Content uploaded by Nopriadi Saputra
Author content
All content in this area was uploaded by Nopriadi Saputra on Jan 04, 2022
Content may be subject to copyright.
Sanksi pelanggaran Pasal 72:
Undang-undang No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
1.
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00
(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2.
Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
LIKA LIKU PUBLIKASI
ILMIAH DI
INDONESIA
Tim Penulis
Ifit Novita Sari, Nopriadi Saputra, Achmad Zulfikar, Adisti Primi Wulan,
Afrini Rahmi, Diah Puji Nali Brata, Dila Novita, Dudi Badruzaman, Fariz,
Indrya Mulyaningsih, Nuah Perdamenta Tarigan, Puji Hastuti, Ratna
Wijayanti Daniar Paramita, Ririen Wardiani, Siswadi Sululing, Soetam
Rizky Wicaksono, Syamsinas Jafar, Titien Agustina, Uzlifatul Masruroh
Isnawati, Akbar Iskandar, Widia Febriana
Editor:
Achmad Zulfikar
Sitti Rabiah
The Journal Publishing
2021
Lika Liku Publikasi
Ilmiah Di Indonesia
P-ISBN: 978-623-6992-75-3
Tim Penulis
Ifit Novita Sari, Nopriadi Saputra, Achmad Zulfikar, Adisti Primi Wulan, Afrini
Rahmi, Diah Puji Nali Brata, Dila Novita, Dudi Badruzaman, Fariz, Indrya
Mulyaningsih, Nuah Perdamenta Tarigan, Puji Hastuti, Ratna Wijayanti Daniar
Paramita, Ririen Wardiani, Siswadi Sululing, Soetam Rizky Wicaksono,
Syamsinas Jafar, Titien Agustina, Uzlifatul Masruroh Isnawati, Akbar Iskandar,
Widia Febriana
Editor
Achmad Zulfikar, Komunitas Pegiat Publikasi Ilmiah (KOPPI)
Sitti Rabiah, Fakultas Sastra Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar
Reviewers
Dasapta Erwin Irawan, Institut Teknologi Bandung (ITB) Mochammad
Tanizl Multazam, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA)
Desain Sampul:
Lutfiatul Maslila, Universitas
Diterbitkan oleh:
The Journal Publishing (The Journalish)
Lemahdadi, Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupten Bantul
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 55184
Web: Thejournalish.id
Telp: 0823-2679-6566
Kolaborasi bersama:
Komunitas Pegiat Publikasi Ilmiah (KOPPI)
FB: facebook.com/publikasiilmiah.koppi
Cetakan Pertama, 2021
11
Seiring dengan semakin meningkatnya life expectancy atau usia
harapan hidup secara global, yang semula pada tahun 1950 secara
global usia harapan hidup hanya 45,7 tahun saja dan pada tahun
2015, usia harapan hidup meningkat jadi 71,7 tahun. Bahkan
peduduk Jepang memiliki usia harapan hidup 83,9 tahun dan
Korea Selatan sebesar 82,2 tahun (Our World Data, 2021). Hal ini
membuka kesempatan bagi setiap orang untuk dapat menjalani
dual karir serial dalam hidupnya. Tidak hanya karir tunggal
seumur hidup seperti pada masa-masa sebelum ini. Lebih ekstrim
lagi Canton (2006) dalam bukunya yang berjudul “The Extreme
Future” memprediksi bahwa di masa-masa mendatang akan lebih
banyak lagi orang-orang yang merayakan ulang tahunnya yang ke-
100.
PETUALANGAN PUBLIKASI ILMIAH:
SEBELUM, SELAMA, DAN SELEPAS
KULIAH DOKTORAL
Nopriadi Saputra
Binus Business School
12
|
Nopriadi Saputra
Berdasarkan fenomena demografis global inilah, saya
membangun filosofi hidup pribadi “Life is like a football game”.
Hidup itu tak ubahnya seperti permainan sepak bola. Satu
pertandingan terdiri dari dua babak. Setiap babak 45 menit.
Begitu pulalah hidup ini, secara general dapat dilihat dalam dua
babak dan setiap babak menghabiskan waktu 45 tahun.
