ArticlePDF Available

PENINGKATAN KUALITAS PUPUK ORGANIK PRODUKSI KELOMPOK TANI RUKUN SEJAHTERA DI DESA BUALO KECAMATAN PAGUYAMAN KAB' UPATEN BOALEMO PROVINSI GORONTALO

Authors:

Abstract

Abtract: Provision of organic fertilizers was done as an alternative to reduce dependence on inorganic fertilizers, even though they were substantive in nature. Apart from being one of the solutions to the scarcity of subsidized fertilizers, it was also an effort to increase agricultural production, as well as protect the plant environment from pollution and maintain soil fertility. The production of organic fertilizers from local agricultural waste has been proven and successfully carried out by farmer groups based on visual criteria that are fine-textured, black in color and smell of soil. Testing of the nutritional content of organic fertilizers has been carried out and the results prove that the minimum technical requirements for solid organic fertilizers have been met, so that larger scale production can be carried out by farmer groups. To follow up on this activity, suggestions that need to be made include: (a) the potential for agricultural waste from sugarcane and oil palm plantations that has not been used in the manufacture of organic fertilizers can be used as raw material, so that it will enrich the nutritional content and the novelty of this organic fertilizer; (b) the need for licensing for the production of organic fertilizer for farmer groups requires assistance from the instant dan associated with these authority dan regulation; and (c) the need for good and attractive packaging, so that it will market-oriented.
PEDULI: Jurnal Ilmiah Pengabdian Pada Masyarakat, 2021, Vol.5, No.1
ISSN: 25974653. EISSN:25974688
http://peduli.wisnuwardhana.ac.id/index.php/peduli/index
84
PENINGKATAN KUALITAS PUPUK ORGANIK PRODUKSI KELOMPOK
TANI RUKUN SEJAHTERA DI DESA BUALO KECAMATAN PAGUYAMAN
KABUPATEN BOALEMO PROVINSI GORONTALO
Nurdin1, Agustinus Moonti2, Siswatiana Rahim Taha3, Fitriah Suryani Jamin4, Rival Rahman5
1,2,3,4,5Universitas Negeri Gorontalo
1nurdin@ung.ac.id, 2agustinusmoonti@yahoo.com, 3tahasiswatiana@gmail.com, 4fitriahjamin@ung.ac.id,
5rivalrahman.1307@gmail.com,
Abtract: Provision of organic fertilizers was done as an alternative to reduce dependence on
inorganic fertilizers, even though they were substantive in nature. Apart from being one of
the solutions to the scarcity of subsidized fertilizers, it was also an effort to increase
agricultural production, as well as protect the plant environment from pollution and maintain
soil fertility. The production of organic fertilizers from local agricultural waste has been
proven and successfully carried out by farmer groups based on visual criteria that are fine-
textured, black in color and smell of soil. Testing of the nutritional content of organic
fertilizers has been carried out and the results prove that the minimum technical requirements
for solid organic fertilizers have been met, so that larger scale production can be carried out
by farmer groups. To follow up on this activity, suggestions that need to be made include: (a)
the potential for agricultural waste from sugarcane and oil palm plantations that has not been
used in the manufacture of organic fertilizers can be used as raw material, so that it will enrich
the nutritional content and the novelty of this organic fertilizer; (b) the need for licensing for
the production of organic fertilizer for farmer groups requires assistance from the instant dan
associated with these authority dan regulation; and (c) the need for good and attractive
packaging, so that it will market-oriented.
Key words: Quality, organic fertilizer, local raw materials.
PENDAHULUAN
Pupuk merupakan suatu bahan, baik organik maupun anorganik yang mengandung
hara penting bagi tanaman. Intensitas pengelolaan tanah untuk budidaya tanaman yang
tinggi telah mengakibatkan penurunan kadar hara dan status kesuburan tanah pada areal
pertanaman (Nuro et al., 2016; Nurdin et al., 2019), sehingga pemupukan menjadi salah
satu cara mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah setempat. Namun
demikian, penggunaan lahan secara intensif dengan input agrokimia tinggi telah
menyebabkan gejala tanah sakit atau soil sickness (Pramono, 2004). Selain itu,
ketersediaan pupuk terutama pupuk anorganik (Urea, Phonska dan lainnya) di tingkat
petani sering tidak mengikuti waktu dan jumlah yang dibutuhkan petani karena sering
langka di pasaran atau tingkat kios pengecer (Nurdin et al., 2019). Akibatnya, tindakan
pemupukan sering terlambat dan mempengaruhi pertumbuhan serta produksi tanaman.
Petani di Desa Bualo Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo, terutama petani
jagung sering mengalami kesulitan dalam memperoleh pupuk anorganik baik yang
bersubsidi maupun non subsidi. Pengaruh kelangkaan pupuk tersebut terlihat dari capaian
produktifitas jagung di desa ini yang hanya sebanyak 5,2 ton/ha (BPS Kabupaten
Boalemo, 2019). Apabila dikomparasikan dengan aspek kependudukan yang 85,72% dari
1.174 jiwa (Pemerintah Desa Bualo, 2018) penduduk desa ini bermata pencaharian
sebagai petani, maka capaian produktifitas ini sangat mempengaruhi tingkat
kesejahteraan petani setempat. Hal ini terlihat dari jumlah kepala keluarga (KK)
Prasejahtera masih sebanyak 307 KK (42,88%) dan KK Miskin sebanyak 310 KK
(43,30%). Kondisi inilah yang menyebabkan Desa Bualo masih berstatus Desa
Tertinggal pada tahun 2014 dan baru meningkat menjadi Desa Berkembang mulai tahun
2018 (Kementrian Desa, PDT dan Transmigrasi RI, 2018).
PEDULI: Jurnal Ilmiah Pengabdian Pada Masyarakat, 2021, Vol.5, No.1
ISSN: 25974653. EISSN:25974688
http://peduli.wisnuwardhana.ac.id/index.php/peduli/index
85
Salah satu upaya untuk mengatasi kelangkaan pupuk anorganik dan meminimalisir
penurunan kesuburan tanah adalah mensubstitusi dengan pupuk organik. Pupuk organik
merupakan pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian
hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk
padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba, yang
bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Permentan No. 70 tahun 2011).
