Content uploaded by Shannaz Nadia Yusharyahya
Author content
All content in this area was uploaded by Shannaz Nadia Yusharyahya on Mar 16, 2022
Content may be subject to copyright.
Shannaz N. Yusharyahya
150
eJKI Vol. 9, No. 2, Agustus 2021
Tinjauan Pustaka
Mekanisme Penuaan Kulit sebagai Dasar Pencegahan
dan Pengobatan Kulit Menua
Shannaz N. Yusharyahya
Departemen Dermatovenereologi
Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Penulis korespondensi: nadiayusharyahya@yahoo.com
Diterima 28 November 2020; Disetujui 19 Juli 2021
https://doi.org/10.23886/ejki.9.49.150
Abstrak
SeiringdenganmeningkatnyapopulasigeriatridiIndonesia,masalahpenuaankulitjugaturutmeningkat.
Padapopulasi tersebutterjadi berbagaiperubahan kulitsehingga kelainanyang ditimbulkanjuga berbeda.
Stresoksidatif merupakanmekanismeyangdidugakuatsebagaipenyebab utamapenuaankulit.Penuaan
kulit merupakan proses kompleks yang melibatkan faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yang
berperan adalah genetik, metabolisme sel, dan perubahan hormonal. Selain itu, terdapat faktor ekstrinsik
sepertiradiasiultraviolet, inframerah, dankarsinogenlingkungan yang turutberperan pada penuaankulit.
Keduafaktortersebutmenyebabkanperubahandiseluruhlapisankulit.Untukmengatasipenuaankulit,kini
telahtersediaberbagaimodalitasterapi,namununtukmenentukanterapiyangpalingsesuaiperludiketahui
siologikulitmenua,mekanismepenuaankulit,danmanifestasikelainankliniskulitmenua.Secarasiologi
terjadi perubahan permeabilitas, biokimia, vaskularisasi, termoregulasi, respons terhadap iritan, respons
imunitas,kapasitasregenerasi, responsterhadapcedera, persepsineurosensori dan padatingkat genom.
Jumlah sel epidermal dan laju pergantian epidermal menurun sedangkan di adneksa terjadi penurunan
jumlahkelenjarsebaseayangmengakibatkan kulitkeringdanmudahpecah. Penurunanjumlahmelanosit
menyebabkanwarnarambutmenjadiabu-abukeputihandanmunculpigmentasiatipikdikulit.Folikelrambut
kurangaktifsehinggameningkatkankerontokandan kebotakan.Dilapisanbasalukuranselberkurangdan
rerataukuranselbertambah.Selkeratinositmenjadilebihpendekdanbesardikulityangmenua.
Kata kunci:geriatri,mekanismepenuaankulit,patosiologi.
Skin Aging Mechanism as A Basic Prevention and Treatment of Skin Aging
Abstract
Growing geriatric population generates a rise of aging issues. Process of aging develops multiple skin
changesthatfurtheremergeotherrelatedskinproblems.Oxidativestressisbelievedplaying vitalrolerelated
toaging.The aging process intheskin is complex andinuencedby intrinsic andextrinsicfactors.Intrinsic
factorscanbeintheformofgenetics,cellmetabolism,andhormonalchanges.Meanwhile,forextrinsicfactors,
suchasexposuretoultraviolet,infrared,andcarcinogenicagentalsohavecrucialpartinagingprocess.These
factorscontributetoalllayersoftheskin.Nowadays,manytreatmentmodalitiesavailabletoreverseskinaging,
however, better understanding on skin aging mechanism, the pathophysiology, and clinical manifestations
of aging skin is important to choose the appropriate treatment for patients. In aging, there are physiological
changesinpermeability,biochemicalstructures,vascularisation,thermoregulation,irritativeresponse,immunity
response,regenerativecapability,inammatoryresponse, neurosensoryperceptionand in genomlevel.The
numberofepidermalcellsandepidermaloverturnratedeclinewhilethereisalsoreductionofsebaseousglands
atadnexawhichbothareaccountedforskinxerosis.Decreasingmelanocytescancausedgrayhairandatypical
pigmentation.Hairfolliclesalsoshowlessactivityresultinginhairloss.Basallayercellsaredownsizingandrise
ofaveragecellssizeareoccured.Keratinocytebecomesshorterandbiggerinagingskin.
Keywords:geriatric,mechanism,skinaging,pathophysiology.
Pencegahan dan Pengobatan Kulit Menua
151
eJKI Vol. 9, No. 2, Agustus 2021
Pendahuluan
Kulit adalah organ terluar pada manusia, oleh
karena itu perubahan pada kulit dapat dengan mudah
diamati. Masalah penuaan kulit meningkat seiring
dengan meningkatnya populasi geriatri di dunia.
