ArticlePDF Available

THE EFFECT OF LONG CARBONIZATION TIME ON QUALITY OF CHINESE WATER CHESTNUT ACTIVATED CHARCOAL AS A PEAT WATER BIOFILTER

Authors:

Abstract

The purpose of this study was to determine whether chinese water chestnut (Eleocharis dulcis) could be used as activated charcoal as a peat water biofilter and to determine the effect of carbonization time on the quality of activated charcoal from chinese water chestnut (Eleocharis dulcis). The experimental method used in this study was a single factor Completely Randomized Design (CRD) with 6 treatments, namely differences in carbonization time (30 minutes, 1 hour, 1.5 hours, 2 hours), factory charcoal (positive control) and no treatment. (negative control). The results showed that activated charcoal of chinese water chestnut (Eleocharis dulcis) can be used as a biofilter of peat water and carbonization of 2 hours (A5) is thought to be the most optimal time for the quality of activated charcoal of chinese water chestnut (Eleocharis dulcis) which is indicated by the parameters of ash content of 0.367% and iodine absorption. 1910.126 mg/g.
Konversi, Volume 11 No. 1, April 2022, 8 12 e- ISSN: 2541-3481
Available online at ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/konversi
DOI: 10.20527/k.v11i1.11527 8
THE EFFECT OF LONG CARBONIZATION TIME ON QUALITY OF
CHINESE WATER CHESTNUT ACTIVATED CHARCOAL
AS A PEAT WATER BIOFILTER
Noor Khamidah, Muhammad Imam Nugraha, Norinayati*
Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru
Jl. Ahmad Yani Km.36 Kotak Pos 1028 Banjarbaru 70714 Telpon/Fax. (0511) 4772254
* E-mail corresponding author: norinayati02@gmail.com
ARTICLE INFO
ABSTRACT
Article history:
Received: 06-09-2021
Received in revised form: 24-01-
2022
Accepted: 25-03-2022
Published: 03-04-2022
The purpose of this study was to determine whether Chinese water
chestnut (Eleocharis dulcis) could be used as activated charcoal as
a peat water biofilter and to determine the effect of carbonization
time on the quality of activated charcoal from Chinese water
chestnut (Eleocharis dulcis). The experimental method used in this
study was a single factor Completely Randomized Design (CRD)
with 6 treatments, namely differences in carbonization time (30
minutes, 1 hour, 1.5 hours, 2 hours), factory charcoal (positive
control) and no treatment (negative control). The results showed
that activated charcoal of Chinese water chestnut (Eleocharis
dulcis) can be used as a biofilter of peat water and carbonization of
2 hours (A5) is thought to be the most optimal time for the quality of
activated charcoal of Chinese water chestnut (Eleocharis dulcis)
which is indicated by the parameters of ash content of 0.367% and
iodine absorption 1910.126 mg/g.
Keywords:
Chinese water chestnut
Activated charcoal
Peat water
PENGARUH LAMA WAKTU KARBONISASI TERHADAP KUALITAS
ARANG AKTIF PURUN TIKUS SEBAGAI BIOFILTER AIR GAMBUT
Abstrak- Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah purun tikus (Eleocharis dulcis) dapat
dimanfaatkan menjadi arang aktif sebagai biofilter air gambut dan untuk mengetahui pengaruh lama waktu
karbonisasi terhadap kualitas arang aktif dari purun tikus (Eleocharis dulcis). Adapun metode percobaan
yang diguna kan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal yang terdapat
6 perlakuan yaitu perbedaan waktu karbonisasi (30 menit, 1 jam, 1,5 jam, 2 jam), arang pabrik (kontrol
positif) dan tanpa perlakuan (kontrol negatif). Hasil penelitian menunjukan arang aktif purun tikus
(Eleocharis dulcis) dapat dimanfaatkan sebagai biofilter air gambut dan karbonisasi 2 jam (A5) diduga
waktu paling optimal terhadap kualitas arang aktif purun tikus (Eleocharis dulcis) yang ditunjukan oleh
parameter kadar abu 0,367% dan daya serap yodium 1.910,126 mg/g.
Kata kunci : Purun tikus, arang aktif, air gambut
PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan yang sangat
penting bagi kehidupan. Di masyarakat kebutuhan
akan air bersih menjadi permasalahan umum
terutama di daerah pedesaan maupun terpencil.