Berdasarkan definisi tersebut, maka sumber bahan baku pupuk organik diantanya adalah
limbah pertanian.
Limbah pertanian umumnya sangat melimpah yang dapat menjadi bahan pembuatan
pupuk organik. Desa Bualo memiliki potensi limbah pertanian yang berasal dari sub
sektor tanaman pangan berupa: jagung dan padi, perkebunan berupa: kelapa, kakao, dan
kelapa sawit, serta sub sektor peternakan berupa: kotoran sapi dan ayam dengan potensi
lahan sebesar 2.560 Ha atau 100% dari total wilayah (Pemerintah Desa Bualo, 2020).
Selama ini, limbah pertanian tidak dimanfaatkan dan dibiarkan begitu saja menumpuk di
lahan pertanian, atau sengaja dibakar yang sering menimbulkan masalah kebakaran atau
emisi karbon.
Kelompok Tani Rukun Sejahtera merupakan salah satu kelompok tani jagung di
Desa Bualo yang telah memiliki satu unit mesin pencacah (copper) bahan baku pupuk
organik, tetapi produksi pupuk organik masih sangat rendah dengan kualitas yang rendah
pula. Selain itu, sejak pupuk organik diproduksi oleh kelompok tani ini belum pernah
sama sekali dilakukan uji laboratorium tentang komposisi dan kandungan hara dalam
pupuk tersebut.
Melalui program pengembangan desa mitra (PPDM) dari Kementrian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi bersama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo pada tahun 2019, telah melaksanakan
pelatihan pembuatan pupuk organik kepada kelompok ini. Nurdin et al. (2019)
melaporkan bahwa pelatihan dan pendampingan kepada petani di kelompok tani ini telah
meningkatk an pengetahuan tentang pembuatan pupuk organik dengan capaian sebesar
88,6% dari total peserta. Namun, pada tahun 2019 tersebut belum sampai pada pengujian
kandungan hara pupuk organik karena proses pematangan pupuk organik belum
sempurna. Oleh karena itu, guna meningkatkan kualitas pupuk organik sesuai persyaratan
teknis minimal (Permentan No. 70 tahun 2011), maka dilakukan pengujian kualitas
pupuk organik produksi Kelompok Tani Rukun Sejahtera.
Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah meningkatkan kualitas pupuk organik
produksi Kelompok Tani Rukun Sejahtera Desa Bualo Kecamatan Paguyaman
Kabupaten Boalemo dengan memetakan potensi bahan baku pupuk organik secara
partisipatif, membuat pupuk organik dan menguji kandungan hara pupuk organik
tersebut berdasarkan kriteria Kepmentan No. 261/KPTS/SR.130/M/4/2019.
METODE
Kegiatan pembuatan pupuk organik ini dilakukan selama tiga bulan yang
merupakan bagian dari kegiatan dalam PPDM di Desa Bualo Kecamatan Paguyaman
Kabupaten Boalemo. Kelompok sasaran kegiatan ini adalah Kelompok Tani Rukun
Sejahtera yang masih berstatus pemula dan beranggotakan 34 orang dengan komoditi
jagung yang mengelola lahan seluas 31 ha serta tergabung dalam Gapoktan Dwikarya
dengan kode:[75.01.050.033.0022.0018] (Bakorluh Provinsi Gorontalo, 2019).
Rangkaian kegiatan didalamnya melalui tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut:
PEDULI: Jurnal Ilmiah Pengabdian Pada Masyarakat, 2021, Vol.5, No.1
ISSN: 25974653. EISSN:25974688
http://peduli.wisnuwardhana.ac.id/index.php/peduli/index
86
a. Tahap Pemetaan Partisipatif Potensi Bahan Baku Pupuk Organik.
Pada tahap ini, seluruh lahan pertanian dipetakan menggunakan bantuan GPS
(global positioning system) dan perangkat lunak (software) Arc GIS versi 10.1 dengan
membagi total wilayah Desa Bualo ke dalam satuan-satuan penggunaan lahan secara
spasial. Selanjutnya, dilakukan survei lapangan terkait penggunaan lahan eksisting
berupa: luasan tanam, luasan panen, tingkat produksi dan produktifitas tanaman yang
berpotensi menghasilkan limbah pertanian sebagai bahan baku pupuk organik. Kegiatan
pendataan ini dilakukan secara partisipatif bersama pemerintah desa Bualo, penyuluh
pertanian setempat dan petani pemilik lahan, terutama yang tergabung dalam Kelompok
Tani Rukun Sejahtera. Hasil pendataan potensi limbah pertanian ini kemudian dihitung
untuk mendapatkan besaran bahan baku pupuk organik nantinya.
b. Tahap Pendampingan Pembuatan Pupuk Organik
Pada tahap ini, semua bahan baku pembuatan pupuk organik dari limbah pertanian
berupa: limbah jagung (1000 kg), kulit buah kakao (500 kg), kotoran sapi (100 kg), EM4
(10 L), gula (10 kg) dan air (10 L) telah dikumpulkan dan peralatan pendukung berupa:
mesin pencacah (copper), bak fermentasi dan terpal telah disiapkan secara optimal.
Pupuk organik dibuat langsung oleh peserta (anggota kelompok tani) yang didampingi
oleh Tim PPDM. Semua bahan baku dihancurkan melalui pencacahan dan penghalusan
dengan mesin copper dan hasilnya ditempatkan dalam kolam fermentasi. Selanjutnya,
dibuat larutan starter sebagai dekomposer antara EM4 dengan gula dalam ember. Bahan
baku yang telah dihaluskan tadi dicampur dengan larutan starter dan diaduk dalam kolam
fermentasi sampai merata dan disiram dengan air secukupnya sampai kondisi semua
bahan tersebut lembab secara merata. Setelah itu, bahan tersebut dipadatkan dan
ditumpuk serta ditutup di atasnya dengan terpal. Proses fermentasi dan pengomposan
diperlakuan dalam waktu tiga bulan, sampai pupuk organik tersebut benar-benar
terbentuk sempurna.
c. Tahap Monitoring dan Evalusi Keberhasilan Pembuatan Pupuk Organik
Pada sub tahap monitoring pembuatan pupuk organik berjalan selama tiga bulan.
