Available via license: CC BY-NC-SA 4.0
Content may be subject to copyright.
17
PEMBINAAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
DALAM PENDIDIKAN KARAKTER PESERTA DIDIK
DI SEKOLAH
Ella Tesalonika Mbeo,1 Andreas Bayu Krisdiantoro2
12Sekolah Tinggi Teologi Moriah, Tangerang, Indonesia
Email: abkrisdiantoro@gmail.com2
Submitted: 18 Februari 2021 Revision: 27 September 2021 Accepted: 18 Desember 2021
Abstract
Teacher character is an important part that cannot be separated from the lives of students. Therefore,
the need for good teacher characteristics is very important to forming good and commendable
students. It should be realized that most students currently experience character crisis problems,
whereas peseta students are not controlled by the influence of the development of science and
technology. Seeing this, this study aims to explain the development of the Christian religious
education teacher to the formation of the character of the club to recognize the Christ Jesus in
accordance with the teachings of the Bible. The method used in this study is a descriptive qualitative
research method. The results of this study show that Christian education teachers have the role of
transferring knowledge and character to students, thus having an impact on the growth of students'
faith.
Keywords: teacher character, christian religious education, student character, faith
Abstrak
Karakter guru merupakan bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan peserta
didik. Oleh karena itu perlunya karakter guru yang baik sangat berperan penting untuk
membentuk karakter peserta didik yang baik dan terpuji. Perlu disadari bahwa saat ini
sebagian besar peserta didik mengalami masalah krisis karakter, di mana peseta didik tidak
terkontrol oleh pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melihat hal ini,
penelitian ini bertujuan menjelaskan pembinaan guru Pendidikan Agama Kristen terhadap
pembentukan karakter perserta didik untuk mengenal Kristus Yesus secara benar sesuai
dengan ajaran Alkitab. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian
kualitaif deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah guru Pendidikan Agama Kristen memiliki
peran mentransfer pengetahuan dan karakter kepada peserta didik, sehingga memiliki dampak
pada pertumbuhan iman peserta didik.
Kata Kunci: karakter guru, pendidikan agama kristen, karakter peserta didik, iman
Didache: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen by https://jurnal.moriah.ac.id/index.php/didache/ is
licensed under a Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Didache: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
Volume 3 Nomor 1 (Desember 2021): 17-29
DOI: 10.55076/didache.v3i1.46
18
PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan, peran
seorang guru sangat di butuhkan, terutama
di sekolah dasar, dimana peserta didik
masih terus mengalami pertumbuhan baik
dalam konteks iman maupun mental. Di
sekolah dasar pondasi keimanan dan
mental harus di bentuk secara serius
karena ini adalah kunci keberhasilah
pembentukan karakter peserta didik di
jenjang Pendidikan berikutnya. Begitu
juga dengan peran guru Agama Kristen
dalam membentuk karakter peserta didik
harus sungguh mendapat perhatian serius.
Keseriusan ini perlu di perhatikan karena
saat ini banyak problematika yang muncul
yang berhubungan erat dengan tingkat
moralitas masyarakat, dan dunia
Pendidikan sebagai salah satu penyumbang
dari problematika tersebut seperti
pencurian, bullying, percabulan, bahkan
sampai tindak kekerasan yang
mengakibatkan kematian.
1
Tantangan lain dari peran guru
agama Kristen adalah pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat pesat. Dengan
kemajuan yang pesat ini maka tidak dapat
dielakkan lagi akan berdampak kepada
1
Edo Dwi Cahyo, “Pendidikan Karakter
Guna Menanggulangi Dekadensi Moral Yang
Terjadi Pada Siswa Sekolah Dasar,”
EduHumaniora | Jurnal Pendidikan Dasar Kampus
Cibiru 9, no. 1 (2017): 16–26
perubahan paradigma dalam masyarakat.
Informasi yang mudah didapat serta
kemudahan-kemudahan mengunduh semua
informasi dari belahan dunia manapun
akan juga menjadi tantangan tersendiri
yang akan mempengaruhi karakter peserta
didik menjadi sampingan dan tidak
menjadi perhatian atau fokus utama.
Pendapat lain dari Stevanus dan Sitepu
mengatakan, bahwa dengan mempunyai
karakter Kristiani yang kuat tantangan
perkembangan zaman seperti media sosial
bukan lagi ancaman melainkan menjadi
kesempatan yang bagus sebagai sarana
dalam belajar mengembangkan sikap
karakter yang mulia seperti penguasaan
diri, toleransi, empati, suka menolong,
terbuka, dan sebagainya.
