Available via license: CC BY-SA 4.0
Content may be subject to copyright.
IDJ, Volume 02, Issue 1 (2021), pp.85-95
doi: 10.19184/ijl.v2i1.23769
© University of Jember, 2021
Published online May 2021
Model Inovasi Minapadi dan Peran Aktor yang Mendukung
Diseminasi Inovasi Minapadi di Kabupaten Sleman
Diah Fitria Widhiningsih
Universitas Gadjah Mada
Mesalia Kriska
Universitas Gadjah Mada
Abstrak
Dengan dua komoditas pertanian dan perikanan yang dikembangkan, pertanian minapadi
menuai pro dan kontra di kalangan petani. Petani dengan tingkat individualism yang tinggi
cenderung mengalami kesulitan untuk menjalankan usahatani ini karena minapadi
membutuhkan modal, waktu, dan tenaga yang lebih banyak. Akan tetapi, dengan adanya
kelompok, kesuksesan usahatani minapadi dapat tercapai. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pengembangan usahatani minapadi adalah jenis inovasi, aktor yang berperan, dan proses
diseminasi inovasi. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi inovasi
minapadi di Kabupaten Sleman dan (2) mengidentifikasi aktor-aktor yang berperan dalam
diseminasi inovasi minapadi di Kabupaten Sleman. Penelitian dilakukan di tiga kelompok tani
minapadi di Kabupaten Sleman. Data diperoleh melalui observasi dan in-depth interview dengan
mewawancarai informan antara lain ketua kelompok, petani, penyuluh, dan pamong desa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis inovasi mulai dari inovasi pra-budidaya,
inovasi budidaya, dan inovasi pascabudidaya meiputi pemanenan dan pemasaran. Komunikasi
yang digunakan yaitu komunikasi dialogis dan komunikasi kelompok. Proses diseminasi
melibatkan ketua kelompok tani dan penyuluh pertanian secara intens dan juga pamong desa
sebagai role model. Hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan diseminasi inovasi ialah
dengan mengadakan studi banding kelompok tani.
Kata Kunci: Diseminasi Inovasi, Komunikasi, Minapadi
Abstract
As two agricultural and fishery commodities being developed, Minapadi agriculture is reaping pros and cons
among farmers. Farmers with a high level of individualism tend to have difficulty running this farm because
Minapadi requires more capital, time and energy. However, with the existence of a group, the success of Minapadi
farming can be achieved. Some things that need to be considered in the development of Minapadi farming are the
type of innovation, the actors who play a role, and the process of disseminating innovation. For this reason, this
study aims to: (1) identify Minapadi innovations in Sleman Regency and (2) identify actors who play a role in the
dissemination of Minapadi innovations in Sleman Regency. The research was conducted in three Minapadi farmer
groups in Sleman Regency. The data were obtained through observation and in-depth interviews by interviewing
informants, including group leaders, farmers, extension agents, and village officials. The results showed that there
were three types of innovations ranging from pre-cultivation innovations, cultivation innovations, and post-
cultivation innovations including harvesting and marketing. The communication used is dialogic communication
and group communication. The dissemination process involves the head of farmer groups and agricultural
extension agents intensively and also the village officials as role models. What needs to be done to increase the
dissemination of innovation is to conduct comparative studies of farmer groups.
Keywords:
Innovation Dissemination, Communication, Minapadi
86 | Model Inovasi Minapadi dan Peran Aktor yang Mendukung Diseminasi Inovasi Minapadi di Kabupaten
Sleman
I. PENDAHULUAN
Inovasi dalam bidang pertanian di Indonesia sendiri jumlahnya tidak sedikit. Inovasi
tersebut bisa berasal dari instansi pemerintahan yang terkait dengan pertanian, balai-
balai penelitian pertanian, perguruan tinggi, bahkan petani yang memilki kemampuan
khusus dan temuan yang mampu menjawab permasalahan dalam bidang pertanian. Akan
tetapi, keberadaan inovasi di bidang pertanian ini terkadang masih kurang diketahui
oleh masyarakat tani pada umumnya karena sosialisasi yang dilakukan masih kurang
maksimal. Salah satu hambatan bagi sulitnya komunikasi informasi di Indonesia adalah
kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang cukup luas. Satu-satunya cara
agar informasi, khususnya mengenai inovasi ini dapat diketahui oleh masyarakat adalah
menggunakan media massa yang mampu menjangkau mereka hingga pelosok.
