ArticlePDF Available

PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK MELALUI BUDIDAYA MAGGOT BSF ORGANIC WASTE PROCESSING THROUGH BSF MAGGOT CULTIVATION

Authors:

Abstract

Sumber sampah di Indonesia mayoritas berasal dari sampah sisa makanan. Kelompok Peduli Lingkungan Goro Sampah mampu mengelola sampah sisa makanan menjadi pupuk kompos. Namun cara ini membutuhkan waktu yang lama. Perlu adanya penanaman pengetahuan baru untuk Kelompok Peduli Lingkungan Goro Sampah untuk memaksimalkan pengolahan sampah organik di lingkup Rt 35 Sentono, dengan memberikan pengetahuan tentang budidaya maggot. Pelatihan budidaya maggot dilaksanakan dengan mengajak pengurus Kelompok Peduli Lingkungan Goro Sampah bersama mahasiswa ke tempat budidaya maggot. Disana akan dijelaskan oleh peternak maggot mengenai seluk beluk budidaya maggot mulai dari pembibitan hingga panen. Mahasiswa berperan sebagai pengonsep dan teknis acara. Harapannya setelah kegiatan pengabdian ini Kelompok Peduli Lingkungan Goro Sampah mampu mengolah sampah organik menjadi pakan maggot BSF, (Black Soldier Fly) kemudian bisa dimanfaatkan untuk pakan ikan atau ternak, maupun dijual. Kegiatan Pagadian ini memiliki target luaran berupa artikel ilmiah, laporan kemajuan dan laporan akhir.
JURNAL EMPATI
Edukasi Masyarakat, Pengabdian dan Bakti
Vol. 3 No. 1 April 2022 Hal 34-37
ISSN 2774-4442 (print) dan ISSN 2774-2296 (online)
Jurnal EMPATI: Edukasi Masyarakat, Pengabdian dan Bakti
http://ejournal.unimugo.ac.id/EMPATI/article/view/742
DOI: https://doi.org/10.26753/empati.v3i1.742 34
Pengolahan Sampah Organik melalui Budidaya Maggot BSF
Organic Waste Processing through BSF Maggot Cultivation
Mabruroh1*, Aflit Nuryulia Praswati2, Helmia Khalifah Sina3, Denda Mulya
Pangaribowo4
1,2,3 Department of Management, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia
*Corresponding author: mab242@ums.ac.id
ABSTRAK
Kata Kunci:
maggot BSF;
aampah organic;
pelatihan
budidaya
Sumber sampah di Indonesia mayoritas berasal dari sampah sisa makanan. Kelompok Peduli
Lingkungan Goro Sampah mampu mengelola sampah sisa makanan menjadi pupuk kompos.
Namun cara ini membutuhkan waktu yang lama. Perlu adanya penanaman pengetahuan baru
untuk Kelompok Peduli Lingkungan Goro Sampah untuk memaksimalkan pengolahan
sampah organik di lingkup Rt 35 Sentono, dengan memberikan pengetahuan tentang budidaya
maggot. Pelatihan budidaya maggot dilaksanakan dengan mengajak pengurus Kelompok
Peduli Lingkungan Goro Sampah bersama mahasiswa ke tempat budidaya maggot. Disana
akan dijelaskan oleh peternak maggot mengenai seluk beluk budidaya maggot mulai dari
pembibitan hingga panen. Mahasiswa berperan sebagai pengonsep dan teknis acara.
Harapannya setelah kegiatan pengabdian ini Kelompok Peduli Lingkungan Goro Sampah
mampu mengolah sampah organik menjadi pakan maggot BSF, (Black Soldier Fly) kemudian
bisa dimanfaatkan untuk pakan ikan atau ternak, maupun dijual. Kegiatan Pagadian ini
memiliki target luaran berupa artikel ilmiah, laporan kemajuan dan laporan akhir.