Berbagai perubahan pada kulit terjadi pada populasi
ini. Penuaan kulit merupakan proses menurunnya
fungsi dan kapasitas kulit secara progresif. Terdapat
dua faktor yang berperan pada terjadinya penuaan
kulit, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor
intrinsik antara lain genetik, metabolisme sel,
dan hormonal sedangkan yang termasuk faktor
ekstrinsik antara lain radiasi ultraviolet, inframerah,
dan karsinogen lingkungan seperti polusi udara.
Secara kumulatif faktor tersebut mengubah struktur
dan fungsi setiap lapisan kulit secara progresif yang
akhirnya mengubah tampilan kulit. Penuaan intrinsik
merupakan proses yang tidak terelakan dan pada
proses ini kulit mengalami perubahan morfologi dan
siologi seperti kering, keriput, kendur, dan proses
penyembuhan luka menjadi lebih lambat. Pada
penuaan ekstrinsik, kulit mengalami kerut dalam,
kehilangan elastisitas, dan permukaan kulit menjadi
kasar. Berbagai tumor jinak hingga lesi prekanker kulit
juga dapat terjadi akibat penuaan ekstrinsik.1 Pada
makalah ini dibahas proses penuaan kulit secara
intrinsik dan ekstrinsik, perubahan struktur kulit pada
penuaan, serta berbagai teori penuaan kulit.
Penuaan Intrinsik
Pada penuaan kulit secara instrinsik, lapisan
epidermis menipis sehingga daerah kontak
permukaan dermis dan epidermis menipis dan
pertukaran nutrisi ke epidermis berkurang.
Akibatnya kulit mudah lecet dan robek setelah
trauma ringan. Kemampuan proliferasi sel basal
semakin menurun. Di lapisan dermis, jumlah sel
mast dan broblas lebih sedikit dibandingkan di
kulit muda dan hal tersebut juga terjadi pada serat
kolagen serta serat elastin.1
Produksi prokolagen tipe 1 di kulit menua
berkurang karena penurunan sinyal TGF-β/Smad
dan penurunan faktor pertumbuhan jaringan ikat.
Terjadi degenerasi di komponen matriks ekstraseluler
(elastin, kolagen, brilin) dan di oligosakarida yang
memengaruhi kemampuan kulit menahan air.2 Pada
penuaan intrinsik terjadi penipisan kulit, kerutan
halus, kulit kering, kulit kendur, dan tumor jinak kulit:
keratosis seboroik, cherryangioma.1
Penuaan Ekstrinsik
Pajanan radiasi ultraviolet dari matahari
merupakan faktor utama penuaan ekstrinsik
sehingga disebut photo aging yang mengacu
pada efek pajanan sinar ultraviolet dalam waktu
lama.3 Pada penuaan ekstrinsik lapisan epidermis
menebal, sedangkan pada penuaan intrinsik,
lapisan epidermis menipis. Stratum korneum
menebal karena kegagalan degradasi korneosit dari
desmosom. Diferensiasi keratinosit dari epidermis
juga terganggu oleh sinar ultraviolet. Ekspresi
kolagen tipe VII dalam keratinosit menurun di area
terpajan ultraviolet. Kolagen tersebut merupakan
penahan bril di persimpangan dermis dan
epidermis. Berkurangnya produksi kolagen tipe
VII berkontribusi terhadap pembentukan keriput
karena hubungan dermis dan epidermis melemah.2
Pada penuaan ekstrinsik terdapat kerut dalam, kulit
longgar, kulit kasar, tipe kulit Fitzpatrick I, II: kerut
halus, lesi kulit prakanker (aktinik keratosis) dan
kanker kulit, sedangkan pada tipe kulit Fitzpatrick
III, IV: kulit hipertro, kerut dalam, lentigo.4
Elastosis adalah karakteristik penuaan kulit
berupa penumpukan jaringan elastin abnormal
di lapisan dermis. Sinar ultraviolet meningkatkan
ekspresi elastin empat kali lipat sehingga menimbulkan
elastosis. Penurunan angiogenesis, penyimpangan
ekspresi molekul adhesi, dan kerusakan fungsi
vasodilatasi menyebabkan disfungsi edotel sehingga
fungsi mikrovaskular menurun.2
Merokok merupakan faktor ekstrinsik yang
berperan pada penuaan kulit. Studi in vitro
menunjukkan bahwa rokok menginduksi MMP-1
dan MMP-3 pada mRNA di broblas kulit. Terdapat
hubungan jumlah rokok dengan perubahan
pigmentasi dan keparahan kerutan. Selain itu
perempuan merokok tampak lebih tua dibandingkan
nonperokok. Pada pemeriksaan histopatologi
terdapat penebalan dan fragmentasi elastin. Terjadi
penebalan dan fragmentasi serabut elastin di
papila dermis sampai ke retikular dermis. Rokok
menyebabkan kulit kering, atro, hidrasi stratum
korneum menurun, dan percepatan hidroksilasi
estradiol sehingga kadar estrogen di kulit menurun.5,6
Mekanisme Photodamage di Kulit
Untuk memahami pencegahan kerusakan
kulit akibat pajanan sinar ultraviolet (UV), perlu
diketahui mekanisme yang mendasarinya.8 Radiasi
sinar ultraviolet terdiri atas tiga tipe yaitu:
1. Ultraviolet C (100-290 nm) yang sebagian
besar dihambat oleh lapisan ozon, sehingga
efek di kulit cukup kecil
2. Ultraviolet B (290-320 nm) yang dapat
menembus sampai lapisan epidermis dan
bertanggung jawab atas terjadinya eritema
Shannaz N. Yusharyahya
152
eJKI Vol. 9, No. 2, Agustus 2021
akibat terbakar sinar matahari dan mutasi di
keratinosit.
