ArticlePDF Available

Abstract

ABSTRAK Rumah merupakan kebutuhan pokok untuk tempat tinggal, terutama pada generasi milenial yang memasuki tahap berkeluarga. Kepemilikan rumah oleh generasi milenial mempertimbangkan beberapa faktor yaitu faktor internal, keluarga, eksternal, kondisi fisik rumah (struktur), lokasi, keuangan, serta selera yang terkait gaya hidup. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi faktor-faktor yang menjadi pertimbangan generasi milenial terkait kepemilikan rumah pilihan tersebut, dan menampilkan kendala finansial yang dihadapi generasi milenial terkait kepemilikan rumah tinggal tersebut. Penelitian eksploratif diterapkan pada penyusunan kuesioner yang disebarkan secara online melalui google form sebagai sumber data. Responden yang berhasil dikumpulkan sebanyak 235 orang dengan teknik purposive sampling. Data yang dikumpulkan selanjutnya diolah menggunakan program SPSS dengan teknik analisa faktor dan teknik rangking. Hasil penelitian membuktikan bahwa faktor-faktor yang dipertimbangkan generasi milenial adalah faktor keluarga dan eksternal, keuangan dan lingkungan, kondisi fisik rumah tinggal, internal dan selera. Sedangkan kendala finansial utama pada generasi milenial, tidak tersedianya dukungan finansial dari orang terdekat sehingga ragu melakukan pembelian rumah. Manfaat dari studi ini adalah pentingnya setiap individu untuk melakukan perencanaan keuangan sedini mungkin terutama untuk tujuan pembelian properti. Selanjutnya bagi developer, informasi kendala finansial tersebut memberikan informasi untuk melakukan strategi pemasaran dan peluncuran produk yang disesuaikan kondisi calon pembeli generasi milenial.
Jurnal Manajemen Aset dan Penilaian
Vol. 1 No. 2
11
PERTIMBANGAN GENERASI MILENIAL PADA KEPEMILIKAN RUMAH
DAN KENDALA FINANSIAL
Desy Delvina Wijaya1, Njo Anastasia2*
1,2Program Finance and Investment, Fakultas Bisnis dan Ekonomi, Universitas Kristen Petra
Email: * anas@petra.ac.id
ABSTRAK
Rumah merupakan kebutuhan pokok untuk tempat tinggal, terutama pada generasi milenial
yang memasuki tahap berkeluarga. Kepemilikan rumah oleh generasi milenial mempertimbangkan
beberapa faktor yaitu faktor internal, keluarga, eksternal, kondisi fisik rumah (struktur), lokasi,
keuangan, serta selera yang terkait gaya hidup. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi faktor-
faktor yang menjadi pertimbangan generasi milenial terkait kepemilikan rumah pilihan tersebut, dan
menampilkan kendala finansial yang dihadapi generasi milenial terkait kepemilikan rumah tinggal
tersebut. Penelitian eksploratif diterapkan pada penyusunan kuesioner yang disebarkan secara online
melalui google form sebagai sumber data. Responden yang berhasil dikumpulkan sebanyak 235 orang
dengan teknik purposive sampling. Data yang dikumpulkan selanjutnya diolah menggunakan program
SPSS dengan teknik analisa faktor dan teknik rangking. Hasil penelitian membuktikan bahwa faktor-
faktor yang dipertimbangkan generasi milenial adalah faktor keluarga dan eksternal, keuangan dan
lingkungan, kondisi fisik rumah tinggal, internal dan selera. Sedangkan kendala finansial utama pada
generasi milenial, tidak tersedianya dukungan finansial dari orang terdekat sehingga ragu melakukan
pembelian rumah. Manfaat dari studi ini adalah pentingnya setiap individu untuk melakukan
perencanaan keuangan sedini mungkin terutama untuk tujuan pembelian properti. Selanjutnya bagi
developer, informasi kendala finansial tersebut memberikan informasi untuk melakukan strategi
pemasaran dan peluncuran produk yang disesuaikan kondisi calon pembeli generasi milenial.
Kata kunci: kepemilikan, rumah, milenial, finansial
1. PENDAHULUAN
Tempat tinggal atau rumah memiliki arti
yang sangat penting bagi setiap anggota
keluarga. Rumah merupakan tempat berkumpul
dengan anggota keluarga dan tempat
beristirahat setelah lelah menjalankan aktivitas
kerja di luar (Wijayanti, 2019). Meningkatnya
kebutuhan rumah tidak sebanding dengan
persediaan yang terbatas jumlahnya, sehingga
harga rumah semakin mahal. Dampaknya
terjadi pada generasi muda di negara-negara
Asia yang cenderung menunda pembelian
properti hingga usia 30-an (Abidoye, et al.,
2020). Persoalan terkait harga yang terus
meningkat, keterbatasan lahan, dan
keterbatasan pilihan membuat generasi milenial
semakin kesulitan untuk memiliki tempat
tinggal, khususnya rumah.
Proporsi penduduk generasi milenial (35-39
tahun) di Kota Surabaya yang merupakan salah
satu kota terbesar kedua di Indonesia setelah
Jakarta diproyeksikan sebesar 8.05 persen dari
2.904.751 jiwa (BPS Kota Surabaya, 2020).
Selama pandemi Covid-19, tingkat
pertumbuhan harga rumah di Surabaya tetap
menunjukkan peningkatan 1.96 persen (YoY),
lebih tinggi dibandingkan 13 kota lain di
Indonesia. Survei Harga Properti Residensial
(SHPR) oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan
pertumbuhan tahunan sebesar 1.45 persen pada
tipe rumah besar, 1.26 persen pada tipe rumah
sedang, dan 3.22 persen pada tipe rumah kecil
(Bank Indonesia, 2020). Kondisi ini menarik
untuk diteliti lebih lanjut terkait kepemilikan
rumah dan generasi milenial di Kota Surabaya.
Primadhyta dan Fauzi (2017) menjelaskan
bahwa sesuai pernyataan Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian, Darmin Nasution,
meramalkan bahwa generasi milenial akan
semakin kesulitan membeli rumah dikarenakan
tingkat pertumbuhan gaji atau pendapatan tidak
sebanding dengan kenaikan harga tanah dan
JMAP Vol. 1 No. 2, Desember 2021, hal. 11-20
12
rumah. Kondisi ini menunjukkan generasi
milenial sebaiknya melakukan pengelolaan
keuangan pribadi dengan pola yang berbeda
dengan generasi sebelumnya. Harga rumah
yang semakin melambung, sementara
kebutuhan juga semakin tinggi, membuat
generasi milenial kesulitan untuk bisa memiliki
hunian dalam dalam jangka waktu 10-20 tahun
mendatang. Lebih lanjut, alokasi gaji lebih
diprioritaskan untuk gaya hidup daripada
dialokasikan untuk pembelian asset tetap
(Shutterstock, 2018).
Proses pembentukan keputusan pembelian
selalu diawali dengan kebutuhan yang
dirasakan. Suatu kebutuhan akan mendorong
motivasi seseorang dalam bertindak untuk
mencapai pemenuhan kebutuhan tersebut.
Dalam proses pembelian rumah terdapat dua
motivasi yaitu motif konsumsi atau motif
investasi (Njo, et al., 2017). Beberapa
pertimbangan yang mendasari pembelian
rumah pada generasi milenial adalah jenis yang
diinginkan yaitu rumah atau apartemen. Jika
individu tersebut menginginkan kepraktisan
maka cenderung memilih apartemen. Pilihan
tersebut juga berhubungan dengan kemampuan
finansialnya, pilihan yang tersedia adalah
mengajukan KPR atau tidak, serta
pertimbangan harga rumah dan uang muka
(down payment) rumah yang diinginkan (Kadin
Indonesia, 2018).