Kalimantan selata n merupa kan salah satu dari 5
provinsi yang ada di Indonesia dengan sumber air
minum layak terendah yaitu sebesar 60,62% (Badan
Pusat Statistik, 2017). Ketersediaan air secara alami
dalam memenuhi kebutuhan tersedia dalam jumlah
yang cukup besar, namun tidak semua dapat
digunakan secara langsung. Salah satu air yang
tidak dapat digunakan secara langsung adalah air
gambut.
Air gambut merupakan air permukaan atau
air tanah yang memiliki kandungan organik yang
tinggi, rasa asam yang tinggi dan berwarna merah
kecoklatan yang terdapat di daerah dataran rendah,
pasang surut dan berawa (Eri & Hadi, 2009). Air
gambut tidak termasuk ke dalam kualitas air bersih
yang distandarkan, sehingga memerlukan
pengolahan terlebih dahulu sebelum digunakan
untuk mendapatkan a ir yang bersih dengan
Konversi, Volume 11 No. 1, April 2022, 8 12 e- ISSN: 2541-3481
Available online at ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/konversi
DOI: 10.20527/k.v11i1.11527 9
menggunakan filter alami berupa arang aktif dari
tumbuhan.
Arang aktif merupakan material berpori
yang biasanya digunakan sebagai penyerap dan
terdiri dari unsur karbon sekitar 87% - 97%. Idrus
(2013) mengatakan arang aktif biasanya digunakan
sebagai penyerap baik pada proses penjernihan air,
penghilang bau, penghilang rasa, penghilang warna
maupun penyerap unsur beracun. Salah satu bahan
baku yang dapat dijadikan dalam pembuatan arang
aktif adalah tumbuhan purun tikus (Eleocharis
dulcis).
Purun tikus (Eleocharis dulcis) merupakan
tumbuhan lahan rawa yang banyak terdapat di
daerah Kalimantan Selatan dan belum
dimanfaatkan secara optimal. Purun tikus yang
dijadikan sebagai bahan baku dalam penelitian ini
berbeda dengan purun tikus yang biasanya
diguna kan sebagai ba han baku kera jian. Ma ftu’ah
(2015) mengatakan kandungan karbon yang ada
pada tumbuhan purun tikus sebesar 50,68%, serta
mengandung selulosa 24,61% dan lignin 17,61%
(Khamidah, et al., 2020). Adanya kandungan dari
purun tikus tersebut ma ka da pat dijadikan sumber
karbon ya ng dimanfaatkan sebagai penyerap pada
proses biofilter air gambut.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
apakah purun tikus (Eleocharis dulcis) dapat
dimanfaatkan menjadi arang aktif sebagai biofilter
air gambut dan untuk mengetahui pengaruh lama
waktu karbonisasi terhadap kualitas arang aktif dari
purun tikus (Eleocharis dulcis).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Januari sampai Maret 2021. Bertempat di
Laboratorium Produksi Jurusan Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian, Laboratorium Farmakognisi
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, serta Laboratorium Kualitas
Air dan Hidro-Bioekologi Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru.
Alat Alat yang digunakan berupa blender, oven,
magnetic stirrer, mesin pencacah, cawan krusible,
gelas ukur, gelas beker, TDS meter, tanur, neraca
analitik, erlenmeyer, pisau, pipet, corong gelas,
spatula, pH meter, amplop coklat, nampan,
pengaduk, cawan petri, mortar dan stemper, kuvet,
spektrofotometer, buret, ayakan, plastik klip,
kamera, alat tulis dan kertas label.
Bahan Purun tikus (Eleocharis dulcis), air gambut,
ZnCl2 20 %, aquades, arang pabrik, kertas saring,
iodine pro analis, kalium iodida, natrium thiosulfat
dan iron.
Prosedur Penelitian
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor
tunggal sebagai metode dalam penelitian ini yang
terdiri dari 6 perlakuan yaitu perbedaan waktu
karbonisasi (30 menit, 1 jam, 1,5 jam, 2 jam), arang
pabrik (kontrol positif) dan tanpa perlakuan
(kontrol negatif).
Persiapan penelitian terdiri dari
pengambilan purun tikus sebanyak 3 kg yang
berasal dari lokasi Cindai Alus, Kecamatan
Martapura, kemudian dipotong ± 2 cm dan
dihaluskan dengan mesin pencacah serta
pengambilan air gambut sebanyak 5 L yang berasal
dari Tambak Sirang Baru, Kecamatan Gambut.
