Available via license: CC BY-SA 4.0
Content may be subject to copyright.
E-DIMAS: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 12(3), 567-575
ISSN 2087-3565 (Print) dan ISSN 2528-5041 (Online)
Available Online at http://journal.upgris.ac.id/index.php/e-dimas
567
Pelatihan Mendongeng bagi Para Wali Murid KB/TK Ki Ageng Selo
di Masa Pandemi Covid-19
Idha Nurhamidah1, Afina Murtiningrum2, Nailil Muna3, Sugeng Purwanto4
1,2,3Universitas Islam Sultan Agung
4Universitas Stikubank (UNISBANK) Semarang
1idhanurhamidah@unissula.ac.id
Received: 3 Desember 2020; Revised: 14 Juli 2021; Accepted: 4 September 2021
Abstract
This article reported a Community Services Activity of Universitas Islam Sultan
Agung (Unissula) in collaboration with Universitas Stikubank (UNISBANK)
Semarang, namely training story-telling to parents of KB/TK (Kindergarten)
pupils, Ki Ageng Selo Semarang in response to Home Schooling Activities during
the Covid-19 Pandemic. There had been actually a slight change of topic from
Upgrading the Teacher’s Story-Telling Skills to Training Story-Telling to the
Pupils’ Parents as it was deemed necessary for them to support their
homeschooling activities during the Pandemic. The findings indicated that parents
(mostly mothers) showed a high level of enthusiasm during the training process
and were mostly ready to practice story-telling at home in support of the academic
activities of the kindergarten which, during the pandemic, were held only once a
week in the form of parents’ activity reports on the pupils’ physical and mental
development. This community service activity concludes that such a training
should be held on a regular basis even after the pandemic.
Keywords: story-telling; parents; pupils; kindergarten
Abstrak
Artikel ini merupakan laporan Kegiatan Pengabdian pada Masyarkat (PKM)
Universitas Islam Sultan Agung yang bekerja sama dengan Universitas Stikubank
(UNISABANK) Semarang, dalam bentuk pelatihan mendongeng bagi wali murid
KB/TK Ki Ageng Selo Semarang untuk kegiatan belajar di rumah di masa
Pandemi Covid-19. Sebenarnya telah terjadi sedikit perubahan topik kegiatan PKM
dari Upgrading Ketrampilan Mendongeng bagi Para Guru KB/TK menjadi
Pelatihan Mendongeng bagi Para Wali Murid sebab hal ini dirasa sangat penting
untuk mendukung kegiatan belajar di rumah selama masa pandemik. Temuan
menunjukkan bahwa para wali murid (kebanyakan para ibu) memiliki semangat
yang tinggi selama pelatihan dan kebanyakan mereka siap mempraktekkan
mendongeng di rumah untuk membantu aktivitas akademik selama pandemi yang
hanya dilakukan seminggu sekali beupa laporan perkembangan fisik dan mental
siswa. Simpulan kegiatan PKM ini adalah bahwa pelatihan semacam ini
hendaknya dilakukan secara periodik meskipun setalah pandemi berlalu.
Kata Kunci: mendongeng; wali murid; murid; taman kanak-kanak
A. PENDAHULUAN
Anak-anak adalah generasi tunas
bangsa yang merupakan titipan Alloh SWT
yang kita harus bertanggung jawab akan (1)
keselamatannya saat dan pasca kelahiran, (2)
kesehatannya, termasuk makan dan minum
serta tempat tinggal, dan (3) pendidikannya
(Daulae, 2020; Fahimah, 2019). Hal ini
sejalan dengan tag-line Universitas Islam
Sultan Agung (Unissula) yaitu: Bismillah
EDUCATIONS - PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
JURNAL PEN GABDI AN KEPADA MASYAR AKAT
VOL UME 12 NO MOR 03 SEP T 2 021
568
E-DIMAS
membangun generasi khoiru umah
(Aminudin, 2016; Dholina Inang, 2014; Irfan
& Murwantono, 2018). Oleh karena itu Tim
PKM Unissula bermaksud mengadakan
program pengembangan akademik dan
institusi pada KB dan TK Ki Ageng Selo, di
bawah naungan Yayasan Al Washilah
Semarang (Axl, 2016) dengan analisis situasi
sebagai berikut.
KB dan TK Ki Ageng Selo, yang ber-
NPSN: 69985652, didirikan berdasarkan
Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan
Kota Semarnang dengan Izin Oprasional No.