Alhamdulillah ALLAH sudah beri saya kesempatan untuk
menyelesaikan babak pertama kehidupan saya, dan saya
memasuki babak kedua. Pada babak pertama saya berkarir di PT
Telkom selama enam tahun dan di Sinarmas Group selama
sembilan belas tahun. Pada babak pertama saya berkarir sebagai
pelatih korporasi yang bertugas untuk menjadi sahabat belajar
bagi talenta perusahaan dalam mengembangkan kompetensi
manajerial dan kepemimpinan.
Sembari saya merampungkan karir di babak pertama sampai
memasuki usia pensiun tahun 2028, maka untuk babak kedua
kehidupan ini, saya berniat kuat untuk mengembangkan karir di
ranah akademik dengan menjadi dosen di perguruan tinggi atau
peneliti di ranah ilmu manajemen. Karena itulah pada Februari
2016, saya memutuskan untuk melanjutkan sekolah dengan
mengambil S3 dalam ilmu manajemen di Doctor of Research in
Management Universitas Bina Nusantara (DRM Binus). Sejak saat
inilah saya merasakan publikasi ilmiah menjadi kebutuhan dan
tuntutan untuk dapat menyelesaikan kuliah doktoral.
Publikasi Ilmiah Sebelum Kuliah Doktoral
Publikasi ilmiah pertama yang saya lakukan adalah mengikuti
Konferensi Nasional Riset Manajamen 2011 di Universitas Sam
Ratulangi Manado. Saya mempublikasikan hasil tesis S2 Magister
Management di PPM School of Management. Tulisan yang
dipublikasikan tersebut mengenai work engagement
Lika Liku Publikasi Ilmiah di Indonesia
|
13
pegawai milenial di PT Smart Tbk. Dulu saya berpikir bahwa
publikasi itu gratis atau dibiayai oleh kampus, karena kita sudah
mengeluarkan banyak modal pribadi untuk melakukan penelitian.
Jadi sepantasnyalah penelitian itu diapresiasi. Tapi ternyata tidak
demikian. Publikasi itu sebagai rangkaian dari penelitian dimana
keseluruhan biayanya ditanggung oleh sang peneliti. Mulai dari
bayar tiket pesawat, kamar hotel, dan biaya konferensi itu sendiri.
Pada konferensi KNRM 2011 tersebut saya bertemu pertama kali
dengan Prof. Augusty Ferdinand. Beliau adalah guru besar
manajemen dari Universitas Diponegoro. Beliau memperkenalkan
pertama sekali kepada saya mengenai istilah konsep dan konstruk
dalam penelitian. Hal yang saya ingat dari ceramah Prof Agusty
Ferdinand adalah mengenai rendahnya minat baca penduduk
menjadi faktor penghambat utama dari rendahnya publikasi
ilmiah di Indonesia pada saat itu bila dibandingkan dengan
negara- negara lain terutama negara maju seperti Amerika Serikat
dan Jepang.
Kemudian pada tahun 2013 saya juga melakukan publikasi
lagi untuk kedua kalinya. Saya berkolaborasi dengan Ibu Rike
Penta Sitio dari PPM School of Management. Dengan bimbingan
dari Dr Nadia Yovani dari FISIP UI, kami melakukan studi berbasis
Soft System Methodology. Tema yang diangkat adalah
Competency Based HRM dengan subyek penelitian adalah
Kelurahan Campaniga Kecamatan Camba Kabupaten Maros
Sulawesi Selatan. Atas bantuan dan fasilitas dari Pak Lurah
Syamsul Idrus saat ini, hasil penelitian tersebut kami publikasikan
pada KNRM 2013 di Universitas Sriwijaya Palembang. Ini
merupakan studi kualitatif pertama saya yang sangat menarik dan
berkesan. Karena tema riset tidak ditentukan di awal penelitian,
tetapi ditentukan setelah mendapatkan pandangan dari berbagai
aktor atau informan
14
|
Nopriadi Saputra
yang berperan dalam sistem sosial yang diteliti. Dari kompilasi
pandangan tersebutlah, peneliti memahami permasalahannya
apa saja. Peneliti memilih sub masalah apa yang akan dikupas,
baru kemudian tema dan teori manajemen apa yang pas untuk
mengupas suatu masalah tersebut.