Dehidrasi Purun Tikus
Purun tikus dijemur selama 5 hari dibawah
sinar ma tahari secara langsung dan ditimbang
sebanyak 100 g, kemudian di oven selama 24 jam
dengan suhu 60 0C (Akhmad et al., 2012 dan
Tangio, 2013). Selanjutnya dihaluskan kembali
menggunakan blender dan diayak ukuran 100 mesh
agar seragam.
Karbonisasi Purun Tikus
Purun tikus yang sudah seragam disiapkan
sebanyak 15 g percawan dari setiap perlakuan,
kemudian dimasukan ke da lam tanur untuk
diarangkan pada suhu 300 0C dengan perbedaan
waktu 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 2 jam (Safitri,
2019).
Aktivasi Arang Purun Tikus
Arang purun tikus kemudian diaktifkan
dengan bahan kimia ZnCl2 20%. Arang dicampur
dengan ZnCl2 20% dalam bentuk cair dengan
perbandingan 1:10 (arang purun tikus : ZnCl2 20%).
Kemudian dimasukkan kembali ke dalam tanur
pada suhu 300 0C selama 1 jam (Prabowo, 2009).
Arang aktif yang telah dingin dilakukan pencucian
menggunakan aquades sampai pH mendekati netral.
Selanjutnya arang aktif hasil pencucian dimasukkan
ke dalam amplop dan dikeringkan menggunakan
oven pada suhu 105 0C selama 1 jam. Arang aktif
purun tikus kemudian dilakukan pengamatan
berupa kadar air, kadar abu dan daya serap terhadap
yodium.
Penjernihan Air Gambut
Air gambut 100 ml dicampur dengan arang
aktif purun tikus sebanyak 1 g dari tiap perlakuan.
Kemudian diaduk menggunakan stirrer magnetik
dengan kecepatan 500 rpm selama 30 menit
(Khamidah et al., 2020). Selanjutnya air gambut
hasil biofilter dilakukan pengamatan berupa pH,
warna , bau, TDS dan besi (Fe).
Konversi, Volume 11 No. 1, April 2022, 8 12 e- ISSN: 2541-3481
Available online at ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/konversi
DOI: 10.20527/k.v11i1.11527 10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat fisika dan kimia arang aktif
Hasil uji kadar air, kadar abu dan daya serap
yodium arang aktif purun tikus dengan perbedaan
waktu karbonisasi (30 menit, 1 jam, 1,5 jam, 2 jam)
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sifat fisika dan kimia arang aktif purun tikus
Berdasarkan hasil pengamatan uji kualitas
arang aktif purun tikus dari pemberian waktu
karbonisasi yang berbeda-beda menunjukkan hasil
yang berfluktuasi dari setiap perlakuan, namun
masih sesuai dengan ya ng distandarkan, dapat
dilihat pada tabel 1. Kadar air yang terdapat pada
arang aktif purun tikus menunjukkan dari setiap
perlakuan mengalami fluktuasi, namun masih
sesuai standar yaitu maksimum 15%. Penurunan
kadar air berurutan dari terendah sampai tertinggi
terdapat pada perlakuan A4 sebesar 0,094%, A2
sebesar 0,111%, A3 sebesar 0,0116% dan A5
sebesar 0,122%. Penurunan kadar air dari setiap
perlakuan ini diduga karena pemberian waktu
karbonisasi yang berbeda-beda yang
memungkinkan terjadinya penguapan air dan
terbentuknya pori-pori pada arang aktif sehingga
akan menyisakan air yang sedikit. Adapun tinggi
rendahnya kadar air dari setiap perlakuan diduga
akibat terjadinya jeda disaat memasukkan sampel
ke dalam oven dan penimbangan sampel serta
akibat dari proses pencucian yang memungkinkan
arang aktif banyak menyerap air melalui pori-pori
yang dimilikinya.
Hartanto et al., (2010) mengatakan arang
aktif bersifat higroskopis dengan udara sehingga
banyak menyerap uap air yang disebabkan adanya
pori-pori yang terbentuk hasil dari pemanasan.
