ArticlePDF Available

PEMANFAATAN CITRA PENGINDRAAN JAUH UNTUK MENGANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DI WILAYAH PESISIR UTARA KABUPATEN LAMONGAN

Authors:

Abstract

Wilayah pesisir Lamongan merupakan bagian pesisir utara Jawa Timur yang memiliki posisi strategis serta merupakan kawasan utama penggerak ekonomi wilayah Gresik-lamongan-Tuban, yang juga merupakan kawasan pengembangan dari Gerbangkertasusila. Posisi yang strategis ini membuat pesisir Lamongan banyak dijadikan sebagai tujuan pembangunan disektor perikanan dan industri perkapalan. Hal ini tentunya akan sangat membantu tingkat pertumbuhan dari segi ekonomi bagi pemerintahan dan masyarakat pesisir, namun pembangunan yang dilakukan secara berkelanjutan juga menimbulkan ketidakseimbangan bagi ekosisitem pesisir. Pengetahuan tentang kondisi pesisir saat ini sangat diperlukan guna mengetahui kerentanan di pesisir. Pemanfaatan citra digunakan untuk mengetahui kerentanan pada setiap desa pesisir dan juga menghitung nilai indeks kerentanan pesisir Lamongan.
JURNAL GEOGRAFI
Geografi dan Pengajarannya
ISSN 1412 - 6982
e-ISSN : 2443-3977
Volume XX Nomor XX 2022
1
Alamat : Lamongan
E-mail : muhamadfredy20028@mhs.unesa.ac.id
PEMANFAATAN CITRA PENGINDRAAN JAUH UNTUK MENGANALISIS
PERUBAHAN GARIS PANTAI DI WILAYAH PESISIR UTARA
KABUPATEN LAMONGAN
Mukhamad Fredy Arianto
Prodi S1 Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
Jl. Ketintang, Kecamatan Gayungan, Kota Surabaya, Jawa Timur 60231
ABSTRAK
Wilayah pesisir Lamongan merupakan bagian pesisir utara Jawa Timur yang memiliki
posisi strategis serta merupakan kawasan utama penggerak ekonomi wilayah Gresik-
lamongan-Tuban, yang juga merupakan kawasan pengembangan dari Gerbangkertasusila.
Posisi yang strategis ini membuat pesisir Lamongan banyak dijadikan sebagai tujuan
pembangunan disektor perikanan dan industri perkapalan. Hal ini tentunya akan sangat
membantu tingkat pertumbuhan dari segi ekonomi bagi pemerintahan dan masyarakat pesisir,
namun pembangunan yang dilakukan secara berkelanjutan juga menimbulkan
ketidakseimbangan bagi ekosisitem pesisir. Pengetahuan tentang kondisi pesisir saat ini sangat
diperlukan guna mengetahui kerentanan di pesisir. Pemanfaatan citra digunakan untuk
mengetahui kerentanan pada setiap desa pesisir dan juga menghitung nilai indeks kerentanan
pesisir Lamongan.
Kata kunci : Pemanfaatan citra, Wilayah pesisir, Lamongan
A. PENDAHULUAN
Pantai merupakan bagian wilayah
pesisir yang bersifat dinamis, artinya ruang
pantai (bentuk dan lokasi) berubah dengan
cepat sebagai respon terhadap proses alam
dan aktivitas manusia. Salah satu
pemanfaatan pantai yang penting adalah
sebagai kawasan pemukiman, dimana lebih
dari 70% kota besar di dunia berada di
daerah pantai. Hal ini terkait erat dengan
potensi luar biasa pantai yang memiliki
daya tarik visual, potensi lain dari pantai
sebagai daerah permukiman, budidaya
perikanan, tambak, pertanian, pelabuhan,
pariwisata. Selain itu pantai juga rawan
terhadap aksi gelombang dan tsunami yang
sifatnya merusak. Sejalan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi
menyebabkan ekploitasi terhadap
sumberdaya alam di pantai semakin intensif
sehingga daya dukung pantai akan sangat
semakin berkurang.
Beberapa dekade terakhir diketahui bahwa
erosi dan abrasi pantai telah menyebabkan
Arianto, Pemanfaatan Citra 2
kemunduran garis pantai di berbagai
wilayah pantai di Indonesia yang
mengancam kehidupan dan penghidupan
masyarakat pesisir. Kerusakan pantai telah
terjadi di sebagian pantai utara pulau Jawa,
seperti yang terjadi di pantai utara Jawa
Barat.
Kerusakan pantai di kawasan pesisir
berdampak terhadap terganggunya aktifitas
sehari-hari dari masyarakat, terganggunya
sistem transportasi, industri dan
perdagangan, serta dampak lingkungan dan
kesehatan masyarakat. Berdasarkan atas
fenomena tersebut, maka perlu dilakukan
langkah penanggulangan supaya dampak
negatif yang ditimbulkan oleh kerusakan
pantai dapat dihilangkan atau diminimalkan
menjadi sekecil mungkin. Langkah tersebut
dapat dilakukan antara lain dengan
melakukan studi tentang indeks kerentanan
pesisir (Coastal Vulnerability Index) di
Pesisir Lamongan.
Kabupaten Lamongan merupakan
bagian kawasan pesisir utara Jawa Timur
yang memiliki posisi strategis serta
merupakan kawasan utama penggerak
ekonomi (prime mover) wilayah Gelangban
(Gresik Lamongan-Tuban) dimana
Kawasan Gelangban sendiri merupakan
kawasan pengembangan kawasan tertentu
GKS (Gerbangkertosusila). Panjang garis
pantai Kabupaten Lamongan adalah sekitar
47 km yang membentang dari barat ke
timur, sebelah barat berbatasan dengan
wilayah pesisir dan lautan Kabupaten
Tuban sedangkan sebelah timur berbatasan
dengan wilayah Kabupaten Gresik. Luas
wilayah pesisir dan lautan yang menjadi
kewenangan daerah yaitu sekitar 33.840 ha.
