ArticlePDF Available

SEKOLAH ALAM: EVALUASI PROGRAM SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN KECERDASAN NATURALISTIK DAN KINESTETIK PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Authors:

Abstract

Naturalist and kinestetic Intelligence in Early childhood become the main parameters in the stages of growth and development. This Intelligence becomes a strong foundation in the future in achieving self-success in the industrial era 4.0. In guarding the growth and development of early childhood, Sekolah Alam was an solutions to prpare for the golden generation in the future. Program evaluation carried out with the CIPP (Context Input Process Poduct) model approach aim to measures the achievement of the implementation of the organizing and outcome program for the students. The result showed that the implementation of the program was in the very good category 88,9% and outcome 87,5% student achievied the curriculum target, so it can be concluded that the Sekolah Alam curriculum was succesfully implemented to build the naturalist and kinesthetic intelligence.
ISSN 1410-0053 123
SEKOLAH ALAM: EVALUASI PROGRAM SEKOLAH DALAM
MENUMBUHKAN KECERDASAN NATURALISTIK DAN KINESTETIK
PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Taufiq Satria Mukti, Mutiara Arlisyah Putri Utami,
dan Fantika Febry Puspitasari
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Abstract: Naturalist and kinestetic Intelligence in Early childhood become the main
parameters in the stages of growth and development. This Intelligence becomes a
strong foundation in the future in achieving self-success in the industrial era 4.0.
In guarding the growth and development of early childhood, Sekolah Alam was
an solutions to prpare for the golden generation in the future. Program evaluation
carried out with the CIPP (Context Input Process Poduct) model approach aim to
measures the achievement of the implementation of the organizing and outcome
program for the students. The result showed that the implementation of the
program was in the very good category 88,9% and outcome 87,5% student
achievied the curriculum target, so it can be concluded that the Sekolah Alam
curriculum was succesfully implemented to build the naturalist and kinesthetic
intelligence.
Keywords
Sekolah Alam, Program Evaluation, Naturalist Intelligence, and
Kinesthetic Intelligence.
Abstrak: Kecerdasan naturalis dan kinestetik pada anak usia dini menjadi parameter
utama dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan. Kecerdasan ini menjadi
fondasi yang kuat di masa depan dalam mencapai kesuksesan diri di era industri
4.0. Dalam mengawal pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini, Sekolah
Alam adalah solusi untuk mempersiapkan generasi emas di masa depan. Evaluasi
program yang dilaksanakan dengan pendekatan model CIPP bertujuan untuk
mengukur pencapaian implementasi program lembaga penyelenggara dan
outcome pada peserta didik. Hasil menunjukkan bahwa implementasi program
berada dalam sangat kategori baik 88,9% dan outcome peserta didik 87,5%
mencapai target kurikulum, sehingga dapat disimpulkan bahwa kurikulum
Sekolah Alam berhasil dilaksanakan.
Kata Kunci: Sekolah Alam, Evaluasi Program, Kecerdasan Naturalis, dan Kecerdasan
Kinestetik
A. PENDAHULUAN
Kecerdasan berperan penting bagi kelangsungan hidup. Kecerdasan yang ada pada diri
manusia sangat beragam dan berbeda-beda (Fitriani, 2018). Kecerdasan yang manusia
miliki merupakan tolak ukur pencapaian individu yang dapat dieksplorasi,
Taufiq Satria Mukti, dkk.
124 Insania, Vol. 25, No. 1, Januari - Juni 2020
ditumbuhkan, serta dikembangkan secara optimal melalui berbagai macam teknik dan
stimulasi yang tepat sesuai tahap perkembangannya.
Kecerdasan yang ada pada tiap individu tidak hanya satu, atau dikenal dengan
istilah Multiple Intelligence. (Gardner, 2011) menyatakan bahwa kecerdasan majemuk
meliputi kecerdasan Linguistic, kecerdasan logika matematika, kecerdasan spasial,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan musical, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
intrapersonal, kecerdasan naturalis, kecerdasan eksistens. Kecerdasan yang perlu di
optimalkan pada masa pertumbuhan dan perkembangan adalah kecerdasan kinestetik
dan naturalis.
Kecerdasan kinestetik berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak.
Kecerdasan kinestetik pada anak akan berkembang dengan baik jika dididik dan
dilakukan pelatihan (Yuningsih, 2015). Perkembangan motorik akan berpengaruh
terhadap kekuatan fisik (Hasanah, 2016), sehingga di masa selanjutnya anak dengan
fisik yang kuat akan mampu merealisasikan gerakan atau tindakan sesuai dengan apa
yang ada di pikiran.
Stimulus yang diberikan dengan baik akan mendorong perkembangan kecerdasan
kinestetik anak. Stimulus dapat berupa gerak seluruh anggota tubuh yang terkoordinasi
dengan baik. Gerak seluruh anggota tubuh ini sebagai bentuk mengekspresikan ide atau
gagasan dan emosi melalui sebuah gerakan dalam membuat atau melakukan sesuatu.
Kecerdasan kinestetik ini meliputi koordinasi, keseimbangan, ketrampilan, kekuatan,
kelenturan, kecepatan dan keakuratan menerima rangsangan, sentuhan, dan tekstur
(Armstrong, 2009). Kecerdasan gerak kinestetik pada manusia tersentral pada otak
cereblum (otak kecil), bangsal ganglia (otak keseimbangan), dan motor korteks.
Dasar dari pentingnya pengoptimalan kecerdasan kinestetik untuk anak usia dini
meliputi (1) anak memiliki tubuh yang lebih lentur dari orang dewasa; (2) anak belum
mempunyai banyak ketrampilan yang berbenturan dengan ketrampilan yang baru
dipelajarinya; (3) anak lebih suka mencoba sesuatu yang baru ketika masih kecil dari
pada setelah dewasa; (4) anak sedang dalam tahap suka melakukan kegiatan secara
berulang-ulang sehingga otot lebih terlatih untuk melakukan secara efektif; (5) tanggung
jawab dan kewajiban yang dimiliki anak lebih kecil daripada ketika dewasa sehingga
waktu anak untuk melatih keterampilan menjadi lebih banyak (Gardner, 2011).
