Available via license: CC BY 4.0
Content may be subject to copyright.
Jurnal Medika Veterinaria
Agustus 2019, 13 (2):151-158
158P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600
doi:https://doi.org/10.21157/j.med.vet.v11i1.13819
151
α-Amylase And α-Glucosidase Inhibitors From Plant Extracts
M. Daud AK1, Juliani2, Sugito1, Mahdi Abrar1
1Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
2Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Serambi M ekkah, Banda Aceh
Alamat Korespondensil: juliani@serambimekkah.ac.id
ABSTRACT
About 80% of diabetic people have come from developing countries. Indonesia is seventh of diabetics.
Diabetes is a disease as a result of metabolic disorder that caused by lack of insulin secretion and/or insulin do not
work properly, so that the sugar highly accumulated in blo od (characterized by hyperglycemia). Normally, range of
blood sugar is 70 - 110 mg / dL before meals and less than 140 mg / dL after meals. One therapeutic approach to
control blood sugar level is to inhibit the activity of starch hydrolysis enzymes, namely α-amylase and α-glucosidase.
The active compounds of plant extracts have a unique and diverse structure compared to synthetic ones. This
characteristics are important because the inhibition of enzyme activity by active compounds from plant extracts is
known to make the formation of chemical bonds (affinity) between the active compounds and enzymes. A number of
active compounds from plant extracts such as tannins, flavonoids, polysaccharides, saponins, terpenoids are known
to inhibit the activity of α-amylase and α-glucosidase. In this study, we discuss some active compounds that inhibit α
- amylase and α-glucosidase enzyme from plant extracts.
Key words: α-amilase inhibitor, α-glukosidase inhibitor, diabetes, active compound
PENDAHULUAN
Sebanyak 8.3% atau sekitar 382 juta
orang dewasa di dunia menderita diabetes.
Angka ini diperkirakan meningkat melebihi
592 juta dalam kurun waktu kurang dari 25
tahun. Sekitar 80% penderita diabetes
berasal dari negara-negara berpendapatan
rendah sampai menengah. Indonesia
menempati posisi ke tujuh negara dengan
penderita diabetes terbanyak di dunia. Di
Indonesia penderita diabetes diperkirakan
meningkat lebih 1.5 kali lipat dalam kurun
waktu 22 tahun yaitu dari 8.5 juta pada tahun
2013 menjadi 14.1 juta pada tahun 2035
(International Diabetes Federation 2013).
Diabetes merupakan penyakit akibat
kesalahan metabolik yang disebabkan oleh
kekurangan sekresi insulin, insulin tidak
berfungsi dengan baik maupun keduanya.
Akibatnya gula terakumulasi di dalam darah
dan menyebabkan meningkatnya kadar
glukosa di dalam darah (hiperglikemia)
(Jawla et al. 2012). Kadar gula darah normal
puasa berkisar 70 to 105 mg/dl (Warade et
al. 2014) sedangkan kadar gula darah puasa
yang mencapai 126 mg/dl dikategorikan
dalam keadaan hiperglikemia (Umpierrez et
al. 2002). Keadaan hiperglikemia dapat
menginduksi kerusakan jaringan dan
produksi radikal bebas berlebih. Jika jumlah
antioksidan dalam tubuh tidak mencukupi,
tubuh akan mengalami stres oksidatif yang
merupakan awal terjadinya komplikasi
diabetes (Rolo et al. 2006).
Diabetes melitus merupakan penyakit
kronis yang berpotensi menjadi masalah
utama kesehatan secara global. Dua tipe
diabetes yang paling umum ditemui yaitu
diabetes tipe 1 dan 2. Menurut Alghadyan
(2011) diabetes tipe 1 terjadi karena proses
autoimun, sel β pankreas rusak sehingga
tergantung pada insulin untuk bertahan.
Diabetes tipe 2 ditandai dengan resisten
terhadap insulin dan insulin yang dihasilkan
cenderung kurang. Selain itu, penyakit
diabates juga dapat menyebabkan komplikasi
seperti retinopati, nefropati, neuropati,
jantung koroner, hipertensi, periferal
vaskular (Amos et al. 1997).
