Available via license: CC BY 4.0
Content may be subject to copyright.
TEKNOLOGI PANGAN : Media Informasi dan Komunikasi Ilmiah Teknologi Pertanian Terakreditasi No. 36/E/KPT/2019
Website: https://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/Teknologi-Pangan Volume 13, No. 1, (2022), Halaman 19-28
Licensed : Creative Commons Attribution 4.0 International License. (CC-BY) p-ISSN: 2087-9679, e-ISSN: 2597-436X
19 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v13i1.2741
Ekstraksi minyak atsiri rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata,
K.Schum.) metode destilasi uap dan air
Essential oil extraction of red galangal rhizome (Alpinia purpurata, K. Schum.)
with steam and water distillation method
Sukardi1)*, Hendrix Yulis Setyawan1), Maimunah Hindun Pulungan1), Ita Triesna Ariy1)
1Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur
*Email korespondensi: sukardi@ub.ac.id
Informasi artikel:
Dikirim: 02/11/2021; disetujui: 25/02/2022; diterbitkan: 24/03/2022
ABSTRACT
Galangal is one of Indonesia's spice plants and the rhizome contains chemical compo-
nents, such as essential oils so it can be used for various purposes, including medicinal,
antimicrobial, cosmetic, and antifungal. The essential oil content of the red galangal rhi-
zome is 0.3-1% depending on the quality of the rhizome. The process of extracting essen-
tial oils can be done by steam-water distillation. This study aims to determine the effect
of temperature and drying time as a preliminary treatment before distillation. The study
was designed using a Randomized Block Design with 2 factors: the first is the drying
temperature (50oC; 60oC; 70oC), the second factor is the drying time (2 hours; 4 hours;
6 hours). The analysis was carried out yield, refractive index, specific gravity, color, and
chemical components. The material used was red galangal rhizome which was approxi-
mately 1 year old. Steam and water distillation method was used for oil extraction for 6
hours. The results showed that the best treatment was the control treatment (without dry-
ing) with a yield of 0.076%, refractive index 1.4773%, specific gravity 0.8952 (g/ml),
color L 23.365, color a* (-)0.995, and color b* yellowish (+)3.78. the test in GC-MS, 37
chemical components were detected, of which 6 main components were found with the
highest area value, 1.8-Cineole 27.347%; (Z)-beta-Farnesene 11.641%; 2-Beta-Pinene
8.700%; Phenol, 4-(2-propenyl)-acetate (CAS) 6.369%; 3-Cyclohexen-1-ol, 4-methyl-1-
(1-methylethyl)-(CAS) 4.305%; and cis-Ocimene 4.009%. The drying reduces the essen-
tial oil yield of the galangal rhizome.
Keywords: essential oil, distillation, red galangal rhizome, drying
ABSTRAK
Lengkuas merupakan salah satu tanaman rempah-rempah Indonesia dan sudah dimanfaat-
kan sejak dahulu. Rimpang lengkuas memiliki komponen kimia, seperti minyak atsiri
sehingga dapat dimanfaatkan dalam berbagai kepentingan diantaranya sebagai bahan
obat, antimikroba, kosmetik, anti jamur. Kandungan minyak atsiri rimpang lengkuas me-
rah yaitu 0,3-1% tergantung dari kualitas rimpang. Proses pengambilan minyak atsiri
dapat dilakukan dengan destilasi uap-air. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
pengaruh suhu dan waktu pengeringan sebagai perlakuan pendahuluan sebelum destilasi.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan disusun secara factorial,
dengan 2 faktor. Faktor pertama suhu pengeringan (50ºC; 60ºC; 70ºC), faktor kedua lama
waktu pengeringan (2 jam; 4 jam; 6 jam). Pengujian kualitas minyak meliputi: rendemen,
indeks bias, berat jenis, warna, serta komponen kimia. Bahan penelitian yaitu rimpang
lengkuas merah berumur sekitar 1 tahun. Metode destilasi uap dan air digunakan untuk
Sukardi et al. Volume 13, No.1, (2022), Halaman 19-28
20 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v13i1.2741
ekstraksi minyak dari rimpang lengkuas merah selama 6 jam. Hasil yang didapat menun-
jukkan bahwa perlakuan terbaik adalah pada perlakuan kontrol (tanpa pengeringan)
dengan nilai rendemen sebesar 0,076%, indeks bias 1,4773%, berat jenis 0,8952 (g/ml),
warna L 23,365, warna a* negatif (-0,995), dan warna b* positif kekuningan (+3,78).
Pada pengujian GC-MS terdapat 37 komponen kimia yang terdeteksi dimana didapatkan
6 komponen utama dengan nilai area tertinggi yakni: 1,8-Cineole 27,347%; (Z)-beta-Far-
nesene 11,641%, 2-Beta-Pinene 8,700%, Phenol, 4-(2-propenyl)-acetate (CAS) 6,369%,
3-Cyclohexen-1-ol, 4-methyl-1-(1-methylethyl)-(CAS) 4,305%, dan cis-Ocimene
4,009%. Pengeringan menurunkan kandungan minyak atsiri rimpang lengkuas.
Kata kunci: minyak atsiri, destilasi, rimpang lengkuas merah, pengeringan
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki letak geografis sa-
ngat strategis karena dilewati garis khatu-
listiwa. Hal tersebut menjadikan Indonesia be-
rada pada iklim tropis dengan curah hujan,
suhu dan kelembapan yang cukup tinggi.
