ArticlePDF Available

Peran Label Pariwisata Halal Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Lombok, Nusa Tenggara Barat THE ROLE OF HALAL TOURISM LABELS AS CULTURAL TOURISM IN LOMBOK, WEST NUSA TENGGARA

Authors:

Abstract

ABSTRAK Sektor pariwisata halal kini telah menjadi tren dalam perkembangan ekonomi global yang tidak hanya menawarkan adanya tempat ibadah pada suatu lokasi wisata. Sektor industri seperti restoran, dan hotel tersedia dengan nilai-nilai dan norma islam namun tetap bersifat universal. Lombok dinilai memiliki pengembangan industri parwisata halal yang sangat baik karena telah dikenal sebagai daerah yang lekat dengan nuansa islami. Selain itu Lombok juga menduduki peringkat pertama sebagai Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) pada tahun 2018 dan 2019. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif menggunakan studi literatur sebagai teknik pengumpulan data melaui buku, jurnal, dan internet untuk mengetahui peran label pariwisata halal sebagai standar dari wisata budaya di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tingkat kepuasan wisatawan pada pariwisata halal di Lombok masih perlu ditingkatkan dengan beberapa poin sebagai bahan pertimbangan daya tarik wisatawan. ABSTRACT The halal tourism sector has now become a trend in global economic development which does not only offer places of worship at a tourist location. Industrial sectors such as restaurants and hotels are available with Islamic values and norms but are still universal. Lombok is considered to have a very good development of the halal tourism industry because it is known as an area that is closely related to Islamic nuances. In addition, Lombok is also ranked first as the Indonesian Muslim Travel Index (IMTI) in 2018 and 2019. This research is a descriptive qualitative research type using literature studies as a data collection technique through books, journals and the internet to determine the role of the halal tourism label as a standard. from cultural tourism in Lombok, West Nusa Tenggara. In this study, it was found that the level of tourist satisfaction on halal tourism in Lombok still needs to be improved with several points as a consideration for tourist attraction.
Vol. 3, No. 1, Januari 2021: 35 - 39
Tornare - Journal of Sustainable Tourism Research
eISSN 2715 - 8004
Peran Label Pariwisata Halal Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Lombok, Nusa Tenggara Barat
Muhammad Endriski Agraenzopati Haryanegara, Muhamad Adibagus Ilham Akbar, Evi Novianti
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor, Kab. Sumedang
E-mail: muhammad20207@mail.unpad.ac.id ; muhamad20048@mail.unpad.ac.id ; evi.novianti@unpad.ac.id
ABSTRAK
Sektor pariwisata halal kini telah menjadi tren dalam perkembangan ekonomi global yang tidak hanya menawarkan
adanya tempat ibadah pada suatu lokasi wisata. Sektor industri seperti restoran, dan hotel tersedia dengan nilai-nilai dan
norma islam namun tetap bersifat universal. Lombok dinilai memiliki pengembangan industri parwisata halal yang sangat
baik karena telah dikenal sebagai daerah yang lekat dengan nuansa islami. Selain itu Lombok juga menduduki peringkat
pertama sebagai Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) pada tahun 2018 dan 2019. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
kualitatif deskriptif menggunakan studi literatur sebagai teknik pengumpulan data melaui buku, jurnal, dan internet untuk
mengetahui peran label pariwisata halal sebagai standar dari wisata budaya di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dalam
penelitian ini ditemukan bahwa tingkat kepuasan wisatawan pada pariwisata halal di Lombok masih perlu ditingkatkan
dengan beberapa poin sebagai bahan pertimbangan daya tarik wisatawan.
Kata kunci; pariwisata; halal; lombok; muslim; label
THE ROLE OF HALAL TOURISM LABELS AS CULTURAL TOURISM IN LOMBOK,
WEST NUSA TENGGARA
ABSTRACT
The halal tourism sector has now become a trend in global economic development which does not only oer places of
worship at a tourist location. Industrial sectors such as restaurants and hotels are available with Islamic values and norms but
are still universal. Lombok is considered to have a very good development of the halal tourism industry because it is known
as an area that is closely related to Islamic nuances. In addition, Lombok is also ranked rst as the Indonesian Muslim Travel
Index (IMTI) in 2018 and 2019. This research is a descriptive qualitative research type using literature studies as a data
collection technique through books, journals and the internet to determine the role of the halal tourism label as a standard.
from cultural tourism in Lombok, West Nusa Tenggara. In this study, it was found that the level of tourist satisfaction on halal
tourism in Lombok still needs to be improved with several points as a consideration for tourist attraction.
