ArticlePDF Available

PEMBINAAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM PENDIDIKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI SEKOLAH

Authors:

Abstract

Teacher character is an important part that cannot be separated from the lives of students. Therefore, the need for good teacher characteristics is very important to forming good and commendable students. It should be realized that most students currently experience character crisis problems, whereas peseta students are not controlled by the influence of the development of science and technology. Seeing this, this study aims to explain the development of the Christian religious education teacher to the formation of the character of the club to recognize the Christ Jesus in accordance with the teachings of the Bible. The method used in this study is a descriptive qualitative research method. The results of this study show that Christian education teachers have the role of transferring knowledge and character to students, thus having an impact on the growth of students' faith. Karakter guru merupakan bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan peserta didik. Oleh karena itu perlunya karakter guru yang baik sangat berperan penting untuk membentuk karakter peserta didik yang baik dan terpuji. Perlu disadari bahwa saat ini sebagian besar peserta didik mengalami masalah krisis karakter, di mana peseta didik tidak terkontrol oleh pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melihat hal ini, penelitian ini bertujuan menjelaskan pembinaan guru Pendidikan Agama Kristen terhadap pembentukan karakter perserta didik untuk mengenal Kristus Yesus secara benar sesuai dengan ajaran Alkitab. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitaif deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah guru Pendidikan Agama Kristen memiliki peran mentransfer pengetahuan dan karakter kepada peserta didik, sehingga memiliki dampak pada pertumbuhan iman peserta didik.
17
PEMBINAAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
DALAM PENDIDIKAN KARAKTER PESERTA DIDIK
DI SEKOLAH
Ella Tesalonika Mbeo,1 Andreas Bayu Krisdiantoro2
12Sekolah Tinggi Teologi Moriah, Tangerang, Indonesia
Email: abkrisdiantoro@gmail.com2
Submitted: 18 Februari 2021 Revision: 27 September 2021 Accepted: 18 Desember 2021
Abstract
Teacher character is an important part that cannot be separated from the lives of students. Therefore,
the need for good teacher characteristics is very important to forming good and commendable
students. It should be realized that most students currently experience character crisis problems,
whereas peseta students are not controlled by the influence of the development of science and
technology. Seeing this, this study aims to explain the development of the Christian religious
education teacher to the formation of the character of the club to recognize the Christ Jesus in
accordance with the teachings of the Bible. The method used in this study is a descriptive qualitative
research method. The results of this study show that Christian education teachers have the role of
transferring knowledge and character to students, thus having an impact on the growth of students'
faith.
Keywords: teacher character, christian religious education, student character, faith
Abstrak
Karakter guru merupakan bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan peserta
didik. Oleh karena itu perlunya karakter guru yang baik sangat berperan penting untuk
membentuk karakter peserta didik yang baik dan terpuji. Perlu disadari bahwa saat ini
sebagian besar peserta didik mengalami masalah krisis karakter, di mana peseta didik tidak
terkontrol oleh pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melihat hal ini,
penelitian ini bertujuan menjelaskan pembinaan guru Pendidikan Agama Kristen terhadap
pembentukan karakter perserta didik untuk mengenal Kristus Yesus secara benar sesuai
dengan ajaran Alkitab. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian
kualitaif deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah guru Pendidikan Agama Kristen memiliki
peran mentransfer pengetahuan dan karakter kepada peserta didik, sehingga memiliki dampak
pada pertumbuhan iman peserta didik.
Kata Kunci: karakter guru, pendidikan agama kristen, karakter peserta didik, iman
Didache: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen by https://jurnal.moriah.ac.id/index.php/didache/ is
licensed under a Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Didache: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
Volume 3 Nomor 1 (Desember 2021): 17-29
DOI: 10.55076/didache.v3i1.46
18
PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan, peran
seorang guru sangat di butuhkan, terutama
di sekolah dasar, dimana peserta didik
masih terus mengalami pertumbuhan baik
dalam konteks iman maupun mental. Di
sekolah dasar pondasi keimanan dan
mental harus di bentuk secara serius
karena ini adalah kunci keberhasilah
pembentukan karakter peserta didik di
jenjang Pendidikan berikutnya. Begitu
juga dengan peran guru Agama Kristen
dalam membentuk karakter peserta didik
harus sungguh mendapat perhatian serius.
Keseriusan ini perlu di perhatikan karena
saat ini banyak problematika yang muncul
yang berhubungan erat dengan tingkat
moralitas masyarakat, dan dunia
Pendidikan sebagai salah satu penyumbang
dari problematika tersebut seperti
pencurian, bullying, percabulan, bahkan
sampai tindak kekerasan yang
mengakibatkan kematian.
1
Tantangan lain dari peran guru
agama Kristen adalah pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat pesat. Dengan
kemajuan yang pesat ini maka tidak dapat
dielakkan lagi akan berdampak kepada
1
Edo Dwi Cahyo, “Pendidikan Karakter
Guna Menanggulangi Dekadensi Moral Yang
Terjadi Pada Siswa Sekolah Dasar,”
EduHumaniora | Jurnal Pendidikan Dasar Kampus
Cibiru 9, no. 1 (2017): 1626
perubahan paradigma dalam masyarakat.
Informasi yang mudah didapat serta
kemudahan-kemudahan mengunduh semua
informasi dari belahan dunia manapun
akan juga menjadi tantangan tersendiri
yang akan mempengaruhi karakter peserta
didik menjadi sampingan dan tidak
menjadi perhatian atau fokus utama.
Pendapat lain dari Stevanus dan Sitepu
mengatakan, bahwa dengan mempunyai
karakter Kristiani yang kuat tantangan
perkembangan zaman seperti media sosial
bukan lagi ancaman melainkan menjadi
kesempatan yang bagus sebagai sarana
dalam belajar mengembangkan sikap
karakter yang mulia seperti penguasaan
diri, toleransi, empati, suka menolong,
terbuka, dan sebagainya.
2
Maksudnya ialah
bagaimanapun tantangan yang ada
haruslah dijadikan sebagai pemacu
semangat produktif agar tujuan
pengembangan karakter berjalan semakin
baik di tengah tantangan jaman yang tidak
semakin baik. Meskipun tantangan
sangatlah berat namun, guru sebagai
pribadi yang menjadi teladan diharuskan
serta dituntut memiliki karakter dan ciri
prilaku hidup yang baik, karena guru
2
Kalis Stevanus and Nathanail Sitepu,
“Strategi Pendidikan Kristen Dalam Pembentukan
Warga Gereja Yang Unggul Dan Berkarakter
Berdasarkan Perspektif Kristiani,” Sanctum
Domine: Jurnal Teologi 10, no. 1 (2020): 4966.
19
memang harus menjadi teladan dan saksi
bagi para muridnya.
3
Secara umum guru adalah orang
yang mengajar peserta didik, membimbing
peserta didik dan memberikan pelajaran
kepada peserta didik. Ada juga Beberapa
peranan guru yang lain yaitu guru sebagai
ahli, guru sebagai pengawas, guru sebagai
penghubung kemasyarakatan, guru sebagai
pendorong.
4
Sehingga, guru mempunyai
tanggung jawab untuk melihat segala
sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk
membantu proses perkembangan peserta
didik. Tetapi harus disadari guru hanya
merupakan salah satu di antara berbagai
sumber dan media belajar oleh karena itu
guru hendaknya mampu membantu setiap
peserta didik untuk secara efektif dapat
mempergunakan berbagai kesempatan
belajar dan berbagai sumber media
belajar.
5
Jika demikian guru merupakan
faktor penting dalam menyukseskan
kegiatan belajar mengajar. Guru juga harus
menjadi promotor dalam membangun
manusia indonesia seutuhnya untuk
mendorong cita-cita bangsa indonesia
secara nasional dan pembentukan karakter
3
Megawati Manullang, “Peranan guru
pendidikan agama Kristen dalam Penginjilan,”
Jhc: Jurnal Christian Humaniora 3, no. 1 (2019)
3036
4
B. Suryosubroto, Proses belajar
mengajar di sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009)
170-171.