3. Ultraviolet A (320-400 nm), merupakan tipe
yang menembus lebih dalam lagi sampai
ke dermis dan menyebabkan penuaan kulit
serta pigmentasi yang berkepanjangan.5
Mekanisme molekular yang mendasari penuaan
kulit adalah radiasi sinar UV. Pada saat pajanan, sinar
UV berinteraksi dengan kromofor yang sesuai; dapat
berupa agen eksogen atau endogen seperti porrin,
avin, basa DNA, asam amino, dan turunannya
seperti asam urokanat. Hasil interaksi berupa
kerusakan kromofor secara langsung atau sebagai
photosensitizer pembentukan reactive oxygen
species (ROS). Peningkatan konsentrasi ROS akan
menginisiasi jalur sinyal transduksi melalui aktivasi
reseptor permukaan sel termasuk reseptor untuk
faktor pertumbuhan epidermal (EGF), interleukin-1
(IL-1), insulin, faktor pertumbuhan keratinosit (KGF),
dan faktor tumor nekrosis-α (TNF-α). Aktivasi reseptor
permukaan sel dapat menstimulasi kinase intraselular
(p38, c-jun) yang meningkatkan regulasi serta aktivasi
faktor transkripsi nuklir dan AP-1. Aktivasi AP-1
menghambat efek transformasi faktor pertumbuhan-β
(TGF-β) yang menghasilkan gen kolagen.5
Teori Penuaan Kulit
Terdapat berbagai teori mekanisme penuaan
kulit, yaitu penuaan seluler, pemendekan telomer,
stres oksidatif, DNA mitokondria (mtDNA),
hormonal, genetik dll. Stres oksidatif adalah
mekanisme yang diduga kuat sebagai penyebab
utama penuaan kulit.9
Penuaan Seluler
Teori penuaan seluler menggambarkan
hilangnya potensi proliferasi setelah pembelahan
sel secara terbatas. Tiap sel memiliki “jam biologis”
yang akan memberi sinyal pada akhir replikasi.
Konsekuensinya, sel tidak dapat distimulasi untuk
memasuki fase S1 oleh mitogen dan berhenti
pada fase G1 karena represi pada gen pengatur
pertumbuhan. Pada kultur sel kulit pasien yang
mengalami penuaan dini menunjukkan penurunan
kemampuan proliferasi sehingga terdapat
penumpukan sel yang menua. Hal ini mendukung
teori penuaan seluler.7
Pemendekan Telomer
Telomer adalah struktur nukleoprotein tanpa
kode di ujung kromosom yang berfungsi sebagai
penutup untuk menjaga stabilitas kromosom
dengan melindungi kromosom dari degradasi,
rekombinasi, dan fusi. Pemendekan telomer
berperan pada penuaan sel dan merupakan
komponen pada jam mitosis (mitotic clocks).
Mekanisme jam (clockmechanism) terjadi karena
ketidakmampuan DNA polimerase menyelesaikan
replikasi di ujung kromosom linier. Hal tersebut
menyebabkan hilangnya sebagian dari ulangan
telomer di kromosom (TTAGGG). Telomer
memendek secara bertahap pada pembelahan sel
saat penuaan sehingga kromosom tidak stabil yang
menyebabkan penuaan seluler dan berkurangnya
jumlah sel yang membelah. Selain itu, kapasitas
proliferasi sel punca epidermal di telomer yang
pendek akan terhambat. Pajanan sinar ultraviolet
menimbulkan ROS berlebihan sehingga telomer
memendek yang mengakibatkan penuaan dan
kematian sel.2
Pemendekan telomer progresif disebabkan
oleh proliferasi seluler. Kapasitas sel selama
penuaan dikendalikan oleh telomer dan
pemendekan telomer di setiap pembelahan sel
berbanding terbalik dengan usia siologis individu.