Dimungkinkan juga masih terdapatnya kandungan
lignin pada bahan baku yang menghambat proses
penguapan air, sehingga perlunya treatmen terlebih
dahulu dari bahan baku untuk menghilangkan
kandungan serat dari purun tikus.
Perbedaan waktu karbonisasi juga
memberikan hasil yang berfluktuasi terhadap kadar
abu, namun masih sesua i dengan yang distandarkan
yaitu maksimum 10%. Penurunan kadar abu
berurutan dari terendah sampai tertinggi terdapat
pada perlakuan A5 sebesar 0,367%, A3 sebesar
0,391%, A2 sebesar 0,454% dan A4 sebesar 0,586%.
Tinggi rendahnya kadar abu sangat mempengaruhi
kua litas arang aktif, hal ini diduga karena
pemberian waktu yang berbeda -beda menyebabkan
masih terdapatnya senyawa organik yang berasal
dari bahan baku dan ketika waktu pembakaran
senyawa tersebut akan menjadi abu ya ng
dimungkinkan tidak dapat menguap secara optimal.
Aryani et al., (2019) mengatakan pa da saat
pembakaran dengan suhu tinggi dan waktu yang
lama menyebabkan mineral yang terkandung pada
arang aktif tidak dapat menguap, sehingga memiliki
kadar abu yang tinggi.
Pengujian daya serap arang aktif terhadap
yodium menunjukkan telah sesuai dengan yang
distandarkan yaitu minimum 750 mg/g, walupun
terjadinya fluktuasi disetiap perlakuan. Adapun
daya serap yodium tertinggi terdapat pada
perlakuan A5 sebesar 1.910,126 mg/g. Pemberian
waktu karbonisasi yang berbeda -beda akan
menentukan banyakanya pori yang terbentuk, hal
ini diduga semakin lamanya waktu yang diberikan
menyebabkan pembentukan pori-pori yang banyak
pada arang aktif yang kemudian daya serapnya akan
semakin besar. Sesuai pendapat Rohmah & Redjeki
(2014), lama waktu pembakaran terhadap daya
serap arang aktif berhubungan erat dengan
terbentuknya pori-pori, sehingga semakin tinggi
waktu yang digunakan maka dapat meningkatkan
daya serap.
Kualitas Air Gambut
Hasil uji kua litas air gambut terhadap pH,
warna , bau, TDS dan besi (Fe) air gambut tanpa
perlakuan (kontrol negatif), arang pabrik (kontrol
positif) dan perbedaan waktu karbonisasi (30 menit,
1 jam, 1,5 jam, 2 jam) dapat dilihat pada Tabel 2.
Pemberian arang aktif pada proses biofilter
menunjukkan perubahan terhadap kualitas air
gambut dari setiap perlakua n.
Parameter
A2
A3
A4
A5
Standar (SNI)
(1995)
Kadar Air (%)
0,111
0,116
0,094
0,122
15
Kadar Abu (%)
0,454
0,391
0,586
0,367
10
Daya Serap Yodium (mg/g)
1.808,582
1.753,81
1.783,196
1.910,126
750
Konversi, Volume 11 No. 1, April 2022, 8 12 e- ISSN: 2541-3481
Available online at ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/konversi
DOI: 10.20527/k.v11i1.11527 11
Tabel 2. Parameter fisik dan kimia air gambut setelah proses biofilter
Hasil pengamatan pH pada air gambut
setelah dibiofilter dengan arang aktif purun tukus
belum sesuai dengan standar Permenkes 2017,
kecuali pada perlakuan A1 pH 7,25 sebagai kontrol
positif. Namun dari semua perlakuan mengalami
peningkatan pH. Peningkatan pH berurutan dari
terendah sampai tertinggi pada perlakuan A0 pH
5,72, perlakuan A5 pH 6,00, perlakuan A2 pH 6,13,
perlakuan A4 pH 6,14 dan perlakuan A3 pH 6,20.
Terjadinya peningkatan pH pada air gambut diduga
arang aktif dari purun tikus dapat menyerap
senyawa organik yang terdapat pada air gambut
melalui pori yang terbentuk disaat pembakaran
serta juga disebakan pengaruh dari zat aktivator
ZnCl2 sehingga sangat menentukan air bersifat
asam maupun basa. Sesuai pendapat Sari &
Mashuri (2020) mengatakan arang aktif juga dapat
meningkatkan pH pada air selain fungsinya yang
biasanya digunakan sebagai penyerap.