Pada umumnya orang tua kurang memperhatikan kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan di usia yang tepat sesuai tahapannya. Orang tua lebih mementingkan
anak mempunyai kecerdasan akademik lain layaknya tuntutan orang dewasa. Begitu
pula kecerdasan kinestetik pada pendidikan anak usia dini yang kurang mendapat
perhatian sehingga perkembangan yang berlangsung tidak optimal. Pengoptimalan
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan tersebut perlu adanya stimulasi. Stimulasi
bagi kecerdasan kinestetik seharusnya adalah ruang terbuka yang memungkinkan
mobilitas tinggi bagi anak. Akan tetapi hal ini menjadi kendala dan hambatan yang
serius karena tidak tercukupinya ruang gerak untuk berekspresi. Sedangkan dari sudut
pandang lain faktor utama yang sangat mempengaruhi adalah penerapan model
Sekolah Alam: Evaluasi Program Sekolah Dalam Menumbuhkan
Kecerdasan Naturalistik Dan Kinestetik Pada Pendidikan Anak Usia Dini
ISSN 1410-0053 125
pembelajaran pendidikan anak usia dini mayoritas masih dilaksanakan secara
konvensional.
Kecerdasan lain yang mayoritas kurang mendapat perhatian adalah kecerdasan
naturalis. Kecerdasan naturalis mencakup pengetahuan dan ilmu yang terkait dengan
makhluk hidup beserta lingkungan yang ada di sekitarnya. Kecerdasan naturalis
dikenalkan oleh Howard Gardner dengan menggambarkan dan menggolongkan jenis
mereka (makhluk hidup) terhadap lingkungan alam. Kecerdasan Naturalis dalam
aplikasinya banyak dimanfaatkan manusia untuk hidup dan berkehidupan. Seperi
memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan konsumsi, mengetahui waktu yang tepat untuk
menyemai bibit, dan mengetahui teknik dalam melakukan pengobatan alami.
Kenyataan yang ada banyak pendidikan anak usia dini yang kurang mendukung
untuk mengembangkan kecerdasan naturalis. Kurangnya sarana prasarana sekolah
menjadi faktor utama, terlebih di kota besar jarang ditemui ekosistem alami dengan
komponen pembentuk ekosistem seutuhnya. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap
tumbuh dan kembang anak, contoh sederhana adalah rasa malu yang besar pada anak
untuk berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggal.
Lingkungan alam merupakan literatur yang penting untuk menumbuh
kembangkan kemampuan dan kecerdasan anak. Menghabiskan waktu di ruang-ruang
alami bagi anak dapat meningkatkan kebugaran dan kemampuan seseorang untuk
berkonsentrasi (Taylor & Kuo, 2006). Ini juga telah dibuktikan untuk mengenali diri,
perasaan tenang, pengembangan sensorik, kemampuan kognitif dan kreativitas. Oleh
karena itu desain lingkungan memiliki peran penting dalam perkembangan mereka.
Dengan lingkungan pendidikan yang natural anak-anak mampu menghabiskan banyak
waktu di masanya sesuai kebutuhan pertumbuhan dan perkembangannya .
Penegasan pendapat tersebut juga dinyatakan oleh (Taylor & Kuo, 2006) bahwa
sejak usia dini kecerdasan naturalis sangat dibutuhkan bagi setiap orang. Kecerdasan ini
berperan penting dalam menjaga dan memelihara naluri setiap manusia untuk dapat
hidup dengan nyaman dalam tananan kehidupan yang seutuhnya. Dengan pernyataan
tersebut menjadi penting bahwa pengembangan kecerdasan naturalis tidak terlepas
dengan keberadaan alam. Alam berperan sebagai literatur terbaik bagi anak usia dini
dalam melaksanakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Dengan
demikian, pemanfaatan alam sebagai metode pendekatan pelaksanaan sekolah dalam
menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan naturalis sangat diperlukan sehingga
pada kenyataannya pengembangan kecerdasan naturalis dan kinestetik berkembang
dengan optimal.
Untuk mewujudkan proses pendidikan yang demikian menjadi tugas bagi seluruh
pelaku pendidikan agar mampu menerapkan pembelajaran yang menunjang
perkembangan kecerdasan kinestetik dan naturalis sehingga anak mampu berinteraksi
dan memahami dengan lingkungannya disekitarnya. Pembelajaran yang digunakan
untuk mengembangkan kecerdasan naturalis ini seharusnya dilakukan di luar ruangan
agar anak secara bebas dapat bereksplorasi (Daniati, 2019).
Taufiq Satria Mukti, dkk.
126 Insania, Vol. 25, No. 1, Januari - Juni 2020
Taylor & Kuo (2006) berpendapat bahwa desain lingkungan ini memiliki peran
penting dalam perkembangan mereka. Pembelajaran anak usia dini pada dasarnya
menerapkan esensi bermain. Melalui bermain anak mampu bergerak secara leluasa
untuk berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitar. Kecerdasan kinestetik yang
tinggi pada anak biasanya tampak bahwa anak suka menggunakan otot untuk
mengeksplorasi lingkungan sekitar. Sedangkan anak yang memiliki kecerdasan naturalis
yang tinggi akan merasa senang bereksplorasi dengan lingkungan alam dan sekitarnya.
Adanya kecerdasan yang dimiliki tersebut anak mampu belajar sesuai tingkat
kenyamanan yang proporsional, tingkat kepercayaan diri, dan akan sangat berpotensi
dalam menumbuh kembangkan kreativitas. Anak akan lebih banyak terlibat dalam
interaksi yang positif, terampil dalam menyelesaikan permasalahan, dan serta mampu
mengekspresikan diri (Davis dkk., 2010). Melalui lembaga pendidikan anak akan
mendapatkan stimulasi yang optimal serta didukung peran orang tua dalam
mengoptimalkan kecerdasan yang dimiliki anak.