Dalam bidang pertanian, inovasi merupakan salah satu cara bagi pemerintah untuk
memberikan pengetahuan baru bagi petani, agar usahatani yang dikembangkan sesuai
dengan perkembangan jaman dan adaptif dengan perubahan yang terjadi, sehingga pada
akhirnya mampu meningkatkan pendapatan petani. Banyak sekali inovasi dibidang
pertanian yang saat ini tengah dikembangkan, salah satunya adalah inovasi mina padi.
Mina padi merupakan teknologi pertanian yang memadukan budidaya ikan dengan
budidaya padi dalam satu lahan yang sama. Sistem ini mempunyai beberapa
keuntungan diantaranya meningkatkan kesuburan tanah dan pengurangan kebutuhan
pupuk melalui adanya pemupukan dari kotoran ikan, mengurangi tumbuhnya tanaman
pesaing bagi padi, dan mampu meningkatkan pendapatan petani melalui optimalisasi
lahan pertanian Inovasi yang ada pun harus sampai kepada petani, sehingga diseminasi
informasi pertanian sangat dibutuhkan.
1
Inovasi mina padi ini juga dapat
meningkatankan pendapatan petani karena tidak hanya mendapatkan hasil panen
berupa padi saja, akan tetapi petani juga mendapat hasil panen berupa ikan air tawar
yang memiliki nilai jual yang tinggi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Ali Akbar
2
dimana pendapatan petani menjadi meningkat karena sawah yang
sebelumnya mengalami kegagalan panen akibat serangan hama wereng dapat teratasi
dengan adanya ikan disawah yang memangsa hama wereng tersebut. Penerapan mina
padi juga turut meningkatkan produksi padi sebesar 10-20% dan sekaligus
peningkatan produksi ikan minimal 1 ton/ha permusim tanam. Dalam penerapannya,
budidaya mina padi ini menggunakan ikan air tawar diantaranya nila,gurame, dan gabus.
Banyaknya manfaat budidaya mina padi ini tentuny harus disebar-luaskan kepada petani
sehingga tidak hanya bergantung terus menerus pada budidaya padi konvensional saja
sehingga dari adanya manfaat mina padi ini dapat meningkatkan kesejahteraan bagi
petani. Inovasi mina padi ini harus didiseminasikan sehingga jangkauan penyebaran
inovasi ini menjadi lebih luas.
1
Lestari S & Rifai M, “Pemeliharaan Ikan lele bersama Padi (mina padi) sebagai Potensi Keuntungan
Berlipat untuk Petani” (2017) Vol. 2 Jurnal Terapan Abdimas.
2
Ali Akbar, “Peran Intensifikasi Mina Padi dalam Menambah Pendapatan Petani Padi Sawah
Digampong Gegarang Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah” (2017) 1:1 Jurnal Sains
Pertanian 28–38.
87 | INTERDISCIPLINARY JOURNAL ON LAW, SOCIAL SCIENCES AND HUMANITIES
Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan
dikelola. E.M Rogers
3
mengemukakan bahwa terdapat 4 elemen pokok dalam
penyebaran inovasi, yaitu inovasi itu sendiri, komunikasi dengan saluran
tertentu, waktu, dan warga masyarakat (anggota sistem sosial) sebagai sasaran inovasi.
Dengan demikian, komunikasi dengan saluran tertentu merupakan model yang
dibutuhkan untuk tercapainya informasi inovasi mina padi dapat sampai kepada petani.
Untuk mengetahui penyaluran informasi yang efektif maka dapat dilihat dari jaringan
komunikasi yang terbentuk.
Di dalam komunikasi terjadi proses penyampaian pesan atau informasi sehingga
komunikasi merupakan alat diseminasi inovasi. Dalam studi penyuluhan dan
komunikasi pertanian, jaringan komunikasi tidak dapat diabaikan sebab pada dasarnya
petani hidup dan bekerja secara berkelompok serta melakukan komunikasi. Bagian
terpenting dalam jaringan komunikasi yaitu edge dan node. Edge merupakan link/garis
yang menunjukkan relasi yang terbentuk antar aktor yang menghubungan satu sama
lain. Sedangkan, node menggmbarkan aktor yang terlibat dalam suatu jaringan yang
bukan hanya berupa individu/orang, tetapi juga organisasi, institusi, kelompok,
perusahaan, dan lembaga lainnya. Analisis jaringan komunikasi lebih menekankan pada
pengamatan interaksi satu dengan yang lainnya. Studi jaringan komunikasi
menggunakan data relasional yang menjabarkan hubungan antara aktor yang satu
dengan aktor lainnya.