2
Maksudnya ialah
bagaimanapun tantangan yang ada
haruslah dijadikan sebagai pemacu
semangat produktif agar tujuan
pengembangan karakter berjalan semakin
baik di tengah tantangan jaman yang tidak
semakin baik. Meskipun tantangan
sangatlah berat namun, guru sebagai
pribadi yang menjadi teladan diharuskan
serta dituntut memiliki karakter dan ciri
prilaku hidup yang baik, karena guru
2
Kalis Stevanus and Nathanail Sitepu,
“Strategi Pendidikan Kristen Dalam Pembentukan
Warga Gereja Yang Unggul Dan Berkarakter
Berdasarkan Perspektif Kristiani,” Sanctum
Domine: Jurnal Teologi 10, no. 1 (2020): 49–66.
19
memang harus menjadi teladan dan saksi
bagi para muridnya.
3
Secara umum guru adalah orang
yang mengajar peserta didik, membimbing
peserta didik dan memberikan pelajaran
kepada peserta didik. Ada juga Beberapa
peranan guru yang lain yaitu guru sebagai
ahli, guru sebagai pengawas, guru sebagai
penghubung kemasyarakatan, guru sebagai
pendorong.
4
Sehingga, guru mempunyai
tanggung jawab untuk melihat segala
sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk
membantu proses perkembangan peserta
didik. Tetapi harus disadari guru hanya
merupakan salah satu di antara berbagai
sumber dan media belajar oleh karena itu
guru hendaknya mampu membantu setiap
peserta didik untuk secara efektif dapat
mempergunakan berbagai kesempatan
belajar dan berbagai sumber media
belajar.
5
Jika demikian guru merupakan
faktor penting dalam menyukseskan
kegiatan belajar mengajar. Guru juga harus
menjadi promotor dalam membangun
manusia indonesia seutuhnya untuk
mendorong cita-cita bangsa indonesia
secara nasional dan pembentukan karakter
3
Megawati Manullang, “Peranan guru
pendidikan agama Kristen dalam Penginjilan,”
Jhc: Jurnal Christian Humaniora 3, no. 1 (2019)
30–36
4
B. Suryosubroto, Proses belajar
mengajar di sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009)
170-171.
5
Slameto, Belajar & faktor-faktor yang
mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
98-99.
peserta didik secara khusus. Anak didik
yang berkarakter akan dapat meningkatkan
derajat dan martabat bangsa.
6
Bagaimana dengan guru Pendidikan
agama Kristen? Guru pendidikan agama
kristen adalah guru dalam perspektif
Kristen. Guru pendidikan agama Kristen
ialah guru yang memberi pengajaran yang
berkaitan dengan iman kristen. Dengan
kata lain, guru pendidikan agama Kristen
haruslah mengenal dan meneladani Yesus
Kristus sebagai guru besarnya karena
disanalah letak dari iman Kristen. Guru
pendidikan agama Kristen adalah guru
yang dipanggil oleh Tuhan dengan tugas
mulia yaitu untuk menjadikan bangsa
murid-Nya. Memuridkan dengan menga-
jar, mendidik dan membawa perubahan
kepada peserta didik, membaut orang
berubah tidaklah mudah oleh karena itu
guru agama Kristen ialah pribadi yang
rendah hati meminta pertolongan kuasa
Roh Kudus. Bagaimana caranya rendah
hati? Guru pendidikan agama Kristen
harus membangun hubungan yang sangat
intim dengan Tuhan Yesus agar kuasa dan
urapan Allah mengalir dalam proses
pembelajaran yang dilakukannya.
Pada dasarnya menjadi seorang
guru agama Kristen tidaklah mudah.
Sebagai seorang guru agama Kristen harus
6
Nisma Simorangkir. “Peran Guru
Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan
Karakter Anak Didik Melalui Proses
Pembelajaran.“ Jurnal Saintech (2013), 5.
20
mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk
menjadi seorang pendidik yang dapat di
teladani peserta didik. Dengan keteladanan
maka pendidikan agama Kristen dapat
menumbuhkan iman dan karakter peserta
didik. Buan sebaliknya justru guru agama
Kristen menjadi penghambat pertumbuhan
iman dan karakter dari peserta didika
karena ketidak adanya keteladanan. Seperti
ketika seorang guru melakukan tindakan
kekerasan kepada peserta didik sehingga
mengakibatkan moralitas dan mental dari
peserta didik terbunuh secara perlahan.
Permasaahan dalam dunia pendidikan
harus diakui bahwa hal tersebut tidak akan
pernah ada habisnya, sehingga membuat
para ahli mengupayakan suasana
pendidikan yang lebih baik. Maksud dari
pendidikan itu sendiri ialah untuk
membantu peserta didik dalam
pembentukan karakteristik yang akan
menjadi landasan dalam bersikap,
menyusun strategi, metode dan teknik.