Lebih lanjut, pembelian rumah juga
dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal merupakan atribut dalam rumah
yang disebut physical attributes, sedangkan
faktor eksternal merupakan kondisi sekitar
rumah yang disebut neighbourhood. Faktor
internal meliputi ukuran, jumlah ruangan, dan
layout dari rumah. Faktor eksternal meliputi
lokasi, aksesibilitas ke fasilitas umum, dan
lingkungan (Thaker & Sakaran, 2016). Kedua
faktor ini merupakan faktor yang subjektif bagi
tiap-tiap individu, bergantung pada kelas sosial,
budaya, dan gaya hidup (Gibler & Nelson,
2003; Manstead, 2018).
Kumar & Khandelwal (2018) menyatakan
bahwa selain faktor internal dalam membeli
rumah, juga terdapat faktor lain yaitu faktor
fisik atau struktur yaitu konstruksi yang baik
untuk rumah yang dibangun, interior yang ada
pada bagian dalam rumah, ventilasi, dan
jaringan listrik dan air; faktor fasilitas dan
lingkungan sekitar seperti lokasi rumah; faktor
finansial seperti harga rumah, serta ketersediaan
Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Pendapatan
yang stabil diperlukan untuk membayar uang
muka kepemilikan rumah agar bisa
mendapatkan pinjaman hipotek. Lokasi
merupakan salah satu faktor yang penting bagi
konsumen perumahan dan tentunya berdampak
pada nilai atau harga properti. Dalam pembelian
rumah, keputusan bukan hanya dari individu
atau personal, namun pihak keluarga dalam hal
ini orang tua juga diperlukan dalam
pengambilan keputusan. Faktor keluarga turut
berperan dalam pengambilan keputusan.
Faktor-faktor tersebut dijadikan pertimbangan
saat mengevaluasi pembelian rumah.
Dalam membeli rumah tentu saja ada
kendala finansial seperti ketidakterjangkauan
pendapatan yang erat kaitannya dengan faktor
finansial yaitu ketersediaan pinjaman rumah.
Pendapatan memegang peranan penting bagi
generasi milenial dalam kepemilikan rumah
(Abidoye, et al., 2020). Menurut Kurniawan,
Dewi, Maulatsih, & Gunadi (2020), beberapa
kendala terkait finansial lainnya adalah
ketidakterjangkauan pendapatan yang umumya
dialami oleh generasi milenial termasuk jangka
waktu pembayaran angsuran, beban suku bunga
dan kendala lainnya.
Berdasarkan fenomena di atas, maka
penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan, pertama
adalah mengungkapkan faktor-faktor yang
dipertimbangkan generasi milenial dalam
pemilihan rumah. Kedua, mengungkapkan
kendala finansial yang dihadapi generasi
milenial untuk memiliki rumah yang
diinginkan. Penelitian ini diharapkan mampu
memberikan pemahaman tentang perilaku
generasi milenial dalam memilih rumah tinggal
sehingga dapat digunakan sebagai penentuan
strategi pemasaran produk rumah yang
ditawarkan pada generasi tersebut serta
kaitannya dengan kemampuan finansialnya.
Keinginan individu dalam kepemilikan
rumah berkaitan dengan faktor internal yaitu
status perkawinan, tingkat pendapatan,
pendidikan dan lain sebagainya. Stabilitas
perkawinan dan kepemilikan rumah
menunjukkan individu yang telah melakukan
pembelian rumah memiliki probabilitas rendah
untuk melakukan perceraian. Saat proses
mengambil keputusan pembelian, keputusan
bukan ditentukan secara individual atau
personal, namun keluarga dalam hal ini orang
Pertimbangan Generasi Milenial pada Kepemilikan Rumah dan Kendala Finansial
(Desy Delvina Wijaya, Njo Anastasia)
13
tua juga diperlukan dalam pengambilan
keputusan. Sebagai contoh, cara pandang
keluarga yang memiliki adat bahwa setelah
menikah harus memiliki rumah sendiri, atau
status sebagai anak tunggal menyebabkan
setelah menikah maka anak tidak boleh pisah
dengan orang tua (Abidoye, et al., 2020).
Faktor-faktor yang menjadi dasar
pertimbangan kepemilikan rumah dibahas lebih
lanjut, khususnya pada generasi milenial adalah
sebagai berikut:
1. Faktor internal, faktor yang timbul atas dasar
bentuk keinginan atau pemahaman personal.
Faktor ini diuraikan berdasarkan:
- Tingkat pendapatan setiap individu
bervariasi, penerimaan gaji juga
bervariasi seperti gaji harian, mingguan,
dan bulanan.
- Latar belakang pendidikan dimulai dari
tidak bersekolah, lulusan SD, lulusan
SMP, lulusan SMA/SMK, Sarjana atau
Diploma, bahkan tingkat pendidikan
lebih tinggi.
- Pekerjaan individu juga bervariasi mulai
dari tidak bekerja, ibu rumah tangga,
pegawai swasta/negeri, dan wiraswasta.
- Status pernikahan seperti belum menikah,
sudah menikah, atau cerai.
2. Faktor keluarga, merupakan gambaran latar
belakang keluarga individu seperti:
- Adanya dukungan finansial, menjadi
salah satu alasan individu dapat memiliki
rumah, karena pada umumnya dukungan
finansial dapat bersumber dari orang tua
ataupun pinjaman orang terdekat.
- Cara pandang, setiap individu memiliki
cara pandang berbeda-beda tentang
rumah. Individu yang suka kepraktisan
akan memilih untuk membeli apartemen
dibandingkan rumah, serta seseorang
yang memiliki keluarga besar akan
memilih rumah dibandingkan apartemen
sebagai tempat tinggalnya.
3. Faktor eksternal, timbul diakibatkan dari
lingkungan luar seperti fasilitas kredit serta
kemudahan kepemilikan rumah yang
didasari peraturan dan kebijakan yang ada.
(Abidoye, et al., 2020; Sulistyowati, 2013).
Selanjutnya, Kumar & Khandewal (2018)
mengklasifikasikan dasar-dasar kepemilikan
rumah menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. Faktor structure, merupakan faktor yang
terkait dengan konstruksi dan kondisi atau
keadaan bagian dalam rumah. Faktor ini
diuraikan berdasarkan:
- Kontruksi bangunan dari setiap rumah
berbeda-beda tergantung pada teknik
yang digunakan developer yang
membangun, juga tiap developer
menentukan spesifikasi bangunan untuk
rumah yang dibangun berbeda sehingga
mempengaruhi kualitas rumah yang
dibangun.
- Ketahanan terhadap api, secara umum
bahan yang dipakai untuk membangun
rumah tidak tahan terhadap api. Akan
tetapi apabila rumah tersebut dibangun
sendiri maka dapat ditambahkan material
yang tahan terhadap api.
- Reputasi dari developer, sangat penting
bagi individu dalam menentukan rumah
yang akan dibeli. Apabila developer
tersebut sudah memiliki nama di pasar
property, maka lebih memiliki peluang
dipercaya atas kualitas kerja dan hasil
bangunan yang dikerjakannya.
- Penampilan luar rumah dapat menarik
perhatian individu untuk membeli rumah
tersebut.
- Interior yang direncakan dan
diaplikasikan pada rumah dapat dijadikan
pertimbangan bagi calon pembeli, dan
memberikan nilai tambah bagi rumah
yang dijual tersebut.
- Pemandangan atau view dari rumah
sangat penting. Rumah yang menghadap
view alam atau kebun lebih menarik
dibanding view rumah yang menghadap
bangunan lain.
2. Faktor lokasi merupakan faktor penempatan
atau posisi rumah dan terkait dengan
lingkungan sekitar rumah pilihan. Faktor ini
diuraikan berdasarkan:
- Lokasi, penentuan posisi rumah yang
dipilih sangat penting bagi individu
apakah lokasi tersebut di perkotaan atau
di desa.
- Kedekatan dengan amnenitas, kedekatan
dengan lokasi-lokasi penting seperti
rumah sakit, sekolah, jalan tol, mall,
supermarket menjadi pertimbangan
individu dalam membeli rumah.
- Lokalitas dan garasi yang disediakan
pada rumah pilihan sangat penting karena
JMAP Vol. 1 No. 2, Desember 2021, hal. 11-20
14
pada umumnya akses parkir yang mudah
dan terfasilitasi merupakan pilihan
individu yang memiliki mobil
(kemungkinan lebih dari satu).