ABSTRACT
Keywords:
maggot BSF;
organic wast;
cultivation
training
The majority of waste sources in Indonesia come from food waste. The Goro Waste
Environmental Care Group is able to manage food waste into compost. However, this method
takes a long time. It is necessary to inculcate new knowledge for the Goro Waste
Environmental Care Group to maximize organic waste processing in the scope of Rt 35
Sentono, by providing knowledge about maggot cultivation. The maggot cultivation training
was carried out by inviting the Goro Waste Environmental Care Group management with
students to the maggot cultivation site. There will be explained by maggot breeders about the
ins and outs of maggot cultivation from seeding to harvesting. Students act as drafters and
event technicians. It is hoped that after this service activity, the Goro Waste Environmental
Care Group is able to process organic waste into BSF maggot feed, (Black Soldier Fly) which
can then be used for fish or livestock feed, or for sale. This Pagadian activity has an output
target in the form of scientific articles, progress reports and final reports.
PENDAHULUAN
Hampir seluruh negara didunia
menghadapi permasalahan sampah. Tidak
hanya di Indonesia yang menghadapi
permasalahan sampah. Kota kota besar di
Indonesia rata rata setiap harinya
menghasilkan puluhan ton sampah.
Sampah-sampah ini diangkut oleh truk
khusus sampah kemudian dibuang atau
ditumpuk begitu saja ditempat yang sudah
ditentukan tanpa diolah lebih lanjut.
Sehingga jumlah sampah semakin hari
akan semakin menumpuk dan menjadi
gunung sampah, seperti yang terlihat di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Jika
sampah ini terus dibiarkan akan
mengakibatkan pencemaran lingkungan
dan penyakit yang akan mengganggu
Mabruroh, dkk /EMPATI: Jurnal EMPATI: Edukasi Masyarakat, Pengabdian dan Bakti. Vol.3, No.1, April 2022 Hal 34-37
Jurnal EMPATI: Edukasi Masyarakat, Pengabdian dan Bakti
http://ejournal.unimugo.ac.id/EMPATI/article/view/742
DOI: https://doi.org/10.26753/empati.v3i1.742 35
aktivitas warga sekitar
(Wiryono&SinthiaDewi, 2020).
Pada tahun 2021, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK) mencatat bahwa jumlah timbulan
sampah sebesar 22,9juta ton per tahun.
Dari timbulan sampah ini sebanyak
39,35% bersumber dari sampah sisa
makanan. Timbulan sampah di Provinsi
Jawa Tengah sebanyak 3,76 juta ton,
dengan perolehan timbulan sampah ini
menjadikan Provinsi Jawa Tengah menjadi
penghasil timbulan sampah terbanyak
dalam skala nasional. Komposisi sampah
provinsi Jawa Tengah mayoritas berasal
dari sampah sisa makanan sebanyak
35,67%. Sampah sisa makanan merupakan
limbah organik yang dibuang berasal dari
pabrik pengolahan makanan, rumah
tangga, dapur komersial. Sampah rumah
tangga menghasilkan limbah nasi, sayuran,
kacang-kacangan, umbi-umbian dan buah-
buahan. Limbah organik ini jika tidak
diolah dengan baik akan terjadi
pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan bagi penduduk sekitar.
Dinas Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (DLHK) Klaten mengkaji
timbunan sampah, diketahui bahwa setiap
warga Klaten menghasilkan sampah 0,5 kg
per harinya. Jika jumlah 0,5 Kg dikalikan
dengan jumlah penduduk, maka setidaknya
setiap hari penduduk Klaten menghasilkan
300 ton sampah. Sementara itu, kapasitas
pengolahan sampah di TPAS Troketon
hanya 50% dari jumlah sampah yang
dihasilkan oleh penduduk Klaten setiap
harinya.