Key words; tourism; halal; lombok; muslim; label
PENDAHULUAN
Industri pariwisata akhir-akhir ini menjadi sektor
potensial dan menjadi sebuah harapan baik di berbagai
negara diseluruh dunia. Dalam World Tourism Organization
(2014) dikutip bahwa pariwisata menjadi salah satu sektor
terbesar dan tercepat pertumbuhannya dibandingkan
sektor lain. Pengelolaan dan pengembangan objek wisata
secara professional dilakukan demi mendapatkan nilai
ekonomi yang maksimal. Pengembangan destinasi wisata
baru, baik yang berbasis sumber daya alam, sejarah, religi
bisnis, maupun teknologi hingga yang berbasis budaya
dan pendidikan terus dilakukan (Djakfar, 2017).
Dalam perkembangannya, sesuatu yang baru dalam
industri pariwisata terus mengalami peningkatan, seperti
pariwisata halal. Sektor pariwisata halal telah menjadi tren
dalam perkembangan ekonomi global saat ini. Konsep
pariwisata halal tidak hanya menawarkan wisata religi
seperti tempat ibadah, peninggalan sejarah, dan makam.
Sektor industri seperti restoran, dan hotel tetap tersedia
dengan nilai-nilai dan norma islam didalamnya namun
tetap bersifat universal. Pariwisata halal lebih memberikan
ketenangan kepada wistawan Muslim maupun Non-Muslim
Karena lebih aman dan nyaman terutama bagi mereka yang
membawa keluarga (Yahya, 2016). Global Muslim Travel
Index (GMTI) pada tahun 2018 melaporkan bahwa pangsa
pasar wisatawan Muslim tumbuh secara cepat dan bahkan
diprediksi aka nada peningkatan hingga USD 220 miliar
pada tahun 2020. Sebanyak 131 juta wisatawan Muslim
secara global pada tahun 2017 mengalami peningkatan
jumlah dari tahun 2016 diangka 121 juta wisatawan dan
diprediksi mengalami pertambahan sebanyak 156 juta
wisatawan pada tahun 2020.
Momentum tren industri wisata halal digunakan
oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam
membentuk tim percepatan dan pengembangan pariwisata
halal (TP3H). tim percepatan dan pengembangan
pariwisata halal (TP3H) menetapkan lokasi yang termasuk
kedalam 10 daerah percepatan pariwisata ini, diantaranya
adalah: Lombok (NTB), Sulawesi Selatan, Jawa Timur
(Malang), Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Jakarta,
Sumatera Barat, Rau dan Kepulauan Riau, dan Aceh.
Diantara sekian banyak daerah yang ditetapkan sebagai
lokasi percepatan pariwisata halal di Indonesia, Lombok
dinilai memiliki pengembangan industri pariwisata halal
Peran Label Pariwisata Halal Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Lombok, Nusa Tenggara Barat
36
yang sangat baik dikarenakan Lombok telah dikenal
sebagai daerah yang lekat dengan nuansa Islami. Potensi
tersebut dinilai menjadi potensi kesuksesan pengembangan
industri pariwisata halal di Indonesia karena mayoritas
penduduk Lombok menganut kepercayaan agama
Islam dan memegang teguh kepercayaan mereka dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu diresmikannya Kawasan
Mandalika di Lombok (NTB) sebagai Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) menjadi pengiring pulau ini masuk dalam
daftar 10 destinasi percepatan pariwisata halal.
Kemantapan Lombok sebagai destinasi wisata
halal diperoleh setelah berhasil diraihnya penghargaan
kemenangan yang diselenggarakan di Abu Dhabi pada
tahun 2016 dalam World Halal Tourism Award dengan
perolehan penghargaan World’s Best Halal Honeymoon
Destination dan World’s Best Halal Tourism Destination.