Selama waktu tersebut dibagi ke dalam tiga fase, yaitu: (a). Fase bulan pertama, Setiap
tiga hari dilakukan pengadukan bahan untuk mempercepat proses fermentasi oleh
anggota kelompok tani secara bergiliran dengan tujuan agar kondisi suhu dan
kelembaban lingkungan terjaga untuk proses dekomposisi mikroorganisme. Selama
proses tersebut dilakukan pendampingan oleh Tim PPDM dan mahasiswa pendamping.
Pada bulan pertama, dilihat apakah ada tanda-tanda proses dekomposisi bahan pupuk.,
(b). Fase bulan kedua, tindakan pengadukan bahan pupuk untuk mempercepat proses
fermentasi oleh anggota kelompok tani yang didampingi Tim PPDM dan mahasiswa juga
terus dilakukan. Pada bulan kedua, dilihat apakah ada kemajuan proses dekomposisi
bahan yang berlangsung., (c). Fase bulan ketiga, tindakan pengadukan bahan untuk
mempercepat proses fermentasi terus dilakukan oleh anggota kelompok tani yang
didampingi Tim PPDM dan mahasiswa. Pada bulan ketiga ini, dilihat proses
dekomposisi sudah sempurna menjadi pupuk atau belum. Pada sub tahap evalusi
keberhasilan pembuatan pupuk organik, keberhasilan pembuatan pupuk organik secara
visual ditunjukkan oleh kriteria tekstur bahan yang halus, berwarna hitam dan bau bahan
sudah seperti bau tanah. Pada akhir bulan ketiga, diambil contoh (sampel) pupuk organik
sebanyak 1 kg untuk dianalisis kandungan haranya di Laboratorium Pengujian Pupuk
BPTP Sulawesi Selatan sebagai Laboratorium Ikutan yang ditunjuk Kementrian
Pertanian.
PEDULI: Jurnal Ilmiah Pengabdian Pada Masyarakat, 2021, Vol.5, No.1
ISSN: 25974653. EISSN:25974688
http://peduli.wisnuwardhana.ac.id/index.php/peduli/index
87
HASIL KARYA UTAMA DAN PEMBAHASAN
Hasil kegiatan ini disajikan dalam tiga sub bagian, yaitu: (1) pemetaan potensi bahan
baku pupuk organik, (2) pendampingan pembuatan pupuk organik, (3) monitoring dan
evalusi keberhasilan pembuatan pupuk organik. Hasil dan pembahasan masing-masing
sub bagian diuraikan sebagai berikut:
a. Pemetaan Potensi Bahan Baku Pupuk Organik
Hasil pemetaan potensi bahan baku pupuk organik disajikan dalam bentuk, yaitu:
database secara tabular dan peta spasial. Pemetaan ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa banyak potensi bahan baku yang dihasilkan baik dari limbah pertanian maupun
kotoran ternak. Secara bersama-sama Tim PPDM, pemerintah desa Bualo, penyuluh
pertanian setempat dan anggota kelompok tani melakukan survei lapangan dengan
bantuan GPS terhadap posisi dan koordinat lahan yang ditanami tanaman pertanian.
Selanjutnya, berdasarkan peta satuan lahan yang telah dibuat sebelumnya, data-data dan
informasi yang diperoleh dari lapangan dimasukkan dalam database potensi bahan baku
pupuk organik. Sajian hasil pemetaan potensi bahan baku pupuk organik disajikan dan
Tabel 1 dan Gambar 1.
Tabel 1. Potensi Limbah Pertanian sebagai Bahan Baku Pupuk Organik di Desa Bualo Kecamatan
Paguyaman Kabupaten Boalemo
Sub Sektor/
Tanaman
Potensi Limbah
Kondisi Limbah
Luas (ha)
Bentuk Limbah
Rataan
Limbah
(ton/ha)
Jumlah
Limbah
(ton)
Padi
19,45
Jerami
6.763a
263,08
Dibiarkan Dibakar
Sekam
0.95a
37.07
Dibiarkan Dibakar
Dedak
0.38a
14.67
Pakan Ternak
Jagung
539,39
Jerami
7.842a
8.459,79
Dibiarkan Dibakar
Tebu
213,66
Jerami
39,93b
8.530,89
Dibakar
Kelapa Dalam
330,54
Limbah
Biomassa
7,95c
2.627,79
Dibiarkan
Kelapa Sawit
173,72
Tandan Kosong
0,79d
136,53
Dibiarkan
Kakao
4,78
Limbah
Biomassa
18,5e
88,43
Dibiarkan
Ayam
4.500
Kotoran
4,7a
7.719,75
Dibiarkan
Sapi
614
Kotoran dan Urin
11,4a
2.554,85
Dibiarkan
Total Limbah (ton)
30.432,9
Sumber: Hasil Survei Lapang Diolah (2020); Jafrizal et al. (2018), Khuluq (2012),cNur (2018), Nurhayati
et al. (2011), Muslim et al. (2012).
PEDULI: Jurnal Ilmiah Pengabdian Pada Masyarakat, 2021, Vol.5, No.1
ISSN: 25974653. EISSN:25974688
http://peduli.wisnuwardhana.ac.id/index.php/peduli/index
88
Gambar 1. Peta Sebaran Potensi Limbah sebagai Bahan Baku Pupuk Organik di Desa Bualo
Sumber: Hasil Analisis GIS (2020)
b. Pembuatan Pupuk Organik
Pembuatan pupuk organik dilakukan langsung oleh anggota Kelompok Tani Rukun
Sejahtera Desa Bualo Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo yang didampingi
langsung oleh Tim PPDM, mahasiswa pendamping dan penyuluh pertanian setempat.