5
Slameto, Belajar & faktor-faktor yang
mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
98-99.
peserta didik secara khusus. Anak didik
yang berkarakter akan dapat meningkatkan
derajat dan martabat bangsa.
6
Bagaimana dengan guru Pendidikan
agama Kristen? Guru pendidikan agama
kristen adalah guru dalam perspektif
Kristen. Guru pendidikan agama Kristen
ialah guru yang memberi pengajaran yang
berkaitan dengan iman kristen. Dengan
kata lain, guru pendidikan agama Kristen
haruslah mengenal dan meneladani Yesus
Kristus sebagai guru besarnya karena
disanalah letak dari iman Kristen. Guru
pendidikan agama Kristen adalah guru
yang dipanggil oleh Tuhan dengan tugas
mulia yaitu untuk menjadikan bangsa
murid-Nya. Memuridkan dengan menga-
jar, mendidik dan membawa perubahan
kepada peserta didik, membaut orang
berubah tidaklah mudah oleh karena itu
guru agama Kristen ialah pribadi yang
rendah hati meminta pertolongan kuasa
Roh Kudus. Bagaimana caranya rendah
hati? Guru pendidikan agama Kristen
harus membangun hubungan yang sangat
intim dengan Tuhan Yesus agar kuasa dan
urapan Allah mengalir dalam proses
pembelajaran yang dilakukannya.
Pada dasarnya menjadi seorang
guru agama Kristen tidaklah mudah.
Sebagai seorang guru agama Kristen harus
6
Nisma Simorangkir. Peran Guru
Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan
Karakter Anak Didik Melalui Proses
Pembelajaran.“ Jurnal Saintech (2013), 5.
20
mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk
menjadi seorang pendidik yang dapat di
teladani peserta didik. Dengan keteladanan
maka pendidikan agama Kristen dapat
menumbuhkan iman dan karakter peserta
didik. Buan sebaliknya justru guru agama
Kristen menjadi penghambat pertumbuhan
iman dan karakter dari peserta didika
karena ketidak adanya keteladanan. Seperti
ketika seorang guru melakukan tindakan
kekerasan kepada peserta didik sehingga
mengakibatkan moralitas dan mental dari
peserta didik terbunuh secara perlahan.
Permasaahan dalam dunia pendidikan
harus diakui bahwa hal tersebut tidak akan
pernah ada habisnya, sehingga membuat
para ahli mengupayakan suasana
pendidikan yang lebih baik. Maksud dari
pendidikan itu sendiri ialah untuk
membantu peserta didik dalam
pembentukan karakteristik yang akan
menjadi landasan dalam bersikap,
menyusun strategi, metode dan teknik.
7
Sehingga guru agama Kristen harus
menghidupi misi pendidikan Kristen itu
sendiri.
7
Vickie A. Lambert dan Clinton E.
Lambert. "Qualitative Descriptive Research: An
Acceptable Design." Pasific Rim International
Journal of Nursing Research 16, no.4 (2012): 255-
256. https://he02.tci-
thaijo.org/index.php/PRIJNR/article/view/5805;
Jannes Eduard Sirait, dkk, “Misi Pendidikan
Agama Kristen dan Problem Moralitas Anak,”
(Regular Fidei: Jurnal Pendidikan Agama Kristen,
vol 1, no 1 2016): 116.
Seorang guru agama Kristen yang
mengajar bisa menolong para perserta
didiknya untuk mengenal Sang Pencipta
(Allah), tidak hanya sebatas itu, guru akan
membantu agar perserta didik memiliki
karakter serupa dan segambar dengan
Tuhan Yesus. Guru pendidikan agama
kristen dimampukan menjadi teladan
karena telah mengalami lahir baru dan
dituntun oleh Roh Kudus sehingga guru
pendidikan agama kristen memiliki
peranan yang besar untuk membentuk
karakter peserta didik yang benar dan
mengarahkan peserta didik untuk mengerti
tujuan hidup sesungguhnya. Sikap dan
perilaku guru menjadi model dan teladan
bagi peserta didik untuk berperilaku,
sehingga guru seharusnya memiliki
karakter, etika dan moral yang baik dan
benar. Mengajar bukan hanya sekedar
keterampilan dan pemberian informasi
ilmu pengetahuan pada peserta didik,
tetapi mengajar lebih dari sekadar itu yaitu
pembentukan karakter. Apakah kemeroso-
tan karakter dalam pendidikan dapat
diperbaiki? Guru memegang peran penting
dan harus tampil menjadi figur yang
mampu memberikan contoh yang baik
bagi peserta didiknya. Guru mempunyai
tanggung jawab untuk melihat segala
sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk
membantu proses perkembangan anak
21
didik.
8
Seperti peribahasa “Guru kencing
berdiri, murid kencing berlari”, itu adalah
pepatah yang disampaikan betapa seorang
guru bisa menjadikan anak didiknya
memiliki karakter baik atau buruk.
Pada metode penelitian yang akan
digunakan adalah metode penelitian
kualitatif deskriptif. Ada pun metode
penelitian kualitatif deskripti ini bersifat
penelitian kepustakaan (library research),
yaitu dengan mengumpulkan data-data
yang berhubungan dengan tema yang
dibahas. Tujuan dari studi deskriptif
kualitatif adalah ringkasan komprehensif,
dalam persyaratan sehari-hari, dari
peristiwa tertentu yang dialami oleh
individu atau kelompok individu. Untuk
beberapa peneliti, kategori desain kualitatif
seperti itu tidak ada. Sayangnya, ini telah
memaksa peneliti lain, terutama pemula
dengan metode penelitian kualitatif, untuk
merasa mereka harus mempertahankan
pendekatan penelitian mereka dengan
memberikannya 'kredibilitas epistemo-
logis.' Ini telah menyebabkan pelabelan
banyak studi penelitian sebagai
fenomenologi, teori grounded, atau
etnografi, padahal sebenarnya studi ini
8
Recky Pangumbahas dan Oey Natanael
Winanto. 2021. “Membaca Kembali Pandangan
Moralitas Postmodernism Untuk Konteks
Pendidikan Kristen (Re-Reading The Worldview
Of Postmodernism Morality For The Context Of
Christian Education)”. QUAERENS: Journal of
Theology and Christianity Studies 3, no.1 (2021):
73-84. https://doi.org/10.46362/quaerens.v3i1.33.
gagal memenuhi persyaratan pendekatan
kualitatif tersebut. Sumber primer seperti
buku, jurnal ilmiah, dan lain-lain
digunakan untuk membangun konsep
tentang pembinaan guru pendidikan agama
Kristen dalam pendidikan karakter peserta
didik di sekolah sebagai model
pembelajaran alternatif di era digital.
9
Konsep-konsep dianalisis dengan cara
mencermati keterkaitan, kesamaan, dan
kesesuaian dengan topik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Guru Pendidikan Agama Kristen
Guru merupakan tenaga pendidik
yang pekerjaan utamanya mengajar,
mengarahkan, membimbing, dan
menstransferkan ilmu, kepada peserta
didik. Guru memiliki peranan yang unik
dan sangat komplek, selain sebagai
pengajar guru sekaligus sebagai
pembimbing yang memberikan pengara-
han dan menuntun peserta didik ke cita-
cita dan kepada kebaikan. Dalam sejarah
pendidik-an, guru merupakan sosok
teladan bagi peserta didik. Dengan
demikian guru harus memiliki strategi atau
cara yang baik dalam mengajar Menurut
Mulyasa guru adalah pendidik yang
menjadi tokoh, panutan dan identifikasi
para peserta didik dan lingkungannya.
Karena itulah harus memiliki standar
9
Sugiyono, Metode Penetian Kombinasi
(Bandung: Alfabeta, 2011) 339-343
22
kualitas pribadi tertentu yang mencakup
tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan
disiplin
10
. Guru Pendidikan agama kristen
adalah seseorang yang melaksanakan tugas
mengajar dan mendidik di bidang
Pendidikan agama kisten dengan
mengandalkan kemampuan dan karakter
yang tinggi dan mengacu pada sosok
Yesus sebagai guru agung.