Pentingnya kecerdasan naturalis dapat menjadi dasar kuat terhadap menanamkan
rasa kepekaan dan kesadaran terhadap lingkungan tempat tinggal sekaligus menjaga dan
melestarikannya. Hal itulah yang akhir-akhir ini menjadi persoalan memperhatinkan
bagi keberlangsungan hidup akibat dampak penebangan hutan liar, pemburuan hewan
dan melakukan pembakaran hutan, maupun membuang sampah tidak pada tempatnya
yang akhirnya menyebabkan berbagai macam ganggungan lingkungan yang bencana
alam. Era 4.0 adalah tantangan nyata bagi pendidikan Indonesia, khususnya pendidikan
pada anak usia dini (Widaningsih dkk., 2019). Perlunya outcame peserta didik yang
mempunyai bekal yang cukup untuk meneruskan pertumbuhan dan perkembangn pada
tahap selanjutnya adalah menjadi fokus pengembangan pelaksanaan program belajar
pada anak usia dini. Harapan dengan adanya inovasi pelaksanaan program pendidikan
anak usia dini yang tidak hanya dilaksanakan secara konvensional akan lebih
menguatkan kecerdasan anak usia dini yang lebih menitik beratkan pada kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini yang fundamental.
Saat ini pendidikan anak usia dini di Indonesia semakin memiliki banyak inovasi.
Salah satu inovasinya adalah sekolah berbasis alam. Sekolah berbasis alam ini bertujuan
untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan naturalis dan
kinestetik pada anak (Daniati, 2019). Proses pembelajaran yang diterapkan tentu tidak
secara konvensional yang hanya dilakukan di dalam ruang kelas saja, akan tetapi
pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan lebih sering di luar ruangan
dan memanfaatkan ruang terbuka (alami) sehingga anak mampu berinteraksi langsung
dengan makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Tidak hanya itu, akan tetapi Sekolah
Alam diharapkan mampu mendidik dan menanamkan kepribadian kuat pada anak.
Lingkungan alami yang dimaksud tidak serta merta pada konteks lingkungan
alami yang sebenarnya, namun beberapa diantaranya perlu pengelolaan dan tatanan
sehingga mampu menciptakan lingkungan yang terkondisi (Hashim & Denan, 2015).
Lingkungan yang terkondisi ini harus memenuhi aspek komponen ekosistem yang baik
Sekolah Alam: Evaluasi Program Sekolah Dalam Menumbuhkan
Kecerdasan Naturalistik Dan Kinestetik Pada Pendidikan Anak Usia Dini
ISSN 1410-0053 127
untuk menjadi literatur bagi proses pendidikan dan pembelajaran anak pada Sekolah
Alam. Pembelajaran berbasis alam menjadi salah satu strategi dalam mengembangkan
prinsip belajar yang menyenangkan, hal itu dikarenakan pembelajaran yang
dilaksanakan berprinsip pada bermain sambil belajar dan menjadikan anak sebagai pusat
pembelajaran (Spalie dkk., 2011). Pembelajaran berbasis alam ini dapat
mengoptimalkan kecerdasan yang dimiliki oleh anak untuk beradaptasi secara kreatif
dengan lingkungan alam. Lingkungan yang asri, aman, sejuk membuat anak nyaman
untuk belajar.
Di Yogyakarta dapat ditemui beberapa Sekolah Alam. Sekolah berbasis alam
yang diselenggarakan saat ini belum pernah dilakukan evaluasi. Perlunya penelitian
evaluasi dilakukan adalah untuk memperoleh penilaian terhadap keterlaksanaan
program. Berdasarkan berbagai pertimbangan yang telah di uraikan tersebut penelitian
evaluasi dengan model CIPP (context, input, process, products) (Stufflebeam, 2002)
akan diterapkan guna memperoleh informasi dari seluruh komponen penyelenggaraan
Sekolah Alam. Pada penelitian evaluasi ini mempunyai juga tujuan untuk memperoleh
informasi yang mendalam baik dari segi konteks atau kurikulum Sekolah Alam, proses
pelaksanaan Sekolah Alam, serta produk atau outcame dari proses pendidikan yang
berupa kepribadian, kecerdasan naturalis dan kecerdasan kinestetik. Dengan demikian
secara keseluruhan pelaksanaan evaluasi dapat memberikan suatu rekomendasi
perbaikan serta memberikan penilaian terhadap pelaksanaan program Sekolah Alam
yang sudah berlangsung.
B. METODE
Evaluasi dilakukan dengan modifikasi model CIPP (context, input, process, dan
product) (Stufflebeam, 2002). Modifikasi model berupa input, process, dan outcame .
Cakupan input dalam Evaluasi yang akan di lakukan terdiri dari kurikulum, sarana dan
prasarana, kompetensi pendidik, dan pembiayaan. Pada pelaksanaan Sekolah Alam
meliputi Cakupan process yang terdiri dari pengelolaan, kegiatan pembeljaran/KBM,
dan penilaian. Menurut teori model evaluasi oleh (Stufflebeam, 2002) menjelaskan
bahwa Products yang dimaksud dapat berupa luaran yang berupa products itu sendiri
atau outame yang telah berproses sehingga dapat di artikan sebagai hasil pencapaian
belajar siswa di Sekolah Alam.
Subyek penelitian evaluasi adalah kepala sekolah, guru, dan maintenance
(pemelihara sarana prasarana Sekolah Alam) di tiga TK Sekolah Alam yang ada di
Yogyakarta, yaitu: TKIT Alam Nurul Islam Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman,
KB Jogja Green School Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, dan TK Alam
Avicienna Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul. Secara garis besar Instrumen
yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari instrumen kualitas kurikulum,
instrumen kualitas proses penyelenggaraan, dan instrumen outcame atau lulusan.
