ArticlePDF Available

Characterisation of Garbage at Landfills of Karua Village of Balusu District of North Toraja Regency

Authors:

Abstract

Garbage is one of the several factors that cause the environmental pollution when it has not been managed properly. The garbage problem occurs because of the paradoxal of garbage production and garbage degradation. The production rate is very fast while on the other hand the rate of degradation is very slow. Two of three parts of garbage that very difficult to be composed are part of plastic and part of hard thing, like bottle and iron. The part that easier to be composed is part of organic material. The objective (short-term) of this research is to determine the composition of the garbage in the Karua Landfills. Garbage sorted will be carried out at the Laboratory of Agricultural Faculty of Torajan Indonesian Cristian University. The character of each garbage sorted is grouped based on physical properties so data is available to use not only used as a guideline for integrated waste management but also used as a basical for further research. Determination of the point sampling is done by purposive sampling method, which is based on the researcher considerations by paying attention to the location of the waste in various different garbage dump. Sorted data were analyzed by simple statistics using a frequency distribution, namely processing data by addition, subtraction, and comparison. Based on the results of research at the TPA Karua, there has been no difference in the piles of old waste and new waste, all areas are still filled with new waste. The difference in the height of the landfill area, the high area and the low area, does not provide a large data difference for each type of waste. Waste in the Lembang Karua TPA is dominated by organic material by 55%, then solid material by 27% and plastic material by 18%. ABSTRAK Sampah merupakan salah satu penyebab pencemaran lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik. Permasalahan sampah terjadi karena paradoksal antara produksi sampah dengan degradasi sampah. Laju produksi sangat cepat sementara di sisi yang lain laju degradasi sangat lambat. Dua dari tiga bagian sampah yang sangat sukar didegradasi adalah bagian plastik dan bagian benda keras, seperti botol dan besi. Bagian yang paling mudah didekomposisi adalah material organik. Tujuan jangka pendek (objektif) dari penelitian ini adalah untuk mengurai komposisi sampah yang tertimbun di TPA Karua. Pemilahan untuk mengkarakterisasi sampah dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Kristen Indonesia Toraja. Karakter masing-masing sampah dari hasil pemilahan dikelompokkan berdasarkan sifat fisik sehingga tersedia data yang dapat digunakan tidak hanya sebagai pedoman pengelolaan sampah secara terpadu tetapi juga digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. Penentuan titik sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu berdasarkan pertimbangan peneliti dengan
52
e-J. Agrotekbis 10 (1) : 52 56 , Februari 2022 ISSN : 2338-3011
KARAKTERISASI SAMPAH DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR
(TPA) DESA KARUA KECAMATAN BALUSU KABUPATEN
TORAJA UTARA
Characterisation of Garbage at Landfills of Karua Village of Balusu District of North
Toraja Regency
AM Patádungan1), DPP Ambali2), JA Lolo3), DP Thana4)
1,2,3,4) Staf Pengajar Universitas Kristen Indonesia Toraja
Email : adewidarmarano50771@gmail.com, dian.pranata.putra@gmail.com, mia.andilolo@gmail.com,
dwipratha01@ukitoraja.ac.id
ABSTRACT
Garbage is one of the several factors that cause the environmental pollution when it has not
been managed properly. The garbage problem occurs because of the paradoxal of garbage
production and garbage degradation. The production rate is very fast while on the other hand the
rate of degradation is very slow. Two of three parts of garbage that very difficult to be composed
are part of plastic and part of hard thing, like bottle and iron. The part that easier to be composed is
part of organic material. The objective (short-term) of this research is to determine the composition
of the garbage in the Karua Landfills. Garbage sorted will be carried out at the Laboratory of
Agricultural Faculty of Torajan Indonesian Cristian University. The character of each garbage
sorted is grouped based on physical properties so data is available to use not only used as a
guideline for integrated waste management but also used as a basical for further research.
Determination of the point sampling is done by purposive sampling method, which is based on the
researcher considerations by paying attention to the location of the waste in various different
garbage dump. Sorted data were analyzed by simple statistics using a frequency distribution,
namely processing data by addition, subtraction, and comparison. Based on the results of research
at the TPA Karua, there has been no difference in the piles of old waste and new waste, all areas are
still filled with new waste. The difference in the height of the landfill area, the high area and the
low area, does not provide a large data difference for each type of waste. Waste in the Lembang
Karua TPA is dominated by organic material by 55%, then solid material by 27% and plastic
material by 18%.