3. Faktor finansial timbul berdasarkan
kemampuan finansial individu yang akan
melakukan pembelian rumah. Faktor ini
diuraikan berdasarkan:
- Harga, merupakan indikator utama bagi
individu untuk membeli rumah, sebab
kemampuan finansial yang dimiliki setiap
individu berbeda-beda.
- Ketersediaan pinjaman rumah atau Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) yang disediakan
oleh developer atau bank-bank yang
diajak kerjasama sangat membantu
individu dalam membeli rumah.
- Biaya pemeliharaan juga menjadi
pertimbangan bagi individu saat memilih
rumah, seperti iuran kebersihan dan
keamanan.
Proses perencanaan keuangan untuk
pengeluaran operasional, pembiayaan (kredit),
dan investasi berguna untuk mengoptimalkan
situasi keuangan seseorang (Redhead, 2008).
Pendapatan memegang peranan penting bagi
generasi milenial dalam kepemilikan rumah
(Abidoye, et al., 2020). Jika pendapatan yang
diperoleh lebih kecil dari pengeluaran maka
diperlukan dana tambahan yaitu pinjaman,
sedangkan jika pendapatan lebih besar dari
pengeluaran maka selisih tersebut dapat
digunakan untuk dana tabungan atau dana
investasi. Pembelian rumah memerlukan
pengeluaran yang besar dan kemungkinan besar
sebagian dibiayai oleh pinjaman (melalui
hipotek). Pertimbangan seperti jumlah tahun
yang diperlukan untuk melakukan pelunasan
pembayaran hutang, kemampuan pembayaran
cicilan tiap bulan, melibatkan manajemen
kredit. Pengelolaan kredit diperlukan untuk
mereduksi resiko akibat perubahan tingkat suku
bunga dan besarnya pembayaran cicilan per
bulan (Redhead, 2008; Kapoor, et al., 2016).
Kendala finansial adalah keterbatasan
individu mendapatkan modal dari sumber-
sumber pendanaan yang tersedia untuk
berinvestasi (Bassetto & Kalatzis, 2011).
Beberapa kendala terkait finansial adalah
ketidakterjangkauan pendapatan yang umumya
dialami oleh generasi milenial. Jangka waktu
angsuran dan kemampuan membayar angsuran
dari pendapatan bulanan juga merupakan faktor
kendala finansial dalam keputusan membeli
rumah. Selain itu, suku bunga yang rendah
dalam pinjaman yang lunak juga sebagai
kendala finansial (Kurniawan, et al., 2020).
2. METODE PENELITIAN
Penelitian eksploratif kuantitatif digunakan
sebagai metode penelitian untuk
mengeksplorasi variabel yang diteliti dengan
populasi yaitu masyarakat Surabaya. Teknik
purposive sampling digunakan untuk mencari
responden sesuai kriteria sebagai berikut:
1. Individu, lahir pada tahun kelahiran 1981-
1996 (kategori generasi milenial), yaitu
umur 35-40 tahun.
2. Generasi milenial yang memiliki niat untuk
membeli rumah, sudah masuk pada
kelompok pekerja, atau yang sudah menikah.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner
secara online yaitu google form pada periode
FebruariApril 2020 untuk mengumpulkan data
primer yaitu demografi responden dan variabel
penelitian yaitu internal, eksternal, keluarga
(Abidoye, et al., 2020), struktur, lokasi,
finansial serta kendala finansial (Kumar &
Khandelwal, 2018) yang dialami generasi
milenial untuk kepemilikan rumah. Penelitian
ini mereduksi indikator variabel menjadi faktor-
faktor yang dipertimbangkan generasi milenial
untuk memiliki rumah.
Setelah data terkumpul maka dilakukan
pemilihan data yang layak dengan melakukan
uji validitas dan uji reliabilitas menggunakan
SPSS. Uji validitas merupakan sebuah proses
untuk menguji data penelitian, analisa dan
interpretasi untuk menentukan kebenaran atau
kredibilitas data tersebut, dengan keputusan
dinyatakan valid jika nilai signifikansi < 0,05.
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui
konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur
dapat diandalkan dan hasilnya akan tetap
konsisten ketika hitungan tersebut diulang dan
dinyatakan reliabel jika Cronbach’s Alpha
nilainya > 0.6 (Priyatno, 2010).
Tahapan berikutnya adalah statistik
deskriptif, digunakan untuk mendeskripsikan
latar belakang demografi responden tentang
hubungan segmentasi demografi dan
segmentasi psikografi pada cluster variabel
penelitian. Selanjutnya, dilakukan analisis
faktor Exploratory Factor Analysis (EFA) yang
digunakan untuk mereduksi elemen pembentuk
Pertimbangan Generasi Milenial pada Kepemilikan Rumah dan Kendala Finansial
(Desy Delvina Wijaya, Njo Anastasia)
15
faktor yang ada agar memperoleh faktor yang
penamaannya didasarkan pada elemen
pembentuk faktor yang ditemukan. Hasil uji
melihat analisa faktor dilihat pada nilai KMO >
0,5 dan Barlette’s Test < 0,05. Langkah uji
kedua adalah uji Kendall-W untuk mengetahui
keselarasan dari sekelompok subjek (orang)
dalam menilai objek tertentu.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Responden adalah generasi milenial yang
berusia 35-40 tahun dan memiliki rencana
untuk membeli rumah. Hasil seleksi
menampilkan 273 responden namun 38
responden tidak memenuhi syarat sehingga
analisa data dilakukan pada 235 responden yang
telah memenuhi syarat sesuai kriteria sampel.
Tabel 1. Deskriptif responden
Informasi
Frekuensi
Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki
102
43,40
Perempuan
133
56,60
Usia
35
63
26,80
36
45
19,10
37
33
14,00
38
34
14,50
39
26
11,10
40
34
14.50
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
35
14,90
Wiraswasta
99
42.10
Pegawai Negeri
23
9,80
Pegawai Swasta
78
33,20
Berencana untuk membeli rumah
Ya
235
235,00
Tidak
0
0,00
Kesulitan untuk membeli rumah
Ya
181
77,00
Tidak
54
23,00
Berapa lama berencana untuk membeli rumah
<3 tahun
99
42,1
4-6 tahun
101
43,00
>7 tahun
35
14,90
Informasi
Frekuensi
Persentase (%)
Melakukan perencanaan keuangan untuk
perencanaan pembelian rumah
Ya
225
95,70
Tidak
10
4,30
Rencana Keuangan
Melakukan investasi
diproduk keuangan
180
76,60
Meminta bantuan
orang tua
46
19,60
Belum memiliki
rencana
9
3,80
Sumber: olahan data, 2021
Tabel 1 menampilkan perbandingan
responden laki-laki dan perempuan adalah 43,4
persen dan 56,6 persen. Mayoritas responden
berusia 35 tahun (26,8 persen), bekerja sebagai
wiraswasta (42,10 persen). Dari 235 reponden
yang memenuhi kriteria sample, 77 persen
mengalami kesulitan untuk membeli rumah,
meskipun 95,7 persen telah melakukan
perencanaan keuangan dengan tujuan
pembelian rumah melalui investasi di produk
keuangan yang berbentuk saham, reksadana,
obligasi, dan lainnya.
Tabel 2 menunjukkan urutan faktor yang
dipertimbangkan generasi milenial dalam
kepemilikan rumah dengan memperhatikan
nilai mean, standar deviasi, nilai Measures of
Sampling Adequacy (MSA), dan nilai
communalities. Nilai mean menunjukkan
tendensi persepsi responden terhadap
pernyataan setiap indikator, semakin kecil nilai
mean menyatakan ketidak-setujuan pernyataan,
demikian pula sebaliknya. Standar deviasi
menyatakan rata-rata jarak simpangan data
setiap indikator, semakin kecil nilai standar
deviasi, maka semakin mendekati rata-rata; jika
nilai standar deviasi semakin besar, semakin
lebar rentang variasi datanya. Jadi, standar
deviasi merupakan ukuran besarnya perbedaan
dari nilai sampel terhadap rata-rata. Nilai MSA
dan nilai communalities menunjukkan nilai > 05
maka tetap digunakan pada analisa selanjutnya.
