Content uploaded by Rizky Dwi Putri
Author content
All content in this area was uploaded by Rizky Dwi Putri on May 16, 2022
Content may be subject to copyright.
251
Literasi Kewirausahaan Dan Munculnya Wirausaha Mahasiswa:
Apakah Ada Hubungan?
Rizky Dwi Putri 1, Rizza Megasari 2, Dian Rachmawati 3, Ro’ufah Inayati 4
1,2,3,4 Fakultas Ekonomi/Jurusan Ekonomi Pembangunan, Universitas Negeri Malang, Indonesia 1
rizky.dwi.fe@um.ac.id
Abstract. This article aims to identify how entrepreneurship literacy could trigger the
emergence of potential entrepreneurs from students. This paper presented a case study of the
implementation of learning innovations for entrepreneurship courses using the project-based
learning (PjBL) models. The implementation of PjBL on entrepreneurship subjects aims to
instill an entrepreneurial spirit in students and motivate them to become entrepreneurs. This
phenomenology research uses primary data through observation and interview with
respondents that attended entrepreneur courses. The result of the business plan arranged by
the student was analyzed and the internalization measurement of entrepreneurial spirit was
conducted through student activities in class. This study has identified the criteria such as
discipline, creativity, responsibility, leadership, decision-making, learning motivation, and
communication skill through classes. Based on the in-depth interviews with eight students of
entrepreneurship courses, the PjBL could stimulate students to improve entrepreneurial
character, mindset, and skill to support participation and performance in a range of
entrepreneurial activities. The entrepreneurial spirit showed a significant difference between
before and after class which can see not only in the business plan and student’s presentation
skills, also in their dream to continue the business there has been started. Furthermore, this
study alternated formulation for entrepreneur courses in higher education.
Keywords: entrepreneurial character, learning innovation, business project
Abstrak. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana literasi kewirausahaan dapat
memicu munculnya calon wirausaha dari mahasiswa. Penelitian ini menyajikan studi kasus
dalam implementasi inovasi pembelajaran di mata kuliah kewirausahaan dengan
menggunakan model project-based learning (PjBL). Pelaksanaan PjBL bertujuan untuk
menanamkan semangat kewirausahaan serta memotivasi pada mahasiswa untuk menjadi
pengusaha. Penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara dengan
responden mahasiswa yang mengikuti mata kuliah kewirausahaan. Hasil rencana bisnis yang
telah disusun mahasiswa dianalisis dan pengukuran internalisasi semangat kewirausahaan
dilakukan meliputi sikap dan respon dalam kegiatan perkuliahan. Penelitian mengidentifikasi
beberapa kriteria seperti disiplin, kreatif, tanggung jawab, kepemimpinan, pengambilan
keputusan, motivasi belajar, dan keterampilan komunikasi. Berdasarkan wawancara
mendalam pada delapan mahasiswa yang menempuh mata kuliah kewirausahaan, penelitian
ini menemukan bahwa PjBL dapat merangsang siswa untuk meningkatkan karakter
kewirausahaan, pola pikir, dan keterampilan untuk mendukung partisipasi dan kinerja dalam
berbagai kegiatan kewirausahaan. Semangat kewirausahaan menunjukkan perbedaan
bermakna antara sebelum dan sesudah kelas yang dapat dilihat tidak hanya pada rencana
bisnis dan keterampilan presentasi siswa, tetapi juga impian mereka untuk melanjutkan bisnis
JBK
Jurnal Bisnis & Kewirausahaan
Volume
17
Issue
3
,
2021
ISSN (
print
)
: 0216
-
9843
ISSN (
online
)
: 2580
-
5614
Homepage
:
http://ojs.pnb.ac.id/index.php/JBK
Jurnal Bisnis & Kewirausahaan Volume
17 Issue 3, 2021
252
yang telah mereka mulai. Penelitian ini dapat menjadi salah satu formulasi alternatif untuk
kegiatan dalam matakuliah kewirausahaan di perguruan tinggi.
Kata Kunci: karakter wirausaha, inovasi pembelajaran, proyek bisnis
PENDAHULUAN
Kewirausahaan merupakan sesuatu yang saat ini banyak dibicarakan dan dianggap sebagai
sebuah solusi untuk masalah pengangguran yang ada. Badan Pusat Statistik (2021)
menyampaikan kondisi tingkat pengangguran terbuka di Indonesia berdasarkan data dari jenjang
pendidikan di universitas masih cukup tinggi yaitu sebesar 6,97%. Hal ini menunjukkan beberapa
hal yang kemudian menjadi perhatian, di antaranya yaitu (1) lulusan sarjana tidak bisa hanya
mengandalkan nilai dan ijazah untuk mendapatkan pekerjaan; dan (2) kurangnya daya saing
lulusan sarjana. Banyaknya wirausaha di suatu negara diyakini memiliki efek berantai terhadap
perekonomian salah satunya berupa kontribusi dan transformasi masyarakat melalui penyerapan
tenaga kerja. Berdasarkan berita yang diunggah CNN Indonesia (2021) diketahui bahwa rasio
wirausaha Indonesia sebesar 3,4 persen. Sedangkan rasio kewirausahaan di negara maju
memiliki jumlah wirausaha minimal 4 persen dari populasinya. Data Global Entrepreneurship
Monitor (GEM) (2020) juga menunjukkan bahwa Total Early-Stage Entrepreneurial Activity (TEA)
yang menggambarkan persentase populasi Indonesia usia 18-64 tahun yang memulai sebuah
usaha pada tahun 2020 sebesar 9.60. Angka ini masih di bawah persentase rata-rata regional
Asia Pasifik sebesar 13.20 dan rata-rata global 14.50. Berdasarkan dua masalah ini, penting
menanamkan jiwa kewirausahaan pada mahasiswa untuk meningkatkan daya saing dan
kreativitas sebagai pencipta lapangan kerja seperti yang tertuang dalam Standar Nasional
Pendidikan Tinggi Nomor 3 Tahun (2020). Beragam upaya pendidikan kewirausahaan baik formal
maupun non formal yang diterapkan di Indonesia untuk mendorong lahirnya wirausahawan baru
generasi muda. Dengan menyajikan mata kuliah kewirausahaan, pelatihan juga pembangunan
gedung inkubasi pelaku usaha rintisan (startup) di beberapa kota di Indonesia seperti Bandung,
Bali, Semarang, Makasar dan Batam (kemenperin.go.id).