Akarbosa, metformin, voglibose
merupakan obat-obatan yang selama ini
digunakan untuk mengontrol gula darah
melaluipenghambatan kerja enzim
Jurnal Medika Veterinaria
M. Daud AK, dkk
152
pencernaan. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan obat-
obatan antidiabetes seperti akarbosa,
metformin, atau voglibose memiliki efek
samping seperti gangguan gastrointestinal
(diare dan flatulensi), gangguan hati, pusing,
mual dan muntah (van de Laar 2008; Dabhi
et al. 2013). Adanya kandidat obat yang
lebih aman tetapi efektif sangat diharapkan,
misalnya kandidat obat yang berasal dari
ekstrak tanaman.
Tanaman merupakan sumber fitokimia
yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif
obat maupun bahan pangan fungsional
antidiabetes. Berbagai penelitian telah
dilakukan terhadap tanaman-tanaman yang
digunakan secara tradisional untuk
mengobati diabetes. Trojan-Rodrigues et al.
(2011) melaporkan 81 spesies dalam 42
famili tanaman dan terpenting 2 famili
Asteraceae (Bauhinia forficate) dan
Myrtaceae (Syzygium cumini) digunakan
untuk mengobati diabetes di Brazil Selatan.
α-amilase merupakan kelompok enzim
endoamilase. Enzim ini bekerja pada bagian
dalam dari amilosa maupun amilopektin
dengan memutuskan ikatan α 1,4 glikosidik
(van der Maarel et al. 2002). Berbeda
dengan α-amilase, α-glukosidase merupakan
enzim eksoamilase dimana enzim ini bekerja
pada bagian luar dari residu pemecahan
amilosa/amilopektin dengan memotong tidak
hanya ikatan α 1,4 glikosidik tapi juga pada
ikatan α 1,6 glikosidik menghasilkan gula
sederhana. Selain itu, α-glukosidase bekerja
paling baik pada maltooligosakarida
membebaskan glukosa dengan konfigurasi α
(Costantino et al. 1990). Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa komponen bioaktif
pada ekstrak tanaman mampu menghambat
kerja enzim α-amilase dan α-glukosidase
(Dong et al. 2012; Bhandari et al. 2008;
Kwon et al. 2008; Mohammed et al. 2012).
Beberapa kelompok senyawa aktif
penghambat enzim α-amilase dan α-
glukosidase dari ekstrak tanaman akan
dibahas sebagai berikut.
Senyawa Aktif Penghambat Aktifitas
Enzim α-amilase dan α Glukosidase
a. Tanin
Ekstrak kaya akan tannin
terkondensasi dari selaput biji Araucaria
angustifolia mampu menghambat enzim α-
amilase saliva manusia (IC50 56.88 μg/L)
dan α-amilase pankreas babi (IC50 20.25
μg/L). Ekstrak ini mengandung senyawa
prosianidin dan prodelfinidin dengan jumlah
prosianidin lebih banyak dibandingkan
prodelfinidin (da Silva et al. 2014).
Procianidin dari biji anggur juga memiliki
penghambatan terhadap α-amilase.
Penghambatan ini meningkat dengan
meningkatnya derajat polimerisasi
prosianidin. Penghambatan terjadi melalui
interaksi yang stabil antara prosianidin
dengan enzim yang menyebabkan
pembentukan endapan tak larut (Gonçalves
et al. 2011).
(A) (B)
Gambar 1. Interaksi α-amilase manusia dengan
katekin teh hijau ECG (A), EGC (B) (Miao et al.
2015)
Isolat tannin terhidrolisis dari herbal
Eugenia jambolana mengandung
monomerik maupun polimerik tannin
terhidrolisis yang merupakan kelompok
senyawa penghambat α-amilase (IC50 1.1
µg/mL). Penghambatan ini bersifat non
kompetitif (Tong et al. 2014). Mekanisme
yang sama juga dilaporkan oleh Miao et al.
(2015) bahwa aktivitas penghambatan non
kompetitif juga diamati pada epikatekin
gallat (ECG) dan epigallokatekin gallat
(EGCG) dari ekstrak teh. Dari studi docking
Jurnal Medika Veterinaria
M. Daud AK, dkk
153
(Gambar 1) menunjukkan bahwa ECG
memiliki afinitas yang lebih kuat dibanding
EGCG. Penghambatan senyawa aktif
tersebut terhadap α-amilase manusia terjadi
melalui ikatan hidrogen dan van Der Walls
antara residu asam amino yang merupakan
sisi aktif enzim dengan senyawa aktif.
Penghambatan oleh tannin juga
diamati pada α-glukosidase. Asam tanat
merupakan salah satu tannin spesifik
komersil penghambat α-glukosidase kuat
(IC50 = 0.44 μg/mL), lebih kuat dibanding
obat anti α-glukosidase komersil akarbosa
(IC50 > 0.60 μg/mL). Asam tanat bekerja
dengan membentuk kompleks dengan enzim.