Berbagai jenis tanaman tumbuh subur dan
melimpah, khususnya jenis tanaman rempah
dan biofarmaka. Salah satu tanaman yang
tumbuh melimpah adalah lengkuas. Produksi
lengkuas Indonesia tahun 2020 sebesar
68.658.643 kg. Lengkuas Indonesia terdapat
dua macam yakni lengkuas putih dan lengkuas
merah. Lengkuas putih digunakan sebagai
bumbu masakan dan lengkuas merah
umumnya digunakan sebagai obat traditional
(Bemawie et al., 2012). Lengkuas merah
memiliki ciri khas berwarna merah, aroma dan
rasa sedikit pedas. Bagian lengkuas yang se-
ring digunakan adalah bagian rimpang. Pada
rimpang lengkuas merah mengandung kurang
lebih 1% minyak atsiri (Yulia et al.., 2015).
Komposisi kimia minyak atsiri rimpang
lengkuas merah diantaranya eucalyptol
40,92%, kavikol asetat 10,33%, cis-β-ferne-
sene 6,91%, 1-caryophillene 6,32%, 1-β-
bisabolene 3,37%, β-elemene 3,23%, a-pinene
3,20%, β-sisquiphellandrene 2,32%, β-pinene
2,21%, dan Germacrene-D 1,90% (Sujono,
2019). Minyak atsiri rimpang lengkuas merah
dapat digunakan untuk pengobatan pada kulit
(antioksidan), dan mampu mencerahkan kulit,
serta dapat dijadikan sebagai pelindung kulit
(Sanjaya, 2018).
Metode pengambilan minyak atsiri yang
populer ditemui yaitu ekstraksi menggunakan
pelarut, ekstraksi dengan CO2, Maserasi,
Enfleurage, Ekstraksi Cold Press, destilasi
air, destilasi uap, dan destilasi uap dan air.
Menurut Nuraeni dan Yunilawati (2012),
metode destilasi uap dan air cocok untuk se-
nyawa yang mudah menguap. Metode ini juga
memiliki kelebihan yakni waktu destilasi
relatif singkat, biaya lebih murah, rendemen
yang dihasilkan lebih besar, serta mutunya
lebih baik jika dibandingkan dengan minyak
atsiri metode lain.
Pengeringan merupakan proses yang
dilakukan pada suatu bahan untuk mengeluar-
kan air atau memisahkan air pada bahan dalam
jumlah yang relatif kecil, baik menggunakan
energi panas atau dengan menguapkannya
(Risdianti et al., 2016). Aplikasi pengeringan
sebagai perlakuan pendahuluan sebelum
penyulingan telah banyak dilakukan. Menurut
Ardianto et al., (2020) proses pengeringan
mampu meningkatkan rendemen pada bahan
saat penyulingan karena sebagian air me-
nguap dan tersisa ruang kosong pada bahan.
Adanya ruang kosong pada bahan menjadikan
jaringan mengkerut dan minyak pecah se-
hingga pada proses penyulingan minyak atsiri
mudah keluar. Demikian pula menurut
Winangsih (2013), kandungan air pada bahan
mempengaruhi kualitas minyak atsiri. Kadar
air yang tinggi meningkatkan aktivitas enzim,
dan enszim tersebut merubah kandungan
kimia bahan menjadi bentuk lain. Pengeringan
yang dilakukan harus tepat agar tidak mem-
buat bahan menjadi rusak. Pengeringan yang
bisa diterapkan pada bahan rimpang adalah
dengan pengering buatan (oven) karena dapat
mengurangi kadar air lebih cepat dan kondisi
dapat dikendalikan dengan suhu dan kelemba-
ban yang sesuai (Dharma et al., 2020).
Penelitian ini membahas mengenai perlakuan
pendahuluan pengeringan pada ekstraksi
Sukardi et al. Volume 13, No.1, (2022), Halaman 19-28
21 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v13i1.2741
minyak atsiri rimpang lengkuas merah
(Alpinia purpurata K. Schum.) dengan metode
destilasi uap dan air (Kajian suhu dan lama
waktu pengeringan).
METODE
Bahan
Bahan utama yang digunakan adalah
rimpang lengkuas merah berumur sekitar 1 ta-
hun dari petani Kesamben, Kabupaten Blitar,
aquades, etanol 96%, air, LPG, serta bahan-
bahan lain sebagai penunjang penelitian dari
toko kimia Kota Malang.
Alat
Alat yang digunakan adalah pisau, alas
dan wadah (perajangan), timbangan digital,
destilator, kain saring, gas LPG, dan konden-
sor. Pengeringan menggunakan oven. Pe-
ngujian menggunakan colorimeter, piknome-
ter, timbangan analitik, gelas ukur, dan refrak-
tometer. Uji komponen kimia menggunakan
GC-MS. Alat lain sebagai penunjang adalah
botol gelap, plastik, dan kertas label.
Rancangan percobaan
Rancangan acak kelompok (RAK)
faktorial dipilih sebagai rancangan percobaan
pada penelitian, dengan dua factor. Faktor 1
adalah suhu pengeringan dengan 3 level
(50ºC, 60ºC, 70ºC) dan faktor 2 adalah waktu
pengeringan dengan 3 level (2 jam, 4 jam, 6
jam). Setiap perlakuan dilakukan 3 kali
ulangan sehingga diperoleh 27 satuan perco-
baan.