11
Guru
pendidikan agama kristen merupakan guru
yang memberi pengajaran yang berkaitan
dengan iman Kristen, serta yang
mempercayai Yesus Kristus dan
meneladani-Nya sebagi pengajar dan
berlandaskan kepada Kitab Suci, dan
seorang guru agama Kristen haruslah
mengetahi dan hidup sesuai dengan firman
Tuhan, karena tujuan pendidikan agama
Kristen berbeda dengan pelajaran umum
lainnya yaitu:
1. Memimpin murid selangkah demi
selangkah kepada pengenalan yang
sempurna akan Allah dan Alkitab.
2. Membimbing murid dengan cara
menggunakan kebenaran-kebenaran
asasi Alkitab untuk keselamatan hidup
3. Mendorong mereka mempraktekkan
asas-asas dasar Alkitab itu, supaya
membina suatu perangkai Kristen yang
klukuh.
10
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional
(Bandung: PT Rosda Karya, 2006), 37
11
Belandina, Profesionalisme guru dan
bingkai materi pendidikan agama kristen SD, SMP,
SMA, (Bandung: bina media informasi, 2005) 53
4. Meyakinkannya supaya mengakui
bahwa kebenaran-kebenaran dan asas-
asas itu menunjukkan jalan untuk
pemecahan masalah-masalah
kesusilaan, sosial dan politik.
12
Seperti yang tertulis dalam Amsal
22:6 dikatakan bahwa: “Didiklah orang
muda menurut jalan yang patut baginya,
maka pada masa tuanya pun ia tidak
menyimpang daripada jalan itu.” Dari
pengertian di atas maka penulis
menyimpulkan bahwa guru pendidikan
agama Kristen adalah seorang guru yang
mengajar di bidang pendidikan agama
kristen dimana pengajarannya berkaitan
dengan iman Kristen, mempercayai Yesus
di dalam hidupnya, meneladani sikap
Tuhan Yesus, pengajarannya berlandaskan
kitab suci, serta menyadari bahwa peserta
didik adalah manusia yang berharga di
mata Tuhan.
Syarat-syarat Guru Pendidikan Agama
Kristen
Untuk menjadi seorang guru pendidi-
kan agama Kristen, tentunya ada syarat
dan ketentuanyang harus di penuhi agar
guru pendidikan agama Kristen dapat
12
Nainggolan, Menjadi Guru Agama
Kristen, (Bandung: Generasi Info Media, 2008),
23; Alexander Eduard Thodorus de Walick dan
Peni Hestiningrum. "THE RATIONALITY OF
FAITH: The Study of Abraham's Faith in Hebrews
11: 17-19." MAHABBAH: Journal of Religion and
Education 2, no.1 (2021): 35-52.
https://doi.org/10.47135/mahabbah.v2i1.19.
23
bertumbuh menjadi guru yang baik.
Seorang guru pendidikan agama Kristen
harus memiliki beberapa syarat yaitu:
1. Seorang guru pendidikan agama
Kristen harus mempunyai pengalaman
rohani, dimana ia sendiri perlu
mengenal Tuhan Yesus, serta batinnya
harus dijamah dan diterangi oleh hoh
kudus.
2. Seorang guru harus mempunyai hasrat
sejati untuk menyampaikan injil
kepada sesamanya manusia, yang
memiliki dorongan yang kuat untuk
mengantar orang lain kepada Yesus
Kristus.
3. Seorang guru pendidikan agama
kristen perlu mengetahui bagaimana
iman bertumbuh dalam batin manusia
dan bagaimana iman itu berkembang
dalam seluruh hidup orang percaya
4. Seorang guru pendidikan agama
Kristen harus menunjukan kesetiaan
yang sungguh kepada gerejanya,
dimana ia sendiri harus rajin
mengambil bagian dari kebaktian dan
pekerjaan gereja umumnya, dan jangan
hanya menaruh minat kepada tugasnya
saja.
5. Seorang guru pendidikan agama
Kristen harus mempunyai pribadi yang
jujur dan tinggi mutunya.
13
13
Homrighausen, Pendidikan Agama
Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007) 165
Syarat menjadi guru pendidikan agama
Kristen:
1. Lahir Baru, seseorang yang lahir baru
di sini di maksudkan adalah seseorang
yang sudah percaya kepada Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat
pribadi. Seorang guru agama Kristen
haruslah seseorang yang sudah
mengalami diperanakkan pula
(dilahirkan kembali) ini menjadi faktor
pertama yang terpenting.
2. Memiliki Karakter Kristus, Seorang
guru Kristen harus memiliki karakter
Kristus, yaitu karaker yang baik dan
patut diteladani. Pembentukan karakter
Kristen membutuhkan kasih yang
sunguh-sungguh, keadilan yang tegas,
bijaksana untuk mengatur keduanya,
dan kebajikan serta keberanian untuk
meneruskan seluruh hidupnya.
Berdasarkan kasih kepada Kristus
maka seorang guru pendidikan agama
kristen memiliki karakter Kristus
dalam dirinya karena dia akan rela
untuk menjalani proses pembentukan
demi pembentukan untuk suatu
perubahan karakter yang berkenan
kepada Allah.
3. Memiliki pengetahuan akan kebenaran,
seorang guru harus mempunyai
pengetahuan akan kebenaran dan
segala sesuatu yang diperlukan untuk
menjadi bahan pendidikan yang cukup
dan tepat. Pengetahuan akan kebenaran
24
di sini adalah kebenaran akan firman
Tuhan, sehingga dalam penyampaian
materi kepada murid-murid tidak
menyimpang dari kebenaran firman
Tuhan.
4. Harus memiliki suatu perasaan
tanggung jawab, tanggung jawab ini
merupakan suatu teladan yang dapat
diberikan kepada murid-murid agar
mereka juga dapat belajar bertanggung
jawab atas segala kebenaran yang
sudah didapatkan dari guru pendidikan
agama Kristen
5. Guru pendidikan agama Kristen yang
profesional, guru profesional adalah
pribadi yang mampu melihat dirinya
sebagai orang-orang terlatih,
mengutamakan keutamaan orang lain,
dan taat pada etika kerja, serta selalu
siap menempatkan diri dalam
memenuhi kebutuhan peserta didiknya
terlebih dahulu.
14
Seorang guru agama Kristen harus
mendidik para peserta didik dan
menghantarkan mereka kepada tujuan dan
tidak bertentangan kepada kebenaran
firman Tuhan. Namun di samping itu juga
seorang pendidik kristen harus mempunyai
sikap nasionalisme yang tinggi dan berjiwa
pancasila. Oleh sebab itu seorang pendidik
agama Kristen harus berpedoman kepada
14
Nainggolan, Menjadi Guru Agama
Kristen, (Bandung: Generasi Info Media, 2008) 24-
25;
dasar-dasar atau kode etik guru pendidikan
agama Kristen yang ada. Dasar-dasar atau
kode etik
15
yang di maksud adalah sebagai
berikut:
Guru Pendidikan agama Kristen
memiliki ketaatan dan kesetiaan
kepada Tuhan Yesus Kristus.
Guru pendidikan agama Kristen
memiliki ketaatan dan otoritas firman
Tuhan.
Guru pendidikan agama Kristen
berbakti untuk membimbing peserta
didik menjadi manusia Indonesia
seutuhnya yang taat dan takut kepada
Tuhan dan berjiwa Pancasila.
Guru pendidikan agama Kristen
memiliki dan melaksanakan kejujuran
profesionalitas.
Guru pendidikan agama Kristen
berusaha memperoleh informasi
tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
Guru pendidikan agama Kristen secara
pribadi dan bersama-sama mengem-
bangkan dan meningkatan mutu dan
martabat profesionya.