Literasi kewirausahaan merupakan pengetahuan yang harus dipahami oleh para calon
pengusaha baru meliputi creativity, social skill, technical skill, management skill, leardership skill,
dan conceptual skill (Arnila & Hilmiyatun, 2020). Beberapa dimensi skill kewirausahaan yang
dapat dipelajari secara komprehensif meliputi financial skill, management skill, start-up business
skills, operational skills, marketing skill, communication, and management information skills
(Mohamad, dkk., 2014). Literasi kewirausahaan merupakan pemahaman dasar yang harus
dimiliki jika seseorang ingin membentuk sebuah perusahaan (Oehler dkk., 2015). Sehingga
terdapat keuntungan memahami literasi kewirausahaan untuk beberapa pihak seperti pembuat
kebijakan, lembaga pendidikan dan calon wirausaha. Termasuk juga seorang teknisi maupun
insinyur harus memahami dan memanfaatkan konsep, kondisi dan jargon essential sesuai
dengan bidang ilmu mereka ketika ingin bergabung secara penuh dalam komunitas wirausaha
(Duval-Couetil dkk., 2011). Oleh karena itu, calon wirausaha tidak hanya harus memiliki
pengetahuan yang multi disiplin ilmu untuk mengelola usaha atau proses mendirikan usaha baru,
tetapi juga mampu menginternalisasi semangat dan pola pikir wirausaha pada diri mereka.
Pengetahuan kewirausahaan merupakan faktor terpenting dalam mendorong kewirausahaan
mahasiswa (Scuotto & Morellato, 2013). Sementara itu, Franke & Lu¨thje (2004) menyatakan
bahwa ciri kepribadian mahasiswa mampu membentuk sikap wirausaha menjadi faktor yang kuat
pada niat berwirausaha, meskipun minat berwirausaha juga lebih dipengaruhi secara langsung
oleh hambatan dan faktor pendukung dalam berwirausaha itu sendiri.
Terdapat berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mengajarkan kewirausahaan pada
mahasiswa baik dalam pendidikan formal, nonformal maupun informal. Pendidikan
kewirausahaan dalam kurikulum di sekolah mampu memberikan pengaruh secara positif dan
signifikan terhadap meningkatnya skill kewirausahaan (Suparno & Saptono, 2018). Guillermo
Rizky Dwi Putri, dkk
Literasi Kewirausahaan dan Munculnya Wirausaha Mahasiswa: Apakah Ada Hubungan?
253
(2014) menyatakan bahwa terdapat enam program berbeda yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan literasi kewirausahaan dengan memanfaatkan beragam sumber belajar yaitu film,
studi kasus, konferensi dan proyek nyata. Model pembelajaran experiental berbasis kreativitas
juga mampu meningkatkan skill berwirausaha siswa (Arnila & Hilmiyatun, 2020). Kegiatan dan
program yang dilakukan untuk menanamkan literasi dan menginternalisasikan semangat serta
karakter wirausaha pada mahasiswa dalam kegiatan penelitian ini meliputi permainan, tantangan,
rencana bisnis dan proyek kewirausahaan sebagai aksi mahasiswa. Artikel ini bertujuan ingin
mengetahui hubungan entrepreneurship literacy dan munculnya calon wirausaha baru
mahasiswa melalui penerapan Project Based Learning (PjBL).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendalami fenomena yang dialami
oleh subjek penelitian. Jenis penelitiannya adalah studi kasus yang sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu melakukan penyelidikan secara mendalam mengenai subjek penelitian untuk
memberikan gambaran yang lengkap tentang subjek tersebut.
Peran peneliti adalah sebagai pengamat yang turut berperan serta hadir dalam kegiatan
melalui pemberian instruksi pada mahasiswa selama kegiatan perkuliahan berlangsung. Lokasi
penelitian ini adalah Universitas Negeri Malang (UM). UM dipilih sebagai lokasi karena
keistimewaannya mengajarkan konsep kewirausahaan pada calon pendidik. Mindset yang
ditanamkan dalam program studi kependidikan adalah ilmu padi dan mengabdi diperkuat dengan
karakter wirausaha yang tidak hanya memikirkan kebermanfaatan tetapi juga berpikir inovatif
kedepan untuk pembelajaran demi menyiapkan sumber daya manusia dalam perekonomian
berkelanjutan.
Sumber data penelitian ini terdiri dari: (1) data primer yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan informan mengenai pembelajaran kewirausahaan dan minat berwirausaha di Universitas
Negeri Malang; (2) data sekunder yang diperoleh dari dokumen berupa rencana bisnis yang
dikembangkan mahasiswa dan portofolio tugas. Data tentang literasi kewirausahaan diperoleh
dari kegiatan pembelajaran melalui penerapan PjBL meliputi tiga aspek yaitu sikap, keterampilan
dan pengetahuan berwirausaha. Aspek sikap kewirausahaan yang paling relevan untuk dilihat
adalah rasa inisiatif, berani mengambil risiko, disiplin, dan tanggung jawab. Keterampilan
berwirausaha dilihat dari kemampuan berkreasi dan mewujudkan inovasi, berpikir kritis, motivasi,
membangun relasi, komunikasi, kepemimpinan, pembuatan keputusan, dan kemampuan
beradaptasi. Aspek sikap dan keterampilan dilakukan melalui pengamatan selama pembelajaran
dilakukan. Aspek pengetahuan dinilai dari rencana bisnis yang disusun dan interaksi pada saat
presentasi meliputi pengetahuan manajerial pengaturan sumber daya, pemasaran, keuangan,
dan pengetahuan teknis produksi. Data kemudian disajikan dalam bentuk uraian singkat dalam
teks naratif agar lebih mudah dipahami. Penarikan kesimpulan didasarkan atas data yang
diperoleh dari informan, kemudian dianalisis berdasarkan landasan teori.
Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan Teknik Analisa triangulasi data. Teknik
triangulasi dalam penelitian ini yaitu: (1) triangulasi metode yang akan menggunakan dua metode
berbeda yaitu: observasi dan wawancara; (2) triangulasi sumber dilakukan dengan mencari data
dan informasi yang sama. Dalam penelitian ini, peneliti menanyakan pertanyaan yang sama pada
informan yang berbeda; (3) triangulasi situasi merupakan pengujian informasi dari penuturan
seorang responden/subjek jika dalam keadaan orang lain dibanding dalam keadaan sendiri.
Peneliti melakukan wawancara pada delapan mahasiswa bersama-sama. Delapan mahasiswa
diambil dari empat kelas mata kuliah kewirausahaan. Mahasiswa tersebut dipilih secara acak dari
anggota kelompok dengan skor akumulasi tertinggi berdasarkan penilaian keberhasilan
menjalankan proyek yang dilakukan. Responden ini dibagi dalam dua kelompok: kelompok yang
belum memiliki usaha yaitu DN (responden 1), AN (responden 2), EO (Responden 3), NK
Jurnal Bisnis & Kewirausahaan Volume
17 Issue 3, 2021
254
(responden 4); dan kelompok yang telah memiliki usaha atau tergabung dalam suatu usaha yaitu,
EC (Responden 5), AF (responden 6), EP (responden 7), dan LF (Responden 8). Kedelapan
responden menempuh mata kuliah kewirausahaan dengan materi dan metode pembelajaran
yang sama yaitu berbasis PjBL. Interview dilakukan di akhir semester dengan menggunakan
panduan wawancara terkait dengan pertanyaan dan pernyataan tentang literasi kewirausahaan,
keinginan menjadi wirausahawan baru dan kinerja wirausahawan dari mahasiswa yang telah
memiliki usaha atau tergabung dalam sebuah kegiatan usaha.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan Pendidikan Kewirausahaan dan Munculnya
Wirausahawan Baru
Konsep kewirausahaan yang menyatakan bahwa wirausahawan adalah seseorang yang
mempunyai kemampuan melihat dan menilai peluang, mengelola sumber daya yang dibutuhkan
serta mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses secara berkelanjutan sangat
penting dipahami oleh mahasiswa untuk menumbuhkan semangat dan daya juang ketika
melakukan kegiatan berwirausaha. Tidak hanya itu, pemahaman untuk menyusun sebuah
rencana usaha yang lengkap dengan analisis usaha, rencana pemasaran dan proyeksi
keuntungan yang direncanakan sangat penting untuk dipahami, di mana di dalamnya
menginternalisasi empat unsur pokok kewirausahaan (Lambing & Kuehl, 2007) yaitu kemampuan
(IQ dan skill), keberanian (EQ dan Mental), keteguhan hati (motivasi diri) dan kreativitas.
Pendidikan kewirausahaan tidak hanya sebagai wadah proses penciptaan atau deteksi peluang
bisnis, tetapi juga serangkaian kegiatan yang membina peserta didik tentang pola pikir, sikap dan
keterampilan yang memungkinkan mereka menjadi pribadi yang lebih kreatif dan percaya diri
(Mcmurtry & Mcmurtry, 2013; Wilson, 2008). Sehingga dalam pendidikan kewirausahaan,
seharusnya menekankan pada pembentukan semangat berwirausaha yang bertujuan untuk
meningkatkan kreativitas dan inovasi sesuai dengan peluang yang mungkin dikembangkan dari
lingkungan sekitar, dengan memikirkan segala resiko untuk mencapai kepuasan pribadi maupun
kebutuhan masyarakat. Hal ini menggambarkan kondisi saat ini ketika pelaku start-up tidak selalu
mengejar profit bisnis, tetapi juga menginspirasi dengan semangat berwirausaha untuk membuat
sebuah perubahan, memajukan daerahnya atau memberikan manfaat bagi masyarakat maupun
kelompok masyarakat tertentu yang membutuhkan bantuan ilmu maupun skill seperti di bidang
pertanian dan perikanan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, keempat responden menyadari literasi
kewirausahaan sangat penting ketika melaksanakan proyek dalam mata kuliah kewirausahaan,
tetapi mereka juga berpendapat bahwa penting untuk menanamkan pola pikir wirausaha itu
sebelum memulai usaha karena hal ini berkaitan dengan motivasi membentuk, menjalankan dan
melanjutkan usaha itu sendiri. Hal ini membuktikan bahwa PjBL merupakan metode pembelajaran
yang memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan dari
pengalaman nyata yang dilakukan selama proyek dilakukan sehingga mampu meningkatkan
persepsi mahasiswa terhadap konsep wirausaha juga skill berwirausaha (Botha, 2010).
Pelaksanaan PjBL dalam mata kuliah kewirausahaan ini juga mampu meningkatkan kemampuan
mahasiswa untuk berpikir lebih kritis dalam mengevaluasi permasalahan dari perspektif yang
berbeda, bekerja dalam tim. Pada akhirnya, siswa sebagai pembelajar aktif juga bisa mencari
solusi terbaik atas masalah yang dihadapi selama interaksi pembelajaran berlangsung (Arias
dkk., 2018) hingga mampu memberikan bekal untuk menyiapkan sebuah usaha (Washko dkk.,
2019).