Gambar 2. Kegiatan Pencacahan Bahan Limbah Pertanian (a) dan Pembuatan Larutan Starter Pupuk
Organik (b)
Gambar 3. Penyiraman Larutan Starter dan Penumpukan Bahan Pupuk Organik (a), serta Penutupan
Terpal (b), dan Pengadukan Bahan Pupuk Organik (c)
Tampaknya, anggota kelopok tani Rukun Sejahtera sudah memahami dan mampu
melaksanakan pembuatan pupuk organik setelah didampingi langsung oleh Tim PPDM,
(a
)
(b
)
(a
)
(b
)
(c)
PEDULI: Jurnal Ilmiah Pengabdian Pada Masyarakat, 2021, Vol.5, No.1
ISSN: 25974653. EISSN:25974688
http://peduli.wisnuwardhana.ac.id/index.php/peduli/index
89
mahasiswa pendamping dan penyuluh pertanian setempat. Hal ini sejalan dengan laporan
Nurdin et al. (2019) bahwa setelah mengikuti pelatihan pembuatan pupuk organik,
anggota kelompok tani Rukun Sejahtera rata-rata sudah mengetahui tentang pupuk
organik sebesar 88,6% dari total peserta dan tersisa hanya tinggal sebesar 11,4% saja yang
belum tahu tentang pupuk organik. Beberapa hal yang menyebabkan petani kurang tahu
tentang bahan organik antara lain pengertian dan sumber bahan organik, penggunaan dan
jenis-jenis bahan organik (Jamhari dan Kusnanto, 2018).
c. Monitoring dan Evaluasi Keberhasilan Pembuatan Pupuk Organik
Monitoring dilakukan secara bersama-sama antara Tim PPDM, penyuluh pertanian
setempat dan anggota kelompok tani sasaran. Hasil monitoring terhadap pembuatan
pupuk organik menunjukkan bahwa selama fase monitoring berjalan sesuai yang
diharapkan (Tabel 2) dan diuraikan sebagai berikut: Pada fase bulan pertama, terlihat
proses dekomposisi sudah mulai berjalan yang ditunjukkan oleh perubahan tekstur dan
warna bahan yang terdekomposisi. Sementara pada fase bulan kedua, terlihat proses
dekomposisi sudah lebih lanjut yang ditunjukkan oleh perubahan tekstur bahan yang
mulai hancur dan halus serta warna bahan yang terdekomposisi mulai hitam. Penggunaan
EM4 akan lebih efisien bila terlebih dahulu ditambahkan bahan organik yang berupa
pupuk organik ke dalam tanah (Cesaria et al., 2014).
Tabel 2. Hasil Monitoring Pembuatan Pupuk Organik di Kelompok Tani Rukun Sejahtera Desa Bualo
Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo
Fase
Tindakan
Indikator Proses Dekomposisi Bahan
Keterangan
Tekstur
Warna
Bau
Bulan
ke-1
Pembalikan dan
pencapur adukan bahan
Masih
Kasar
Krem
Bau bahan
Mulai terjadi
dekomposisi
Bulan
ke-2
Pembalikan dan
pencapur adukan bahan
Mulai
halus
Menghitam
Mulai berbau
tanah
Dekomposisi
lanjut
Bulan
ke-3
Pembalikan dan
pencapur adukan bahan
Sudah
halus
Hitam
Bau tanah
Dekomposisi
sempurna
Sumber: Hasil Monitoring Pupuk Organik (2020)
Gambar 7. Monitoring Pembutanan Pupuk Organik
Pada fase bulan ketiga, proses dekomposisi sudah sempurna yang ditunjukkan oleh
tekstur bahan yang semakin halus, bahan yang terdekomposisi sudah berwarna hitam dan
bau bahan sudah seperti bau tanah. Artinya, pembuatan pupuk organik sudah berhasil
dilakukan. Penggunaan starter EM4 akan mempercepat fermentasi bahan organik
sehingga unsur hara yang terkandung akan terserap dan tersedia bagi tanaman
(Hadisuwito, 2012). Keberhasilan pembuatan pupuk organik, selain secara visual
menunjukkan perubahan tekstur bahan, warna hitam dan bau bahan yang berbau tanah,
PEDULI: Jurnal Ilmiah Pengabdian Pada Masyarakat, 2021, Vol.5, No.1
ISSN: 25974653. EISSN:25974688
http://peduli.wisnuwardhana.ac.id/index.php/peduli/index
90
juga kecukupan hara yang dikandung pupuk organik tersebut berdasarkan hasil uji
laboratorium. Hasil analisis kandungan hara pupuk organik dari Laboratorium Pengujian
Pupuk BPTP Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa persyaratan teknis minimal pupuk
organik padat sesuai Kepmentan RI No. 261/KPTS/SR.310/M/4/2019 telah berhasil
dipenuhi (Tabel 3).
Tabel 3. Hasil Pengujian Pupuk Organik Padat Produksi Kelompok Tani Rukun Sejahtera
No
Parameter
Persaratan Teknis
Minimal Pupuk Organik*
Hasil
Status Uji
1
C-Organik (%)
≥ 15
24,00
Memenuhi
2
C/N Rasio
≤ 25
14,00
Memenuhi
3
N-total (%)
≥ 2
1,67
Memenuhi
4
P2O5 (%)
0,67
5
K2O (%)
1,54
6
pH
4 9
8,38
Memenuhi
7
Kadar Air (%)
8 20
8,80
Memenuhi
8
Fe (ppm)
≤ 15.000
4.065
Memenuhi
9
Zn (ppm)
≤ 5.000
84
Memenuhi
10
Pb (ppm)
≤ 50
49
Memenuhi
11
Cd (ppm)
≤ 2
tt
Diabaikan
12
Cr (ppm)
≤ 180
tt
Diabaikan
13
Ni (ppm)
≤ 50
1
Memenuhi
Sumber: Laporan Hasil Pengujian Pupuk No. SP 129/LT-BPTP/IX/2019; tt = tidak terukur,
*Kriteria Kepmentan No. 261/KPTS/SR.130/M/4/2019.