Reaksi penghambatan terjadi dengan
melibatkan interaksi hidrofobik dan
elektrostatik antara asam tanat dengan enzim
(Xiou et al. 2015).
b. Flavonoid
Aktivitas enzim α-glukosidase
diketahui dapat dihambat oleh senyawa-
senyawa dari kelompok flavonoid seperti
3’,4’,7-trihidroksiflavon dari tanaman Rhus
verniciflua Stokes maupun rutin dan
kaempferol 3-O-rutinosida dari Gynostemma
pentaphyllum (Kim et al. 2010; Yang et al.
2013). Ekstrak total flavonoid dari biji
Cichorium glandulosum menghambat enzim
α-glukosidase yang diisolasi dari dua sumber
yaitu S. cerevisiae dan intestinal tikus, serta
α-amilase yang diisolasi dari B. subtilis pada
kisaran konsentrasi 8-64.mg/ml. Penggunaan
konsentrasi ekstrak 8 mg/ml terhadap α-
glukosidase S. cerevisiae, 64 mg/ml pada
enzim α-glukosidase intestinal tikus dan
konsentrasi ekstrak 16 mg/ml terhadap
enzim α-amilase B. subtilis memberikan
aktifitas penghambatan relatif sama dengan
kontrol positif akarbosa (10 mg/ml) (Yao et
al. 2013).
Seyawa aktif dari ekstrak tanaman
kumis kucing juga dilaporkan memiliki
aktivitas penghambatan terhadap enzim α-
glukosidase (Mohamed et al. 2012; Juliani et
al. 2016). Dengan menggunakan metode
metabolomik berbasis FTIR dan identifikasi
gugus fungsional senyawa aktif diduga
senyawa metoksi flavonoid yaitu sinensitin
and 5,6,7,3’-tetrametoksi-4’-hidroksi-8-C-
prenilflavon merupakan senyawa yang
bertanggung jawab terhadap aktivitas
penghambatan tersebut (Juliani et al. 2016).
Ekstrak tanaman Peltophorum
pterocarpum memiliki aktifitas
penghambatan yang kuat terhadap α-
glukosidase dan α-amilase. Ekstrak bagian
daun, kulit batang, bunga dan cangkang biji
memiliki aktivitas penghambatan melebihi
obat komersil akarbosa terhadap α-
glukosidase (3.5 mg/ml) sedangkan bagian
daun dan kulit batang memiliki aktivitas
penghambatan melebihi obat komersil
akarbosa terhadap α-amilase (0.012 mg/ml).
Hasil analisis fraksi aktif menunjukkan
bahwa salah satu senyawa flavonoid yaitu
quercetin-3-O-β-D-galaktopiranosida
merupakan kandungan utamanya
(Manaharan et al. 2011). Manaharan et al.
(2012) berhasil mengisolasi enam senyawa
flavonoid (4-hidroksibenzaldehida,
miricetin-3-O-ramnosida, europetin-3-O-
ramnosida, ploretin, mirigalon-G, mirigalon-
B) dari ekstrak etanol daun Syzygium
aqueum. Dua flavonoid yaitu miricetin-3-O-
ramnosida dan europetin-3-O-ramnosida
memiliki aktivitas penghambatan yang kuat
terhadap α-glukosidase (IC50 1.1 µM dan 1.9
µM) dan α-amilase (IC50 1.9 µM dan 2.3
µM). Dari strukturnya senyawa kedua
flavonoid tersebut sama-sama memiliki
gugus gula. Walaupun demikian ramnosida
sendiri tidak dapat menghambat aktifitas
enzim. Adanya gugus gula pada miricetin
pada C3 dapat meningkatkan penghambatan
sekitar 10 kali dibandingkan miricetin analog
sedangkan europetin yang terdiri dari gugus
miricetin analog, glukosa serta gugus metil
pada C7 tujuh kali lebih lebih efektif
dibandingkan miricetin analog.