Lombok menjadi pulau di provinsi Nusa Tenggara
Barat yang memiliki Peraturan Daerah (PERDA)
tentang Halal Tourism yang disebutkan dalam Peraturan
Daerah Nusa Tenggara Barat (Perda NTB) No.2 tahun
2016 mengenai ruang lingkup pariwisata halal di
Lombok meliputi destinasi, promosi dan pemasaran,
pembinaan, kelembagaan, industri, beserta pembiayaan
dan pengawasan. Selain itu Lombok juga menduduki
peringkat pertama sebagai Indonesia Muslim Travel Index
(IMTI) di tahun 2018 hingga 2019. Daya tarik kuat lainnya
dari Lombok diluar konteks destinasi wisata halal adalah
pesona pulaunya yang menawarkan keindahan alam yang
masih alami.
METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
kualitatif deskiptif. Kualitatif deskfriptif bertujuan untuk
mendeskripsikan secara faktual, akurat, serta sistematis
terhadap fakta mengenai objek tertentu secara mandalam
(Kriyantono, 2012). Data yang diambil berupa data
sekunder sebagai data dasar dan penunjang penelitian,
serta menggunakan studi literatur sebagai teknik
pengumpulan data. Sumber literatur berasal dari buku,
jurnal, dan internet.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebagaimana dijelaskan pada bagian-bagian awal,
penelitian berupaya untuk menggali pemberian label
berkaitan dengan identitas keagamaan yang digunakan
pada tempat wisata. Dalam konteks komunikasi lintas
budaya, identitas keagamaan adalah dimensi yang
dapat menjadi penting sebagai identitas banyak orang
sebagaimana memiliki peran yang cukup penting dalam
konik lintas budaya. Dalam praktiknya, tidak dapat
secara sederhana identitas keagamaan untuk ditujukan
pada agama tertentu mengingat adanya kemungkinan
beririsan dengan identitas ras atau etnis tertentu juga
(Martin & Nakayama, 2018).
Konteks yang muncul dari wisata halal adalah
sebuah upaya untuk memberikan penekanan dalam
pelaksanaan dan pengembangan layanan jasa wisata
halal berkaitan erat dengan hukum Islam atau syariah.
Berdasarkan delapan penelitian yang disarikan sejak
tahun 2009-2014, secara umum terdapat dua frasa umum
berkaitan dengan wisata halal, yakni ‘wisata halal’ dan
‘wisata Islami’ (Battour & Ismail, 2016).
Konsep wisata halal adalah proses atau upaya
mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan, dalam hal ini
agama Islam, ke dalam seluruh aspek kegiatan wisata
(Adinugraha et al., 2018). Upaya ini tidak terlepas
dari kegiatan yang dilakukan pemerintah dengan
penguatan branding destinasi wisata halal. Pemerintah
menetapkan gambaran wisata halal dengan slogan
utama “Halal Tourism Indonesia: The Halal Wonders”.
Pada pelaksanaan branding wisata unggulan, Lombok
mendapat posisi taglineFriendly Lombok” dengan
menunjukkan bahwa Lombok berupaya menerima semua
wisatawan dengan ramah dan lebih spesik dengan
wisatawan muslim (Subarkah et al., 2020).
Penegasan berkaitan dengan pariwisata halal
sebagaimana menjadi sorotan dalam penelitian ini adalah
lingkungan Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi NTB No. 2
Tahun 2016 tentang Pariwisata Halal (2016), upaya
pengembangan wisata halal menjadi istimewa karena
secara khusus diatur dalam tiga poin destinasi. Poin
pertama berkaitan dengan fasilitas, destinasi pariwisata
halal meliputi wisata alam dan wisata budaya. Dalam
hal pelaksanaan penyelenggaraan pariwisata, kebijakan
khusus memerhatikan fasilitas umum kepariwisataan
halal. Terdapat beberapa destinasi wisata yang dapat
menjadi catatan: Masjid Islamic Center, Gili Nanggu, Desa
Sade, Masjid Kuno Karang Bayan, Benang Kelambu, Gili
Kedis, Sesaot, dan Gili Sudak (Subarkah et al., 2020).
Beragam tempat yang telah disebutkan sebelumnya
amat berkaitan dengan bagaimana konstruk sosial
yang telah dibangun pada masyarakat selingkung di
Lombok. Penduduk Lombok dalam kegiatan sehari-
hari berkaitan erat dengan penerapan nilai diri seorang
muslim. Demikian dengan destinasi wisata, budaya
lokal yang muncul beririsan dengan kebudayaan pada
rumpun budaya keislaman. Sebagaimana disebutkan pada
pendahuluan, wilayah KEK Mandalika sebagai perhatian
utama akan menempatkan masjid sebagai destinasi wisata
utama. Upaya pengembangan pariwisata berada pada jenis
arsitektur dan diharapkan dapat menjadi pusat pengkajian
ilmu keislaman di masa mendatang (Maulidi, 2019).