Dua inilah publikasi ilmiah yang saya lakukan sebelum kuliah
doktoral. Publikasi ilmiah yang dilakukan masih terbatas di skala
nasional dan tidak begitu memperdulikan apakan publikasi
tersebut harus di jurnal bereputasi Sinta ataukah Scopus ataukah
Web of Science. Pada masa-masa itu, penelitian lebih dikarenakan
minat pribadi untuk mendalami tema-tema tertentu dan untuk
menerapkan metode riset baru yang dipelajari. Hanya itu, tidak
lebih, tidak kurang.
Publikasi Ilmiah Semasa Kuliah Doktoral
Sebelum kuliah doktoral sesungguhnya hidup saya sudah sangat
bahagia. Saya memiliki keluarga yang menyayangi saya. Saya
punya pekerjaan yang mensejahterakan saya. Saya pun punya
kehidupan pribadi yang menggembirakan. Namun begitu kuliah
doktoral, ada satu kata yang membuat saya agak ketar- ketir.
Sekretaris jurusan DRM Binus saat itu menyatakan bahwa untuk
menjadi doktor harus punya minimal dua tulisan yang terpublikasi
di jurnal terindeks Scopus. Sebenarnya ketentuan pemerintah
hanya mewajibkan satu tulisan saja, namun pihak sekolah dalam
hal ini DRM Binus membuat ketetapan bahwa mahasiswa
doktoral sejak DRM 2016 – angkatan saya masuk kuliah doktoral –
baru boleh mengikuti sidang promosi doktor kalau sudah memiliki
dua tulisan terpublikasi di jurnal yang terindeks Scopus.
Sejak itulah kata Scopus mulai bergentayangan di pikiran
saya. Saya berupaya keras bersama teman-teman satu angkatan
Lik
a
L
ik
u
Pu
b
likas
i
Ilmiah
d
i
Indo
n
esia
|
15
untuk dapat membuat tulisan-tulisan agar terpublikasi di jurnal
terindeks Scopus. Karena tidak memiliki pengalaman sama sekali
membuat tulisan untuk jurnal, maka kami mencoba segala hal.
Salah satunya dengan mengikuti konferensi nasional maupun
internasional. Pihak kampus pun sangat membantu kami agar
dapat terpublikasi di Scopus melalui Kerjasama dengan Pertanika
Journal. Para editor dari Pertanika diundang datang ke Indonesia
untuk memberikan bimbingan kepada kami bagaimana membuat
tulisan yang dinilai layak oleh editor jurnal terindeks Scopus.
Selama kuliah doktoral, saya melakukan publikasi lewat dua
jalur utama yaitu melalui konferensi dan melalui perlombaan
menulis. Setidaknya ada sembilan konferensi yang saya ikut
selama kuliah doktoral. Kesembilan konferensi tersebut adalah
GAMA ICEB 2016 (UGM), IFAS 2017 (UGM & UII), NCBE 2017
(Universitas Ciputra), ICOPE 2017 (Binus, Bandung), ADMITS 2017
(Binus, Labuan Bajo), ICMABE 2017 (IPMI), ICMCR 2018 (Headway
Global Consultancy, Singapore), ADMTS 2018 (Binus, Jakarta), dan
ICIGAR 2018 (Headway Global Consultancy, Jakarta).
Dari kesembilan konferensi tersebut, akhirnya ada tiga
tulisan saya yang terpublikasi dan terindeks di Scopus, satu tulisan
terpublikasi di jurnal Sinta 2, dan dua tulisan yang terjerembab
masuk jurnal diskontinyu. Ada pun tulisan yang berhasil terindeks
Scopus adalah: (1) holistic work engagement (Saputra, Sasmoko,
& Abdinagoro, 2018), (2) mediating role of learning agility
(Saputra, Abdinagoro, & Kuncoro, 2018), dan (3) learning dexterity
(Saputra, Abdinagoro, & Kuncoro, 2018). Sedangkan satu tulisan
terpublikasi di jurnal Sinta 2 (Jurnal Aplikasi Manajemen,
Universitas Brawijaya) yaitu: Development of Leadership Based on
Value (Saputra, 2017). Sementara,
16
|
Nopriadi Saputra
tulisan terjerambab masuk jurnal diskontinyu sehingga terlempar
dari Scopus adalah: (1) Does learning culture impact directly or
indirectly on work engagement (Saputra, 2018) dan
(2) Developing work engagement and business agility for
sustainable business growth (Saputra, Sasmoko, Abdinagoro &
Kuncoro, 2018). Walaupun tulisan Does learning culture impact
directly or indirectly on work engagement (Saputra, 2018) batal
terindeks Scopus, namun tulisan tersebut akhirnya beroleh sitasi
oleh tulisan lain (Tripathi, Srivastava, & Sankaran, 2020). Tulisan
itu dipublikasikan pada jurnal Industrial and Commercial Training
(Q2 Scopus).