Desa Ngawonggo, Dukuh Sentono Rt
35 memiliki tim khusus yang menangani
permasalahan sampah di skala RT. Tim ini
bernama Kelompok Peduli Lingkungan
“Goro Sampah”, resmi dibentuk pada
tahun 2019 dipimpin oleh Bapak Muh
Hasyim. Tim ini bertugas untuk mengelola
sampah rumah tangga yang dihasilkan di
RT 35 Sentono, dimulai dari mengambil
sampah di tiap rumah warga, pembakaran
sampahan organik, dan pengolahan
sampah organik menjadi kompos.
Permasalahan yang dihadapi oleh
Kelompok Peduli Lingkungan Goro
Sampah dalam mengolah sampah organik
hanya diolah menjadi kompos, hal ini tidak
sebanding dengan jumlah sampah organik
yang sudah dikumpulkan.
Upaya menangani permasalahan
sampah organik di Indonesia dengan cara
mengubah sampah organik menjadi pupuk
organik, menjadi bioethanol, dan menjadi
bioenergi. Tujuan pengolahan sampah
untuk mengurangi jumlah limbah namun
dapat menciptakan nilai ekonomi dari
limbah. Pengolahan sampah organik yang
saat ini sedang gencar dilakukanya itu
mengubah sampah organik menjadi
bioenergi dengan membudidayakan
maggot BSF (Black Soldier Fly) sebagai
pakan ternak atau ikan (Afkar et al., 2020).
Metode biokonversi adalah
perombakan sampah organik menjadi
sumber energi metan melalui fermentasi
yang melibatkan makhluk hidup,
penguraian zat ini secara anaerob.
organisme yang berperan dalam proses ini
yaitu jamur, bakteri, dan larva. Black
Soldier Fly (BSF) dalam bahasa latin
Hermetia Illucens merupakan lalat asli
Benua Amerika, dan sudah ditemukan di
Indonesia tepatnya di Maluku dan Irian
Jaya. Larva Black Soldier Fly (BSF)
memiliki kelebihan dalam mereduksi
limbah organik dan bermanfaat sebagai
pakan ikan, memiliki kandungan mikroba
dan anti jamur. Maggot mengandung
protein sebesar 45-50%, dan lemak sebesar
24-30%. Kandungan dari maggot akan
digunakan sebagai pakan baik ternak
maupun ikan (Afkar et al., 2020; Rambet et
al., 2016).
Metode biokonversi oleh maggot ini
mampu mengurangi limbah organik hingga
56%. pemanfaaatan maggot sebagai
dekomposer alami ini akan menghasilkan
tiga produk utama yaitu larva sebagai
pakan ternak, cairan hasil aktivitas larva
sebagai pupuk cair, sisa sampah organik
kering sebagai pupuk (Balitbang, 2016).
Mabruroh, dkk /EMPATI: Jurnal EMPATI: Edukasi Masyarakat, Pengabdian dan Bakti. Vol.3, No.1, April 2022 Hal 34-37
Jurnal EMPATI: Edukasi Masyarakat, Pengabdian dan Bakti
http://ejournal.unimugo.ac.id/EMPATI/article/view/742
DOI: https://doi.org/10.26753/empati.v3i1.742 36
Salah satu solusi yang bisadi terapkan oleh
pengurus Kelompok Peduli Lingkungan
Goro Sampah yaitu memanfaatkan maggot
sebagai decomposer alami.
Kelompok Peduli Lingkungan Goro
Sampah mengumpulkan sampah rumah
tangga yang dihasilkan oleh rumah tangga
dilingkup Rt 35 Sentono. Sampah
anorganik botol plastik, kaleng, plastic
bekas dikumpulkan secara kolektif di Goro
Sampah, jika sudah terkumpul dalam satu
tahun maka akan dijual ke pengepul.
