PreprintPDF Available

ANALISIS PETROGRAFI BATUAN DAERAH TANJUNG KURUNG, SUMATERA SELATAN

Authors:
Preprints and early-stage research may not have been peer reviewed yet.

Abstract

Petrografi adalah cabang dari petrologi yang menjelaskan deskripsi rinci dari batuan berdasarkan kandungan mineral dan tekstur. Analisa petrografi batuan didapat dari Desa Tanjung Kurung, Kecamatan Runjung Agung, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Sumatera Selatan, tepatnya pada Sungai Gilas dan Sungai Saka. Pada daerah penelitian ini terdapat tiga formasi yang menjadi basement Sumatera yaitu Formasi Tarap, Formasi Garba dan Formasi Granit Garba. Tujuan dilakukannya analisa ini yaitu untuk mengetahui jenis batuan apa saja yang di temukan pada daerah penelitian, untuk mengetahui bagaimana karaktersitik petrografi pada daerah penelitian. Metode yang dilakukan pada lokasi penelitian ini ialah menggunakan metode miskropkopis sayatan tipis batuan. Pada saat penelitian ditemukan tiga macam tipe batuan antara lain batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
Literature Review
1
ANALISIS PETROGRAFI BATUAN DAERAH TANJUNG KURUNG, SUMATERA
SELATAN
Amalya Murhidayati Azzahra1*, Olvi Melti Amelia1
1 Program Studi Teknik Geologi, Universitas Sriwijaya, Palembang
* 03071182025011@student.unsri.ac.id
SARI
Petrografi adalah cabang dari petrologi yang menjelaskan deskripsi rinci dari batuan berdasarkan
kandungan mineral dan tekstur. Analisa petrografi batuan didapat dari Desa Tanjung Kurung,
Kecamatan Runjung Agung, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Sumatera Selatan, tepatnya
pada Sungai Gilas dan Sungai Saka. Pada daerah penelitian ini terdapat tiga formasi yang menjadi
basement
Sumatera yaitu Formasi Tarap, Formasi Garba dan Formasi Granit Garba. Tujuan
dilakukannya analisa ini yaitu untuk mengetahui jenis batuan apa saja yang di temukan pada
daerah penelitian, untuk mengetahui bagaimana karaktersitik petrografi pada daerah penelitian.
Metode yang dilakukan pada lokasi penelitian ini ialah menggunakan metode miskropkopis sayatan
tipis batuan. Pada saat penelitian ditemukan tiga macam tipe batuan antara lain batuan beku,
batuan sedimen dan batuan metamorf.
Kata kunci: Petrografi, Formasi, Tanjung Kurung
PENDAHULUAN
Geologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang bumi, komposisinya,
struktur, sifat- sifat fisik, sejarah, dan
proses pembentukannya, serta isi-sisinya.
Dalam penerapan ilmu geologi, diperlukan
adanya kemampuan interpretasi saat
berada di lapangan. Hal ini bertujuan untuk
lebih mengenal geologi secara mendalam
dan menambah ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang ilmu geologi.
Petrologi adalah salah satu cabang
ilmu pengetahuan geologi yang mempelajari
batuan pembentuk kulit bumi, mencakup
aspek pemerian (deskripsi) dan aspek
genesa- interpretasi.Pengertian luas dari
petrologi adalah mempelajari batuan secara
mata telanjang, secara optik/ mikroskopis,
secara kimia dan radio isotop.Studi petrologi
secara kimia sering disebut petrokimia yang
dapat dipandang sebagai bagian dari ilmu
geokimia. Aspek pemerian antara lain
meliputi warna, tekstur, struktur, 2
komposisi, berat jenis, kekerasan,
kesarangan (porositas), kelulusan
(permebilitas) dan klasifikasi atau
penamaan batuan. Aspek genesa
interpretasi mencakup tentang sumber asal
(“
source
”) hingga proses atau cara
terbentuknya batuan. Batuan didefinisikan
sebagai semua bahan yang menyusun kerak
(kulit) bumi dan merupakan suatu agregat
(kumpulan) mineral-mineral yang telah
menghablur (mengkristal). Dalam arti
sempit, yang tidak termasuk batuan adalah
tanah dan bahan lepas lainnya yang
merupakan hasil pelapukan kimia, fisis
maupun biologis, serta proses erosi dari
batuan. Namun dalam arti luas tanah hasil
pelapukan dan erosi tersebut termasuk
batuan.