4
Dalam jaringan komunikasi, dapat dilihat siapa saja pihak-pihak yang berinteraksi
dengan petani dan dengan siapa kecenderungan petani melakukan komunikasi untuk
mengembangkan usahatani atau mengatasi masalahnya. Penyebarluasan konsep
mengeni suatu inovasi ditentukan oleh jaringan komunikasi dan hal tersebut dapat
mempengaruhi persepsi, sikap hingga perilaku seseorang terhadap inovasi tersebut.
5
Setiap individu memiliki peran dalam jaringan komunikasi misalnya dpat berperan
sebagai opinion leader, gate keepers, cosmopolite, bridge, dan liaison.
6
Di samping itu,
karakteristik individu misalnya usia, luas lahan, pendidikan, dan pengalaman dapat
mempengaruhi jaringan komunikasi antara lain keterkaitan, keragaman, kekompkan,
dan keterbukaan.
7
Untuk mengadopsi atau menolak suatu inovasi, Rogers (1983) menjelaskan
serangkaian proses pengambilan keputusan inovasi mulai dari pengetahuan, persuasi,
pengambilan keputusan, implementasi, dan konfirmasi. Dalam hal ini jaringan
komunikasi terkait diseminasi inovasi dterbentuk pada awal proses yaitu pengetahuan
dan persuasi walaupun pada dasarnya proses komunikasi secara umum terjadi di seluruh
3
Rogers E M, Diffusion of Innovations (London: Collier Macmillan Publisher, ed, 1983).
4
Eriyanto, Analisis Jaringan Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2014).
5
Hapsari DR, “Peran Jaringan Komunikasi dalam Gerakan Sosial untuk Pelestarian Lingkungan
Hidup” (2016) Vol. 1 No.1 Jurnal Komunikasi ISKI.
6
Cindoswari A R, “Analisis Struktur Jaringan Komunikasi dalam Adapasi Ekonomi, Sosial, dan Budaya
pada Paguyuban Babul Akhirat di Kota Batam” (2016) Vo. 10, No.2 Jurnal Komunikasi.
7
Rangkuti PA, “Analisis Peran Jaringan Komunikasi Petani dalam Adopsi Inovasi Traktor Tangan di
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat” (2009) Vol. 27 No. 1 Jurnal Agroekonomi.
88 | Model Inovasi Minapadi dan Peran Aktor yang Mendukung Diseminasi Inovasi Minapadi di Kabupaten
Sleman
proses pengambilan keputusan inovasi. Yang perlu diperhatikan adalah proses
konfirmasi dimana terdapat kemungkinan bahwa petani yang tadinya mengadopsi
teknologi akan berubah pikiran untuk tidak mengadopsinya.
8
Salah satu faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi adalah peran kelompok yang
berfungsi sebagai unit belajar, unit kerjasama, dan unit produksi dimana ketiganya
memiliki pengaruh positif terhadap adopsi inovasi.
9
Dalam kelompok dapat terjadi
proses komunikasi baik interpersonal maupun komunikasi kelompok yang masing-
masing tertata dalam jaringan komunikasi. Proses komunikasi dan penyuluhan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain karena keduanya saling menunjang dimana komunikasi
adalah alat penyuluhan dengan target akhir berupa adopsi inovasi. Selain itu, proses
komunikasi pun memerlukan kelompok sebagai media penyebarluasan informasi dari
pengurus ke anggota maupun dari anggota kelompok ke individu di luar kelompok
tersebut. Karena peran aktor dalam jaringan komunikasi untuk diseminasi inovasi
berperan dalam proses adopsi inovasi, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
inovasi minapadi di Kabupaten Sleman dan mengidentifikasi aktor-aktor yang berperan
dalam diseminasi inovasi minapadi di Kabupaten Sleman.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis
dalam menjelaskan data penelitian. Sejumlah informan yang dipilih secara purposive
berdasarkan tujuan penelitian antara lain ketua dan anggota kelompok tani Mina
Murakabi, Kelompok Mina Sekawan, Kelompok Mina Jaya, dan Kelompok Budaya Mina
serta pamong desa, dan penyuluh. Pengambilan data dilakukan dengan teknik observasi,
in-depth interview, pencatatan, dan alat bantu rekam. Proses triangulasi yang digunakan
adalah triangulasi sumber.