7
Sehingga guru agama Kristen harus
menghidupi misi pendidikan Kristen itu
sendiri.
7
Vickie A. Lambert dan Clinton E.
Lambert. "Qualitative Descriptive Research: An
Acceptable Design." Pasific Rim International
Journal of Nursing Research 16, no.4 (2012): 255-
256. https://he02.tci-
thaijo.org/index.php/PRIJNR/article/view/5805;
Jannes Eduard Sirait, dkk, “Misi Pendidikan
Agama Kristen dan Problem Moralitas Anak,”
(Regular Fidei: Jurnal Pendidikan Agama Kristen,
vol 1, no 1 2016): 116.
Seorang guru agama Kristen yang
mengajar bisa menolong para perserta
didiknya untuk mengenal Sang Pencipta
(Allah), tidak hanya sebatas itu, guru akan
membantu agar perserta didik memiliki
karakter serupa dan segambar dengan
Tuhan Yesus. Guru pendidikan agama
kristen dimampukan menjadi teladan
karena telah mengalami lahir baru dan
dituntun oleh Roh Kudus sehingga guru
pendidikan agama kristen memiliki
peranan yang besar untuk membentuk
karakter peserta didik yang benar dan
mengarahkan peserta didik untuk mengerti
tujuan hidup sesungguhnya. Sikap dan
perilaku guru menjadi model dan teladan
bagi peserta didik untuk berperilaku,
sehingga guru seharusnya memiliki
karakter, etika dan moral yang baik dan
benar. Mengajar bukan hanya sekedar
keterampilan dan pemberian informasi
ilmu pengetahuan pada peserta didik,
tetapi mengajar lebih dari sekadar itu yaitu
pembentukan karakter. Apakah kemeroso-
tan karakter dalam pendidikan dapat
diperbaiki? Guru memegang peran penting
dan harus tampil menjadi figur yang
mampu memberikan contoh yang baik
bagi peserta didiknya. Guru mempunyai
tanggung jawab untuk melihat segala
sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk
membantu proses perkembangan anak
21
didik.
8
Seperti peribahasa “Guru kencing
berdiri, murid kencing berlari”, itu adalah
pepatah yang disampaikan betapa seorang
guru bisa menjadikan anak didiknya
memiliki karakter baik atau buruk.
Pada metode penelitian yang akan
digunakan adalah metode penelitian
kualitatif deskriptif. Ada pun metode
penelitian kualitatif deskripti ini bersifat
penelitian kepustakaan (library research),
yaitu dengan mengumpulkan data-data
yang berhubungan dengan tema yang
dibahas. Tujuan dari studi deskriptif
kualitatif adalah ringkasan komprehensif,
dalam persyaratan sehari-hari, dari
peristiwa tertentu yang dialami oleh
individu atau kelompok individu. Untuk
beberapa peneliti, kategori desain kualitatif
seperti itu tidak ada. Sayangnya, ini telah
memaksa peneliti lain, terutama pemula
dengan metode penelitian kualitatif, untuk
merasa mereka harus mempertahankan
pendekatan penelitian mereka dengan
memberikannya 'kredibilitas epistemo-
logis.' Ini telah menyebabkan ‘pelabelan’
banyak studi penelitian sebagai
fenomenologi, teori grounded, atau
etnografi, padahal sebenarnya studi ini
8
Recky Pangumbahas dan Oey Natanael
Winanto. 2021. “Membaca Kembali Pandangan
Moralitas Postmodernism Untuk Konteks
Pendidikan Kristen (Re-Reading The Worldview
Of Postmodernism Morality For The Context Of
Christian Education)”. QUAERENS: Journal of
Theology and Christianity Studies 3, no.1 (2021):
73-84. https://doi.org/10.46362/quaerens.v3i1.33.
gagal memenuhi persyaratan pendekatan
kualitatif tersebut. Sumber primer seperti
buku, jurnal ilmiah, dan lain-lain
digunakan untuk membangun konsep
tentang pembinaan guru pendidikan agama
Kristen dalam pendidikan karakter peserta
didik di sekolah sebagai model
pembelajaran alternatif di era digital.