Sebagai sebuah standar pengukuran wisata
halal, CresentRating (Mastercard-CrescentRating,
2019) menerbitkan dasar pemenuhan layanan berbasis
keyakinan. Layanan tersebut dikembangkan dalam versi
ke-dua yang memuat poin-poin seperti: hal yang wajib
dimiliki tempat wisata (makanan halal, tempat ibadah,
kamar mandi ramah-air, dan tidak berada pada zona
islamofobia), hal yang baik dimiliki tempat wisata (social
causes, layanan pada bulan Ramadan, dan pengalaman
warga muslim lokal), dan amat baik bila dimiliki tempat
wisata (ruang rekreasional yang memerhatikan privasi
dan tidak tersedianya layanan non-halal).
Muhammad Endriski Agraenzopati Haryanegara, Muhamad Adibagus Ilham Akbar, Evi Novianti 37
Gambar 1. Global Muslim Travel Index, 2019
Pada Gambar 1, telah dijelaskan bahwa aspek penting
dalam Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019 memuat
empat poin penting. Sementara itu, sesuai dengan batasan
penelitian ini maka pendalaman penelitian akan berfokus
pada unsur komunikasi serta kaitannya dengan komunikasi
multikulturalisme.
Unsur outreach dalam GMTI telah terpenuhi
dengan adanya capaian-capaian yang telah disajikan pada
pendahuluan. Lokasi wisata Lombok berhasil meraih dua
penghargaan internasional pada tahun 2015 dan secara
istimewa diikuti dengan peringkat pertama wisata halal
Indonesia tahun 2019 (Puspita, 2019; Taqwiem et al., 2020).
Capaian ini telah melambungkan nama wisata Lombok
dengan tampilan wisata halal yang disajikan. Hal ini telah
tercermin pada banyaknya unsur tur syariah yang terpenuhi.
Sucipto dan Andayani (dalam Fatkurrohman, 2017)
mengemukakan karakteristik tur syariah sebagai bagian
tidak terpisahkan dari wisata halal, antara lain: destinasi
wisata syariah yang mencakup destinasi alam, budaya, dan
wisata artisial, fasilitas ibadah yang baik dan suci tersedia,
tersedianya makanan dan minuman halal, pertunjukan dan
atraksi seni budaya, serta lingkungan dan sanitasi yang
bersih; akomodasi yang mencakup tersedianya fasilitas
yang memudahkan kegiatan ibadah, tersedianya makanan
dan minuman halal, fasilitas dan atmosfer yang aman,
nyaman, dan kondusif untuk keluarga dan bisnis, serta
lingkungan yang bersih; pusat perbelanjaan yang mencakup
ketersediaan masjid, lokasi masjid yang tidak tersembunyi,
serta kebersihan gedung; penerbangan syariah yang
mencakup ketersediaan penerbangan pada sejumlah negara
Islam, ketersediaan penganan halal selama perjalanan,
ketersediaan fasilitas dan layanan yang ramah dan
memerhatikan prinsip keislaman, serta penggunaan pakaian
oleh pramuniaga yang sesuai dengan konsep keislaman;
dan kriteria pemandu syariah yang mencakup pemahaman
terhadap penerapan nilai syariah dalam pelaksanaan
kegiatan, memiliki kebiasaan yang baik, komunikatif,
bersahabat, jujur, dan bertanggungjawab.
Pada unsur ke-dua, ease of communication mendapat
poin yang baik. Hal ini memerhatikan baiknya komunikasi
pada destinasi wisata berkaitan dengan pemandu wisata,
upaya proses pendidikan, dan penjangkauan kebutuhan
pasar telah terpenuhi secara baik.
Gambar 2. Unggahan @disparntb di Instagram
Unsur terakhir, digital presence menjadi catatan
penting karena mendapat poin paling rendah dalam tinjauan
GMTI. Upaya penonjolan identitas keagamaan tampak dari
bagaimana respon media sosial terhadap wisata Lombok.
Berikut beberapa catatan penelitian terhadap digital
presence.