Berkaitan dengan hubungan literasi kewirausahaan dan munculnya wirausahawan baru,
diketahui berdasarkan nilai evaluasi dan praktik kewirausahaan bahwa 87% mahasiswa telah
menginternalisasi jiwa kewirausahaan dalam kegiatan sehari-hari yang meliputi empat unsur
pokok kewirausahaan meskipun belum sempurna yaitu disiplin, tanggung jawab, kepemimpinan,
dan pembuatan keputusan. Disiplin tidak hanya ketika mengikuti pembelajaran sesuai dengan
Rizky Dwi Putri, dkk
Literasi Kewirausahaan dan Munculnya Wirausaha Mahasiswa: Apakah Ada Hubungan?
255
waktu yang telah ditetapkan, tetapi juga dalam praktik pencatatan keuangan sederhana untuk
uang pribadi maupun uang usaha yang dilaksanakan selama proyek dilakukan. Hal yang masih
perlu diasah oleh mahasiswa berkaitan dengan tingkat kepekaan mahasiswa melihat masalah
yang ada, serta pemikiran kritis, inovatif dan kreatif untuk memecahkan masalah yang dihadapi
tersebut. Meskipun demikian, internalisasi jiwa wirausaha pada mahasiswa tidak hanya membuat
mahasiswa meningkatkan kompetensinya sebagai kekuatan daya saing, tetapi juga memicu
ketertarikan mahasiswa untuk berwirausaha. Hal ini penting mengingat mahasiswa yang memilik
tingkat percaya diri dan kepemimpinan yang tinggi terbukti memiliki kecenderungan lebih tinggi
untuk memulai usaha mereka sendiri dibanding dengan mahasiswa yang lebih mementingkan
kemandirian ekonomi dan pribadi mapun kebebasan bekerja (Raposo dkk., 2008).
Project based learning (PjBL) pada mata kuliah kewirausahaan dalam penelitian ini
diterapkan dengan dua metode yaitu proyek besar dan proyek kecil. Proyek besar dilakukan
dengan proporsi 50% kegiatan pembelajaran selama satu semester bertajuk Business Challenge
dengan meminta kelompok mahasiswa untuk melaksanakan proses pendirian usaha baru hingga
pameran kewirausahaan dilakukan di akhir semester. Sedangkan 50% yang lain adalah untuk
proyek kecil yang bervariasi dan evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
Proyek kecil yang dilakukan sepanjang semester berupa penugasan dan tantangan. Guillermo
(2014) menuliskan bahwa program pendidikan kewirausahaan yang baik untuk orang dewasa
seharusnya dimulai dengan mengenal pentingnya berhubungan dengan area bisnis yang nyata
secara konstan. Selain itu, perlu mengimplementasikan metode andragogi untuk
menyempurnakannya antara lain dengan menyajikan melalui teori, studi kasus, kuliah tamu,
rencana usaha, konsultasi maupun magang dalam sebuah perusahaan. Model pembelajaran role
played dalam pendidikan kewirausahaan pada siswa menengah terbukti mampu meningkatkan
kompetensi dan niat siswa terhadap wirausaha (Sánchez, 2013). Penelitian ini menerapkan
variasi model pembelajaran dalam berbagai proyek dan tantangan selama satu semester tersebut
merupakan upaya inovasi pembelajaran dan penciptaan iklim positif dalam mata kuliah
kewirausahaan. Variasi model pembelajaran dalam PjBL ini mampu meningkatkan motivasi
belajar 87% mahasiswa dalam mata kuliah kewirausahaan. Selain itu, PjBL juga mampu
mendorong mahasiswa untuk lebih mandiri, memiliki keterampilan kolaborasi dan keinginan
berwirausaha. Skill kewirausahaan ini tidak ditemukan pada pembelajaran kewirausahaan
dengan model pembelajaran konvensional dan berpaku pada hasil (Nadhiroh & Trilisiana, 2020).
Pentingnya experiental learning yang diperoleh mahasiswa dapat diperoleh melalui metode
pembelajaran berbasis praktik agar dapat memunculkan keberanian menuangkan ide dan
pengembangan usaha mahasiswa dibandingkan dengan metode pembelajaran tatap muka
(Harianti dkk., 2020; Pujiastuti, 2020). PjBL memungkinkan mahasiswa untuk lebih aktif, inisiatif
dan berpikir kreatif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional di mana mahasiswa
cenderung pasif karena lebih banyak mendengar (Umami dkk., 2020). Berikut adalah hasil
wawancara dengan empat responden yang belum pernah memulai usaha yang menikmati proses
pembelajaran.
“Ada banyak tantangan yang saya hadapi selama melaksanakan projek kewirausahaan ini,
mulai dari mencari ide usaha kami harus berpikir ekstra untuk melakukan diskusi, survei hingga
akhirnya memutuskan untuk melakukan inovasi pada produk yang sudah ada. Salah satu yang
memotivasi kami itu untuk terus maju menyelesaikan projek adalah kisah dari tokoh yang kami
cari tau sendiri, serta mendengarkan kisah tokoh lain yang disampaikan oleh teman.”
//DNResponden 1.
“Wirausaha itu capek dan rumit, tetapi dari projek kecil yang diberikan setiap minggunya
membuat kita jadi bisa menilai diri sendiri.” //AN-Responden 2
Jurnal Bisnis & Kewirausahaan Volume
17 Issue 3, 2021
256
“Menjadi wirausaha itu ternyata menyenangkan. Bisa mengkreasikan produk sesuai dengan
keinginan kita meskipun harus tetap mau mendengarkan pendapat orang lain tentang produk kita.