Baohuosida I yang diisolasi dari
ekstrak air daun Epimedium brevicornum
menunjukkan aktivitas penghambatan yang
Jurnal Medika Veterinaria
M. Daud AK, dkk
154
kuat terhadap α-glukosidase khamir (IC50
28.9 mmol/L). Dari kinetika reaksi enzim
diketahui bahwa penghambatan oleh
senyawa ini memiliki karakteristik tipe
campuran (reaksi berada diantara kompetitif
dan kompetitif). Baohuosida I dapat
berikatan dengan α-glukosidase bebas
maupun α-glukosidase yang membentuk
kompleks dengan substrat. Dari kinetika
inhibisi juga diketahui bahwa nilai K1 (12.47
µmol/L) lebih rendah dari K2 (31.7
µmol/L) yang menunjukkan bahwa
Baohuosida I lebih mudah berikatan dengan
enzim bebas dibandingkan dengan kompleks
enzim-substrat dimana pada kondisi substrat
melimpah Baohuosida I akan cenderung
membentuk berikatan dengan kompleks
enzim-substrat. Dari strukturnya Baohuosida
I memiliki cincin C7-OH sedangkan icariin
yang merupakan senyawa flavanol dari
tanaman yang sama menunjukkan aktivitas
lemah dengan struktur C40-OH (Phan et al.
2013).
c. Polisakarida
Polisakarida bersumber dari tumbuhan
diketahui menghambat aktivitas enzim
pencernaan pati. Polisakarida Acacia tortilis
yang merupakan isolat dari gum eksudat
menghasilkan penghambatan terhadap α-
glukosidase mamalia (penghambatan 72.43%
pada konsentrasi 5 mg/ml) dan tikus (IC50
0.7 mg/ml). Aktivitas penghambatan oleh
ekstrak ini setara dengan akarbosa yang
merupakan obat komersial sebagai kontrol
positif (Bisht et al. 2013).
Polisakarida penghambat α-amilase
juga diperoleh dari kelompok tanaman beri.
Purifikasi awal menunjukkan ekstrak
polisakarida dari buah blackcurrant (BCP).
Fraksi BCP I menghambat enzim α-amilase
sebesar 26.44% pada konsentrasi 4.0
mg/mL. Dari spektra IR diketahui ekstrak
tersebut mengandung ramnosa, arabinosa,
xilosa, mannosa, glukosa, dan galaktosa
dengan berat molekul 8146 kDa (Xu et al.
2014)
Pengaruh polisakarida asam terhadap
penghambatan α-glukosidase juga diamati
pada ekstrak kulit buah Camellia oleifera
Abel (CFP) dengan menggunakan SEM dan
FTIR.
Fraksi ekstrak
yang
dielusi
dengan
0.2 mol/L sodium klorida (CFB-3)
dan
ekstrak
hasil elusi dengan kolom sephadex
G-100
dengan 0.2
mol/L
sodium
klorida
menunjukkan (CFPB) penghambatan
tertinggi dengan IC50 berturut-turut 10.95
dan 11.80 µg/mL. CFB-3 memiliki berat
molekul 186,019 Da sedangkan CFPB
sebesar 378,824 Da (Zhang et al. 2015).
Selain pada α-glukosidase, kandungan
polisakarida asam juga menentukan tingkat
penghambatan
α-amilase
seperti
yang
diamati
pada
ekstrak polisakarida
jagung
sutra
terkarboksimetilasi.
Dimana
polisakarida
turunan
ini
memiliki
karakteristik
lebih mudah
larut, distribusi
berat molekul sempit, viskositas intrinsik
rendah, memiliki aktivitas antioksidan lebih
tinggi dengan konformasi sangat bercabang
dibandingkan dengan polisakarida lainnya
(Chen et al. 2013). Perbedaan struktur atau
karakteristik polisakarida disimpulkan
menjadi penyebab perbedaan aktivitas
penghambatan (Zhang et al. 2015; Chen et
al. 2013).
Polisakarida dari teh bagian daun
(TLPS) dan bunga (TFPS) menunjukkan
aktivitas penghambatan terhadap terhadap α-
glukosidase pada konsentrasi 0.5 mg/mL
sedangkan penghambatan α-amilase
membutuhkan konsentrasi lebih tinggi (10.0
mg/mL). Pada konsentrasi 10.0 mg/mL
penghambatan TLPS dan TFPS (10%)
terhadap α-amilase sebanding dengan
akarbosa (75%) pada konsentrasi yang sama.
Dilihat dari komposisi kimianya
penghambatan terhadap α-glukosidase oleh
TLPS tidak berpengaruh oleh kandungan
polisakarida asam namun meningkat dengan
meningkatnya polisakarida netral. Pada
TLFS efektivitas penghambatan justru
menurun ketika jumlah polisakarida asam
meningkat (Wang et al. 2010).