421.1/6344 tertanggal 20 Juli, 2018
(Kemdikbud, 2019). Di dipimpim oleh
Kepala Sekolah Ibu Aliyah, S.PdI. Pada
prakteknya KB dan TK tersebut dalam
pengelolaannya di bawah Yayasan Al
Washilah yang dipimpin oleh Bapak A.
Syukri Ghozali dengan izin dari Kementrian
Hukum dan HAM No. 921.AH.01.04. Tahun
2014 (Humas Ditjen AHU, 2019). Dengan
demikian penyelenggaraan proses
pembelajaran di kedua lembaga tersebut
adalah sah dan dapat dipertanggung
jawabkan (akuntabel).
Gambar 1. Ketua PKM bersama Siswa
KB/TK
Pada saat Tim PKM melakukan
observasi kelas baik KB maupun TK guru
kelas terlihat antusias dalam mengajar dan
sangat situasional. Para siswa juga terlihat
responsif dalam berinteraksi dengan guru.
Namun demikian, pada saat pelajaran
mendongeng. Ada terlihat beberapa
kejanggalan, antara lain, (1) jumlah dan
variasi buku sangat terbatas, (2) cara
mendongeng (membaca buku dongeng), guru
kelas sepertinya belum paham perbedaan
antara membaca buku dongeng yang ditijukan
untuk anak-anak dengan membaca seperti
membaca berita (3) pada saat membaca
dialog, guru belum menguasai seni
‘antawicara, yakni membedakan suara satu
peran dengan peran yang lain dalam satu
dialog.
Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa para guru perlu dilatih bagaimana
mendongen atau membaca buku dongeng
dengan baik, yakni pada saat melakukan
narasi dan “antawicara”.
Tim PKM juga sempat berkeliling
kampus KB/TK Ki Ageng sela pada saat jam
istirahat. Terdapat situasi yang menarik di
lingkungan kampus, yakni adanya seorang
pedangang makanan cilok yang sangat
digemari anak-anak. Setelah didekati ternyata
bapak pedangang cilok tersebut sangat piawai
dalam mendongeng sehingga anak-anak
sangat menyukainya.
Dari sinilah timbul pemikiran bahwa
mendongeng masih sangat disukai oleh anak-
anak terlepas majunya teknologi digital, yang
sisi negatif nya sangat meresahkan orang tua
Gambar 2. Siswa Jajan Sambil
Mendengarkan Dongeng Pedagang Cilok
Sudah menjadi keyakinan dari masa ke
masa bahwa mendongeng dapat dipakai
sebagai sarana menanamkan karakter pada
anak, misalnya agar anak berjiwa pahlawan,
jujur, rendah hati dll. Oleh karena itu banyak
cerita-cerita dongeng sebelum tidur tentang
kepahlawanan, kejujuran, tangung jawab
dlsb., yang pada waktu itu sering dilakukan
oleh ibu-ibu dalam rangka menidurkan
anaknya.
Pelatihan Mendongeng bagi Para Wali Murid KB/TK
Ki Ageng Selo di Masa Pandemi Covid-19
Idha Nurhamidah, Afina Murtiningrum, Nailil Muna, Sugeng Purwanto
569
Keberadaan PAUD memberikan ruang
yang leluasa pada guru kelas untuk
mendongeng, yang umumnya dengan
membaca buku dongeng. Namun,
sebagaimana diuraikan di atas, para guru
belum dapat dikatakan piawai dalam
membaca buku dongeng.
Gambar 3. Gedung KB/TK Ki Ageng Selo (2
Lantai)
Setelah menemukan permasalahan
yang dihadapi para guru KB/TK, Tim PKM
segera menghadap Ibu Kepala Sekolah di
Gedung Sekolah berlantai dua untuk
membicarakan temuan Tim PKM. Ternyata
beliau sangat positif menyambut rencana Tim
untuk melatih para guru dalam membaca
buku dongeng.
Dengan karakter anak yang dibentuk
melalui kegiatan pembacaan buku dongeng
diharapkan anak akan lebih dapat
menemukan dirinya sehingga mereka tidak
akan canggung dalam kegiatan akademik KB
dan TK selalu dilengkapki dengan kegiatan
ektrakurikuler bagi siswa-siswinya agar
bakat dan minat dapat dikembangkan secara
lebih maksimal.