Banyak pelajaran moral yang saya peroleh dari pengalaman
publikasi semasa kuliah doktoral Salah satunya adalah “Laa
Tahzan”. Janganlah bersedih! Tidak ada perbuatan baik yang sia-
sia. Tidak ada publikasi ilmiah yang sia-sia. Walaupun sekiranya
tulisan kita ditolak oleh suatu konferensi ataupun oleh suatu
jurnal, maka bukan berarti itu adalah akhir segalanya. Tetap
semangan untuk menulis dan melakukan publikasi. Tulisan saya
yang berjudul Developing work engagement and business agility
for sustainable business growth (Saputra, Sasmoko, Abdinagoro &
Kuncoro, 2018) itu sangat baik sekali menurut saya. Bahkan pada
awalny saya sangat senang, karena begitu submit ke panita
konferensi, kurang dari satu bulan kemudian tulisan itu sudah
terpublikasi online di jurnal terindeks Scopus. Sayangnya jurnal itu
setahun kemudian masuk dalam kriteria diskontinyu dan akhirnya
tulisan saja tidak jadi terindeks di Scopus. Namun dari tulisan lain
yang terjerembab di jurnal diskontinyu ada yang beroleh sitasi.
Artinya kalau tulisan kita bagus dan memiliki novelty, insya ALLAH
ada penulis lain yang tertarik untuk menyitirnya dan
membawanya ke ranah Scopus walaupun tidak terindeks secara
langsung.
18
|
Nopriadi Saputra
Selain melalui konferensi, publikasi ilmiah semasa kuliah
doctoral juga saya lakukan melalui perlomba menulis. Ada dua
lomba yang saya ikuti yaitu: PPM-50 (2017) dan ASC Paper
Competition (2017). Pada PPM-50 tulisan saya meraih juara kedua
dengan mengusung judul “Transformasi Berbasis Budaya
Korporasi”. Alhamdulillah mendapatkan hadiah berupa uang yang
sebesar tiga juta lima ratus ribu rupiah. Lumayan untuk
menambah-nambah biaya penelitian disertasi saya. Sedangkan
pada ASC Paper Competition, tulisan saya meraih posisi Finalis 10
Paper Terbaik, dengan judul: “Mewujudkan Indonesia Raya
Melalui Pengembangan Kepemimpinan Berbasis Nilai-Nilai
Pancasila: Sebuah Pendekatan Mikro Organisasional”. Tulisan
tersebut kemudian dipublikasikan di jurnal “The Ary Suta Center
Series on Strategic Management” pada edisi Januari 2018 volume
40. Apresiasi pada ASC Paper Competition 2017 tersebut
menyebabkan saya selalu mendapat tawaran untuk publikasi
pada setiap edisi terbaru jurnal “The Ary Suta Center Series on
Strategic Management”. Setidaknya sudah ada empat tulisan saya
yang terpublikasi di ASC sampai saat ini yaitu: Kepemimpinan
Pancasila (2018), Manajemen Talenta di Era Digital (2020),
Produktivitas Bekerja dari Rumah Semasa Covid-19 (2020), dan
Personal Resilience Para Pendidik (2021).