Pada parameter warna air gambut setelah
ditambahkan arang aktif purun tikus disaat proses
biofilter menunjukkan telah sesuai dengan standar
Permenkes 2017, kecuali pada perlakuan A2 sebesar
56 Pt.Co. Warna awal air gambut A0 sebesar 252
Pt.Co kemudian setelah dibiofliter dengan arang
aktif purun tikus terjadi penurunan warna dari setiap
perlakuan. Adapun warna terendah terdapat pada
perlakuan A4 sebesar 16 Pt.Co walapun perlakuan
A1 sebagai kontrol positif sebesar 3 Pt.Co.
Terjadinya penurunan warna pada air gambut dari
setiap perlakuan diduga arang aktif purun tikus
memiliki kemampuan menyerap senyawa organik
hasil dekomposisi bahan organik pembentuk
gambut itu sendiri dan kandungan besi yang
terdapat pada air gambut, sehingga menyebabkan
air gambut berwarna kuning kecoklatan. Fadhilah &
Wahyuni (2016) mengatakan bahwasanya arang
aktif dapat menjernihkan air dengan cara menyaring
dan menyerap partikel-partikel penyebab air
menjadi keruh.
Hasil responden 4 orang terhadap uji bau air
gambut secara organoleptik setelah dibiofilter
dengan arang aktif purun tikus menunjukkan pada
perlakuan A2 dan A3 air gambut tidak berbau, maka
telah sesuai dengan standar Permenkes 2017,
berbeda halnya dengan perlakuan A1 yang
ditambahkan arang pabrik dan air gambut tanpa
penambahan arang aktif masih terdapa t sedikit bau
yang berasal dari bahan organik pembentuk
gambut. Sedangkan pada perlakuan A4 dan A5 air
gambut masih terdapat sedikit bau, namun bau
tersebut bukan berasal dari air gambut itu sendiri
melainkan bau dari arang aktif. Hal ini diduga
bahan organik yang menyebabkan bau pada air
gambut dapat diserap oleh arang aktif purun tikus
melalui pori-pori yang terbentuk. Idrus (2013)
mengatakan bahwasanya arang aktif dapat
digunakan sebagai penyerap untuk menghilangkan
bau, penghilang rasa, pemurni dalam industri dan
proses penjernihan air baik dalam penanganan
limbah maupun produksi air minum.
Pada parameter TDS awal air gambut A0
sebesar 16 mg/l, kemudian setelah dilakuan biofilter
menunjukkan terjadinya peningkatan dari setiap
perlakuan, namum masih sesuai dengan standar
Permenkes 2017. Ada pun TDS terendah pada
perlakuan A4 sebesar 231 mg/l, walaupun perlakuan
A1 sebagai kontrol positif 53 mg/l. Terjadinya
peningkatan TDS diduga disaa t melakukan biofilter
arang aktif ikut terlarut dan masih terdapatnya
kandungan organik berupa garam atau mineral baik
yang berasal dari kadar abu maupun dari bahan
baku arang aktif itu sendiri yang masih tertinggal
disaat pembakaran atau proses pencucian. Sesuai
pendapat Rahmawati et al., (2018) partikel arang
aktif yang tidak dapat mengendap dan ikut terlarut
pada air hasil filtrasi yang menyebabkan kandungan
TDS air gambut mengalami peningkatan.
Kandungan besi (Fe) pada air gambut yang
telah dibiofilter dengan arang aktif purun tikus
mengalami penurunan dan telah sesuai dengan
standar Permenkes 2017, berbeda dengan
penambahan arang aktif dari pabrik pada perlakuan
A1 sebesar 1,07 mg/l yang belum sesuai dengan
standar yang disyaratkan. Adapun kandungan besi
(Fe) terendah terdapat pada perlakuan A3 sebesar
0.01 mg/l. Hal ini diduga arang aktif dari purun
tikus dapat menyerap kandungan besi pada air
gambut melalui pori hasil dari pembakaran. Afrizal
(2008) mengatakan penurunan kandungan logam
pada air gambut seperti besi disebabkan karena
adanya kandungan selolusa yang memiliki rongga
sehingga dapat menyerap. Diketahui bahwasanya
bahan ba ku dalam pembuatan a rang aktif purun
tikus ini memiliki kandungan selulosa yang cukup
tinggi.