9
Konsep-konsep dianalisis dengan cara
mencermati keterkaitan, kesamaan, dan
kesesuaian dengan topik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Guru Pendidikan Agama Kristen
Guru merupakan tenaga pendidik
yang pekerjaan utamanya mengajar,
mengarahkan, membimbing, dan
menstransferkan ilmu, kepada peserta
didik. Guru memiliki peranan yang unik
dan sangat komplek, selain sebagai
pengajar guru sekaligus sebagai
pembimbing yang memberikan pengara-
han dan menuntun peserta didik ke cita-
cita dan kepada kebaikan. Dalam sejarah
pendidik-an, guru merupakan sosok
teladan bagi peserta didik. Dengan
demikian guru harus memiliki strategi atau
cara yang baik dalam mengajar Menurut
Mulyasa guru adalah pendidik yang
menjadi tokoh, panutan dan identifikasi
para peserta didik dan lingkungannya.
Karena itulah harus memiliki standar
9
Sugiyono, Metode Penetian Kombinasi
(Bandung: Alfabeta, 2011) 339-343
22
kualitas pribadi tertentu yang mencakup
tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan
disiplin
10
. Guru Pendidikan agama kristen
adalah seseorang yang melaksanakan tugas
mengajar dan mendidik di bidang
Pendidikan agama kisten dengan
mengandalkan kemampuan dan karakter
yang tinggi dan mengacu pada sosok
Yesus sebagai guru agung.
11
Guru
pendidikan agama kristen merupakan guru
yang memberi pengajaran yang berkaitan
dengan iman Kristen, serta yang
mempercayai Yesus Kristus dan
meneladani-Nya sebagi pengajar dan
berlandaskan kepada Kitab Suci, dan
seorang guru agama Kristen haruslah
mengetahi dan hidup sesuai dengan firman
Tuhan, karena tujuan pendidikan agama
Kristen berbeda dengan pelajaran umum
lainnya yaitu:
1. Memimpin murid selangkah demi
selangkah kepada pengenalan yang
sempurna akan Allah dan Alkitab.
2. Membimbing murid dengan cara
menggunakan kebenaran-kebenaran
asasi Alkitab untuk keselamatan hidup
3. Mendorong mereka mempraktekkan
asas-asas dasar Alkitab itu, supaya
membina suatu perangkai Kristen yang
klukuh.
10
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional
(Bandung: PT Rosda Karya, 2006), 37
11
Belandina, Profesionalisme guru dan
bingkai materi pendidikan agama kristen SD, SMP,
SMA, (Bandung: bina media informasi, 2005) 53
4. Meyakinkannya supaya mengakui
bahwa kebenaran-kebenaran dan asas-
asas itu menunjukkan jalan untuk
pemecahan masalah-masalah
kesusilaan, sosial dan politik.
12
Seperti yang tertulis dalam Amsal
22:6 dikatakan bahwa: “Didiklah orang
muda menurut jalan yang patut baginya,
maka pada masa tuanya pun ia tidak
menyimpang daripada jalan itu.” Dari
pengertian di atas maka penulis
menyimpulkan bahwa guru pendidikan
agama Kristen adalah seorang guru yang
mengajar di bidang pendidikan agama
kristen dimana pengajarannya berkaitan
dengan iman Kristen, mempercayai Yesus
di dalam hidupnya, meneladani sikap
Tuhan Yesus, pengajarannya berlandaskan
kitab suci, serta menyadari bahwa peserta
didik adalah manusia yang berharga di
mata Tuhan.
Syarat-syarat Guru Pendidikan Agama
Kristen
Untuk menjadi seorang guru pendidi-
kan agama Kristen, tentunya ada syarat
dan ketentuanyang harus di penuhi agar
guru pendidikan agama Kristen dapat
12
Nainggolan, Menjadi Guru Agama
Kristen, (Bandung: Generasi Info Media, 2008),
23; Alexander Eduard Thodorus de Walick dan
Peni Hestiningrum. "THE RATIONALITY OF
FAITH: The Study of Abraham's Faith in Hebrews
11: 17-19." MAHABBAH: Journal of Religion and
Education 2, no.1 (2021): 35-52.
https://doi.org/10.47135/mahabbah.v2i1.19.
23
bertumbuh menjadi guru yang baik.
Seorang guru pendidikan agama Kristen
harus memiliki beberapa syarat yaitu:
1. Seorang guru pendidikan agama
Kristen harus mempunyai pengalaman
rohani, dimana ia sendiri perlu
mengenal Tuhan Yesus, serta batinnya
harus dijamah dan diterangi oleh hoh
kudus.
2. Seorang guru harus mempunyai hasrat
sejati untuk menyampaikan injil
kepada sesamanya manusia, yang
memiliki dorongan yang kuat untuk
mengantar orang lain kepada Yesus
Kristus.
3. Seorang guru pendidikan agama
kristen perlu mengetahui bagaimana
iman bertumbuh dalam batin manusia
dan bagaimana iman itu berkembang
dalam seluruh hidup orang percaya
4. Seorang guru pendidikan agama
Kristen harus menunjukan kesetiaan
yang sungguh kepada gerejanya,
dimana ia sendiri harus rajin
mengambil bagian dari kebaktian dan
pekerjaan gereja umumnya, dan jangan
hanya menaruh minat kepada tugasnya
saja.