15
Niru Anita Sinaga, Kode Etik sebagai
Pelaksanaan Profesi Hukum yang Baik. Jurnal
Ilmiah hukum Dirgantara 10. no.2 (2020);
Bahapol, Edym dan Youke Singal. “Mendidik
Untuk Kehidupan Berdasarkan Kompetensi Guru
Kristen Di Indonesia (Education For Life Based On
Christian Teacher Competence In Indonesia)”.
QUAERENS: Journal of Theology and Christianity
Studies 2, no.1 (2020): 62-85.
https://doi.org/10.46362/quaerens.v2i1.21; Andar
Gultom, Profesionalisme, standart kompetensi, dan
pengembangan profesi guru PAK, (Bandung; Bina
Media Informasi, 2007), 59-60.
25
Guru pendidikan agama Kristen turut
melaksanakan kebijakan pemerintah
dalam bidang pendidikan.
Guru pendidikan agama Kristen dapat
menunjukan keteladanan dan seluruh
aspek kehidupan.
Berdasarkan pendapat para ahli di
atas, maka penulis meyimpulkan bahwa
seorang guru pendidikan agama kristen
perlu mengenal Yesus secara pribadi,
memiliki pengetahuan yang cukup tentang
iman Kristen dan hidupnya harus dijamah
oleh Roh Kudus agar dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan kehendak Tuhan.
Guru pendidikan agama Kristen juga harus
mempunyai pengalaman rohani dan sangat
perlu meneladani Yesus sebagai guru
agung, dan harus lahir baru, serta
mempunyai suatu tanggung jawab
terhadap tugasnya.
16
Karena kehidupan
seorang guru pendidikan agama Kristen
adalah pelajaran terbaik dan nyata bagi
peserta didik.
Pendidikan Karakter
Pada dunia pendidikan di sekolah,
pendidikan karakter merupakan suatu
usaha manusia yang sadar dan terencana
yang bertujuan untuk mendidik peserta
didik agar memilik moral yang baik.
Secara etimologis, kata karakter berarti
16
Alexander Eduard Thodorus de Walick
dan Peni Hestiningrum. "THE RATIONALITY OF
FAITH: The Study of Abraham's Faith in Hebrews
11: 17-19": 35-52.
tabiat, watak, sifaf-sifaf kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan orang lain.
17
Pendidikan
karakter berguna untuk membangun
karakter setiap individu agar dapat menjadi
individu yang bermanfaat bagi lingkungan
sekitarnya. Sistem pendidikan karakter
bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai
karakter pada setiap peserta didik yang
didalamnya terdapat beberapa komponen
pengetahuan, kemauan atau kesadaran dan
tindakan untuk melakukan hal-hal yang
bersifat positif.
Pendidikan karakter masih sangat
berhubungan erat dengan sistem
pendidikan moral yang bertujuan untuk
melatih dan membentuk kemampuan
setiap individu secara terus menerus
kearah hidup yang lebih baik. Pendidikan
karakter sangat penting karena karakter
akan menunjukkan siapa diri setiap
individu sebenarnya, karakter akan
menentukan bagaimana seseorang mem-
buat suatu keputusan. Karakter juga me-
nentukan sikap, perkataan, dan perbuatan
seseorang sehingga menjadi identitas yang
menyatu dan mempersonalisasi terhadap
dirinya, sehingga mudah membedakan
identitas yang lain.
Pendidikan adalah pembentukan
karakter, maka pendidikan sendiri harus
mempunyai karakter yang bertanggung
17
Syarbini, Pendidikan Karakter, (Jakarta:
Prima Pustaka, 2012), 13.
26
jawab. Jadi intinya seorang guru sebelum
mengajarkan atau menginternalisasikan
karakter kepada anak didiknya, harus
terlebih dahulu memancarkan karakter-
karakter mulia dari guru tersebut. Seorang
guru yang tidak memiliki karakter, tetapi
mengajarkan pendidikan karakter kepada
anak didiknya, maka guru akan mengalami
kegagagalan, oleh karena itu, guru terlebih
dahulu menguasai dan melengkapi diri
dengan karakter mulia agar bisa sukses
dalam mendidik peserta didik dengan baik,
karena tugas seorang guru bukan sekedar
memberikan pengetahuan, tetapi juga
menanamkan nilai-nilai yang di perlukan
anak didik untuk masa depan nya yang
lebih baik.
Tujuan Pendidikan Karakter
Di dunia pendidikan, pentingnya
pendidikan karakter memiliki manfaat
serta tujuan yang cukup mulia agar
senantiasa siap dalam merespon segala
dinamika kehidupan dengan penuh
tanggung jawab. sehingga tujuan pendi-
dikan karakter adalah:
a) Mendorong tercapainya keberhasilan
belajar peserta didik. Seorang guru
yang profesional harus mengetahui
tugasnya dalam mendidik peserta
didik. Seorang guru menghantar
peserta didik kepada tujuan mereka
atau dengan kata lain bahwa seorang
guru mengarahkan dan mempersiapkan
peserta didik tujuan yang mereka
inginkan yaitu mencapai tujuan
pembelajaran dan melihat sampai mana
keberhasilan peserta didik tersebut.
b) Mendewaskan peserta didik agar
memiliki kepekaan terhadap nilai-nilai
moral yang paripurna serta seimbang
antara kecerdasan intektual, emosional,
dan spritual. Bahwa guru bukan hanya
sebagai sekedar mentransfer
pengetahuan kepada peserta didik,
tetapi juga menyeimbangkan
pengetahuan dengan etikadan
afektifnya sehingga tidak terjadi
ketimpangan, peserta didik
berkembang secara kognitif tetapi juga
moral dan afektifnya.
18
Prinsip Pendidikan Karakter
Berbicara tentang pentingnya nilai
pendidikan karakter, maka perlu pedoman
untuk mengimplementasikannya agar
dapat mendapatkan hasil yang maksimal.
Pedoman yang dimaksud adalah prinsip-
prinsip pendidikan karakter yang akan
menjadi sebuah formulasi kolektif yang
saling berkaitan antara satu dengan yang
lainnya, sehingga menjadi satu kesatuan
yang terintegrasi secara utuh. Secara
sederhana prinsip adalah suatu penyataan
fundamental atau kebenaran umum
maupun individual yang di jadikan
18
Doni Koesoema, Pendidikan Karakter,
(Jakarta; Grasindo, 2007) 134.
27
seseorang atau kelompok sebagai pedoman
untuk berpikir dan bertindak.
Sebuah prinsip merupakan roh dari
sebuah perkembangan atau perubahan, dan
merupakan akumulasi dari pengalaman
ataupun pemaknaan oleh sebuah objek
atau subjek tertentu. Prinsip-prinsip
pendidikan berkarakter adalah sebagai
berikut:
19
1. Komunitas sekolah mengembang-kan
dan meningkatkan nilai-nilai inti etika
dan kinerja sebagai landasan karakter
yang baik.
2. Sekolah berusaha mendefinisikan
“karakter” secara komprehensif, di
dalamnya mencakup berpikir, merasa
dan melakukan.
3. Sekolah menggunakan pendekatan
yang komprehensif, intensif, dan pro-
aktif dalam pengembangan karakter.
4. Sekolah menciptakan sebuah komu-
nitas yang memiliki kepedulian tinggi
5. Sekolah mendorong kepemimpinan
bersama yang telah memberi dukungan
penuh terhadap gagasan pendidikan
karakter dalam jangka panjang.
19
Arbiomi, Pendidikan Karakter, (Jakarta;
BPK Gunung Mulia, 2010) 212-214; Sutrisno, Peni
Hestiningrum, Marthin Steven Lumingkewas,
Bobby Kurnia Putrawan. "Christian Religious
Education Toward The Teenagers Character
Building." Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan
Pembinaan Warga Jemaat 5, no.2 (2021): 202-212.
https://doi.org/10.46445/ejti.v5i2.330.
6. Sekolah melibatkan keluarga dan
anggota masyrakat sebagai mitra dalam
upaya pembangunan karakter.