JMAP Vol. 1 No. 2, Desember 2021, hal. 11-20
16
Tabel 2. Faktor Pertimbangan Generasi Milenial
Kode
Pernyataan
Mean
Nilai
MSA
Nilai
Communalities
Faktor 1: Faktor Keluarga dan Eksternal
X2.1
Saya membeli rumah karena rujukan dari
keluarga
3,97
.874
.515
X2.2
Saya membeli rumah karena adat keluarga
yang harus berpisah rumah dari orangtua
setelah menikah
3,87
.855
.566
X2.3
Saya membeli rumah karena memiliki
dukungan finansial dari keluarga
4,01
.879
.498
X2.4
Saya membeli rumah karena adanya
perselisihan dalam keluarga
3,59
.794
.634
X2.5
Saya membeli rumah karena ingin memiliki
tempat tinggal yang tetap untuk istri, dan
anak-anak saya
4,39
.808
.584
X3.1
Saya membeli rumah karena adanya
kemudahan dalam pengurusan surat-surat
4,18
.882
.435
X3.4
Saya membeli rumah karena yakin akan
ketersediaan lapangan kerja
4,16
.924
.465
X4.9
Saya membeli rumah karena adanya reputasi
dari developer
4,11
.892
.611
X5.1
Saya membeli rumah karena memiliki lokasi
yang dekat dengan tempat kerja saya
4,39
.862
.405
X5.2
Saya membeli rumah karena jauh dari lokasi
bising
4,22
.903
.297
X6.2
Saya membeli rumah karena adanya
ketersediaan pinjaman rumah
4,12
.884
.438
Faktor 2: Faktor Finansial dan lingkungan
X4.4
Saya membeli rumah karena kondisi rumah
aman dari banjir
4,34
.860
.361
X6.1
Saya membeli rumah karena harga yang
sesuai dengan budget yang saya miliki
4,54
.849
.456
X6.3
Saya membeli rumah karena cicilan mampu
saya penuhi
4,32
.905
.539
X6.4
Saya membeli rumah karena tidak terdapat
biaya pemeliharaan rumah
4,29
.866
.425
X6.5
Saya membeli rumah karena biaya
pemeliharaan rumah masih masuk dalam
budget saya
4,20
.905
.486
X6.6
Saya membeli rumah karena merasa sanggup
membayar biaya down payment dan
cicilannya
4,26
.912
.516
X6.7
Saya membeli rumah karena adanya free
BPHTB
4,35
.899
.456
Faktor 3: Faktor Structure
X3.2
Saya membeli rumah karena tipe rumah yang
saya inginkan tersedia
4,34
.883
.455
X3.3
Saya membeli rumah setelah mengamati
kondisi perekonomian yang stabil
4,29
.938
.439
X4.1
Saya membeli rumah setelah mengamati
kondisi rumah yang dibangun dengan baik
4,41
.888
.472
X4.2
Saya membeli rumah karena bahan yang
dipakai kuat
4,34
.843
.557
X4.3
Saya membeli rumah karena yakin
ketahanannya terhadap api
4,23
.937
.440
X4.5
Saya membeli rumah karena penampilan
rumah seperti yang saya inginkan
4,43
.894
.544
Pertimbangan Generasi Milenial pada Kepemilikan Rumah dan Kendala Finansial
(Desy Delvina Wijaya, Njo Anastasia)
17
Kode
Pernyataan
Mean
Nilai
MSA
Nilai
Communalities
X4.6
Saya membeli rumah karena interior dalam
rumah yang bagus
4,38
.844
.665
X4.7
Saya membeli rumah karena mendapat full
furnished
4,20
.903
.457
X6.8
Saya membeli rumah karena free jasa interior
4,25
.884
.290
Faktor 4: Faktor Internal
X1.2
Saya membeli rumah karena ingin untuk
menikah
4,33
.868
.581
X1.3
Saya membeli rumah karena ingin
membesarkan anak
4,14
.848
.429
X1.4
Saya membeli rumah karena alasan
pencapaian pribadi
4,41
.888
.361
X2.5
Saya membeli rumah karena ingin memiliki
tempat tinggal yang tetap untuk istri, dan
anak-anak saya
4,39
.808
.584
Faktor 5: Faktor Selera/Preferensi
X1.1
Saya membeli rumah karena ingin memiliki
tempat tinggal
4,61
.809
.538
X4.8
Saya membeli rumah karena tertarik dengan
pemandangan dari dalam rumah
4,37
.889
.588
X5.4
Saya membeli rumah karena lokasi di pusat
kota
4,19
.891
.495
Sumber: olahan data, 2021
Hasil uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO)
menampilkan nilai 0.849 > 0,5 dan Bartlett's
Test of Sphericity 0.000 < 0,05, maka dapat
dikatakan bahwa data baik untuk analisa faktor.
Nilai MSA tiap indikator juga memenuhi syarat
> 0,5 dan setelah dirotasi menggunakan teknik
Varimax maka terbentuk faktor baru. Hasil
analisis faktor menunjukkan lima faktor baru
terbentuk dari 35 indikator yang digunakan
sebagai pengukuran dari penelitian terdahulu
terkait faktor-faktor yang dipertimbangkan
dalam pembelian rumah. Kelima faktor bagi
generasi milenial saat mempertimbangkan
pembelian rumah adalah faktor keluarga dan
eksternal, faktor finansial dan lingkungan,
faktor structure, faktor internal, dan faktor
selera atau preferensi.
Tabel 3 menampilkan urutan prioritas
kesulitan finansial pada generasi milenial
dimulai dari kondisi ketidakmampuan membeli
rumah dikarenakan tidak adanya bantuan dari
pihak orang terdekat. Rangking terakhir adalah
kesulitan finansial dikarenakan keterbatasan
pada penghasilan yang diperoleh.
Tabel 3. Prioritas Kendala Finansial
Kode
Pernyataan
Mean
Rank
KF1
Saya tidak membeli rumah
karena tidak adanya
pinjaman dari orang terdekat
2.76
KF2
Saya tidak membeli rumah
karena uang muka yang
besar
2.99
KF3
Saya tidak membeli rumah
karena pengeluaran untuk
kebutuhan sehari-hari yang
sudah cukup besar
3.03
KF4
Saya tidak membeli rumah
karena tidak adanya fasilitas
cicilan dengan nominal yang
kecil
3.05
KF5
Saya tidak membeli rumah
karena adanya keterbatasan
dalam penghasilan saya
3.17
Sumber: olahan data, 2021
Penelitian ini membuktikan bahwa
dukungan keluarga, perselisihan keluarga,
kemudahan dalam administrasi kepemilikan
rumah, reputasi developer, tersedianya
lapangan kerja, serta jauh atau tidaknya lokasi
kerja merupakan faktor yang paling
dipertimbangkan oleh generasi mienial dalam
pembelian rumah disebut faktor keluarga dan
eksternal. Faktor keluarga seperti cara pandang
JMAP Vol. 1 No. 2, Desember 2021, hal. 11-20
18
keluarga yang berhubungan dengan adat bahwa
setelah menikah harus memiliki rumah sendiri,
atau status sebagai anak tunggal sehingga
setelah menikah tidak boleh pisah dengan orang
tua turut berperan dalam pertimbangan
responden memutuskan melakukan pembelian
rumah. Hal ini sesuai penelitian Abidoye,
Puspitasari, Sunindijo, & Adabre (2020) bahwa
keinginan dari individu untuk memiliki sebuah
rumah berkaitan dengan faktor internal dan
keluarga bukan hanya dari individu atau
personal melainkan keluarga dalam hal ini
orang tua juga diperlukan dalam pengambilan
keputusan pembelian rumah.