Jurnal Medika Veterinaria
M. Daud AK, dkk
155
APPS1-2 merupakan hasil fraksinasi
dengan ultrafitrasi dan sephadex G-75 jel
kromatografi dari ekstrak polisakarida kulit
buah (pulp) apricot (Armeniaca sibirica L.
Lam.). APPS1-2 menunjukkan aktivitas
penghambatan α-glukosidase kuat dengan
IC50 sebesar 6.06 mg/mL. Hasil analisis
dengan teknik kromatografi dan spektroskopi
menunjukkan bahwa APP1-2 merupakan
gliko-konjugat. Berat molekul APP1-2
sebesar 25.93 kDa terdiri dari ramnosa,
glukosa, mannosa dan galaktosa. Dengan
struktur molekul tulang punggung terdiri dari
ramnosa dan glukosa sedangkan cabang
terdiri dari mannosa dan galaktosa yang
merupakan ciri heteropolisakarida dengan
konfigurasi α (Cui et al. 2015).
d. Terpen dan Saponin
Penghambatan enzim penghidrolisis
pati oleh bioaktif yang diisolasi dari tanaman
Momordica charantia diamati pada senyawa
momordikosida M (18.63%) dan
momordikosida A (21.71%) pada
konsentrasi 50 µM. Dari strukturnya
momordikosida A memiliki dua gula pada
C3 dan 4 grup hidroksil pada C22, C23, C24,
dan C25 sedangkan momordikosida M
memiliki dua gula pada posisi C3, C23 dan
menujukkan aktivitas lebih kuat (Nhiem et
al. 2010).
A B
Gambar 2. Interaksi ikatan hidrogen (garis biru putus-
putus) antara senyawa I (A) dan II (B) dengan α-
amilase pankreatik manusia (HPA) (Ghost et al.
2014).
Senyawa diterpen anti α-amilase (E)-
labda-8(17),12-diena-15,16-dial (IC50
24.3µM ) dan (E)-8β,17-epoksilabd-12-ena-
15,16-dial (IC50 15.167 µM) yang kemudian
dirujuk sebagai senyawa I dan II berturut-
turut diisolasi dari biji Alpinia nigra. Kedua
senyawa ini menunjukkan bersifat non
kompetitif. Studi docking menunjukkan
terjadi ikatan ikatan hidrogen antara sisi aktif
enzim dan senyawa penghambat.
Penghambatan terjadi melalui ikatan
hidrogen antara senyawa I dengan asam
amino lys200 dan Ile235 sedangkan senyawa
II berikatan dengan asam amino Arg195 dan
Asn298 (Gambar 2). Selain ikatan hydrogen,
ikatan hidrofobik dan interaksi elektrostatik
diduga berperan dalam reaksi ini (Ghost et
al. 2014).
Asam pistagremik (PA) dari tanaman
Pistacia integerrima Stewart memiliki
aktivitas kuat terhadap α-glukosidase dari
khamir (IC50 89.12 μM), intestinal tikus
(IC50 62.47 μM). Studi docking
menunjukkan penghambatan kemungkinan
terjadi melalui ikatan hidrogen antara PA
dengan residu sisi aktif katalitik enzim
(Asp60, Arg69 dan Asp70) (Uddin et al.
2012).
Tujuh dari 12 senyawa triterpenoid
saponin merupakan senyawa triterpenoid
saponin yang pertama kali berhasil diisolasi
dan dieludasi dari akar Gypsophila
oldhamiana. Dari 3 kelompok triterpenoid
saponin (3-O-monoglukosida, 28-O-
monoglukosida dan 3, 28-O-bidesmosida)
golongan 28-O-monoglukosida merupakan
kelompok inhibitor kuat terhadap α-
glukosidase dengan IC50 berkisar 15.2 -78.5
µM. Salah satu senyawa dari kelompok 28-O-
monoglukosida yaitu gipsogenin 28-O-α-D-
galaktopiranosil-(1→6)-β-D glukopiranosil-
(1→6)-[β-D-glukopiranosil-(1→3)]-β-D-
glukopiranosil ester memiliki aktivitas
penghambatan terkuat (IC50 15.2 µM) lebih
kuat dari akarbosa (IC50 388 µM). Senyawa
tersebut merupakan monosakarida α anomerik
α-galaktosa sehingga strukturnya mirip dengan
akarbosa yang memiliki monosakarida α
anomerik α glukosa. Dari
M.
