ArticlePDF Available

Penguatan Nilai-Nilai Ketahanan Nasional Di Sekolah Melalui Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Di SMK Pusdikhubad Kota Cimahi, Jawa Barat)

Authors:
130
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 27, No. 1, April 2021: 130-146
JURNAL KETAHANAN NASIONAL
Vol. 27, No. 1, April 2021, Hal 130-146
DOI:http://dx.doi.org/ 10.22146/jkn.64022
ISSN:0853-9340(Print), ISSN:2527-9688(Online)
Online sejak 28 Desember 2015 di :http://jurnal.ugm.ac.id/JKN
VOLUME 27 No. 1, April 2021 Halaman 130-146
Penguatan Nilai-Nilai Ketahanan Nasional Di Sekolah Melalui Pendidikan
Kewarganegaraan
(Studi Di SMK Pusdikhubad Kota Cimahi, Jawa Barat)
Lili Halimah
STKIP Pasundan, Cimahi, Indonesia
email: lilihalimah@gmail.com
Anis Suryaningsih
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
email: anissiryaningsih@staff.uns.ac.id
Yayuk Hidayah
Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Indonesia
email: yayuk.hidayah@pgsd.uad.ac.id
Risti Aulia Ulfah
IAIN Ponorogo
email: ristiauliaulfah@gmail.com
Dikirim: 11-2-2021; Direvisi: 11-06-2021; Diterima; 17-06-2021
ABSTRACT
The idea of the strengthening of citizenship values came with implications on the perspective of realizing
national resilience in the school. The purpose of this study was to analyzed the strengthening of citizenship values
to realized national resilience in the School environment.
This research used a qualitative approach with a case study design. Data collection used interview, observation
and documentation techniques. Data analysis used interactive analysis consisting of data reduction, data presentation
and data verication.
The results showed that strengthening the values of citizenship to realized national resilience in the school
environment was through three ways, namely: 1) learning innovative citizenship education, 2) internationalizing
the values of national resilience in the school environment by habituation and 3) the existence of extracurricular
activities which was a discussion forum for students to deepened the values of national resilience in the school
environment. Citizenship values were important for students because they would form a person who had a national
spirit, loves the motherland and had an identity as an Indonesian nation.
Keywords: Values of Citizenship; National Resilience; Schools.
131
Lili Halimah, Anis Suryaningsih, Yayuk Hidayah, Risti Aulia Ulfah -- Penguatan Nilai-Nilai Ketahanan Nasional
Di Sekolah Melalui Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Di SMK Pusdikhubad Kota Cimahi, Jawa Barat)
PENGANTAR
Pembangunan manusia menjadi bagian
penting dalam pembangunan Nasional.
Fithriyyati dan Maryani (2018) menyatakan
bahwa pengembangan SDM melalui
pendidikan untuk kepentingan masyarakat
dan negara. Aspek-aspek kehidupan manusia
merupakan satu kesatuan yang utuh yang
bersifat integral yang berpengaruh dalam
ketahanan nasional. salah satu aspek
kehidupan lemah akan berpengaruh terhadap
ketahanan nasional secara keseluruhan.
Melalui pendekatan kesejahteraan sebagai
upaya meningkatkan taraf kehidupan yang
lebih baik dengan cara menumuh kembangkan
kekuatan nasional dapat dilakukan melalui
pendidikan. Undang-Undang No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa pendidikan berfungsi
dalam membentuk peradaban bangsa.
Pendidikan tidak hanya berfungsi
dalam mengembangkan kompetensi kognitif
namun juga watak dan peradaban bangsa.
Akan tetapi, di lingkungan sekolah lebih
menekankan pada kemampuan kognitif.
Adeogun (2015) menyatakan rekonseptualisasi
kurikulum yang peka secara sosial budaya
disarankan untuk untuk menggerakkannya
ABSTRAK
Gagasan penguatan nilai-nilai kewarganegaraan hadir dengan implikasi pada perspektif mewujudkan ketahanan
nasional pada lingkungan sekolah. Tujuan penelitian ini menganalisis penguatan nilai-nilai kewarganegaraan dalam
mewujudkan ketahanan nasional pada lingkungan sekolah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan disain studi kasus. Pengumpulan data menggunakan
teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Analsisi data menggunakan analisis interaktif yang terdiri dari
reduksi data, penyajian data dan verikasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguatan nilai-nilai kewarganegaraan untuk mewujudkan ketahanan
nasional pada lingkungan sekolah dilakukan melalui tiga cara, yaitu: 1) pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
yang inovatif, 2) internasliasi nilai-nilai ketahanan nasional pada lingkungan sekolah dengan pembiasaan dan 3)
adanya aktivitas ekstra kurikuler yang menjadi forum diskusi bagi siswa dalam memperdalam nilai-nilai ketahanan
nasional pada lingkungan sekolah. Nilai-nilai kewarganegaraan penting bagi siswa karena akan membentuk pribadi
yang memiliki jiwa nasioalisme, cinta tanah air dan memiliki identitas sebagai bangsa Indonesia.
Keywords: Nilai-Nilai Kewarganegaraan; Ketahanan Nasional; Sekolah.
ke arah pengembangan guru yang sehat,
efektif, dan kreatif. Kemampuan karakter,
pengembangan watak hanya diakomodasi
dalam mata pelajaran Agama dan Pendidikan
Kewarganegaraan. Nilai-nilai karakter tersebut
hanya diakomodasi secara terbatas dan hanya
bersifat transfer materi, sebab nilai-nilai
karakter yang terbatas dan bersifat transfer
materi ialah pola pembelajaran yang hanya
terbatas pada menghafal fakta dan tidak secara
kritis diajarkan pada siswa untuk dianalisis.
Selain itu, pembelajaran yang masih pada
transfer materi tidak relevan dengan kebutuhan
dalam internalisasi nilai ketahanan nasional di
sekolah jika dikaitkan dengan kemampuan
dalam mencapai elemen ketahanan nasional.
Oleh karena itu perlu adanya internalisasi nilai
ketahanan nasional pada lingkungan sekolah.
Menurut hemat peneliti, ketahanan
nasional dikonsepsikan sebagai situasi suatu
bangsa yang dapat mengatasi kesulitan dari
dalam dan dari luar yang dapat mempengaruhi
keberlangsungan kehidupan dalam bangsa
tersebut. Berkaitan dengan itu, Armawi
(2011) menjelaskan bahwa ketahanan nasional
berakar dari dua kata yaitu ketahanan dan
nasional. Ketahanan mempunyai asal kata
tahan atau kuat sementara nasional diartikan
132
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 27, No. 1, April 2021: 130-146
sebagai pendudukan dari suatu wilaah yag
memiliki pemerintahan. Kemudian masih
tentang ketahanan nasional di pendidikan,
Asare dan Nti (2014) menyatakan ketika
pendidikan berkualitas menjadi perhatian bagi
organisasi internasional yang berfokus pada
pendidikan dan mendominasi debat nasional,
kualitas guru harus sama-sama menjadi
prioritas. Dengan demikian, ketahanan
nasional adalah kekuatan dari suatu bangsa
yang membentuk satu kesatuan.
Beberapa fakta mengenai kurang
optimalnya nilai-nilai ketahanan nasional
dalam pembelajaran PPKn antara lain,
hasil penelitian. Winarno (2010) dalam
penelitiannya yang berjudul pengembangan
model pembelajaran internalisasi nilai-
nilai kewirausahaan pada SMK di Malang
menjelaskan tentang pentingnya internalisasi
nilai. Terdapat tiga tahap dalam internalisasi
nilai mencakup 3 tahap, yaitu (1). Tahap
transformasi nilai, komunikasi satu arah yang
dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk
memberi pemahaman tentang karakter nilai,
(2). Tahap transaksi nilai, komunikasi dua arah
yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik
dalam kegiatan pemahaman dan pelaksanaan
nilai dengan melibatkan aspek fisik, (3).
Tahap internalisasi nilai, komunikasi dua arah
dengan melibatkan aspek sikap kepribadian
antara peserta didik dan pendidik. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut, internalisasi nilai
kepada peserta didik melibatkan pihak
sekolah, pendidik dan peserta didik sendiri.
Memperkuat hasil penelitian tersebut, fakta
lain tentang kurang optimalnya nilai-nilai
ketahanan nasional dalam pembelajaran PPKn
ialah hasil penelitian tersebut sejalan dengan
hasil penelitian Irwan (2018) yang menyatakan
bahwa nilai-nilai ketahanan nasional dalam
pembelajaran PPKn belum disampaikan
secara optimal. Oleh karena itu, perlu adanya
upaya intenalisasi nilai ketahanan nasional di
lingkungan sekolah.