Unggahan @disparntb dalam mempromosikan
lingkungan alam sebagai bagian wisata halal menunjukkan
kontribusi penggunaan identitas keagamaan. Pada Gambar
2, tampak seorang wanita dengan menggunakan kerudung
(suatu kain penutup kepala bagi seorang muslim) melakukan
pendakian di Bukit Anak Dara, Lombok. Gambar tersebut
menunjukkan bahwa pendakian tidak berbatas gender dan
amat ramah terhadap muslim atau pihak yang menerapkan
syariat Islam dalam kegiatannya.
Gambar 3. Unggahan @disparntb di Instagram
Unggahan @disparntb di Instagram lainnya berupaya
menunjukkan adanya unsur fasilitas dan atmosfer yang aman,
nyaman, dan kondusif. Unggahan ini menyertakan dua orang
wanita, di mana seorang wanita menggunakan kerudung
dan wanita lain tidak menggunakan kerudung tetapi tetap
berpakaian dengan rapi dan sopan. Kedua wanita yang
sedang menenun berupaya untuk memunculkan karakter
keberagaman dengan mengindahkan unsur tidak terjadinya
islamofobia sebagai pra-syarat pendirian wilayah wisata.
Gambar 4. Tampilan Laman Dinas Pariwisata Provinsi
Nusa Tenggara Barat
Peran Label Pariwisata Halal Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Lombok, Nusa Tenggara Barat
38
Unsur lainnya yang diperhatikan adalah laman
resmi promosi wilayah melalui kelembagaan pemerintah,
mengingat cukup minim informasi tempat wisata secara
khusus melalui media sosial dan laman. Pada laman ini,
tetap dimunculkan karakter wanita dengan menggunakan
kerudung, sementara pada setiap foto dengan karakter pria
tetap menjaga batasan aurat yakni berpakaian rapi dan sopan.
Secara umum, tampilan digital tersebut
menggambarkan upaya pemunculan identitas keagamaan
dengan bentuk ekspresi material. Molloy (dalam
Priandono, 2014) menyampaikan bahwa ekspresi material
adalah suatu pandangan bahwa identitas keagamaan
menggunakan sejumlah elemen sik yang mengagumkan
seperti patung, lukisan, komposisi musik, instrumen,
pakaian, arsitektur, dan objek ritual. Pada keseluruhan
gambar yang dapat diamati guna menunukkan digital
presence, gambar rerata memuat ekspresi material
dalam bentuk wanita yang menggunakan kerudung
dengan beragam aktivitas, baik bersama keluarga, dalam
kelompok, atau beraktivitas mandiri.
Kendati demikian, masih belum banyak ditemukan
pemanfaatan simbol lain seperti upaya menunjukkan
fasilitas umum yang tersedia, kemungkinan mudahnya
mendapat makanan dan minuman halal, dan respons
atas pelayanan yang diberikan secara utuh. Pada masa
mendatang, hal ini dapat dinaikkan sebagai konten
yang baik untuk semakin meningkatkan nilai kepuasan
dan jumlah kunjungan wisatawan. Sebagai catatan,
perlambatan yang terjadi akibat pandemi Covid-19 belum
dapat diperhitungkan. Sehingga, kemungkinan paling baik
dalam penerapan strategi komunikasi kemudian adalah
setelah pandemi dapat dinyatakan berakhir. Hal tersebut
turut berkaitan dengan tingkat kepercayaan wisatawan
terhadap lokasi wisata halal.
Secara umum, tingkat kepuasan wisatawan
muslim pada pariwisata halal di Lombok dapat menjadi
catatan yang menarik. Hasil dari Rahmiati et al.
(2018) menunjukkan bahwa kepuasan masyarakat atas
pariwisata halal di Lombok mencapai 77,5%. Hal ini
terlihat dari unsur kepuasan persepsi dan nilai Islam yang
dipegang oleh tim pengelola pariwisata di Lombok. Hal
ini dapat ditingkatkan bila digital presence juga turut
dipertimbangkan.
Peningkatan kesadaran terhadap tempat wisata
dapat memanfaatkan konsep komunikasi persuasif.
Komunikasi ini dapat melibatkan banyak interaksi
dalam dialog, dengan hal yang diperhatikan antara
lain kepercayaan dan kredibilitas komunikator yang
dapat memengaruhi keberhasilan teknik pengaruh atau
kepatuhan (Novianti et al., 2020) . Pemanfaatan media
komunikasi daring dapat menjadi poin penting yang
dapat diperhatikan sebagaimana kaitannya dengan
kepuasan dan tingkat kunjungan kemudian.