KESIMPULAN
Guru pendidikan agama Kristen
adalah seorang guru yang harus memiliki
karakter yang baik. Dimana seorang guru
pendidikan agama Kristen harus mampu
menjadi teladan bagi semua orang
khususnya dalam lingkungan sekolah,
keluarga, masyarakat serta dalam
lingkungan gereja. Dalam lingkungan
sekolah seorang guru pendidikan agama
Kristen harus memiliki karakter yang baik
agar dapat menjadi contoh atau tiruan bagi
sesama guru dan peserta didik. Karakter
yang di tunjukan oleh seorang guru
pendidikan agama Kristen adalah memiliki
karakter Yesus Kristus. Dimana seorang
guru pendidikan agama Kristen tidak
hanya sekedar mentransfer atau mem-
berikan pengetahuan kepada peserta didik,
tetapi lebih bertanggung jawab terhadap
pertumbuhan rohani dan iman peserta
didik. Oleh sebab itu diperlukan seorang
guru pendidikan agama Kristen sebagai
pendidik yang bertanggung jawab dan
penuh dengan kasih.
Dalam menjalankan tugas sebagai
seorang guru pendidikan agama Kristen,
maka seorang guru harus mengenal dan
hidup di dalam firman Tuhan. Sangat tidak
mungkin seorang pendidik agama Kristen
28
mengajarkan firman dan kebenaran kepada
peserta didik tetapi tidak hidup dan
mengenal Yesus Kristus secara pribadi,
sehingga peserta didik dapat melihat
langsung dan meniru apa yang di lakukan
oleh guru. Untuk itu guru pendidikan
agama Kisten harus benar-benar menjadi
panutan peserta didik, dalam segala hal,
sehingga bagaimana sikap dan karakter
yang di miliki oleh peserta didik adalah
gambaran dari pribadi seorang pendidik
tersebut.
KEPUSTAKAAN
Arbiomi. “Pendidikan Karakter.” Jakarta;
BPK Gunung Mulia, 2010.
Bahapol, Edym dan Youke Singal.
“Mendidik Untuk Kehidupan
Berdasarkan Kompetensi Guru
Kristen Di Indonesia (Education For
Life Based On Christian Teacher
Competence In Indonesia)”.
QUAERENS: Journal of Theology
and Christianity Studies 2, no.1
(2020): 62-85.
https://doi.org/10.46362/quaerens.v2i
1.21.
Cahyo, Edo Dwi. Pendidikan Karakter
Guna Menanggulangi Dekadensi
Moral Yang Terjadi Pada Siswa
Sekolah Dasar,” EduHumaniora:
Jurnal Pendidikan Dasar Kampus
Cibiru 9, no.1 (2017): 1626.
de Walick, Alexander Eduard Thodorus
dan Peni Hestiningrum. "THE
RATIONALITY OF FAITH: The
Study of Abraham's Faith in
Hebrews 11: 17-19." MAHABBAH:
Journal of Religion and Education 2,
no.1 (2021): 35-52.
https://doi.org/10.47135/mahabbah.v
2i1.19.
Gultom, Andar. ”Profesionalisme, standart
kompetensi, dan pengembangan
profesi guru PAK. Bandung; Bina
Media Informasi, 2007.
Homrighausen, E.G. dan I.H. Enklaar.
Pendidikan Agama Kristen. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2007.
Kalis, Stevanus dan Nathanail Sitepu.
Strategi Pendidikan Kristen Dalam
Pembentukan Warga Gereja Yang
Unggul Dan Berkarakter
Berdasarkan Perspektif Kristiani,”
Sanctum Domine: Jurnal Teologi 10,
no.1 (2020): 4966.
Koeseman, Doni. Pendidikan Karakter.
Jakarta: Grasindo, 2007.
Lambert, Vickie A. dan Clinton E.
Lambert. "Qualitative Descriptive
Research: An Acceptable Design."
Pasific Rim International Journal of
Nursing Research 16, no.4 (2012):
255-256. https://he02.tci-
thaijo.org/index.php/PRIJNR/article/
view/5805.
29
Manullang, Megawati. Peranan Guru
Pendidikan Agama Kristen Dalam
Penginjilan.Jurnal Christian
Humaniora 3, no. 1 (2019).
https://doi.org/10.46965/jch.v3i1.118
.
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional:
Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung: Rosda
Karya, 2010.
Nainggolan, John M. Menjadi Guru
Agama Kristen. Bandung: Generasi
Info Media, 2008.
Pangumbahas, Recky dan Oey Natanael
Winanto. 2021. “Membaca Kembali
Pandangan Moralitas Postmodernism
Untuk Konteks Pendidikan Kristen
(Re-Reading The Worldview Of
Postmodernism Morality For The
Context Of Christian Education)”.
QUAERENS: Journal of Theology
and Christianity Studies 3, no.1
(2021): 73-84.
https://doi.org/10.46362/quaerens.v3i
1.33.
Serrano, Janse Belandina. Profesionalisme
Guru dan Bingkai Materi Pendidikan
Agama Kristen SD, SMP, SMA
Bandung: Bina Media Informasi,
2005.
Suryosubroto, B. Proses Belajar Mengajar
di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta,
2009.
Slameto. Belajar & faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta, 2010.
Sirait, Eduard Jannes. Misi Pendidikan
Agama Kristen dan Problem
Moralitas Anak.Regular Fidei:
Jurnal Pendidikan Agama Kristen 1,
no.1 (2016): 33-62.
http://christianeducation.id/e-
journal/index.php/regulafidei/article/
view/2.
Simorangkir, Nisma. Peran Guru
Pendidikan Agama Kristen Dalam
Pembentukan Karakter Anak Didik
Melalui Proses Pembelajaran.
Jurnal Saintech 5, no.1 (2013): 39
44.
http://docplayer.info/docview/52/2
9717440.
Sugiyono. Metode Penetian Kombinasi.
Bandung: Alfabeta, 2011.
Sinaga Anita Niru. Kode Etik sebagai
Pelaksanaan Profesi Hukum yang
Baik. Jurnal Ilmiah Hukum 10,
no.2 (2020): 1-34.
https://doi.org/10.35968/jh.v10i2.4
60.
Syarbini, Amirulloh. Pendidikan Karakter.
Jakarta: Prima Pustaka, 2012.
... Dalam tradisi teologis Kristen, PAK memiliki kedudukan yang sangat penting sebagai media pewarisan iman, pembentukan karakter rohani, dan penyiapan peserta didik untuk hidup sebagai murid Kristus di tengah dunia. Fungsi utama dari PAK bukan hanya memberikan informasi keagamaan, tetapi membentuk transformasi spiritual yang berdampak nyata dalam kehidupan pribadi dan sosial (Mbeo & Krisdiantoro, 2021). ...
Article
Full-text available
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model Pendidikan Agama Kristen (PAK) kontekstual berbasis teologi naratif, yang dapat meningkatkan pemahaman dan penghayatan iman peserta didik melalui pendekatan yang relevan dengan konteks sosial dan budaya mereka. Menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan, penelitian ini mengkaji teori-teori teologi naratif dan pendidikan kontekstual, serta menganalisis implementasi kedua konsep ini dalam PAK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual yang mengintegrasikan kisah Alkitab dengan pengalaman hidup peserta didik dapat memperdalam pemahaman iman dan membentuk karakter spiritual yang lebih kuat. Selain itu, penerapan model ini memberikan peluang untuk meningkatkan relevansi ajaran Kristen dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, serta memfasilitasi mereka dalam menghadapi tantangan sosial dan budaya. Penelitian ini juga mengidentifikasi tantangan dalam penerapan model tersebut, seperti kesiapan pendidik dan bahan ajar yang sesuai. Penelitian lanjutan diperlukan untuk menguji efektivitas model ini di berbagai konteks pendidikan dan mengembangkan strategi implementasi yang lebih efektif.