Adapun ketrampilan yang
dikembangkan meliputi hard skill dan soft
skills agar siswa-siswi siap menghadapi
tantangan akademik dan non-akademik di
tingkat SD (Sekolah Dasar) yang ternyata
tuntutannya begitu tinggi. Para guru SD tidak
mau susah-susah mengajari Calistung (baca-
tulis-berhitung) dari dasar (Axl, 2016).
Mereka percaya bahwa para siswa SD kelas 1
sudah diajari Calistung dasar pada saat
mereka belajar di KB dan TK.
Dalam hal ini, kegiatan mendongeng
menjadi sangat penting dalam rangka
membangun soft skills, yakni berupa sikap
positif sebagai anak, misalnya (seperti telah
disingung di atas) kepahlawanan, kejujuran,
tanggung jawab, dalam bersikap sopan
santun, cinta lingkungan dlsb. Hal ini
merupakan tantangan bagi para guru KB dan
TK untuk tidak mengabaikan pelajaran
Calistung di samping kegiatan bermain dan
penanaman nilai-nilai Islami yang relevan
untuk usia KB dan TK, misalnya saling
menyayangi, hormat pada senior melalui
dongeng yang disesuaikan dengan karakter
yang mau dibangun
Dengan demikian, untuk
pengembangan atau pembangunan karakter
(character building) para siswa KB dan TK
para guru harus melatih diri dengan
ketrampian mendongeng dengan atau tanpa
bantuan buku dongeng (Hudhana &
Fadhillah, 2019; Nuryanto, 2017b).
Ketrampilan mendongeng tersebut bisa juga
dipelajari atau dilatih pada saat mereka di
bangku kuliah (Lestari et al., 2016; Nuryanto,
2017b; Purwaka, 2019). Namun demikian
guru KB dan TK masih tetap harus
mengembangkan diri melalui pelatihan-
pelatihan (Rukiyah, 2018; Yunita et al.,
2016; Zaitun et al., 2016).
Seperti diketahui bersama,
mendongeng dengan bantuan buku dongeng,
bukanlah kegiatan yang boleh dianggap
mudah. Diperlukan ketrampilan khusus bagi
para guru KB dan TK sebab membaca buku
dongeng tidak sama dengan membaca puisi
di atas panggung atau membaca novel
(Alcan, 2018; Hudhana & Fadhillah, 2019;
Nuryanto, 2017a). Demikian juga
mendongeng tanpa bantuan buku. Kegiatan
ini lebih dituntut imajinasi dan improvisasi
(Priyadi et al., 2015; Yunita et al., 2016)
Secara teoritis mendongeng dengan
buku (membaca dongeng) membutuhkan
ketrampilan bermain peran atau teater
(theatrical skills) di mana para pendongeng
harus pandai-pandai menciptakan konteks
situasi dan budaya pada saat membaca narasi
(Alcan, 2018; Hudhana & Fadhillah, 2019;
Nuryanto, 2017a; Widuroyekti, 2017;
Wulandari & Zulaikha, 2018). Demikian juga
EDUCATIONS - PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
JURNAL PEN GABDI AN KEPADA MASYAR AKAT
VOL UME 12 NO MOR 03 SEP T 2 021
570
E-DIMAS
saat membaca dialogue, pendongeng harus
dapat bermain peran sebagaimana dalang
wayang kulit yang sedang melakukan
antawicara. Dia harus bisa berubah peran saat
membaca baris-baris dialog secara tepat
sebagaimana peran yang ada dalam dongeng.
Untuk mendongeng tanpa buku,
pendongeng tetap harus memiliki alur cerita
yang berawal dari orientasi, konflik solusi-1,
konflik solusi-2 dan seterusnya hingga
mencapai klimaks dongeng, dan berakhir
dengan ending baik itu berupa sad ending
atau happy ending. Pendongeng harus dapat
membedakan saat bernarasi memberikan
gambaran konteks dan saat menciptakan
dialog antar peran (Fadhli, 2015; Hudhana &
Fadhillah, 2019; Priyadi et al., 2015;
Rukiyah, 2018; Yunita et al., 2016). Dengan
kata lain, baik mendongeng dengan cara
membaca buku dongeng maupun
mendongeng tanpa buku, seorang
pendongeng harus pandai-pandai
membawakan cerita sedemikian rupa agar
anak-anak (pendengar dongeng) merasa
cerita dalam dongeng seolah-olah hidup dan
secara kejiwaan membawa pendengar ke
derajat empathy yang nyata dan mendalam.