SIMPULAN
Secara umum, didapati bahwa pemanfaatan
identitas keagamaan dalam label pariwisata halal sebagai
bagian upaya daya tarik wisata Lombok, Nusa Tenggara
Barat telah mencapai hasil yang cukup baik. Namun
demikian, pemanfaatan unsur identitas keagamaan belum
ditunjukkan secara utuh melalui media sosial karena
hanya berfokus pada penampang alam. Unsur digital
presence mengalami poin yang rendah karena minimnya
ketersediaan informasi memadai berkenaan lokasi wisata
halal. Pada perkembangan penelitian kemudian, aspek
digital presence dapat diteliti lebih lanjut dengan fokus pada
strategi komunikasi yang tepat. Selain itu, pada pemangku
kepentingan terkait diharapkan dapat memerhatikan dan
mendorong digital presence sebagai media promosi yang
dapat meningkatkan kesadaran wisatawan atas tempat
wisata Lombok terutama setelah lama tidak menjadi fokus
masyarakat dalam situasi pandemi Covid-19.
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, H. H., Sartika, M., & Kadarningsih, A. (2018).
Desa Wisata Halal : Konsep Dan Implementasinya
Di Indonesia. Human Falah, 5(1), 28–48.
Battour, M., & Ismail, M. N. (2016). Halal tourism :
Concepts , practises , challenges and future.
Tourism Management Perspectives, 19, 150–154.
https://doi.org/10.1016/j.tmp.2015.12.008
Carollina, R., & Triyawan, A. (2019). ANALYSIS
OF HALAL TOURISM DEVELOPMENT
STRATEGY IN EAST JAVA PROVINCE. Journal
of Islamic Economics and Philanthropy, 02(01),
234–250. Pariwisata, Konsep Halal, Destinasi,
Faktor Eksternal dan%0AInternal
Djakfar, M. 2017. Pariwisata Halal Perspektif
Multidimensi Peta Jalan menuju Pengembangan
Akademik dan Industri Halal di Indonesia. Malang:
UIN MALIKI PRESS.
Fatkurrohman. (2017). Developing Yogyakarta ’ s Halal
Tourism Potential for Strengthening Islamic
Economy in Indonesia. Afkaruna, 13(1). https://doi.
org/10.18196/AIIJIS.2017.0065.1-16
Kriyantono, Rachmat. 2012. Teknik Riset Komunikasi
Cetakan ke-6. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Martin, J. N., & Nakayama, T. K. (2018). Intercultural
Communication in Contexts (7th ed.). Mc-Graw
Hill.
Mastercard-CrescentRating. (2019). Global Muslim
Travel Index 2019 (Issue April).
Maulidi, M. J. (2019). Wisata Halal dan Identitas Islami:
Studi Kasus Lombok, Nusa Tenggara Barat. Jurnal
Pemikiran Sosiologi, 6(1), 18–26.
Muhammad Endriski Agraenzopati Haryanegara, Muhamad Adibagus Ilham Akbar, Evi Novianti 39
Novianti, E., Endyana, C., Lusiana, E., Wulung, S. R. P.,
& Desiana, R. (2020). Komunikasi Persuasif dan
Penerapannya di Daya Tarik Wisata Tebing Keraton.
Tornare - Journal of Sustainable Tourism Research,
2(3), 43–47.
Peraturan Daerah Provinsi NTB No. 2 Tahun 2016 tentang
Pariwisata Halal, (2016) (testimony of Pemerintah
Provinsi Nusa Tenggara Barat).
Priandono, T. E. (2014). Komunikasi dalam Keberagaman
(1st ed.). Departemen Ilmu Komunikasi UPI.
Puspita, S. (2019, April 8). Lombok Jadi Destinasi
Wisata Halal Terbaik di Indonesia Versi IMTI
2019. Kompas.Com. https://travel.kompas.com/
read/2019/04/08/190500527/lombok-jadi-destinasi-
wisata-halal-terbaik-di-indonesia-versi-imti-
2019?page=all
Rahmiati, F., Othman, N. A., & Sunanti, M. A. P. (2018).
MUSLIM TOURIST SATISFACTION OF HALAL
TOURISM IN LOMBOK. Jurnal Syarikah, 4(2),
122–129.