Instrumen meliputi angket dengan subjek peserta didik, maintenance, ataupun pendidik.
Maka subjek peserta didik perlu treatment bahwa tersebut diisi oleh guru melalui
observasi langsung terhadap peserta didik. Teknik ini dilakukan atas dasar subjek
Taufiq Satria Mukti, dkk.
128 Insania, Vol. 25, No. 1, Januari - Juni 2020
peserta didik belum mampu untuk mengisikan angket tersebut. Selain angket teknik
observasi, wawancara dan dokumentasi terhadap seluruh komponen Sekolah Alam
dilakukan dalam mengumpulkan data, sehingga harapannya informasi yang yang lebih
detail dan mendalam. Ketepatan dan kebermaknaan instrumen diperoleh dengan
melakukan analisis expert judgment atau pakar. Sedangkan keandalan instrumen
diperoleh dengan analisis data uji coba menggunakan Conbach Alpha dengan bantuan
program SPSS 16.
Analisis data terhadap capaian pelaksanaan program Sekolah Alam dilakukan
dengan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif. Capaian program di ukur dari input
sekaligus proses dan outcame . Hal ini di dasarkan bahwa capaian outcame adalah hasil
dari input dan proses uang salin terintegrasi.
Tabel 1. Analisis Data
Teknik Analisis
Tujuan
Cronbach Alpha dengan program SPSS 16
Uji reliabilitas instrumen yang diperoleh
dari uji coba dan pelaksanaan evaluasi
Confirmatory Factor Analysis (CFA)
dengan program Lisrel
Uji validitas konstruk instrumen pada
pelaksanaan evaluasi
Statistik deskriptif
Menghitung mean, persentase dan
penetapan kriteria dari penelitian
Evaluasi Program Sekolah Alam yang dilakukan dengan modifikasi model CIPP
skema kerja maupun aspek yang menjadi fokus evaluasi tertuang pada skema sebagai
berikut:
Input
Kurikulum
Kompetensi
pendidik
Sarpras
Pembiayaan
Outcame
Kepribadian
Kecerdasan
Naturalis
Kecerdasan
Kinestetik
Proses
Pengelolaan
Proses
KBM
Penilaian
Sekolah Alam: Evaluasi Program Sekolah Dalam Menumbuhkan
Kecerdasan Naturalistik Dan Kinestetik Pada Pendidikan Anak Usia Dini
ISSN 1410-0053 129
Gambar 1. Pelaksanaan Evaluasi
Evaluasi ini melibatkan 88 responden dengan rincian responden disajikan pada
tabel berikut: Tabel 2. Jumlah subyek Uji coba dan pelaksanaan evaluasi
Subjek
Uji Coba
Operasional
Kepala sekolah
1
3
Wakil kepala sekolah
1
3
Guru
4
18
Peserta didik
24
58
Maintenance
1
6
Jumlah
31
88
Tabel 3. Subjek Evaluasi
Subjek
Peran
Peserta Didik
Partisipan pada proses pembelajaran
Sekolah Alam
Parameter keberhasilan program
Kepala Sekolah, Guru, dan Maintenance
Penyelenggaran Sekolah Alam
Narasumber
Pakar Dan Praktisi Evaluasi
Penilai instrumen yang digunakan
Kriteria penilaian Sekolah Alam dikatakan baik apabila memenuhi standar yang
sudah di tetapkan. Kriteria baik meliputi kesesuaian indikator yang ada pada setiap
aspeknya. Berikut adalah kriteria penilaian keberhasilan yang sudah di tetapkan
Tabel 4. Kriteria Penilaian Program
No
Skor
Kategori
1
1 1,599
Sangat buruk
2
1,6 2,199
Buruk
3
2,2 2,799
Cukup
4
2,8 3,399
Baik
5
3,4 4,0
Sangat baik
C. EVALUASI PROGRAM SEKOLAH ALAM
Hasil pengukuran dengan Lisrel terhadap hubungan indikator dan variabel laten dalam
instrumen berdasarkan data yang diperoleh dari pelaksanaan evaluasi dapat disimpulkan
ke dalam tabel sebagai berikut:
Taufiq Satria Mukti, dkk.
130 Insania, Vol. 25, No. 1, Januari - Juni 2020
Tabel 5. Goodness Of Fit Instrument
No
Index
Goodness of Fit
Hasil
Level of Fit
1
Chi Square (x2) dan Probabilitas
(p)
Kecil & p 0,05
1,27
p = 0,15
Good Fit
2
Root Mean Square Error of
Approximation (RMSEA)
0,08
0,06
Good Fit
3
NFI (Normed Fit Index)
0,90
0,99
Good Fit
4
Non Normed Fit Index (NNFI)
0,90
0.99
Good Fit
5
Comparatif Fit Index (CFI)
0,90
0,98
Good Fit
6
Incremental Fit Index (IFI)
0,90
0,93
Good Fit
7
Relative Fit Index (RFI)
0,90
0,98
Good Fit
8
Goodnees of Fit Index (GFI)
0,90
0,92
Good Fit
9
Adjusted Goodness of Fit Index
(AGFI)
0,90
0,90
Good Fit
(Joreskog, 1993) Nilai R2 dari analisis di atas 1,0 mempunyai arti bahwa
keseluruhan indikator dalam instrumen yang dikembangkan dapat merepresentasikan
variabel laten (valid). Estimasi model pengukuran juga menunjukkan bahwa setiap
indikator instrumen memiliki loading factor yaitu di atas 0,60. Secara keseluruhan
interpretasi berdasarkan outcame dengan sembilan parameter yang merupakan kriteria
goodness of fit index model (Diamantopoulos, 1994) dalam penelitian terbukti bahwa
seluruh parameter memenuhi kriteria goodness of fit index model, sehingga indikator
yang dibentuk sudah sesuai dengan variable laten yaitu pelaksanaan evaluasi yang
diukur oleh tiga indikator yaitu input, proses dan outcame. Indikator input terdiri dari
sub-indikator yaitu kurikulum, kompetensi pendidik, sarpras dan pembiayaan. Pada
indikator proses terdiri dari sub-indikator yaitu pengelolaan, proses KBM, penilaian dan
pendampingan, dan indikator outcame terdiri dari sub-indikator yaitu kepribadian,
kecerdasan naturalis dan kecerdasan kinestetik. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa fit index atau kecocokan model yang diuji adalah baik, artinya indikator dan sub-
indikator yang digunakan pada instrumen dapat menjelaskan variabel pelaksanaan
evaluasi Sekolah Alam.