Pandemi Covid-19 telah mengubah
topik PKM yang semula berupa upgrading
ketrampilan mendongeng bagi para guru
KB/TK Ki Ageng Selo Semarang menjadi
pelatihan mendongeng bagi wali murid.
Perubahan ini atas usulan dari Pengurus
Yayasan Al Wasilah yaitu Ibu Nur Ain dalam
pertemuan awal pada tanggal 6 Oktober 2020
Dan kamipun menerima usulan tersebut
mengingat setiap hari Sabtu diadakan
pertemuan wali murid membahas
perkembangan fisik dan mental siswa. Hari-
hari lain sekolah tutup sebagaimana anjuran
dari Dinas Pedidikan Kota Semarang. Di
samping itu, Kelurahan Tambakrejo
merupakan daerah pantauan Covid-19.
B. PELAKSANAAN DAN METODE
Kegiatan PKM dilaksanakan pada hari
Sabtu, tanggal 24 Oktober 2020 bertempat di
kampus KB/TK yang beralamatkan di
Kampung Terboyo, Karangkimpul,
Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan
Gayamsari, Pemkot Semarang. Kegiatan ini
berupa pelatihan mendongeng dengan peserta
para wali murid KB/TK Al-Fatah sejumlah
30 peserta. Pelatihan mendongeng dibagi
menjadi tiga tahap, yakni (1) dongeng untuk
KB, (2) dongeng untuk TK dan (3) teknik
Antawicara.
Pelatihan Dongeng untuk KB
disampaikan oleh Ibu Idha Nurhamidah, S.S.,
M.Hum. termasuk cara memilih buku
dongeng cocok untuk siswa KB, yang sesuai
dengan umur mereka. Buku dongeng yang
dipilah harus lebih dominan gambar karena
pada usia mereka, visualisasi gambar sangat
membantu dalam memahami isi cerita.
Disamping bahwa siswa KB belum
dikenalkan dengan tulisan.
Untuk TK, pelatihan dilaksanakan oleh
Ibu Afina Murtiningrum, S.S., M.M., MA.
Dalam kesempatan ini beliau juga
menyisipkan materi berupa strategi menghapi
anak ‘nakal’. Mendongeng anak – anak pada
kategori ini, memerlukan ketrampilan khusus,
terutama dalam menarik perhatian mereka
agar bersedia tenang dan memperhatikan
dongeng yang dituturkan/dibacakan.
Terakhir adalah teknik antawicara yang
disampaikan oleh Dr. Sugeng Purwanto,
M.A. Teknik ini bisa disebut sebagai
ketrampilan olah vocal, terutama saat
mempraktekan dialogue berbagai karakter
dalam dongeng. Teknik antawicara akan
sangat membantu menghidupkan sebuah
cerita.
Sebelum pelatihan dilaksanakan, kepala
sekolah memberikan sedikit arahan tentang
pentingnya ketrampilan mendongeng bagi
ibu-ibu, apalagi pada saat pandemik_ saat
anak – anak melaksanakan pembelajaran dari
rumah (BDR). Seorang Ibu harus pandai
mengampingi belajar anak, menjelaskan
materi ajar yang pelik, menemani saat
mengerjakan tugas/pekerjaan rumah (PR).
Pada saat pandemi peran guru di sekolah,
untuk sementara waktu, harus diambil alih.
Ketrampilan mendongeng sangat membantu
dalam peran ganda orang tua memahamkan
materi ajar bagi anak-anaknya.
Pelatihan Mendongeng bagi Para Wali Murid KB/TK
Ki Ageng Selo di Masa Pandemi Covid-19
Idha Nurhamidah, Afina Murtiningrum, Nailil Muna, Sugeng Purwanto
571
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Orientasi/Observasi
Sesuai dengan kesepakatan dengan
Kepala Sekolah KB/TK Ki Ageng Selo, Tim
PKM melakukan observasi seputar kebutuhan
para guru KB/TK yang kemudian disepakati
yakni pelatihan mendongeng / membaca buku
dongeng, sesuai dengan kapakaran Tim PKM
sebagai dosen linguistic dan sastra
Dua anggota PKM bergabung (1) Afina
Murtiningrum, dan (2) Nailil Muna.