Menurut hemat peneliti mewujudkan
ketahanan nasional penting dilakukan sejak
dini termasuk dalam konteks sekolah. Hal
tersebut akan berimplikasi pada pembentukan
warga yang memahami hak serta kewajiban
dalam bernegara. Ketahanan nasional
dalam konteks sekolah adalah memberikan
pemahaman tentang penguatan nasional dalam
bidang sosial, budaya, ekonomi dan politik
pada siswa untuk memperkuat pertahanan
dan keamanan naisonal. Berkaitan dengan
hal tersebut,Widisuseno (2013) menyatakan
bahwa ketahanan nasional merupakan kondisi
bangsa yang mampu mengatasi kesulitan,
tantangan dan hambatan. Dengan demikian
pada konteks persekolahan, ketahanan nasional
adalah memberikan pemahaman pada siswa
agar mampu mengatasi kesulitan, tantangan
dan hambatan dalam kehidupan bernegara.
Menurut hemat peneliti, Ketahanan
nasional pada konteks persekolahan penting
karena saat ini kita dihadapkan dengan realitas
pada siswa yang banyak apatis dengan persoalan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Berkaitan
dengan hal itu, Harrison & Boyd (2018)
menjelaskan bahwa konsep hak adalah sebagai
hakikat intrinsik bagi makhluk manusia karena
mereka adalah manusia. Sedangkan kewajiban
adalah berutang kepada masyarakat dan kepada
pemerintah. Dengan demikian, memberikan
pemahaman tentang ketahanan nasional dalam
konteks persekolahan menjadi salah satu usaha
dalam mewujudkan warga negara yang baik
karena akan memiliki kepekaan sosial dan
menyadari hak serta kewajiabannya dalam
kehidupan bernegara.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal yang memiliki aturan, visi misi
133
Lili Halimah, Anis Suryaningsih, Yayuk Hidayah, Risti Aulia Ulfah -- Penguatan Nilai-Nilai Ketahanan Nasional
Di Sekolah Melalui Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Di SMK Pusdikhubad Kota Cimahi, Jawa Barat)
yang berada pada tingkat satuan tertantu.
Daryanto (2000) menjelaskan bahwa
sekolah adalah lembaga tempat memberi dan
merima pelajaran. Selanjutnya dijelaskan
bahwa sekolah adalah satuan pendidikan
yang berjenjang dan berkesinambungan
untuk menyelenaggarakan kegiatan belajar
mengajar. Berdasarkan pengertian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa sekolah merupakann
tempat lembaga formal yang merupakan
tempat belajar bagi peserta didik yang terdiri
dari berbagai elemen yang saling terhubung.
Merujuk pada pasal 37 Ayat 1 dan 2
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan
Pendidikan Kewarganegaraan ( yang juga
disebut dengan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganageraan ) merupakan mata pelajaran
yang wajib ada dalam kurikulum di setiap
tingkat satuan pendidikan dasar, menengah,
hingga perguruan tinggi. Keberadaan
Pendidikan Kewarganegaraan tersebut
dimaksudkan sebagai upaya membentuk
peserta didik agar memiliki rasa kebangsaan
dan nasionalisme sesuai dengan Pancasila dan
UUD 1945.
Pendidikan kewarganegaraan
merupakan satu di antara mata pelajaran
yang memiliki visi menanamkan nilai-
nilai ke-Indonesiaan sebagaimana yang
dinyatakan oleh Wahab & Sapriya (2011)
bahwa Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
media untuk meng-Indonesiakan siswa
agar siswa dapat belajar secara cerdas,
tanggung jawab. Kemudian Soemantri
(1976) menjelaskan secara singkat bahwa
perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan
diawali dengan pendidikan moral yang
berisi nilai-nilai kemasyarakatan. Dengan
demikian, apabila dikaitkan dengan upaya
mewujudkan ketahanan nasional, Pendidikan
Kewarganegaraan di persekolahan memiliki
andil dalam mewujudkan hal tersebut dengan
diberikan sentuhan penguatan nilai-nilai
kewarganegaraan.
Menyuburkan usaha ketahanan nasional
pada lingkup persekolahan melalui penguatan
nilai-nilai kewarganegaraan adalah hal yang
penting, berkaitan dengan hal tersebut,
Machroh, Sapriya, dan Komalasari (2018)
menyatakan bahwa era digital telah membawa
perubahan budaya, terutama bagi warga negara
muda Indonesia. Dari pendapat tersebut,
menjadi alasan kuat untuk dapat menyuburkan
usaha ketahanan nasional pada lingkup
persekolahan melalui penguatan nilai-nilai
kewarganegaraan agar tercapai kesempurnaan
antara sikap, perilaku dan watak siswa yang
tercermin dalam kehidupan sehari-hari
mereka seperti yang dinyatakan oleh Karliani,
Kartadinata, Winataputra, & Komalasari
(2019) bahwa eksplorasi antara pengetahuan,
sikap, dan perilaku masyarakat sipil Indonesia
perlu dikembangkan secara lebih jauh. Lebih
lanjut Halimah (2018) menegaskan jika
persoalan jati diri bangsa harus dikembangkan
pada generasi muda. Kemudian Wahono
(2018) menegaskan jika pada era globalisasi
saat ini selain membutuhkan generasi muda
yang berkarakter kuat, tetapi juga benar,
positif, dan konstruktif.
Berdasar uraian di atas, dapat diketahui
bahwa sekolah memiliki peran dalam
membentuk pribadi yang memiliki nilai-
nilai ketahanan nasional. Sekolah memiliki
berbagai dimensi ruang lingkup dalam
membentuk karakter siswa sehingga dapat
diselaraskan dengan tujuan pembangunan
nasional sebagaimana dinyatakan oleh Torney-
Purta dan Vermeer (2004) bahwa sekolah
berperan penting dalam pengembangan
kemampuan akademik kaum muda. Selain
134
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 27, No. 1, April 2021: 130-146
itu sekolah berfungsi sebagai tempat yang
membantu siswa dalam mengembangkan
pemahaman masyarakat dan komitmen
terhadap keterlibatan politik dan sipil.
Dalam peran ini, sekolah dapat membantu
mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
dan disposisi yang perlu dikembangkan oleh
kaum muda menjadi individu yang sadar
politik dan bertanggungjawab secara sosial.
Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk dapat menganalisis penguatan nilai-
nilai kewarganegaraan untuk mewujudkan
ketahanan nasional di lingkungan sekolah.
Peneliti menunjuk SMK Pusdikhubad Kota
Cimahi sebagai lokasi penelitian dengan
mempertimbangkan bahwa sekolah tersebut
memiliki kekhususan serta ciri khas dengan
identitas siswa yang beragam. Selain itu di
SMK Pusdikhubad Kota Cimahi mempunyai
kegiatan ekstrakurikuler TNI/POLRI yang
sudah berjalan sejak tahun 2005 dan sudah
melahirkan para aparat pertahanan negara
serta didukung juga oleh lingkungan sekolah
tersebut yang memang mayoritas lingkungan
militer. SMK Pusdikhubad Kota Cimahi
beralamat di Jalan Komplek Microwave
Nomor 1 Kalidam Kota Cimahi (40523).
Selain itu, sebagai alasan akademis peneliti
memilih lokasi penelitian ini sudah tepat
ialah bahwa di SMK Pusdikhubad Kota
ada kegiatan ekstrakurikuler TNI/POLRI
yang terkait dengan penanaman nilai-nilai
ketahanan nasional pada siswa.
Terdapat beberapa penelitian
terdahulu tentang penguatan nilai-nilai
kewarganegaraan untuk mewujudkan
ketahanan nasional di lingkungan sekolah, di
antaranya Kennedy (2012) meninjau isu-isu
kewarganegaraan global dan menguraikan
strategi yang diterapkan negara-negara
untuk memastikan mereka tetap mampu
menciptakan kewarganegaraan yang aktif dan
terlibat. Dalam hal ini, Kennedy menyatakan
bahwa mewujudkan ketahanan nasional
di lingkungan sekolah dengan Pendidikan
Kewarganegaraan adalah komponen kurikulum
yang memiliki tujuan yurisdiksi ke yurisdiksi.
Haryati, dkk (2018) tentang konstruksi isu
ketahanan nasional dalam pengembangan
Pendidikan Kewarganegaraan di persekolahan
menghasilkan tentang perumusan deskripsi isi
Pendidikan Kewarganegaraan yang dapat di
bidangkan dengan ketahanan nasional yaitu
isu ipoleksosbudhankam.