5. Seorang guru pendidikan agama
Kristen harus mempunyai pribadi yang
jujur dan tinggi mutunya.
13
13
Homrighausen, Pendidikan Agama
Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007) 165
Syarat menjadi guru pendidikan agama
Kristen:
1. Lahir Baru, seseorang yang lahir baru
di sini di maksudkan adalah seseorang
yang sudah percaya kepada Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat
pribadi. Seorang guru agama Kristen
haruslah seseorang yang sudah
mengalami diperanakkan pula
(dilahirkan kembali) ini menjadi faktor
pertama yang terpenting.
2. Memiliki Karakter Kristus, Seorang
guru Kristen harus memiliki karakter
Kristus, yaitu karaker yang baik dan
patut diteladani. Pembentukan karakter
Kristen membutuhkan kasih yang
sunguh-sungguh, keadilan yang tegas,
bijaksana untuk mengatur keduanya,
dan kebajikan serta keberanian untuk
meneruskan seluruh hidupnya.
Berdasarkan kasih kepada Kristus
maka seorang guru pendidikan agama
kristen memiliki karakter Kristus
dalam dirinya karena dia akan rela
untuk menjalani proses pembentukan
demi pembentukan untuk suatu
perubahan karakter yang berkenan
kepada Allah.
3. Memiliki pengetahuan akan kebenaran,
seorang guru harus mempunyai
pengetahuan akan kebenaran dan
segala sesuatu yang diperlukan untuk
menjadi bahan pendidikan yang cukup
dan tepat. Pengetahuan akan kebenaran
24
di sini adalah kebenaran akan firman
Tuhan, sehingga dalam penyampaian
materi kepada murid-murid tidak
menyimpang dari kebenaran firman
Tuhan.
4. Harus memiliki suatu perasaan
tanggung jawab, tanggung jawab ini
merupakan suatu teladan yang dapat
diberikan kepada murid-murid agar
mereka juga dapat belajar bertanggung
jawab atas segala kebenaran yang
sudah didapatkan dari guru pendidikan
agama Kristen
5. Guru pendidikan agama Kristen yang
profesional, guru profesional adalah
pribadi yang mampu melihat dirinya
sebagai orang-orang terlatih,
mengutamakan keutamaan orang lain,
dan taat pada etika kerja, serta selalu
siap menempatkan diri dalam
memenuhi kebutuhan peserta didiknya
terlebih dahulu.
14
Seorang guru agama Kristen harus
mendidik para peserta didik dan
menghantarkan mereka kepada tujuan dan
tidak bertentangan kepada kebenaran
firman Tuhan. Namun di samping itu juga
seorang pendidik kristen harus mempunyai
sikap nasionalisme yang tinggi dan berjiwa
pancasila. Oleh sebab itu seorang pendidik
agama Kristen harus berpedoman kepada
14
Nainggolan, Menjadi Guru Agama
Kristen, (Bandung: Generasi Info Media, 2008) 24-
25;
dasar-dasar atau kode etik guru pendidikan
agama Kristen yang ada. Dasar-dasar atau
kode etik
15
yang di maksud adalah sebagai
berikut:
Guru Pendidikan agama Kristen
memiliki ketaatan dan kesetiaan
kepada Tuhan Yesus Kristus.
Guru pendidikan agama Kristen
memiliki ketaatan dan otoritas firman
Tuhan.
Guru pendidikan agama Kristen
berbakti untuk membimbing peserta
didik menjadi manusia Indonesia
seutuhnya yang taat dan takut kepada
Tuhan dan berjiwa Pancasila.
Guru pendidikan agama Kristen
memiliki dan melaksanakan kejujuran
profesionalitas.
Guru pendidikan agama Kristen
berusaha memperoleh informasi
tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
Guru pendidikan agama Kristen secara
pribadi dan bersama-sama mengem-
bangkan dan meningkatan mutu dan
martabat profesionya.
15
Niru Anita Sinaga, Kode Etik sebagai
Pelaksanaan Profesi Hukum yang Baik. Jurnal
Ilmiah hukum Dirgantara 10. no.2 (2020);
Bahapol, Edym dan Youke Singal. “Mendidik
Untuk Kehidupan Berdasarkan Kompetensi Guru
Kristen Di Indonesia (Education For Life Based On
Christian Teacher Competence In Indonesia)”.