Pelaksanaan penelitian
Rimpang lengkuas merah segar disor-
tasi, dicuci dan diiris ketebalan 1 – 3 mm. Se-
lanjutnya ditimbang sejumlah 3000 gram, dan
dikeringkan dengan oven suhu masing-
masing 50°C; 60°C dan 70°C pada waktu 2
jam, 4 jam, dan 6 jam. Kemudian rimpang
lengkuas merah ditimbang kembali, dimasuk-
kan ke dalam destilator yang telah disiapkan
dan ditutup rapat, sebelumnya dipastikan ketel
telah terisi air ± 2 liter guna menghasilkan air
dan uap. Kompor yang telah dipasang gas
LPG dinyalakan dan saat suhu 90-100°C (±30
menit) uap keluar dan tetesan pertama
uap/minyak atsiri bisa diamati. Destilasi di-
lakukan selama 6 jam yang terhitung mulai te-
tesan pertama uap minyak /atsiri. Setelah
penyulingan selesai minyak atsiri yang di-
peroleh dipisahkan dari air pada kondensor
secara perlahan, ditambahkan MgSO4. Selan-
jutnya analisa minyak atsiri rimpang lengkuas
merah dapat dilakukan meliputi rendemen, in-
deks bias, warna, dan berat jenis. Perlakuan
terbaik dan perlakuan kontrol yang dihasilkan
kemudian dilakukan analisa komponen kimia
(GC-MS).
Analisa data
Pengujian karakteristik fisik minyak
atsiri rimpang lengkuas merah meliputi:
Rendemen (Yuwono & Santoso, 1998), In-
deks Bias (AOAC, 2019), Berat Jenis
(Depkes, 2000), dan warna (Yuwono &
Soesanto, 1998). Analisa karakteristik kom-
ponen kimia menggunakan GC-MS (Pavia,
2006).
Pengolahan data menggunakan analisis
ragam (ANOVA). Jika terdapat faktor yang
berpengaruh secara nyata maka dilajutkan uji
DMRT (Duncan Multiple Range Test). Selang
kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau
α= 0,05. Pemilihan perlakuan terbaik di-
lakukan dengan metode Multiple Atribute atau
metode Zeleny (1982).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen
Rendemen minyak atsiri rimpang
lengkuas merah perlakuan kontrol sebesar
0,076%, sedangkan pada berbagai kombinasi
perlakuan pendahuluan pengeringan berkisar
antara 0,06%-0,072%. Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa perlakuan suhu pe-
ngeringan, perlakuan lama waktu pengeringan
dan interaksi antara suhu dan waktu pengerin-
gan tidak berpengaruh nyata terhadap
rendemen minyak atsiri karena nilai signifi-
cant >0,05. Rerata rendemen minyak atsiri
rimpang lengkuas merah berbagai perlakuan
suhu dan waktu pengeringan disajikan
Tabel-1.
Sukardi et al. Volume 13, No.1, (2022), Halaman 19-28
22 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v13i1.2741
Tabel-1. Rerata rendemen minyak atsiri
Perlakuan
Rendemen
(% v/b)
Suhu 50oC-2 jam
0,074±0,03
Suhu 50oC-4 jam
0,064±0,06
Suhu 50oC-6 jam
0,072±0,02
Suhu 60oC-2 jam
0,065±0,05
Suhu 60oC-4 jam
0,063±0,06
Suhu 60oC-6 jam
0,065±0,03
Suhu 70oC-2 jam
0,067±0,05
Suhu 70oC-4 jam
0,070±0,03
Suhu 70oC-6 jam
0,072±0,05
Tabel-1 menunjukkan rendemen teren-
dah pada perlakuan pengeringan suhu 50ºC
waktu 4 jam dengan nilai rerata 0,060% (v/b),
sedangkan tertinggi perlakuan suhu pengeri-
ngan 70ºC dan waktu pengeringan 6 jam
dengan nilai rerata 0,072% (v/b). Mening-
katnya suhu dan waktu pengeringan
menurunkan kadar air bahan dan pori-pori sel
jaringan minyak atsiri yang terlindungi air ter-
buka, sehingga minyak atsiri lebih mudah
menguap pada saat pengeringan dan penyuli-
ngan. Menurut Winangsih et al. (2013), se-
makin tinggi suhu pengeringan dan waktu
pengeringan yang digunakan pada bahan, se-
makin tinggi pula proses transpirasi. Proses
transpirasi membuat kandungan air pada ba-
han berkurang (Ardianto, 2020).
Indeks bias
Indeks bias minyak atsiri rimpang lengkuas
merah perlakuan kontrol sebesar 1,4773, se-
dangkan perlakuan pengeringan berkisar an-
tara 1,4741 hingga 1,4928. Hasil analisis
ragam didapatkan, faktor suhu dan waktu pe-
ngeringan berpengaruh nyata terhadap indeks
bias minyak atsiri rimpang lengkuas merah
dengan nilai significant <0,05. Pada perlakuan
Interaksi suhu dan waktu pengeringan nilai
significant >0,05 (tidak ada interkasi). Rerata
indeks bias pada berbagai perlakuan suhu pe-
ngeringan dapat dilihat pada Tabel-2, dan re-
rata indeks bias pada berbagai perlakuan
waktu pengeringan dapat dilihat pada
Tabel -3.