Desa Tanjung Kurung terletak
di Kabupaten Empat Lawang yang
merupakan kabupaten di sisi barat
Provinsi Sumatera Selatan. Pada Provinsi
Literature Review
2
Sumatera Selatan terdapat Cekungan
Sumatera Selatan terbentuk sebagai
akibat dari adanya suatu aktivitas tektonik
yang berkaitan dengan penunjaman
Lempeng Indo - Australia dengan arah
pergerakan Utara - Timur Laut terhadap
Lempeng Eurasia yang relatif diam.
Adanya subduksi tersebut turut
mengakibatkan beberapa lempeng kecil
(
micro - plate
) yang berada di sekitarnya
ikut bergerak menghasilkan zona
konvergensi dengan berbagai bentuk dan
arah. Dengan adanya penunjaman lempeng
Indo - Australia mengakibatkan perubahan
yang meliputi keadaan batuan, morfologi,
keadaan
setting
tektonik dan struktur di
Sumatera Selatan. Tumbukan tektonik
tersebut kemudian menghasilkan jalur
busur depan, magmatik, dan busur
belakang (Bishop, 2000).
METODE PENELITIAN
Metode yang dilakukan pada lokasi
penelitian ini ialah menggunakan metode
sayatan tipis batuan dengan menggunakan
alat bantu mikroskop.
HASIL PENELITIAN
I. Lokasi Penelitian 1
Lokasi penelitian 1 terletak di Sungai
Gilas Desa Tanjung Kurung, Kecamatan
Runjung Agung, Kabupaten Ogan Komering
Ulu Selatan. Lokasi pengamatan ini
termasuk kedalam Formasi Tarap.
Gbr 1. Kenampakan Mikroskopis LP 1.
Pada sayatan tipis batuan beku
ekstrusif ini mempunyai perbesaran 40x
yang memperlihatkan warna cokelat
kehitaman (PPL), bentuk subhedral, relief
sedang, indeks bias Nm > Nkb, ukuran butir
afanitik-faneritik, keseragaman
inequiglanular, mempunyai komposisi
mineral fenokris berupa kuarsa, plagioklas,
orthoklas, opak, massa dasar berupa gelas.
Lokasi penelitian 1 memiliki
komposisi mineral berupa :
Kuarsa (7%) = warna colourless
(PPL) dengan warna interferensi putih pada
orde 1 dengan nilai birefringence 0,009 ,
relief rendah, indeks bias Nm < Nk, bentuk
anhedral, tidak mempunyai belahan dan
pecahan, terlihat pada J6.
Plagioklas (13%) = mempunyai
warna colourless (PPL) dengan warna
interferensi hitam putih pada orde 1 dengan
nilai birefringence nya 0,008, indeks sedang,
indeks bias Nm > Nkb, bentuk subhedral,
mempunyai belahan 1 arah, tidak
mempunyai pecahan, kembaran Albit,
berukuran 100-200 µm, terlihat pada F6.
Orthoklas (10%) = warna
kecokelatan (PPL) dengan warna
interferensi hitam orde 1 dengan nilai
birefringence 0,0010, bentuk subhedral,
relief sedang, indeks bias Nm > Nkb,
terlihat menyerabut, mempunyai belahan 1
arah , mempunyai pecahan, terlihat pada I9.
Opak (7%) = warna hitam (PPL)
dengan warna interferensi hitam orde 1 dan
nilai birefringence nya 0,009 dengan relief
tinggi, indeks bias Nm > Nkb, bentuk
anhedral, tersebar merata pada sayatan
tipis dan dapat dilihat pada J10
Gelas (20%) = berwarna krem (PPL)
dan hitam (XPL), tersebar merata, terdapat
pada B9.
Dari hasil normalisasi yang telah
dilakukan, maka di dapatkan nama batuan
pada lokasi penelitian ini ialah Andesite.