Hal yang paling menantang adalah keberanian untuk menawarkan produk.” //EO-Responden 3
“Kegiatan kewirausahaan menantang bagi kelompok kami, mulai dari kegiatan produksi,
pemasaran, hingga distribusi produk. Saya pribadi merasakan ternyata sulit untuk menghasilkan
uang sekalipun hanya lima ratus rupiah yang sering kali saya abaikan dan tidak saya hargai
sebelumnya. Saya juga belajar untuk bersabar, mendengarkan dan mempertimbangkan setiap
masukan konsumen yang beraneka ragam. Tetapi kegiatan kewirausahaan ini juga membuat
saya tertarik untuk mencoba berwirausaha, tertantang dengan penghitungan detail pengeluaran
kami bisa mendapatkan keuntungan, meskipun tidak banyak tapi itu membanggakan karena kami
berusaha memperolehnya dari keringat kami sendiri.” //NK-Responden 4
Perwujudan semangat wirausaha didukung dengan literasi kewirausahaan yang baik mampu
menciptakan kerjasama yang solid dalam sebuah usaha. Berdasarkan penilaian terhadap empat
proyek kecil yang dilakukan hingga tengah semester, terdapat peningkatan kemampuan
komunikasi mahasiswa yang meningkatkan kerjasama tim. Semakin tinggi solidaritas tim, dan
adanya salah satu anggota yang mampu menjalankan peran sebagai pemimpin (leadership skill)
mampu membawa tim tersebut menjadi pemenang dalam tantangan dalam proyek kecil yang
dilakukan. Pada akhirnya, terdapat perbaikan yang dilakukan masing-masing tim ketika
melakukan proyek besar sehingga meminimalisir kesalahan, di antaranya terkait dengan
komunikasi, pembagian peran, pembuatan keputusan, strategi bisnis, dan manajemen keuangan.
Masalah komunikasi dan pembagian peran terlihat ketika mahasiswa membentuk kurang
mampu membuat keputusan pembagian peran dalam kelompok. Meskipun masing-masing
kelompok dibentuk oleh mahasiswa sendiri berdasarkan tingkat kedekatan dan kenyamanan
dalam pertemanan, hasil pengamatan menunjukkan dalam proyek bisnis kurang terbuka dan
bebas menyampaikan pendapat sehingga di awal proyek dilakukan ada salah satu anggota
kelompok yang menyelesaikan semua hal sendiri. Masalah ini diurai dalam tantangan “The Real
Estate” yang menuntut komunikasi tim untuk memenangkannya. Tantangan dalam “Kepepet
Power” yang mengharuskan tim membuat keputusan dalam waktu yang singkat untuk memilih
sebuah usaha dengan limitasi anggaran yang diperbolehkan mengurai masalah-masalah
tersebut. Mahasiswa akhirnya memahami bahwa masalah tersebut merupakan hal kompleks
yang tidak bisa hanya dipecahkan oleh salah satu anggota, tetapi membutuhkan sinergi
keseluruhan tim.
Pemahaman sederhana dari mahasiswa terkait dengan literasi kewirausahaan diasah melalui
proyek (PjBL) praktik usaha yang tidak hanya mengajarkan pengelolaan keuangan sederhana,
pengelolaan tim kecil, dan pembuatan rencana usaha yang belum terintegrasi dengan
perekonomian secara nyata tetapi juga skill penting lain seperti komitmen, teamwork, kemampuan
adaptasi dan berpikir kritis. Sehingga nantinya para calon sarjana pendidikan tidak hanya
memahami bahwa seorang wirausahawan/pebisnis itu sebagai penjual barang atau jasa, tetapi
lebih dari itu yaitu mampu menjadikan dirinya memiliki daya saing dan kepekaan terhadap
masalah sosial yang ada. Setidaknya dua hal penting yang harus dimiliki oleh pendiri usaha
adalah pemahaman pada bidang yang relevan, juga kepekaan dalam mengetahui dan
memecahkan masalah yang dihadapi (Oehler dkk., 2015). Literasi kewirausahaan dengan
pemahaman yang kompleks pada beberapa bidang seperti keuangan, akuntansi, manajemen,
perpajakan, bahkan bisa meluas hingga area hukum sangat penting untuk dikuasai oleh calon
wirausaha mahasiswa. Literasi kewirausahaan adalah pilar terpenting dalam mendorong calon
wirausaha potensial dari kalangan mahasiswa, di samping pentingnya menjalin kerjasama dan
pengembangan kompetensi digital yang melampaui keterampilan teknis sederhana (Scuotto &
Rizky Dwi Putri, dkk
Literasi Kewirausahaan dan Munculnya Wirausaha Mahasiswa: Apakah Ada Hubungan?
257
Morellato, 2013). Hal ini perlu diakomodir oleh universitas seiring perkembangan fungsi
universitas saat ini yang tidak hanya fokus pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
tetapi juga menciptakan sebuah lingkungan yang positif bagi mahasiswa untuk berlatih, bertukar
pikiran, melakukan uji coba ide dan belajar agar mampu meningkatkan minat mahasiswa untuk
berwirausaha (Alves dkk., 2019; Shirokova dkk., 2016). Semakin banyak mereka membekali diri
dengan pengetahuan, keputusan yang dibuat didasarkan pada hasil penggalian informasi yang
lebih dalam. Ini sama halnya dengan tingkat kepekaan memahami kelebihan, kekurangan diri dan
sangat mungkin menerapkannya dari perspektif bisnis yang nantinya dilakukan (Oehler dkk.,
2015).
Hubungan Literasi Kewirausahaan dan Kinerja Wirausahawan Mahasiswa
Penerapan model pembelajaran PjBL dalam mata kuliah kewirausahaan yang dilakukan
mengindikasikan bahwa mahasiswa memiliki pandangan baru di mana menjadi wirausaha itu
menyenangkan. Terutama ketika memahami dan mampu mempraktikkan pengelolaan keuangan
dengan baik dan benar sehingga dapat menghasilkan keuntungan dan mempertahankan
keberlangsungan usaha. Literasi keuangan merupakan bagian dari pengetahuan komprehensif
dalam literasi kewirausahaan berpengaruh secara langsung dan positif terhadap skill
berwirausaha mahasiswa (Suparno & Saptono, 2018).