Untuk mengidentifikasi inovasi yang terkait dengan mina padi dan mengetahui
aktor yang terlibat dalam diseminasi inovasi dilakukan analisis kualitatif menggunakan
tiga jalur analisis data kualitatif menurut Sugiyono
10
, yakni Reduksi data yaitu proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi
data kasar; Penyajian data kasar yaitu menyajikan data yang telah direduksi dan
menyusun data supaya dapat membantu pengambilan kesimpulan; dan Penarikan
kesimpulan. Untuk memudahkan pembahasan, data-data yang ada akan disajikan dalam
berbagai pola. Selain penjelasan deskriptif juga akan disajikan dalam beberapa penjaian
misalnya bentuk matrik, skema, mapping, dan model analisis dan penyajian data lainnya
yang sesuai. Data kuantitatif terkait dengan topik kajian meskipun terbatas akan
dikumpulkan dan dianalisis dengan penyajian dalam bentuk tabel proporsi, analisis
struktur, dan penyajian lain yang sesuai.
8
E. M., supra note 3.
9
Hariadi SS & Widhiningsih DF, “Farmer Group Role on Adoption of Local Wisdom Innovation to
Support Food Self-Sufficiency” (2015) Vo. 4 No.10 International Journal of Humanities and Social
Science Invention.
10
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2014).
89 | INTERDISCIPLINARY JOURNAL ON LAW, SOCIAL SCIENCES AND HUMANITIES
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Minapadi mengintegrasikan budidaya tanaman pangan dan perikanan dimana dalam
satu hamparan sawah yang sama, petani dapat memanen gabah dan ikan. Sistem ini
dapat dijalankan dengan baik di D.I. Yogyakarta mengingat ketersediaan air yang selalu
terpenuhi sepanjang tahun. Selain mendapatkan keuntungan berupa pupuk organik dari
kotoran ikan, minapadi memberikan jaminan ketentraman bagi petani ketika mereka
mengalamai gagal panen karena serangan hama wereng, petani masih mendapat hasil
panen berupa ikan. Dalam budidaya minapadi, petani cenderung memilih untuk
membudidayakan ikan nila berdasarkan permintaan dari konsumen yang merupakan
pengusaha makanan olahan ikan air tawar. Beberapa lokasi yang berpotensi besar untuk
mengimplementasikan minapadi beserta inovasinya adalah Kecamatan Berbah,
Kecamatan Moyudan, dan Kecamatan Seyegan. Dari penerapan budidaya mina padi yang
telah dilakukan oleh kelompok petani di Kecamatan Moyudan, didapati informasi
sebagai berikut:
A. Inovasi Minapadi Organik
Untuk mengoptimalkan penggunaan lahan, minapadi dilengkapi dengan berbagai
inovasi yang dapat diaplikasikan dalam pra-budidaya, budidaya, dan pasca-budidaya.
Selain memilih bibit unggul seperti yang dilakukan dalam budidaya ikan secara
konvensional, minapadi yang dilakukan oleh masyarakat merupakan minapadi organik
dengan menyediakan pakan organik berupa cacing sutera sebagai ganti dari pakan kimia.
Cacing sutera memiliki nilai gizi yang baik sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
ikan. Untuk anakan padi yang dipilih adalah anakan yang tahan genangan dan anakan
kokoh yang tahan dengan aktivitas ikan nila yang cukup aktif, terutama di dekat saluran
air. Inovasi selama kegiatan budidaya yang diterapkan setelah proses pembibitan
menekankan pada teknik penanaman, pembuatan kolam dalam dan kolam kicir,
pemupukan, dan pengendalian hama secara organik dengan kearifan lokal.
1. Tanam Benih Langsung (Tabela)
Tabela akronim dari tanam benih langsung merupakan salah satu inovasi budidaya
menanam padi yang dilakukan dengan cara menanam benih padi secara langsung di
lahan. Sistem tabela dipilih dalam budidaya padi karena tidak memerlukan penyemaian
dan pemindahan bibit sehingga lebih mengefisiensikan waktu dan tenaga. Akan tetapi,
dalam pelaksanaannya perlu adanya pengolahan tanah terlebih dahulu sehingga lahan
yang digunakan dapat ditanami dengan menggunakan sistem tabela ini. Benih harus
direndam terlebih dahulu hingga berkecambah dan kemudian baru bisa ditanam di lahan
yang telah disiapkan. Penanaman padi dengan tabela dilakukan dengan membenamkan
benih dengan jarak tanam yang cukup yang sudah diatur sebelumnya.