Keywords: Characteristics, Garbage, Organic, Inorganic.
ABSTRAK
Sampah merupakan salah satu penyebab pencemaran lingkungan apabila tidak dikelola
dengan baik. Permasalahan sampah terjadi karena paradoksal antara produksi sampah dengan
degradasi sampah. Laju produksi sangat cepat sementara di sisi yang lain laju degradasi sangat
lambat. Dua dari tiga bagian sampah yang sangat sukar didegradasi adalah bagian plastik dan
bagian benda keras, seperti botol dan besi. Bagian yang paling mudah didekomposisi adalah
material organik. Tujuan jangka pendek (objektif) dari penelitian ini adalah untuk mengurai
komposisi sampah yang tertimbun di TPA Karua. Pemilahan untuk mengkarakterisasi sampah
dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Kristen Indonesia Toraja. Karakter
masing-masing sampah dari hasil pemilahan dikelompokkan berdasarkan sifat fisik sehingga
tersedia data yang dapat digunakan tidak hanya sebagai pedoman pengelolaan sampah secara
terpadu tetapi juga digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. Penentuan titik sampel
dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu berdasarkan pertimbangan peneliti dengan
53
memperhatikan letak sampah di kemiringan lahan yang berbeda. Data hasil pemilahan dianalisis
dengan statistik sederhana menggunakan distribusi frekuensi yaitu mengolah data dengan
penjumlahan, pengurangan, dan pembandingan. Berdasarkan hasil penelitian di TPA Desa Karua
belum ditemukan adanya perbedaan timbunan antara sampah lama dengan sampah baru, semua
areal masih termuati sampah baru. Perbedaan kemiringan lahan penimbunan, areal yang miring dan
areal yang datar, tidak memberikan perbedaan nyata pada masing-masing jenis sampah. Sampah di
TPA Karua didominasi oleh sampah organik sebesar 55% kemudian sampah padat sebesar 27 %
dan sampah plastik sebesar 18%.
Kata Kunci: Karakteristik, Sampah, Organik, Anorganik.
PENDAHULUAN
Sampah merupakan salah satu penyebab
pencemaran lingkungan karena pada umumnya
sampah belum terkelola dangan baik. Dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33
tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan
Sampah, dikatakan bahwa sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses
alam yang berbentuk padat yang terdiri atas
sampah rumah tangga maupun sampah
sejenis sampah rumah tangga. Pada
penelitian ini sampah dibagi kedalam dua
kelompok berdasarkan sifat fisiknya yaitu
sampah organik dan sampah anorganik. Sampah
organik dapat didaur ulang (recycle), misalnya,
menjadi pupuk organik, sedangkan sampah
anorganik dapat digunakan kembali (reuse)
atau juga diaur ulang kembali (recycle).
seperti kaca, botol, dan lain sebagainya.
Sampah organik dapat didaur ulang
menjadi pupuk organik (Setyawati et al,
2013; Yetri et al, 2018), ataupun diarahkan
untuk produksi gas metan atau tenaga
listrik. Potensi pengembangan sampah
menjadi pupuk organik dan produksi gas
metan ( Joko Sutrisno, 2010; Mujahidah, et,
al, 2013), atau tenaga listrik (Dewi, 2017;
Rajagukguk, 2020) dapat dilakukan berasarkan
data karakteristik yang diperoleh.. Dengan
mengetahui rasio diantara jenis-jenis sampah
di TPA Karua maka pengelolaan TPA dapat
dilakukan dengan lebih baik dengan
menggunakan metode yang lebih baik.
Karena laju penimbunan sampah
sangat besar sementara disisi lain hampir
dikatakan tidak terjadi penguraian sampah,
maka timbullah masalah utama dalam membangun
sarana dan prasarana pengelolaan sampah
yaitu susahnya mencari lahan yang sesuai
untuk TPA. Solusi yang terbaik dari
permasalahan utama tersebut adalah dengan
menerapkan konsep 3R yaitu reduce, reuse,
dan recycle. Reduce yaitu mengurangi jumlah
sampah yang dibuang dengan memilah
memanfaatkan sampah yang bisa digunakan
kembali (reuse). Sampah yang tidak bisa
digunakan kembali secara langsung akan
didaur ulang (recycle).