Jurnal Medika Veterinaria
M. Daud AK, dkk
156
hubungan struktur senyawa dengan aktivitas
diketahui posisi ikatan gula dengan aglikon
menentukan tingkat penghambatan (Luo et
al. 2008).
Senyawa anti glukosidase
kariofillakosida A (IC50 112.94 μmol/L) dan
B (IC50 133.74 μmol/L) merupakan
triterpenoid saponin dari ekstrak etanol
Gypsophila paniculata. Saponin ini memiliki
aglikon yang sama yaitu grup asam quillaik
dengan duam rantai gula digantikan oleh p-
metoksicinnamoil dan grup asetil.
Keberadaan metoksicinnamoil menunjukkan
peningkatan penghambatan enzim (Yao et al.
2011).
Steroidal saponin (25S)-5α-furastan-
3β,22,26-triol dan
gitogenin
dari
ekstrak
metanol
Tribulus
longipetalus
memiliki
aktivitas
penghambatan
terhadap
α-
glukosidase dengan IC50 berturut-turut 33.5
µM dan 37.2 µM. Dengan mempelajari
struktur senyawa dan aktivitas
penghambatan diketahui bahwa keberadaan
gula diduga menurunkan aktivitas
penghambatan terhadap α-glukosidase
(Naveed et al. 2014).
KESIMPULAN
Sejumlah senyawa aktif dari
ekstrak tanaman seperti tannin, flavonoid,
polisakarida, saponin dan terpen diketahui
memiliki aktivitas penghambatan terhadap
enzim α-amilase dan α-glukosidase sehingga
berpotensi untuk digunakan sebagai kandidat
obat-obatan maupun pangan fungsional yang
dapat mencegah maupun mengobati
diabetes. Beberapa senyawa aktif seperti
asam tanat, flavonoid dari ektrak daun dan
batang tanaman Peltophorum pterocarpum,
Polisakarida dari teh bagian daun dan
gipsogenin 28-O-α-D-galaktopiranosil-
(1→6)-β-D-glukopiranosil-(1→6)-[β-D-
glukopiranosil-(1→3)]-β-D-glukopiranosil
ester bahkan dilaporkan memiliki aktivitas
penghambatan baik terhadap enzim α-
amilase, α-glukosidase maupun keduanya
lebih kuat dibandingkan obat komersil. Akan
tetapi mekanisme penghambatan terhadap
tersebut berbeda-beda untuk masing-masing
senyawa. Hal ini diduga terjadi karena
perbedaan konfigurasi senyawa yang dapat
menyebabkan peerbedaan karakteristik
senyawa aktif dalam menghambat kinerja
dari enzim α-amilase dan α-glukosidase.
DAFTAR PUSTAKA
Alghadyan AA. 2011. Diabetic retinopathy – An update.
Saudi Journal of Ophthalmology 25, 99–111.
Amos AF, M cCarty DJ, Zimmet P. 1997. The Rising
Global Burden of Diabetes and its Complications:
Estimates and Projections to the Year 2010. Diabet.
M ed. 14: S7–S85.
Bhandari M R, Jong-Anurakkun N, Hong G, Kawabata K.
2008. α-Glucosidase and α-amylase inhibitory
activities of Nepalese medicinal herb Pakhanbhed
(Bergenia ciliata, Haw.). Food Chemistry 106:
247–252.
Bisht S, Kant R, Kumar V. 2013. α-D-Glucosidase
inhibitory activity of polysaccharide isolated from
Acacia tortilis gum exudate. International Journal of
Biological M acromolecules 59; 214–220.
Chen S, Chen H, Tian J, Wang Y, Xing L, Wang J. 2013.
Chemical modification, antioxidant and α amylase
inhibitory activities of corn silk polysaccharides.
Carbohydrate Polymers 98; 428– 437.
Costantino HR, Brown SH, Kelly RM . 1990. Purification
and characterization of an alpha-glucosidase from
a hyperthermophilic archaebacterium, Pyrococcus
furiosus, exhibiting a temperature optimum of
105 to 115 degrees C. J Bacteriol.;172(7):3654-
60.
Cui J, Xi M M , Li YW, Duan JL, Wang L, Weng Y, Jia N,
Cao SS, Li RL, Wang C, Zhao C, Wu Y, Wen
AD. 2015. Insulinotropic effect of Chikusetsu
saponin IVa in diabetic rats and pancreatic β-
cells. Journal of Ethnopharmacology 164; 334–
339.