Selain faktor keluarga dan eksternal,
terdapat faktor structure dengan pengukuran
tentang rumah yang dibangun sesuai dengan
konstruksi yang baik, interior yang ada pada
dalam rumah, ketahanan terhadap api, dan
adanya jasa interior merupakan pertimbangan
kedua untuk pembelian rumah oleh generasi
milenial. Sesuai dengan penelitian Kumar &
Khandelwal (2018) dalam mengevaluasi
kepemilikan rumah, individu menganalisis
kondisi rumah yang nantinya akan
dipertimbangkan untuk dipilih seperti quality
construction, jumlah kamar tidur, jumlah kamar
mandi, interior, dan eksterior dikategorikan
dalam faktor structure.
Sedangkan fasilitas, lingkungan, dan
finansial dikelompokan menjadi satu nama
faktor yaitu faktor finansial dan lingkungan
sebagai pertimbangan ketiga. Lokasi rumah
dekat dengan fasilitas umum, tersedia garasi,
rumah aman dari banjir, serta harga dan biaya
yang timbul akibat kepemilikan rumah tersebut.
Kumar & Khandelwal (2018) juga
membuktikan bahwa faktor finansial terdiri
harga rumah, tersedianya fasilitas pinjaman,
jumlah cicilan dan uang muka (down payment)
menjadi pertimbangan terbesar dalam
kepemilikan rumah. Terutama adanya biaya
yang timbul setelah rumah tersebut dimiliki,
seperti biaya keamanan dan kebersihan sekitar
perumahan, serta biaya pengurusan akta jual
beli.
Pertimbangan keempat yaitu perkawinan
dan pencapaian pribadi dikelompokkan menjadi
satu faktor yaitu faktor internal. Hal ini serupa
dengan penelitian Abidoye, Puspitasari,
Sunindijo, & Adabre (2020), bahwa keinginan
dari individu untuk memiliki sebuah rumah
berkaitan dengan faktor internal yaitu status
perkawinan, tingkat pendapatan, dan
pencapaian pribadi, dimana pasangan yang
sudah membeli rumah menunjukkan
probabilitas tingkat rendah untuk melakukan
perceraian. Faktor selera atau preferensi
merupakan faktor kelima untuk kepemilikan
rumah disebabkan keinginan memiliki tempat
tinggal yang tetap yang memiliki pemandangan
pada rumah yang dipilih, sebab memberikan
nilai tambah atas pemandangan bagus dari
dalam rumah. Pada umumnya, pemandangan
dari dalam rumah turut meningkatkan harga jual
rumah tersebut, sehingga individu perlu
mempertimbangkan kondisi finansialnya jika
memiliki preferensi atau selera tambahan
tersebut.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan analisa yang
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
ditemukan 5 (lima) faktor baru yang terbentuk
dari analisa faktor, yaitu faktor keluarga dan
eksternal, faktor finansial dan lingkungan,
faktor structure, faktor internal, dan faktor
selera atau preferensi yang menjadi
pertimbangan generasi Milenial dalam
kepemilikan rumah. Keputusan Generasi
Milenial dalam kepemilikan rumah sangat erat
kaitannya dengan kemampuan finansial, oleh
sebab itu terdapat beberapa kendala finansial
yang penting untuk dipertimbangkan dalam
kepemilikan rumah seperti ketersediaan
fasilitas pinjaman.
Pada penelitian selanjutnya, disarankan
faktor aksesbilitas, hukum dan fasilitas umum
seperti pendidikan, kesehatan perlu
ditambahkan terkait pertimbangan kepemilikan
rumah. Jenis properti hunian juga dapat diteliti
lebih spesifik untuk apartemen terutama pada
generasi lain seperti gen Z. Apartemen memiliki
keunikan terkait adanya beragam fasilitas yang
tidak tersedia pada hunian rumah tinggal,
seperti gym, fasilitas kolam renang, fasilitas
tempat parkir, minimarket atau laundry. Hal ini
dapat menjadi pertimbangan pada generasi lain
yang mencari kemudahan, kenyamanan dan
kedekatan.
Penelitian ini memberikan kontribusi positif
bagi pihak developer yang memiliki segmen
pasar generasi milenial, sehingga dapat
menentukan strategi pemasaran dan desain
produk yang disesuaikan dengan kebutuhan
atau gaya hidup generasi milenial. Pihak
Pertimbangan Generasi Milenial pada Kepemilikan Rumah dan Kendala Finansial
(Desy Delvina Wijaya, Njo Anastasia)
19
perbankan juga dapat bekerja sama dengan
pihak developer untuk memasuki celah pasar
dari generasi milenial sehubungan dengan
kemampuan finansialnya. Fasilitas kredit
dengan periode lebih panjang, bunga kredit
yang ringan, pembayaran uang muka yang
dapat dicicil merupakan salah satu cara menarik
minat generasi milenial untuk memilih KPR
sebagai salah satu pembayaran yang
ditawarkan. Generasi milenial cenderung
menghindari pembayaran tunai dikarenakan
tidak adanya dukungan finansial dari orang tua,
serta masih rendahnya penghasilan yang
diperoleh untuk membayar rumah tersebut.
Bagi generasi milenial, disarankan untuk
melakukan investasi agar dapat mencapai
tujuan keuangan yaitu pemilikan rumah di masa
datang sekaligus mendapatkan passive income.
DAFTAR PUSTAKA
Abidoye, R. B., Puspitasari, G., Sunindijo, R. &
Adabre, M., 2020. Young adults and
homeownership in Jakarta, Indonesia.
International Journal of Housing Markets
and Analysis, 14(2), pp. 333-350. [Online]
Bank Indonesia, 2018. Harga properti
residensial tumbuh melambat. Survei Harga
Properti Residensial Triwulan II - 2018, pp.
1-11.
Bassetto, C. F. & Kalatzis, A. E., 2011.
Financial distress, financial constraint and
investment decision: Evidence from Brazil.
Economic Modelling, 28(1-2), pp. 264-271.
Gibler, K. M. & Nelson, S., 2003. Consumer
behaviour applications to real estate
education. Journal of Real Estate Practice
and Education, 6(1), pp. 63-89. [Online]
Kadin Indonesia, 2018. Millenial, jangan takut
membeli properti. [Online]
Available at:
https://www.nusakini.com/news/millenial-
jangan-takut-membeli-properti
[Accessed 20 Maret 2021].
Kapoor, J. R., Dlabay, L. R., Hughes, R. J. &
Hart, M. M., 2016. Focus on personal
finance: An active approach to help you
achieve financial literacy. 5th ed. New
York: McGraw-Hill Education.
Kumar, Y. & Khandelwal , U., 2018. Factors
affecting buying behaviour in the purchase
of residential property: A factor analysis
approach. International Journal on
Customer Relations, 6(2), pp. 27-32.
[Online]
Kurniawan, C., Dewi, L. C., Maulatsih, W. &
Gunadi, W., 2020. Factors influencing
housing purchase decisions of millennial
generation in Indonesia. International
Journal of Management, 11(4), pp. 350-
365. [Online]
Manstead, A. S. R., 2018. The psychology of
social class: How socioeconomic status
impacts thought, feelings, and behaviour.
The British Journal of Social Psychology,
57(2), pp. 267-291. [Online]
Njo, A., Made-Narsa, I. & Irwanto, A., 2017.
Dual process of consumption and
investment motives in residential market
Indonesia. Melbourne, Australia, Springer,
pp. 550-556.
Primadhyta, S. & Fauzi, Y., 2017. Gaji cuma
naik tipis, generasi milenial sulit beli
rumah. [Online]
Available at:
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/2
0170203081851-92-191002/gaji-cuma-
naik-tipis-generasi-milenial-sulit-beli-
rumah
[Accessed 6 Pebruari 2021].
Priyatno, D., 2010. Teknik mudah dan cepat
melakukan analisis data penelitian dengan
SPSS dan tanya jawab ujian pandadaran.
Yogyakarta: Gaya Media.
Redhead, K., 2008. Personal finance and
investment: A behavioural finance
perspective. USA and Canada: Routledge.