Tabel 6. Hasil Analisis Deskriptif Pelaksanaan Evaluasi
Aspek
Instrumen Evaluasi
Mean
%
Kriteria
Input
Kurikulum
3,315
82,88
Sangat baik
Kompetensi pendidik
3,420
81,52
Sangat baik
Sarpras
3,826
95,65
Sangat baik
Pembiayaan
3,681
92,03
Sangat baik
Proses
Pengelolaan
3,674
91,84
Sangat baik
Proses KBM
3,420
81,52
Sangat baik
Penilaian
3,586
89,67
Sangat baik
Sekolah Alam: Evaluasi Program Sekolah Dalam Menumbuhkan
Kecerdasan Naturalistik Dan Kinestetik Pada Pendidikan Anak Usia Dini
ISSN 1410-0053 131
Pendampingan
3,826
95,65
Sangat baik
Rata-rata
3,594
88,9
Sangat baik
Outcame
Kepribadian
3,420
81,52
Sangat baik
Kecerdasan naturalis
3,674
85,50
Sangat baik
Kecerdasan kinestetik
3,826
95,65
Sangat baik
Rata-rata
3,640
87,5
Hasil estimasi reliabilitas uji coba instrumen memiliki nilai >0,6. Hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan reliabel. Sementara berdasarkan
hasil analisis deskriptif evaluasi pelaksanaan Sekolah Alam pada aspek input dan proses
memperoleh skor rerata 3,594 dan 88,9% yang dapat dikategorikan “sangat baik”,
sehingga dapat disimpulkan bahwa aspek input yang meliputi kurikulum, kompetensi
pendidik, sarpras dan pembiayaan serta aspek proses yaitu pengelolaan, proses KBM,
penilaian dan penampingan dapat dikatakan berjalan dengan “sangat baik” sebagai
penunjang untuk menghasilkan outcame yang baik. Sebagaimana juga dapat dilihat
pada aspek outcame memperoleh skor rerata 3,640 dan 87,5% yang dapat dikategorikan
”sangat baik”, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Sekolah Alam
sudah menghasilkan outcame yang sangat baik dalam aspek kepribadian, kecerdasan
naturalis dan kecerdasan kinestetik.
D. KESIMPULAN
Ada tiga aspek yang dapat menjadi penunjang pelaksanaan Sekolah Alam yaitu input,
proses dan produk. Aspek input dapat dilihat dari kurikulum, kompetensi pendidik,
sarpras dan pembiayaan serta aspek proses yaitu pengelolaan, proses KBM, penilaian
dan penampingan, sementara aspek outcame dapat dilihat dari kepribadian, kecerdasan
naturalis dan kecerdasan kinestetik. Hasil evaluasi pelaksanaan menunjukkan bahwa
implementasi program yang dapat dilihat dalam aspek input dan proses maupun
outcame berada dalam kategori sangat baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kurikulum Sekolah Alam berhasil dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, T. (2009). Multiple intelligences in the classroom (3rd ed). Association for
Supervision and Curriculum Development.
Daniati, S. P. (2019). Natural School Culture as a Free And Fun Alternative Education
in Building the Students’ Character. Elementary Education Online, 18(1).
https://doi.org/10.17051/ilkonline.2019.527617
Davis, K., Christodoulou, J., Seider, S., & Gardner, H. (2010). The Theory of Multiple
Intelligences. 37.
Taufiq Satria Mukti, dkk.
132 Insania, Vol. 25, No. 1, Januari - Juni 2020
Diamantopoulos, A. (1994). Modelling with LISREL: A guide for the uninitiated.
Journal of Marketing Management, 10(13), 105136.
https://doi.org/10.1080/0267257X.1994.9964263
Fitriani, R. (2018). Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. 3(1), 10.
Gardner, H. (2011). Frame of Mind: The Theory of Multiple Intelligences (3rd Edition).
A Member of the Perseus Books Group, New York.
Hasanah, U. (2016). Pengembangan Kemampuan Fisik Motorik Melalui Permainan
Tradisional Bagi Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 5, 717733.
Hashim, H. H., & Denan, Z. (2015). Importance of Preserving the Natural Environment
in the Design Schools in Malaysia. Procedia - Social and Behavioral Sciences,
170, 177186. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.027
Joreskog, K. G. (1993). Lisrel 8: Structural Equation Modeling with the SIMPLIS
Command Language. Scientific Software International, Inc.
Spalie, N., Utaberta, Abdullah, Tahir, M., & Ani, C. (2011). Reconstructing Sustainable
Outdoor Learning Environment in Malaysia from the Understanding of Natural
School Design and Approaches in Indonesia. Procedia - Social and Behavioral
Sciences, 15, 33103315. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.04.291
Stufflebeam, D. L. (2002). Evaluation Models (Second Edition). Kluwer Academic
Publishers. http://kluweronline.com
Taylor, A. F., & Kuo, F. E. (2006). Is contact with nature important for healthy child
development? State of the evidence. Dalam C. Spencer & M. Blades (Ed.),
Children and their Environments (hlm. 124140). Cambridge University Press.
https://doi.org/10.1017/CBO9780511521232.009
Widaningsih, T., Widyawati, P. N., Shodiq, A., & Zayadi, A. (2019). Revolusi Industri
4.0 Dan Pendidikan Aanak Usia Dini Untuk Generasi ALFA: Sebuah Telaah. 2,
9.