Keduanya pakar sastra, sehingga untuk
masalah mendongeng tidaklah asing bagi
meraka. Namun demikian permasalahan
muncul yakni Tim membutuhkan pakar
antawicara. Oleh karena itu Tim PKM
Unissula bekerjasama dengan Unisbank,
Fakultas Bahasa dan Ilmu Budaya yang
memiliki pakar antawicara, yakni Bapak
Sugeng Purwanto. Dengan demikian
lengkaplah Tim PKM.
Pelaksanaan Kegiatan
Pada tanggal 6 Oktober 2020 , ketua
Tim PKM menghadap Kepala Sekolah
KB/TK Ki Ageng Selo di tengah-tengah
Pandemi Covid-19. Kepala Sekolah sempat
mengira bahwa kegiatan PKM yang telah
direncanakan sebelumnya, dibatalkan karena
pandemi.
Pada saat pembicaran berlangsung,
Kepala Sekolah mengususulkan kegiatan
pelatihan mendongeng tapi untuk para wali
murid, mengingat pada masa pandemi, siswa
hanya datang ke kampus satu minggu sekali
bersama wali murid untuk melaporkan
kegiatan belajar siswa di rumah. Pada saat
pulang para wali murid mendapat arahan
untuk kegiatan minggu berikutnya. Ketua
Tim PKM menyetujui perubahan kegiatan,
dan sekaligus menetapkan tanggal
pelaksanaan yaitu pada tanggal 24 Oktober
2020. Dengan demikian kegiatan PKM
dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2020,
dengan empat personalia. Ibu Muna
berhalangan sebab pada saat yang sama
beliau ada kegiatan daring dengan
mahasiswa. Ibu Muna menitipkan materi
berupa PowerPoint dengan fasilitas e-Spring,
sehingga saat ditampilkan ada audio suara Ibu
Muna menampilkan beberapa kegiatan
KB/TK di Jepang sebagai perbandingan. Di
Jepang, ternyata telah ditanamkan character
kejujuran, komitmen pada anak usia dini.
Sedangkan di Indonesia, lebih menekankan
pada perilaku agamis. Oleh karena itu, tanpa
kehadiran Ibu Muna, kegiatan dilaksanakan
oleh tiga personalia, sbb:
1. Idha Nurhamidah, SS., M.Hum
2. Afina Murtiningrum, SS., MA
3. Dr. Sugeng Purwanto, MA
Ibu Idha tampil pertama kali dengan
paparan ‘Bagaimana Mendongeng untuk KB’
berbasis psikologi anak untuk membantu agar
anak dapat terampil berbicara. Menurut teori
pemerolehan bahasa (language acquisition),
setiap anak dilahirkan dengan LAD
(Language Acquisition Device) yang siap
dipakai untuk mempelajari bahasa apa saja
milik ibunya. Di samping itu, anak juga
dianggap tabula rasa, bagai kertas putih yang
siap ditulisi apapun terkait dengan ilmu
pengetahuan dunia, namun demikian
ketrampilan bahasa masih merupakan kunci
keberhasilan menguasai ilmu.
Gambar 4. Ibu Idha Memaparkan Materi 1
Keberadaan LAD memiliki implikasi
praktis dalam mengajari bahasa pada balita,
yaitu orang dewasa disekitarnya sebaiknya
mengucapkan kata-kata (lexical items)
dengan ucapan standar, dan bukannya
menirukan ucapan anak-anak. Secara teoritis
anak berusaha sesuai dengan kemampuan
articulatory organs (organ artikulatoris) dan
universal grammar (tatabahasa universal)
mengakuisisi bahasa ibu.
EDUCATIONS - PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
JURNAL PEN GABDI AN KEPADA MASYAR AKAT
VOL UME 12 NO MOR 03 SEP T 2 021
572
E-DIMAS
Perilaku orang dewasa dengan
mengucapkan kata atau susunan kalimat yang
tidak standar akan mengganggu
perkembangan bahasa anak. Demikian juga,
saat mendongeng. Ibu / Bapak dianjurkan
menggunakan ucapan standar. Dengan kata
lain, pada waktu membaca buku dongeng, Ibu
/ Bapak wajib menggunakan ucapan standar
untuk setiap kata yang ada dalam buku
dongeng. Tidak perlu dikhawatirkan anak
tidak mengerti bahasa kita. Dengan LAD,
anak akan mampu mengembangkan diri
dalam akuisisi bahasa Ibunya.
