ArticlePDF Available

Abstract

Menjelaskan tentang argumentasi Imam al-Ghazali tentang bukti keberadaan Tuhan dan premis-premisnya
Imam Al-Ghazali dan Argumentasi Kosmologi tentang Tuhan
Jumal Ahmad1)
1). Mahasiswa Pemikiran Al-Ghazali dan Syed Al-Attas, At-Taqwa College, Depok
E-mail: ahmadbinhanbal@gmail.com
Sejarah pemikiran merupakan hikmah. Layak diketengahkan kepada generasi masa kini
agar bisa memahami peristiwa besar dalam dunia pemikiran dan perubahannya
sepanjang zaman.
Secara garis besar, wacana filsafat menelaah tentang hakikat Tuhan yang dibuktikan
melalui argumentasi, salah satu argumentasi tersebut adalah argumentasi kosmologi.
Kosmologi adalah teori tentang asal usul alam semesta. Dalam Islam, teori ini merupakan
salah satu pembahasan penting yang memiliki konsekuensi teologis dan berimplikasi
tauhid.
Argumen kosmologis adalah sebuah tipe argumen formal untuk menyimpulkan atau
membuktikaan keberadaan Tuhan berdasarkan fakta-fakta atau klaim-klaim yang
dianggap benar mengenai alam semesta.
Situasi masa Imam Al-Ghazali barangkali ada kesamaan dengan situasi masa modern
Barat saat ini. Sifat materialistik dan ateis adalah ciri khusus masa modern. Lebih percaya
pada atom daripada ayat-ayat Injil.
Imam Al-Ghazali dalam bukunya Al-Munqidz min Al-Dhalal membagi kaum filosof ke
dalam tiga golongan:
Pertama adalah Al-Dahriyyun: kaum ateis yang mempunyai asumsi bahwa alam semesta
ada dengan sendirinya tanpa pencipta. Landasan pandangan mereka dari dulu sampai
sekarang berasumsi bahwa hewan berasal dari sperma. Golongan ini termasuk orang-
orang zindiq.
Kedua adalah Al-Thabiyyun: yaitu mereka yang memperbanyak observasi mengenai
alam semesta, dunia hewan dan tumbuh-tumbuhan. Setelah mereka menemukan
keteraturan dan keajaiban dalam tubuh hewan, mereka malah ingkar adanya hari
kebangkitan, padang mahsyar, surga dan neraka. Golongan ini menurut Al-Ghazali juga
termasuk orang-orang zindiq.
Ketga adalah Ilahiyyun: golongan pada filosof Yunani seperti Socrates, Plato dan
Aristoteles, menurut Al-Ghazali mereka wajib dikafirkan, termasuk para filosof muslim
seperti Ibnu Sina dan Al-Farabi.
Imam Al-Ghazali bukan tidak setuju dengan sains, melainkan tidak setuju dengan sikap
para filosof yang ateis dan materialis, berusaha membunag jauh Allah SWT dalam
pembahasan ilmiah.
Di bukunya, ‘Tahafut Falasifah’, Al-Ghazali menyebut tiga poin doktrin filusuf dalam
bukunya yang berimplikasi kufur.
(a) Pengingkaran terhadap kebangkitan jasad pada hari kiamat.
(b) Tuhan tidak mengetahui perkara-perkara detil.
(c) Keyakinan mereka bahwa alam ini kekal, tanpa awal atau akhir.
Al-Ghazali mematahkan pendapat ahli filsafat yang menyatakan bahwa alam semesta
memiliki masa lalu yang tak terbatas yang tak bermula.
Al-Ghazali tak sependapat dengan argumen itu dan menawarkan alasan logis untuk
menjungkirbalikkan argumen infinite past. Al-Ghazali menyatakan bahwa alam semesta
ini memiliki awal.
Argumen Al-Ghazali tentang Adanya Tuhan
Sebagian orang ketika ditanya apa bukti adanya Tuhan, akan menjawab adanya kita dan
adanya alam semesta menunjukkan adanya Tuhan.
Bagaimana membuktikan adanya Tuhan secara rasional?
Apa bukti Tuhan itu ada?
Al-Ghazali menjawab pertanyaan keesan Tuhan dalam kitabnya Al-Iqtishad fil
I'tiqad
Imam Al-Ghazali berusaha menjelaskan secara logis sebagai berikut.

Keesaan dan kesucian Allah SWT

Pemuktiannya: Segala sesuatu yang memiliki awal, ada penyebabnya, alam semesta
ada awalnya, maka semesta ada penyebabnya.

Yang kami maksud dengan 'Alam' adalah setiap wujud selain Tuhan yang paling tinggi.
Dan 'setiap wujud selain Tuhan yang maha tinggi', yang kami maksud adalah semua
benda dan sifat-sifatnya.