Pentingnya penanaman literasi kewirausahaan, tidak hanya dirasakan oleh mahasiswa yang
akhirnya tertarik untuk memulai usaha. Lebih dari itu, literasi kewirausahaan yang komperehensif
sangat penting dipahami oleh mahasiswa yang telah merintis usaha atau bergabung pada suatu
usaha. Oehler dkk. (2015) menyatakan bahwa mengevaluasi pengetahuan diri sendiri tidak hanya
tentang kepuasan, tetapi untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap suatu bidang ilmu dan
melihatnya dari perspektif bisnis. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Desa Wisata Mangrove
Mentawir yang lebih terasah skill berwirausaha setelah mendapatkan pendidikan kewirausahaan
(Kusumojanto & Indrayani, 2021). Literasi kewirausahaan merupakan salah satu bagian kurikulum
yang merupakan elemen dari kerangka ekosistem kewirausahaan di mana pembelajaran bersifat
praktik mampu meningkatkan niat mahasiswa berwirausaha (Yohana, 2021) hingga performa
bisnis (Harianti dkk., 2020; Permatasari & Agustina, 2018; Silva, 2021).
Berkaitan dengan manfaat literasi kewirausahaan bagi kinerja wirausahawan mahasiswa,
diketahui bahwa literasi keuangan yang menjadi bagian dalam kegiatan manajemen keuangan
usaha menjadi salah satu hal penting yang menjadi perhatian untuk keberlangsungan hingga
pengembangan skala usaha tersebut. Pengalaman yang dirasakan mahasiswa selama
menjalankan maupun terlibat dalam usaha diperkuat dengan proyek-proyek kewirausahaan
(PjBL) yang diberikan dalam perkuliahan. Mahasiswa mampu melakukan penilaian pentingnya
iklim kerjasama dalam sebuah usaha dengan visi dan misi yang sama terkait usaha. Tidak hanya
itu, hasil observasi dan wawancara juga menggambarkan salah satu hal penting yang disoroti
mahasiswa tentang keberhasilan wirausahawan adalah profesionalitas dalam manajemen
keuangan usaha. Ini tentu saja tidak hanya berkaitan dengan pencatatan keuangan usaha,
namun juga mencakup literasi keuangan. Keterampilan mengelola keuangan tidak hanya untuk
penghitungan laba, tetapi juga pada omset usaha yang menunjukkan kinerja tim hingga
pengembangan usaha sesuai dengan hasil wawancara dengan responden sebagai berikut:
“Saya memiliki usaha yang telah berjalan selama kurang lebih dua tahun seperti cita-cita saya
menjadi wirausaha, memang benar saya harus memahami banyak ilmu baik itu perencanaan
keuangan atau pengelolaan usaha karena sebelumnya saya pernah mengalami kebingungan,
bagaimana saya mau mengembangkan usaha dengan cara franchise, padahal harga yang saya
tetapkan tidak mungkin diturunkan lagi karena biaya sudah tidak mungkin ditekan. Pengelolaan
bahan juga penting agar tidak kehabisan saat dibutuhkan” //EC-Responden
Jurnal Bisnis & Kewirausahaan Volume
17 Issue 3, 2021
258
5 “Dalam menjalankan usaha saya harus mampu meningkatkan kinerja dan keilmuan tidak hanya
sebatas produk usaha saya, tetapi juga pengelolaan keuangan karena saya bisa
memperhitungkan laba kotor saya, tetapi saya juga memahami bagaimana untuk
memperhitungkan setiap capaian target yang saya buat, memperhitungkan pemasaran sebagai
sebuah investasi sehingga harus tepat sasaran. Selain itu, literasi keuangan juga menjadikan
saya pribadi yang lebih disiplin dan teliti untuk membuat arus kas, dan laporan laba rugi.”
//AFResponden 6
“Sebagai seorang calon pendidik ekonomi, saya juga berasal dari keluarga yang memiliki
usaha. Dari usaha keluarga yang saya ketahui, sangat penting untuk melakukan pengelolaan
keuangan dengan profesional. Pengelolaan keuangan yang transparan menjaga
keberlangsungan usaha keluarga. Selain itu, laporan keuangan tersebut juga bisa menjadi
indikator keberhasilan usaha yang nantinya juga menjadi landasan setiap pengambilan keputusan
untuk meminjam uang untuk menambah modal usaha ataukah hanya menjadi beban usaha.
Karena usaha keluarga, pembagian kerja juga harus jelas agar tidak terjadi konflik karena
kepentingan. Berbekal pengetahuan dasar tersebut, saya merintis usaha saya sendiri. Saya
memperhitungkan dengan matang setiap pengeluaran yang saya perlukan untuk menetapkan
harga. Termasuk memperhitungkan laba yang tidak terlalu besar asalkan usaha bisa terus
berjalan tanpa mengalami kerugian. Saya memahami bahwa saya bisa melakukan peminjaman
modal ke bank, tetapi kriteria saya yang masih mahasiswa tanpa pekerjaan tetap dan usaha yang
masih baru dirintis membuat saya tidak bisa lolos mendapatkan pinjaman di bank. Hal ini
memaksa saya untuk benar-benar membuat capaian target penjualan agar bisa terus meningkat
dan pengelolaan keuangan dengan baik dan menyisihkan sebagian keuntungan sebagai
tambahan modal.” //EP-Responden 7
“Saya bergabung dengan sebuah usaha makanan dan memulainya dengan menjadi
karyawan. Berdasarkan pengalaman tersebut, saya belajar banyak hal terkait dengan
profesionalitas mengelola keuangan untuk pengembangan usaha. Keberhasilan usaha tersebut
juga membuat saya berkeinginan kuat untuk membuka usaha sendiri di daerah asal saya.
Sebelumnya saya harus mempersiapkan dan memperhitungkan dengan pasti modal awal yang
dibutuhkan. Dengan berbekal pengalaman dalam penerapan pengelolaan keuangan, maka saya
bisa memiliki keunggulan dalam persaingan usaha. Saya juga harus mampu melihat potensi
pasar dan selera masyarakat yang ada di daerah saya untuk menciptakan sebuah inovasi produk
yang akan terus dicari. Dan semua itu memerlukan sebuah perencanaan bisnis yang matang,
bahkan saya harus benar-benar memperhitungkan rencana jangka panjang dan jangka pendek.”