Dalam mencari lokasi TPA sangatlah
tidak mudah pada pelaksanaanya di lapangan,
mulai dari pembebasan lahan yang akan
dijadikan TPA serta akses jalan menuju
tempat yang akan dijadikan lahan TPA.
Untuk menentukan sebuah lokasi TPA, harus
mempertimbangkan atau melihat potensi lahan
yang ada dan mengenali karakteristik lahan
tersebut. Di Desa Karua Kecamatan Balusu
Kabupaten Toraja Utara merupakan TPA
sampah yang luas lahan sekitar ± 5.50 km2
dan beroperasi sejak tahun 2019. Dimana
sampah yang ada tersebut bisa menghasilkan
dan dimaanfaatkan sebagai limbah organik
dan anorganik.
Agar permasalah sampah dapat teratasi
secara baik dan benar, terlebih dahulu perlu
diketahui mengenai komposisi limbah dan
karakteristik yang dihasilkan di TPA. Data
tentang komposisi sampah sangat penting
untuk dijadikan petunjuk pilihan alternatif
pengolahan sampah seperti daur ulang.
Daur ulang (recycle) memegang perananan
sangat penting dalam menurunkan (reduce)
laju penumpukan sampah, memanfaatkan
kembali (reuse) material yang terbuang, dan
mengurangi pencemaran lingkungan. Oleh
karena itu, kajian mengenai karakteristik untuk
mengetahui komposisi limbah sampah yang ada
54
di TPA Karua sangat perlu dilakukan sebagai
bahan petunjuk dalam pengelolaan sampah
seara terpadu.
Tujuan jangka pendek (objektif) dari
penelitian ini adalah untuk mengurai komposisi
limbah yang tertimbun di TPA Karua. Data
yang dihasilkan pada penelitian ini akan
menjadi bahan petunjuk dalam penelitian
berikutnya untuk menuju kepada pengelolaan
sampah seara terpadu sebagai tujuan jangka
panjang (goal).
METODE PENELITIAN
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada
penggunaan lahan TPA Desa Karua Kecamatan
Balusu Kabupaten Toraja Utara. Penelitian
akan dilaksanakan pada semester genap
tahun 2020/2021.
Alat yang digunakan pada penelitian
ini yaitu sekop, karung, spidol, sarung
tangan, masker dan seperangkat alat analisis
di laboratorium. Bahan yang digunakan
adalah sampah TPA utuh dan tidak utuh yang
diambil dari masing-masing penggunaan lahan
dan zat kimia yang merupakan bahan pendukung.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif, data yang dilakukan untuk mencapai
tujuan dari peneliti ini yakni: analisis data dan
penentuan tititk sampel.
1. Analisis data
Data dianalisis secara metode deskripsi
yaitu mendeskripsi jenis-jenis sampah yang
ditemukan dalam sampel (sampah padat, sampah
plastik, dan sampah organik). Jadi jenis-
jenis sampah ini dideskripsikan berdasarkan
persentase bobot
2. Penentuan titik sampel
Penentuan titik sampel ditentukan
berdasarkan metode purposiv samplingyaitu
berdasarkan pertimbangan peneliti. Dalam
hal ini yang menjadi pertimbangan peneliti
adalah lokasi sampah yang berbeda, jadi
ada sampel yang diambil dilembah, sampel
diambil dilereng, dan sampel yang diambil
dibukit
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan Pembahasan
Tempat pembuangan akhir sampah
di Desa Karua adalah lokasi yang baru
difungsikan sebagai TPA. Oleh karena itu,
titik pengambilan sampel hanya ditentukan
di dua tempat yaitu sampel pada areal yang
lebih tinggi dan sampel pada areal yang
lebih rendah. Penentuan dua tempat pengambilan
sampel didasarkan pada pertimbangan topografi
yang kemungkinan berpengaruh terhadap
perbedaan komposisi sampah di TPA Karua.