Hal ini tentu saja menjadikan kawasan
pesisir Kabupaten Lamongan menjadi
banyak tujuan bagi para investor untuk
membangun sebuah industri di bidang
perikanan dan kelautan seperti pabrik
perikanan, pelabuhan, pariwisata dan
perhotelan. Hal ini juga akan memungkinan
memberikan dampak positif kepada
masyarakat sekitar untuk mendapatkan
peluang pekerjaan lain selain menjadi
nelayan. Namun semakin banyak
pembangunan yang dilakukan di pesisir
akan membuat terjadinya degradasi
lingkungan yang menyebabkan erosi dan
abrasi sehingga menyebabkan perubahan
garis pantai dan perubahan pada ekosistem
pesisir.
Secara umum metode Indek
Kerentanan Pesisir (IKP) menerapkan
pendekatan yang sederhana dalam
penyediaan dasar numerik perangkaian
bagian-bagian dari garis pantai terhadap
perubahan fisik sehingga dapat digunakan
dalam mengidentifikasi daerah yang
beresiko terhadap kerentanan di pesisir.
Nilai indeks kerentanan pesisir yang
diperoleh kemuadian diintegerasikan dalam
Arianto, Pemanfaatan Citra 3
Sistem Informasi Geografis (SIG),
sehingga diperoleh nformasi spasial tingkat
kerentanan wilayah pesisir Kabupaten
lamongan
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Letak Geografis, Administratif dan
Topografi Lokasi Penelitian
Letak Geografis Kabupaten
Lamongan berada pada antara 6°51'54"
7"23'06" LS dan 112° 4 41’’- 112° 33'45
BT, dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut. Sebeleh utara laut jawa, sebelah
timur kabupaten gresik. sebelah selatan
kabupaten mojokerto dan jombang. sebelah
barat kabupaten tuban dan bojonegoro.
Kabupaten Lamongan memiliki luas
wilayah kurang lebih 1.812,8km atau +3.78
% dari luas wilayah Propinsi Jawa Timur.
Dengan panjang garis pantai sepanjang 47
km, maka wilayah perairan laut Kabupaten
Lamongan adalah seluas 902.4 km apabila
dihitung 12 mil dari permukaan laut.
Kondisi topografi Kabupaten
Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian
wilayah di atas permukaan laut dan
kelerengan lahan, Kabupaten Lamongan
terdiri dari dataran rendah dan berawa
dengan ketinggian 0-25m dengan luas
50,17% dataran dengan ketinggian 25-
100m seluas 45,68% dan sisanya 4,15%
merupakan dataran dengan ketinggian di
atas 100m daril permukaan air laut
(Pemerintah Kabupaten Lamangan 2013)
2. Perkembangan dan Pembangunan di
Pesisir Lamongan
Pemerintah Daerah (Pemda)
Kabupaten Lamongan berencana untuk
mengembangkan kawasan pesisir.
Lamongan yang termasuk ke dalam
kawasan perkembangan Gresik-Bangkalan-
Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo Lamongan
(Gerbangkertosusila) memiliki potensi
kawasan pesisir yang sangat bésar, dengan
luasan 450 hektar.
Kawasan pesisir Lamongan memiliki
berbagai potensi, diantaranya pertambakan,
hutan mangrove, budidaya, serta industri
perikanan lainnya seperti infrastruktur
untuk menopang kegiatan ekonomi
masyarakat nelayan seperti TPI (Tempat
Pelelangan Ikan) yang ada di desa Weru,
Kranji, dan Brondong atau tempat sandar
perikanan yang ada di setiap basis desa
nelayan. Begitu juga dalam sektor industri,
di kawasan ini memilki berbagai
infrastruktur, seperti LIS (Lamongan
Integrated Shorebase) di desa Kemantren,
ASDP di desa Tunggul, LINTECH, PT.
DOK, WBL (Wisata Bahari Lamongan)
yang berpadu dengan wisata gua Maharani.
Adanya kondisi perubahan dan pergeseran
pembangunan dikawasan pesisir di
Arianto, Pemanfaatan Citra 4
Kabupaten Lamongan 10 tahun terakhir,
baik disektor diversifikasi usaha produksi
perikanan maupun indurstri tentu akan
berdampak pada peta perubahan
pemanfaatan potensi wilayah dan
lingkungan maupun sosiologis
masyarakatnya Oleh sebab itu, perlu
dilakukan penelitian tentang kestabilan dan
kerentarian pesisir Lamongan.
3. Definisi Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir merupakan
pertemuan antara darat dan laut, sehingga
wilayah ini memiliki karakteristik unik
ynag berbeda dengan wilayah dataran.
Terjadi interaksi antar tiga unsur alam yaitu
dataran, lautan dan atmosfer, ke arah darat
meliputi bagian dataran yang masih
dipengaruhi oleh sifat-sifat laut, sedangkan
ke arah laut mencakup bagian laut yang
dipengaruhi oleh proses alami dari darat.
Kawasan pesisir juga dipengaruhi oleh
cuaca, iklim dan kegiatan manusia dengan
dampak lanjutan adanya peningkatan
kepadatan penduduk.
Kegiatan pembangunan di wilayah
pesisir mengalami kemajuan yang cukup
pesat, baik kegiatan perikanan, pertanian,
pertambangan, pariwisata dan industri.