QUAERENS: Journal of Theology and Christianity
Studies 2, no.1 (2020): 62-85.
https://doi.org/10.46362/quaerens.v2i1.21; Andar
Gultom, Profesionalisme, standart kompetensi, dan
pengembangan profesi guru PAK, (Bandung; Bina
Media Informasi, 2007), 59-60.
25
Guru pendidikan agama Kristen turut
melaksanakan kebijakan pemerintah
dalam bidang pendidikan.
Guru pendidikan agama Kristen dapat
menunjukan keteladanan dan seluruh
aspek kehidupan.
Berdasarkan pendapat para ahli di
atas, maka penulis meyimpulkan bahwa
seorang guru pendidikan agama kristen
perlu mengenal Yesus secara pribadi,
memiliki pengetahuan yang cukup tentang
iman Kristen dan hidupnya harus dijamah
oleh Roh Kudus agar dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan kehendak Tuhan.
Guru pendidikan agama Kristen juga harus
mempunyai pengalaman rohani dan sangat
perlu meneladani Yesus sebagai guru
agung, dan harus lahir baru, serta
mempunyai suatu tanggung jawab
terhadap tugasnya.
16
Karena kehidupan
seorang guru pendidikan agama Kristen
adalah pelajaran terbaik dan nyata bagi
peserta didik.
Pendidikan Karakter
Pada dunia pendidikan di sekolah,
pendidikan karakter merupakan suatu
usaha manusia yang sadar dan terencana
yang bertujuan untuk mendidik peserta
didik agar memilik moral yang baik.
Secara etimologis, kata karakter berarti
16
Alexander Eduard Thodorus de Walick
dan Peni Hestiningrum. "THE RATIONALITY OF
FAITH: The Study of Abraham's Faith in Hebrews
11: 17-19": 35-52.
tabiat, watak, sifaf-sifaf kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan orang lain.
17
Pendidikan
karakter berguna untuk membangun
karakter setiap individu agar dapat menjadi
individu yang bermanfaat bagi lingkungan
sekitarnya. Sistem pendidikan karakter
bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai
karakter pada setiap peserta didik yang
didalamnya terdapat beberapa komponen
pengetahuan, kemauan atau kesadaran dan
tindakan untuk melakukan hal-hal yang
bersifat positif.
Pendidikan karakter masih sangat
berhubungan erat dengan sistem
pendidikan moral yang bertujuan untuk
melatih dan membentuk kemampuan
setiap individu secara terus menerus
kearah hidup yang lebih baik. Pendidikan
karakter sangat penting karena karakter
akan menunjukkan siapa diri setiap
individu sebenarnya, karakter akan
menentukan bagaimana seseorang mem-
buat suatu keputusan. Karakter juga me-
nentukan sikap, perkataan, dan perbuatan
seseorang sehingga menjadi identitas yang
menyatu dan mempersonalisasi terhadap
dirinya, sehingga mudah membedakan
identitas yang lain.
Pendidikan adalah pembentukan
karakter, maka pendidikan sendiri harus
mempunyai karakter yang bertanggung
17
Syarbini, Pendidikan Karakter, (Jakarta:
Prima Pustaka, 2012), 13.
26
jawab. Jadi intinya seorang guru sebelum
mengajarkan atau menginternalisasikan
karakter kepada anak didiknya, harus
terlebih dahulu memancarkan karakter-
karakter mulia dari guru tersebut. Seorang
guru yang tidak memiliki karakter, tetapi
mengajarkan pendidikan karakter kepada
anak didiknya, maka guru akan mengalami
kegagagalan, oleh karena itu, guru terlebih
dahulu menguasai dan melengkapi diri
dengan karakter mulia agar bisa sukses
dalam mendidik peserta didik dengan baik,
karena tugas seorang guru bukan sekedar
memberikan pengetahuan, tetapi juga
menanamkan nilai-nilai yang di perlukan
anak didik untuk masa depan nya yang
lebih baik.
Tujuan Pendidikan Karakter
Di dunia pendidikan, pentingnya
pendidikan karakter memiliki manfaat
serta tujuan yang cukup mulia agar
senantiasa siap dalam merespon segala
dinamika kehidupan dengan penuh
tanggung jawab. sehingga tujuan pendi-
dikan karakter adalah:
a) Mendorong tercapainya keberhasilan
belajar peserta didik. Seorang guru
yang profesional harus mengetahui
tugasnya dalam mendidik peserta
didik. Seorang guru menghantar
peserta didik kepada tujuan mereka
atau dengan kata lain bahwa seorang
guru mengarahkan dan mempersiapkan
peserta didik tujuan yang mereka
inginkan yaitu mencapai tujuan
pembelajaran dan melihat sampai mana
keberhasilan peserta didik tersebut.
b) Mendewaskan peserta didik agar
memiliki kepekaan terhadap nilai-nilai
moral yang paripurna serta seimbang
antara kecerdasan intektual, emosional,
dan spritual. Bahwa guru bukan hanya
sebagai sekedar mentransfer
pengetahuan kepada peserta didik,
tetapi juga menyeimbangkan
pengetahuan dengan etikadan
afektifnya sehingga tidak terjadi
ketimpangan, peserta didik
berkembang secara kognitif tetapi juga
moral dan afektifnya.