Sampah organik yang dihasilkan oleh
rumah tangga berupa sisa nasi, sayur basi,
sayuran, buah, dikumpulkan dan diolah
menjadi kompos. Namun selama ini
pengolahan menjadi kompos kurang
maksimal karena proses dari sampah
organik menjadi kompos membutuhkan
waktu 40-60 hari. Maka tim pengusul
mengusulkan untuk Kelompok Peduli
Lingkungan Goro Sampah juga mengolah
sampah organik menjadi pakan maggot
BSF. Kelebihan budidaya maggot BSF
dibandingkan dengan pengolahan menjadi
kompos yaitu tidak membutuhkan waktu
yang lebih singkat dan setiap hari maggot
BSF membutuhkan makanan dari sampah
organik. Maggot BSF ini bisa
dimanfaatkan oleh Kelompok Peduli
Lingkungan Goro Sampah menajadi pakan
ikan, ternak maupun dijual, sehingga akan
menambah kas desa.
METODE
Metode pelaksanaan kegiatan
pengabdian masyarakat ini terdiri dari
beberapa tahapan yaitu:
a.
Persiapan
Pada tahap persiapan ini meliputi
seluruh pihak yang terkait
bekerjasama mempersiapkan
seluruh kebutuhan dan peralatan
dalam proses pelaksanaan
kegiatan.
b.
Identifikasi dan Pemetaan
Permasalahan
Setelah melaksanakan persiapan,
tahap kedua yaitu
mengidentifikasi dan
memetakan permasalahan yang
ada pada Kelompok Peduli
Lingkungan Goro Sampah.
c.
Perumusan Masalah
Tahap ketiga yaitu perumusan
masalah. Pada tahap ini bertujuan
untuk menentukan pertanyaan-
pertanyaan yang timbul karena
adanya permasalahan yang ada,
sehingga akan menemukan
tahap-tahapan yang sesuai
dengan permasalahan mitra.
d.
Pelaksanaan
Untuk menanamkan minat
pengurus Kelompok Peduli
Lingkungan Goro Sampah perlu
adanya pemberian pengetahuan
tentang budidaya maggot BSF
dan keuntungan budidaya
maggot BSF ini. Maka dalam
pengabdian ini akan mengajak
pengurus Kelompok Peduli
Lingkungan Goro Sampah untuk
belajar membudidayakan maggot
BSF sebagai alternative lain
pengolahan sampah organik.
Untuk teknis pelaksanaanya,
pengurus Kelompok Peduli
Lingkungan Goro Sampah akan
diajak ke tempat budidaya
maggot yang berada di barat
terminal penggung. Disana akan
dipaparkan materi tentang
budidaya maggot dimulai dari
persiapan, pembibitan, hingga
panen. Langkah budidaya
maggot BSF yaitu:
1)
Menyiapkan alat dan bahan, terdiri
dari :
a)
Reaktor volume 25 L
b)
Limbah organik
c)
EM4 peternakan
d)
Air
e)
Tutup ember yang sudah
dilubangi
2)
Memasukkan limbah organik yang
sudah dipotong kecil kecil
sebanyak 5 Kg ke dalam reaktor.
Mabruroh, dkk /EMPATI: Jurnal EMPATI: Edukasi Masyarakat, Pengabdian dan Bakti. Vol.3, No.1, April 2022 Hal 34-37
Jurnal EMPATI: Edukasi Masyarakat, Pengabdian dan Bakti
http://ejournal.unimugo.ac.id/EMPATI/article/view/742
DOI: https://doi.org/10.26753/empati.v3i1.742 37
3)
Larutkan satu tutup botol EM4
peternakan dengan air hingga 1 liter
4)
Melarutkan larutan EM4 dan air ke
dalam reaktor berisi limbah organik
secara merata.
5)
Tutuplah reaktor dengan pelepah
pisang.
6)
Tunggulah selama kurang lebih 14
hari maggot BSF siap panen.
(Afkar et al., 2020)
e.