Tampaknya, produk pupuk organik Kelompok Tani Rukun Sejahtera semuanya
sudah memenuhi persyaratan teknis minimal yang sudah ditentukan. Bahkan, beberapa
parameter seperti: C-Organik, C/N rasio, kandungan hara (N+P+K) yang dibutuhkan
tanaman dalam yang banyak sudah cukup tinggi. Demikian halnya dengan kandungan
unsur hara mikro (Fe+Zn) yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit berada di
bawah batas maksimum yang dipersyaratkan. Namun demikian, khusus parameter unsur
Plumbum (Pb) sebagai salah satu logam berat jumlah hampir mendekati batas maksimum,
yaitu 49 ppm dari batas maksimum 50 ppm. Tingginya kadar Pb ini diduga berasal dari
bahan baku kotoran sapi yang sudah cukup lama (6 bulan) berada dalam bak
penampungan, sehingga peluang masuknya bahan lain yang mengandung Pb sangat
dimungkinkan. Apalagi posisi bak penampungan yang berada di bawah kandang sapi dan
air begitu mudah masuk ke dalam bak tersebut. Logam berat terutama Pb dapat
menurunkan produktivitas tanah dan mutu hasil pertanian (Nurjaya et al., 2006),
sementara untuk menurunkan serapan Pb oleh tanaman dapat menggunakan pengkhelat
organik, yaitu substansi humus (asam humat dan asam fulvat) yang terdapat dalam pupuk
kandang (Priyadi et al., 2018).
KESIMPULAN
Penyediaan pupuk organik dilakukan sebagai alternatif mengurangi
ketergantungan pada pupuk anorganik, walaupun sifatnya subtitutif. Pembuatan pupuk
organik berbahan baku limbah pertanian lokal telah berhasil dibuat oleh kelompok tani
berdasarkan kriteria bertekstur halus, warna hitam dan berbau tanah. Pengujian
kandungan hara pupuk organik membuktikan bahwa persyaratan teknis minimal pupuk
organik padat telah dipenuhi, sehingga produksi pada skala besar dapat dilakukan. Untuk
menindaklanjuti kegiatan ini, maka saran yang diajukan meliputi: (a) potensi limbah
pertanian dari tebu dan perkebunan kelapa sawit yang belum digunakan dalam
pembuatan pupuk organik dapat dijadikan bahan baku, sehingga akan memperkaya
PEDULI: Jurnal Ilmiah Pengabdian Pada Masyarakat, 2021, Vol.5, No.1
ISSN: 25974653. EISSN:25974688
http://peduli.wisnuwardhana.ac.id/index.php/peduli/index
91
kandungan nutrisi dan kebaruan pupuk organik ini; (b) perizinan produksi pupuk organik
kelompok tani membutuhkan pendampingan kepada otoritas yang berwenang sesuai
dengan peraturan yang berlaku; dan (c) kebutuhan kemasan yang baik dan menarik,
sehingga berorientasi pasar.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada DRPM Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi RI atas kepercayaan dan pendanaan melalui Program Pengembangan Desa
Mitra (PPDM) Tahun Anggaran 2021. Terima kasih pula disampaikan kepada
Mahasiswa, baik mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Agribisnis dan Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian UNG.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Kabupaten Boalemo. 2019. Kabupaten Boalemo dalam Angka Tahun 2018.
Tilamuta: Badan Pusat Statistik Kabupaten Boalemo.
Cesaria RY, R Wirosoedarmo, dan B Suharto. 2014. Pengaruh penggunaan starter
terhadap kualitas fermentasi limbah cair tapioka sebagai alternatif pupuk cair. Jurnal
Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 1(2): 8-14.
Hadisuwito S. 2012. Membuat pupuk organik cair. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Jafrizal, N Kesumawati, dan R Hayati. 2018. Inventarisasi potensi limbah pertanian dan
peternakan dalam rangka mengembangkan usaha sayuran organik berbasiskan
sumberdaya lokal di Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong. Paper
dipresentasikan pada Seminar Nasional Agroinovasi Spesifik Lokasi Untuk
Ketahanan Pangan Pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian RI, Bandar Lampung, 19-20
Oktober 2018 (pp. 841-849).
Jamhari H, dan T Kusnanto. 2018. Kajian pengetahuan dan sikap petani terhadap
penggunaan bahan organik pada usahatani padi sawah di Desa Negararatu,
Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Paper dipresentasikan pada
Seminar Nasional Agroinovasi Spesifik Lokasi Untuk Ketahanan Pangan Pada Era
Masyarakat Ekonomi ASEAN, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementrian Pertanian RI, Bandar Lampung, 19-20 Oktober 2018 (pp. 557-567).
Bandar Lapung.
Khuluq AD. 2012. Potensi pemanfaatan limbah tebu sebagai pakan fermentasi probiotik.
Buletin Tanaman Tembakau, Serat dan Minyak Industri, 4(1):37−45.
Muslim, Muyassir, dan T Alvisyahrin. 2012. Kelembaban limbah kakao dan takarannya
terhadap kualitas kompos dengan sistem pembenaman. Jurnal Manajemen
Sumberdaya Lahan, 1(1): 86-93.
Nurjaya, E Zihan, dan MS Saeni. 2006. Pengaruh amelioran terhadap kadar pb tanah,
serapannya serta hasil tanaman bawang merah pada Inceptisol. Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian Indonesia, 8(2): 110-119.
Nurhayati, A Jamil, dan RS. Anggraini. 2011. Potensi limbah pertanian sebagai pupuk
organik lokal di lahan kering dataran rendah iklim basah. Iptek Tanaman Pangan,
6(2): 193 202.
Nuro F, D Priadi, dan ES Mulyaningsih. 2016. Efek pupuk organik terhadap sifat kimia
tanah dan produksi kangkung darat (Ipomoea reptans Poir.). Paper dipresentasikan
pada Seminar Nasional Hasil-Hasil PPM IPB, Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor, Bogor 1 Desember 2016 (pp. 29-39).