2. Kolam Dalam atau Bak Bajak
Kolam dalam dibuat oleh petani untuk membantu dalam pemanenan ikan. Kolam dalam
biasanya dibuat di tepi petak sawah dengan kedalaman yang lebih dalam dibanding
90 | Model Inovasi Minapadi dan Peran Aktor yang Mendukung Diseminasi Inovasi Minapadi di Kabupaten
Sleman
dengan permukaan yang lain. Petani tidak menerapkan ukuran yang pasti karena lebar
kolam disesuaikan dengan luasan minapadi. Ketika masa panen tiba, ikan-ikan yang siap
dipanen digiring untuk masuk ke kolam dalam menggunakan alat atau jarring besar.
Kolam dalam ini berfungsi sebagai penampungan sebelum ikan diangkat ke daratan,
Dengan demikian, ikan tetap hidup dan segar walaupun dilakukan pengeringan lahan
dilakukan pada saat panen padi. Petani juga membuat bak bajak di bagian tepi lahan
yang dibuat lebih dalam dan tidak ditanami padi. Fungsinya untuk tempat
dibudidayakannya ikan dan untuk irigasi lahan.
Gambar 1. Mina padi kolam dalam
sumber: www.kkp.go.id/dpjb
3. Kolam Penampung dan manajemennya
Petani secara bersama-sama membuat kolam penampung yang menampung ikan dalam
sementara waktu. Kolam penampung merupakan salah satu inovasi yang dibuat
berdasarkan keresahan petani karena ikan hasil minapadi yang belum laku dijual di
pasaran. Dengan demikian, petani dapat melanjutkan mengolah lahan minapadi atau
sawah tanpa perlu memikirkan ikan yang belum terjual. Petani juga membentuk
kelembagaan yang akan mengelola kolam tersebut. Sebagai contoh, ketika petani
menitipkan 2 kg hasil ikan ke kolam penampung dan apabila ikan tersebut laku terjual,
petani tersebut akan mendapatkan uang senilai dengan 2 kg ikan tersebut. Di samping
itu.
91 | INTERDISCIPLINARY JOURNAL ON LAW, SOCIAL SCIENCES AND HUMANITIES
Gambar 2. Kolam penampung ikan Kelompok Mina Sekawan
Sumber: Dokumentasi Kelompok Mina Sekawan
4. Kolam Kincir
Petani memasang kincir di kolam budidaya ikan nila sebagai regulator air. Penggunaan
kolam kincir dapat membantu meningkatkan hasil panen 4-6 kali lipat. Tanpa kolam
kincir produksi hanya 5 kuital namun dengan kolam kincir hasil panen ikan meningkat
yaitu sekitar 2-3 ton. Selain itu, pemasangan kolam kincir juga memicu ikan untuk cepat
tumbuh besar. Penggunaan kincir pertama kali diterapkan oleh ketua kelompok KPI
Mina Murakabi yang mencoba pemasangan kincir berdasarkan rekomendasi dari teman
kemudian berhasil sehingga kemudian dijadikan sebagai percontohan oleh kelompok
lainnya.
5. Sistem Tanam Jajar Legowo
Sistem penanaman tajarwo atau tanam jajar legowo merupakan upaya meningkatkan
populasi dengan cara mengatur jarak tanam. Sistem tanam ini memanipulasi tata letak
tanaman, sehingga rumpun tanaman sebagian besar menjadi tanaman pinggir. Hal ini
dilakukan karena tanaman padi yang berada di pinggir akan mendapatkan sinar
matahari yang lebih banyak, sehingga menghasilkan gabah lebih tinggi dengan kualitas
yang lebih baik (Ikhwani et al., 2013). Di sisi lain, tajarwo pada umumnya juga
diaplikasikan dalam budidaya padi di berbagai area di Indonesia karena memudahkan
petani dalam melakukan penyiangan dan memberikan ruang bagi ikan untuk bergerak
selama melakukan perawatan dan pemanenan. Terdapat berbagai macam pola tajarwo
utamanya yang diterapkan oleh petani minapadi di Kabupaten Sleman, antara lain yaitu
Tajarwo 2:1 (setiap dua baris tanaman diselingi satu barisan kosong), Tajarwo 2:2 (setiap
dua baris tanaman diselingi dua barisan kosong), Tajarwo 4:1 (setiap empat baris
tanaman diselingi satu barisan kosong), Tajarwo 5:2 (setiap lima baris tanaman diselingi
dua barisan kosong). Sistem tanam tajarwo yang direkomendasikan adalah 2:1 namun
mayoritas petani di Kabupaten Sleman mengaplikasikan 4:1 di samping 2:1 Gambar
tajarwo 4:1 dan 2:1
6. Pengelolaan Hama dengan Memanfaatkan Kearifan Lokal
Tanaman padi dapat terserang berbagai jenis hama, salah satunya adalah hama tikus yang
kerap menyerang. Adanya kolam dalam sistem minapadi ini dengan sendirinya mencegah
mobilitas tikus untuk menyerang tanaman padi. Langkah lainnya yang diterapkan petani
adalah dengan melepaskan burung hantu di sekitar area persawahan. Burung hantu ini
secara naluri akan memangsa tikus untuk dijadikan makanannya. Cara ini tergolong
efektif untuk mempertahankan ekosistem di lahan persawahan. Kelemahand dari musuh
alami berupa burung hantu ini ialah terkadang burung tersebut terbang bebas ke area
lainnya yang memiliki banyak tikus dan tidak kembali ke sawah milik petani yang
melepaskan burung tersebut. Ketika jumlah burung hantu dirasa tidak cukup untuk
mengendalikan tikus, petani kemudian membuat trap barrier system yang diletakkan di
92 | Model Inovasi Minapadi dan Peran Aktor yang Mendukung Diseminasi Inovasi Minapadi di Kabupaten
Sleman
bagian kolam atau parit tempat budidaya ikan. Sistem ini sangat efektif untuk
mengantisipasi tikus yang mulai kebal dengan lingkungan kolam yang tergenang air.