Shutterstock, 2018. Tantangan generasi
milenial untuk punya rumah. [Online]
Available at:
https://economy.okezone.com/read/2018/0
4/29/470/1892600/tantangan-generasi-
milenial-untuk-punya-rumah
[Accessed 18 Maret 2021].
Sulistyowati, E., 2013. Motivasi dan perilaku
konsumen dalam keputusan pembelian
produk industri kerajinan kulit di
Yogyakarta. Jurnal Maksipreneur, 2(2), pp.
17-26. [Online]
Thaker, H. M. & Sakaran, K. C., 2016.
Prioritisation of key attributes influencing
the decision to purchase a recidential
property in Malaysia : an analytic hierarchy
process (AHP) approach. International
Journal of Housing Markets and Analysis,
9(4), pp. 447-467. [Online]
JMAP Vol. 1 No. 2, Desember 2021, hal. 11-20
20
Wijayanti, T. N., 2019. Pengaruh religius,
promosi, dan reputasi terhadap minat
generasi milenial menggunakan produk
pembiayaan KPR pada bank syariah.
Equilibrium Jurnal Pendidikan, 8(2), pp. 1-
3. [Online]
... Adapun hal ini ditunjukkan bahwa bukan hanya orang yang lebih dewasa saja namun para generasi milenial atau setiap penduduk Indonesia yang mulai beranjak dewasa pun ikut berlomba dalam memilih dan mulai mempunyai rumah untuk keperluan pribadinya [3]. Terkait hal tersebut, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi bahan pertimbangan para generasi milenial dalam memilih rumah diantaranya ialah faktor internal yang meliputi pendidikan, pekerjaan hingga pendapatan orang tersebut, lalu faktor keluarga, dan faktor eksternal yang meliputi fasilitas kredit serta kebijakan-kebijakan yang ada terkait tempat tinggal. ...
... Penelitian [3] menyatakan bahwa faktor yang menjadi bahan pertimbangan generasi milenial dalam mulai memiliki rumah ialah faktor keuangan dan lingkungan , keluarga dan eksternal, kondisi fisik dari rumah tinggal, internal dan selera dari masing-masing individu. Sedangkan kendala finansial utama yang terjadi pada generasi milenial, tidak tersedianya dukungan finansial dari orang terdekat sehingga ragu melakukan pembelian rumah. ...
Article
Full-text available
The need for a place to live is one that many people prepare, both millennials and adults and the elderly. With the continued increase in population growth in Indonesia and increasing public interest in buying a place to live early on, this can make not all groups of people have a place to live or a house that is quite livable. Related to this, the public needs up-to-date information related to predictions of house prices both for housing and second-hand housing prices for planning purposes in the future. The purpose of this study is to carry out a comparative analysis of the prediction results of house prices with several Machine Learning algorithms consist of Linear Regression, Random Forest Regression and Gradient Boosted Trees Regression. Evaluation for all the method applying Cross-Validation. The evaluation is seen from the smallest Root Mean Square Error (RMSE) error rate of each testing method. The results of this study are the Random Forest Regression obtained an RMSE value of 0.440, the Linear Regression model obtained an RMSE value of 0.515 and the RMSE value of Gradient Boosted Trees Regression of 0.508. The results were obtained from testing a dataset of 2011 records with a division of 80% for data training and 20% for data testing, the data has 6 attributes used in testing including house prices, land area, building area, number of bathrooms, number of bedrooms and the number of garages. In this study, prediction results using the Random Forest Regression method yielded the highest accuracy of 81.5% compared to the Linear Regression and Gradient Boosted Trees Regression methods.
... According to (Wijaya & Anastasia, 2021), financial capability is closely related to decisions in home ownership. Financial factors are one of the main factors considered when deciding to buy a house. ...
Article
This study aims to analyze the influence of service quality and brand image on the marketing performance of Bank Tabungan Negara (BTN) Home Ownership Loan (KPR) products in South Sulawesi Province, with trust as a mediating variable. The main issue faced by BTN as the pioneer of KPR is the stagnation in the realization of KPR BTN products in South Sulawesi Province. The research employed a quantitative approach by collecting data through a survey of marketing developers with a sample size of 123. The sampling method used was purposive sampling. Data analysis was conducted using structural equation modelling (SEM). The findings indicate that service quality does not have a significant direct effect on marketing performance. The relationship between these two variables must be mediated by trust. Meanwhile, brand image has a positive and significant effect on marketing performance. Furthermore, trust in KPR products was proven to act as a mediating variable that strengthens the relationship between service quality, brand image, and marketing performance. These findings emphasize the importance of improving service quality and managing a strong brand image to build customer trust, thereby enhancing overall marketing performance
... Menurut sebuah penelitian (Wijaya et al., 2021) pertimbangan utama bagi generasi milenial dalam memulai kepemilikan rumah meliputi faktor keuangan dan lingkungan, hubungan keluarga dan faktor eksternal, kondisi fisik rumah, serta preferensi dan selera indi vidu. Kendala finansial utama yang dihadapi oleh generasi milenial adalah kurangnya dukungan finansial dari keluarga atau orang terdekat, yang menyebabkan kekhawatiran dan keraguan dalam melakukan pembelian rumah. ...
Article
Full-text available
Kebutuhan akan rumah sebagai tempat tinggal utama semakin meningkat di Indonesia akibat pertumbuhan penduduk yang pesat. Selain sebagai kebutuhan dasar, rumah juga dipandang sebagai investasi berharga dengan nilai yang dapat berubah seiring waktu. Keragaman informasi harga perumahan seringkali membingungkan masyarakat dalam memilih rumah yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan model yang dapat mensimulasikan harga berdasarkan preferensi dan kemampuan masyarakat. Data dikumpulkan menggunakan teknik web scraping dengan batasan berlokasi di Jakarta Pusat. Prediksi harga rumah dilakukan menggunakan algoritma Regresi Linear, Support Vector Machine (SVM), dan Random Forest (RF). Hasil prediksi menunjukkan bahwa luas tanah dan luas bangunan merupakan variabel dengan pengaruh terbesar terhadap harga rumah. Dari pengujian yang dilakukan, Random Forest menunjukkan performa terbaik dengan nilai mean absolute error (MAE) 3023,501, root meansquared error (RMSE) 7112,713, koefisien determinasi (R²) 0,942, dan mean absolute percentage error (MAPE) 0,269.
... The persistent disparity between housing demand and supply is attributable to multiple factors, including the rapid population growth that has occurred without adequate housing construction. Wijaya & Anastasia (2021) have demonstrated that this increase in demand has not been met by a corresponding increase in housing supply, thereby contributing to rising house prices. Baidarus et al. (2023) have identified a backlog of home ownership, characterized by a discrepancy between the number of houses required by the community and the number of houses available. ...
Article
Full-text available
The objective of this study is to examine the impact and influence of the Borne by Government Value-Added Tax (PPN-DTP) facility in the housing sector on the backlog rate of homeownership in Indonesia. Additionally, the research seeks to assess the effectiveness of this facility and its potential correlation with housing bubbles, as well as to provide relevant recommendations for future PPN-DTP policies in the housing sector. The study employs a mixed-methods approach, combining descriptive qualitative and quantitative methodologies. Primary data were collected through interviews with academics, officials from the Directorate General of Taxes, and taxpayers. Furthermore, the study utilized secondary data from public documents published by the Central Statistics Agency, the Ministry of Public Works and Housing, Bank Indonesia, and the Ministry of Finance of the Republic of Indonesia. The findings indicate that the PPN-DTP facility in the housing sector has a strong, positive, and significant impact and has proven effective in reducing the homeownership backlog in Indonesia. However, the sustainability of this facility in the long term requires further review, particularly regarding the eligibility criteria for beneficiaries and the urgency of strengthening oversight of the PPN-DTP facility by the Directorate General of Taxes to optimize its outcomes for the Indonesian public.
