples which were close to the Mojorejo TPA and sample testing was carried out at LABKESDA Sukoharjo Regency. Results: from the results of this study, it was stated that from a total of 7 samples that had an odor or did not meet the requirements, there were 5 samples, the TDS in this research area was 193.0 mg/l - 298.0 mg/l, so the TDS met the requirements for clean water quality standards, for the water temperature in the area is 27 – 300 C so it meets the requirements, the color of the water samples in the area is clear and colorless, this makes the water meet the requirements, the pH in the research area is low and the tone is high, exceeding the clean water requirements. namely in the range of 1.25 – 13.69, for Fe levels in the research area in accordance with PERMENKES NO. 32 of 2017 was declared to meet the requirements, namely with results of 0.000 mg/l to 0.37 mg/l. Conclusion: of all the samples obtained the odor parameters did not meet the requirements, for the TDS parameters they met the requirements, the temperature parameters met the requirements, the color parameters met the requirements, the pH parameters did not meet the requirements, the iron/Fe parameters met the requirements. Pendahuluan: TPA Mojorejo Sukoharjo berlokasi dekat dengan pemukiman penduduk yaitu 500 Meter dan kondisi TPA tersebut dinyatakan kelebihan beban pada tahun 2025 dan kondisi sekitar sudah tercemar terlihat dari air sungai yang berada dekat dengan TPA tersebut. Peneliti tertarik untuk meneliti tentang kondisi air yang digunakan oleh warga yang tinggal di sekitar TPA tersebut, apakah tercemar atau tidak. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional singkat. Dengan populasi yang diambil berupa 15 sampel air yang berada dekat dengan TPA Mojorejo dan pengujian sampel dilakukan di LABKESDA Kabupaten Sukoharjo. Hasil : dari hasil penelitian ini dinyatakan dari total 7 sampel yang berbau atau tidak memenuhi syarat terdapat 5 sampel, TDS pada daerah penelitian ini sebesar 193,0 mg/l - 298,0 mg/l maka TDS tersebut memenuhi syarat baku mutu air bersih, untuk suhu air pada daerah tersebut 27 – 300 C maka memenuhi syarat, warna sampel air pada daerah tersebut bening dan tidak berwarna maka hal ini menjadikan air tersebut memenuhi syarat, pH pada daerah penelitian rendah dan tonusnya tinggi sehingga melebihi syarat air bersih yaitu pada kisaran 1,25 – 13,69, untuk kadar Fe pada daerah penelitian sesuai dengan PERMENKES NO. 32 Tahun 2017 dinyatakan memenuhi syarat yaitu dengan hasil 0,000 mg/l sampai dengan 0,37 mg/l. Kesimpulan: dari semua sampel yang diperoleh parameter bau tidak memenuhi syarat, untuk parameter TDS memenuhi syarat, parameter suhu memenuhi syarat, parameter warna memenuhi syarat, parameter pH tidak memenuhi syarat, dan parameter besi/Fe memenuhi syarat.
... Tingkat kekeruhan terendah mencapai 103 NTU, sedangkan kadar tertinggi adalah 988 NTU. Hasil tersebut termasuk tidak memenuhi syarat, bahkan terdapat 3 buah sumur gali dengan kekeruhan air yang sudah tidak dapat diukur (22). Sedangkan dari penelitian yang dilakukan oleh Aneta et al., diperoleh hasil pemeriksaan kualitas air berdasarkan parameter kekeruhan sebanyak 10 sampel (100%) memenuhi syarat. ...