Cui J, Gu X, Wang F, Ouyang J, Wang J. 2015. Purification
and structural characterization of an α glucosidase
inhibitory polysaccharide from apricot
(Armeniaca sibirica L. Lam.) pulp . Carbohydrate
Polymers 121 (2015) 309–314.
da Silva SM , Koehnlein EA, Bracht A, Castoldi R, de M
orais GR, Baesso M L, Peralta RA, de Souza
CGM , de Sá-Nakanishi AB, Peralta RM . 2014.
Inhibition of salivary and pancreatic α-amylases
by a pinhão coat (Araucaria angustifolia) extract
rich in condensed tannin. Food Research
International 56 ;1–8
Dabhi AS, Bhatt NR, Shah M J. 2013. Voglibose: An
Alpha Glucosidase Inhibitor. Journal of Clinical
and Diagnostic Research; 7(12): 3023-3027.
Jurnal Medika Veterinaria
M. Daud AK, dkk
157
Dong HQ, Li M , Zhu F, Liu FL, Huang JB. 2012.
Inhibitory potential of trilobatin from Lithocarpus
polystachyus Rehd against a-glucosidase and a-
amylase linked to type 2 diabetes. Food
Chemistry 130: 261–266.
Gonçalves R, M ateus N, de Freitas V. 2011. Inhibition of
a-amylase activity by condensed tannins. Food
Chemistry 125; 665–672.
Ghosh S, Rangan L. 2014.
M olecular
docking and
inhibition studies of a-amylase activity by
labdane diterpenes
from Alpinia
nigra
seeds.
M edicinal Chemistry Research 23 (11) : 4836.
[IDF] International Diabetes
Federation.
2013.
IDF
Diabetes
Atlas.
http://www.idf.org/diabetesatlas[28
Februari
2014].
Jawla S, Kumar Y, Khan M SY. Hypoglycemic activity of
Bougainvillea spectabilis stem bark in normal and
alloxan-induced diabetic rats. Asian Pacific
Journal of Tropical Biomedicine: S919-S923.
Juliani, Yuliana ND, Budijanto S, Wijaya CH, Khatib A. 2016.
Senyawa inhibitor α-Glukosidase dari kumis kucing
dengan pendekatan metabolomik berbasis FTIR.
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 27: 7-30. DOI:
10.6066/jtip .2016.27.1.17.
Kim JS, Kwon YS, Chun WJ, Kim TY, Sun J,Yu CY, Kim
M J. 2010. Rhus verniciflua Stokes flavonoid
extracts have anti-oxidant, anti-microbial and α
glucosidase inhibitory effect. Food Chemistry
120; 539–543.
Kwon YI, Apostolidis E, Shetty K. In vitro studies of
eggplant (Solanum melongena) phenolics as
inhibitors of key enzymes relevant for type 2
diabetes and hypertension. Bioresource
Technology 99 (2008) 2981–2988.
Luo JG, M a L, Kong LY. 2008. New triterpenoid saponins
with strong a-glucosidase inhibitory activity from
the roots of Gypsophila oldhamiana. Bioorganic
& M edicinal Chemistry 16; 2912–2920.
M anaharan T, Teng LL, Appleton D, M ing CH, M asilamani
T, Palanisamy UD. 2011. Antioxidant and
antiglycemic potential of Peltophorum
pterocarpum plant parts. Food Chemistry 129;
1355–1361
M anaharan T, Appleton D, Cheng HM , Palanisamy UD.
2012. Flavonoids isolated from Syzygium aqueum
leaf extract as potential antihyperglycaemic
agents. Food Chemistry 132; 1802–1807.
M iao M , Jiang B, Jiang H, Zhang T, Li X. 2015.
Interaction mechanism between green tea extract
and human a-amylase for reducing starch
digestion. Food Chemistry xxx; xxx–xxx.
M ohamed EAH, Siddiqui M JA, Ang LF, Sadikun A, Chan
SH, Tan SC, Asmawi M Z and Yam M F. 2012.
Potent α-glucosidase and α-amylase inhibitory
activities of standardized 50% ethanolic extracts
and sinensetin from Orthosiphon stamineus Benth
as anti-diabetic mechanism. BM C
Complementary and Alternative M edicine,
12:176.
Naveed M A, Riaz N, Saleem M , Jabeen B, Ashraf M
,Ismail T, Jabbar A. 2014. Longipetalosides A–C, new
steroidal saponins from Tribulus longipetalus.