18
Prinsip Pendidikan Karakter
Berbicara tentang pentingnya nilai
pendidikan karakter, maka perlu pedoman
untuk mengimplementasikannya agar
dapat mendapatkan hasil yang maksimal.
Pedoman yang dimaksud adalah prinsip-
prinsip pendidikan karakter yang akan
menjadi sebuah formulasi kolektif yang
saling berkaitan antara satu dengan yang
lainnya, sehingga menjadi satu kesatuan
yang terintegrasi secara utuh. Secara
sederhana prinsip adalah suatu penyataan
fundamental atau kebenaran umum
maupun individual yang di jadikan
18
Doni Koesoema, Pendidikan Karakter,
(Jakarta; Grasindo, 2007) 134.
27
seseorang atau kelompok sebagai pedoman
untuk berpikir dan bertindak.
Sebuah prinsip merupakan roh dari
sebuah perkembangan atau perubahan, dan
merupakan akumulasi dari pengalaman
ataupun pemaknaan oleh sebuah objek
atau subjek tertentu. Prinsip-prinsip
pendidikan berkarakter adalah sebagai
berikut:
19
1. Komunitas sekolah mengembang-kan
dan meningkatkan nilai-nilai inti etika
dan kinerja sebagai landasan karakter
yang baik.
2. Sekolah berusaha mendefinisikan
“karakter” secara komprehensif, di
dalamnya mencakup berpikir, merasa
dan melakukan.
3. Sekolah menggunakan pendekatan
yang komprehensif, intensif, dan pro-
aktif dalam pengembangan karakter.
4. Sekolah menciptakan sebuah komu-
nitas yang memiliki kepedulian tinggi
5. Sekolah mendorong kepemimpinan
bersama yang telah memberi dukungan
penuh terhadap gagasan pendidikan
karakter dalam jangka panjang.
19
Arbiomi, Pendidikan Karakter, (Jakarta;
BPK Gunung Mulia, 2010) 212-214; Sutrisno, Peni
Hestiningrum, Marthin Steven Lumingkewas,
Bobby Kurnia Putrawan. "Christian Religious
Education Toward The Teenagers Character
Building." Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan
Pembinaan Warga Jemaat 5, no.2 (2021): 202-212.
https://doi.org/10.46445/ejti.v5i2.330.
6. Sekolah melibatkan keluarga dan
anggota masyrakat sebagai mitra dalam
upaya pembangunan karakter.
KESIMPULAN
Guru pendidikan agama Kristen
adalah seorang guru yang harus memiliki
karakter yang baik. Dimana seorang guru
pendidikan agama Kristen harus mampu
menjadi teladan bagi semua orang
khususnya dalam lingkungan sekolah,
keluarga, masyarakat serta dalam
lingkungan gereja. Dalam lingkungan
sekolah seorang guru pendidikan agama
Kristen harus memiliki karakter yang baik
agar dapat menjadi contoh atau tiruan bagi
sesama guru dan peserta didik. Karakter
yang di tunjukan oleh seorang guru
pendidikan agama Kristen adalah memiliki
karakter Yesus Kristus. Dimana seorang
guru pendidikan agama Kristen tidak
hanya sekedar mentransfer atau mem-
berikan pengetahuan kepada peserta didik,
tetapi lebih bertanggung jawab terhadap
pertumbuhan rohani dan iman peserta
didik. Oleh sebab itu diperlukan seorang
guru pendidikan agama Kristen sebagai
pendidik yang bertanggung jawab dan
penuh dengan kasih.
Dalam menjalankan tugas sebagai
seorang guru pendidikan agama Kristen,
maka seorang guru harus mengenal dan
hidup di dalam firman Tuhan. Sangat tidak
mungkin seorang pendidik agama Kristen
28
mengajarkan firman dan kebenaran kepada
peserta didik tetapi tidak hidup dan
mengenal Yesus Kristus secara pribadi,
sehingga peserta didik dapat melihat
langsung dan meniru apa yang di lakukan
oleh guru. Untuk itu guru pendidikan
agama Kisten harus benar-benar menjadi
panutan peserta didik, dalam segala hal,
sehingga bagaimana sikap dan karakter
yang di miliki oleh peserta didik adalah
gambaran dari pribadi seorang pendidik
tersebut.