Penjelasan rincinya sebagai berikut: Sesuatu itu ada tidak mungkin diragukan. Setiap
wujud bisa menempati ruang atau tidak menempati ruang. Sesuatu yang menempati
ruang tetapi tidak memiliki kombinasi kita sebut zat tunggal (atom), jika memiliki
kombinasi kita sebut jism

Sesuatu yang tidak menempati ruang, dan membutuhkan tempat kita sebut accident; dan
sesuatu yang ada tapi tidak bertempat, itulah Tuhan
Keterangan di atas menegaskan pendapat Al-Ghazali bahwa Tuhan adalah penyebab
penciptaan dari yang tiada menjadi ada.
Al-Ghazali berargumen bahwa semua yang ada selain Tuhan membutuhkan tubuh dan
accident. Hal ini dijelaskan lebih jauh menggunakan klasifikasi eksistensi dalam empat
kategori.
Sesuatu yang ada pasti menempati ruang (mutahayyiz) atau tidak menempati ruang
(ghairu mutahayyiz). Sesuatu yang menempati ruang (mutahayyiz) bisa dibagi (mutahayyiz
wa i'tilaf) atau tidak bisa dibagi (mutahayyiz wa ghairu i'tilaf). Sesuatu yang tidak
menempati ruang (ghairu mutahayyiz) bisa dengan tubuh (ghairu mutahayyiz bil jism) atau
tanpa tubuh (ghairu mutahayyiz bidunil jism).
Dari kategorisasi di atas, Al-Ghazali dengan jelas memisahkan keberadaan Tuhan dari
keberadaan yang lainnya.
Tuhan bukan zat, substansi atau accident. Zat dan substansi menurut Al-Ghazali dapat
dirasa dengan indera, ini tidak terjadi dengan keberadaan Tuhan, karena keberadaan
Tuhan dapat dirasakan dengan bukti bukan persepsi. Adanya Tuhan hanya dapat
diketahui melalui keberadaan alam semesta sebagai produk kekuasaan-Nya.
Hal ini kemudian mengarah pada premis fundamental Al-Ghazali bahwa semua yang
ada selain Tuhan adalam temporal, dan setiap makhluk temporal memiliki sebab.
Al-Iqtishad fil I'tiqad halaman 24
Argumen Al-Ghazali tentang bukti keberadaan Tuhan dijelaskan dalam bentuk
silogisme dengan tiga premis:
1. Premis 1: Segala sesuatu yang memiliki awal, ada penyebabnya
2. Premis 2: Alam semesta ada awalnya
3. Kesimpulan: Maka semesta ada penyebabnya.
Argumen ini sangat sederhana, mudah dihafal dan sangat logis. Jika kedua premis itu
benar, maka kesimpulannya harus benar.
Premis 1: Segala sesuatu yang memiliki awal, ada penyebabnya
Hukum sebab akibat bisa kita rasakan secara intuisu. Contoh, siaran Televisi yang sering
kita lihat memili awal dari perusahaan Televisi.
Kita juga tidak ada 100 tahun yang lalu, penyebab kita ada karena orang tua, jadi kita
adalah akibat dari orangtua.
Jadi, faka dalam hukum sebab akibat bahwa apapun yang memiliki awal adalah sesuatu
yang secara konsisten terverivikasi dengan eksperimen tersebut dan tidak pernah salah.
Premis 2: Alam semesta ada awalnya
Kita tahu dari pembelajaran tentang awal permulaan struktur awal mula kemunculan
alam semesta, bahwa alam semesta memiliki awal dengan model standar Big Bang.
Menurut model Big Bang, waktu, ruang dan materi semuanya mulai ada sejak 13,7
Miliyar tahun yang lalu. Model ini banyak dipilih ahli fisika dan kosmologi secara aktual
sebagai model permulaan alam semesta.
Dari pernyataan P1 dan P2, menghasilkan kesimpulan (K) secara logis bahwa alam
semesta ada penyebabnya.
Menggunakan konsep analisis terhadap penyebabnya, kita akan menemukan sifat-sifat
Tuhan dari konsep moteistik yaitu:
Tunggal (Esa). Alam semesta ini eksis, dan faktanya sangat eksis yang mana
penyebab pertama adalah yang tak memiliki sebab (uncaused) yaitu Tuhan.
Timeless. Alasan kenapa timeless? karena waktu mulai ada pada masa saat
momen 'Big Bang'.
Spaceless (tak berjarak). Tak terikat ruang dan waktu, ruang juga mulai ada saat
momen 'Big Bang'.
Dan Immaterial (tak terikat materi). karena tanpa waktu dan ruang, kita tidak
bisa memiliki benda.
Dengan susunan silogisme seperti ini tidak bisa muncul pertanyaan siapa pencipta tuhan
karena tuhan yang menyebabkan alam semesta ini tidak memiliki awal. Tuhan haruslah
azali (tidak berawal dan berakhir).
Revitalisasi Argumen Kosmologis dari William Lane Craig
Argumen Kosmologis Kalam dari Al-Ghazali direvitalisasi pada abad 21 ini oleh teolog
Kristen bernama William Lane Craig, yang membuat Argumen kosmoligis kalam menjadi