Faktor lain yang menjadi pertimbangan
tempat pengambilan sampel adalah karena
di lokasi TPA Karua tidak ditemukan
perbedaan antara tumpukan sampah yang
sudah lama dan tumpukan sampah yang
baru. Umur penimbunan sampah adalah
faktor yang paling berpengaruh terhadap
komposisi sampah karena dalam kurun waktu
yang lama sampah organik akan terurai dan
menyisahkan sampah plastik dan sampah
padat. Pada dua tempat pengambilan sampel
diambil masing-masing tiga titik sampel yang
didasarkan pada pertimbangan bahwa ketiga
titik sampel tersebut mewakili areal yang
lebih tinggi dan areal yang lebih rendah.
Sampah dari enam titik sampel kemudian
dideskripsikan berdasarkan jenis sampah
organik, sampah plastik, dan sampah padat.
Sampah organik terdiri dari semua
material organik yang mudah terurai, sedang
sampah plastik terdiri atas semua jenis
bahan yang terbuat dari material plastik
seperti plastik lembaran dan botol plastik.
Sampah padat terdiri atas semua material
padat termasuk botol dari material kaca,
kaleng dari material aluminium dan potongan-
potongan besi.
Data komposisi sampah pada keenam
titik sampel ditabulasi dalam Tabel 1. Pada
tabel tersebut tampak bahwa sampah di
TPA Desa Karua didominasi oleh sampah
organik dengan bobot rata-rata 55%, sampah
plastik 18% dan sampah padat 27%. Data pada
tabel tersebut mengindikasikan bahwa sampah
di TPA Karua memiliki potensi untuk
55
dikembangkan apakah sebagai pupuk
organik ataukah sebagai sumber energi yang
dapat dikonversi menjadi energi listrik.
Tabel 1. Deskripsi sampah di TPA Desa
Karua
Lokasi
Sampah
Jenis
Sampah
Bobot
Sampah
(kg)
Prosentase
(%)
Areal lebih
tinggi
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Organik
Plastik
Padat
Organik
Plastik
Padat
Organik
Plastik
Padat
6,27
1,83
2,72
5,54
2,02
2,86
5,83
2,05
3,32
57,95
16,91
25,14
53,19
19,39
27,42
52,03
18,27
29,70
Areah lebih
rendah
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Organik
Plastik
Padat
Organik
Plastik
Padat
Organik
Plastik
Padat
7,70
2,62
3,72
5,72
2,03
3,07
6,11
1,80
2,51
54,84
18,66
26,50
52,87
18,76
28,37
58,64
17,27
24,09
Lokasi sampel, areal yang lebih
tinggi dan areal yang lebih rendah, tampaknya
tidak terlalu berpengaruh terhadap komposisi
sampah (Tabel 2). Faktor tersebut dikarenakan
pembuangan sampah masih merata di semua
areal, belum tercipta areal tumpukan
sampah lama dan tumpukan sampah baru.
Tabel 2. Komposisi sampah di TPA Desa Karua
berdasarkan areal penimbunan
Lokasi
Sampah
Rata-rata bobot (kg)
Sampah
plastik
Padat
Areal
lebih
tinggi
Areal
lebih
rendah
1,97
2,15
2,97
3,10
Rata-rata prosentase (%) sampah
Areal
lebih
tinggi
Areal
lebih
rendah
18,21
18,28
27,45
26,36
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan
bahwa:
1. Di TPA Desa Karua belum ditemukan
adanya perbedaan timbunan antara sampah
lama dengan sampah baru, semua areal
masih termuati sampah baru.
2. Perbedaan ketinggian areal penimbunan,
areal yang tinggi dan areal yang rendah,
tidak memberikan perbedaan data yang
besar pada masing-masing jenis sampah.
3. Sampah di TPA Desa Karua didominasi
oleh sampah organik sebesar 55%
kemudian sampah padat sebesar 27 %
dan sampah plastik sebesar 18%.
Saran Pada penelitian selanjutnya disarankan
untuk melakukan:
1. Berdasarkan hasil penelitian disarankan
untuk dilakukan studi lanjut tentang
pemanfaatan sebagai pupuk organik atau
pemanfaatan sebagai sumber energi yang
dapat dikonversi menjadi energi listrik
2. Dengan presentase komposisi sampah organik
yang tinggi dapat dikaji pemanfaatan organisme
tanah, seperti cacing tanah dan atau
mikroorganisme tanah, sebagai biodekomposer
sampah.