Pemanfaatan wilayah pesisir dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat
pesisir namun pengelolaan lingkungan
pesisir yang tidak baik dapat menimbulkan
masalah lingkungan pada wilayah pesisir
seperti degradasi ekosistem alami.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
No. 10 tahun 2002 tentang Pedoman Umum
Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu
menyatakan bahwa pesisir merupakan
wilayah peralihan dan interaksi antara
ekosistem darat dan laut. Wilayah ini sangat
kaya akan sumberdaya alam dan jasa
lingkungan yang disebut sumberdaya
pesisir Sumberdaya pesisir terdiri dari
sumberdaya hayati dan non-hayati.
4. Kerentanan Pesisir
Definisi secara umum kerentanan
adalah tingkatan suatu sistem yang T
mudah terkena atau tidak mampu
menanggulangi bencana. Kerentanan
adalah sekumpulan kondisi akibat keadaan
faktor fisik sosial ekonomi dan lingkungan
yang berpengaruh buruk terhadap upaya
upaya pencegahan dan penanggulangan
bencana.
Kerentanan fisik wilayah pesisir
merupakan kondisi yang akan
meningkatkan proses kerusakan di wilayah
pesisir, seperti abrasi, sedimentasi dan
tenggelamnya wilayah pesisir. Variabel
yang sangat berpengaruh terhadap
perubahan wilayah pesisir terdiri dari dua
variabel diantaranya yaitu variabel geologi
Arianto, Pemanfaatan Citra 5
meliputi geomorfologi, elevasi atau
ketinggian permukaan pantai dan
perubahan garis pantai dan variabel proses
fisik laut yang meliputi tinggi gelombang
signifikan dan rata-rata tunggang pasang
surut.
4.1 Geomorfologi
Geomorfologi digunakan untuk
mengidentifikasi keteraturan antara bentuk
permukaan bumi dan proses penyebabnya.
Geomorfologi meliputi dua proses, yaitu
proses endogen dan proses eksogen. Proses
endogen meliputi aktifitas vulkanik,
tektonik, banjir, badai, tsunami, patahan
dan lipatan, sedangkan proses eksogen
meliputi pelapukan, erosi, transportasi, dan
deposisi. Pada umumnya daerah dengan
relief rendah (barrier coast. estuari, laguna,
delta, dll) memiliki tingkat kerentanan yang
tinggi, daerah dengan substrat yang keras
dan relief yang tinggi (flords, pantai
berbatu, tebing tinggi dll) memiliki tingkat
kerentanan yang lebih kecil terhadap
bahaya dari erosi.
Kenaikan paras laut dapat
menyebabkan perubahan bentuk lahan
pesisir yang terdiri dari hamparan daerah
subtidal, dataran intertidal, rawa payau,
shingle banks, bukit pasir, tebing, dan
dataran rendah pesisir. Tiap jenis bentuk
lahan pesisir tersebut memiliki perbedaan
geomorfologi yang juga menunjukkan daya
tahan terhadap erodibilitas atau
kerentananinya terhadap erosi. Perubahan
geomorfologi (evolusi geomorfologi) yang
diakibatkan dari kenaikan paras laut tidak
hanya akan menentukan kualitas dan
kuantitas habitat yang terkait serta sifat
keterkaitan ekosistem mereka tetapi juga
tingkat kerentanan satwa liar, manusia,
serta infrastruktur pada daerah pesisir.
4.2 Ketinggian (Elevasi) Pantai
Elevasi adalah perbedaan vertikal
antara dua titik atau jarak dari bidang
referensi yang telah ditetapkan ke suatu
titik tertentu sepanjang garis tertentu.
Untuk sebuah negara, biasanya muka air
laut rata-rata yang dipergunakan sebagai
bidang referensinya, maka perluasan ke
dataran disebut geoid. Jarak yang diukur
dari permukaan geoid ke titik tertentu
disebut elevasi. Semakin tinggi letak
kawasan di daerah pesisir maka semakin
aman dari genangan laut.
Ketinggian daerah pesisir mengacu
kepada rata-rata ketinggian pada daerah
tertentu yang berada di atas permukaan laut.
Kajian mengenal ketingggian daerah pesisir
sangat penting untuk dipelajari secara
mendalam untuk mengidentifikasi dan
mengestimasi luas dataran yang terancam
Arianto, Pemanfaatan Citra 6
oleh dampak kenaikan paras laut di masa
yang akan datang.
4.3 Perubahan Garis Pantai
Garis pantai pesisir selalu digunakan
untuk melihat proses perubahan yang
terjadi di daerah pesisir, dimana selalu
dipengaruhi oleh karakteristik gelombang
dan resultan dari sirkulasi yang terjadi
dekat dengan pantai. karakteristik sedimen,
bentuk pantai, dll. Selain itu, tingkat
perubahan garis pantai adalah salah satu
pengukuran yang paling umum digunakan
oleh para limuwan pesisir dan perencanaan
tanah untuk menunjukkan dinamika dan
bahaya dari pantai.
Tingkat pengukuran dengan kisaran
±1m dianggap memiliki kondisi stabil.
Pantai dengan tingkat pergeseran
+1m/tahun dikatakan terjadi akresi karena
itu tingkat kerentanannya relatif lebih
rendah, sebaliknya pantail dengan tingkat
pergeseran -1m/tahun dikatakan
mengalami erosi (abrasi) dan relatif
memiliki tingkat resiko yang tinggi.
4.4 Pasang Surut
Pasang surut dihasilkan oleh gaya
tarik bulan dan matahari. Pasang surut
memiliki sifat yang periodik dan dapat
diprediksi Perbedaan vertikal antara air
tertinggi (puncak air pasang) dan air
terendah (lembah air surut) yang berurutan
disebut sebagai tunggang pasang surut.