Article
Air merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh mikroorganisme ‎patogen sebagai tempat berkembang biak dan juga sebagai tempat sementara ‎sebelum perpindahan ke manusia, sehingga air yang tercemar dapat menimbulkan ‎gangguan kesehatan. Diare adalah pembunuh utama pada anak-anak, lebih dari ‎‎1.300 anak meninggal setiap hari atau sekitar 484.000 anak per tahun. Data ‎menunjukkan bahwa kasus tertinggi penyakit diare terjadi di Kelurahan Lapulu ‎dengan total target penemuan sebesar 644 dan 88 dilayani. Penelitian ini bertujuan ‎untuk menganalisis kualitas fisik dan mikrobiologi air sumur gali di Kelurahan ‎Lapulu Kecamatan Abeli Kota Kendari Tahun 2023. Penelitian ini merupakan ‎penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dan teknik pengambilan sampel ‎menggunakan simple random sampling. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa ‎kualitas fisik air berdasarkan parameter suhu dan bau 100% memenuhi syarat, ‎parameter total dissolved solid dan kekeruhan 75% memenuhi syarat dan 25% tidak ‎memenuhi syarat, parameter warna 100% tidak memenuhi syarat. Kualitas ‎mikrobiologi air berdasarkan parameter Escherichia coli dan Total Coliform terdapat ‎‎25% memenuhi syarat dan 75% tidak memenuhi syarat. Kesimpulan dalam penelitian ‎ini adalah kualitas fisik dan mikrobiologi air sumur gali di Kelurahan Lapulu ‎Kecamatan Abeli Kota Kendari Tahun 2023 tidak memenuhi syarat berdasarkan ‎Permenkes RI Nomor 2 Tahun 2023.
Article
Full-text available
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air sumur gali di sekitar Pasar Desa Yehembang berdasarkan parameter fisika, kimia dan mikrobiologi. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik. Pengambilan sampel air sumur gali menggunakan metode stratified systematic unaligned sampling. Pengambilan sampel pada lokasi penelitian dengan jarak masing-masing titik sampel 20 meter (S1), 40 meter (S2) dan 80 meter (S3) dengan total jumlah sampel sebanyak 6 sampel air sumur gali. Analisis sampel dilakukan secara in situ dan uji laboratorium yang bertempat di Laboratorium Klinik dan Kesehatan Masyarakat Bina Medika Denpasar. Kemudian digunakan metode deskriptif komparatif untuk membandingkan hasil analisis laboratorium dengan baku mutu berdasarkan Peraturan Gubernur Bali No.16 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 15 parameter kualitas air sumur gali yang diteliti ternyata ada 2 parameter yang telah melampaui ambang batas baku mutu yaitu parameter nitrit (NO2) dan biological oxygen demand (BOD5). Selanjutnya hasil perhitungan dengan metode Storet menunjukan skor pada masing-masing stasiun yaitu stasiun 1 (-20), stasiun 2 (-20) dan stasiun 3 (-12), yang menunjukan kualitas air sumur gali di sekitar Pasar Desa Yehembang termasuk dalam kelas C (cemar sedang).
Article
Full-text available
Polluted and dirty water is very harmful for living organisms especially for health of humans. It causes many serious health problems which can ultimately lead to death if not treated at early stages. Water borne diseases including cholera, Dracunculiasis, Typhoid fever, Diarrhea, Ulcers, Hepatitis, Arsenicosis, Respiratory Tract Infection, Kidney Damage, and Endocrine Damages are very risky for lives of individuals and especially for humans ultimately leading to death. These diseases are mainly due to drinking water problems because of presence of different harmful bacteria and germs which may cause these drugs. These diseases can be cured with proper medications and treatment courses. Along the treatment, there are different ways to prevent from these diseases. So, the lives of human beings can be protected from these water borne-disease. The water treatment can also be used so no one can drink or use dirty or untreated water and can be saved from these effects. So, in this article, causes of these diseases, factors increasing the risks, treatment and prevention ways are summarized briefly.
Article
Full-text available
Access to good quality drinking water is a challenge to the people of Janga who depend on hand-dug wells water for years as the main source of drinking water. This study examined water quality of hand-dug wells in Janga in the West Mamprusi District. A total of ten water samples from five hand-dug wells were collected and analysed for physico-chemical and coliform bacteria quality using standard methods. Generally, the physico-chemical parameters varied, but all were within the World Health Organisation standards for portability except turbidity. The study recorded coliform bacteria count that ranged from 0 to 211 cfu/100 ml (total coliform); 0 to 482 cfu/100 ml (faecal coliform); and 0 to 90 cfu/100 ml (Escherichia coli). These exceeded WHO guideline values (0/100 ml) for drinking water indicating that the hand-dug wells are not free from pollution. Coliform bacteria count indicates poor sanitary conditions in Janga, arising from poor handling of domestic wastes, especially garbage and sewage implying water from hand-dug wells is not suitable for direct human consumption. It is therefore recommended that hand-dug wells water should be treated against bacteria before usage in order to meet the millennium development goal 7.