Penyusunan laporan terdiri dari
laporan kemajuan dan laporan
akhir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Program pengabdian masyarakat
Pelatihan Budidaya Maggot ditekankan
pada peningkatan pengetahuan Kelompok
Peduli Lingkungan Goro Sampah. Materi
disampaikan dengan metode ceramah
demonstrasi di peternak maggot. Tujuan
program ini agar pengetahuan pengurus
Kelompok Peduli Lingkungan Goro
Sampah dalam mengolah sampah organik
meningkat. Kedepannya dapat mengolah
sampah organik melalui Teknik budidaya
maggot selain menggunakan Teknik
kompos secara mandiri. Untuk mengukur
tingkat pemahaman peserta pelatihan, kami
memberikan pertanyaan tentang budidaya
maggot BSF. Hasilnya sebelum pelatihan
budidaya maggot, mayoritas peserta belum
mengetahui proses budidaya maggot yang
berhasil. Setelah materi disampaikan,
peserta memahami proses budidaya
maggot. Kami juga mengukur minat
peserta untuk membudidayakan maggot.
Hasilnya, mayoritas peserta berminat dan
berniat untuk membudidayakan maggot
BSF.
SIMPULAN
Dengan dilaksanakannya pelatihan
budidaya maggot BSF pada Kelompok
Peduli Lingkungan Goro Sampah,
pemahaman peserta tentang budidaya
maggot meningkat. Meningkatnya
pengetahuan dan pemahaman peserta
terhadap budidaya maggot untuk
kedepannya akan meningkatkan
pendapatan kas desa. Dengan adanya
pelatihan ini akan menjadi kebermanfaatan
bagi kelompok peduli lingkungan Goro
Sampah.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kami ucapkan kepada LPMPP
UMS, Organisasi Muhammadiyah
Kabupaten Klaten, Pengurus Kelompok
Peduli Lingkungan Goro Sampah, tim
materi maggot dan tim pelaksana yang
terdiri dari dosen dan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Afkar, K., Masrufah, A., Fawaid, A. S.,
Alvarizi, W., Khoiriyah, L.,
Khoiriyah, M., Kafi, A., Faradilla,
R. S., Amsah, R., Hidayah, N. N., S
Alsabella, A., Ayu, D., Nazwa, R.,
Fadila, S. N., Eka, U., Sari, K.,
Naim, I., Nur, S., Itsnaini, R., &
Ramadhan, M. N. (2020). Budidaya
Maggot BSF (Black Soldier Fly)
Sebagai Pakan Alternatif Ikan Lele
(Clarias Batracus) Di Desa
Candipari, Sidoarjo Pada Program
Holistik Pembinaan Dan
Pemberdayaan Desa (Php2d).
Journal Of Science And Social
Development, 3, 1016.
Rambet, V., Umboh, J. F., Tulung, Y. L.
R., Kowel, Y. H. S.,
&Korespondensi, *. (2016).
Kecernaan Protein Dan Energi
Ransum Broiler Yang
Menggunakan Tepung Maggot
(Hermetia Illucens) Sebagai
Pengganti Tepung Ikan. In Zootek"
Journal ) (Vol. 36, Issue 1).
Wiryono, B., &SinthiaDewi, E. (2020).
Pengelolaan Sampah Organik Di
Lingkungan Bebidas (Vol. 1, Issue
1).http://www.lintauditomo.muliply
.
... Sampah organik dapat diolah menjadi kompos, pupuk organik cair, biogas, bioetanol dan juga dapat dilakukan dengan sistem pengolahan biokonversi. Menurut Mabruroh Dkk (2022) biokonversi merupakan sebuah metode perombakan sampah organik menjadi metan melalui proses fermentasi yang melibatkan makhluk hidup, seperti jamur, bakteri, dan larva secara anaerob [4]. Salah satu tren terkini dalam mengolah sampah organik yaitu dengan menggunakan maggot BSF (Black Soldier Fly). ...