Nurhayati (2010) tentang peran nilai
kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan
membentuk masyarakat madani dan
implikasinya terhadap ketahanan nasional
di Kota Surakarta menghasilkan peran dari
nilai kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan
dalam membentuk kesatuan masyarakat
madani ditunjukkan dengan tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan. Hal tersebut didukung
dengan materi PKn yang wajib dikuasai
peserta didik pada semua jenjang satuan
pendidikan baik dasar, menengah dan tinggi
yang meliputi 8 (delapan) aspek kompetensi
yaitu (1). Persatuan dan Kesatuan bangsa,
(2). Norma, hukum dan peraturan, (3). HAM,
(4). Kebutuhan warga negara, (5). Konstitusi
Negara, (6). Kekuasan dan Politik, (7).
Pancasila, (8). Globalisasi. Nilai-nilai yang
disampaikan dalam pembelajaran PKn ini
sejalan dengan nilai-nilai yang digunakan
dalam mewujudkan masyarakat madani yang
meliputi: wilayah publik yang bebas (free public
sphere), demokrasi, toleransi, kemajemukan
(pluralism), dan keadilan sosial (social justice).
Irwan (2018) tentang implementasi dari
internalisasi nilai-nilai ketahanan nasional
pada pembelajaran PPKn di tingkat Sekolah
Menengah Pertama (SMP), menghasilkan
135
Lili Halimah, Anis Suryaningsih, Yayuk Hidayah, Risti Aulia Ulfah -- Penguatan Nilai-Nilai Ketahanan Nasional
Di Sekolah Melalui Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Di SMK Pusdikhubad Kota Cimahi, Jawa Barat)
bahwa muatan ketahanan nasional belum
menjadi prioritas utama dalam pembelajaran
PPKn. Perlu adanya penigkatan dan
pemahaman kepada setiap siswa sejak jenjang
sekolah menengah. Fitri dan Hatta (2012)
tentang peran madrasah sebagai institusi
pendidikan dalam ideologi keamanan nasional
politik sosial-budaya Islam tentang pertahanan
dan keamanan untuk mewujudkan kehidupan
bangsa, menghasilkan bahwa semua orang
Indonesia harus memiliki pendidikan dan
pengajaran untuk kehidupan intelektual
bangsa.
Berdasarkan uraian penelitian yang
relavan, dapat dikatakan bahwa sekolah
memiliki posisi yang strategis dalam hal
penguatan nilai-nilai kewarganegaraan untuk
mewujudkan ketahanan nasional di lingkungan
sekolah. Jaskułowski, Majewski, dan Surmiak
(2016) berpendapat bahwa guru melihat
pendidikan melalui prisma nasionalisme.
Kemudian Coenders dan Scheepers (2003)
menyatakan bahwa pencapaian pendidikan
sangat terkait dengan eksklusisme etnis serta
chauvinisme, tetapi tidak untuk patriotisme.
Oleh karena itu, diperlukan strategi dalam
mewujukan ketahanan nasional di lingkungan
sekolah melalui mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
Bertolak pada realitas tersebut, maka
tulisan ini akan menguraikan beberapa hal,
yaitu pertama tulisan ini akan menguraikan
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
yang inovatif. Kedua, tulisan ini akan
menguraikan internasliasi nilai-nilai ketahanan
nasional pada lingkungan sekolah dengan
pembiasaan, dan ketiga, tulisan ini akan
menguraikan adanya aktivitas ekstrakurikuler
yang menjadi forum diskusi bagi siswa dalam
memperdalam nilai-nilai ketahanan nasional
pada lingkungan sekolah.
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ialah kualitatif, metode yang
digunakan ialah studi kasus. Alasan akademis
memilih metode penelitan studi kasus
karena untuk menangkap penguatan nilai-
nilai kewarganegaraan untuk mewujudkan
ketahanan nasional di lingkungan SMK
Pusdikhubad Kota Cimahi. Data diambil
dengan menggunakan wawancara, observasi
dan dokumentasi terhadap penguatan nilai-
nilai kewarganegaraan untuk mewujudkan
ketahanan nasional di lingkungan SMK
Pusdikhubad Kota Cimahi. Analisis data
menggunakan analiss data interaktif yaitu
reduksi data, penyajian data dan verivikasi
data (Miles dan Huberman, 2009). Kemudian
validasi data menggunakan teknik trianggulasi
sumber dan triangulasi pengumpulan data.
Rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana penguatan nilai-
nilai kewarganegaraan dalam mewujudkan
ketahanan nasional pada lingkungan sekolah.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
penguatan nilai-nilai kewarganegaraan
dalam mewujudkan ketahanan nasional pada
lingkungan sekolah.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian,
secara keseluruhan penguatan nilai-nilai
kewarganegaraan untuk mewujudkan ketahanan
nasional pada lingkungan SMK Pusdikhubad
Kota Cimahi ditunjukkan pada Gambar 1.
Penguatan Nilai-Nilai Kewarganegaraan
Dalam Mewujudkan Ketahanan Nasional
Pada Lingkungan Sekolah
Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang inovatif berkaitan
dengan penguatan nilai-nilai kewarganegaraan
dalam mewujudkan ketahanan nasional
136
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 27, No. 1, April 2021: 130-146
Gambar 1
Penguatan Nilai-Nilai Kewarganegaraan Untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional Pada Lingkungan SMK
Pusdikhubad Kota Cimahi
Sumber: Olahan Peneliti, 2019
Ketahanan nasional pada lingkungan
SMK Pusdikhubad Kota Cimahi
Pendidikan Kewarganegaraan Yang Inovatif,
Internasliasi Nilai-Nilai Ketahanan Nasional Pada Lingkungan Sekolah Dengan
Pembiasaan
Ekstrakurikuler Yang Menjadi Forum Diskusi Bagi Siswa Dalam Memperdalam
Nilai-Nilai Ketahanan Nasional Pada Lingkungan Sekolah.
Siswa SMK Pusdikhubad Kota Cimahi
pada lingkungan sekolah. Mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan berperan
dalam penguatan nilai-nilai kewarganegaraan
untuk mewujudkan ketahanan nasional pada
lingkungan SMK Pusdikhubad Kota Cimahi.
Semela, Bohl, dan Kleinknecht (2013)
menyatakan bahwa pada kurikulum Pendidikan
Kewarganegaraan terdapat kurikulum yang
bersifat eklektik memadukan interpretasi
minimal Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam hal mewujudkan ketahanan nasional,
Priyono, Herman, dan Yusgiantoro (2017)
menyampaikan bahwa konsep ketahanan
nasional berada di luar batas geostrategis,
meskipun terdapat beberapa bukti validitas
geostrategis. Oleh karena itu, melalui
Pendidikan Kewarganegaraan, peserta didik
dapat menangkap nilai-nilai kewarganegaraan
terutama dalam kesadaran bernegara.
Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang inovatif dengan
menggunakan perangkat pembelajaran
tidak hanya di kelas tetapi menggunakan
kegiatan ekstrakurikuler TNI/POLRI di
SMK Pusdikhubad Kota Cimahi membuat
siswa dapat belajar secara tidak monoton.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Kalyani dan Rajasekaran (2018) bahwa
pengalaman kelas harus didefinisikan
ulang dan ide-ide inovatif yang membuat
metode belajar mengajar lebih efektif harus
diimplementasikan. Kemudian Pandey,
Gupta, dan Gupta (2019) menyatakan
bahwa pembelajaran memiliki hubungan
positif dengan pembelajaran dalam tim,
dan pembelajaran tim memediasi hubungan
antara iklim spiritual dan perilaku inovatif.
Untuk itu penggunaan pembelajaran mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
yang inovatif di SMK Pusdikhubad Kota
Cimahi dapat membantu ketercapaian siswa
dalam memahami nilai-nilai ketahanan
137
Lili Halimah, Anis Suryaningsih, Yayuk Hidayah, Risti Aulia Ulfah -- Penguatan Nilai-Nilai Ketahanan Nasional
Di Sekolah Melalui Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Di SMK Pusdikhubad Kota Cimahi, Jawa Barat)
nasional dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
Apabila diamati, banyaknya perilaku
menyimpang dan mencerminkan keapatisan
pada negara pada siswa bisa jadi disebabkan
karena kurangnya kesadaran bernegara pada
siswa. Sankey, Joshua, dan Omole (2014)
menyatakan bahwa ada kebutuhan untuk
menciptakan kesadaran dan pengetahuan
tentang keadaan negara di antara para
siswa yang dapat menjadi agen perubahan
dan cenderung mempengaruhi orang lain.
Kemudian dalam hal pembelajaran, Subramani
dan Iyappan (2018) menyatakan bahwa
pengajaran dan pembelajaran yang inovatif
berguna dalam mengatasi kemajuan teknologi
yang pesat dan mengembangkan tempat kerja
yang akan dibutuhkan di masa depan. Dengan
demikian, perlu menekankan nilai-nilai
ketahanan nasional dalam pembelajaran agar
siswa memiliki pribadi yang sesuai dengan
Pancasila dan UUD 1945.