Article
Full-text available
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kualitas air sumur gali warga di sekitar pabrik semen, mengkaji perilaku masyarakat dan menganalisis hubungan perilaku masyarakat dengan kualitas air sumur gali di Kelurahan Karangtalun. Penelitian dilaksanakan pada survey skala, adalah kualitas air sumur dianalisis dengan Metode Storet dan perilaku masyarakat secara purposive random sampling dengan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air sumur gali di Kelurahan Karangtalun tercemar ringan hingga tercemar berat, terutama pada Stasiun I, V, dan XIII yang berada pada kondisi “cemar berat”. Masyarakat Kelurahan Karangtalun memiliki pengetahuan yang cukup, bersikap negative dan bertindak aktif sehingga perilaku masyarakat secara umum adalah berperilaku netral mengenai keberadaan tempat penyimpanan kapur. Kualitas air sumur gali di Kelurahan Karangtalun sebagian besar tercemar sedang dan perilaku masyarakat cenderung netral. Hasil analisa Chi – Square menunjukkan bahwa nilai Sig 0,506 > 0,05 maka Ho ditolak, sehingga antara kualitas air sumur gali dengan perilaku masyarakat tidak ada hubungan. Sebaiknya kajian kualitas air sumur gali dilakukan pula pada musim hujan untuk diperoleh perbandingan hasil pengamatan. Kata Kunci : kualitas air, sumur gali, perilaku masyarakat, storet
Article
Full-text available
Sparsely populated areas, or peripheral communities commonly lack access to a public water supply and sewerage systems. The inhabitants of these areas must make use of excavated wells to provide their water needs, and cesspits for domestic wastewater disposal. These on-site sanitation systems can release pathogens and nutrients into shallow groundwater. These poor communities urgently require cheap and efficient techniques for the detection of sanitary conditions, in order to prevent contamination of the water resources supplied by dug wells. The sanitary risk assessment methodology, applied in an irregular settlement south of the city of São Paulo, was based on a questionnaire with yes/no questions (risk factors), which allowed the identification of problems related to the well construction and operation, and the presence of potential contamination sources in its vicinity. These risk factors were compared against nitrate and bacterial analysis using the clustering statistical method, to verify the relationship between contamination and certain aspects surveyed in the questionnaire. Questions that were more related to contaminated wells were those concerning the presence of cover and its integrity; gaps between mouth and cover; the surrounding pavement and presence of ground irregularities; infiltration in the well casing; water-suspended materials; and proximity to contamination sources. Contamination models based on variograms allowed to observe that bacterial contamination presented a strong localized component, which was associated frequently with the way residents handled the wells, whereas nitrate contamination was related more to a regional (spatial) component; that is, the distance between wells and cesspits.
Infectious Waterborne Diseases
  • P E Greeson
Greeson, P. E. 1981. ""Infectious Waterborne Diseases." 848-D.
Permenkes No. 416 Tahun 1990 Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
  • R I Kemenkes
Kemenkes RI. 1990. "Permenkes No. 416 Tahun 1990 Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air." Hukum Online, (416), 1-16. www.ptsmi.co.id
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum
  • R I Kemenkes
Kemenkes RI. 2017. "Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum." http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._32_ttg_Standar _Baku_Mutu_Kesehatan_Air_Keperluan_Sanitasi,_Kolam_Renang,_Solus_Per_Aq ua_.pdf
Analisis kualitas Air Sumur Berdasarkan Parameter Fisik Dan Derajat Keasaman (pH) di desa Moyongkota Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
  • H Lantapon
  • O R Pinontoan
  • R H Akili
  • F Kesehatan
  • M Universitas
  • S Ratulangi
Lantapon, H., Pinontoan, O. R., Akili, R. H., Kesehatan, F., Universitas, M., & Ratulangi, S. 2019. "Analisis kualitas Air Sumur Berdasarkan Parameter Fisik Dan Derajat Keasaman (pH) di desa Moyongkota Kabupaten Bolaang Mongondow Timur". Jurnal KESMAS, 8(7), 161-166.
Kualitas Fisik dan Kimia Air Sumur Gali dan Sumur Bor di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur II Kabupaten Demak
  • S Munfiah
  • O Setiani
Munfiah, S., & Setiani, O. 2013. "Kualitas Fisik dan Kimia Air Sumur Gali dan Sumur Bor di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur II Kabupaten Demak." Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 12(2), 154-159. https://doi.org/10.14710/jkli.12.2.154 -159.