Subarkah, A. R., Rachman, J. B., & Akim. (2020).
Destination Branding Indonesia sebagai Destinasi
Wisata Halal. Jurnal Kepariwisataan: Destinasi,
Hospitalitas Dan Perjalanan, 4(2), 84–97. https://
doi.org/10.34013/jk.v4i2.53
Taqwiem, A., Muhammad, H. A. R., & Maulidi, A. (2020).
Halal Tourism Development Analysis in Lombok
Island. International Conference on Islam, Economy,
and Halal Industry, 2020, 177–184. https://doi.
org/10.18502/kss.v4i9.7324
Yahya, A. 2016. Halal Tourism Indonesia. Bandung
... Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh (Endriski et al., 2021) yang berjudul "Peran Label Pariwisata Halal Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Lombok, Nusa Tenggara Barat". Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini mengadopsi pendekatan kualitatif dan menggunakan data sekunder sebagai dukungan dan landasan penelitian. ...
Article
Full-text available
Purpose : This study aims to explore the importance of tourist attractions in strengthening the tourism sector and its impact on sustainable development in various destinations, with a special focus on Batu Lawang nature tourism in Cirebon. Method: The study used a qualitative approach with descriptive methods, involving in-depth interviews, participant observation, and documentation studies. Results: The study shows that Batu Lawang has uniqueness and great potential in attracting tourists through its natural beauty and various interesting activities, although it still faces obstacles such as infrastructure that needs to be improved and promotion that has not been maximized. The proposed strategies include setting visitor quotas to overcome over-tourism, managing traffic and mobility, maintaining tourist facilities, and developing attractions. Contribution: This study is useful for tourism managers, government, and local communities in efforts to develop and promote Batu Lawang, and provides a basis for further research to support the growth of sustainable tourism in the area.
Article
Full-text available
Yogyakarta is one of famed tourism cities in Indonesia. This city offers vari- ous cultures, natural uniqueness and culture heritage which is extremely valu- able. Yogyakarta’s uniqueness and beauty boosts domestic and foreign tourists come to this city to relish Yogyakarta’s raciness. Foreign tourist from Malaysia gives high contribution in Yogyakarta tourism. In 2014, Malaysia tourist arrived to Yogyakarta approximately 25,280 which became the third largest foreign tour- ist after Netherlands and Japan. The aim of this research is to develop Yogyakarta’s big potential as halal tourism destination for strengthening Islamic economy in Indonesia. The big potential of Yogyakarta as halal tourism destination can be seen from two aspects. Firstly, sum of big Malaysia tourist to Yogyakarta is chance to implement halal tourism. Secondly, in general, halal tourism will encourage Islamic economy growth in Indonesia. I use method of analysis of documents to do this research. The result of research is Yogyakarta has chance to be developed as one of halal tourism destinations in Indonesia. To sum up, Yogyakarta’s big potential as halal tourism destination must be developed to actualize sustainable halal tourism in Yogyakarta
Article
Full-text available
This study aims to discuss the destination branding of Indonesia using halal tourism instruments to increase tourist arrivals, especially from the Middle East market, and make Indonesia the world's halal tourist destination. This research uses descriptive qualitative method with the concept of destination branding and public diplomacy. The results of this study indicate that Indonesia embarked on destination branding by establishing the Halal Tourism Indonesia Logo, Halal Tourism Indonesia: The Halal Wonders, to describe its halal tourist destinations, then designating three regions that are considered ready to be the leading halal tourist destinations, namely Lombok (Friendly Lombok), Aceh (The Light of Aceh), and West Sumatra (Taste of Padang) as seen from facilities and services that meet the criteria halal tourism and won the world's best halal tourism award representing Indonesia at the World Halal Travel Summit in Abu Dhabi 2015 and 2016. In addition, Indonesia also made efforts to halal tourism diplomacy through familiarization trips, attending national and international exhibitions, and through the media and seen the results of the increasing number of Middle Eastern tourists visiting as the primary target market for halal tourism.