... BSF atau Hermetia Illusens adalah lalat asli benua Amerika dan mulai ditemukan di Papua. Hasil penelitian Mabruroh Dkk (2022) juga menyebutkan maggot dapat menguraikan sampah organik sebesar 56% [4]. Perbandingan proses penguraian sampah menggunakan maggot BSF telah dilakukan oleh Helena Čičková Dkk (2015) hasilnya menunjukkan proses biokonversi dengan maggot berlangsung cepat dibandingkan dengan proses pengomposan dan anaerobic digestion proses tersebut belangsung selama 4-27 hari [5]. ...
... Maggot memiliki banyak manfaat seperti pakan ternak, pengurai sampah organik menjadi pupuk kompos. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mabruroh Dkk kandungan protein maggot sekitar 45-50%, dan lemak sebesar 24-30% [4]. Karena kandungan protein tinggi maggot BSF ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan dan juga pakan ayam [6], [7]. ...
Article
Full-text available
Sampah merupakan salah satu persoalan yang serius bagi negara berkembang termasuk Indonesia. Kota padang merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat yang merupakan pusat pariwisata dan juga perdagangan dan kegiatan lainnya. Aktivitas tersebut dapat menimbulkan potensi timbulan sampah yang tinggi. Sampah tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan persoalan lingkungan. Selama ini pengelolaan sampah dikota padang belum dilakukan secara maksimal terutama sampah organik yang hanya dibuang begitu saja. Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengurangi timbulan sampah organik rumah tangga dan mewujudkan lingkungan yang bersih. Salah satu solusi untuk permasalahan tersebut adalah dengan proses pengolahan sampah organik menggunakan teknologi biokonversi menggunakan maggot BSF. Maggot adalah larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF). Pengolahan sampah menggunakan maggot BSF dapat meningkatkan nilai ekonomi masyarakat karena memiliki nilai jual. Maggot BSF telah diketahui memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga dapat dijadikan untuk pakan ternak. Pengabdian masyarakat ini dilakukan di RT 3/RW 11 Kelurahan Air Tawar Barat Kecamatan Padang Utara. Metode penyampaian sosialisasi yaitu dengan sistem ceramah dan komunikasi dua arah dengan peserta dan juga dilakukan praktek pengolahan sampah dengan maggot BSF secara langsung. Hasil kegiatan tersebut peserta sosialisasi telah mampu mengetahui dan memahami dengan baik cara pengolahan sampah menggunakan maggot BSF.
... Tujuan pengolahan sampah adalah untuk mengurangi jumlah sampah, namun dapat menghasilkan nilai ekonomis dari sampah. Pengolahan sampah organik secara intensif yang dilakukan saat ini adalah mengubahnya menjadi bioenergi dengan cara memelihara lalat BSF (Black Soldier Fly) sebagai pakan ternak atau ikan (Mabruroh et al., 2022). Black Soldier Fly (Hermetia illucens) adalah pengurai sampah organik yang efektif dan cepat, mengubahnya menjadi biomassa yang dapat digunakan untuk pupuk organik dan pakan ternak. ...
Article
Full-text available
Desa Gentengwetan, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi memiliki peringkat tinggi dalam Indeks Desa Membangun (IDM). Berlawanan dengan fakta tersebut, desa ini menghadapi tantangan dalam pengelolaan sampah yakni jumlah sampah organic yang mencapai 66% dari total sampah di Kabupaten Banyuwangi dan ketidakmampuan TPS3R untuk beroperasi secara efektif, inisiatif ini bertujuan mengatasi permasalahan tersebut. Tim pengabdian masyarakat yang dilaksanakan selama 45 hari, mulai 10 Juli hingga 23 Agustus 2024, melibatkan sosialisasi kepada masyarakat tentang pemilahan sampah dan manfaat budidaya maggot. Proses melibatkan pemilahan sampah organik, budidaya maggot untuk mengubah sampah organik pengolahan hasil biokonversi menjadi pakan ternak dan pupuk kompos. Hasilnya menunjukkan bahwa metode ini secara efektif mengurangi sampah organik sebanyak 2 karung berukuran 25 kg untuk 8 kg maggot setiap harinya dan menghasilkan produk berguna seperti pupuk kompos dan pakan ternak, serta meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Program ini memberikan solusi praktis terhadap permasalahan sampah di desa dan berpotensi meningkatkan kesejahteraan ekonomi lokal.