... Mengintegrasikan teknologi energi terbarukan dalam hunian milenial tidak hanya mengurangi biaya energi tetapi juga mengurangi dampak lingkungan. Solusi hunian pertama yang memperhatikan kedua SDGs ini akan membantu generasi milenial mencapai kestabilan finansial dan kualitas hidup yang lebih baik, sambil mendukung keberlanjutan lingkungan dan menciptakan komunitas perkotaan yang lebih hijau dan Tangguh (Wijaya, 2021). ...
Article
Full-text available
Generasi milenial berusia 25-40 tahun banyak yang belum memiliki hunian pertama. Di Amerika Serikat, hanya sekitar 37% milenial yang memiliki hunian pribadi, meski minat terhadap properti meningkat dengan pencarian online mencapai 26,4% pada tahun 2022. Namun, mereka menghadapi kesulitan finansial akibat harga properti tinggi dan pendapatan yang tidak sebanding. Di Indonesia, bonus demografi 2020-2035 meningkatkan kebutuhan perumahan terjangkau bagi milenial, yang juga menghadapi lingkungan kerja yang kurang nyaman. Kota Yogyakarta, dengan potensi investasi ekonomi di bidang properti, menghadapi tantangan menyediakan perumahan terjangkau karena kenaikan harga properti yang tidak sebanding dengan pertumbuhan pendapatan. Solusi inovatif dan berkelanjutan diperlukan, selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang menekankan kota inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan wawancara semi-terstruktur dan analisis data NVivo, berfokus mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan milenial di Yogyakarta dalam memiliki properti, memahami kebutuhan desain properti yang sesuai dengan pendapatan mereka, dan mencari solusi desain properti terjangkau dan relevan. Faktor utama yang mempengaruhi kesulitan tersebut adalah gaya hidup dan prioritas berbeda, harga properti yang terus meningkat, dan kenaikan biaya hidup. Solusi desain properti yang sesuai dengan keterjangkauan generasi milenial meliputi fleksibilitas ruang, desain rumah lebih privat, ruang terbuka hijau, fokus pada fungsi, dan bangunan dengan beberapa massa.
... Situasi ini sering kali didorong oleh kondisi perumahan yang tidak memungkinkan seseorang untuk tinggal mandiri. Harga properti yang tinggi, terutama di daerah perkotaan, membuat banyak pasangan muda kesulitan untuk membeli rumah sendiri (Wijaya & Anastasia, 2021;Amalina et al., 2024;Annisa & Usman, 2021). Indeks harga perumahan di Indonesia terus meningkat, sehingga menyulitkan pasangan baru dan keluarga muda untuk memiliki rumah sendiri (Amalina et al., 2024;. ...
Article
Penelitian ini mengeksplorasi dinamika psikologis dalam relasi pasangan menikah yang tinggal bersama orang tua atau mertua di Indonesia. Tinggal bersama orang tua atau mertua adalah praktik umum yang didorong oleh faktor ekonomi dan budaya. Namun, kondisi ini sering kali mempengaruhi kemandirian pasangan, peran gender, komunikasi, pengambilan keputusan, dan dukungan emosional. Penelitian ini melibatkan 124 partisipan berusia 19-25 tahun (M = 20,4; SD = 1,64) dan menggunakan pendekatan grounded theory untuk menggali pengalaman mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa intervensi orang tua/mertua dalam rumah tangga meningkatkan ketergantungan dan ketidakpuasan pasangan. Tekanan sosial dan ekspektasi juga memperburuk konflik dan menurunkan kesejahteraan psikologis. Temuan ini menyoroti perlunya edukasi, konseling keluarga, dan kebijakan yang mendukung kemandirian pasangan untuk meningkatkan kesejahteraan dalam keluarga multigenerasi di Indonesia This study explores the psychological dynamics in the relationships of married couples living with their parents or in-laws in Indonesia. Co-residence with parents or in-laws is a common practice driven by economic and cultural factors. However, this situation often impacts the independence of couples, gender roles, communication, decision-making, and emotional support. The study involved 124 participants aged 19-25 years (M = 20.4; SD = 1.64) and employed a grounded theory approach to delve into their experiences. The findings indicate that parental/in-law intervention in household affairs increases dependency and dissatisfaction among couples. Social pressure and expectations also exacerbate conflicts and reduce psychological well-being. These findings highlight the need for education, family counseling, and policies that support couples' independence to enhance well-being in multigenerational households in Indonesia
... Millennials are interested in shaping and influencing workplace culture, practices, and management and seek social relevance at work (Childs et al., 2015). The millennial generation also has low financial ability, so they are less able to buy a house (Delvina Wijaya & Anastasia, 2021). ...
Article
Full-text available
The increasing population urges the need for space as a place to live in urban areas with limited land. In addition, the population of Batam City are dominated by millennials with low financial ability but high social capital. That can trigger the construction of illegal houses, which sometimes do not meet the criteria for settlements that are slums, reaching fifteen hectares in the Belian Village of Batam City Sub-District. It is necessary to adapt collaborative housing (co-housing) with minimal land use. However, it can provide space as a place to live and socialize as much as possible, including residents in building management. The methodology of this research is a qualitative method with a descriptive approach to the condition of the city of Batam, which is observed directly by paying attention to the strengths, weaknesses, opportunities, and threats, as well as co-housing design considerations. Thus, this study resulted in recommendations for the design of co-housing buildings with facilities and features close to the site, spatial layout and planning that are to the needs of the target user, a property model that is by the user's abilities, and screening and curation process that the user can accept. The sustainability of settlements can also be the result of adapting the co-housing concept in Batam.
... Effective promotional strategies and target orientation can enhance consumer awareness, but their impact may vary depending on market contexts (Kusumawati, 2018). The millennial generation's interest in homeownership affects preferences for financing products, but this decision is also influenced by factors such as economic stability, property market trends, and accessibility to finance products in different countries (Wijaya & Anastasia, 2021). This emphasizes that the influence of these factors on preferences for housing financing products in Islamic banks can vary based on the social, cultural, and economic contexts of each country or region. ...
Article
Full-text available
This study delves into the interest of millennials in the Home Ownership Financing (KPR) products offered by Islamic banks in Solo City, with a focus on the influence of religious aspects, promotions, and related factors. Through the application of quantitative methods, an analysis of primary data collected from 86 millennial respondents using a questionnaire and SPSS 23 analysis tool was conducted. The study results affirm that the level of religiosity and the effectiveness of promotions have a significant positive impact on the interest of millennials in choosing Home Ownership Financing products in Shariah banks. This finding underscores the importance of religious values and marketing strategies in influencing the preferences and decisions of millennials in adopting Shariah banking products, especially in terms of Home Ownership Financing in the Solo region. The implications of these findings provide valuable insights for the Islamic banking industry to better understand the motivations and preferences of millennials in choosing Home Ownership Financing products, as well as to design more effective marketing strategies to reach and attract this market more broadly and effectively.
Article
The housing development policy network is a system or framework used by the government or related organizations to plan, coordinate, and implement various policies related to housing development. The main objective of the housing development policy network is to create decent, affordable, and sustainable settlements for the population. According to the Ministry of Public Works and Public Housing (PUPR), there are 81 million millennial Indonesians who do not yet own a house. To overcome this problem, strong collaboration between the government and related stakeholders is needed in creating new residential locations. Not only that, marketing millennial housing requires a marketing strategy that is close to young people, namely through social media. Thus, it is hoped that it will open up greater opportunities for the millennial age group to have housing.
Article
Full-text available
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh secara parsial pendapatan, Islamic brand image dan preferensi konsumen terhadap keputusan pembelian Properti Syariah pada PT. Al Fath Land, mendeskripsikan pengaruh secara simultan pendapatan, Islamic brand image dan preferensi konsumen terhadap keputusan pembelian Properti Syariah pada PT. Al Fath Land. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2023 hingga Agustus 2023. Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan adalah bersumber dari data primer. Sampel data yang digunakan sebanyak 70 sampel dengan metode purposive sampling. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dan teknik analisis data menggunakan aplikasi IBM SPSS version 20. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial pendapatan tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian properti syariah pada PT. Al Fath Land, secara parsial Islamic brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian properti syariah pada PT. Al Fath Land, secara parsial preferensi konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian properti syariah pada PT. Al Fath Land, secara simultan pendapatan, Islamic brand image dan preferensi konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian properti syariah pada PT. Al Fath Land. Berdasarkan hasil penelitian di atas, implikasi pada penelitian ini menunjukkan bahwa varibel pendapatan, Islamic brand image dan preferensi konsumen memberikan kontribusi terhadap keputusan konsumen melakukan pembelian dan memberikan dampak yang baik untuk meningkatkan user pada PT. Al Fath Land.