II. Lokasi Penelitian 2
Lokasi Penelitian 2 terletak di Sungai
Gilas Desa Tanjung Kurung, Kecamatan
Runjung Agung, Kabupaten Ogan Komering
Ulu Selatan. Lokasi pengamatan ini
termasuk kedalam Formasi Tarap.
Literature Review
3
Gbr 2. Kenampakan Mikroskopis LP 2.
Pada sayatan tipis batuan metamorf
ini mempunyai perbesaran 40x yang
memperlihatkan adanya warna putih
kehitaman (PPL) dengan tekstur filitik,
mempunyai tekstur umum granoblastik,
tekstur lepidoblastik, ukuran coarse,
mempunyai struktur non foliasi menuju
foliasi, mempunyai komposisi mineral yaitu
kuarsa, orthoklas, opak, muscovite, serisit.
Lokasi penelitian 2 memiliki
komposisi mineral berupa :
Kuarsa (22%) = warna colourless
(PPL) dengan warna interferensi putih pada
orde1 dengan nilai birefringence 0,011, relief
rendah, indeks bias Nm < Nkb, bentuk
xenoblastik, tidak mempunyai belahan dan
pecahan, terlihat pada G3.
Orthoklas (30%) = warna
kecokelatan (PPL) dengan warna
interferensi hitam orde 1 dengan nilai
birefringence 0,012, bentuk idioblastik,
relief sedang, indeks bias Nm > Nkb,
terlihat menyerabut, mempunyai belahan 1
arah , mempunyai pecahan, terlihat pada I8.
Opak (4%) = warna hitam (PPL)
dengan warna interferensi hitamorde 1 dan
nilai birefringence nya 0,009 dengan relief
tinggi, indeks bias Nm > Nkb, bentuk
idioblastik, tersebar merata pada sayatan
tipis dan dapat dilihat pada J10.
Serisit (14%) = warna kuning
keemasan (PPL) dengan warna interferensi
kuning pada orde 2 dengan nilai
birefringence 0,015, relief rendah, indeks
bias Nm < Nkb, habit equant, bentuk
xenoblastik, tidak mempunyai pecahan dan
belahan, terlihat pada A9.
Muscovit (30%) = berwarna
colourless (PPL) dengan warna interferensi
kebiruan pada orde 3 dengan nilai
birefringence 0,059, relief sedang, indeks
bias Nm > Nkb, tidak memiliki pecahan,
belahan 1 arah, bentuk xenoblastik, ukuran
50-100 µm, terlihat pada F2.
Dari hasil normalisasi yang telah
dilakukan, maka di dapatkan nama batuan
pada lokasi penelitian ini ialah Filit.
III. Lokasi Penelitian 3
Lokasi Penelitian 3 terletak di Sungai
Gilas Desa Tanjung Kurung, Kecamatan
Runjung Agung, Kabupaten Ogan Komering
Ulu Selatan. Lokasi pengamatan ini
termasuk kedalam Formasi Tarap. Lokasi
Penelitian 3 ini masuk kedalam batuan pra-
tersier karena sudah ditutupi oleh sungai.
Gbr 3. Kenampakan Mikroskopis LP 3.
Pada sayatan tipis batuan metamorf
ini mempunyai perbesaran 40x yang
memperlihatkan adanya warna colourless
(PPL), mempunyai tekstur umum
granoblastik , tekstur lepidoblastik, dengan
tekstur filitik, ukuran coarse, mempunyai
struktur foliasi, mempunyai komposisi
mineral yaitu kuarsa, orthoklas, opak,
serisit, muscovite.
Lokasi penelitian 3 memiliki
komposisi mineral berupa :
Kuarsa (15%) = warna colourless
(PPL) dengan warna interferensi putih pada
orde 1 dengan nilai birefringence 0,009-
0,012 , relief rendah, indeks bias Nm < Nkb,
bentu xenoblastik, tidak mempunyai
belahan dan pecahan, terlihat pada H2.
Serisit (20%) = warna kuning
keemasan (PPL) dengan warna interferensi
kuning pada orde 2 dengan nilai
birefringence 0,015, relief rendah, indeks
bias Nm < Nkb, bentuk xenoblastik, tidak
Literature Review
4
mempunyai pecahan dan belahan, terlihat
pada G10.