Secara keseluruhan, antara muatan
nilai ketahanan nasional dan pembelajaran
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
di SMK Pusdikhubad Kota Cimahi sudah
harmonis dan inovatif. Dalam hal ini,
Blevins, LeCompte, dan Wells (2016)
menyatakan bahwa sangat penting bahwa
sekolah dan masyarakat memberi siswa
kesempatan untuk berpartisipasi dalam
kewarganegaraan aktif dan mempersiapkan
mereka dengan keterampilan dan disposisi
penting yang diperlukan guna menjadi
warga negara yang memiliki informasi.
Aksi kewarganegaraan adalah praktik yang
menjanjikan yang menempatkan siswa di
jantung pembelajaran kewarganegaraan
dengan memberi mereka kesempatan untuk
belajar tentang tindakan sipil dan politik
dengan terlibat dalam siklus penelitian,
tindakan, dan reeksi tentang masalah yang
mereka pedulikan.
Dapat dipahami bersama bahwa
warga negara harus memiliki pertimbangan
sikap untuk menjadi warga negara yang
baik termasuk dalam hal sikap ketahanan
nasional. Melalui mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di SMK Pusdikhubad Kota
Cimahi yang inovatif, harmonisasi antara nilai-
nilai kewarganegaraan dan ketahanan nasional
dapat tercapai. Zohar dan Cohen (2016)
menyatakan bahwa kebijakan pendidikan
dari seluruh dunia saat ini menyoroti tujuan
pengajaran pemikiran tingkat tinggi. Namun,
sebagian besar ruang kelas di seluruh dunia
masih didominasi oleh pedagogi transmisi
pengetahuan, dengan fokus pada level kognitif
tingkat rendah. Kurangnya kesadaran dalam
bernegara pada siswa dapat di nilai sebagai
kode etik kegagalan dalam transfer nilai-nilai
ketahanan nasional.
Tidak adanya nilai-nilai
kewarganegaraan yang dapat mewujudkan
ketahanan nasional dalam masyarakat akan
menjadikan warga negara berperilaku yang
tidak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Guo, Liu, Wu, dan Zhang (2020) menyatakan
bahwa dukungan emosional, kemanjuran
politik eksternal, keterampilan warga negara,
dan mobilisasi merupakan anteseden yang
signikan dalam timbal balik yang dirasakan
penting untuk berbagi dalam suatu negara.
Oleh kerena itu keberadaan lingkungan siswa
yang mendukung dalam internalisasi nilai-
nilai kewarganegaraan adalah penting. Hal
ini disebabkan karena pengaruh lingkungan
yang tidak mendukung perwujudan nilai-nilai
kewarganegaraan. Oleh karena itu, melalui
Pendidikan Kewarganegaraan di SMK
Pusdikhubad Kota Cimahi yang inovatif
siswa dapat mengaplikasikan dalam perilaku
138
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 27, No. 1, April 2021: 130-146
yang sesuai dengan nilai-nilai ketahanan
nasional.
Internaliasi Nilai-Nilai Ketahanan Nasional
Pada Lingkungan Sekolah Dengan
Pembiasaan
Mewujudkan ketahanan nasional pada
lingkungan SMK Pusdikhubad Kota Cimahi
selanjutnya adalah melalui internaliasi nilai-
nilai ketahanan nasional pada lingkungan
sekolah dengan pembiasaan. Internaliasi
melalui pembiasaan secara lebih rinci tidak
hanya sekedar dalam mata pelajaran PPKn
tetapi dalam kehidupan sehari-hari di sekolah.
Data yang dapat menjadi dasar atau bukti
klaim ini ialah berdasarkan wawancara dengan
guru di SMK Pusdikhubad Kota Cimahi
yang mengatakan bahwa dalam kehidupan
sehari-hari di sekolah nilai ketahanan nasional
dibiasakan dengan berbagai karakter seperti
kejujuran, disiplin dan bergotong royong
agar tercipta persatuan pada siswa di di
SMK Pusdikhubad Kota Cimahi. Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia
didukung posisi Indonesia yang strategis.
Kusumastanto (2014) menyatakan bahwa
70% kepulauan di Indonesia merupakan
wilayah kelautan. Indonesia memiliki letak
geogras yang sangat strategis di antara dua
benua dan dua samudra. Dengan kondisi
strategis Indonesia yang demikian Indonesia
memiliki bergaining position dan bergaining
power dalam percaturan dunia. Nye (2008)
menyatakan bahwa soft power suatu negara
bergantung pada sumber daya budaya, nilai-
nilai, dan kebijakannya. Strategi daya cerdas
menggabungkan sumber daya keras dan lunak.
Kekuatan penguasaan ruang suatu negara
acap kali dikaitkan dengan kehormatan dan
kedaulatan suatu negara. Dalam pencapaian
kekuatan tersebut, hubungan antar negara
dihiasi dengan kompetisi dan kerjasama. Oleh
karena itu, negara harus dapat mengelola
potensi yang ada untuk menjadi kekuatan. Akan
tetapi, posisi Indonesia yang strategis sebagai
area perlintasan kepentingan berbagai negara
memiliki kerentanan karena perkembangan
lingkungan strategis tersebut dapat menjadi
ancaman bagi ketahanan bangsa.
Dampak negatif perkembangan
lingkungan strategis negara Indonesia dengan
kekayaan budaya, suku, ras dan agama
dapat berpotensi memicu ancaman bagi
negara. Wilson (2008) menyatakan bahwa
memajukan kekuatan cerdas telah menjadi
keharusan keamanan nasional, didorong baik
oleh perubahan struktural jangka panjang
dalam kondisi internasional maupun oleh
kegagalan jangka pendek dari pemerintahan
saat ini. Hal ni perlu mendapatkan perhatian
khusus. Upaya yang dilakukan dengan
pengembangan kompetensi sumber daya
manusia melalui pendidikan. Dalam konteks
membangun ketahanan nasional dalam aspek
sumber daya manusia dilakukan dengan
internalisasi nilai-nilai ketahanan nasional
di lingkungan pendidikan. Internlisasi ini
melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-
hari di sekolah siswa. Berdasarkan pendapat
Muhadjir (2000) internalisasi merupakan
interaksi untuk mempengaruhi penerimaan
atau penolakan nilai (values) dengan memberi
penguatan sebagai upaya evaluatif terhadap
nilai sebelumnya. Internalisasi dilakukan
melalui lima proses, yaitu menerima,
menanggapi, memberi nilai, mengorganisasi
nilai, dan karakterisasi nilai. Proses menerima
terjadi komunikasi satu arah untuk memberi
pemahaman tentang suatu nilai. Proses
selanjutnya terjadi komunikasi dua arah
yang melibatkan aspek sik dan kepribadian.
Selanjutnya pada proses mengorganisasi,
139
Lili Halimah, Anis Suryaningsih, Yayuk Hidayah, Risti Aulia Ulfah -- Penguatan Nilai-Nilai Ketahanan Nasional
Di Sekolah Melalui Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Di SMK Pusdikhubad Kota Cimahi, Jawa Barat)
nilai disesuaikan dan dapat dinilai proses
internalisasi mencapai tujuan. Pada proses
kelima, internalisasi nilai, nilai-nilai yang
sudah tertanama ditata dan disingkronkan
sesuai dengan tingkatan untuk diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Pada lingkungan SMK Pusdikhubad
Kota Cimahi, internalisasi nilai ketahanan
nasional di sekolah dilakukan melalui
mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaaraan. Roldão (2003) menyatakan
bahwa terdapat kebutuhan yang muncul untuk
memikirkan kembali konsep Pendidikan
Kewarganegaraan untuk studi masa depan
di lapangan dengan mempertimbangkan dan
memperluas temuan saat ini. Kajian ketahanan
nasional secara kajian ilmu masuk ke dalam
kajian kewarganegaraan. Internalisasi nilai
ketahanan nasional di sekolah perlu dilakukan
sebagai upaya agar peserta didik memahami
dan mengerti kondisi bangsa. Kelangsungan
hidup suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas
warga negara muda. Oleh karena itu, perlu
pembinaan generasi muda yang paham
terhadap potensi dan tantangan yang dimiliki
suatu bangsa. Penanaman nilai ketahanan
nasional melalui internalisasi nilai nilai
kewarganegaraan menjadi solusi agar siswa
mampu memamami kondisi geopolitik negara
Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Tolstenko, Baltovskij, dan Radikov (2019)
yang menyatakan bahwa bentuk kegiatan
paling penting adalah mengubah citra budaya
dan kesadaran individu, dan membentuk serta
mengubah sikap politik mereka terhadap
realitas sehari-hari di sekitarnya.
Pengetahuan tentang kondisi geopolitik
Indonesia dikembangkan berdasarkan pada
sejarah, cita-cita dan ideologi negara. Ketiga
faktor tersebut merupakan faktor yang
membentuk karakter bangsa Indonesia. Yang
pertama, sejarah lahirnya bangsa dan negara
yang mengajarkan persamaan dan perbedaan
namun tetap mengutamakan persatuan.