... Larva ini mampu mencerna berbagai jenis limbah organik, termasuk sisa makanan, sayuran, buahbuahan, daging, dan bahkan kotoran hewan. Pendekatan ini membantu mengurangi jumlah sampah organik hingga 80%, mengurangi biaya pengangkutan sampah, dan menghasilkan produk sampingan berupa kompos yang bermanfaat untuk pertanian (Mabruroh et al., 2022). Penggunaan teknologi BSF ini juga relatif sederhana dan dapat diaplikasikan di daerah dengan sumber daya terbatas. ...
Article
Full-text available
Limbah organik yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan pencemaran udara, tanah, dan air. Tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia. Tujuan utama kegiatan ini adalah mengurangi limbah dengan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan limbah organik. Budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF) memiliki peran yang krusial dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk pengelolaan limbah organik. Budidaya maggot memungkinkan masyarakat untuk mengubah limbah organik, seperti sisa makanan dan limbah pertanian, menjadi sumber daya yang bernilai. Partisipasi aktif mitra dalam kegiatan pemberdayaan melalui budidaya maggot menjadi pilar penting dalam dampak positif dari program ini. Komitmen mitra dalam belajar dan menerapkan budidaya ditunjukkan dengan semangat untuk menciptakan perubahan positif dalam lingkungan dan kehidupan. Budidaya maggot memiliki dampak yang cukup signifikan dalam pengelolaan limbah organik ditunjukan dengan hasil survey kepuasan mitra. Melalui penerapan budidaya ini, masyarakat memanfaatkan limbah menjadi sumber daya bernilai, meningkatkan kesejahteraan ekonomi, dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
... Maggot atau dikenal sebagai Larva lalat tentara hitam (Hermetia illucens) saat ini banyak dijalankan oleh para pembudidaya (Mabruroh et al., 2022;Rodli & Hanim, 2022;Usman, 2022). Hal tersebut dikarenakan kemampuan maggot dalam mengurai limbah organik menjadi biomassa larva yang kaya akan protein (Ahmad et al., 2022;Usman, 2022). ...
Article
Full-text available
Maggot (larva lalat tentara hitam) saat ini banyak dijalankan oleh para pembudidaya. Hal tersebut dikarenakan kemampuan maggot dalam mengurai limbah organik menjadi biomassa larva yang kaya akan protein. Salah satu limbah organik adalah kotoran hewan yaitu kotoran sapi yang ada di sentral penggemukan sapi PT Berkah Salama Jaya (BSJ), Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah penerapan teknologi yaitu pelatihan budidaya maggot dengan memanfaatkan kotoran sapi untuk menghasilkan maggot yang tinggi protein. Metode yang dilakukan adalah focus group discussion (FGD), persiapan dan pelaksanaan. Sasaran kegiatan ini adalah kepada karyawan dan mitra PT BSJ, agar dapat mengetahui dan dapat membudidayakan maggot dari kotoran sapi, sehingga dihasilkan larva maggot. Pengabdian melibatkan karyawan dan mitra PT BSJ sejumlah 30 orang. Pada sesi diskusi peserta menyampaikan beberapa pertanyaan terkait budidaya maggot. Hasil evaluasi pengabdian disampaikan oleh salah seorang peserta melalui wawancara yang dimuat di berita di channel media massa elektronik. Hasil pengabdian secara umum adalah memberikan wawasan baru bagi peternak sapi mitra PT BSJ tentang berbudidaya maggot menggunakan media kotoran sapi. Hasil kegiatan lain adalah, karyawan dan mitra BSJ mampu melakukan budidaya maggot sendiri dan menghasilkan larva lalat tentara hitam. Program pengabdian ini diharapkan juga meningkatkan perekonomian di wilayah Loa Janan Kutai Kartanegara sebagai wilayah penyangga Ibu Kota Negara baru Indonesia
Article
Waste is one of the environmental problems that is still a serious problem in Indonesia. Around 60-70% of Indonesia's waste comes from household waste, which has not been managed and processed properly. The management of household organic waste in Nagari Koto Hilalang is still not optimal, that it is dumped into rivers, burned, and piled up in temporary landfills. Therefore, it is important to increase public awareness of managing organic waste into materials of economic value by utilizing black soldier flies. This community service aims to educate the public about organic waste management. One solution to this problem is to utilize maggots as a bioconversion of organic waste. This activity was carried out in Nagari Koto Hilalang, Kubung District, Solok Regency. The method used in this PKM is to provide education through stages of socialization and discussion. The results of this activity have a positive impact on increasing public understanding of household organic waste. This can be seen from the enthusiasm and interest of the community in utilizing maggots as a medium for the bioconversion of waste into animal feed and organic fertilizer.