Pelajaran moral yang saya petik dari pengalaman tersebut
adalah “Ojo Dumeh!”. Jangan sombong. Jangan mentang-
mentang. Jangan mentang-mentang mengejar publikasi di Scopus,
maka meremehkan jurnal-jurnal lokal di negeri sendiri, Walaupun
jurnal ASC Series on Strategic Management ini tidak terindeks
Sinta maupun Scopus, jurnal ini secara rutin didistribusikan di
perpustakaan perguruan tinggi terkemuka di Indonesia termasuk
di Kementerian Pendidikan. Bahkan tulisan saya mengenai
Kepemimpinan Pancasila sempat dibaca oleh Bpk Subiyakto
18
|
Nopriadi Saputra
Tjakrawardaya (almarhum), mantan Menteri Koperasi di jaman
Pak Harto yang menjadi ketua yayasan Universitas Trilogi. Beliau
mengundang saya untuk presentasi di kantornya guna membahas
kemungkinan kolaborasi membuat buku tentang Kepemimpian
Pancasila. Selain itu jurnal ini memberikan honor buat penulisnya
sebesar satu setengah juta rupiah untuk setiap tulisan yang
terpublikasi. Bukannya membayar publikasi, tapi dibayar untuk
publikasi. Menyenangkan, bukan? Lumayan buat makan di Sushi
Tei bersama anak-anak dan istri.
Publikasi Ilmiah Pasca Kuliah Doktoral
Alhamdulillah atas berkat rahmat ALLAH yang maha pengasih lagi
maha penyayang, saya dapat merampungkan kuliah doktoral saya
kurang dari tiga tahun. Masuk kuliah 20 Februari 2016 dan sidang
promosi doktor pada 30 Nopember 2016. Kebanyakan teman-
teman yang sudah lulus kuliah doktoral tidak lagi menulis ataupun
publikasi, terutama sekali teman- teman yang praktisi atau yang
non-akademisi. Untungnya, saya sebelum lulus kuliah doktoral
sudah ditawari untuk menjadi faculty member di BINUS Business
School. Jadi mau tidak mau setelah lulus kuliah pun, kata-kata
Scopus masih menjadi Scarecrow atau orang-orangan sawah buat
saya. Kampus memberikan target atau key performance indicator
kepada para dosen, salah satunya adalah publikasi minimal satu
tulisan terbit di jurnal atau proceeding terindeks Scopus setiap
semester.
Setelah kuliah doktoral, kegiatan publikasi ilmiah yang saya
lakukan tidak hanya terfokus pada artikel-artikel hasil riset
semata, tetapi juga merambah ke buku dan book chapter. Secara
pribadi saya menargetkan diri sendiri untuk menerbitkan satu
buku setiap tahun dan menerbit satu book chapter setiap bulan.
Untuk penerbitan buku, saya sangat
20
|
Nop
r
ia
d
i
S
ap
ut
r
a
dibantu oleh Scopindo Media Pustaka. Sementara untuk
penerbitan book chapter, saya secara rutin setiap bulan
berpartisipasi pada buku antologi yang diinisiasi oleh Griya Cipta
Academia. Selain itu, saya juaga menjadi kontributor tetap di
empat edisi ASC Series on Strategic Management. Setiap tahun.
Sementara untuk publikasi di Scopus, saya tetap mengandalkan
konferensi-konferensi sebagai jalur publikas, baik yang
diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi maupun oleh lembaga
swasta. Untuk publikasi Scopus saya juga mulai “daftar langsung”
ke jurnal yang bersangkutan dan memiliki konferensi yang
bermuara pada proceeding yang terindeks Web of Science. Saya
juga mulai memperbanyak publikasi di jurnal-jurnal lokal baik
yang sudah berakreditasi Sinta maupun belum. Motivasinya
sederhana, kalau tidak peneliti Indonesia sendiri yang
membesarkan jurnal-jurnal lokal kita siapa lagi.
Satu pengalaman menarik terkait penelitian dan publikasi
selepas kuliah doktoral adalah ketika saya dipercaya untuk
mendampingi atau menjadi personal assistant seorang pejabat
public dalam menyiapkan publikasi ilmiah sebagai persyaratan untuk
menjadi guru besar. Saya memanggil pejabat ini dengan “Bapak”
walaupun usianya tiga tahun lebih muda dari saya. Karena saya
percaya bahwasanya beliau dimuliakan ALLAH dengan posisinya
sebagai pejabat publik, karena itu saya memanggil beliau “Bapak”
sebagai penghormatan. Sebenarnya Bapak merupakan penulis yang
handal. Sudah banyak tulisan beliau di media massa atau pun buku
yang diterbitkan. Beliau juga dosen di suatu PTN di negeri ini.