Yuningsih, R. (2015). Peningkatan Kecerdasan Kinestetik Melalui Pembelejaran Gerak
Dasar Tari Minang. 9, 18.
... In obtaining the leadership skills, the learning enhancement is conducted through advancing the morning exercise and gardening lessons. In this view, the learning space here is pointing out disseminating the important parts of their behavioral attitudes by joining partnership with parental engagement (Mukti et al., 2020) and also service learning enhancement (Huda et al., 2018b). It is important to note that the school field here is widely combined with cooperating the parental involvement and continued program enhancement in the project learning program. ...
... The implementation of education at the field school in Indonesia is concentrated to advance the efforts in addressing the problems of environmental destruction. Moreover, such attainment could be prioritised to build the culture of atmosphere which is friendly to the environmental substance in the context of sustainability plan (Admin, 2019;Mukti et al., 2020). As such, the sustainability goal achievement here might begin with actualising both activities and facilities of environmental awareness commencement through education setting (Sagala et al., 2019). ...
... In the attempts to develop the potential contributions of lifelong learning together with sustainability achievement to enhance the social community enlargement, attempts to sustaining the individual awareness on environmental education placed the traditional arts and literature (Mogren, Gericke & Scherp, 2019), in which the field school laboratory is known as a green lab (Mukti et al., 2020). The concept of environmentally sound education implemented here is supported by this green laboratory, as a place for research and testing of learners' work in the field. ...
Article
Full-text available
Attempts to fulfil the contemporary needs mainly on strengthening eco-friendly responsibilities are in line with the strategic role of expanding committed awareness of sustaining the healthy community. This initiative should bring along with enhancing the duties on how educational institution can manage its role in the balance between human being and natural resources. As such, the innovative learning culture in enabling the school approach in empowering sustainability should be taken into consideration in strengthening multi-task for sustainable communities. This paper aims to examine the eco-friendly responsibilities to enhance the healthy community through cross reviewing Indonesian field school model. With the critical review of literature from referred journals, books, and conferences, the theoretical framework model with a guideline will be offered to assist in the innovative learning culture to strengthen its play in bringing environmental and social responsibilities in line with sustainability goal achievement program.
... Salah satu jenis kecerdasan tersebut adalah kecerdasan alami atau kecerdasan naturalistik. Alam merupakan sastra yang penting untuk mengembangkan kemampuan anak (Heldanita, 2019;Fatmala & Hartati, 2020;Mukti et al., 2020), karena membantu anak lebih mudah memahami alam sehingga mengembangkan kecerdasan yang optimal.Alam dapat diamati dan dirasakan, sehingga memungkinkan berkembangnya kecerdasan.Anak-anak mendapatkan pengalaman langsung saat mereka belajar bagaimana memanfaatkan alam. ...
Article
Full-text available
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kecerdasan naturalis anak dengan menggunakan metode karyawisata. Bertempat di lingkungan sekolah RA Nurul Huda. Penelitian dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, dengan sampel sebayak 11 siswa yang terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Setelah dianalisis dengan teknik obeservasi maka hasil penelitian menunjukkan: 1) Kecerdasan naturalis anak sebelum menggunakan metode karyawisata masih rendah dengan persentase 49.43%. 2) terdapat peningkatan kecerdasan naturalis anak setelah penerapan metode karyawisata sebesar 69.88%. 3) Hasil penerapan metode karyawisata dalam meningkatkan kecerdasan naturalis anak mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 81.82%, anak dapat mengenal, menanam, dan merawat tanaman serta dapat mengeksplor lingkungannya.
... Kecerdasan naturalis dalam aplikasinya banyak dimanfaatkan manusia untuk hidup dan berkehidupan. Seperti memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan konsumsi, mengetahui waktu yang tepat untuk menyemai bibit, dan mengetahui teknik dalam melakukan pengobatan alami [2]. ...
Article
Full-text available
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Course Review Horay berbantuan media APROGIL terhadap kecerdasan naturalistik siswa kelas IV di SD Negeri Ngasem, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang. Desain penelitian yang digunakan adalah One-Group Pretest-Posttest. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV di SD Negeri Ngasem berjumlah 19 anak yang dipilih dengan menggunakan teknik total sampling. Metode pengumpulan data menggunakan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Course Review Horay berbantuan media APROGIL berpengaruh positif terhadap kecerdasan naturalistik siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis uji Paired Sampel T-Test pada sampel dengan probabilitas nilai sig (2-tailed) 0,000<0,05. Peningkatan kecerdasan naturalistik dipengaruhi oleh implementasi sintak model Course Review Horay dan penerapan media yang berbasis pada pendekatan lingkungan siswa, sehingga aspek kecerdasan naturalis mengalami peningkatan dilihat berdasarakan penghitungan pretes dan posttes.
... It was explained that collage activities using natural media such as leaves, seeds, nuts, and sand, can increase naturalist intelligence in group A children of Kemala Bhayangkari Kindergarten 54 Ngawi. Mukti et al. (2020) explained that three aspects could support the implementation of the Natural School: input, process, and product. The input aspect can be seen from the curriculum, educator competence, infrastructure, and financing, as well as the process aspect, namely management, teaching and learning process, assessment, and mentoring. ...
Article
Full-text available
This study aims to analyze children's natural intelligence improvement through nature-based learning management at RA Al Khodijah Probolinggo. The research method used is a qualitative case study type. Researchers conducted observations, interviews with principals and teachers, and documentation. Data analysis in this study begins with data collection and reduction and continues with concluding. The results show that nature-based learning effectively increases the natural intelligence of early childhood through nature-based learning, which is an introduction to forms of love for nature or the surrounding environment, such as visiting the zoo, planting trees, and others. Nature-based learning uses nature as teaching material, a place to learn and learn objects, with the concept of a natural school. Students are expected to be able to learn with nature and be able to connect and apply the knowledge gained in real, everyday life.