Bogor.
PEDULI: Jurnal Ilmiah Pengabdian Pada Masyarakat, 2021, Vol.5, No.1
ISSN: 25974653. EISSN:25974688
http://peduli.wisnuwardhana.ac.id/index.php/peduli/index
92
Nur M. 2018. Potensi limbah kelapa sebagai pupuk organik. InfoTek Perkebunan,
10(10): 39.
Nurdin, M Baruwadi, F Zakaria, R Yusuf, DA Rachim, Suwarno dan Darmawan. 2009.
Penelitian dan pengembangan komoditas unggulan berdasarkan potensi
sumberdaya lahan melalui analisis kesesuaian lahan dan pewilayahan komoditas
unggulan di Kabupaten Boalemo. Laporan Penelitian. Kerjasama Bappeda
Kabupaten Boalemo dengan Pusat Kajian Pertanian Tropis (PKPT) Universitas
Negeri Gorontalo, Tilamuta.
Nurdin, FS Jamin, SR Taha, dan A Murtisari. 2019. Peningkatan Populasi Ternak Sapi
dan Pengetahuan Petani dalam Pembuatan Pupuk Organik di Kelompok Tani
Sumber Rezeki Desa Bualo Kabupaten Boalemo. Jurnal Pengabdian kepada
Masyarakat, 25(2): 103-111.
Nurdin, Fitriah S Jamin, SR Taha, dan A Murtisari. 2019. Pemberdayaan Petani
melalui Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan Pembuatan Pupuk. Paper
dipresentasikan pada Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat
(SENIAS) LPPM Universitas Islam Madura, Pamekasan 2019 (pp. 7986.
Madura.
Pramono J. 2004. Kajian Penggunaan Bahan Organik pada Padi Sawah. Jurnal
Agrosains, 6(1): 11-14.
Pemerintah Desa Bualo. 2018. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa
Bualo Tahun 2017-2022. Pemerintah Desa Bualo Kecamatan Paguyaman
Kabupaten Boalemo.
Priyadi S, Soelistijono, S Harieni, dan K Prasetyowati. 2018. Identifikasi logam berat
dalam biji jagung manis dan kedelei pada transisi sistem pertanian organik. Jurnal
Agritech, 38(4): 456-462.
Permentan No. 70 tahun 2011 tentang pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah.
... Permasalahan utama untuk meningkatkan produksi dan produktifitas jagung pulut adalah budidaya jagung pulut umumnya pada lahan dengan tingkat kesuburan rendah, sehingga tindakan pemupukan menjadi pilihan untuk meningkatkan kesuburan tanah tersebut (Nurdin, Moonti, Taha, Jamin, & Rahman, 2021). Petani mayoritas menggunakan pupuk anorganik untuk memupuk tanaman jagung pulut, karena pupuk anorganik lebih baik dibandingkan pupuk organik dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung pulut (Assidik, Maemunah, & Adrianton, 2021). ...
... Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa baik dalam bentuk padat atau cair yang dapat diperkaya dengan bahan mineral atau mikroba untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Permentan No. 70 tahun 2011). Selama ini, limbah pertanian di Desa Bualo Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo tidak dimanfaatkan dan dibiarkan begitu saja menumpuk di lahan pertanian, atau sengaja dibakar yang sering menimbulkan masalah kebakaran atau emisi karbon (Nurdin et al., 2021). Limbah pertanian tersebut pada tahun 2021 telah dibuat pupuk organik dan telah diuji kandungan haranya di laboratorium tanah Balitsereal Maros dengan hasil telah memenuhi persyaratan teknis minimal pupuk organik. ...
... Benih jagung pulut yang digunakan adalah jagung pulut lokal, sementara pupuk organik yang adalah pupuk organik Bualo express (PO BOX) yang diproduksi oleh Kelompok Tani Rukun Sejahtera di Desa Bualo Kecamatan Paguyaman, herbisida yang digunakan adalah merk Gramoxone 276 SL yang mengandung paraquat dichlorida sebanyak 1 L, sedangkan pestisida yang digunakan adalah merk Spontan 400 SL yang mengandung bahan aktif dimehipo 400 g.L -1 sebanyak 500 mL. Adapun kandungan hara PO BOX yang digunakan meliputi (Nurdin et al., 2021): C-Organik (24%); C/N Rasio (14); N-total (1,67%); P2O5 (0,67%); K2O (1,54%); pH (8,38); kadar air (8,80%); Fe (4.065 ppm); Zn (84 ppm); dan Pb (49 ppm). ...
Article
Full-text available
Waxy maize is a source of local food for the community so that it can achieve food security, but its availability is still low. In addition, the cultivation of waxy maize so far still relies on inorganic fertilizers that have the potential to endanger public health. The purpose of this study was to analyze the growth and production of waxy maize, as well as to determine the effectiveness of agronomy and economy by applying organic fertilizer in Bualo Village, Boalemo Regency. The data obtained were designed in a randomized block design consisting of 11 treatments and 3 replications, so there were 33 experimental units. The results showed that the application of organic fertilizer of as much as 2,000 kg.ha-1 was able to increase the growth and production of the best waxy maize. Organic fertilizers, both agronomic and economical were classified as effective in increasing waxy maize production.
... Provinsi Gorontalo seperti di Kabupaten Boalemo memiliki banyak potensi bahan baku pupuk organik seperti limbah jagung, padi, tebu, kakao dan limbah peternakan yang selama ini belum termanfaatkan (Nurdin et al., 2021). Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Permentan No. 02/Pert/HK.060/2/2006). ...