Tunggang pasang surut perlu diketahui
karena keterkaitannya dengan bahaya
genangan yang bersifat sementara dan
permanen (Gornitz dan Kanciruk, 1989).
Wilayah pesisir dengan kisaran pasang
surut yang tinggi (>2m) dianggap memiliki
korentanan yang tinggi dan wilayah yang
memiliki kisaran pasang surut rendah (2m)
dianggap memilki xerentanan rendah.
Selain itu pasang surut dapat menyebabkan
masukan at laut ke dalam dataran yang
mengancaman terhadap persediaan air
dalam tanah.
4.5. Rata-rata Tinggi Gelombang
Signifikan
Tinggi gelombang signifikan, periode
gelombang dan arah gelombang merupakan
beberapa parameter yang digunakan pada
model gelombang. Ketiga parameter
tersebut dinamakan parametric wave
models. Tinggi gelombang signifikan
sendiri sangat sering digunakan oleh para
coastal engineer (insinyur pesisir) untuk
memperkirakan energi yang dihasilkan oleh
gelombang. Energi tersebut diperoleh
dengan mengambil rata-rata dari 33% nilai
tertinggi dari pencatatan gelombang.
Arianto, Pemanfaatan Citra 7
Energi yang diperoleh berdasarkan
rata-rata tinggi gelombang signifikan
memiliki peranan dalam sistem transfer
sedimen. Pengetahuan mengenai kajian
kerentanan berdasarkan tinggi gelombang
merupakan langkah penting untuk
mempersiapkan peringatan akan bahaya
dan sistem manajemen
penanggulangannya. Energi gelombang
meningkat seiring dengan peningkatan
tinggi gelombang. Hal ini mengakibatkan
hilangnya lahan karena erosi dan genangan
di sepanjang pantai, sehingga daerah daerah
pesisir dengan tinggi gelombang yang
tinggi dianggap sebagai pantai yang lebih
rentan dan daerah dengan tinggi gelombang
rendah sebagai pantai yang kurang rentan.
5. Indeks Kerentanan Pesisir
Pengukuran kerentanan pesisir dapat
dilakukan dengan indeks kerentanan
pesisir. Indeks Kerentanan Pesisir dihitung
menurut kelompok wilayah yang
tergantung pada kemungkinan adanya jenis
dampak fisik. Indeks ini diberikan sebagal
rasio dari total nilar peringkat kerentanan
parameter untuk nilai kerentanan
setidaknya dari kelompok yang sesuai
Peringkat IKP mengikuti kontribusi fisik
lingkungan terhadap perubahan pesisir
berupa geomorfologi kemiringan pantai
perkembangan perubahan garis pantai
ketinggian pasang surut rata rata dan tinggi
gelombang rata rata dapat dituninkan
dengan gabungan Indeks kerentanan pesisir
(IKP) dapat diturunkan dengan gabungan
beberapa kombinasi dari variabel genangan
(elevasi) dan variabel erodibility.
(geomorfologi, tinggi gelombang dan
tunggang pasang surut). IKP ditetapkan.
dengan mengkombinasikan beberapa
parameter risiko untuk menghasilkan
sebuah indikator Indeks ini digunakan
untuk mengidentifikasi daerah yang
memiliki risiko terhadap bahaya erosi,
genangan permanen maupun genangan
sementara.
Setiap parameter yang dimasukkan
dikelompokan berdasarkan kelas risiko 1, 2,
3, 4 dan 5 Parameter tersebut dikelompokan
berdasarkan dampak kerusakan yang
dihasilkan tergolong sangat rendah, rendah,
sedang, tinggi dan sangat tinggi terutama
pada wilayah pesisir. Setelah proses ini
maka setiap daerah di wilayah pesisir akan
memiliki peringkat risiko setelah
mempertimbangkan beberapa parameter.
6. Penginderaan Jauh Satelit
Penginderaan Jauh adalah ilmu
umtuk memperoleh informasi tentang
objek, daerah atau fenomena melalui
analisis data yang diperoleh dengan suatu
alat tanpa kontak langsung dengan objek,
Arianto, Pemanfaatan Citra 8
daerah atau fenomena yang dikaji. Salah
satu satelit yang dapat digunakan untuk
mengkaji daerah pesisir adalah Satelit
Landsat yang juga dapat melihat perubahan
dinamika pesisir. Karakteristik landsat
sesuai dengan United State Geological
Survei (USGS) disajikan pada tabel berikut.
C. METODOLOGI
Metode yang penulis gunakan
ialahmetode kualitatif dengan studi
pustaka. Studi ini dilakukan dengan cara
melihat
dan mencari jurnal yang sudah
adauntuk memperoleh data yang
dibutuhkandan berhubungan dengan tema
penulisanyang ditentukan oleh penulis yang
berjudulPemanfaatan Citra Pengindraan
Jauh Untuk Menganalisis Perubahan Garis
Pantai Di Wilayah Pesisir Utara Kabupaten
Lamongan”.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Batas Daerah Penelitian
Pembuatan peta batas daerah
penelitian ini bertujuan untuk membatasi
wilayah kajian penelitian di pesisir.
Berdasarkan pada salah satu tujuan untuk
penelitian yaitu untuk mengetahui nilai
kerentanan pesisir, yang memerlukan luas
wilayah yang sama guna untuk dilakukan
metode tumpang tindih (overlay) dari setiap
parameter untuk mendapatkan hasil dari
kerentanan pesisir, sehingga ditetapkan
jarak atau batas wilayah pesisir sejauh 1km
dari gans pantai, hal ini ditetapkan karena
wilayah laut yang mendapat dampak dari
dataran berjarak 1km dan jarak terpendek
dari salah satu desa (Desa Brengkok) hanya
memiliki jarak 1km dan garis pantal.