No.
A0
A1
A2
A3
A4
A5
Standar
Permenkes
(2017)
1.
5,72
7,25
6,13
6,20
6,14
6,00
6,5 8,5
2.
252
3
56
36
16
34
50
3.
Sedikit
Berbau
Sedikit
Berbau
Tidak
berbau
Tidak
berbau
Sedikit
berbau
Sedikit
berbau
Tidak
berbau
4.
16
53
387
232
231
252
1000
5
1,54
1,07
0,42
0,01
0,03
0,64
1
Konversi, Volume 11 No. 1, April 2022, 8 12 e- ISSN: 2541-3481
Available online at ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/konversi
DOI: 10.20527/k.v11i1.11527 12
KESIMPULAN
Arang aktif purun tikus (Eleocharis dulcis)
dapat dimanfaatkan sebagai biofilter air gambut dan
karbonisasi 2 jam (A5) diduga waktu paling optimal
terhadap kualitas arang aktif purun tikus
(Eleocharis dulcis) yang ditunjukan oleh parameter
kadar abu 0,367% dan daya serap yodium
1.910,126 mg/g.
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, (2008). Selulosa Bakterial Nata De Coco
sebagai Adsorben pada Proses Adsorpsi
Logam Cr(III). Jurnal Gradien. No. 1(1),
Hal: 308-313.
Akhmad, Susanti, & Purwaningsih. (2012).
Pengaruh Temperatur Karbonisasi dan
Konsentrasi Zink Klorida (ZnCl2) terhadap
Luas Permuka an Karbon Aktif Eceng
Gondok. Jurnal Tekhnik Material dan
Metalurgi. Vol. 10, No. 3. Hal: 1-10.
Aryani, F., Mardiana, F & Wartomo. (2019).
Aplikasi Metode Aktivasi Fisika dan
Aktivasi Kimia pada Pembuatan Arang
Aktif dari Tempurung Kelapa (Cocos
nucifera L.). Jurnal Laboratorium
Indonesia. Vol 1 (2), Hal: 16-20.
Bada n Pusat Statistik. (2017). Persentase Rumah
Tangga menurut Provinsi dan Sumber Air
Minum Layak. Jakarta.
Eri, I. R & W. Hadi. (2009). Kajian Pengolahan Air
Gambut Menjadi Air Bersih dengan
Kombinasi Proses Upflow Anaerobic Filter
dan Slow Sand Filter. Jurnal FTEKNIK.
Jurusan Teknik Lingkungan FTSP- ITS.
Surabaya.
Fadhillah, M & D. Wahyuni. (2016). Efektivitas
Penamba han Karbon Aktif Cangkang
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) dalam
Proses Filtrasi Air Sumur. Jurnal Kesehatan
Komunitas. Vol. 3, No. 2.
Hartanto., Singgih & Ratnawati. (2010). Pembuatan
Karbon aktif da ri Tempurung Kelapa Sawit
dengan Metode Aktivasi Kimia. Jurnal
Sains Materi Indonesia. Vol. 12, No. 1.
Idrus, R., B. P. Lapanporo & Y. S. Putra. (2013).
Pengaruh Suhu Aktivasi terhadap Kualitas
Karbon Aktif Berbahan Dasar Tempurung
Kelapa. Jurnal Prisma Fisika. Program
Studi Fisika, FMIPA, Universitas
Tanjungpura. Pontianak. Vol. I, No. 1.
Khamidah, N., A. R. Budi & N. Annisa. (2020).
Pengolahan Air Gambut Menggunakan
Teknologi Biofilter dari Arang Aktif Gulma
Air di Pondok Pesantren Al Mursyidul Amin
Kec. Gambut Kab. Banjar. Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Banjarbaru.
Maftu'ah, E. & D. Nursyamsi. (2015). Potensi
Berbagai Bahan Organik Rawa sebagai
Sumber Biochar. Prosiding Seminar
Nasional Masyarakat Biodiversitas
Indonesia. Balai Penelitian Pertanian Lahan
Rawa, Banjarbaru. Hal: 776-781.
Prabowo, A. L. (2009). Pembuatan Karbon Aktif
dari Tongkol Jagung serta Aplikasinya untuk
Adsorpsi Cu, Pb dan Amonia. Fakultas
Teknik Universitas Indonesia. Depok.