Article
Full-text available
Penelitian ini merupakan studi kasus penelitian lapangan yang menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan sejarah dan sosiologis. Subyek penelitian ini adalah masyarakat pelaku pariwisata di Kawasan Ekonomi Khusus di pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Penelitian dilakukan untuk melihat sejauhmana implementasi syariah Islam melalui wisata halal berkontribusi pada kondisi masyarakat lokal di pulau Lombok, NTB. Orientasi perubahan sosial masyarakat melalui formalisasi identitas Islam dianggap sebagai wujud kebijakan lokal untuk pembangunan sumberdaya manusia. Pemerintah lokal dan didukung oleh pemerintah pusat mewujudkannya dengan pembangunan ‘Daerah Kawasan Ekonomi Khusus’ (KEK). Kesimpulan penelitian ini menjelaskan bahwa implementasi pembangunan Daerah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) lebih mendatangkan keuntungan bagi kepentingan yang bersifat pro bisnis ketimbang pemberdayaan bagi masyarakat di Lombok yang relijius.
Article
Full-text available
Tourism recognizes the growing interest in Halal tourism from both the perspectives of industry and research. Halal tourism can be summarized by any object or action which is permissible to use or engage in tourism industry, according to Islamic teachings. Therefore, the success of developing and marketing Halal tourism destination must be guided by the adoption of Islamic teachings and principles in all aspects of tourism activities. This paper explores the concept of Halal tourism along with the components which constitute the industry. It provides worldwide examples of some of the current best practises. The opportunities and challenges in developing and marketing Halal tourism are also discussed.
Article
Kawasan pariwisata berbasis alam rentan terhadap terjadinya bencana. Tantangan utama untuk menjaga dampak negatif akibat kegiatan wisata yaitu mengajak wisatawan untuk menjaga dan memelihara lingkungan alam melalui media komunikasi yang efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi pariwisata di Kampung Ciharegem dan mengidentifikasi media komunikasi persuasif yang ada di Tebing Keraton, Kampung Ciharagem. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif teknik perolehan data primer melalui wawancara dan obeservasi lapangan. Sementara data sekunder didapatkan melalui studi pustaka dan dokumen kebijakan terkait. Analisis isi dan deskriptif. Ruang lingkup wilayah penelitian ini meliputi Kampung Ciharegem yang terletak di Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Hasil penelitian menunjukan bahwa media komunikasi persuasif dapat berkontribusi dalam merancang strategi komunikasi yang efektif bagi destinasi pariwisata yang berada di kawasan lindung. Terdapat dua media komunikasi persuasif utama yang terletak di Kampung Ciharegem, yaitu media fisik berupa spanduk, papan informasi, dan papan petunjuk arah, serta media daring melalui situs web dan media sosial. Pembaharuan konten media daring secara berkala dapat mambantu dan mengedukasi wisatawan yang akan berkunjung ke Tebing Keraton di Kampung Ciharegem
Article
The enormous economic potential of halal tourism has recently begun to be discussed. Crescent Rating data notes that in 2014 Muslims spend about USD126.1 billion globally on Islamic tourism, and Indonesia as the 6th most popular halal tourism site in the world. This potential needs to be cultivated by Indonesia. Lombok Island as one of the most popular Islamic tourism destinations in Indonesia - in 2015 it received two awards (the Best World Halal Tourism Destination and World Best Halal Honeymoon Destination). The governor of Nusa Tenggara Barat Zuelkiflimansyah has expressed interest in further developing halal tourism in Lombok by promoting some additional destinations such as Senggigi Beach, Gili Trawangan, and Rinjani Mountain. This paper offers SWOT analysis of the development of halal tourism on the Lombok island. Keywords: Islamic Economy, Halal Tourism, Lombok Island
Pariwisata Halal Perspektif Multidimensi Peta Jalan menuju Pengembangan Akademik dan Industri Halal di Indonesia
  • M Djakfar
Djakfar, M. 2017. Pariwisata Halal Perspektif Multidimensi Peta Jalan menuju Pengembangan Akademik dan Industri Halal di Indonesia. Malang: UIN MALIKI PRESS.
Global Muslim Travel Index
  • Mastercard-Crescentrating
Mastercard-CrescentRating. (2019). Global Muslim Travel Index 2019 (Issue April).
Lombok Jadi Destinasi Wisata Halal Terbaik di Indonesia Versi IMTI 2019
  • S Puspita
Puspita, S. (2019, April 8). Lombok Jadi Destinasi Wisata Halal Terbaik di Indonesia Versi IMTI 2019. Kompas.Com. https://travel.kompas.com/ read/2019/04/08/190500527/lombok-jadi-destinasiwisata-halal-terbaik-di-indonesia-versi-imti-2019?page=all