B. Inovasi Pascabudidaya
Setelah kegiatan pra budidaya dan budidaya minapadi itu sendiri berlangsung, petani
yang menerapkan minapadi juga memberikan perlakukan khusus bagi usaha
minapadinya setelah budidaya dilaksanakan, tau dengan kata lain yaitu pasca-budidaya.
Kegiatan ini terkait dengan penggunaan teknologi dan teknik untuk melakukan
pemanenan, pengolahan pasca panen, dan pemasaran, baik untuk produk ikan maupun
padi. Berikut diantara inovasi yang tersedia.
1. Tresher untuk Panen Padi
Tresher atau alat perontok padi merupakan alat mesin pertanian yang sering digunakan
petani dalam masa panen padi. Alat ini berfungsi untuk memisahkan padi dengan jerami.
Jenis tresher ini terdapat dua macam yaitu tresher manual dengan menggunakan pedal
dan tresher yang digerakkan dengan tenaga mesin. Penggunaan tresher lebih
menguntungkan petani karena kehilangan hasil panen akibat padi yang masih tertinggal
di jerami lebih sedikit dari pandang dengan alat yang lain. Pada penelitian masih terdapat
petani yang menggunakan tresher manual, akan tetapi lebih banyak yang menggunakan
tresher mesin. Tresher mesin lebih memudahkan petani dalam merontokkan padi karena
tidak memutuhkan tenaga untuk menggenjot pedal serta lebih mengefisiensikan waktu.
2. Harpa untuk Menangkap Ikan
Harpa dalam sistem minapadi merupakan jaring yang digunakan oleh petani untuk
menangkap ikan pada saat proses pemanenan. Pada saat lahan akan dikeringkan, ikan
harus dipanen terlebih dahulu dalam kondisi air masih menggenang. Oleh karena itu,
untuk mempermudah proses pemanenan ikan, digunakan jaring khusus yang disebut
harpa.
3. Pasar Ikan Mina Sekawan (Penjualan Ikan Langsung di Lahan)
Di salah satu kelompok tani, penjualan ikan dilakukan dibawah manajemen kelompok.
Untuk melancarkan proses penjualan ikan, kelompok membentuk Pasar Ikan Mina
Sekawan sebagai wadah pemasaran untuk para pembudidaya ikan di kelompok. Sistem
ini membantu para petani dan pembudidaya ikan, karena tidak lagi perlu mencari
pembeli. Pembeli sudah akan datang setiap hari ke kelompok untuk membeli ikan milik
petani dan pembudidaya ikan secara langsung dan memilih ikan yang akan dibeli.
4. Pemasaran Kolektif (Kelompok)
Minapadi merupakan salah satu program yang digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten
Sleman dalam rangka optimalisasi lahan pertanian. Oleh karena itu, kelompok tani
diminta untuk menerapkan sistem ini dengan luasan satu hektar per kelompok untuk
kemudian diberi bantuan oleh Dinas Pertanian dan Perikanan. Program ini kemudian
menjadikan beberapa kelompok mengelola lahan minapadi secara bersama-sama
93 | INTERDISCIPLINARY JOURNAL ON LAW, SOCIAL SCIENCES AND HUMANITIES
termasuk untuk pemasarannya. Walaupun lahan kelompok hanya dikerjakan beberapa
orang anggota, tetapi anggota lain yang juga memiliki lahan minapadi dapat ikut menjual
hasilnya melalui kelompok. Sistem pemasaran kolektif ini membantu anggota kelompok
untuk menjangkau akses terhadap pembeli, sehingga meminimalisir risiko kerugian.