Opak (5%) = warna hitam (PPL)
dengan warna interferensi hitam orde 1 dan
nilai birefringence nya 0,009 dengan relief
tinggi, indeks bias Nm > Nkb, bentuk
idioblastik, tersebar merata pada sayatan
tipis dan dapat dilihat pada C4.
Muscovit (30%) = berwarna
colourless (PPL) dengan warna interferensi
kebiruan pada orde 3 dengan nilai
birefringence 0,059, relief sedang, indeks
bias Nm > Nkb, tidak memiliki pecahan,
belahan 1 arah, bentuk xenoblastik, ukuran
50-100 µm, terlihat pada D4.
Orthoklas (30%) = warna
kecokelatan (PPL) dengan warna
interferensi hitam orde 1 dengan nilai
birefringence 0,009-0,012, bentuk
idioblastik, relief sedang, indeks bias Nm >
Nkb, terlihat menyerabut, mempunyai
belahan 1 arah , mempunyai pecahan,
terlihat pada F6.
Dari hasil normalisasi yang telah
dilakukan, maka di dapatkan nama batuan
pada lokasi penelitian ini ialah Filit.
IV. Lokasi Penelitian 4
Lokasi penelitian 4 masih berada di
Sungai Gilas Desa Tanjung Kurung. Lokasi
ini termasuk kedalam Formasi Tarap. Umur
Formasi Tarap diinterpretasikan berkisar di
Paleozoikum.
Gbr 4. Kenampakan Mikroskopis LP 4.
Pada sayatan tipis batuan metamorf
ini mempunyai perbesaran 40x yang
memperlihatkan warna krem kehitaman
(PPL), derajat kristalisasi holokristalin,
granularitas fanerik, keseragaman butir
equigranular, bentuk anhedral-subhedral,
berukuran 100-1000 µm, mempunyai
komposisi mineral yaitu kuarsa, orthoklas,
biotit, opak, hornblende, serisit.
Lokasi penelitian 4 memiliki
komposisi mineral berupa :
Kuarsa (47%) = warna colourless
(PPL) dengan warna interferensi putih pada
orde 1 dengan nilai birefringence 0,011 ,
relief rendah, indeks bias Nm < Nkb, bentuk
anhedral, tidak mempunyai belahan dan
pecahan, terlihat pada J3
Plagioklas (26%) = warna
kecokelatan (PPL) dengan warna
interferensi hitam orde 1 dengan nilai
birefringence 0,012, habit prismatik, bentuk
subhedral, relief sedang, indeks bias Nm >
Nkb, kembaran albit, mempunyai belahan 1
arah , tidak mempunyai pecahan, terlihat
pada F6
Opak (1%) = warna hitam (PPL)
dengan warna interferensi hitam orde 1 dan
nilai birefringence nya 0,009 dengan relief
tinggi, indeks bias Nm > Nkb, bentuk
anhedral, tersebar merata pada sayatan
tipis dan dapat dilihat pada A3.
Biotit (2%) = warna krem pada
(PPL) dan hijau (XPL) dengan birefringence
orde 3, relief tinggi, indeks bias Nm > Nkb,
bentuk subhedral-euhedral, pleokrisme
dwikroik terubah dari warna hijau hingga
biru, belahan 1 arah, tidak ada pecahan,
ukuran 100-500 µm, terdapat pada H2.
Orthoklas (19%) = warna
kecokelatan (PPL) dengan warna
interferensi hitam orde 1 dengan nilai
birefringence 0,009-0,012, bentuk subhedral,
relief sedang, indeks bias Nm > Nkb,
terlihat menyerabut, mempunyai belahan 1
arah, mempunyai pecahan, terlihat pada J9.
Hornblende (2% ) = warna hijau
dengan interferensi orde 3, birefringence
0,002, belahan satu arah, tidak ada pecahan
Serisit (3% ) = warna krem
keputihan (PPL) dengan warna interferensi
hitam orde 2 dengan nilai birefringence
0,002, relief rendah, indeks bias Nm < Nkb,
bentuk subhedral, terlihat pada F3.