Article
Full-text available
This research aims to describe changes in the use of organic fertilizers in urban communities, both from the point of view of knowledge and behavior. This research was conducted in the period from February to April 2022. The population is urban in Gorontalo Province, with a random sample of 172 people with various professional characteristics. The research variables include people's perceptions, knowledge, and behavior regarding using organic fertilizers. Data were analyzed using descriptive statistics. The results showed that 95.3% of the urban community's perception of a suitable type of fertilizer chose organic fertilizer over non-organic fertilizer, and from the aspect of knowledge, as much as 69.8% knew the benefits of using organic fertilizer, both for plants and the environment and economic benefits. From the behavioral aspect, 83.7% of people are used to using organic fertilizers, and 62.8% prefer to use organic fertilizers compared to other fertilizers. The market potential for organic fertilizer for urban communities in Gorontalo Province based on aspects of knowledge and behavior is relatively high so that marketing can target urban communities. Communities can use agricultural shops with good reputations or images to obtain or trade organic fertilizers.
Article
Full-text available
Cow manure converted into organic fertiliser is of good quality and has a high sales value. The use of faeces and urine as organic fertiliser is very beneficial, especially for soil fertility, and provides the necessary nutrients for plants. The village of Alebo has a majority of farmers, so fertilizer is the main need for the management of crops such as rice, maize, sweet potato, beans and other crops, as well as in the surrounding village communities, which also have a majority of rice fields and are farmers. Urban communities also need fertilizers to fertilize ornamental plants in their gardens. The processing of cow dung into organic fertiliser in Alebo village, Konda sub-district, is one of the areas affected by the covid-19 virus pandemic, so it is important to analyse the added value and benefits of organic fertiliser production. The objective of this study is to analyze the added value and benefits of organic fertilizer manufacturing activities after the covid-19 pandemic in Alebo village, Konda sub-county. This study should serve as a demonstration tool for other districts or surrounding villages that have not yet converted cow dung into organic fertilizer, as well as a training forum for farmers/ranchers in agricultural areas to integrate agriculture and livestock production in synergy in the same area to support the realization of food self-sufficiency. The results showed that value added and profits generally declined before the covid-19 programme and that while the covid-19 programme actually led to a decline in activity, the post-covid-19
Article
Full-text available
Farm land in Indonesia, both dry land and wet land, generally have low soil organic content, of less than 2%. Therefore, adding organic matter to the soil in order to improve soil productivity is recommended. Crop residues and animal waste are potential as source for organic matter. Composted organic matter can be used as fertilizers containing macro and micro nutrients. The availability of organic fertilizer can be utilzed as a basis to promote sustainable agriculture development. In each district in Indonesia, such as one of Kampar District in Riau Province, the material for organic fertlizer is readily available. It was estimated the crop residues from food crops alone amounted to 40,930 ton per year, crop residues from estate crops amounted to 74,840 ton per year, and animal waste 17,612 ton per year. From those organic matter, when fermented into compost, can be used as fertlizer to cover farm land area of 56,455 ha annually, thus, can be expected to improve soil quality gradually. Abstrak Lahan pertanian di Indonesia, baik lahan kering maupun lahan sawah, mempunyai kandungan bahan organik tanah yang rendah (<2%). Oleh karena itu, penggunaan bahan organik untuk memperbaiki produktivitas lahan perlu digalakkan. Limbah pertanian adalah sisa dari proses produksi pertanian. Limbah pertanian antara lain dapat berupa jerami tanaman pangan, limbah tanaman perkebunan, dan kotoran ternak. Limbah pertanian yang mengalami proses pelapukan atau fermentasi secara alami maupun melalui bantuan aktivator akan menghasilkan pupuk organik. Pupuk organik dipercaya sebagai pupuk yang lengkap walaupun dalam jumlah kecil tetapi mengandung unsur makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman. Ketersediaan pupuk organik dalam jumlah dan kualitas yang memadai dapat menjadi dasar terwujudnya pembangunan pertanian berkelanjutan. Pengunaan pupuk organik selain dapat memperbaiki struktur tanah juga dapat meningkatkan produktivitas lahan. Penelitian di Kabupaten Kampar, Riau menunjukkan cukup besarnya limbah pertanian yang dapat dijadikan sebagai pupuk organik, dari sisa hasil panen tanaman pangan 40.930 t/tahun, dari tanaman perkebunan 74.840 t/tahun, dan dari limbah ternak 17.612 t/tahun. Dari keseluruhan limbah tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan dapat dihasilkan kompos untuk memupuk lahan seluas 56.458 ha. Kata kunci: pupuk organik, limbah pertanian, lahan kering iklim basah.
Article
Full-text available
Peningkatan populasi ternak sapi dapat dilakukan melalui kegiatan Inseminasi Buatan (IB) yang diharapkan juga dapat meningkatkan hasil kotoran ternak (feases) sebagai sumber bahan baku pupuk organik. Kegiatan ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan populasi ternak sapi sebagai penghasil bahan baku pupuk organik, dan (2) meningkatkan pengetahuan Kelompok Tani Sumber Rezeki dalam pembuatan pupuk organik. Kegiatan ini dimulai bulan Maret sampai Agustus 2019 di Desa Bualo Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo. Kegiatan ini terdiri dari: (1) Kegiatan IB terhadap sapi induk yang sehat dan siap (masa birahi) oleh inseminator., dan (2) Pembuatan pupuk organik yang dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan. Sebelum dan sesudah pelatihan, dilakukan tes tingkat pengetahuan tentang pupuk organik kepada 25 orang peserta pelatihan yang dianalisis menggunakan Skala Likert. Bahan pembuatan pupuk organik meliputi: limbah jagung, bungkil kakao, feases, urin, EM4, gula dan air. Semua bahan dicampur merata dalam bak fermentasi, ditutup dengan terpal dan dibiarkan selama 3 minggu. Selama kegiatan berlangsung, antusias peserta dalam mengikuti seluruh kegiatan sangat tinggi dengan capaian 100%. Kegiatan IB telah menghasilkan sebanyak 12 ekor sapi bunting. Kegiatan pelatihan dan pendampingan kepada petani di Kelompok Tani Sumber Rezeki telah mampu meningkatkan pengetahuan tentang pembuatan pupuk organik dengan capaian sebesar 88,0% dari total peserta pelatihan.Kata kunci: Populasi, Sapi, Inseminasi Buatan, Pengetahuan, Pupuk Organik. Abstract Increasing cattle population can be done through Artificial Insemination (IB) activities which are also expected to increase livestock manure yields (feases) as a source of raw material for organic fertilizer. This activity aims to: (1) increase the population of cattle as a producer of raw materials for organic fertilizer, and (2) increase the knowledge of Sumber Rezeki Farmer Groups in making organic fertilizer. This activity began in March to August 2019 in Bualo Village, Paguyaman District, Boalemo Regency. This activity consists of: (1) IB activities towards healthy and ready mother cows (incubation period) by inseminators, and (2) Making organic fertilizer carried out through training and mentoring activities. Before and after the training, a knowledge level test about organic fertilizer was conducted on 25 trainees who were analyzed using a Likert Scale. Organic fertilizer manufacturing materials include: corn waste, cocoa meal, feases, urine, EM4, sugar and water. All ingredients are mixed evenly in a fermentation tank, covered with tarpaulin and left for 3 weeks. During the activity, participants' enthusiasm in participating in all activities was very high with 100% achievement. IB activities have produced as many as 12 pregnant cows. Training activities and assistance to farmers in the Sumber Rezeki Farmer Group have been able to increase knowledge about making organic fertilizer with an achievement of 88.0% of the total training participants. Keywords: Population, Cow, Artificial Insemination, Knowledge, Organic Fertilizer.