56
DAFTAR PUSTAKA
Jenni Ria Rajagukguk, 2020, Studi
Kelayakan Desain Pembangkit
Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
Sebagai Sumber Energi Listrik 200
MW (Studi Kasus TPA Bantar
Gebang Kabupaten Bekasi), Media
Ilmiah Teknik Lingkungan Volume
5, Nomor 1 Hal. 51-61.
Joko Sutrisno, 2010, Pembuatan Biogas dari
Bahan Sampah Sayuran ( Kubis,
Kangkung dan Bayam) Jurnal
Teknik, Volume 08 Nomor 01
Januari 2010 ISSN : 1412 1867
Mujahidah, et.al, 2013,Kajian Teknologi
Produksi Biogas Dari Sampah Basah
Rumah Tangga, Jurnal of Natural
Science, Vol. 2 (1): 25-34 ISSN:
2338-0950
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33
tahun 2010, Pedoman Pengelolaan
Sampah
Rany Puspita. D, 2017, Studi Potensi
Pemanfaatan Sampah Organik TPA
Banyuurip Tegalrejo sebagai salah
satu sumber energy, Jurnal Teknik
Mesin, Vol. 06, No. 3 ISSN: 2549-
2888
Setyawati, L.M., 2013. Potensi sampah
organik menjadi pupuk organik pada
kawasan perkantoran. Jurnal
Permukiman Vol. 8 No. 1 : 45-52
Yetri, Y., I. Nur, R. Hidayati, 2018.
Produksi Pupuk Kompos Dari
Sampah Rumah Tangga. Jurnal
Katalisator, Vol 3 No. 2 : 2502-0943
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
Di dalam Undang-undang RI No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolan Sampah dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 81 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga mengamanatkan seluruh kawasan perkotaan salah satunya adalah kawasan perkantoran diwajibkan penyelenggaraan pengurangan sampah dan penanganan sampah, sehingga dipandang perlu mengembangkan model pengelolaan sampah. Pada umumnya kawasan perkantoran mempunyai luas yang cukup besar dan berlokasi cukup jauh dari Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA S), sehingga umumnya belum terlayani, maka konsep pengurangan sampah di sumber sangat cocok untuk diaplikasikan terutama sampah organik yang berpotensi cukup besar untuk dijadikan pupuk organik dengan konsep kawasan kantor mandiri. Kajian ini dilakukan di Kantor Pusat Litbang Permukiman di Cileunyi Kabupaten Bandung, proses pemilahan: reuse, reduce, recycle (3R) perlu dioperasionalkan secara optimal di sumber, sehingga residu sampah diusahakan seminimal mungkin yang harus diangkut ke TPA sampah. Metode yang digunakan deskriptif dan eksperimental. Deskriptif untuk pengukuran dan penghitungan timbulan dan komposisi sampah dari berbagai sumber dalam 2 musim, yang dihasilkan dari luas lahan terbuka hijau 76.974 m2 dan luas bangunan terbangun 8.384 m2 serta jumlah pegawai 293 orang. Eksperimental untuk menguji model pengelolaan sampah serta potensi sampah organik di perkantoran menjadi pupuk organik. Kajian ini menghasilkan timbulan sampah organik dari berbagai sumber sebesar 34.071,86 kg/tahun, pola yang direncanakan yakni sistem pengomposan (komposter, sistem windraw skala kawasan, bekas cacing/kascing) akan menghasilkan kompos sebesar 15.660 kg/tahun yaitu 46,4% dari sampah organik yang dihasilkan, dengan C/N 15 - 20 telah memenuhi standard. Pola pengelolaan terpadu berbasis 3R (reduce, reuse, recycle) dan potensi daur ulang sampah organik menjadi pupuk organik dapat terjamin keberlanjutannya perlu didukung dengan keberadaan operator dan partisipasi para pegawai dalam melakukan pemilahan.