Tabel-2. Indeks Bias perlakuan suhu pen-
geringan
Perlakuan
Rerata
Indeks Bias
Notasi
Suhu 50oC
1,477±0,02
a
Suhu 60oC
1,477±0,01
a
Suhu 70oC
1,483±0,05
b
Keterangan: Notasi berbeda menunjukkan
beda nyata (α=0.05)
Berdasarkan Tabel-2, nilai indeks bias
tertinggi berada pada perlakuan pengeringan
suhu 70ºC (1,4832), terendah pada suhu 50ºC
(1,4741). Pada suhu 70ºC kandungan air ba-
han berkurang lebih banyak dibandingkan
dengan suhu 50ºC sehingga mampu mening-
katkan nilai indeks bias minyak atsiri. Sesuai
dengan Pratiwi et al., (2016) air mudah untuk
membiaskan sinar yang datang sehingga se-
makin kecil kandungan air pada minyak se-
makin tinggi nilai indeks biasnya.
Tabel-3. Indeks bias perlakuan waktu pen-
geringan
Perlakuan
Rerata
Indeks bias
Notasi
2 jam
1,476±0,01
a
4 jam
1,478±0,02
a
6 jam
1,483±0,01
b
Keterangan: Notasi berbeda menunjukkan
beda nyata (α=0.05)
Berdasarkan Tabel-3, pengeringan
waktu 2 jam menghasilkan rerata nilai indeks
bias terendah (1,4757), sedangkan tertinggi
pada waktu 6 jam (1,4834). Waktu pengeri-
ngan 6 jam kandungan air pada bahan berku-
rang lebih optimal dibandingkan dengan
waktu pengeringan 2 jam dan 4 jam, sehingga
hal tersebut mampu meningkatkan nilai in-
deks bias pada minyak atsiri. Waktu pengeri-
ngan 6 jam komponen-komponen yang ter-
susun pada bahan lebih kompleks karena
berkurangnya kandungan air. Menurut
Khabibi (2011) waktu pengeringan dapat
meningkatkan nilai indeks bias karena kom-
ponennya didominasi dengan jumlah yang
banyak oleh senyawa terpena tak teroksigeni-
sasi.
Sukardi et al. Volume 13, No.1, (2022), Halaman 19-28
23 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v13i1.2741
Berat jenis
Nilai berat jenis minyak atsiri rimpang
lengkuas merah berkisar antara 0,8662 (gr/ml)
hingga 0,8945 (gr/ml). Hasil analisis ragam,
faktor suhu pengeringan dan waktu pengeri-
ngan berpengaruh nyata terhadap berat jenis
minyak atsiri rimpang lengkuas merah (nilai
significant <0,05), namun interaksi keduanya
tidak berbeda nyata (nilai significant >0,05).
Perlakuan suhu dan perlakuan waktu pe-
ngeringan dilanjutkan uji DMRT. Rerata berat
jenis minyak atsiri rimpang lengkuas merah
pada berbagai suhu pengeringan disajikan
Tabel-4, dan berbagai suhu pengeringan
Tabel-5.
Tabel-4. Berat jenis perlakuan suhu pen-
geringan
Perlakuan
Rerata BJ
Notasi
Suhu 50oC
0,873±0,01
a
Suhu 60oC
0,882±0,04
b
Suhu 70oC
0,890±0,02
c
Keterangan: Notasi berbeda menunjukkan
beda nyata (α=0.05)
Tabel-4 menunjukkan bahwa perlakuan
suhu pengeringan pada masing-masing level
yakni suhu 50ºC, 60ºC, dan 70ºC memiliki no-
tasi yang berbeda, sehingga setiap pening-
katan suhu 10 digit juga diikuti peningkatan
berat jenis. Berat jenis tertinggi pada perla-
kuan suhu 70ºC (0,8900 gr/ml) dan berat jenis
terendah perlakuan suhu 50ºC (0,8730 gr/ml).
Ketika bahan diberi perlakuan suhu pengerin-
gan 70ºC, mampu meningkatkan berat jenis
minyak atsiri rimpang lengkuas merah. Hal
tersebut berbeda dengan pernyataan Khasanah
et al. (2016) bahwa saat bahan diberi perla-
kuan pengeringan akan merubah komposisi
senyawa penyusunnya pada minyak atsiri
yang dihasilkan. Berat jenis akibat pengeri-
ngan lebih rendah dibandingkan dengan berat
jenis perlakuan pendahuluan pemeraman.
Kondisi suhu yang tinggi dapat menguapkan
sebagian komponen minyak atsiri dan hilang.
Tabel-5. Berat Jenis perlakuan waktu pen-
geringan
Perlakuan
Rerata BJ
Notasi
2 jam
0,875±0,04
a
4 jam
0,882±0,02
b
6 jam
0,888±0,02
b
Keterangan: Notasi berbeda menunjukkan
beda nyata (α=0.05)
Berdasarkan Tabel-5 perlakuan penda-
huluan waktu pengeringan memiliki pengaruh
nyata terhadap berat jenis minyak atsiri rim-
pang lengkuas. Waktu pengeringan 2 jam
memiliki berat jenis terendah (0,8750 gr/ml)
dan waktu pengeringan 6 jam memiliki berat
jenis tertinggi (0,8877 gr/ml). Semakin lama
waktu pengeringan meningkatkan berat jenis
pada minyak atsiri rimpang lengkuas merah.
Pengeringan dengan waktu 6 jam mampu
menurunkan kadar air yang lebih rendah se-
hingga komponen minyak atsiri pada bahan
dapat mudah keluar, sehingga memperbesar
berat jenis minyak atsiri. Hal tersebut berbeda
dengan pernyataan Khasanah et al. (2016)
bahwa saat bahan diberi perlakuan pengeri-
ngan akan merubah komposisi senyawa
penyusun minyak atsiri yang dihasilkan. Berat
jenis perlakuan pengeringan lebih rendah
dibanding dengan perlakuan pemeraman.