sounding lagi.
Craig menyetujui bahwa alam semesta memiliki permulaan dengan mengutip bukti
silogisme dari Imam Al-Ghazali, bahwa ketidakterbatasan yang sebenarnya adalah
mustahil. Anda lihat, jika ketidakterbatasan yang sebenarnya adalah mungkin, dan
jumlah hal-hal nyata yang tidak terbatas ada, maka orang dapat berargumen bahwa hal-
hal itu memiliki sebab dan akibat yang tidak terbatas.
Argumen Imam Al-Ghazali sebagai berikut:
1. Apapun yang mulai ada memiliki penyebab.
2. Alam semesta mulai ada.
3. Oleh karena itu, alam semesta memiliki penyebab.
Craig menambahkan kesimpulan lebih lanjut berdsarkan analisis tentang apa yang
menyebabkan alam semesta, sebagai berikut:
4. Alam semesta memiliki penyebab.
5. Jika alam semesta memiliki sebab, maka Pencipta alam semesta yang tidak
memiliki sebab dan pribadi ada, yang tanpa alam semesta tidak berawal, tidak
berubah, tidak bermateri, tanpa batas waktu, tanpa ruang dan sangat kuat.
6. Oleh karena itu, ada Pencipta pribadi yang tidak ada penyebabnya dari alam
semesta, yang tanpa sebab alam semesta tidak berawal, tidak berubah, tidak
berwujud, tanpa batas waktu, tidak memiliki ruang dan berkuasa tanpa batas.
Kosmologi adalah Keindahan, Bukti Keberadaan Tuhan
Logika, astronomi, dan fisika menegaskan bahwa alam semesta memiliki permulaan.
Sebelum kejadian dentuman besar atau yang dikenal sebagai Big Bang, sama sekali tidak
ada apa-apa.
Tidak ada energi, waktu dan ruang. Lalu muncul alam semesta.Tidak ada materi yang
bisa mewujudkannya karena materi belum ada. Hanya sesuatu yang non-materi dan
tidak bergantung pada waktu, ruang, materi, sebab & akibat, yang membuat semua ini
ada.
Kekuatan eksternal yang membuatnya ada harus bersifat pribadi. Dengan kata lain, ia
harus hidup, sadar diri, dan “memilih” untuk membuat alam semesta sebagaimana
adanya, dengan hukum alam yang tepat. Sesuatu yang non-materi yang tidak pribadi
itulah yang kita sebut sebagai ide abstrak. Ide-ide abstrak tidak memiliki kemauan atau
kekuatan. Mereka bahkan tidak memiliki kehidupan, jadi mereka tidak dapat
menciptakan kehidupan.
Inilah yang kita sebut kosmologi, yaitu menarik kesimpulan logis tentang keberadaan kita
berdasarkan pengamatan. Kosmologi mengajak kita untuk merenungkan keberadaan
Pencipta dan atributnya (pengetahuan, kekuatan dan keinginan). Kosmologi adalah
keindahan dan bukti keberadaan Tuhan.
Namun, manusia masih membutuhkan lebih banyak bukti. Ada pertanyaan spiritual dan
etis yang tidak dapat disediakan oleh kosmologi saja. Ini sebabnya mengapa wahyu
diperlukan.
Mempercayai keberadaan yang ghaib (al-ghaib) dapat juga dilakukan dengan melihat
alam sekitar kita, melihat bagaimana bunga kamboja membuka kelopaknya di pagi hari
dan menutup lagi di malam hari. Bahkan, sebagai seorang anak yang dilahirkan, kita
dapat menyimpulkan pasti ada mekanisme atau hokum yang tidak terlihat yang
menyebabkan kita ada, meskipun kita bisa kita lihat.
Bagi saya, adalah contoh sempurna dari ‘tanda’ (ayāt) dan gagasan bahwa mereka
mengilhami. Sebuah ‘tanda’ desain cerdas, tentu saja, tetapi lebih halus sebuah ‘tanda’
bahwa empirisme tidak pernah dapat mengungkapkan sifat hal-hal sebagaimana adanya.
Al-Ghazali menjelaskan bahwa kita dapat melihat tanda-tanda kehadiran rahmat dan
kasih sayang Allah SWT dari alam sekitar, salah satunya lewat lebah madu. bentuk segi
enam atau hexagonal untuk sarang lebah madu merupakan buktu kehadiran rahmat
Allah.
Kehidupan lebah di dalam sarang serta pembuatan madu oleh mereka sangat
menajubkan. Lebah melakukan banyak pekerjaan dengan baik melalui pengorganisasian
yang luar biasa. Rancangan segi enam dari petak-petak sarang lebah memungkinkan
penyimpanan madu dalam jumlah terbanyak dengan bahan baku pembuatan sarang
yakni lilin. Walaupun populasi yang padat, lebar dapat melakukan pekerjaannya secara
terencana dan teratur rapi.
Al-Ghazali menyebutkan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin jilid 4 cetakan Darul Hadits pada
 bagian ‘’ ketakjubannya pada kemampuan lebah madu
membuat rumah yang berbentuk segi enam.