Literature Review
5
Dari hasil normalisasi yang telah
dilakukan, maka di dapatkan nama batuan
pada lokasi penelitian ini ialah Granit.
V. Lokasi Penelitian 5
Lokasi penelitian 5 berada di Sungai
Gilas Desa Tanjung Kurung
Gbr 5. Kenampakan Mikroskopis LP 5.
Pada sayatan tipis batuan metamorf
ini mempunyai perbesaran 40x yang
memperlihatkan adanya warna krem
kehitaman (PPL) , mempunyai tekstur
umum lepidoblastik , struktur sekistosik,
ukuran coarse, mempunyai struktur foliasi,
mempunyai komposisi mineral yaitu kuarsa,
orthoklas, opak, serisit, muscovite, mica.
Lokasi penelitian 5 memiliki
komposisi mineral berupa :
Kuarsa (18%) = warna colourless
(PPL) dengan warna interferensi putih pada
orde 1 dengan nilai birefringence 0,009 ,
relief rendah, indeks bias Nm < Nkb, bentuk
xenoblastik, tidak mempunyai belahan dan
pecahan, terlihat pada A7.
Serisit (10%) = warna kuning
keemasan (PPL) dengan warna interferensi
kuning pada orde 2 dengan nilai
birefringence 0,015, relief rendah, indeks
bias Nm < Nkb, bentuk xenoblastik, tidak
mempunyai pecahan dan belahan, terlihat
pada F5.
Opak (2%) = warna hitam (PPL)
dengan warna interferensi hitam orde 1 dan
nilai birefringence nya 0,009 dengan relief
tinggi, indeks bias Nm > Nkb, bentuk
idioblastik, tersebar tidak merata pada
sayatan tipis dan dapat dilihat pada F4.
Muscovit (10%) = berwarna
colourless (PPL) dengan warna interferensi
kebiruan pada orde 3 dengan nilai
birefringence 0,059, relief sedang, indeks
bias Nm > Nkb, tidak memiliki pecahan,
belahan 1 arah, bentuk xenoblastik, ukuran
50-70 µm, terlihat pada C5.
Orthoklas (20%) = warna
kecokelatan (PPL) dengan warna
interferensi hitam orde 1 dengan nilai
birefringence 0,009-0,012, bentuk
idioblastik, relief sedang, indeks bias Nm >
Nkb, terlihat menyerabut, mempunyai
belahan 1 arah , mempunyai pecahan,
terlihat pada J4.
Dari hasil normalisasi yang telah
dilakukan, maka di dapatkan nama batuan
pada lokasi penelitian ini ialah Sekis.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan
mikroskopis yang telah dilakukan
didapatkan jenis batuan yaitu batuan beku
dan batuan metamorf yang berupa Andesite,
Filit, Granit dan Sekis. Batuan Beku
merupakan batuan yang terbentuk dari
hasil pembekuan magma baik dibawah
permukaan sebagai batuan intrusif maupun
diatas permukaan sebagai batuan ekstrusif,
sedangkan batuan metamorf
merupakan hasil transformasi dari suatu
tipe batuan yang sudah ada sebelumnya.
Batuan metamorf merupakan penciri dari
karakteristik serta litologi penyusun
formasi Tarap. Formasi Tarap merupakan
batuan yang memiliki umur tertua di
daerah telitian berumur Paleozoikum dan
merupakan formasi basement.
UCAPAN TERIMAKASIH
Saya ucapkan terima kasih kepada
Dr. Ir. Endang Wiwik Dyah Hastuti, M.Sc.
selaku dosen pengampu mata kuliah
Petrologi, serta Salsyabillah Nurul Aini
selaku asisten lapangan dan Olvi Melti
amelia selaku sisten pembimbing dalam
Praktikum Petrologi. Dan rekan rekan
yang ikut dalam analisa serta pembuatan
laporan ini.
Literature Review
6
PUSTAKA
De Coster, G.L., 1974.The Geology of the
Central and South Sumatra Basin.In
Proceedings Indonesian Petrolium
Association, Third Annual Convention,
Jakarta, p.77-110
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.