Pemilihan batasan 1km in berprinsip pada
batas tegak lurus pantal yang menggunakan
batas administrasi kelurahan yang berada di
pinggir pantal, sehingga jika ditentukan
melebihi dan tkom akan melebihi panjang
Desa Brengkok yang hanya memiliki jarak
21km dari garis pantai Penetapan jarak atim
ini juga sudan dapat mencakup selauh Jenis
tutupan tahan yang diperlukan dalam
penelitian in, diantaranya yaitu bangunan
pantai pantai berpasir, dataran aluvial, rawa
payau, ertual, laguna, delta.
2. Geomorfologi
Berdasarkan identifikasi dari citra
landsat 8 dengan tanggal perekaman 20
Arianto, Pemanfaatan Citra 9
Juni 2018, jenis tutupan lahan pesisir
lamongan yang dibatasi dengan jarak 1km
dari garis pantai ke arah dataran dan ke arah
lautan. dikelompokkan menjadi 5 tipe
ekologi, diantaranya yaitu : Dataran
Alluvial, estuari(lagun delta), bangunan
pantai, rawa payau, pantai berpasir.
Pengolahan parameter geomorfologi
berdasarkan citra Landsat 8 menunjukkan
bahwa geomorfologi pesisir Lamongan
didominasi secara berurutan oleh dataran
alluvial, bangunan pantai, estuari, rawa
payau dan yang terakhir adalah pantal
berpasir.
Berdasarkan Klasifikasi geomorfolgi
pesisir Lamongan menururt kriteria IKP
dapat digolongkan kedalam kelas
kerentanan sedang sebesar 44,44% dari
total luasan dataran alluvial, kelas
kerentanan rentan sebesar 41,65% dari total
luasan bangunan pantai dan daerah estuari,
lagun, dan delta, sedangkan kelas
kerentanan sangat rentan sebesar 13,9%
dari total luasan rawa payau dan pantai
berpasir
Parameter geomorfologi sangat erat
kaitannya antara tipe dari geomorfologi dan
daya tahan terhadap erosi. Batuan memiliki
daya tahan terhadap erosi yang lebih besar
daripada tipe yang lain. Daya tahan
terhadap erosi dipengaruhi oleh komposisi
mineral dan ukuran butiran.
Formasi geomorfologi berdasarkan
dari setiap tipe ekologinya akan disajikan
pada gambar berikut:
Berdasarkan dari peta tersebut dapat
diketahui yaitu tingkat kerentanan; sedang
berwarna kuning sekitar 44,44%
dikarenakan sebagian besar wilayah pesisir
Lamongan berupa dataran alluvial,
kerentanan rentan berwarna jingga sekitar
41,65% yang didapatkan dari luasan
bangunan pantai dan estuari, lagun, delta,
sedangkan kerentanan sangat rentan)
berwarna merah sekitar 13,9% yang berada
sebagian besar di wilayah Desa Lohgung,
Brengkok, Labuhan dan Sedayulawas
dikarenakan pada wilayah ini banyak
terdapat wilayah rawa payau dan juga
pantai berpasir.
3. Perubahan Garis Pantai
Hasil analisis perubahan garis pantai
dengan menggunakan citra landsat dengan
tahun perekaman 2016 dan 2018
memperlihatkan bahwa di pesisit
Lamongan telah terjadi erosi dan akresi
Berdasarkan dari hasi tumpang tindih
Arianto, Pemanfaatan Citra 10
antara citra Landsat tahun 2016 dan 2018
didapatkan hasil luasan erosi sebesar -16,1
ha dan akresi 74.1 ha.
Analisa perubahan garis pantai
berdasarkan pengolahan citra landsat 2016
dan 2018 menunjukkan daerah pesisir
Lamongan mengalami erosi sebesar -16,1
ha, untuk pengolahan lebih lanjut wilayah
erosi tersebut dibagi kedalam satuan unit
untuk mengetahui laju erosi pertahun.
Satuan unit pertama yang terletak di pesisir
desa Brengkok memiliki laju erosi sebesar
12.48 m/tahun, unit kedua berada pada desa
Tunggul memiliki laju erosi sebesar 6.21
m/tahun. unit ketiga yang terletak di pesisir
desa Kranji memiliki laju erosi sebesar -
7,75 m/tahun, dan unit keempat terletak
pada desa Kemantren memiliki laju erosi
sebesar 8.6 m/tahun. Hasil yang.
didapatkan dari semua unit analisis dapat
diketahui bahwa laju erosi di pesisir
Lamongan sebesar -8.76 m/tahun,
Berdasarkan pada klasifikasi
parameter fisik perubahan garis pantai
menurut Duriyapong, erosi yang terjadi di
pesisir lamongan sebesar 8,76 m/tahun ini
termasuk kedalam kelas kerentanan sangat
rentan dikarenakan melebihi dari -2m/tahun
berdasarkan nilai pembobotan pada setiap
variabel fisik pesisir,
4. Elevasi (Ketinggian)
Kabupaten Lamongan memiliki
ketinggian lahan yang berkisar antara 0-300
meter diatas permukaan laut, perbedaan
ketinggian ini disebabkan oleh kondisi
topografi kabupaten lamongan yang
memiliki daerah pegunungan dan daerah
pesisir di bagian utara kabupaten lamongan.
Analisa dari data peta kerentanan
parameter elevasi tersebut menunjukkan
bahwa wilayah pesisir Lamongan termasuk
ke dalam kelas kerentanan sangat tidak
rentan +260,31 ha berada pada Desa
Sedayu Lawas 127 4 ha, Desa Brondong
±1,24 ha, Desa Blimbing ±3.14 ha. Desa
Kondang Semangkon 156.34 ha, Desa
Paciran 164,06 ha, Desa Tunggul 137,9 ha.