Waktu pengeringan yang semakin lama mem-
buat sebagian komponen pada minyak atsiri
menguap dan hilang.
Warna
Warna L (kecerahan)
Hasil warna L yang dihasilkan dari mi-
nyak atsiri rimpang lengkuas merah berkisar
antara 19,17 hingga 29,07. Berdasarkan ana-
lisis data (ANOVA), interaksi antara faktor
suhu dengan waktu pengeringan tidak menun-
jukkan pengaruh nyata terhadap tingkat kece-
rahan minyak rimpang lengkuas merah (nilai
significant >0,05). Pada masing-masing faktor
suhu dan waktu pengeringan juga tidak
menunjukkan pengaruh nyata (nilai signifi-
cant >0,05).
Sukardi et al. Volume 13, No.1, (2022), Halaman 19-28
24 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v13i1.2741
Tabel-6. Rerata total warna L minyak
Perlakuan
Rerata (%)
Suhu 50oC-2 jam
19,17±0,06
Suhu 50oC-4 jam
26,37±0,07
Suhu 50oC-6 jam
23,48±0,02
Suhu 60oC-2 jam
24,76±0,07
Suhu 60oC-4 jam
29,07±0,07
Suhu 60oC-6 jam
24,81±0,03
Suhu 70oC-2 jam
20,51±0,07
Suhu 70oC-4 jam
23,76±0,06
Suhu 70oC-6 jam
24,25±0,03
Tabel-6 terlihat, warna L terendah per-
lakuan pengeringan suhu 50ºC dan waktu 2
jam (19,17), sedangkan tertinggi perlakuan
suhu pengeringan 60ºC dan waktu 4 jam
(29,07). Data menunjukkan bahwa suhu pe-
ngeringan mempengaruhi kecerahan minyak
atsiri rimpang lengkuas merah. Pada suhu
60ºC warna minyak semakin cerah disebab-
kan kandungan air pada minyak berkurang
dan menjadikan minyak lebih jernih.
Penelitian Omarta et al. (2016), memberikan
hasil yang berbeda dengan penelitian ini. Pe-
ngeringan suhu tinggi menyebabkan banyak
klorofil yang keluar dan memberi warna pada
minyak semakin gelap karena terjadi polime-
risasi thermal yang disebabkan oleh suhu.
Warna a* (kemerahan)
Hasil warna a* pada minyak atsiri rim-
pang lengkuas merah berkisar -1,91 hingga
+0,30. Hasil analisis ragam (ANOVA)
menunjukkan tidak adanya pengaruh nyata
pada interaksi antara suhu dan waktu pen-
geringan (nilai significant >0,05). Pada mas-
ing-masing faktor suhu pengeringan dan
waktu pengeringan juga tidak menunjukkan
pengaruh yang nyata (nilai significant >0,05),
sehingga pada analisa warna a* tidak dilanjut-
kan uji lanjut DMRT. Rerata total warna a*
minyak atsiri rimpang lengkuas disajikan da-
lam Tabel-7.
Tabel-7. Rerata warna a* minyak
Perlakuan
Rerata (%)
Suhu 50oC-2 jam
0,30±0,7
Suhu 50oC-4 jam
-1,85±0,1
Suhu 50oC-6 jam
-1,09±0,7
Suhu 60oC-2 jam
-0,47±0,7
Suhu 60oC-4 jam
-1,95±0,3
Suhu 60oC-6 jam
-1,53±0,8
Suhu 70oC-2 jam
-0,49±0,8
Suhu 70oC-4 jam
-0,09±0,3
Suhu 70oC-6 jam
-1,61±0,5
Pada Tabel-7 warna a* yang dihasilkan
ada yang negative (berwarna kehijauan) dan
juga ada yang positif (berwarna kemerahan).
Menurut Aryani (2020) warna minyak atsiri
dipengaruhi oleh jenis bahan baku yang
diekstrak serta metode penyulingan. Bahan
baku yang digunakan adalah rimpang
lengkuas merah sehingga selain warna min-
yak atsiri kekuningan, juga mengarah pada
warna kemerahan. Warna a* terendah pada
perlakuan pengeringan suhu 60ºC dan waktu
4 jam (-1,95 warna kehijauan). Warna a*
tertinggi perlakuan suhu pengeringan 50ºC
dan waktu selama 2 jam dengan nilai (0,30
warna kemerahan). Pengeringan mampu
merubah warna minyak atsiri rimpang
lengkuas. Pada suhu 50ºC polimerasi warna
yang terjadi masih kecil sehingga bisa diper-
tahankan warna minyak atsiri dan selaras
dengan warna bahan. Pada suhu 60ºC atau
lebih, terjadi perubahan warna menuju kehi-
jauan diduga karena adanya polimerasi yang
menjadikan perubahan warna. Selaras dengan
pendapat Aryani et al. (2008) suhu tinggi me-
nyebabkan terjadinya oksidasi dan penguapan
yang dapat merubah wana minyak atsiri men-
jadi hijau, cokelat, dan biru.