Article
Full-text available
Pendidikan karakter dan moral merupakan elemen penting dalam pembentukkan kepribadian siswa, terutama di sekolah berbasis Kristen seperti SMTK Setia Mamuju. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana pengajaran etika Kristen dapat diterapkan secara efektif dalam membentuk karakter dan moral siswa. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, dimana data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengajaran etika Kristen tidak hanya berfokus pada pengajaran doktrin Alkitab tetapi juga pada penerapan nilai-nilai seperti kasih, tanggung jawab, kejujuran dan disiplin dalam kehidupan sehari-hari siswa. Guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) memainkan peran penting sebagai model teladan dan fasilitator dalam proses pembentukkan karakter siswa. Strategi yang digunakan meliputi pengintegrasian nilai-nilai Kristen dalam kurikulum, pembelajaran interaktif berbasis Alkitab, serta pembinaan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kesimpulannya, pengajaran etika Kristen di SMTK Setia Mamuju terbukti efektif dalam membangun karakter dan moral siswa, namun masih diperlukan upaya berkelanjutan untuk memastikan konsistensi dalam implementasinya. Penelitian ini memberikan rekomendasi bagi para pendidik untuk memperkuat pendekatan pengajaran yang holistik dan kontekstual dalam pendidikan karakter berbasis etika Kristen.
Article
Full-text available
This research examines that where Christian religious education plays an important role in shaping student character in the digital era. Christian religious education provides a strong moral and spiritual foundation, and emphasises the values of honesty, responsibility and integrity to students. In facing the challenges of using technology, Christian religious education helps students to use technology wisely and ethically, so as to develop the ability to think critically in selecting and filtering the information they get. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, it can be concluded that the role of technology integration in Christian religious education allows for a more interactive and interesting teaching method, to deepen students' spiritual understanding. In addition, Christian religious education also plays an important role in shaping the adaptive and innovative character of students and preparing students to be able to face the development of the digital world with high morality.AbstrakPenelitian ini mengkaji bahwa peran penting pendidikan agama Kristen dalam membentuk karakter siswa di era digital. Pendidikan agama Kristen memberikan dasar moral dan spiritual yang kuat, serta menekankan nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, dan integritas kepada siswa. Dalam menghadapi tantangan pada penggunan teknologi, pendidikan agama Kristen membantu siswa untuk menggunakan teknologi secara bijaksana dan etis, sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis dalam memilih dan menyaring informasi yang di dapat. Menggunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi literature maka dapat disimpulkan bahwaa peran integrasi teknologi dalam pendidikan agama Kristen memungkinkan sebagai metode pengajaran yang lebih interaktif dan menarik, untuk memperdalam pemahaman spiritual para siswa. Selain itu, pendidikan agama Kristen juga berperan penting dalam membentuk karakter siswa yang adaptif dan inovatif serta menyiapkan siswa untuk dapat menghadapi perkembangan dunia digital dengan moralitas yang tinggi.
Article
Full-text available
Education is a systematic process in which the education system involves cognitive transfer, moral and spiritual values in every child. Learning strategy is a method in learning where when preparing the strategy it is necessary to have creative ideas so that in the learning process carried out can make students feel happy and they can accept every learning well. And they can experience the maximum learning process. This is not only for teachers who are like in general but this is the difference that must be used by Christian Religious Education teachers, namely serving with love and love and instilling a sense of acceptance in children with disabilities. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, it can be concluded that, a Christian religious education teacher is an educator who must be able to consider the application of effective learning strategies, because Christian Religious Education teachers have a very important role, in providing or introducing moral and spiritual values to children with disabilities, so that the strategies applied can increase moral and spiritual awareness in children with disabilities. This can have a positive impact on their behavior and personality. And the child can become a strong person. to instill moral and spiritual values in children with special needs. Abstrak Pendidikan merupakan suatu proses yang bersifat sistematis yang dimana dalam sistem pendidikan ini melibatkan transfer kognitif, nilai moral dan spiritual pada setiap anak. Strategi pembelajaran adalah suatu metode dalam pembelajaran yang dimana ketika mempersiapkan strategi itu perlu sekali yang namanya ide-ide kreatif supaya dalam proses pembelajaran yang dilakukan bisa membuat para anak didik merasa senang dan mereka bisa menerima stiap pembelajaran dengan baik. Dan mereka bisa mengalami proses belajar yang maksimal. Hal ini tidak hanya untuk guru yang seperti pada umumnya tetapi hal ini yang menjadi pembeda yang harus digunakan oleh guru Pendidikan Agama Kristen yaitu melayani dengan cinta dan kasih dan penanaman rasa penerimaan pada anak berkebutuhan khusus. Menggunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi pustaka maka dapat disimpulkan bahwa, guru pendidikan agama kristen merupakan seseorang pendidik yang harus bisa memepertimbangkan penerapan strategi pembelajaran yang efektif, karena guru pendidikan agama Kristen punya peranan sangat penting, dalam menberikan atau memperkenalkan nilai moral dan spiritual pada anak anak berkebutuhan khusus, sehingga strategi yang diterapkan bisa meningkatkan kesadaran moral dan spiritual pada anak berkebutuhan khusus. Dan bisa berdampak positif dalam perilaku dan kepribadian mereka. Dan anak tersebut bisa menjadi pribadi yang tangguh. untuk menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual pada Anak Berkebutuhan Khusus.
Article
Full-text available
Penelitian ini dibuat karena melihat merosotnya moral siswa pada zaman sekarang ini, seperti merokok, berkata kasar, melawan guru dan orangtua. Pendidikan agama Kristen merupakan Pendidikan yang mengajar dan menumbuh kembangkan kepribadian Kristen dalam iman seseorang. Terlebih lagi pada peserta didik sekolah dasar yang mana dalam usia ini anak harus diajarkan karakter moral melalui Pendidikan agama Kristen, dengan menanamkan karakter tersebut diharapkan dapat membentuk karakter yang positif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Pendidikan agama Kristen terhadap pembentukan karakter moral siswa SD. Metode penelitian ini menggunakan studi literatur, dengan mengkaji data dari berbagai buku dan jurnal sebagai referensi serta hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian untuk mendapatkan landasan teori dari masalah yang akan diteliti. Hasil dari penelitian ini Pendidikan Agama Kristen sangat berpengaruh dalam pembentukan moral dan karekteristik anak sehingga mereka dapat menjadi pribadi yang lebih baik dalam setiap lingkungan hidupnya.
Article
Full-text available
Christian religious education faces challenges in shaping students' character and understanding of religious teachings in a growing social context. Contextual learning strategy is a solution to overcome this challenge by connecting Christian religious teachings with students' real life. This approach emphasises students' cognitive, character and spiritual aspects, as well as the relevance of religious teachings in their social context. The purpose of this study is to explore the application of contextualised learning strategies in Christian Religious Education and its impact on students' understanding of Christian values as well as their ability to contribute positively in society. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, it can be concluded that contextual learning strategies can broaden students' religious understanding, build character, and improve social skills. Thus, this approach is effective in preparing students to face social challenges with integrity and empathy, and play an active role in improving society.Pendidikan agama Kristen menghadapi tantangan dalam membentuk karakter dan pemahaman siswa terkait ajaran agama dalam konteks sosial yang berkembang. Strategi pembelajaran kontekstual menjadi solusi untuk mengatasi tantangan ini dengan menghubungkan ajaran agama Kristen dengan kehidupan nyata siswa. Pendekatan ini menekankan pada aspek kognitif, karakter, dan spiritual siswa, serta relevansi ajaran agama dalam konteks sosial mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi penerapan strategi pembelajaran kontekstual dalam Pendidikan Agama Kristen dan dampaknya terhadap pemahaman siswa tentang nilai-nilai Kristen serta kemampuan mereka untuk berkontribusi positif dalam masyarakat. Mengunkan metode kualitatif deskritif dengen pendekatan studi pustaka maka dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran kontekstual dapat memperluas pemahaman agama siswa, membangun karakter, dan meningkatkan keterampilan sosial. Dengan demikian, pendekatan ini efektif dalam mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan sosial dengan integritas dan empati, serta berperan aktif dalam memperbaiki masyarakat.