5. Pengolahan Nila
Pengolahan dan pemasaran produk hasil olahan ikan nila dilakukan oleh kelompok
pengelola dan pemasar. Pengolahan ikan nila sekarang dijalankan dengan adanya
pendampingan dari Dinas Perikanan yang berupa pelatihan sebanyak epat kali dalam
setahun. Kelompok pengelola dan pemasar mencoba membuat katering dengan menu
yang berbahan dasar ikan nila. Untuk mendukung usaha ini, kelompok juga melakukan
penanaman sayuran di pematang-pematang kolam. Selain itu kelompok pengelola dan
pemasar juga bekerjasama dengan posyandu untuk membuat bubur dan abon untuk
anak-anak dalam kegiatan posyandu.
C. Aktor yang Terlibat dalam Proses Diseminasi Inovasi
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, diseminasi merupakan sebuah proses
penyebaran informasi secara terarah dan tersencana. Awal mula keberadaan teknologi
ini di Kabupaten Sleman, inovasi ini diteliti dan dikembangkan oleh Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Daerah Istimewa Yogyakarta terlebih dahulu untuk
memastikan kecocokan teknologi dan perpaduan teknik minapadi dengan teknik yang
sudah ada sebelumnya, seperti tajarwo atau peralatan seperti mesin thresher, paranet, dan
lain sebagainya. Setelah inovasi tersebut dikembangkan oleh BPTP, maka Dinas
Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman secara khusus menyasar kelompok
tani yang mau menerapkan budidaya minapadi di Kabupaten Sleman.
Kelompok tani yang menerapkan inovasi ini berada di beberapa Kecamatan, seperti
Kecamatan Moyudan, Kecamatan Seyegan, Kecamatan Berbah, dan lain sebagainya.
Keseluruhan kelompok minapadi mengakui bahwa inovasi pada awalnya diperkenalkan
oleh Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman. Inovasi minapadi ini
terkait dengan pengembangan 2 (dua) sector sekaligus, yaitu mina atau pengembangan
peternakan ikan, dan padi, yaitu pengembangan penanaman padi di lahan sawah,
sehingga dalam pelaksanaannya, inovasi minapadi di tingkat petani didampingi oleh 2
(dua) orang penyuluh, yaitu Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Perikanan dan PPL
Pertanian Tanaman Pangan. Akan tetapi, karena dalam pelaksana di tingkat Kabupaten
berada pada 1 (satu) dinas yang sama, sehingga pelaksanaan pendampingan inovasi
minapadi ini berjalan pada kedua dinas tersebut.
Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman secara khusus memang
memiliki wewenang untuk menyebarluskan informasi inovasi minapadi pada petani,
namun demikian, setiap modifikasi yang dilakukan oleh petani, baik pada proses pra-
budidaya, budidaya, dan pasca-budidaya ada yang dikenalkan oleh Dinas, Petugas
Penyuluh Lapangan (PPL) perikanan, PPL Pertanian, dan ketua kelompok dalam forum
pertemuan kelompok tani masing-masing.
94 | Model Inovasi Minapadi dan Peran Aktor yang Mendukung Diseminasi Inovasi Minapadi di Kabupaten
Sleman
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Pertanian minapadi yang dikembangkan oleh petani memiliki manfaat yaitu
meningkatkan kesuburan tanah dari pupuk organik dengan bahan dasar kotoran ikan,
pengendalian gulma yang lebih mudah, dan optimalisasi lahan. Hal tersebut juga dapat
mengefisienkan biaya produksi dan petani dapat memperoleh hasil panen padi dan ikan
untuk memenimalisir kegagalan panen. Untuk menunjang kualitas dan kuantitas hasil
produksi, terdapat berbagai macam inovasi yang dikembangkan antara lain inovasi pra-
budidaya, inovasi budidaya, dan inovasi pasca-budidaya.
Bentuk inovasi yang dilakukan sebelum kegiatan budidaya terkait penyediaan
input misalnya pembibitan dengan bibit unggul dan pakan ikanberupa cacing sutera.