Warna b* (kekuningan)
Warna b* minyak atsiri rimpang
lengkuas merah nilai berkisar antara 0,23
hingga 4,08. Hasil analisis ragam (ANOVA)
menunjukkan tidak ada interaksi antara suhu
pengeringan dengan lama waktu pengeringan
(nilai significant >0,05). Pada masing-masing
faktor suhu pengeringan dan lama waktu pe-
ngeringan juga tidak menunjukkan pengaruh
yang nyata (nilai significant >0,05), sehingga
warna b* tidak dilanjutkan pada uji lanjut
DMRT. Rerata total nilai warna b* minyak
Sukardi et al. Volume 13, No.1, (2022), Halaman 19-28
25 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v13i1.2741
atsiri rimpang lengkuas merah dapat dilihat
pada Tabel-8.
Tabel-8. Rerata warna b* minyak
Perlakuan
Rerata (%)
Suhu 50oC-2 jam
3,15±0,8
Suhu 50oC-4 jam
0,23±0,6
Suhu 50oC-6 jam
1,48±0,7
Suhu 60oC-2 jam
0,55±0,8
Suhu 60oC-4 jam
0,29±0,6
Suhu 60oC-6 jam
2,38±0,8
Suhu 70oC-2 jam
4,08±0,8
Suhu 70oC-4 jam
1,80±0,4
Suhu 70oC-6 jam
2,02±0,4
Nilai b* positif (+) menunjukkan warna
kekuningan dan nilai b* negatif (-) menunjuk-
kan warna kebiruan. Warna b* positif (+)
tertinggi didapatkan pada perlakuan suhu pen-
geringan 70ºC dan waktu pengeringan 2 jam
yaitu 4,08. Nilai terendah warna b* positif (+)
pada perlakuan suhu pengeringan 50ºC dan
waktu pengeringan 2 jam. Nilai setiap perla-
kuan adalah positif (kekuningan), artinya pe-
ngeringan pada bahan tidak berpengaruh pada
warna b*. Hal tersebut disebabkan minyak
atsiri lengkuas merah mengandung senyawa
Ethyl cinnamate yang menghasilkan warna
kuning (Setyawan, 2012). Pada penelitian ini
warna b* yang dihasilkan pada setiap perla-
kuan adalah kuning-bening. Sesuai dengan
pernyataan Rialita et al. (2015), minyak atsiri
rimpang lengkuas merah berwarna kuning-
bening.
Perlakuan terbaik
Pemilihan perlakuan terbaik dilakukan
dengan perhitungan metode multiple attribute
(Zeleny, 1982). Parameter yang dilihat adalah
rendemen, indeks bias, berat jenis dan warna
(L, a*, b*). Berdasarkan perhitungan didapat-
kan bahwa perlakuan terbaik adalah suhu pe-
ngeringan 70ºC dan waktu pengeringan 6 jam
(Tabel 9).
Tabel 9. Hasil Terbaik
Parameter
Nilai
Rendemen (%)
0,072±0,05
Indeks Bias(%)
1,493±0,05
Berat Jenis (g/ml)
0,895±0,02
Kecerahan (L*)
24,25±0,03
Warna a*
-1,61±0,05
Warna b*
2,020±0,4
Komponen kimia
Perlakuan kontrol
Analisa komponen kimia minyak rim-
pang lengkuas menggunakan GC-MS. Min-
yak atsiri rimpang lengkuas merah tanpa per-
lakuan pengeringan terdapat 37 komponen
kimia. Dari 37 komponen terdapat 6 kompo-
nen kimia utama yang memiliki nilai persen-
tase area tertinggi yaitu: 1,8-Cineole=
27,347%, (Z)-beta-Farnesene= 11,641%, 2-
Beta-Pinene= 8,700%, Phenol, 4-(2-pro-
penyl)- acetate (CAS)= 6,369%, 3-Cyclo-
hexen-1-ol, 4-methyl-1-(1-methylethyl)-
(CAS)= 4,305%, dan cis-Ocimene= 4,009%.
Perlakuan terbaik
Perlakuan terbaik dengan perlakuan
pengeringan suhu 70oC, waktu 6 jam, terdapat
31 komponen kimia. Dari 31 komponen ter-
dapat 6 komponen kimia utama yang memiliki
nilai persentase area tertinggi yaitu: 1,8-Cine-
ole = 24,595%;
Bicyclo(3.1.1)-Heptane-6,6-Dimethyl-2-
Methylene-(1S)= 11.672%; (Z)-beta-Farne-
sene= 6.811%; Alpha-Pinene= 6.328%; Phe-
nol, 4-(2-propenyl)-acetate (CAS)= 6.803%;
3-Cyclohexen-1-ol, 4-methyl-1-(1-meth-
ylethyl)-(CAS)= 4.984%.
Perbandingan karakteristik perlakuan
kontrol dan terbaik
Perbandingan perlakuan terbaik dengan
perlakuan kontrol dilakukan agar dapat
mengetahui pengaruh perlakuan pendahuluan
suhu dan lama waktu pengeringan terhadap
parameter yang telah diuji. Perbandingan
komponen kimia utama pada minyak atsiri
rimpang lengkuas merah perlakuan kontrol
dan perlakuan terbaik disajikan pada Tabel 10.