Membaca buku dongeng dibutuhkan
intonasi khusus sehingga setiap kata
menggunakan extra-stress agar anak dapat
mengerti, misalnya:
[pada suatu hariiii, hiduplah seekor
siiinggaa yang beeesaar sekali dan daaapat
berbicaaaraa se-per-ti manusiaaaa.]
Ibu / Bapak harus dapat membaca
dengan penuh perasaan.
Buku dongen untuk KB kebanyakan
bergambar ilustrasi yang menonjol dan
berwarna-warni, namun dengan kalimat
pendek-pendek dan tidak begitu banyak.
Anak diminta untuk menbuat visualisasi
dalam benaknya. Ibu Idha memberikan
contoh mendongeng dengan teknik “Look
and Say", artinya, “membaca dulu beberapa
baris” dan “berbicara”. Dengan demikian,
kesannya adalah si pendongeng tidak
membaca buku namun berinteraksi dengan
siswa.
Para peserta (wali murid)
mempraktekkan secara bergantian teknik
mendongeng dengan “Look and Say”
tersebut. Mereka sangat antusias mengikuti
pelatihan hingga akhir.
Paparan kedua dilakukan oleh Ibu
Afina. Beliau memaparkan hal serupa namun
menggunakan buku dongeng yang khusus
ditulis untuk siswa TK. Ada semacam
ketrampilan baru yang harus dipelajari.
Penggunaan teknik mendongeng “Look and
Say” perlu lebih berhati-hati sebab kalimat
untuk buku mendongeng tngkat TK lebih
panjang-panjang dibanding dengan kalimat
pada buku dongeng untuk tingkat KB.
Diperlukan retensi memori lebih lama untuk
buku dongeng tingkat TK.
Secara bertahap tapi pasti, Ibu Afina
berhasil melatih para wali murid mendongeng
dengan teknik ‘Look and Say” pada buku
dongeng tingkat TK.
Di samping mendongeng, Ibu Afina
juga memberikan teknik khusus menangani
anak “nakal”. Teknik yang dipergunakan
untuk menangani anak “nakal” adalah melalui
pendekatan psikologi anak yakni bahwa anak
itu harus “dibimbing” dan “dibombong.”
Filsafat ini berlaku untuk gagasan bahwa
anak adalah tabula rasa (bagai kertas putih
yang siap ditulis apa saja) dan anak memiliki
“learning devices” namun tetap saja
membutuhkan “input” dan “stimulus” untuk
mengembangkan “learning devices” yang ada
pada setiap individu anak. Oleh karena itu,
anak perlu dibimbing.
Gambar 5. Ibu Afina Memaparkan Materi 2
Tidak kalah pentingnya, anak juga perlu
dibombong (dipuja dan dipuji) apabila
mengalami peningkatan dalam perkembangan
perilaku maupun berfikir. Apabila teknik ini
diterpkan secara sistematis maka tidak
menutup kemungkinan anak akan
berkembang maksimal baik secara behaviorl
maupun intelektual.
Paparan berikutnya disampaikan oleh
Bapak Sugeng sebagai pakar budaya dan
antawicara. Meskipun sekilas dan terkesan
kurang tuntas namun Pak Sugeng berhasil
memukau para peserta pelatihan dengan
ketrampilan antawicara, dengan “olah vocal”
menirukan suara kakek, suara nenek, suara
ayah suara ibu dan suara anak. Ketrampilan
Pelatihan Mendongeng bagi Para Wali Murid KB/TK
Ki Ageng Selo di Masa Pandemi Covid-19
Idha Nurhamidah, Afina Murtiningrum, Nailil Muna, Sugeng Purwanto
573
ini tentunya sangat penting bagi para
pendongeng professional.
Gambar 3. Pak Sugeng dengan Antawicara
Paparan Pak Sugeng diakhiri dengan
memberi contoh antawicara dialogue bahasa
Jawa yang mampu membuat para peserta
tertawa sekaligus iba. Adapun dialognya
sebagai berikut:
Isuk iki Pak Karya wis sumadiya tindak
kantor, kedadak mirsani putrane durung
siap-siap mangkat sekolah
B = Bapak
A= Anak
B: Ayo ndang mangkat sekolah, iki wis jam
pira? Telat didukani Bu Guru.
A: Diterke Bapak?
B: He eh!
A: Emoh!
B: Loh kok emoh, napa?
A: Isin!
B: Napa isin barang?
A: Mobile bapak elek!
Sak kala Pak Karya banjur nggrentes atine,
dene ora bisa nyembadani kagungan mobil
sing apik.