Article
Full-text available
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi pembelajaran yang digunakan Sekolah Alam Bengawan Solo dalam membentuk Karakter peduli lingkungan pada masa pandemi Covid-19 dan mendeskripsikan dampak dari penerapan stategi pembelajaran yang digunakan Sekolah Alam Bengawan Solo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yang diperoleh dari informan yakni Kepala Sekolah, dua guru kelas, orang tua siswa, dan siswa; tempat penelitian; dan dokumen. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, kuisioner (angket) dan analisis dokumen. Validitas data dengan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian ini adalah SABS menggunakan strategi pembelajaran terpadu sebagai strategi pembelajaran dalam menguatkan karakter peduli lingkungan selama pembelajaran daring. Strategi terpadu sangat sesuai dengan gaya belajar siswa dan lingkungan SABS. Pembentukan kurikulum muatan lokal green lab sebagai mata pelajaran yang akan diajarkan untuk mengembangkan karakter peduli lingkungan pada siswa. Pembentukan program “Sampahku Tanggungjawabku” dan biopori juga menjadi pendorong untuk menguatkan karakter peduli lingkungan. Pelaksanaan strategi terpadu diintegrasikan pada kegiatan sehari-hari dan kegiatan terprogram. Evaluasi dilakukan pada kegiatan dan hasil belajar siswa. evaluasi di SABS terdapat dua penilaian yaitu penilaian tema yang dilaksanakan tiga bulan sekali berupa penilaian deskripsi dan penilaian secara obyek seperti pada sekolah umum lainnya. Dampak dari penggunaan strategi terpadu mejadikan siswa lebih bertanggungjawab dan memiliki kesadaran yang tinggi terhadap lingkungan sekitar.
Article
The purpose of this study is to determine how the Nature School curriculum is used to build student character. This research method is a literature study method. The literature study method is a research method used in this study. Data collection techniques are carried out by studying literature from written sources, such as books, journals, and articles to strengthen arguments. The data sources used are scientific journals with quantitative data analysis techniques. The results of the study are that the nature school curriculum does not only focus on cognitive aspects, but also on students' social, emotional, and spiritual development. In facing climate change and other environmental issues, nature-based character education is very relevant to prepare future generations. Examples of nature school activities that can shape students' character are planting trees, cleaning rivers, watering plants, gardening, raising livestock, disposing of garbage in its place, and market day activities.
Article
Full-text available
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi pembelajaran yang digunakan Sekolah Alam Bengawan Solo dalam membentuk Karakter peduli lingkungan pada masa pandemi Covid-19 dan mendeskripsikan dampak dari penerapan stategi pembelajaran yang digunakan Sekolah Alam Bengawan Solo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yang diperoleh dari informan yakni Kepala Sekolah, dua guru kelas, orang tua siswa, dan siswa; tempat penelitian; dan dokumen. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, kuisioner (angket) dan analisis dokumen. Validitas data dengan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian ini adalah SABS menggunakan strategi pembelajaran terpadu sebagai strategi pembelajaran dalam menguatkan karakter peduli lingkungan selama pembelajaran daring. Strategi terpadu sangat sesuai dengan gaya belajar siswa dan lingkungan SABS. Pembentukan kurikulum muatan lokal green lab sebagai mata pelajaran yang akan diajarkan untuk mengembangkan karakter peduli lingkungan pada siswa. Pembentukan program “Sampahku Tanggungjawabku” dan biopori juga menjadi pendorong untuk menguatkan karakter peduli lingkungan. Pelaksanaan strategi terpadu diintegrasikan pada kegiatan sehari-hari dan kegiatan terprogram. Evaluasi dilakukan pada kegiatan dan hasil belajar siswa. evaluasi di SABS terdapat dua penilaian yaitu penilaian tema yang dilaksanakan tiga bulan sekali berupa penilaian deskripsi dan penilaian secara obyek seperti pada sekolah umum lainnya. Dampak dari penggunaan strategi terpadu mejadikan siswa lebih bertanggungjawab dan memiliki kesadaran yang tinggi terhadap lingkungan sekitar.
Article
Full-text available
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena pembelajaran formal yang cenderung dibatasi ruang dan waktu, yang mana konsep pembelajaran sekolah alam hadir sebagai solusi dalam meningkatkan kecerdasan emosional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan strategi pembelajaran guru pendidikan agama Islam berbasis alam dalam kecerdasan emosional peserta didik di Sekolah Menengah Pertama. Penelitian ini menggunakan jenis kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi pembelajaran guru Pendidikan Agama Islam berbasis alam dalam meningkatkan aspek mengenali emosi diri, empati dan keterampilan sosial meliputi talent mapping, pembiasaan tiga kata ajaib (tolong, maaf dan terimakasih), one day one infaq, motivasi dan kerja kelompok. Temuan penelitian berimplikasi pada teori dan penelitian selanjutnya mengenai strategi guru dalam meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik.
Article
Full-text available
Perkembangan motorik merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan perkembangannya pada anak usia dini. Perkembangan motorik sering dijadikan sebagai tolak ukur untuk membuktikan bahwa anak tumbuh dan berkembang dengan baik. Perkembangan motorik adalah sesuatu yang membicarakan gerakan jasmani yang terkoordinasi, sehingga dalam pengembangannya dibutuhkan berbagai stimulasi yang tepat untuk anak usia dini. Stimulasi ini dapat diberikan oleh orang tua, guru, maupun lingkungan baik lingkungan di rumah maupun lingkungan sekolah dengan menyediakan lingkungan belajar yang mendukung untuk perkembangan motorik anak usia dini. Pemberian stimulasi tersebut merupakan upaya yang dilakukan oleh orang dewasa dalam memberikan fasilitas dan kesempatan yang optimal untuk tercapainya perkembangan yang optimal. Memberikan waktu yang banyak untuk anak melakukan kegiatan-kegiatan yang menunjang perkembangan motoriknya dan pengawasan yang tepat merupakan salah satu usaha yang tepat dalam mendukung perkembangan fisik motorik anak usia dini.