Desa Banjarwati 14.56 ha, Desa Kemantren
152,15 ha, Desa Sidokelar 113,52 ha,
dengan total luas kerentanan sangat tidak
rentan 1260,31 ha.
Kelas kerentanan tidak rentan
1307.93 ha berada pada Desa Brengkok
0.16 ha. Desa Sedayu Lawas 122,68 ha,
Desa Brondong 6.12 ha. Desa Blimbing
21.03 ha. Desa Kondang Semangkon 41,96
ha, Desal Paciran 93,91 ha, Desa Tunggul
35.29 ha, Desa Kranji 0,06 ha, Desa
Banjarwati 6.45 ha, Desa Kemantren 55,97
ha. Desa Sidokelar 24,3 ha. dengan total
luas kerentanan tidak rentan 307 93 ha.
Arianto, Pemanfaatan Citra 11
Pengolahan data ketinggian pada
wilayah kajian penelitian menunjukkan
bahwa daerah pesisir Lamongan dengan
luas ±260,31 Ha memiliki tingkat resiko
sangat tidak rentan; 1307,93 ha memiliki
tingkat resiko tidak rentan, 1768,93 ha
memiliki tingkat resiko sedang: +1457,29
ha memiliki resiko rentan dan 1470.41 ha
memiliki resiko sangat rentan. Kondisi
tersebut tidak jauh berbeda dengan pesisir
utara jawa yang berada di pesisir Banten
Utara (Cilegon, Serang dan Tanggerang)
yang sebgaian besar terdiri dari dataran
rendah dengan ketinggian ±5 meter.
Hal ini tentunya akan sangat
berbahaya bagi kondisi pesisir Lamongan
terhadap genangan air laut yang
diakibatkan oleh ketinggian pasang surut
dan kenaikan muka air laut. Genangan yang
terjadi dalam waktu tertentu dapat
mengganggu persediaan air minum karena
tercemar oleh air laut serta dapat
mempengaruhi garis pantai suatu pesisir.
5. Tunggang Pasang Surut
Data pasang surut di peroleh dari
BMKG pada tahun 2012-2013 yang diolah
dengan metode Admiralty Tahun 2012
pasang tertinggi 1,3m terjadi pada bulan
Mei, Juni, November dan Desember,
sedangkan surut terendah. 1.4m terjadi pada
bulan Juni Juli, dan Agustus. Pada tahun
2013 pasang tertinggi 1,3m terjadi pada
bulan Januari. Mel, Juni, dan Desember.
sedangkan surut terendah -1,4m terjadi
pada bulan Januari, Juni, dan Juli
Tunggang pasut yang diperoleh
berdasarkan hasil perhitungan
menggunakan metode Admiralty sebesar
2,4m pada tahun 2012 dan 2,41m pada
tahun 2013. Nilai tunggang pasut sebesar
2.4m termasuk ke dalam resiko sangat
tinggi (sangat rentan) karena berada di atas
2m. Perbedaan waktu dari pasang dan surut
tersebut tentunya berhubungan dengan
lamanya air laut masuh ke dataran. Hal i
tentunya sangat berbahaya terhadap bahaya
genangan yang dapat ditimbulkan seperti
masuknya air laut ke daerah estuari atau
lapisan air tanah.
6. Tinggi Gelombang
Data tinggi gelombang yang di
peroleh dari BMKG berupa data tahun
2012-2013 diolah dengan menggunakan
Microsoft Excel. Hasil analisa rata-rata
tinggi gelombang Pantai utara daerah
pesisir Lamongan Jawa Timur yang
didapatkan dari data BMKG menggunakan
analisa numerik Ms.excel berkisar 2,74m.
Tinggi gelombang termasuk kedalam
kategori indeks kerentanan sang sangat
rentan yaitu lebih dari 2m. Pengukuran
tinggi gelombang juga dilakukan di pantai
Arianto, Pemanfaatan Citra 12
utara untuk daerah pesisir Indramayu pada
tahun 2010 dengan tinggi gelombang
berkisar antara 1,55m, termasuk dalam
kategori tinggi.
7. Analisa Indek Kerentanan Pesisir
Hasil dari pengolahan parameter
untuk perhitungan indek kerentanan pesisir
kabupaten Lamongan ini dilakukan secara
bersamaan dengan proses pembuatan peta
area kerentanan yang dilakukan
menggunakan perangkat lunak ArcGIS 9.3
9.3 menggunakan metode "Weighted
Overlay" dan "Weighted Sum".
Perhitungan nilai IKP berdasarkan
parameter yang memiliki bobot penilaian,
yaitu parameter garis pantai 25%, elevasi
35%, gelombang 29%. dan pasang surut
11% mengunakan "Weighted Overlay yaitu
metode tumpang tindih berdasarkan nilai
yang memiliki bobot pada setiap masing
masing nilai Perhitungan nilai IKP
berdasarkan parameter yang tidak memiliki
bobot yaitu geomorfologi dan hasil overlay
dari empat parameter lainnya.
menggunakan metode "Weighted Sum
yaitu metode tumpang tindih antara
dua/beberapa data yang menjumlahkan
nilai piksel secara keseluruhan
Pengolahan tumpang tindih
menggunakan Weighted Sum akan
menghasilkan penjumlahan nilai dari setiap
piksel sehingga akan menampilkan satu
nilai pada setiap piksel yang telah
dilakukan tumpang tindih dan akan dapat
diketahui bagaimana persebaran kelas
kerentanan pesisir Lamongan.