Article
p>Program swasembada gula 2014 memberikan dampak perluasan area pertanaman tebu. Pada tahun 2010 luas areal tebu telah mencapai 418.259 ha dengan produksi tebu nasional 34.218.549 ton, sehingga diha-silkan limbah daun tebu dan bagas sebanyak 16,7 juta ton yang sangat potensial untuk pakan ternak. Ino-vasi teknologi dibutuhkan dalam peningkatan kandungan nutrisi limbah tebu yang masih rendah. Pembuatan pakan fermentasi probiotik dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan nutrisi dan daya cerna pakan. De-gradasi senyawa organik dapat dilakukan dengan bantuan bakteri selulolitik, lignolitik, dan hemiselulolitik. Mikroba yang dapat dimanfaatkan dalam pakan fermentasi probiotik meliputi jamur (Aspergillus niger, Pha-nerochaete chrysosporium), khamir (Saccharomyces cerevisieae), dan bakteri (Lactobacillus, Bifidobacterium, dan Streptococcus). Sugar self-sufficiency programs in 2014 impact the extension of sugarcane planting area. In 2010, sugarcane area have reached 418,259 ha with a nation production of 34,218,549 tons of sugarcane, so that the result-ing waste sugarcane leaves and bagasse as many as 16.7 million tons with huge potential for livestock feed. Technological innovation is needed in improving the nutrition content of low sugarcane waste. Preparation of feed probiotics fermentation may be an alternative to improve the nutrients and digestibility of feed. Degra-dation of organic compounds can be done by cellulolytic, lignolitic, and hemicelulolitic bacteria. Microbes that can be utilized in feed probiotics fermentation include fungi (Aspergillus niger, Phanerochaete chrysospo-rium), yeast (Saccharomyces cerevisiae), and bacteria (Lactobacillus, Bifidobacterium, and Streptococcus).</p
  • Daftar Pustaka Bps Kabupaten
  • Boalemo
DAFTAR PUSTAKA BPS Kabupaten Boalemo. 2019. Kabupaten Boalemo dalam Angka Tahun 2018. Tilamuta: Badan Pusat Statistik Kabupaten Boalemo.
Pengaruh penggunaan starter terhadap kualitas fermentasi limbah cair tapioka sebagai alternatif pupuk cair
  • R Y Cesaria
  • Wirosoedarmo
  • Suharto
Cesaria RY, R Wirosoedarmo, dan B Suharto. 2014. Pengaruh penggunaan starter terhadap kualitas fermentasi limbah cair tapioka sebagai alternatif pupuk cair. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 1(2): 8-14.
Kelembaban limbah kakao dan takarannya terhadap kualitas kompos dengan sistem pembenaman
  • Muyassir Muslim
Muslim, Muyassir, dan T Alvisyahrin. 2012. Kelembaban limbah kakao dan takarannya terhadap kualitas kompos dengan sistem pembenaman. Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan, 1(1): 86-93.
Pengaruh amelioran terhadap kadar pb tanah, serapannya serta hasil tanaman bawang merah pada Inceptisol
  • E Nurjaya
  • Zihan
  • Saeni
Nurjaya, E Zihan, dan MS Saeni. 2006. Pengaruh amelioran terhadap kadar pb tanah, serapannya serta hasil tanaman bawang merah pada Inceptisol. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, 8(2): 110-119.
Efek pupuk organik terhadap sifat kimia tanah dan produksi kangkung darat (Ipomoea reptans Poir.). Paper dipresentasikan pada Seminar Nasional Hasil-Hasil PPM IPB, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor
  • F Nuro
  • Priadi
  • Mulyaningsih
Nuro F, D Priadi, dan ES Mulyaningsih. 2016. Efek pupuk organik terhadap sifat kimia tanah dan produksi kangkung darat (Ipomoea reptans Poir.). Paper dipresentasikan pada Seminar Nasional Hasil-Hasil PPM IPB, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor, Bogor 1 Desember 2016 (pp. 29-39). Bogor. PEDULI: Jurnal Ilmiah Pengabdian Pada Masyarakat, 2021, Vol.5, No.1 ISSN: 25974653. EISSN:25974688
Potensi limbah kelapa sebagai pupuk organik
  • M Nur
Nur M. 2018. Potensi limbah kelapa sebagai pupuk organik. InfoTek Perkebunan, 10(10): 39.
Kajian Penggunaan Bahan Organik pada Padi Sawah
  • J Pramono
Pramono J. 2004. Kajian Penggunaan Bahan Organik pada Padi Sawah. Jurnal Agrosains, 6(1): 11-14.