Article
Full-text available
Children are very close to the game. In daily life, children always do both traditional and modern games. The game is something that is considered mandatory as a means of physical motor development for Early Childhood. The modern game is often played by children in urban areas tend to improve the ability of the brain than muscles. therefore, the parents who live in urban areas is more advisable to introduce the children to the kinds of games that are more trained strength of their muscles, and traditional games can be one of the solution.The traditional game was slowly but surely becoming obsolete, because it is considered archaic and exhausting. In fact, if evaluated deeper,a variety of traditional games can directly contribute to children such as:1) establishment of a healthy physical, fit, strong, superior and competitive;2) mental development, include: sportsmanship, tolerance, discipline and democratic;3) Theestablishment of moral become more responsive, sensitive, honest and sincere;4) establishment of social skills, are able to compete, cooperate, disciplined, friendly, and nationality. Abstrak Anak-anak sangat dekat dengan permainan. Dalam kehidupan sehari-hari, permainan baik tradisional maupun modern selalu dilakukan anak-anak. Permainan yang dilakukan merupakan sesuatu yang dianggap wajib dilakukan sebagai sarana untuk perkembangan fisik motorik bagi Anak Usia Dini. Permainan modern yang sekarang ini sering dimainkan oleh anak-anak di perkotaan lebih cenderung mengasah kemampuan otak daripada kemampuan otot, oleh karena itu kepada para orang tua yang tinggal di perkotaan disarankan lebih memperkenalkan pada anak-anak mengenai jenis-jenis permainan yang lebih melatih kekuatan otot-otot mereka dan permainan tradisional dapat menjadi salah satu solusinya. Permainan tradisionalpun perlahan namun pasti mulai ditinggalkan, karena dianggap kuno serta melelahkan. Padahal jika ditinjau lebih dalam, beragam
Article
Full-text available
The atmosphere of a learning environment is crucial in stimulating the design students in producing creative works. Preserving the green, retaining most of part the topography and balancing with the climate is the core of sustainable design, which is the vital life principle for all humankind. The research attempts to investigate the importance of preserving the natural environment of design schools, based on the analysis of observation and questionnaire surveys. For a preliminary study, the research analysed three samples of design schools in Selangor, Malaysia. Findings indicate that students prefer having natural environment in surrounding, and it can stimulate the students’ creativity process.
Article
Full-text available
With current development in the pedagogy of teaching and learning approaches in the world, not many studies have been done on outdoor learning in Malaysia. Most of the study was focusing on the development of curriculum and the delivery of knowledge but not many writing and approaches has been done to see outdoor learning as one of the alternative methods of learning in school design. This paper tries to briefly explain the philosophy and approaches of one of the alternative school in Indonesia which is the Natural school or Sekolah Alam which grow tremendously fast in Indonesia. With its unique methods and learning philosophy, this Toto Chan's style of learning has been considered one of the fastest growing alternative school in Indonesia. With its successful attempt in grooming unordinary children this school has proofed to be the most effective implementation of outdoor learning study methods in Indonesia. The discussion itself will consist of four (4) main parts First part will discuss on the current problem and situation in teaching and learning in Malaysia, while the second part will try to explore and review on the definition of outdoor learning with its importance and character in learning environment. The third part will focused on the lesson from Natural School approaches and philosophy of learning while the last part will do some analysis and comparison which result on the suggestion and recommendation for outdoor learning facilities design in Malaysia.
Article
We know that children need nature … or do we? There are certainly many reasons to think that nature plays an important role in child development. For many of us, intuition emphatically asserts that nature is good for children. We hold intuitions such as, ‘every kid needs a dog’, ‘children need a nice yard to play in’, and ‘children need “fresh air”’. Beyond these intuitions, there are also well-reasoned theoretical arguments as to why humans in general – and therefore children – might have an inborn need for contact with nature (e.g., S. Kaplan, 1995; Wilson, 1984). And there is a growing body of qualitative research consistent with this idea (Bardill, 1997; Hart, 1979; R. Moore, 1989; R. C. Moore, 1986; Nabhan, 1994; Sebba, 1991; Sobel, 1993; Titman, 1994). But what do we really know about the value of nature in promoting child development? What systematic evidence is there for or against this possibility? Is children's need for nature established fact, yet-to-be-substantiated folk theory, or simply myth? The question of nature's role in healthy child development is increasingly urgent. A consistent concern among the researchers studying children and nature is that children's access to nature is rapidly diminishing (e.g., Kahn, 2002; Kellert, 2002; Pyle, 2002; Rivkin, 2000). Not only may there be less nature for children to access, but children's access of what remains may be increasingly sporadic.
Article
During the last decade, structural equation models with unobservable variables and measurement error have been increasingly applied in the marketing discipline. By far, the most widely used approach has been the covariance structure modelling framework implemented through the LISREL computer programme. However, for many marketing academics LISREL modelling is still something of a mystery. This appears to be partly due to the mathematical complexity of most methodological articles dealing with the LISREL model and partly due to the not‐so‐user‐friendly documentation accompanying the programme. Against this background, the present paper provides a non‐technical introduction into the basic concepts and issues of LISREL modelling, bearing the needs of a potential user in mind. To this end, an eight‐step procedure is followed, encompassing all stages associated with the formulation and testing of a set of hypotheses using the LISREL approach. An illustrative model is used as an example throughout the discussion and an effort is made to draw attention to the potential limitations/problems associated with the approach.
Evaluation Models (Second Edition)
  • D L Stufflebeam
Stufflebeam, D. L. (2002). Evaluation Models (Second Edition). Kluwer Academic Publishers. http://kluweronline.com
Peningkatan Kecerdasan Kinestetik Melalui Pembelejaran Gerak Dasar Tari Minang
  • R Yuningsih
Yuningsih, R. (2015). Peningkatan Kecerdasan Kinestetik Melalui Pembelejaran Gerak Dasar Tari Minang. 9, 18.