//LF-Responden 8
Pemahaman pada literasi keuangan sebagai bagian dari literasi kewirausahaan ini tidak
hanya mampu menarik minat mahasiswa untuk memulai sebuah usaha, tetapi juga mampu
meningkatkan kinerja wirausahawan mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa yang memulai
usaha sendiri pada awalnya tidak memperhitungkan biaya tenaga kerja karena menganggap
bahwa usaha mereka masih kecil dan bisa dilakukan sendiri sehingga dengan perhitungan yang
benar ditemui mereka tidak benar-benar mendapatkan laba dari usaha yang dilakukan karena
margin laba yang kecil. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat sangat penting untuk
mengajarkan pendidikan kewirausahaan pada mahasiswa. Penerapan project-based learning
(PjBL) dilakukan untuk meningkatkan pola berpikir kritis, kepekaan untuk melihat masalah
dilengkapi dengan kemampuan untuk menciptakan sebuah produk sebagai solusi dan tentu saja
membuat mahasiswa tertarik untuk berwirausaha serta menjadikan mereka pembuat keputusan
pada bisnis mereka sendiri. Selain itu juga penting untuk menanamkan pemahaman efek positif
kewirausahaan di tingkat masyarakat dan ekonomi (Guillermo, 2014). Dari hasil penelitian,
Rizky Dwi Putri, dkk
Literasi Kewirausahaan dan Munculnya Wirausaha Mahasiswa: Apakah Ada Hubungan?
259
diketahui bahwa dengan PjBL mampu memberikan pengalaman nyata pada mahasiswa dalam
merefleksi kesalahan usaha yang dilakukan selama ini sehingga meningkatkan kemampuan
untuk mengelola usahanya dengan lebih baik. Dengan peningkatan pengetahuan, sikap dan
keterampilan berwirausaha ini memacu wirausahawan mahasiswa untuk melakukan perbaikan
untuk meningkatkan kinerja usaha.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
berbasis proyek (PjBL) yang diterapkan peneliti mampu membangun pengalaman terhadap
“kehidupan nyata” sebagai wirausaha di ruang belajar yang mendukung, dan juga memberikan
kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan melalui praktik. Namun itu tidak mungkin untuk
sepenuhnya menyajikan stimulasi situasi kehidupan nyata. Peningkatan pengetahuan, sikap dan
keterampilan berwirausaha ini memicu munculnya minat mahasiswa untuk berwirausaha, juga
dalam meningkatkan kinerja dari wirausahawan mahasiswa. Pemahaman terhadap literasi
kewirausahaan yang baik akan mendorong calon wirausahawan mahasiswa untuk membuat
sebuah rencana usaha yang terstruktur, lengkap dengan penghitungan keuangan yang rigit,
dapat dilaksanakan dan tepat memecahkan masalah di masyarakat. PjBL juga mampu
meningkatkan internalisasi karakter wirausaha pada mahasiswa meliputi disiplin, tanggung jawab,
kepemimpinan, dan adaptif. Analisis menyebutkan tantangan terkait dengan tingkat kepekaan
mahasiswa melihat masalah dalam masyarakat, yang juga menunjukkan masih kurangnya
kreativitas dan inovasi produk yang dihasilkan. Ini menyisakan ruang untuk perbaikan dan
modifikasi proyek yang selanjutnya. Secara khusus, penelitian ini berpusat pada penilaian
subjektif dari persepsi mahasiswa. Meskipun hanya mencakup sebagian kecil dari nilai akhir, ini
menjadi subjek bias keinginan mahasiswa secara personal. Hal ini menandakan perlunya
penelitian kualitatif dan kuantitatif lebih lanjut untuk memverifikasi kebenaran dan fitur dari
fenomena yang dieksplorasi dalam artikel ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alves, A. C., Fischer, B., Schaeffer, P. R., & Queiroz, S. (2019). Determinants of student entrepreneurship.
Innovation & Management Review, 16(2), 96–117. https://doi.org/10.1108/inmr-02-2018-0002
Arias, E., Barba-Sánchez, V., Carrión, C., & Casado, R. (2018). Enhancing Entrepreneurship Education in
a Master’s Degree in Computer Engineering: A Project-Based Learning Approach. Administrative
Sciences, 8(4). https://doi.org/10.3390/admsci8040058
Arnila, R. A., & Hilmiyatun. (2020). Peningkatan Skills Berwirausaha Siswa SMA Sullamulmubtadi Anjani
Melalui Penerapan Model Experiential Learning Berbasis Kreativitas. Ekuitas: Jurnal Pendidikan
Ekonomi, 8(2), 89–96.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2021). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Bps.Go.Id, 19(37),
https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/05/05/1815.
Botha, M. (2010). A project-based learning approach as a method of teaching entrepreneurship to a large
group of undergraduate students in South Africa. Education as Change, 14(2), 213–232.
https://doi.org/10.1080/16823206.2010.522059
Duval-Couetil, N., Reed-Rhoads, T., & Haghighi, S. (2011). Work in progress - Entrepreneurship literacy
for engineering students. Proceedings - Frontiers in Education Conference, FIE, April 2015, 10–12.
https://doi.org/10.1109/FIE.2011.6142996
Franke, N., & Lüthje, C. (2004). Entrepreneurial intentions of business students - A benchmarking study.
International Journal of Innovation and Technology Management, 1(3), 269–288.
https://doi.org/10.1142/S0219877004000209
GEM. (2020). Global Entrepreneurship Monitor (GEM) : Entrepreneurial Behavior and Attitudes In
Indonesia.
Guillermo, P. (2014). Developing Entrepreneurial Literacy at University : A Hands-on Approach. 1(2), 57–
75.