Kedua, cita-cita negara Indonesia berdiri
untuk mencapai kesejahteraan bersama.
Ketiga, ideologi negara Indonesia berupa
Pancasila sebagai dasar dalam pelaksanaan
negara. Melalui tiga konsepsi tersebut
bangsa Indonesia memandang nusantara
sebagai satu kesatuan yang utuh yang
harus dikelola dan dipertahanankan untuk
kesejahteraan bersama guna mencpai cita-
cita nasional. Kim (1999) menyatakan bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan berdasarkan
liberalisme menganggap kebebasan
sebagai tujuan pendidikan, sedangkan
Pendidikan Kewarganegaraan berdasarkan
komunitarianisme menganggap kebajikan
sebagai tujuan pendidikan. Semangat
persatuan dalam konteks sejarah, cita-cita
dan ideologi ini perlu ditanamkan kepada
peserta didik. Peserta didik diharapkan
mampu melihat, menghayati dan menyikapi
potensi dan ancaman dengan tetap berpegang
pada nilai Pancasila. Pengetahuan, sikap dan
tindakan peserta didik harus dapat menyatu
pada makna Indonesia sebagai satu kesatuan
ruang yang utuh.
Nilai ketahanan nasional sebagai keadaan
yang dinamis bangsa berisi ketangguhan
dan keuletan serta mengembangkan potensi
nasional dalam menghadapi ancaman, gangguan,
tantangan dan hambatan yang berasal dari luar
sertan dari dalam. Victoria (2018) menyatakan
ketahanan nasional bertanggung jawab atas
pelestarian dan kelangsungan negara hukum
demokratis yang dikenal saat ini. Ini termasuk
memerangi perdagangan narkoba di dalam dan
luar negeri, memerangi kejahatan terorganisir,
melindungi perbatasan, memerangi perdagangan
orang, menjaga kepentingan negara di arena
140
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 27, No. 1, April 2021: 130-146
internasional, yang menjadi semakin kompetitif,
baik kepentingan ekonomi, politik bahkan
lingkungan. Hal ini dapat dianalogikan sebagai
suatu benda yang mendapat tekanan dan tarikan
yang merubah dari bentuk aslinya dan kembali
ke bentuk semula. Peserta didik diharapkan juga
demikian ketika mendapat pengaruh akan tetap
berpegang teguh pada falsafah negara. Jika nanti
peserta didik menghadapi ancaman, tantangan,
gangguan dan hambatan akan kembali dan tetap
berpegang teguh pada falsafah negara. Nilai ini
yang perlu ditanamkan kepada peserta didik.
Konsep ketahanan diurai oleh beberapa
ahli di antaranya oleh J. Morgenthau yang
mengutaraan konsep ketahanan nasional berupa
stabilitas geografi, kekuatan sumber daya
alam, kapasitas industri, kesiapan militer,
kemampuan penduduk, karakter bangsa yang
berkualitas, moril nasional yang kuat. Selain itu
juga terdapat konsep lain yaitu konsep Alfred
Thayer Mahan dan konsep Ray Cline. Namun
konsep yang dipakai di Indonesia adalah konsep
ketahanan nasional yang dikembangkan oleh
Lemhannas RI. Konsep ketahanan nasional yang
dikembangkan Lemhannas RI berisi tentang
keuletan (tenacity) dan daya tahan (resistence).
Konsep ketahanan nasional ini meliputi delapan
gatra (asta gatra) yang diklasikasikan ke dalam
tri gatra dan panca gatra (Dwi, Triwahyuningsih,
dan Arif, 2012). Konsep tri gatra berisi tentang
aspek alamiah sedangkan konsep panca gatra
berisi tentang aspek sosial kemasyarakatan.
Delapan gatra tersebut saling berkaitan dan
berhubungan berperan dalam membentuk pola
perilaku masyarakat dalam kehidupan bernegara.
Problematika ketahanan nasional
yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini
yaitu semangat demokrasi yang terjadi di
Indonesia tidak diiringi dengan semangat nilai
moral etika. Marsekal TNI Hadi Tjahjanto
berpendapat terdapat konstelasi global yaang
menjadi ancaman pertahanan dan keamanan
nasional (Nursanti, 2017). Keadaan tersebut
memicu munculnya krisis sosio kultural
yang ada pada bangsa Indonesia. Perlu
dilakukan upaya untuk mengantisipasi
semakin melebarnya krisis sosiokultural
tersebut. Salah satu alternatif yang ditawarkan
yaitu dengan menginternalisasikan nilai-
nilai kewarganegaraan. Suyatno, Jumintono,
Pambudi, Mardati, dan Wantini (2019)
menyatakan pembiasaan nilai dan model
peran nilai menjadi strategi yang paling
dominan digunakan oleh kepala sekolah
dan guru untuk mengolah nilai. Internalisasi
nilai kewarganegaraan diharapkan
mampu menopang ketahanan nasional
bangsa Indonesia. Internalisasi nilai ini
harus disesuaikan dengan paradigma baru
pendidikan.
Sejalan dengan pendapat Mansur (2004)
yang menyatakan bahwa paradigma baru
dunia pendidikan saat ini harus menempatkan
pendidikan sebagai media transformasi budaya
tidak hanya pengetahuan. Alteratif yang
ditawarkan yaitu melalui internalisasi nilai-
nilai kewarganegaraan. Melalui internalisasi
nilai kewarganegaraan peserta didik diarahkan
untuk mengenali identitas dan integrasi bangsa,
hak dan kewajiban warga negara, bentuk
negara dan konstitusi dan wawasan nusantara
yang bermuara pada ketahanan nasional.
Selain itu, melalui internalisasi nilai-nilai
kewarganegaraan mampu mentransformasi
nilai budaya kepada peserta didik. Setelah
tahap transformasi informasi, peserta didik
mampu mengetahui potensi nasional yang
dapat dikembangkan sebagai dasar persatuan.
Tidak lagi melihat perbedaan sebagai ancaman
namun melihat perbedaan sebagai modal
sosial untuk menciptakan solidaritas sosial
untuk bersatu.
141
Lili Halimah, Anis Suryaningsih, Yayuk Hidayah, Risti Aulia Ulfah -- Penguatan Nilai-Nilai Ketahanan Nasional
Di Sekolah Melalui Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Di SMK Pusdikhubad Kota Cimahi, Jawa Barat)
Ekstrakurikuler Sebagai Forum Diskusi
Siswa Memperdalam Nilai Ketahanan
Nasional Pada Lingkungan Sekolah.
Penguatan nilai-nilai kewarganegaraan
untuk mewujudkan ketahanan nasional
di SMK Pusdikhubad Kota Cimahi adalah
adanya aktivitas ekstrakurikuler yang menjadi
forum diskusi bagi siswa dalam memperdalam
nilai-nilai ketahanan nasional pada lingkungan
sekolah. Analisis efektivitas, dampak, atau
akibat yang dimunculkan dari forum ini ialah
dapat memperdalam nilai ketahanan nasional
pada lingkungan sekolah. Berkaitan dengan
hal tersebut, Ren, Kutaka, Chernyavskiy,
Fan, dan Li (2020) menyatakan bahwa anak-
anak menghabiskan waktu di luar sekolah
memiliki konsekuensi untuk pembelajaran dan
perkembangan mereka. Untuk itu keberadaan
ekstrakurikuler dapat menjadi wahana bagi
siswa untuk memaksimalkan potensi mereka
seperti yang dinyatakan oleh Tariq (2018)
bahwa siswa yang secara aktif berpartisipasi
dalam kegiatan ekstrakurikuler mendapatkan
banyak manfaat termasuk nilai yang lebih
tinggi, dan nilai ujian, prestasi pendidikan yang
lebih tinggi, lebih teratur dalam kehadiran di
kelas dan kepercayaan diri yang lebih tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian di SMK
Pusdikhubad Kota Cimahi, didapat data bahwa
kegiatan ekstrakuler di SMK Pusdikhubad
Kota Cimahi yang paling menonjol adalah
kegiatan ekstrakulikuler TNI/POLRI,
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.
Kegiatan ekstrakulikuler TNI/POLRI
di SMK Pusdikhubad Kota Cimahi menjadi
aktivitas bagi siswa dalam memperdalam dan
memahami nilai-nilai ketahanan nasional.
Dalam hal ini, Correa-Fernandes (2015)
menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler
bermanfaat bagi pertumbuhan akademik,
dan manfaat keterlibatan siswa bervariasi di
seluruh kegiatan. Kemudian Crystal (2009)
menyampaikan jika dalam The Toolbox
Revisited, Clifford Adelman mengemukakan
kayakinan untuk tanggung jawab siswa
ketika terdapat perbedaan dalam pencapaian
pendidikan.