Berdasarkan persebaran nilai
kerentanan, dapat diketahui bahwa wilayah
kajian di pesisir Lamongan dengan luas
area +3230,58 ha ini memiliki lima kelas
kerentanan, diantaranya yaitu kelas
kerentanan sangat tidak rentan seluas
±461,81 ha (14,29% ), kelas kerentanan
tidak rentan seluas ±1326,4 ha (41,06 %),
kelas kerentanan sedang seluas 996,1 ha
(30.83%). kelas kerentanan rentan seluas
368,73 ha (11,41%), dan kelas kerentanan
sangat rentan seluas ±77,58 ha (2.4%).
Hasil dari pengolahan parameter fisik
kerentanan pesisir yang menunujukkan
tingkat kerentanan yang didominasi oleh
kerentanan tidak rentan ini menunjukkan
bahwa pesisir lamongan masih dalam
kondisi yang baik, meskipun di pesisir
Lamongan banyak dimanfaatkan sebagai
Arianto, Pemanfaatan Citra 13
zona pemanfaatan seperti untuk perikanan
tambak, pelabuhan, pariwisata.
pemukiman, dan industri.
Pemanfaatan yang berlebihan
tentunya dapat merusak lingkungan, oleh
karena itu salah satu usaha yang perlu
direncanakan adalah adanya zonal
konservasi Pemerintah setempat sebaiknya
lebih banyak menambah kawasan
konservasi dibandingkan kawasan
pemanfaatan. Zona konservasi ini dapat
berupa rehabilitasi dan konservasi
mangrove. Hal tersebut diperlukan untuk
meminimalisir dampak kerusakan dari
perubahan pesisir pantai.
8. Kenampakan wilayah pesisir
Lamongan
Berdasarkan hasil pengamatan
lapangan yang dilakukan dengan cara
menyusuri hampir seluruh bagian pesisir,
menunjukkan bahwa pemerintah setempat
telah melakukan tindakan antisipasi dengan
membuat tembok yang terbuat dari
tumpukan batu di hampir seluruh pesisir
lamongan untuk mencegah terjadinya
perubahan garis pantai, sehingga dengan
adanya tembok yang terbuat dari tumpukan
batu ini membuat pesisir lamongan akan
lebih aman dari gangguan perubahan garis
pantai. Hal ini menunjukkan bahwa pesisir
Lamongan dalam keadaan baik dan hal ini
juga sesuai dengan hasil dari penelitian
tentang nilai indek kerentanan pesisir
Lamongan yang menghasilkan nilai indek
kerentanan pesisir dengan kelas kerentanan
tidak rentan pada wilayah kajian penelitian
di sepanjang pesisir Lamongan yang
berjarak 1km dan garis pantai kearah
dataran.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan dari
lima parameter yang digunakan untuk
mengetahui nilai IKP pada wilayah kajian
penelitian di pesisir Lamongan didapatkan
hasil nilai IKP yang paling mendominasi
dari setiap desa. Nilai kelas kerentanan
yang didapatkan berupa nilai dua (2) yang
termasuk dalam kelas kerentanan tidak
rentan berada pada Desa Sedayulawas,
Desa Blimbing, Desa Kendang
Semangkon, Desa Paciran, Desa Tunggul.
Desa Kranji, Desa Banjarwati, Desa
Kemantren, Desa Sidokelar, nilai kelas
kerentanan tiga (3) yang termasuk kelas
kerentanan sedang berada pada Desa
Lohgung dan Desa Brondong: nilai kelas
kerentanan empat (4) yang termasuk dalam
kelas kerentanan rentan berada pada Desa
Brengkok dan Labuhan.
Pembuatan area pelindung pantai
baik secara alami seperti penanaman
mangrove di area pantai ataupun pelindung
pantai buatan seperti dinding pantai
Arianto, Pemanfaatan Citra 14
(Seawall) dan pemecah ombak sangat perlu
dilakukan diwilayah pesisir yang masih
mengalami erosi dan abrasi, hal ini
bertujuan untuk melindungi garis pantai
agar tidak terjadi perubahan yang dapat!
merusak dan merugikan masyarakat pesisir
maupun bagi pesisir itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Nirmawana, Ketut, Trika (2021). Analisis
Transformasi Indeks Ndvi, Ndwi Dan
Savi Untuk Identifikasi Kerapatan
Vegetasi Mangrove Menggunakan
Citra Sentinel Di Pesisir Timur
Provinsi Lampung, Jurnal Geografi,
Vol. 19 No. 2
Atikawati, Dini (2019). Penerapan Etika
Lingkungan Dalam Pengelolaan
Wilayah Kepesisiran Tuban, Jurnal
Geografi. Vol Xvii, No : 1 (60-66).
Habiby, Fahmi (2020). Dampak
Pembangunan Jembatan Suramadu
Terhadap Pengembangan Wilayah
Kabupaten Bangkalan Ditinjau dari
Teori Harrod-Domar dengan Teori
Lokasi Weber. Jurnal Geografi. Vol
XVIII, No : 1 (77-90).
Kusuma, B. A., Purwadi, P., & Marcos, H.
(2021). Pelatihan Klasifikasi Tutupan
Lahan Sebagai Teknologi
Penginderaan Jarak Jauh untuk
Pemantauan Lahan Pertanian Di
Kabupaten Banyumas. Community
Engagement and Emergence Journal
(CEEJ), 2(1), 28-35.
Rahmatullah, Andre (2019). Pemanfaatan
Penginderaan Jauh Dalam
Pembangunan Di Dataran Tinggi.
Rustiadi, E. (2018). Perencanaan dan
pengembangan wilayah. Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
Damayanti, Adinda (2019). Pemanfaatan
Citra Penginderaan Jauh Untuk
Perencanaan Pembangunan Fasilitas
Umum di Wilayah Lamongan.