Jurnal Bisnis & Kewirausahaan Volume
17 Issue 3, 2021
260
Harianti, A., Malinda, M., Nur, N., Suwarno, H. L., Margaretha, Y., & Kambuno, D. (2020). Peran Pendidikan
Kewirausahaan Dalam Meningkatkan Motivasi, Kompetensi Dan Menumbuhkan Minat Mahasiswa.
Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan, 16(3), 214–220. https://doi.org/10.31940/jbk.v16i3.2194
Indonesia, C. (2021). Teten Sebut Rasio Wirausaha RI Kalah dari Thailand-Singapura.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210728113652-92-673224/teten-sebut-rasio-wirausaha-
ri-kalah-dari-thailand-singapura
Kusumojanto, D. D., & Indrayani, I. (2021). Internalization of Entrepreneurship Education in Tourism
Awareness Groups: Evidence from Indonesia. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis (JPEB), 9(1
SE-Articles). https://doi.org/10.21009/JPEB.9.1.8
Lambing, P. A., & Kuehl, C. R. (2007). Entrepreneurship (4th ed.). Pearson Prentice Hall.
Mcmurtry, D., & Mcmurtry, D. (2013). Entrepreneurship Education In Europe – Challenges and
Opportunities for European Educators , Policymakers And Institutions Obrazovanje Za Poduzetništvo
U Europi – Izazovi I Prilike Za Europske Nastavnike , Zakonodavce I Institucije Key Competences for
Lif. 195–207.
Mohamad, A., Muhammad, H., & Buang, N. A. (2014). Exploring dimensions of entrepreneurial skills among
student enterprise at higher learning institution in Malaysia: A case of student enterprise of University
Utara Malaysia. International Multilingual Journal of Contemporary Research, 2(2), 37–51.
Nadhiroh, P. S., & Trilisiana, N. (2020). Keterampilan kolaborasi mahasiswa teknologi pendidikan dalam
mata kuliah kewirausahaan berbasis proyek. Epistema, 1(1), 23–30.
https://doi.org/10.21831/ep.v1i1.32322
Oehler, A., Höfer, A., & Schalkowski, H. (2015). Entrepreneurial education and knowledge: empirical
evidence on a sample of German undergraduate students. Journal of Technology Transfer, 40(3),
536–557. https://doi.org/10.1007/s10961-014-9350-2
Pendidikan, M., Kebudayaan, D. A. N., & Indonesia, R. (2020). Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Nomor 03 Tahun 2020 Tentang Standar Nasional Perguruan Tinggi.
Permatasari, A., & Agustina, A. (2018). Entrepreneurial Behaviour Among Undergraduate Business, Social
and Engineering Students: a Case Study of a Private Indonesian University. Jurnal Manajemen
Indonesia, 18(2), 94. https://doi.org/10.25124/jmi.v18i2.1172
Pujiastuti, N. S. (2020). STRATEGI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN PERGURUAN TINGGI (Studi
empiris di Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Semarang). Dinamika Sosial
Budaya, 22(1), 81–97. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.26623/jdsb.v22i1.3124
Raposo, M., Do Paco, A., & Ferreira, J. (2008). Entrepreneur’s profile: A taxonomy of attribu tes and
motivations of university students. Journal of Small Business and Enterprise Development, 15(2),
405–418. https://doi.org/10.1108/14626000810871763
Sánchez, J. C. (2013). The impact of an entrepreneurship education program on entrepreneurial
competencies and intention. Journal of Small Business Management, 51(3), 447–465.
https://doi.org/10.1111/jsbm.12025
Scuotto, V., & Morellato, M. (2013). Entrepreneurial Knowledge and Digital Competence: Keys for a
Success of Student Entrepreneurship. Journal of the Knowledge Economy, 4(3), 293–303.
https://doi.org/10.1007/s13132-013-0155-6
Shirokova, G., Osiyevskyy, O., & Bogatyreva, K. (2016). Exploring the intention–behavior link in student
entrepreneurship: Moderating effects of individual and environmental characteristics. European
Management Journal, 34(4), 386–399. https://doi.org/10.1016/j.emj.2015.12.007
Silva, N. da. (2021). Ekosistem Usaha Rintisan Mahasiswa: Studi Kasus Proyek Bisnis di Masa Pandemi
Covid-19. Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan, 17(1), 32–43. https://doi.org/10.31940/jbk.v17i1.2337
Suparno, & Saptono, A. (2018). Entrepreneurship education and its influence on financial literacy and
entrepreneurship skills in college. Journal of Entrepreneurship Education, 21(4), 1–11.
Umami, N., Cahyoino, R., & Rini, Y. (2020). PENGARUH ENTERPRENEURSHIP COOPERATIVE
PROJECT BASED LEARNING (Enco-PjBL) TERHADAP PENINGKATAN KREATIFITAS
BERWIRAUSAHA MAHASISWA DALAM MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN. Jupeko (Jurnal
Pendidikan Ekonomi), 5, 35. https://doi.org/10.29100/jupeko.v5i2.1762
Washko, F. M., Edwards, W. S., & Washko, L. A. (2019). Integrating Entrepreneurship Education into
Project Based Design Education. 2019 IEEE Integrated STEM Education Conference (ISEC), 266–
269. https://doi.org/10.1109/ISECon.2019.8882081
Wilson, K. (2008). Chapter Five-1 Entrepreneurship Education in Europe. Entrepreneurship and Higher
Education, 1–20. https://www.oecd.org/site/innovationstrategy/42961567.pdf
Rizky Dwi Putri, dkk
Literasi Kewirausahaan dan Munculnya Wirausaha Mahasiswa: Apakah Ada Hubungan?
261
Yohana, C. (2021). Determinants of Students’ Entrepreneurial Intention: A Perspective of Tertiary
Education in Indonesia. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis (JPEB), 9(1 SE-Articles).
https://doi.org/10.21009/JPEB.009.1.6