Riwayat akademiknya sudah 20 tahun lebih menjadi pengajar selain
menjadi anggota dewan dan pejabat publik. Saya ditugaskan oleh
mentor saya untuk mendampingi Bapak melakukan penelitian,
penulisan artikel dan mengawal publikasi artikel di jurnal terindeks
Scopus. Penelitian berlangsung lancar, karena Bapakmempunyai
20
|
Nop
r
ia
d
i
S
ap
ut
r
a
kekuasaan yang sempurna untuk memberi akses saya mengambil
data. Data pun terkumpul kemudian dianalisis dan jadilah tiga tulisan
yang siap dimasukkan ke jurnal: Paper A, Paper B, dan Paper C.
Karena koneksi dan relasinya dengan salah satu rektor
kampus terkemuka, maka Paper A mendapat tempat di sebuah
jurnal Q1. Ada sekitar seratus tulisan yang sedang ngantri terbit,
namun tulisan kami mendapat prioritas untuk terbit pada edisi
akhir tahun 2020. Seharusnya Paper A sudah terbit sejak
Desember 2020 lalu, tapi entah mengapa sampai hari ini edisi
akhir tahun jurnal itu pun belum terbit sama sekali sampai Februari
2021
Karena ketidakpastian dari publikasi di jurnal Q1 lokal
tersebut, Bapak pun memerintahkan saya untuk mencari
alternatif publikasi melalui konferensi. Secara bersamaan Bapak
juga mencari peluang untuk publikasi Paper B dan Paper C di
jurnal lain. Akhirnya Bapak berhasil menerbitkan Paper C di jurnal
Q4 Scopus. Namun selang beberapa minggu kemudian Paper C
yang saya usung lewat konferensi pun terbit di jurnal Q3 Scopus.
Akibatnya terjadi redundansi. Paper C terpublikasikan di dua
jurnal yang berbeda. Hal ini terjadi karena Bapak salah kirim,
seharusnya beliau memasukkan Paper B ke jurnal Q4 Scopus dan
saya memasukkan Paper C ke jurnal Q3 Scopus. Akhirnya Bapak
pun mencari jurnal lain untuk mempublikasikan Paper B. Sebuah
jurnal Q1 di bawah bendera Willey Blackwell bersedia menerima
Paper B dengan mengirimkan Letter of Acceptance. Hanya saja
Paper B baru dijadwalkan terbit pada bulan Agustus 2022. Satu
setengah tahun lagi.
Hikmah moral yang saya dapat simpulkan dari pengalaman
menjadi personal asisten untuk pejabat tersebut
Lik
a
L
ik
u
Pu
b
likas
i
Ilmiah
d
i
Indo
n
esia
|
21
adalah “Tulisan itu seperti penulisnya juga memiliki nasib sendiri-
sendiri”. Pertama, tidak semua orang yang punya kesempatan
untuk menjadi guru besar itu memiliki kesiapan dan kemampuan
untuk melakukan publikasi ilmiah di jurnal internasional
bereputasi terutama sekali Scopus apalagi Web of Science.
Mereka harus berkolaborasi atau minta dukungan penuh dari
akademisi yang lebih junior dari mereka tapi memiliki
kemampuan yang menadai dalam hal publikasi. Kedua, tulisan
dari riset yang sama dan dikerjakan oleh penulis yang sama bisa
saja diterima di jurnal yang berbeda reputasinya. Bisa diterima di
Q4, Q3 atau Q1; sangat tergantung nasib dari tulisan itu sendiri.
Setiap tulisan memiliki nasibnya sendiri-sendiri yang menentukan
jurnal dimana mereka akhirnya terpublikasikan. Bukan semata-
mata tulisannya bagus maka mereka diterima di jurnal bagus. Tapi
bisa jadi tulisan bagus tapi nasibnya terpublikasi di jurnal biasa-
biasa saja. Banyak faktor di luar kualitas tulisan yang
menyebabkan suatu tulisan terpublikasi di jurnal bereputasi.
Doa Penutup
Demikianlah sekelumit pengalaman saya dalam hal publikasi
ilmiah Semoga kiranya pengalaman ini memberikan pencerahan,
ide, dan semangat bagi kita semua. Terutama bagi saya sendiri.
Karena pekerjaan meneliti dan publikasi itu bukan perkara mudah.