B: Yowis, saiki ngene wae. Dodi sekolah
sing sregep, sing pinter. Suk gedhe isa
nyambut gawe, terus duwe duwit akeh,
njur isa tuku mobil sing apik. Mengko
bapak lan ibu diderekke plesiran nok
Bandungan. Piye?
A: Nek ngono, biyen ki bapak kesed lan
bodho, ketara mobile elek!
Dengan pembawaan yang sangat
menjiwai dan olah vocal antawicara yang
professional, tak urung hati para wali murid
tersentuh, meskipun kemudian Pak Sugeng
mampu mengendalikan emosi ibu-ibu
sehingga suasana kembali ceria dan penuh
tawa. Dari pelatihan olah vocal dan contoh
pembacaan dongen singkat berbahasa Jawa,
benang merah dapat ditarik betapa pentingnya
ketrampilan mendongeng. Apabila ibu-ibu di
rumah dan atau Bu Guru di sekolah dapat
memdongeng dengan baik, maka siswa akan
lebih tertarik untuk selalu berangkat sekolah.
Seperti telah banyak dibahas, bahwa
character building anak dapat dilakukan
melalui dongeng-dongeng suri tauladan dari
orang-orang terdahulu.
D. PENUTUP
Di atas telah kami paparkan kegiatan
PKM Unissula yang bekerjasama dengan
Unisbank dalam pelaksanaan pelatihan
mendongeng bagi para wali murid KB/TK Ki
Ageng Selo, Semarang.
Simpulan
Dari hasil dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa ketrampilan mendongeng
bagi ibu-ibu wali murid KB/TK sangat
dibutuhkan agar dapat memberikan sentuhan
ruhani kepada putra putrinya di rumah, baik
pada saat pandemi atau pasca pandemi.
Dongeng dapat dipakai sebagai sarana
character building siswa pra sekolah agar
memiliki semangat yang tinggi dalam
menempu jenjang pendidikan selanjutnya.
Saran
Mengingat antusiasme ibu-ibu terhadap
kegiatan ini, maka disarankan kedepan agar
kegiatan pelatihan semacam ini dapat
dilakukan secara berkesinambungan deengan
topic yang lain. Kegiatan ini sangat
mendukung hubungan baik antara wali murid
dengan pihak sekolah supaya lebih bersinergi.
Ucapan Terima Kasih
Tim PKM mengucapkan banyak terima
kasih kepada LPPM Unissula sebagai sponsor
kegiatan dan Dekan FBIB Unisbank yang
telah memberi izin Bapak Sugeng Purwanto
menjadi anggota PKM Unissula. Tidak lupa
apresiasi setinggi-tingginya kami berikan
pada Bapak A. Syukri Ghozali selaku Ketua
Yayasan Al Wasilah, sebagai Mitra PKM.
E. DAFTAR PUSTAKA
Alcan, B. I. (2018). Pengaruh Storytelling
Terhadap Peningkatan Keterampilan
Berbicara pada Anak Prasekolah.
EDUCATIONS - PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
JURNAL PEN GABDI AN KEPADA MASYAR AKAT
VOL UME 12 NO MOR 03 SEP T 2 021
574
E-DIMAS
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau.
Aminudin, M. (2016). The Role of Islamic
Culture of Academic Achievement
Students in Mathematics Education
Program. The 2nd International
Seminar on Educational Technology
2016, 107.
Axl. (2016). Yayasan Al-Washilah Paud Tpq
“Ki Ageng Selo”: Jadwal Kegiatan
Mingguan (RKM). RKM PAUD TPQ.
https://www.scribd.com/document/341
942495/rkm-Paud-Tpq
Daulae, T. H. (2020). Kewajiban Orang Tua
Terhadap Anak (Kajian Menurut
Hadis). Jurnal Kajian Gender dan
Anak, 4(2), 95–112.
https://doi.org/10.24952/gender.v4i2.33
38
Dholina Inang, P. (2014). Internalisasi Nilai-
Nilai Karakter Melalui Media Cerita
Bergambar bagi Siswa Sekolah Dasar.
Seminar Nasional Pendidikan Menuju
Generasi Emas, 1, 238–242.
Fadhli, M. (2015). Dongeng untuk Anak Usia
Dini: Menginspirasi Tanpa Menggurui.
Dongeng untuk Anak Usia Dini:
Menginspirasi Tanpa Menggurui, 265–
269.