Lebah madu membangun sarangnya atas petunjuk Allah SWT, sebagaimana firman-Nya.
Qs. An-Nahl 68-69.






 
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di
pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. kemudian makanlah
dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah
dimudahkan (bagimu).”


 






“Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan”
Inilah salah satu contoh bagaimana alam semesta dipelajari sebagai bukti adanya sang
Pencipta. Al-Ghazali berangkat dari pengamatan empiris terhadap alam, namun fakta
empiris yang didapatkan kemudian ditempatkan dalam kerangka cara pandang Islam.
Mengaitkan fakta keistimewaan bentuk hexagonal sarang lebah madu dan penciptaan
nyamuk dengan sifat Allah SWT sebagai zat yang Maha Agung, Maha Pengasih dan
Maha Penyayang.
Al-Ghazali menyebutkan di halaman lain dalam  di kitab Ihya’.



Orang yang memiliki bashirah akan meneliti setiap detail ciptaan Allah, sampai dia
melihat seekor nyamuk sebagai contoh mempesona dari keajaiban ciptaan-Nya dan
menakjubkan akal pikiran, selanjutnya meningkatkan keagungan dan kesempurnaan
Tuhan pada dirinya dan menambah rasa cinta kepada-Nya. Maka setiap kali bertambah
ketakjuban pada ciptaan Allah, bertambah pula rasa keagungan Allah dalam dirinya.
Maka, kosmologi dan alam semesta sekitar adalah contoh sempurna dari ‘tanda’ (ayāt)
keberadaan Tuhan. Sebuah ‘tanda’ desain cerdas, yang empirisme tidak pernah dapat
mengungkapkan sebagaimana adanya.
Rujukan
Arif, Syamsuddin. (2014). Filsafat Islam antara Tradisi dan Kontroversi. TSAQAFAH. 10.
1. 10.21111/tsaqafah.v10i1.61.
Kelas Pemikiran Filsafat Imam Al-Ghazali, Ust. Syamsuddin Arif, At-Taqwa College
William Lane Craig, Does God Exist? Al Ghazali's Argument, CBN,
https://www.cbn.com/special/apologetics/articles/al-ghazali-argument.aspx , diakses
15 Juli 2021
Doko, Enis. (2018). Kalam Cosmological Argument and The Modern Science. Kader. 16.
1-13. 10.18317/kaderdergi.417640.
Reichenbach, Bruce, "Cosmological Argument", The Stanford Encyclopedia of
Philosophy (Spring 2021 Edition), Edward N. Zalta (ed.), URL =
<https://plato.stanford.edu/archives/spr2021/entries/cosmological-argument/>.
Concepts of God in Islamic Kalam Theology by Dr. Khalil Andani
https://www.youtube.com/watch?v=bdobyKD1PZw
Erasmus, Jacobus (2018). _The Kalām Cosmological Argument: A Reassessment_. Cham:
Springer.
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Filsafat Islam antara Tradisi dan Kontroversi
  • Syamsuddin Arif
Arif, Syamsuddin. (2014). Filsafat Islam antara Tradisi dan Kontroversi. TSAQAFAH. 10. 1. 10.21111/tsaqafah.v10i1.61.
Kalam Cosmological Argument and The Modern Science
  • Enis Doko
Doko, Enis. (2018). Kalam Cosmological Argument and The Modern Science. Kader. 16. 1-13. 10.18317/kaderdergi.417640.
>. Concepts of God in Islamic Kalam Theology by Dr
  • Bruce Reichenbach
Reichenbach, Bruce, "Cosmological Argument", The Stanford Encyclopedia of Philosophy (Spring 2021 Edition), Edward N. Zalta (ed.), URL = <https://plato.stanford.edu/archives/spr2021/entries/cosmological-argument/>. Concepts of God in Islamic Kalam Theology by Dr. Khalil Andani https://www.youtube.com/watch?v=bdobyKD1PZw
_The Kalām Cosmological Argument: A Reassessment
  • Jacobus Erasmus
Erasmus, Jacobus (2018). _The Kalām Cosmological Argument: A Reassessment_. Cham: Springer.