Conference Paper
Full-text available
The thinking of dual process between conscious processes and unconscious processes generate a different decision. Thinking consciously produces rational decisions. However, a person's cognitive limitations makes him simplify complex scenarios then makes heuristics decision. This research aims to evaluate the relationship patterns of decision-making and dual motives on house purchases, time for buyer, and family life cycle in Indonesia. The data is collecting by distributing questionnaires to home buyers. The analysis shows that buyers have consumption motives in buying a house and they behave rational, while investors behave heuristics. Time for Buyers are not significant to decision model. Family Life Cycle is significant to decision model.
Article
Full-text available
Purpose: The main objective of this study is to find the relative importance of the various criteria that home buyers consider while evaluating the available alternatives. This study also attempts to categorize these variables into factors. Methodology: This is a descriptive research in which non-disguised and structured questionnaire having closed-ended questions. It was administered to collect data from the respondents. Findings: It was found in the study that financial factors are given the highest consideration while evaluating the alternatives by the residential property buyers. The variables could be grouped into six factors. Keywords: Residential Property Buying, Factors Affecting Home Buying Decision, Factor Analysis
Article
Full-text available
Drawing on recent research on the psychology of social class, I argue that the material conditions in which people grow up and live have a lasting impact on their personal and social identities and that this influences both the way they think and feel about their social environment and key aspects of their social behaviour. Relative to middle-class counterparts, lower/working-class individuals are less likely to define themselves in terms of their socioeconomic status and are more likely to have interdependent self-concepts; they are also more inclined to explain social events in situational terms, as a result of having a lower sense of personal control. Working-class people score higher on measures of empathy and are more likely to help others in distress. The widely held view that working-class individuals are more prejudiced towards immigrants and ethnic minorities is shown to be a function of economic threat, in that highly educated people also express prejudice towards these groups when the latter are described as highly educated and therefore pose an economic threat. The fact that middle-class norms of independence prevail in universities and prestigious workplaces makes working-class people less likely to apply for positions in such institutions, less likely to be selected and less likely to stay if selected. In other words, social class differences in identity, cognition, feelings, and behaviour make it less likely that working-class individuals can benefit from educational and occupational opportunities to improve their material circumstances. This means that redistributive policies are needed to break the cycle of deprivation that limits opportunities and threatens social cohesion.
Article
Full-text available
span class="fontstyle0">This study aims to determine the motivation and consumer behavior housewife and working woman in buying industri leather craft in Yogyakarta as well as to determine differences in motivation and behavior in both the consumer groups. By knowing the motivation and behavior of the consumer businesses industry leather craft can determine appropriate marketing strategy with the behavior of the market segment, so that could have an impact on the success of the business. From the results of recent research indicates that the information obtained by the two consumer groups are obtained from your friends as much as 52%, the rest of the other. Consumer behavior based on the influence in the purchase of leather, for the respondents indicate that employee that affect the purchase of craft leather 56% from friends, 19% from advertising, 17% from relation and 8% of the others. As for the housewife respondents shows that 32% of a friend, 32% of siblings, 24% from advertising and 12% from others. Consumer motivation in buying leather by the price factor of employee respondents showed a mean of 3.52 and respondents housewife at 3.53 which means it is very strong. Consumer motivation in buying leather craft design based on factors of employee respondents showed a mean 2.84 and respondents housewife at 3.11 which means strong. Consumer motivation in buying leather by the quality factor of employee respondents and respondents showed a mean of 2.68 by 2.82 housewife meaning strong. There is no difference between the consumer motivation housewife and employee.</span
Article
Full-text available
Executive Summary. Most real estate study is based on neoclassical economics. Consumers are expected to make decisions that maximize utility and wealth, given price and income constraints. Tastes and preferences are typically inferred from observing outcomes of consumer actions. However, the study of real estate can, and in some ways already does, benefit from inclusion of consumer behavior concepts. Incorporation of these concepts into real estate education would help explain and predict the behavior of real estate decision-makers. This article presents a review of some consumer behavior concepts relevant to real estate and suggests how these can expand real estate study.
Article
Purpose This study aims to explicitly explore the criteria or attributes that would influence buyer decision on purchasing residential property in Malaysia. Design/methodology/approach Generally, a total of 80 respondents participated in this study, and they hail from two states in Malaysia, namely, Kuala Lumpur and Selangor. This study has structured the respondents’ demographic profiles into different categories such as gender, age, marital status, race, education, type of buyer and income level. For the purpose of analysis, this study has incorporated a versatile fuzzy approach known as the analytic hierarchy process to fulfil the objective of study. From the previous literatures, the extracted variables consist of home amenities, location, pricing, developer, financing, structural factor and community amenities. Findings The results from priority vector indicate that buyers give higher rank to the pricing (0.2330) criteria as the most influencing factor in buying residential property, followed by other criteria such as community amenities (0.1450), location (0.1430), financing (0.1420), structural factor (0.1260), home amenities (0.1060) and developer (0.1040) in Kuala Lumpur and Selangor. In addition, the consistency index of 0.00384, which is lower than 0.10 (rule of thumb), postulates that the respondents clearly understood the question requirements and there is no inconsistency involved in the result. Research limitations/implications This study attempts to discover how all those seven elements influence buyer decision on purchasing residential property. The results indicate that the outcome seems to be reliable and justifiable with the current period in the context of Malaysia housing sector. Originality/value This study is expected to provide more insights into the consistency of attributes that influence the purchase of residential property in the context of Malaysia. The points highlighted in this study are expected to benefit various parties such as potential home buyers, housing developers, marketers and government policy regulators, as well as academic institutions, to design a better policy or blueprint that can enhance the development of the housing sector in Malaysia.
Article
This paper analyses the presence of financial constraint in the investment decisions of 367 Brazilian firms from 1997 to 2004, using a Bayesian econometric model with group-varying parameters. The motivation for this paper is the use of clustering techniques to group firms in a totally endogenous form. In order to classify the firms we used a hybrid clustering method, that is, hierarchical and non-hierarchical clustering techniques jointly. To estimate the parameters a Bayesian approach was considered. Prior distributions were assumed for the parameters, classifying the model in random or fixed effects. Ordinate predictive density criterion was used to select the model providing a better prediction. We tested thirty models and the better prediction considers the presence of 2 groups in the sample, assuming the fixed effect model with a Student t distribution with 20 degrees of freedom for the error. The results indicate robustness in the identification of financial constraint when the firms are classified by the clustering techniques.
Harga properti residensial tumbuh melambat
  • R B Abidoye
  • G Puspitasari
  • R Sunindijo
  • M Adabre
Abidoye, R. B., Puspitasari, G., Sunindijo, R. & Adabre, M., 2020. Young adults and homeownership in Jakarta, Indonesia. International Journal of Housing Markets and Analysis, 14(2), pp. 333-350. [Online] Bank Indonesia, 2018. Harga properti residensial tumbuh melambat. Survei Harga Properti Residensial Triwulan II -2018, pp. 1-11.
Millenial, jangan takut membeli properti
Kadin Indonesia, 2018. Millenial, jangan takut membeli properti.
Focus on personal finance: An active approach to help you achieve financial literacy
  • J R Kapoor
  • L R Dlabay
  • R J Hughes
  • M M Hart
Kapoor, J. R., Dlabay, L. R., Hughes, R. J. & Hart, M. M., 2016. Focus on personal finance: An active approach to help you achieve financial literacy. 5th ed. New York: McGraw-Hill Education.