Steroids 83; 45–51.
Nhiem NX, Kiem PV, M inh CV, Ban NK, Cuong NX,
Tung NH, Ha LM , Ha DT, Tai BH, Quang TH,
Ngoc TM , Kwon YI, Jang HD, Kim YH. 2010. α
Glucosidase Inhibition Properties of Cucurbitane-
Type Triterpene Glycosides from the Fruits of
Momordica charantia. Chem. Pharm. Bull. 58(5)
720—724.
Phan M AT, Wang J, Tang J, Lee YZ, Ng K. 2013.
Evaluation of a-glucosidase inhibition potential of
some flavonoids from Epimedium brevicornum.
LWT - Food Science and Technology 53; 492-
498
Rolo AP, Palmeira CM . 2006. Diabetes and mitochondrial
function: Role of hyperglycemia and oxidative
stress. Toxicology and Applied Pharmacology
212; 167–178.
Tong WY, Wang H, Waisundara VY, Huang D. 2014.
Inhibiting enzymatic starch digestion by
hydrolyzable tannins isolated from Eugenia
jambolana. LWT - Food Science and Technology
59 ;389-395.
Trojan-Rodrigues M . Alves TLS, Soares GLG, Ritter M R.
2012. Plants used as antidiabetics in popular
medicine in Rio Grande do Sul, southern Brazil.
Journal of Ethnopharmacology 139; 155– 163.
Uddin G, Rauf A, Al-Othman AM , Collina S, Arfan M ,
Ali G, Khan I. 2012. Pistagremic acid, a
glucosidase inhibitor from Pistacia integerrima.
Fitoterapia 83; 1648–1652.
Umpierrez GE, Isaacs SD, Bazargan N, You X, Thaler LM ,
Kitabchi AE. 2002. Hyperglycemia: An
Independent M arker of In-Hospital M ortality in
Patients with Undiagnosed Diabetes. The Journal
of Clinical Endocrinology & M etabolism 87;
978–982.
van de Laar FA. 2008. Alpha-glucosidase inhibitors in the
early treatment of type 2 diabetes. Vascular
Health and Risk M anagement :4; 1189–1195.
van der M aarel M JEC, van der Veen B, Uitdehaag JCM ,
Leemhuis H, Dijkhuizen L. 2002. Properties and
applications of starch-converting enzymes of the
α-amylase family . Journal of Biotechnology 94;
137–155.
Wang Y, Yang Z, Wei X. 2010. Sugar compositions, _-
glucosidase inhibitory and amylase inhibitory
activities of polysaccharides from leaves and
flowers of Camellia sinensis obtained by different
extraction methods. International Journal of
Biological M acromolecules 47; 534–539.
Warade JP, Pandey A. 2014. Fasting Blood Glucose Level
Higher Than Post-M eal in Healthy Subjects: A
Study of 738 Subjects. World Journal of
Pharmaceutical Research 3; 1121-1128.
Xiao H, Liu B, M o H, Liang G. 2015. Comparative
evaluation of tannic acid inhibiting α-glucosidase
and trypsin. Food Research International xxx;
xxx–xxx.
Xu Y, Zhang L, Yang Yu, Song X, Yu Z. Optimization of
ultrasound-assisted compound enzymatic
extractionand characterization of polysaccharides
Jurnal Medika Veterinaria
M. Daud AK, dkk
158
from blackcurrant. Carbohydrate Polymers xxx;
xxx–xxx.
Yang F, Shi H, Zhang X, Yang H, Zhou Q, Yu L. 2013.
Two new saponins from tetraploid jiaogulan
(Gynostemma pentaphyllum), and their anti-
inflammatory and a-glucosidase inhibitory
activities. Food Chemistry 141; 3606–3613.
Yao S, Luo JG, M a L, Kong LY. 2011. Two New
Triterpenoid Saponins from the Roots of
Gypsophila paniculata with Potent α-Gucosidase
Inhibition Activity . Chinese Journal of Natural
M edicines ;9 (6): 0401−0405.
Yao X, Zhu L, Chen Y, Tian J, Wang Y. 2013. In vivo and
in vitro antioxidant activity and a-glucosidase, a-
amylase inhibitory effects of flavonoids from
Cichorium glandulosum seeds. Food Chemistry
139; 59–66.
Zhang S, Li XZ. 2015. Inhibition of α glucosidase by
polysaccharides from the fruit hull of Camellia
oleifera Abel. Carbohydrate Polymers 115; 38–
43.