Sukardi et al. Volume 13, No.1, (2022), Halaman 19-28
26 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v13i1.2741
Tabel 10. Perbandingan karakteristik perlakuan kontrol dengan perlakuan terbaik
No
Parameter
Kontrol
Perlakuan terbaik
Selisih
1
Rendemen
0,076±0,06
0,072±0,05
0,004
2
Indeks Bias
1,477±0,07
1,493±0,05
0,0155
3
Berat Jenis
0,895±0,03
0,895±0,02
0,0007
4
Warna L
23,365±0,05
24,25±0,03
0,885
5
Warna a*
-0,995±0,04
-1,61±0,05
0,615
6
Warna b*
3,780±0,06
2,020±0,4
1,76
Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa
rendemen, berat jenis, warna a* dan warna b*
terbaik yaitu pada perlakuan kontrol. Pada
perlakuan kontrol rendemen, indeks bias, be-
rat jenis, warna L, warna a*, dan warna b*
berturut-turut sebesar 0.076%; 1,49773;
0,8952 (g/ml); 23,365; -0,995; dan 3,78. Hal
ini dikarenakan pada perlakuan pengeringan
dengan suhu 70ºC dan waktu 6 jam, diduga
terjadi penguapan pada minyak atsiri sehingga
didapat rendemen yang lebih kecil.
Menurut Farida (2020) indeks bias
digunakan untuk melihat kemurnian minyak
atsiri, semakin tinggi nilai indeks bias pada
minyak atsiri semakin baik kualitasnya. In-
deks bias tersebut juga ditentukan oleh kan-
dungan air, jika minyak memiliki kandungan
air maka indeks bias akan bernilai rendah.
Pada perlakuan pengeringan mampu mengu-
rangi kandungan air pada bahan, sehingga saat
penyulingan minyak terpisah dengan lebih op-
timal dan mampu meningkatkan indeks bias
minyak atsiri rimpang lengkuas merah.
Berat jenis menentukan berat molekul
suatu senyawa yang ada didalamnya sehingga
semakin besar berat molekul suatu senyawa,
meningkat pula berat jenis (Ravindran et al.,
2004).
Pengujian warna (L, a*, dan b*) menya-
takan nilai yang lebih tinggi juga pada perla-
kuan kontrol. Hal tersebut diduga terjadinya
oksidasi pada saat pengeringan yang dapat
merubah warna. Hal ini sesuai pendapat
Ariyani et al. (2008) bahwa pada penyim-
panan yang lama dan terkena panas minyak
atsiri dapat teroksidasi. Sehingga dapat meru-
bah warna pada minyak atsiri menjadi lebih
gelap.
Tabel 11. Perbandingan komponen kimia
No
Komponen Kimia
Area (%)
Kontrol
Terbaik
1.
1,8-Cineole
27,347%
24,595%
2.
Bicyclo[3.1.1]Heptane, 6,6-Dimethyl-2-Methylene-(1s)
1,712%
11,672%
3.
2-Beta-Pinene
8,700%
-
4.
(Z)-beta-Farnesene
11,641%
6,811%
5.
Phenol, 4-(2-propenyl)- acetate (CAS)
6,396%
6,803%
6.
3-Cyclohexen-1-ol, 4-methyl-1-(1-methylethyl)- (CAS)
4,035%
4,984%
7.
Cis-Ocimene
4,009%
-
8.
Alpha-Pinene,
-
6,328%
Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa
kandungan minyak atsiri rimpang lengkuas
merah tertinggi adalah 1,8-Cineole. Perlakuan
tanpa pengeringan memiliki nilai area lebih
tinggi yakni 27,347% dibandingkan dengan
perlakuan terbaik yakni 24,595%. Hal terse-
but diduga pada saat pengeringan terjadi pe-
nguapan sehingga komponen 1.8-Cineole
berkurang. Senyawa berikut yaitu Bicyclo-
[3.1.1]-Heptane, 6,6-dimethyl-2-Methylene-
(1s) perlakuan terbaik lebih tinggi dengan area
11,672%, sedangkan perlakuan kontrol hanya
1,712%. Senyawa (Z)-beta-Farnesene nilai
area perlakuan kontrol lebih tinggi yakni
11,641%, sedangkan pada perlakuan terbaik
hanya 6,81%. Senyawa Phenol, 4-(2-
Sukardi et al. Volume 13, No.1, (2022), Halaman 19-28
27 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v13i1.2741
propenyl)-acetate (CAS) pada perlakuan ter-
baik memiliki nilai area lebih besar yakni
6,803%, sedangkan perlakuan kontrol adalah
6,396%. Selajutnya senyawa 3-Cyclohexen-
1-ol,4-methyl-1-methylethyl perlakuan ter-
baik lebih tinggi yakni 4,984%, sedangkan
perlakuan kontrol nilai area 4,035%. Senyawa
lain yang berbeda yaitu cis-Ocimene dengan
nilai area 4,009% pada perlakuan control dan
terbaik tidak ada. Sebaliknya perlakuan ter-
baik terdapat senyawa Alpha-Pinene 6,328%,
sedangkan pada perlakuan kontrol tidak ada.
Selama pengeringan rupanya terjadi peru-
bahan komposisi kimia minyak atsiri.
KESIMPULAN
Perlakuan terbaik terdapat pada perla-
kuan tanpa pengeringan sebelum dilakukan
destilasi, dengan parameter yang diuji yang
didapatkan rendemen (0,076%), indeks bias
(1,4773%), berat jenis (0,8952 g/ml), warna L
(23,365), warna a* negative (-0.995), dan
warna b* positif (+) kekuningan (3,78). Hasil
pengujian GC-MS terdapat 37 komponen
kimia yang terdeteksi dimana didapatkan 6
komponen utama dengan nilai area tertinggi
1,8-Cineole (27,347%); (Z)-beta-Farnesene
(11,641%), 2-Beta-Pinene (8,700%),
Phenol, 4-(2-propenyl)-acetate (6,369%), 3-
Cyclohexen-ol, 4-methyl-1-(1-methylethyl)
(4,305%), dan cis-Ocimene (4,009%).