Nufitasari, Arinda (2019). Perencanaan
Pengembangan Wilayah Melalui
Citra Penginderaan Jauh.
Pratiwi, Henny. (2019). Analisis Tingkat
Kerawanan Banjir Di Kabipaten
Lamongan.
Magita, Nastiti (2020). Analisa Faktor
Penentu Lokasi Pasar Sidotopo
Wetan. Jurnal Geografi. Vol XVII,
No : 1 (63-68).
Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM), 2018 Peluang Investasi
Daerah Kabupaten Lamongan.
Lamongan.
Badan Lingkungan Hidup (BLH)
Pemerintah Kota Surabaya, 2019.
Arianto, Pemanfaatan Citra 15
Laporan Pengendalian Pencemaran
Kawasan Pesisir dan Laut.
Pemerintah Kota Surabaya. Surabaya.
Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas), 2019.
Indonesiams Climate Change
Sectoral Roadmap (ICCSR), sektor
kelautan. dan perikanan. Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional.
Jakarta
Tamalla, Sa’ida (2019). Penggunaan
Penginderaan Jauh Sebagai Acuan
Dalam Perencanaan Pembangunan
Pemukiman Di Kabupaten Ponorogo.
Selamet. 2019. Refleksi Pembangunan
Pesisir di lamongan Antara
Sustainabilitas Ekologi dan
Pragmatisme Liberalisasi.
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
Pasar dengan lokasi yang strategis akan mempengaruhi minat masyarakat untuk mengunjungi lokasi tersebut dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Adanya penentuan lokasi pasar bukan hanya menjadi keputusan dari pemerintah, akan tetapi juga keinginan dan pemangku kepentingan dari para pengelola dan pengguna pasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lokasi Pasar Sidotopo Wetan berdasarkan hasil kajian faktor lokasi penentu pasar. Pendekatan dalam penelitian ini adalah metodetheoritical analytic dan empirical analytic. Metode theoritical analytic menggunakankonstruksi teori untuk melandasi perumusan faktor-faktor pertimbangan dalam menentukanlokasi pasar berdasarkan teori-teori yang ada.Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Metode Analytical HeirarchyProcess dengan nilai Inconsistency 0.02, kriteria yang paling berpengaruh dalampenetuan lokasi Pasar Sidotopo Wetan adalah faktor sosial ekonomi. Kemudian yangmenjadi prioritas ke dua dalam penentuan lokasi pasar tersebut adalah sarana danprasarana yang tersedia, prioritas ketiga adalah kebijakan dan pemerintahan, sertaterakhir kondisi fisik wilayah
Article
Full-text available
Abstrak : Indonesia merupan negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit. Dalam hal ini wilayah Indonesia perlu adanya pembangunan secara merata untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terutama pada pembangunan fasilitas umum untuk meningkatkan perekonomian. Penginderaan jauh merupakan alat bantu untuk mewujudkan suatu pembangunan secara merata yang dapat dilihat tanpa datang ke lokasinya. Meskipun survey lapangan juga perlu agar pembangunan dapat dilaksanakan secara matang. Kata Kunci : Pengindraan Jauh, Pembangunan, Fasilitas Umum A. PENDAHULUAN Indonesia secara astronomis terletak pada 6° lintang utara-11° lintang selatan dan 95° bujur timur-141° bujur timur sedangkan secara geografis indonesia terletak di antara benua australia dan benua asia, dan terletak di antara samudra hindia dan samudra pasifik.maka dari itu indonesia bisa dikatakan sebagai negara yang strategis. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari 17.504 pulau besar maupun kecil. Tiga perempat wilayah Indonesia adalah lautan dengan luas 5,9 juta km². tidak hanya wilayahnya yang luas tetapi indonesia juga memiliki jumlah penduduk yang banyak. Untuk itu pembangunan disetiap tahun harus dilakukan oleh pemerintah untuk memenenuhi kebutuhan masyarakatnya. Pembangunan tidak hanya dilakukan di kota besar tetapi di kota kecil atau desa juga perlu dilakukan agar merata dan semua masyarakat bisa merasakannya. Berikut ini pembangunan beserta fasilitas yang dibangun meliputi jalan, gedung pemerintahan, sekolah (paud, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas) fasilitas kesehatan (puskesmas, rumah sakit, klinik, apotek, praktek dokter) dan lain lain. Perencanaan pembangunan fasilitas umum dapat dilakukan dengan cara penginderaan
  • B A Kusuma
  • P Purwadi
  • H Marcos
Kusuma, B. A., Purwadi, P., & Marcos, H. (2021). Pelatihan Klasifikasi Tutupan Lahan Sebagai Teknologi Penginderaan Jarak Jauh untuk Pemantauan Lahan Pertanian Di Kabupaten Banyumas. Community Engagement and Emergence Journal (CEEJ), 2(1), 28-35.
Pemanfaatan Penginderaan Jauh Dalam Pembangunan Di Dataran Tinggi
  • Andre Rahmatullah
Rahmatullah, Andre (2019). Pemanfaatan Penginderaan Jauh Dalam Pembangunan Di Dataran Tinggi.
Analisis Tingkat Kerawanan Banjir Di Kabipaten Lamongan
  • Henny Pratiwi
Pratiwi, Henny. (2019). Analisis Tingkat Kerawanan Banjir Di Kabipaten Lamongan.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
  • Pemerintah Kota Surabaya
  • Surabaya
Pemerintah Kota Surabaya. Surabaya. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), 2019.
Refleksi Pembangunan Pesisir di lamongan Antara Sustainabilitas Ekologi dan
  • Selamet
Selamet. 2019. Refleksi Pembangunan Pesisir di lamongan Antara Sustainabilitas Ekologi dan