Fahimah, I. (2019). Kewajiban Orang Tua
Terhadap Anak dalam Perspektif Islam.
Jurnal Hawa: Studi Pengarus Utamaan
Gender dan Anak, 1(1), 35–50.
https://doi.org/10.29300/hawapsga.v1i1
.2228
Hudhana, W. D., & Fadhillah, D. (2019).
Menumbuhkan Kecerdasan Bahasa dan
Karakter Bangsa Melalui Aktivitas
Mendongeng pada Siswa Sekolah
Dasar. Lingua Rima: Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, 7(1), 99–105.
Humas Ditjen Ahu. (2019). Pengumuman
Badan Usaha. DITJRND Ahu Online.
https://ahu.go.id
Irfan, A., & Murwantono, D. (2018). Islamic
Academic Culture (Budai) Model As A
Strategy of Education and Civilization
in Sultan Agung Islamic University
(Unissula) Semarang: Theory and
Practice. Proceedings International
Conference BKSPTIS 2018.
Kemdikbud, U. L. T. (2019). Daftar Satuan
Pendidikan (Sekolah) Anak Usia Dini
Per Kec. Gayamsari. PDSPK
Kemdikbud.
https://referensi.data.kemdikbud.go.id/i
ndex21.php?kode=036310&level=3
Lestari, M. A., Hermawati, E., & Palah, P. R.
(2016). Mengembangkan Keterampilan
Mahasiswa PGSD dalam Menanamkan
Nilai-Nilai Moral Siswa SD Kelas
Rendah Melalui Metode Mendongeng.
Pedagogi: Jurnal Penelitian
Pendidikan, 3(2).
Newspaper, C. (2016, November 26). Masjid
Terboyo: Warisan Bupati Suro
Hadimenggolo. Harian Semarang, 1.
http://hariansemarangbanget.blogspot.c
om/2009/09/masjid-terboyo.html
Nuryanto, S. (2017a). Penggunaan Metode
Read Aloud untuk Mendongeng Pada
Anak Usia Dini. Jurnal Audi, 1(1).
Nuryanto, S. (2017b). Peran Mahasiswa PG-
PAUD dalam Mendukung Gerakan
Indonesia Mendongeng. Jurnal Indria
(Jurnal Ilmiah Pendidikan Prasekolah
dan Sekolah Awal), 2(1).
Pdspk. (2018). Ekskul Data Kemendikbud.
PDSPK Versi 1.0.0.
http://ekskul.data.kemdikbud.go.id/inde
x.php/cpublic/profil?npsn=69985652
Priyadi, S., Karton, K., & Widayati, N.
(2015). Guru Mendongeng Kearifan
Lokal Banyumasan. Khazanah
Pendidikan, 9(1).
Purwaka, S. (2019). Minat Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Stain Al-Fatah
Jayapura untuk Mempelajari
Keterampilan Bercerita/Mendongeng.
Mida: Jurnal Pendidikan Dasar Islam,
2(2), 49–71.
Rukiyah, R. (2018). Dongeng, Mendongeng,
dan Manfaatnya. Anuva: Jurnal Kajian
Budaya, Perpustakaan, dan Informasi,
2(1), 99–106.
Widuroyekti, B. (2017). Sastra Anak sebagai
Pelatihan Mendongeng bagi Para Wali Murid KB/TK
Ki Ageng Selo di Masa Pandemi Covid-19
Idha Nurhamidah, Afina Murtiningrum, Nailil Muna, Sugeng Purwanto
575
Bahan Pengembangan Keterampilan
Berbahasa Terpadu di Taman Kanak-
Kanak. Jurnal Lazuardi Pendidikan,
5(1), 17–25.
Wulandari, F., & Zulaikha, F. (2018).
Pengaruh Mendongeng Terhadap
Perkembangan Bahasa Anak Usia Pra
Sekolah di Tk ‘Aisyiyah Bustanul
Athfal (Aba) 3 Samarinda Tahun 2018.
Yunita, F. T., Saparahayuningsih, S., &
Ardina, M. (2016). Meningkatkan
Keterampilan Menyimak Melalui
Mendongeng dengan Media Wayang
Kertas. Jurnal Ilmiah Potensia, 1(1),
42–50.
Zaitun, K., Surya, W., Mahendra, B., &
Saputra, D. (2016). Pelatihan
Mendongeng dan Bercerita Bagi
Pelajar dan Guru Se-Bukittinggi.
Batoboh, 1(1).