Dalam kegiatan budidaya, diadopsi inovasi tentang persiapam tanam, penanaman bibit
padi, jenis kolam hingga pembuatan bak bajak. Untuk mempertahankan hasil produksi
dan kualitasnya, petani menggunakan paranet serta burung hantu dan trap barrier system
untuk hama tikus. Inovasi yang dikembangkan oleh petani setelah memasuki pasca-
budidaya berupa thresher dan harpa. Di samping itu, inovasi penjualam yang dilakukan
petani antara lain pasar ikan Mina Sekawan, pemasaran kolektif antarkelompok ,
mengolah ikan nila dan menjualnya melalui catering yang diselenggarakan bersama ibu-
ibu dan dijual melalui posyandu. Secara umum, inovasi dapat meningkatkan
produktivitas walaupun belum semua petani memanfaatkan keseluruhan inovasi
tersebut.
Aktor-aktor yang berperan dalam mendukung inovasi tersebut antara lain Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Daerah Istimewa Yogyakarta, Dinas Pertanian
Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Balai penyuluhan Pertanian dan para
penyuluh tanaman pangan dan penyuluh perikanan serta Posyandu dan kelompok ibu-
ibu di wilayah sekitar. Komunikasi antara petani dan aktor-aktor pertanian dilakukan
secara komunikasi kelompok melalui kelompok tani. Ketua kelompok berperan sebagai
mediator melalui komunikasi dialogis.
Karena proses komunikasi untuk diseminasi inovasi dari pemerintah dan petani
dilakukan melalui kelompok tani, perlu adanya pengembangan sistem komunikasi
efektif dan efisien melalui media digital. Dengan demikian, petani yang memiliki
pekerjaan lain dapat berkontribusi dalam ide maupun dapat menerima informasi yang
sama dengan petani lain yang lebih aktif hadir dalam pertemuan kelompok. Selain itu,
pelatihan dasar tentang penguatan kelompok tani yang meliputi kohesivitas, loyalitas,
dan pemaknaan peran kelompok perlu diinisiasi oleh penyuluh dengan bekerjasama
dengan stakeholder contohnya akademisi. Hal tersebut dapat meningkatkan kepercayaan
petani terhadap kelompok tani dan juga meningkatkan adopsi inovasi. Selain itu, perlu
adanya kegiatan studi banding antar-kelompok sebab ditemukan bahwa terdapat
perbedaan kecenderungan diseminasi inovasi pada masing-masing kelompok. Untuk itu,
diperlukan penelitian lebih lanjut tentang tingkat adopsi dan juga analisis jaringan
komunikasi untuk mengetahui komunikasi yang paling efektif dalam diseminasi inovasi.
95 | INTERDISCIPLINARY JOURNAL ON LAW, SOCIAL SCIENCES AND HUMANITIES
ACKNOWLEDGEMENT
Penelitian ini didanai oleh Universitas Gadjah Mada melalui program Hibah Kapasitas
Dosen Muda Universitas Gadjah Mada tahun 2019. Dukungan dari Kelompok Mina
Murakabi juga membantu dalam penyelesaian penelitian ini.
V. DAFTAR PUSTAKA
E M, Rogers, Diffusion of Innovations (London: Collier Macmillan Publisher, ed, 1983).
Eriyanto, Analisis Jaringan Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2014).
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2014).
A R, Cindoswari, “Analisis Struktur Jaringan Komunikasi dalam Adapasi Ekonomi,
Sosial, dan Budaya pada Paguyuban Babul Akhirat di Kota Batam” (2016) Vo. 10,
No.2 Jurnal Komunikasi.
Akbar, Ali, “Peran Intensifikasi Mina Padi dalam Menambah Pendapatan Petani Padi
Sawah Digampong Gegarang Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah”
(2017) 1:1 Jurnal Sains Pertanian 28–38.
DR, Hapsari, “Peran Jaringan Komunikasi dalam Gerakan Sosial untuk Pelestarian
Lingkungan Hidup” (2016) Vol. 1 No.1 Jurnal Komunikasi ISKI.
PA, Rangkuti, “Analisis Peran Jaringan Komunikasi Petani dalam Adopsi Inovasi
Traktor Tangan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat” (2009) Vol. 27 No. 1 Jurnal
Agroekonomi.
S, Lestari & Rifai M, “Pemeliharaan Ikan lele bersama Padi (mina padi) sebagai Potensi
Keuntungan Berlipat untuk Petani” (2017) Vol. 2 Jurnal Terapan Abdimas.
SS, Hariadi & Widhiningsih DF, “Farmer Group Role on Adoption of Local Wisdom
Innovation to Support Food Self-Sufficiency” (2015) Vo. 4 No.10 International Journal
of Humanities and Social Science Invention.