DAFTAR PUSTAKA
AOAC. (1998). Official method of analysis
(15th Edition). Association of Official
Analytical Chemists, Washington DC.
Ariyani, F., Setiawan, L. E., & Soetaredjo F.
E. (2012). Ekstraksi minyak atsiri dari
tanaman sereh dengan menggunakan
pelarut metanol, aseton, dan N-
Heksana. Jurnal Widya Teknik 7(2),
124-133.
Ardianto, A. A., & Humaida, S. (2020).
Pengaruh cara pengeringan nilam
(Pogostemon cablin Benth.) pada
penyulingan terhadap hasil minyak
nilam. Journal of Applied Agricultural
Science, 4(1), 34-44
Bermawie, N., Purwiyati, S., Melati, &
Meilawati, N. L. W. (2012). Karakter
morfologi, hasil, dan mutu enam
genotip lengkuas pada tiga agroekologi.
Bul. Littro. 23(2), 125-135.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
(2000). Parameter standar umum
ekstrak tumbuhan obat. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Dharma, M. A., Nociantri, K. A., & Yusasrini
N. L. (2020). Pengaruh metode
pengeringan simplisia terhadap
kapasitas antioksidan wedang uwuh.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan 9(1),
88-95.
Khabibi, J. (2011). Pengaruh penyimpanan
daun dan volume air penyulingan
terhadap rendemen dan mutu minyak
kayu putih [Tugas Akhir]. Departemen
Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB.
Bogor
Khasanah ,L.U., Utami, R., & Aji, Y. M.
(2015). Pengaruh perlakuan
pendahuluan terhadap karakteristik
mutu minyak atsiri daun jeruk purut
(Citrus hystrix DC). Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan 4(2), 48-55.
Nuraeni. C., & Yunilawati. R., (2012).
Identifikasi komponen kimia minyak
atsiri temugiring (Curcuma heyneana
Val. & V. Zijp) dan temukunci
(Kaempheria pandurata Roxb.) hasil
distilasi air-uap. J. Kimia Kemasan,
34(1), 187-191.
Omarta, J. A., & Silalahi, I. H. (2016).
Karakterisasi komponen destilat minyak
sereh wangi (cymbopogon nardus L.
Rendle) dari Kecamatan Kualabehe-
Kabupaten Landak. Indo. J. Pure App.
Chem. 3(3), 33-43.
Pavia, D.L., G. M. Lampman; Kritz, G. S. &
Engel, R. G.. (2006). Introduction to
organic laboratory techniques.
Thomson Brooks Publishing. New
York.
Pratiwi, L., Rachman, M. S., & Hidayati, N.
(2016). Ektraksi minyak atsiri dari
bunga cengkeh dengan pelarut etanol
dan N-Heksana [Tugas Akhir].
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sukardi et al. Volume 13, No.1, (2022), Halaman 19-28
28 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v13i1.2741
Ravindran, P. N., Pillai, G. S., Balachandran,
I., & Divakaran, M. (2012). Galangal
Handbook of Herbs and spices. India:
Woodhead Publising Limited (303-318)
Rialita, T., Rahayu, W. P, Nuraida, L., &
Nurtama. B. (2015). Aktivitas
antimikroba minyak esensial jahe merah
(Zingiber officinale var. Rubrum) dan
lengkuas merah (Alpinia purpurata
K.Schum) terhadap bakteri patogen dan
perusak pangan. Agritech, 35(1), 43-52.
Risdianti, D., Muradi, & Putra, G. M. D.
(2016). Kajian pengeringan jahe
(Zingiber Officinale Rosc) berdasarkan
perubahan geometrik dan warna
menggunakan metode Image Analysis.
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan
Biosistem, 4(2), 275-284.
Sanjaya, I. G. M., Ismono, I., Taufikurohmah,
T., & Wardana, A. P. (2018,
September). Phytochemical Properties
of Skin Care Cream Containing
Essential Oil of Galangal. In Seminar
Nasional Kimia-National Seminar on
Chemistry (SNK 2018) (pp. 79-85).
Atlantis Press.
Setyawan, E. (2012). Optimasi Yield Etil-P-
metoksi sinamat pada ekstraksi
oleoresin kencur (Kaempferia galanga)
menggunakan pelarut etanol. Jurnal
Bahan Alam Terbarukan, 1(2), 31-38.
Sujono, H., Budiman, S. Fudiesta, Y.,
Sahroni, A., Jasmansyah, & Khumaisah,
L. L. (2019). Antifungal activity of red
galangal oil (Alpinia purpurata K.
Schum) against malassezia furfur.
Journal of Kartika Kimia, 2(2), 86-91.
Winangsih, P. E., & Parman S. (2013).
Pengaruh metode pengeringan terhadap
kualitas simplisia lempuyang wangi
(Zingiber aromaticum, L.). Buletin
Anatomi dan Fisiologi, 21(1), 19-25
Yuwono, S. S., & Susanto, T. (1998).
Pengujian fisik pangan. Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian, Universitas
Brawijaya, Malang.
Yulia, E., Tarkus, S., Fitri W., & Rangga I. P.,
(2015). Uji keefektifan antijamur
ekstrak air rimpang lengkuas (Alpinia
galanga [L] Willd.) sebagai perlakuan
pratanam untuk mengendalikan
Colletotrichum spp. pada kedelai
(Glycine max L.). Jurnal Agrikultura,
26(2), 104-110
Zeleny, M. (1982). Multiple Criteria Decision
Making. Mc Graw Hill Book Company,
New York.