Ekstrakurikuler TNI/POLRI di SMK
Pusdikhubad Kota Cimahi telah mampu
mentransfer pengetahuan tentang nilai-nilai
ketahanan nasional pada siswa sehingga
tercermin dalam aktivitas sehari-hari mereka.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Guilmette, Mulvihill, Villemaire-Krajden,
dan Barker (2019) bahwa partisipasi kegiatan
ekstrakurikuler terkait dengan pengembangan
mekanisme pengaturan diri untuk mendukung
hasil akademik, psikologis, dan sosial yang
positif. Kemudian Denault, Ratelle, Duchesne,
& Guay, (2019) menambahkan jika partisipasi
dalam jumlah kegiatan ekstrakurikuler yang
lebih tinggi memperkirakan peningkatan
eksplorasi kejuruan pada tahun berikutnya.
Dengan demikian nilai-nilai ketahanan
nasional melalui ekstrakurikuler TNI/POLRI
di SMK Pusdikhubad Kota Cimahi menjadi
salah satu alternatif dalam mewujudkan
ketahanan nasional dalam lingkungan
persekolahan (Lihat Gambar 3).
Gambar 2
Data Ekstrakulikuler SMK Pusdikhubad Kota
Cimahi 2019
Sumber: Data Penelitian, 2020
142
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 27, No. 1, April 2021: 130-146
Mewujudkan ketahanan nasiona di SMK
Pusdikhubad Kota Cimahi merupakan salah
satu cara bagi SMK Pusdikhubad Kota Cimahi
untuk dapat berkonstribusi dalam menciptakan
warga negara yang baik. Ren dan Zhang (2020)
menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler
merupakan komponen penting dari sistem
mikro yang berdampak pada kehidupan
anak-anak. Kemudian White, Scott, dan
Munson (2018) menambahkan jika partisipasi
ekstrakurikuler sebagai aspek normatif dari
pengalaman penting untuk kesejahteraan
pendidikan siswa. Untuk itu keberadaan
kegiatan ekstrakulikuler TNI/POLRI di SMK
Pusdikhubad Kota Cimahi juga dalam rangka
mengembangkan potensi siswa.
SMK Pusdikhubad Kota Cimahi sangat
mengapresiasi program ekstrakulikuler TNI/
POLRI dimana kegiatan tersebut membuka
pikiran siswa menjadi lebih terbuka. Program
ekstrakulikuler tersebut mempunyai Pengurus,
Guru dan Staf sekolah, seperti ditunjukkan
pada Gambar 4.
Aktivitas ekstrakurikuler TNI/POLRI
menjadi upaya dalam membelajarkan nilai-
nilai ketahanan nasional pada siswa yang
akan menguatkan rasa cinta tanah air siswa.
Walsh & Tartakovsky (2012) menyatakan
bahwa sikap positif remaja terhadap negara
tempat tinggal secara signikan terkait dengan
penyesuaian psikologis mereka, lebih dari dan
di atas representasi cinta tanah air. Eshel dan
Kimhi (2016) kemudian menegaskan bahwa
ketahanan nasional dikembangkan berdasarkan
pada rasio kekuatan terhadap kerentanan yang
dirasakan dibagi oleh rasa bahaya. Untuk itu,
membelajarkan nilai-nilai ketahanan nasional
pada siswa melalui ekstrakurikuler TNI/
POLRI di SMK Pusdikhubad Kota Cimahi
adalah jalan agar siswa tidak merasa dipaksa
dalam memahami nilai-nilai ketahanan
nasional. Berkaitan dengan hal itu, Kimhi,
Eshel, Lahad, dan Leykin (2019) menyatakan
bahwa terdapat faktor pendukung ketahanan
nasional dan faktor penekan ketahanan
nasional. Oleh karena itu penguatan nilai-
nilai kewarganegaraan untuk mewujudkan
ketahanan nasional di SMK Pusdikhubad Kota
Cimahi melalui ekstrakurikuler TNI/POLRI
merupakan hal yang tepat.
SIMPULAN
Berdasar uraian tersebut di atas dapat
ditarik simpulan sebagai berikut.
Pertama, usaha dalam membentuk
dan mewujudkan ketahanan nasional pada
lingkungan sekolah dilakukan secara
berkesinambungan dan peran serta dari
Gambar 3
Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakulikuler TNI/POLRI
Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti
Gambar 4
Pengurus, Guru, dan Staf Sekolah
Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti.
143
Lili Halimah, Anis Suryaningsih, Yayuk Hidayah, Risti Aulia Ulfah -- Penguatan Nilai-Nilai Ketahanan Nasional
Di Sekolah Melalui Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Di SMK Pusdikhubad Kota Cimahi, Jawa Barat)
berbagai pihak yang ada di lingkungan
persekolahan. Pembudadayaan nilai-nilai
kewarganegaraan agar dapat mewujudkan
ketahanan nasional membutuhkan strategi
yang tepat dan kapasitas yang sesuai dengan
penerima (siswa).
Kedua, penguatan nilai-nilai
kewarganegaraan untuk mewujudkan
ketahanan nasional pada lingkungan
SMK Pusdikhubad Kota Cimahi adalah
melalui tiga cara, yaitu (1). Pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan yang inovatif,
(2). Internasliasi nilai-nilai ketahanan nasional
pada lingkungan sekolah dengan pembiasaan,
dan (3). Adanya aktivitas ekstrakurikuler
yang menjadi forum diskusi bagi siswa dalam
memperdalam nilai-nilai ketahanan nasional
pada lingkungan Sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Adeogun, A. O., 2015, Reconceptualizing the
Music Teacher Education Curriculum
for the Colleges of Education in
Nigeria. SAGE Open, Vol. 5 No. 2,
2158244015585608. <https://doi.
org/10.1177/2158244015585608>
Armawi, A., 2011, Nasionalisme dalam
Dinamika Ketahanan Nasional.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Asare, K. B., \dan Nti, S. K., 2014,
Teacher Education in Ghana: A
Contemporary Synopsis and Matters
Arising. SAGE Open, Vol. 4 No. 2,
2158244014529781. <https://doi.
org/10.1177/2158244014529781>
Blevins, B., K. LeCompte, dan S. Wells,
2016, Innovations in Civic Education:
Developing Civic Agency Through
Action Civics. Theory & Research in
Social Education, No. 44, hh. 344–384.
<https://doi.org/10.1080/00933104.201
6.1203853>
Coenders, M., dan Scheepers, P., 2003, The
Effect of Education on Nationalism and
Ethnic Exclusionism: An International
Comparison. Political Psychology, Vol.
24 No. 2. <https://doi.org/10.1111/0162-
895X.00330>
Correa-Fernandes, M., 2015, Extracurricular
Activities and Academic Achievement: A
Literature Review.
Crystal, R. C., 2009, Discretionary time choices
and college search: Extracurricular
participation as a simple indicator of
the propensity of young Black men
toward postsecondary education.
In H. T. Frierson, J. H. Wyche, &
W. Pearson (Ed.), Black American
Males in Higher Education: Research,
Programs and Academe, Vol. 7, hh.
37–55. Emerald Group Publishing
Limited. <https://doi.org/10.1108/
S1479-3644(2009)0000007006>
Daryanto, 2000, Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Denault, A.-S., C.F. Ratelle, S. Duchesne, dan
F. Guay, 2019, Extracurricular activities
and career indecision: A look at the
mediating role of vocational exploration.
Journal of Vocational Behavior, No.
110, hh. 43–53. <https://doi.org/https://
doi.org/10.1016/j.jvb.2018.11.006>
Dwi, S., Triwahyuningsih, dan D.B. Arif, 2012,
Geostrategis Indonesia. Yogyakarta:
Universitas Ahmad Dahlan. Diambil
dari <http://eprints.uad.ac.id/9436/>
Eshel, Y., dan Kimhi, S., 2016, A New
Perspective On National Resilience:
Components And Demographic
Predictors: New Perspective on National
Resilience. Journal of Community
144
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 27, No. 1, April 2021: 130-146
Psychology, No. 44, hh. 833–844.
<https://doi.org/10.1002/jcop.21811>
Fithriyyati, N., dan Maryani, Ik., 2018, Science
lesson plan evaluation for 7th grade
secondary school: A learning process
reection. Psychology, Evaluation, and
Technology in Educational Research,
Vol. 1 No.1, hh. 9–18.
Fitri, H. A., dan Hatta, M., 2012, Madrasah
Sebagai Lembaga Pendidikan
Islam Dalam Ketahanan Nasional
Ipoleksosbudhankam Untuk
Mewujudkan Kehidupan Berbangsa
Dan Bernegara. Majalah Ilmiah Widya.