Rahmawati., A. Wilaksono., N. Amri., K. N.
Davidson., B. Rimawan & Heriyanti.
(2018). Adsorpsi Air Gambut Menggunakan
Karbon Aktif dari Buah Bintaro.
Chempublish Journal. Vol. 2, No. 2.
Rohmah, P. M & A, S. Redjeki. (2014). Pengaruh
Waktu Karbonisasi pada Pembuatan Karbon
Aktif Berbahan Baku Sekam Padi dengan
Aktivator KOH. Jurnal KONVERSI. Jurusan
Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Jakarta. Vol. 3 No. 1.
Safitri, M. (2019). Karbon Aktif dari Purun Tikus
(Eleocharis dulcis) untuk Adsorpsi Logam
Besi (Fe). Skripsi. Program Studi Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru. Banjarbaru.
Sari, N. P & Mashuri. (2020). Efektivitas
Penamba han Karbon Aktif Arang Kayu
Baka u dalam Proses Filtrasi Air Gambut.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 4, No.2.
Tangio, S. J. (2013). Adsorpsi Logam Timbal (Pb)
dengan Menggunakan Biomassa Enceng
Gondok (Eichhornia crassipes). Jurnal
Entropi. Vol. 8, No. 8, Hal: 501-506.
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
Peat water can cause diseases such as cholera, hepatitis, dysentery, skin and eye diseases, and digestive diseases. Peat water is source water that is used daily needed by society in Segomeng. Mangrove wood is a material that can be used in the process of water purification because it can be used as activated charcoal which is a carbon compound, which is produced from a material that contains carbon. The research purpose is to know whether activated carbon of mangrove wood charcoal can be a medium of peat water filtering into clean water. This research type is the experiment and the design of this research uses Complete Random Design with some treatment which is arranged randomly for all experimental units. The different treatments are given, among others, using slow sand filtration and clay soil as a coagulant, using a slow sand filter with activated charcoal added mangrove wood with a thickness of 10 cm, and with a thickness of 15 cm. The results showed filtration with the addition of activated charcoal from mangrove wood with a thickness of 15 cm in getting the best results, can increase the pH value and is expected to improve the water quality of the acidic, odor-free, reducing taste, and the rapid filtration process that is 10 minutes. The conclusion is that the addition of activated carbon from mangrove wood charcoal is quite effective in the process of peat water filtration and can improve physical quality of water. The Suggestion is,should be measured of physical, chemical and biological character of peat water before and after filtration process.and also measurement of absorption of activated carbon of charcoal of mangrove wood before used as absorbent in filtration process
Potensi Berbagai Bahan Organik Rawa sebagai Sumber Biochar. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
  • E D Maftu'ah
  • Nursyamsi
Maftu'ah, E. & D. Nursyamsi. (2015). Potensi Berbagai Bahan Organik Rawa sebagai Sumber Biochar. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Banjarbaru. Hal: 776-781.
Pembuatan Karbon Aktif dari Tongkol Jagung serta Aplikasinya untuk Adsorpsi Cu, Pb dan Amonia. Fakultas Teknik Universitas Indonesia
  • A L Prabowo
Prabowo, A. L. (2009). Pembuatan Karbon Aktif dari Tongkol Jagung serta Aplikasinya untuk Adsorpsi Cu, Pb dan Amonia. Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Depok. Rahmawati., A. Wilaksono., N. Amri., K. N. Davidson., B. Rimawan & Heriyanti. (2018). Adsorpsi Air Gambut Menggunakan Karbon Aktif dari Buah Bintaro.
Karbon Aktif dari Purun Tikus (Eleocharis dulcis) untuk Adsorpsi Logam Besi (Fe). Skripsi. Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
  • M Safitri
Safitri, M. (2019). Karbon Aktif dari Purun Tikus (Eleocharis dulcis) untuk Adsorpsi Logam Besi (Fe). Skripsi. Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Banjarbaru.
Adsorpsi Logam Timbal (Pb) dengan Menggunakan Biomassa Enceng Gondok (Eichhornia crassipes)
  • S J Tangio
Tangio, S. J. (2013). Adsorpsi Logam Timbal (Pb) dengan Menggunakan Biomassa Enceng Gondok (Eichhornia crassipes). Jurnal Entropi. Vol. 8, No. 8, Hal: 501-506.