Article
Full-text available
p> Dengan melihat kondisi yang ada di Mentawai maka terjadilah kesepakatan bersama antara mitra bank sampah Siput Bisa dan bank sampah Polak Sikerey dengan tim Pengabdian Masyarakat Politeknik Negeri Padang untuk mengolah sampah rumah tangga menjadi pupuk kompos. Kesepakatan ini dilakukan untuk pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan sampahrumah tangga dan limbah pertanian yang melimpah jumlahnya. Program ini didahului dengan penyuluhan yang melibatkan unsur terkait yaitu: pengurus dan seluruh anggota kelompok PKK di desa Sipora Jaya kecamatan Sipora Utara kepulauan Mentawai serta dibantu oleh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang bertugas di wilayah tersebut. Penyuluhan ini diberikan dalam bentuk ceramah dan diskusi mengenai berbagai aspek teknologi pembuatan pupuk organik. Demonstrasi pembuatannya dilakukan setelah diskusi dan penyuluhan kelompok dilaksanakan. Pembuatan pupuk organik dilakukan secara intensif dengan menggunakan sampah yang sudah dikumpul oleh bank Sampah Siput Bisa dan Polak Sikerey serta sisa limbah pertanian oleh kelompok tani. Sampah rumah tangga tersebut dicincang dan dicampur dengan digester EM4, kemudian ditumpuk dan dibiarkan 3 minggu dan setiap minggu dibalik.. Hasil kegiatan ini memberikan beberapa manfaat terutama dari segi ekonomis dan pengembangan iptek, diantaranya adalah lingkungan menjadi bersih dan mengurangi bau, lalat dan penyebaran mikroorganisme patogen atau penyebab penyakit pada manusia dan ternak. Dengan pengelolaan sampah menjadi pupuk organik akan mendapatkan hasil tambahan yang lebih besar, dan dengan bisanya masyarakat membuat pupuk organik/pupuk kandang/kompos maka akan mengurangi ketergantungan penggunaan pupuk anorganik. </p
Article
Full-text available
Sampah merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran lingkungan, baik pencemaran udara, pencemaran darat, dan pencemaran perairan. Masalah sampah tidak hanya menjadi masalah di berbagai daerah, tetapi sudah menjadi masalah nasional. Magelang sebagai contoh kota dimana pada tahun 2010 memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.180.217 jiwa dengan timbulan sampah 85 ton/hari, dan jumlah terangkut 52,5 ton/hari.Penanganan sampah terpadu di Indonesia telah dilakukan melalui pembangunan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di setiap wilayah. TPA memiliki umur operasional terbatas, sehingga diperlukan suatu rencana pemanfaatan untuk mengurangi terjadinya overload timbunan dan dampak pencemaran yang lebih buruk. Salah satu teknologi pemanfaatan sampah khususnya sampah organik adalah melalui teknologi biogas. Salah satu potensi biogas yang ada di Magelang adalah TPA Banyuurip, Tegalrejo yang memiliki presentasi materi organik 61%. Melalui proses perhitungan secara termokimia diperoleh potensi energi sebesar 333,59 kW dan melalui proses analisis secara biokimia diperoleh potensi energi sebesar 764,13 kW.
Article
Sampah sayur di pasar-pasar tradisional sangat berlimpah jumlahnya, terdiri dari beberapa bahanbuangan sisa proses penyortiran untuk dijual seperti sayur kangkung,. Kubis, bayam, sawi, daunubi jalar,daun ubi kayu, kacang panjang dan brokoli. Sesungguhnya semua sisa sayur yangakhirnya menjadi sampah ini dapat dimanfaatkan untuk dijadikan bahan guna diproses agarmenghasilkan gas bio yang merupakan energi panas alternative dengan bahan baku dapatdiperbarui. Melalui alat digester biogas yang disiapkan pada ukuran kecil untuk skala rumahtangga, kebutuhan energi panas untuk keperluan memasak dapat dipenuhi dari proses ini.Penelitian ini merupakan percobaan pembuatan gas bio dengan bahan sampah sayur basah daripasar tradisional berupa 3 variasi bahan yaitu kangkung, bayam dan kubis, yang dihaluskanterlebih dahulu dengan mesin perajang sampah. Untuk mempercepat proses digunakan starterberupa bakteri Effektive Microorganisme (EM4) yang banyak beredar di pasaran. Hasil percobaanmenunjukan bahwa ketiga bahan sayuran tersebut dapat dijadikan bahan pembuatan gas bio,dengan tekanan produk maksimal yang tidak signifikan perbedaannya.
Kajian Teknologi Produksi Biogas Dari Sampah Basah Rumah Tangga
  • Mujahidah
Mujahidah, et.al, 2013,Kajian Teknologi Produksi Biogas Dari Sampah Basah Rumah Tangga, Jurnal of Natural Science, Vol. 2 (1): 25-34 ISSN: 2338-0950