Guilmette, M., K. Mulvihill, R. Villemaire-
Krajden, dan E.T. Barker, 2019, Past and
present participation in extracurricular
activities is associated with adaptive
self-regulation of goals, academic
success, and emotional wellbeing
among university students. Learning
and Individual Differences, Nlo. 73,
hh. 8–15. <https://doi.org/https://doi.
org/10.1016/j.lindif.2019.04.006>
Guo, J., N. Liu, Y. Wu, C. Zhang, 2020, Why
do citizens participate on government
social media accounts during crises?
A civic voluntarism perspective.
Information & Management, 103286.<
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.
im.2020.103286>
Halimah, L., 2018, Pengaruh Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap
Nasionalisme Peserta Didik Sekolah
Menengah Kota Cimahi. Pedagogia :
Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 16 No.
3. <https://doi.org/10.17509/pdgia.
v16i3.13242>
Harrison, K., dan Boyd, T., 2018, Rights,
obligations and citizenship. <https://doi.
org/10.7765/9781526137951.00010>
Haryati, S., 2018, Konstruksi Isu Aktual
Bidang Ketahanan Nasional Untuk
Pengembangan Isi Pendidikan
Kewarganegaraan Persekolahan. Jurnal
Ketahanan Nasional, Vol. 24 No. 3, hh.
342–353.< https://doi.org/10.22146/
jkn.35490>
Irwan, I., 2018, Urgensi Internalisasi Nilai-
nilai Ketahanan Nasional dalam
Pembelajaran PPKn Tingkat SMP (Studi
di Kabupaten Solok Selatan). Journal
Off Civic Education, Vol. 1 No. 1.
<https://doi.org/10.24036/jce.v1i1.95>
Jaskułowski, K., P. Majewski, dan A. Surmiak,
2016, Teaching the nation. History and
nationalism in the Polish school history
education. <https://doi.org/10.13140/
RG.2.1.2443.8808>
Kalyani, D., dan Rajasekaran, K., 2018,
Innovative Teaching and Learning.
Journal of Applied and Advanced
Research, No. 3, h. 23. <https://doi.
org/10.21839/jaar.2018.v3iS1.162>
Karliani, E., S. Kartadinata, U.S. Winataputra,
dan K. Komalasari, 2019, Indonesian
civic engagement among college
students. Journal of Human Behavior
in the Social Environment, Vol. 29 No.
5, hh. 582–592. <https://doi.org/10.108
0/10911359.2019.1571980>
Kennedy, K., 2012, Global Trends in Civic
and Citizenship Education: What are the
Lessons for Nation States? Education
Sciences, No. 2, hh.121–135. <https://
doi.org/10.3390/educsci2030121>
Kim, Y. M., 1999, Communitarianism and Civic
Education. International Area Review,
Vol. 2 No. 2, hh. 117–136. < https://doi.
org/10.1177/223386599900200207>
Kimhi, S., Y. Eshel, M. Lahad, dan D. Leykin,
2019, National Resilience: A New Self-
145
Lili Halimah, Anis Suryaningsih, Yayuk Hidayah, Risti Aulia Ulfah -- Penguatan Nilai-Nilai Ketahanan Nasional
Di Sekolah Melalui Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Di SMK Pusdikhubad Kota Cimahi, Jawa Barat)
Report Assessment Scale. Community
Mental Health Journal, No. 55. <https://
doi.org/10.1007/s10597-018-0362-5>
Kusumastanto, T., 2014, Arah Strategi
Pembangunan Indonesia sebagai
Negara Maritim.
Machroh, R., S. Sapriya, dan K. Komalasari,
2018, Characteristics of Young
Indonesian Citizenship in the Digital
Era BT - Annual Civic Education
Conference (ACEC 2018). Atlantis
Press. < https://doi.org/https://doi.
org/10.2991/acec-18.2018.2>
Mansur, H., 2004, Pembinaan Kelompok Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian.
Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Miles, Matthew B., dan Huberman, A.Michael,
2009, Analisi Data Kualitatif. Jakarta:
UI-Press.
Muhadjir, N., 2000, Ilmu Pendidikan dan
Perubahan Sosial Teori Pendidikan
Pelaku Sosial Kreatif. Yogyakarta: Rake
Sarasin.
Nurhayati, M. H., 2010, Peran nilai-nilai dalam
kurikulum pendidikan kewarganegaraan
untuk membentuk masyarakat madani
dan implikasinya terhadap ketahanan
sosial :: Studi tentang pandangan tenaga
pendidik di Kecamatan Jebres, Kota
Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Tesis,
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Nursanti, A., 2017, 5 Potensi Ancaman
Pertahanan Nasional Versi Hadi
Tjahjanto. pikiranrakyat.com.
Nye, J. S., 2008, Public Diplomacy and Soft
Power. The Annals of the American
Academy of Political and Social Science,
Vol. 616 No. 1, hh. 94–109. <https://doi.
org/10.1177/0002716207311699>
Pandey, A., V. Gupta, dan R.K. Gupta, 2019,
Spirituality and innovative behaviour
in teams: Examining the mediating role
of team learning. IIMB Management
Review, Vol. 31 No. 2, hh. 116–126. <
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.
iimb.2019.03.013>
Priyono, J., H. Herman, dan P. Yusgiantoro,
2017, Falsication Test of The National
Resilience Concept as Indonesian
Geostrategic Doctrine. Jurnal
Pertahanan, No. 3, h. 123. <https://
doi.org/10.33172/jp.v3i2.216>
Ren, L., T.S. Kutaka, P. Chernyavskiy, J. Fan,
dan X. Li, 2020, The linear and nonlinear
effects of organized extracurricular
activities on Chinese Preschoolers’
development. Contemporary
Educational Psychology, Nol. 60,
101845. <https://doi.org/https://doi.
org/10.1016/j.cedpsych.2020.101845>
Ren, L., dan Zhang, X., 2020, Antecedents
and consequences of organized
extracurricular activities among Chinese
preschoolers in Hong Kong. Learning
and Instruction, No. 65, 101267. <https://
doi.org/https://doi.org/10.1016/j.
learninstruc.2019.101267>
Roldão, M., 2003, Civic Education: What are
We Getting from Research? European
Educational Research Journal, Vol.
2 No. 3, hh. 455–460. <https://doi.
org/10.2304/eerj.2003.2.3.1>
Sankey, A., I. Joshua, dan V. Omole, 2014,
Safety Awareness Of Emergency
Among Students Of A State University
In Northwestern Nigeria. Science World
Journal, No. 9, hh. 28–33.
Semela, T., T. Bohl, dan M. Kleinknecht, 2013,
Civic education in Ethiopian schools:
Adopted paradigms, instructional
technology, and democratic citizenship
in a multicultural context. International
146
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 27, No. 1, April 2021: 130-146
Journal of Educational Development,
Vol. 33 No. 2, hh. 156–164.< https://
doi.org/https://doi.org/10.1016/j.
ijedudev.2012.03.003>
Soemantri, N., 1976, Metode mengajar Civics.
Jakarta: Erlangga.
Subramani, P. C. N., dan Iyappan, V., 2018,
Innovative methods of Teaching and
Learning. Journal of Applied and
Advanced Research, No. 3, h. 20.
<https://doi.org/10.21839/jaar.2018.
v3iS1.161>
Suyatno, Jumintono, D.I. Pambudi, A. Mardati,
dan Wantini, 2019, Strategy of Values
Education in the Indonesian Education
System. International Journal of
Instruction, Vol. 12 No. 1.
Tariq, N., 2018, Effects of Extracurricular
Activities on Students.
Tolstenko, A., L. Baltovskij, I. Radikov,
2019, Chance of Civic Education
in Russia. SAGE Open, Vol. 9 No.
3, 2158244019859684. <https://doi.
org/10.1177/2158244019859684>
Torney-Purta, J., dan Vermeer, S., 2004,
Developing citizenship competencies
from kindergarten through grade 12:
A background paper for policymakers
and educators. Denver, CO.: National
Center for Learning and Citizenship,
Education Commission of the States.
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional
Victoria, A., 2018, About National
Defence. <https://doi.org/10.13140/
RG.2.2.24603.52004>
Wahab, A. A., dan Sapriya., 2011,
Teori & Landasan Pendidikan
Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.
Wahono, M., 2018, Pendidikan Karakter:
Suatu Kebutuhan Bagi Mahasiswa Di
Era Milenial. Jurnal Integralistik, Vol.
12 No. 1. <https://doi.org/10.15294/
integralistik.v29i2.16696>
Walsh, S., dan Tartakovsky, E., 2012, The
mother and the motherland: Their internal
representations among immigrant and
non-immigrant adolescents. Attachment
& human development, No. 14, hh.