Article
Full-text available
This research is an in-depth study of the important role of Christian Religion teachers' participation in the Indonesian educational context and their efforts in achieving Indonesia's Golden Vision 2045. Through qualitative methods and library studies, this research explores the impact and contribution of Christian Religion teachers to student character development as well as the implementation of Christian values in the education curriculum. The literature analysis investigated the pattern of Christian Religious teachers' participation in guiding students, emphasizing the importance of ethics and morals in the formation of the next generation. The findings from this study are expected to provide insights into how Christian Religious teachers' participation can significantly contribute to the understanding of Christian values and the achievement of the national goal of creating a just, equitable and highly competitive society by 2045. The conclusion of this article provides a holistic picture of the importance of the role of Christian Religion teachers as pillars in the development of national education in accordance with the ideals of the 2045 Golden Indonesia Vision and Mission. The practical implications of the findings of this study can assist in designing more inclusive and values-oriented education policies to achieve Indonesia's future vision.
Article
Full-text available
The role of Christian religious education teachers is crucial in guiding teenagers to use gadgets wisely and in line with Christian teachings. Uncontrollable use of gadgets can lead to addiction, which in turn can damage the understanding of Christian values and moral behavior of adolescents. The purpose of this study is to determine the role of Christian Religious Education Teachers in Preventing Gadget Addiction in Teenagers. The results of this study show that (1) Christian Religious Education teachers have a very important role in helping adolescents understand and overcome the problem of gadget addiction through moral and spiritual education based on biblical values. (2) Christian Religious Education teachers need to collaborate with parents in preventing and overcoming gadget addiction in adolescents (3) Christian Religious Education teachers, play a role in guiding adolescents in dealing with the use of gadgets wisely, as well as highlighting strategies that can be used to achieve this goal including effective communication. Thus, Christian Religious Education Teachers as a foundation in overcoming and building awareness of adolescents so that adolescents are not affected in the excessive use of gadgets.
Article
Full-text available
Post-truth is a phenomenon of subjective truth circulating within society at large, driven by technological advancements. Information disseminated widely in society often lacks prior validation. Truth in this post-truth era aligns with individual preferences without undergoing validation. Christian leaders bear a significant responsibility amidst the Christian community in this post-truth era. Integrity and morality are essential attributes for Christian leaders to navigate the post-truth era. The integrity and morality of Christian leaders should be founded upon the Biblical Word of God. Without integrity and morality, Christian leaders will struggle to guide the Christian community through this post-truth era. Christian leaders need to shine a light for the Christian community amidst this post-truth era. Through descriptive qualitative methodology, it can be concluded that integrity and morality form the foundation for Christian leaders to guide the Christian community through the post-truth era. Moral and integrity-driven leaders will instill similar moral values and integrity within the Christian community, enabling them to shine amidst the post-truth era.AbstrakPost-truth adalah fenomena kebenaran yang tidak objektif yang beredar di masyarakat luas. Post-truth terjadi akibat dari kecanggihan teknologi. Informasi yang beredar luas di masyarakat tidak mengalami validasi terlebih dahulu. Kebenaran di dalam era post-truth ini adalah kebenaran yang sesuai dengan selera individu tanpa mengalami validasi. Pemimpin Kristen memiliki tanggung jawab yang besar untuk berada di tengah-tengah umat Kristen di era post-truth ini. Integritas dan moralitas adalah hal yang harus dimiliki oleh pemimpin Kristen dalam menghadapi era post-truth. Integritas dan moralitas pemimpin Kristen harus dibangun berdasarkan Alkitab Firman Allah. Tanpa integritas dan moralitas, pemimpin Kristen tidak akan berhasil membawa umat Kristen bertahan di dalam era post-truth ini. Pemimpin Kristen perlu menjadi terang bagi umat Kristen di tengah era post-truth ini. Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, dapat disimpulkan bahwa integritas dan moralitas adalah dasar pemimpin Kristen membangun umat Kristen menghadapi era post-truth. Pemimpin yang bermoral dan berintegritas akan membawa umat Kristen memiliki moral dan integritas yang sama sehingga umat Kristen dapat menjadi terang di tengah era post-truth.
Article
Full-text available
Transformation education needs to reorganize, update and adapt the education system in the 21st century This study aims to analyze and describe the transformation of surau-based education in the 21st century in shaping the character of the religious Minang generation in Padang. This research uses social construction theory proposed by Peter L. Berger and Thomas Luckman. The research approach used is qualitative research with the case study method. The determination of informant criteria was carried out by means of purposive sampling. Data obtained through observation, interviews, and documentation. Data were analyzed by following the interactive data analysis model from Miles and Huberman which includes data reduction, data display, and verification or drawing conclusions. The results of the study show surau-based education in the 21st century is packaged in the form of Al-qur’an reading and writing programs at TPQ-TPA, didikkan subuh, wirid remaja, and youth boarding schools. Surau is interpreted today, no longer as it was before the 21st century, namely martial arts, and a place to sleep or where adult men gather but functions the same as a mushala and a mosque, namely a place of worship and learning that are not only for boys but also for girls of school age. The house of worship for Muslims in Padang is used as a means of implementing certified qur’anic educational institutions. The novelty in this research is the internalization of surau-based 21st century education values.
Article
Full-text available
One of the most important elements of postmodernity is the growing awareness of the diversity and potential incommensurability of the various forms of cultural life that sustain groups and individuals and addresses the postmodernist denial that postmodernism is inherently apathetic or hostile to social or political action. Postmodernism is a reaction to the epistemological ideals of modernity. Postmodernism is based on a limited human point of view, and thus becomes a prisoner of its own subjectivity, resulting in two main characteristics, namely pluralism and relativism. This study analyzes the postmodern view that is implemented in Christian education in Indonesia. The method used in this article is a literature study by using philosophical biblical glasses to analyze postmodern views. The result is that postmodern moral education (such as transcendentalism and idealism) has some useful and some negative aspects that should be considered for planning moral education and curriculum development for Christian education in Indonesia. Satu elemen paling penting dari postmodernitas adalah tumbuhnya kesadaran akan keragaman dan potensi ketidakterbandingan dari berbagai bentuk kehidupan budaya yang menopang kelompok dan individu dan membahas penolakan postmodernis bahwa postmodernisme secara inheren apatis atau bermusuhan dengan tindakan sosial atau politik. Postmodernisme merupakan reaksi terhadap cita-cita epistemologis modernitas. Postmodernisme didasarkan pada sudut pandang manusia yang terbatas, dan dengan demikian menjadi tawanan subyektivitasnya sendiri, menghasilkan dua karakteristik utama, yaitu pluralisme dan relativisme. Kajian ini menganalisis pandangan postmodern yang diimplementasikan pada pendidikan Kristen di Indonesia. Metode yang digunakan pada artikel ini adalah studi literatur dengan memanfaat kacamata biblis filosofis untuk menganalisa pandangan postmodern. Hasilnya adalah pendidikan moral postmodern (seperti transendentalisme dan idealisme) memiliki beberapa aspek yang berguna dan beberapa negatif yang harus dipertimbangkan untuk perencanaan pendidikan moral dan pengembangan kurikulum pendidikan Kristen di Indonesia.