KEPUSTAKAAN
Arbiomi. “Pendidikan Karakter.” Jakarta;
BPK Gunung Mulia, 2010.
Bahapol, Edym dan Youke Singal.
“Mendidik Untuk Kehidupan
Berdasarkan Kompetensi Guru
Kristen Di Indonesia (Education For
Life Based On Christian Teacher
Competence In Indonesia)”.
QUAERENS: Journal of Theology
and Christianity Studies 2, no.1
(2020): 62-85.
https://doi.org/10.46362/quaerens.v2i
1.21.
Cahyo, Edo Dwi. “Pendidikan Karakter
Guna Menanggulangi Dekadensi
Moral Yang Terjadi Pada Siswa
Sekolah Dasar,” EduHumaniora:
Jurnal Pendidikan Dasar Kampus
Cibiru 9, no.1 (2017): 16–26.
de Walick, Alexander Eduard Thodorus
dan Peni Hestiningrum. "THE
RATIONALITY OF FAITH: The
Study of Abraham's Faith in
Hebrews 11: 17-19." MAHABBAH:
Journal of Religion and Education 2,
no.1 (2021): 35-52.
https://doi.org/10.47135/mahabbah.v
2i1.19.
Gultom, Andar. ”Profesionalisme, standart
kompetensi, dan pengembangan
profesi guru PAK.” Bandung; Bina
Media Informasi, 2007.
Homrighausen, E.G. dan I.H. Enklaar.
Pendidikan Agama Kristen. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2007.
Kalis, Stevanus dan Nathanail Sitepu.
“Strategi Pendidikan Kristen Dalam
Pembentukan Warga Gereja Yang
Unggul Dan Berkarakter
Berdasarkan Perspektif Kristiani,”
Sanctum Domine: Jurnal Teologi 10,
no.1 (2020): 49–66.
Koeseman, Doni. Pendidikan Karakter.
Jakarta: Grasindo, 2007.
Lambert, Vickie A. dan Clinton E.
Lambert. "Qualitative Descriptive
Research: An Acceptable Design."
Pasific Rim International Journal of
Nursing Research 16, no.4 (2012):
255-256. https://he02.tci-
thaijo.org/index.php/PRIJNR/article/
view/5805.
29
Manullang, Megawati. “Peranan Guru
Pendidikan Agama Kristen Dalam
Penginjilan.” Jurnal Christian
Humaniora 3, no. 1 (2019).
https://doi.org/10.46965/jch.v3i1.118
.
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional:
Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung: Rosda
Karya, 2010.
Nainggolan, John M. Menjadi Guru
Agama Kristen. Bandung: Generasi
Info Media, 2008.
Pangumbahas, Recky dan Oey Natanael
Winanto. 2021. “Membaca Kembali
Pandangan Moralitas Postmodernism
Untuk Konteks Pendidikan Kristen
(Re-Reading The Worldview Of
Postmodernism Morality For The
Context Of Christian Education)”.
QUAERENS: Journal of Theology
and Christianity Studies 3, no.1
(2021): 73-84.
https://doi.org/10.46362/quaerens.v3i
1.33.
Serrano, Janse Belandina. Profesionalisme
Guru dan Bingkai Materi Pendidikan
Agama Kristen SD, SMP, SMA
Bandung: Bina Media Informasi,
2005.
Suryosubroto, B. Proses Belajar Mengajar
di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta,
2009.
Slameto. Belajar & faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta, 2010.
Sirait, Eduard Jannes. “Misi Pendidikan
Agama Kristen dan Problem
Moralitas Anak.” Regular Fidei:
Jurnal Pendidikan Agama Kristen 1,
no.1 (2016): 33-62.
http://christianeducation.id/e-
journal/index.php/regulafidei/article/
view/2.
Simorangkir, Nisma. ”Peran Guru
Pendidikan Agama Kristen Dalam
Pembentukan Karakter Anak Didik
Melalui Proses Pembelajaran.”
Jurnal Saintech 5, no.1 (2013): 39
– 44.
http://docplayer.info/docview/52/2
9717440.
Sugiyono. Metode Penetian Kombinasi.
Bandung: Alfabeta, 2011.
Sinaga Anita Niru. “Kode Etik sebagai
Pelaksanaan Profesi Hukum yang
Baik.” Jurnal Ilmiah Hukum 10,
no.2 (2020): 1-34.
https://doi.org/10.35968/jh.v10i2.4
60.
Syarbini, Amirulloh. Pendidikan Karakter.
Jakarta: Prima Pustaka, 2012.