185–204.< https://doi.org/10.1080/146
16734.2012.661231>
White, T., L.D. Scott, dan M.R. Munson, 2018,
Extracurricular activity participation
and educational outcomes among older
youth transitioning from foster care.
Children and Youth Services Review, No.
85, hh. 1–8. <https://doi.org/https://doi.
org/10.1016/j.childyouth.2017.11.010>
Widisuseno, I., 2013, Ketahanan Nasional
Dalam Pendekatan Multikulturalisme.
Humanika; Vol. 18, No 2: Desember
2013DO - 10.14710/humanika.18.2. .
Diambil dari <https://ejournal.undip.ac.id/
index.php/humanika/article/view/5943>
Wilson, E. J., 2008, Hard Power, Soft Power,
Smart Power. The Annals of the American
Academy of Political and Social Science,
Vol. 616 No. 1, hh. 110–124. <https://
doi.org/10.1177/0002716207312618>
Winarno, Agung, 2010, Pengembangan model
pembelajaran internalisasi nilai-nilai
kewirausahaan pada SMK di Malang.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Fakultas Ekonomi. Lembaga Penelitian.
Zohar, A., dan Cohen, A., 2016, Large scale
implementation of higher order thinking
(HOT) in civic education: The interplay
of policy, politics, pedagogical leadership
and detailed pedagogical planning.
Thinking Skills and Creativity, No. 21,
hh. 85–96. <https://doi.org/https://doi.
org/10.1016/j.tsc.2016.05.003>
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
Thisi study was aimed at to constructed the actual issues of national resilience ini thei developmenti of educational content of civici educationi as a description of knowledge about the actual issue of citizenship in the national resilience studies asi thei content of civici educationi in school.The research used qualitative descriptive approach. Source of informant data with purposive sampling technique, relevant document and literature study. Data collection was done throughi in-depthi interviewsi, FGD, iobservation, and documenti studyi. The validity of data was done by triangulation process of source and method. iData analysisi was done byireduction, data ipresentation, and iconclusion.Thei resultsi showedi thati the description of the content of civic education was based on the actual issues of national resilience concerning ideological, political, economic, socio-cultural and security issues in the form of basic competence study which translated into indicators to achieved the objectives of basic competence. Based on idataianalysis, it wasiinecessary to studiedi theiactual issue of national resilience to supported the content of civic education education in schoolABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengkonstruksi isu aktual bidang ketahanan nasional dalam pengembangan isi pendidikan kewarganegaraan persekolahan berupa deskripsi pengetahuan tentang isu aktual kewarganegaraan bidang ketahanan nasional sebagai isi pendidikan kewarganegaraan persekolahan.Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sumber data informan dengan teknik purposive sampling, dokumen dan kepustakaan yang relevan. Data dikumpulkan dan diolah dengan cara wawancara mendalam, FGD, observasi, dan studi dokumen. Validitas data dilakukan melalui proses trianggulasi sumber dan metode. Data dianalisis melalui reduksi data, pemyajian data, dan penarikan kesimpulan.Penelitian ini menemukan rumusan tentang deskripsi isi pendidikan kewarganegaraan berdasarkan isu aktual bidang ketahanan nasional yaitu tentang isu-isu ipoleksosbudhankam berupa kajian kompetensi dasar yang diterjemahkan menjadi indikator-indikator untuk mencapai tujuan dari kompetensi dasar tersebut. Berdasarkan analisis data, diperlukan kajian isu aktual ketahanan nasional untuk mendukung isi pendidikan kewarganegaraan persekolahan
Article
Full-text available
The primary question of this research was how educators implement values education at Junior High Schools in Bangka Belitung Province, Indonesia. This research is a qualitative research with phenomenology type. Data analyzing technique used in this research was in-depth interviews, observation, and document analysis. Data analysis was done through data display, data reduction, and conclusion. The result showed that values education at Junior High School in Bangka Belitung started with the preparation of school vision based on values, and then the achievement of vision through the preparation of values education strategy. Habituation of values and values role model became the most dominant strategies used by principals and teachers to cultivate values. The results also showed that the values derived from religious teachings, namely the values of iman-taqwa (faith-piety) and good akhlaq (morals) were the most important values serve as a foundation in developing values education in schools. The big role of iman-taqwa (faith-piety) and good akhlaq (morals) values constitutes the effort done by the school to contribute in achieving the purposes of national education and curriculum of 2013. The final purpose of K-13 implementation and the national education system achievement is the formation of Indonesian whose strong faith and good morals.
Article
Full-text available
The students who actively participate in extracurricular activities get a lot of benefits including higher grades, and test scores, higher educational achievements, more regularity in class attendance and higher self-confidence. While out-of-school activities increase leadership and teamwork abilities in students. These activities also decrease the use of drugs, alcohol and behavioral and disciplinary problems related to their use.
Article
Full-text available
Nigeria has had its own fair share of both natural and man-made disasters in recent times. Kaduna state is one of the states that have experienced such problems. The aim of this study is to elicit the socio-demographic characteristics, power of observation, personal safety measures, availability of some emergency facilities and ability to seek for assistance in an event of emergency or disaster. It was a cross sectional descriptive study carried in March 2014. Majority (82.7%) of the respondents were male students of Kaduna State University, whose mean age was 22.6 ± 2.8 years and age range of 18 to 28 years. The power of observation among the students was poor and so was the basic knowledge of first aid. Only 8.3% and 31.4% reported seeing fire extinguisher and buckets full of sand in and around buildings. Similarly, only 29.0%, 31.0%, 14.8% and 6.5% of the students had the phone numbers of ambulance service provider, federal road safety office, fire service office and the chief security officer of the university. There is the need to create awareness and knowledge on emergency/disaster as well as basic first aid practices amongst the students who can be change agents and are likely to influence others.
Article
Full-text available
A new definition of national resilience (NR) is developed, based on strength to vulnerability ratio (perceived NR divided by sense of danger). Four resilience-promoting variables predict components of this NR: gender, religiosity, political attitudes, and level of exposure to war. The study was conducted 4 months after the 2014 Israel-Gaza war. The sample comprised a total of 510 Jewish Israeli civilians (age range 18–85 years): 251 live in southern Israel and were threatened by this war and 259 live in northern Israel and were not threatened by this war. Results showed that the 4 predictors indeed predicted components of NR. The explained variance of NR determined by the strength to vulnerability ratio was higher than the explained variance of a conventional measure of this resilience. No significant differences were found in NR between the 2 samples. The advantages of the new definition of NR are discussed.
Article
Full-text available
This paper explores the literature on the relationship between extracurricular activities and academic achievement of college students. Some studies support that extracurricular activities can negatively impact student performance. Other studies emphasize the positive effect of student engagement in activities out of the classroom. However, they point that not all activities are beneficial to academic growth, and the benefits of student engagement vary across activities. There are polemics on the effect of Greek Letter Organizations. Some benefits include leadership development, increase in self-esteem, and attachment to the institution. Major-related activities provide good student satisfaction and higher academic performance.
Article
Full-text available
Transformasi Indonesia dari Negara Kepulauan menjadi Negara Maritim memerlukan tahapan yang komprehensif melalui perubahan mind set terestrial ke laut, kepemimpinan yang kuat dan political action dari segenap komponen bangsa. Strategi dasar yang perlu dilakukan adalah melalui aspek legal yang terintegrasi melalui UU Kelautan dan Ocean Policy (Kebijakan Kelautan). Tahapan negara dalam proses transformasi tersebut dapat diedentifikasi sebaga Negara Kepulauan menjadi Negara Kelautan dan secara final adalah menjadi Negara Maritim.
Article
In this article, some of the more relevant aspects found in the studies presented in ECER's Conference in Lisbon, 2002, developed within IEA Civic Education Project, are briefly highlighted. The emerging need for rethinking the concept of civic education itself is pointed out, as well as the nature of research questions for future studies in the field, taking into account and expanding the present findings and their contributes for illuminating the complexity of the concept.
Article
In most studies on ethnic attitudes, a rather strong negative relationship has been found between educational attainment and positive ingroup attitudes (or negative outgroup attitudes). However, it is not well known to what extent this educational effect varies across different national contexts. This study investigated the effect of education on different dimensions of nationalism and ethnic exclusionism with the use of 1995 survey data gathered in 22 countries. Notions from socialization theory were used to test whether the educational effect varies according to the length of liberal-democratic tradition and the degree of religious heterogeneity within a country. Results indicate that educational attainment is strongly related to ethnic exclusionism as well as chauvinism, but not to patriotism. Moreover, the effect of education on ethnic exclusionism is smaller in recently established democracies. The hypothesis regarding stronger educational effects in societies with more religious heterogeneity was not supported.
  • Nigeria
  • Sage Open
Nigeria. SAGE Open, Vol. 5 No. 2, 2158244015585608. <https://doi. org/10.1177/2158244015585608>