Perkara yang menuntut banyak keiklasan. Tidak semua dosen
yang jago mengajar itu menyukai penelitian dan publikasi. Banyak
sekali hambatan dan tantangan yang dihadapi untuk dapat
melakukan publikasi ilmiah terutama sekali kalau hanya
mengandalkan modal atau kekuatan pribadi dosen tersebut
semata. Salam semangat publikasi ilmiah! Semoga jaya penelitian
dan publikasi ilmiah nusantara!
22
|
Nop
r
ia
d
i
S
ap
ut
r
a
Profil Penulis
Nopriadi Saputra setelah menamatkan SMA pada tahun 1992
mendapat ikatan dinas untuk berkuliah di Teknik Industri STT
Telkom (d/h Telkom University) dan menamatkannya pada tahun
1997. Pada tahun 1996 Nopriadi Saputra mendapatkan
penempatan tugas di Divisi Pelatihan PT Telekomunikasi
Indonesia sebagai widya iswara pratama. Kemudian pada tahun
2002, beliau mendapatkan kesempatan untuk berkarir di
Sinarmas Group sebagai master trainer di Supreme Learning
Internasional sampai dengan saat ini. Pada tahun 2008, Nopriadi
Saputra melanjutkan pendidikan S2 di program MM Eksekutif
PPM School of Management dan menamatkannya pada 2010.
Setamat dari PPM School of Management, beliau menjadi tenaga
pengajar untuk mata kuliah Organizational Behavior & Corporate
Culture dan mata kuliah Change Management di PPM School of
Management dari tahun 2010 sampai 2016. Baru pada tahun
2016, Nopriadi Saputra memutuskan untuk melanjutkan
pendidikan doktoral di Doctorate of Research in Management
Universitas Bina Nusantara. Pada 2018, beliau meraih gelar
doktornya dalam ilmu manajemen dengan predikat Magna Cum
Laude. Sejak 2018 beliau menjadi faculty member di Binus
Business School. Ada pun data identiftas akademik yang dimiliki
sebagai berikut, Nopriadi Saputra memiliki NIDN: 0306117304,
Sinta: 6681922, Google Scholar ID: iWZikZ4AAAAJ, Scopus Author
ID: 57204048565, ResearcherID: E-4344-2019, dan
http://orcid.org/0000-0002-0830-1903. Beliau dapat dihubungi
pada alamat email: nopriadisaputra@gmail.com atau di nomor
telepon 0812-8396-1213.
Lik
a
L
ik
u
Pu
b
likas
i
Ilmiah
d
i
Indo
n
esia
|
1
3
5
DAFTAR PUSTAKA
Canton, J. (2006). The extreme future: The top trends that will reshape
the world in the next 20 years. Penguin
Our World in Data (2021)) Life Expectany has improved globally
diakses pada tangga; 28 Februari 2020 pada link
https://ourworldindata.org/life-
expectancy#:~:text=The%20United%20Nations%20esti
mate%20a,any%20country%20back%20in%201950.
Saputra, N., & Sasmoko, S. B. A. (2018). The holistic work engagement:
A study In Indonesia oil palm industry. International Journal of
Engineering & Technology, 7(4.9), 1-7.
Saputra, N., Abdinagoro, S. B., & Kuncoro, E. A. (2018). The mediating
role of learning agility on the relationship between work
engagement and learning culture. Social Sciences and
Humanities, 26, 117-130
Saputra, N. (2018). Does learning culture impact directly or indirectly
on work engagement in the Indonesia oil palm industry?.
International Journal of Engineering & Technology, 7(3.30), 561-
566.
Saputra, N., Sasmoko, S. B. A., & Kuncoro, E. A. (2018). Developing
Work Engagement and Business Agility for Sustainable Business
Growth in Indonesia Oil Palm Industry. Journal of Advanced
Research on Dynamical & Control System. 04-Special Issues.
2018. p1302-1312
Saputra, N. (2019). Learning Dexterity: A Techno Psycho-Social
Construct for Measuring the Potential. Indian Journal of Public
Health Research & Development, 10(1).
Lik
a
L
ik
u
Pu
b
likas
i
Ilmiah
d
i
Indo
n
esia
|
1
3
5
Tripathi, A., Srivastava, R., & Sankaran, R. (2020). Role of learning
agility and learning culture on turnover intention: an
empirical study. Industrial and Commercial Training.