Article
Full-text available
This activity aims to explore the effectiveness of applying organic waste from the Vegetable Market in Metro City as a medium for Hermetia Illucens maggot culture, as well as to determine the ecological and economic impacts of the activity on small-scale poultry farmers in Metro City. The community service was conducted using the Asset Based Community Development (ABCD) method. Several points were obtained from the conducted community service: first, the discovery and dream phase involved educating and socializing the potential of organic waste as a maggot cultivation asset, as well as formulating the desired targets. Second, the design and define phase aimed to formulate program activities to achieve the targets, including determining the timing, location, and necessary equipment. Third, the destiny phase included the implementation of the community service, which involved education and practical activities such as hatching maggot eggs, making larva maggot breeding boxes, sorting and fermenting organic waste, and constructing a production house. Based on the monitoring conducted, challenges were found in the form of predator attacks such as rats, chickens, and green flies on the maggot egg hatching containers. Evaluation was carried out by creating special containers equipped with lamp lighting and using netting as covers for the containers. Challenges were also found in the aspect of maggot growth, where the utilization of organic waste from the Metro City vegetable market was not sufficient to maximize growth. Therefore, evaluation was conducted by mixing organic waste from the Metro City vegetable market with household waste generated by each partner of the community service. Education and mentoring in the management of organic waste from the Metro City vegetable market have impacted the community's perspective on viewing organic waste as a valuable asset and their skills in managing waste as a medium for maggot cultivation.
Article
Full-text available
Plastik merupakan jenis sampah yang paling sulit untuk diurai dan yang paling banyak mencemari lingkungan. Di Indonesia masih banyak ditemukan pemakaian plastik sekali pakai yang tidak dibarengi dengan pengolahan limbah plastik. Berdasarkan data statitik, Indonesia menduduki peringkat kedua sebesar 5,4 juta ton per tahun atau 14% dari total produksi sampah adalah jenis sampah plastik. Limbah ini tidak mudah terurai dan butuh waktu ratusan tahun untuk terurai secara alami. Plastik berjenis PET paling banyak dicari untuk didaur ulang diikuti plastik berjenis PE dan kemudian plastik PP. Namun, edukasi mengenai sampah plastik dan pemanfaatannya belum cukup optimal. Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang pemanfaatan limbah plastik PET (Polyethylene Terephalate) seperti limbah botol plastik. Kegiatan dilakukan dengan sosialisasi kepada siswa sekolah menengah yang merupakan usia produktif untuk meningkatkan rasa kepedulian terhadap lingkungan. Dalam kegiatan ini, sosialisasi dilakukan di SMA Negeri 5 Kota Samarinda. Hasil dari kegiatan ini adalah terciptanya kesadaran dan peningkatan pengetahuan dalam pemanfaatan limbah botol plastik.
ResearchGate has not been able to resolve any references for this publication.