Article
Full-text available
Social media often notifies that some teacher did praiseworthy deeds, especially actions that harmed students. Those behaviors were including rape, beatings, extortion in the field of material, and many other cases. Actually, a teacher is expected to be a role model by their words and behavior blessing students. Especially, the profession as a Christian religious education teacher is not same as other teachers. Christian religious education teachers have more difficult duties and responsibilities which not only providing information and knowledge to students, but they also bring students to experience a special meeting with Christ and have a new life in Christ. Therefore, to meet this main responsiblities, Christian religious education teacher must carry out evangelism.BAHASA INDONESIA ABSTRACT: Media sosial sering memberitakan tentang perbuatan dari beberapa guru yang tidak terpuji, khususnya perbuatan yang merugikan para muridnya sendiri. Baik itu tindakan pemerkosaan, pemukulan, pemerasan dalam bidang materi, dan masih banyak lagi kasus yang lain. Padahal seorang guru diharapkan menjadi teladan, baik dalam perkataan, tingkahlaku yang menjadi berkat bagi siswa. Terutama profesi sebagai guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) tidak sama dengan guru-guru umum lainnya, guru PAK memiliki tugas dan tanggung jawab yang lebih berat, bukan hanya sekedar memberikan informasi dan ilmu pengetahuan kepada peserta didik tetapi yang paling utama adalah membawa peserta didik mengalami perjumpaan dengan Kristus dan memiliki hidup baru di dalam Kristus. Maka untuk mencapai hal tersebut guru PAK wajib melaksanakan penginjilan.Keywords: Christian religious education teacher; evangelism; students
Article
Full-text available
In Christian and church life, Faith and Rationality are often opposed to one another. Some Christians reject the aspect of rationality in doing theology, and vice versa. In the Bible presenting Abraham as an example of faith learning through his experiences when he was tempted to offer up Isaac to his only son, he was without a doubt prepared to carry out the commandments he received with a thoughtful attitude; that God is able to raise (Isaac) people even from the dead (Hebrews 11: 17-19). The research method used is exegetical study with background and grammatical contexts. The aim of this research is to find the meaning of Abraham's faith in Hebrews 11: 17-19. The result of this research is that the quality of faith is tested and that faith thinks rationally and continuously based on God's word.
Article
Full-text available
Pendidikan karakter merupakan kebutuhan yang urgen bagi pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas. Pendidikan karakter selain berlangsung di dalam konteks keluarga, dan sekolah, juga terjadi dalam lingkungan gereja. Tujuan penulisan ini adalah menjelaskan signifikansi peran strategis gereja sebagai agen pendidikan dan fasilitator dalam membentuk warga gereja berkarakter Kristus. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan kajian teologis dengan memanfaatkan Alkitab dan literatur yang sesuai pokok bahasan, kemudian dianalisis dan disajikan secara deskriptif. Dari penelitian tersebut disimpulkan ada dua strategi gereja dalam membentuk generasi muda yang berkarakter kristiani, yaitu (1) gereja harus melengkapi warganya khususnya keluarga-keluarga agar keluarga berfungsi menjadi tempat di mana watak, dan nilai-nilai kristiani hidup, bertumbuh dan berkembang dalam diri anak; (2) gereja mesti memperlengkapi warganya yang berprofesi guru agar mereka komitmen terhadap panggilan Kristus bagi pengembangan profesionalisme keguruan.
Article
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut maka prinsip-prinsip penting negara hukum harus ditegakkan. Dalam usaha mewujudkan prinsip-prinsip negara hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, peran dan fungsi penegak hukum sebagai profesi yang bebas, mandiri dan bertanggung jawab merupakan hal yang penting, di samping lembaga peradilan dan instansi penegak hukum. Melalui jasa hukum yang diberikan, kepentingan masyarakat pencari keadilan, termasuk usaha memberdayakan masyarakat dalam menyadari hak-hak fundamental mereka di depan hukum dapat diwujudkan. Dalam kajian ilmu hukum dikemukakan bahwa selain norma hukum, terdapat juga norma lain yang turut menopang tegaknya ketertiban dalam masyarakat yang disebut norma etika. Norma etika dari berbagai kelompok profesi dirumuskan dalam bentuk kode etik profesi. Kode etik adalah prinsip-prinsip moral yang melekat pada suatu profesi dan disusun secara sistematis. Kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral profesi itu di mata masyarakat. Prinsip-prinsip umum yang dirumuskan dalam suatu profesi akan berbeda-beda satu sama lain. Kode etik berfungsi: Sebagai sarana kontrol sosial, pencegah campur tangan pihak lain, pencegah kesalahpahaman dan konflik, sebagai kontrol apakah anggota kelompok profesi telah memenuhi kewajiban. Tujuannya: Menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian para anggota, meningkatkan mutu profesi dan organisasi, meningkatkan layanan, memperkuat organisasi, menghindari persaingan tidak sehat, menjalin hubungan yang erat para anggota, dan menentukan baku standarnya. Penegak hukum wajib menaati norma-norma yang penting dalam penegakan hukum yaitu: kemanusiaan, keadilan, kepatutan, kejujuran serta melaksanakan kode etik sebagaimana mestinya. Namun dalam pelaksanaannya terkadang tidak berjalan dengan baik bahkan menimbulkan permasalahan-permasalahan. Dalam penerapannya terkadang mengalami hambatan atau kendala. Pembahasan dalam penelitian ini adalah: Kerangka Teori: Grand theory: Teori etika, Midle range theory: Teori keseimbangan, Applied theory: Teori keadilan; Etika, moral, norma, hukum dan hubungannya; Kode etik profesi hukum: Kode etik dan pedoman perilaku hakim, kode perilaku jaksa, kode etik profesi kepolisian Negara Republik Indonesia, kode etik notaris, kode etik advokat; Pelaksanaan profesi hukum yang baik dan Hambatan atau kendala dalam pelaksanaan kode etik profesi hukum di Indonesia. Metode yang digunakan adalah yuridis normatif. Apabila terjadi sengketa mengenai pelaksanaan kode etik, hendaklah diselesaikan dengan memperhatikan asas-asas yang terdapat dalam kode etik tersebut.
Article
The problem which occur in Indonesia is strongly related with level of society morality and education field particularly in elementary school is one of contributor of this problem, started from robbing, bullying, sexual harassment, even violence act which cause the death. This matter is tendency of moral decadence which occur in Indonesian youth. There are ten indication of moral decadences tendency in students which is deserved to get attention and action from various people in order the change happen toward the better. To overcome that problem, character education is one way or means to improve student’s moral particularly in elementary school. Constitution or Ministry Regulation and President Instruction also discuss about character education which is should be taught and modeled. In implementing character education, guidance or principle is needed in order that character education can work effective. In addition, the method and model which are used in teaching character education need to be noticed.Keywords: Character Education, Moral Decadence Abstrak: Problematika yang terjadi di Indonesia sangat berhubungan erat dengan tingkat moralitas masyarakat, dunia pendidikan khususnya di sekolah dasar merupakan salah satu penyumbang dari problematika tersebut, mulai dari pencurian, bullying, pencabulan, bahkan sampai tindak kekerasan yang mengakibatkan kematian. Hal tersebut merupakan gejala dari dekadensi moral yang terjadi pada generasi muda Indonesia. Ada sepuluh indikasi gejala dekadensi moral pada peserta didik yang perlu mendapatkan perhatian serta tindakan dari berbagai pihak agar terjadi perubahan ke arah yang lebih baik. Guna menanggulangi permasalahan tersebut pendidikan karakter merupakan salah satu cara atau sarana untuk memperbaiki moral siswa khususnya di sekolah dasar. Adapun dalam Undang-undang dan Peraturan Menteri serta Instruksi Presiden (Inpres) juga membahas mengenai pendidikan karakter yang harus di ajarkan dan diteladankan. Dalam melaksanakan pendidikan karakter diperlukan suatu petunjuk atau prinsip agar pendidikan karakter dapat berjalan efektif. Selain itu perlu juga memperhatikan metode serta model yang digunakan dalam mengajarkan pendidikan karakter.Kata kunci: Pendidikan Karakter, Dekadensi Moral
Profesionalisme, standart kompetensi, dan pengembangan profesi guru PAK
  • Andar Gultom
Gultom, Andar. "Profesionalisme, standart kompetensi, dan pengembangan profesi guru PAK." Bandung; Bina Media Informasi, 2007.
Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia
  • E G I H Homrighausen
  • Enklaar
Homrighausen, E.G. dan I.H. Enklaar. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.
Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
  • B Suryosubroto
Suryosubroto, B. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.