Struktur seluler dapat menua dan kehilangan fungsi
siologis karena telomer telah mencapai ambang
batas panjang setelah beberapa proses proliferasi.
Pemendekan telomer sebanyak 19,8 base pairs
(bp) per tahun, namun Luze et al10 melaporkan
pemendekan telomer epidermis terjadi 36 bp per
tahun.
Stres Oksidatif
Stres oksidatif adalah ketidakseimbangan
antara ROS yang terbentuk dengan mekanisme
pertahanan antioksidan. ROS merupakan senyawa
oksigen reaktif dan produk sekunder metabolisme
aerobik. Ketidakseimbangan ROS disebabkan oleh
produksi ROS yang meningkat dan berkurangnya
produksi antioksidan atau keduanya. Stres
oksidatif menimbulkan kerusakan oksidatif di
berbagai komponen seluler, mengganggu proses
komunikasi antar sel, merangsang apoptosis, dan
terlibat pada berbagai penyakit yang berhubungan
dengan penuaan.2,9
Hampir 90% oksigen dipakai mitokondria
untuk menghasilkan energi di tubuh manusia. Pada
proses tersebut terbentuk ROS karena pengolahan
O2 yang tidak sempurna. ROS adalah radikal
bebas yang tidak stabil karena memiliki elektron
tidak berpasangan di orbit terluar. Senyawa
tersebut menarik elektron dari molekul sekitarnya
untuk melengkapi elektron di orbit terluar dan
menghasilkan reaksi berantai radikal bebas yang
Pencegahan dan Pengobatan Kulit Menua
153
eJKI Vol. 9, No. 2, Agustus 2021
sangat berbahaya. Contoh radikal bebas adalah
anion superoksida (O2
−), radikal hidroksil (-OH),
dan peroksinitrat (ONOO-). Hidrogen peroksida
(H2O2) dan nitrit oksida (NO) bukan radikal bebas,
namun tergolong ROS, karena mencetuskan reaksi
reduksi oksidasi dan membentuk radikal bebas.9
ROS berperan penting dalam homeostasis,
respons selular, dan komunikasi antar sel. Efek
negatif ROS dicegah dengan antioksidan secara
non-enzimatik atau enzimatik, namun kecepatan
produksi antioksidan tidak sebanding kecepatan
produksi ROS sehingga terjadi penumpukan
ROS yang bersifat toksik dan merusak sel. ROS
berperan sebagai penyebab penuaan kulit melalui
proses oksidasi selular, aktivasi nuklear faktor
kappa B, aktivasi mitogen-activated pathway
(MAP) kinase, dan stimulasi sitokin proinamasi.
Peningkatan ROS akan merusak protein, lipid, dan
DNA sel yang mengakibatkan penuaan kulit.9
Penuaan instrinsik menurunkan TGF-β dan
akumulasi ROS sedangkan penuaan ekstrinsik
yang disebabkan pajanan sinar ultraviolet
meningkatkan ROS di lapisan dermis. ROS memicu
reaksi molekuler berantai sehingga meningkatkan
pembentukan AP-1 yang menstimulasi proses
transkripsi enzim matrixmetalloproteinase (MMP)
yang berperan pada degradasi kolagen.9
DNA Mitokondria
Organ utama penghasil ROS dan target utama
ROS adalah mitokondria. Lokasi mtDNA yang
dekat dengan pembentukan O2 adalah di membran
dalam mitokondria yang menyebabkan mtDNA
rentan terhadap kerusakan akibat ROS. mtDNA
dapat mengalami mutasi yang akan mengganggu
proses respirasi dan meningkatkan pembentukan
ROS. Setelah itu terdapat kebocoran ROS dari
electron transport chain (ETC) yang merusak
berbagai komponen sel dan menginduksi mutasi
mtDNA sehingga berakibat buruk terhadap sel.9
Akumulasi mutasi mtDNA terjadi seiring
bertambahnya usia. Kejadian mutasi meningkat
di area pengatur replikasi di mtDNA broblas
geriatri. Peningkatan yang paling bermakna adalah
transversi T414G pada individu berusia lebih
dari 65 tahun. ROS dapat merusak DNA secara
langsung dengan menyerang komponen basa
purin (adenin, guanin), basa pirimidin (sitosin,
timin), atau gula deoksiribosa. Kerusakan DNA
berupa putusnya rantai dan atau modikasi kimiawi
pada susunan basa atau gula deoksiribosa yang
mengakibatkan siklus sel terhenti. Selain itu terjadi
apoptosis yang ditandai dengan berkurangnya
sel keratinosit, sel langerhans, sel mast, dan sel
broblas pada penuaan kulit. ROS merusak DNA
inti, namun kerusakannya lebih rendah daripada
mtDNA karena lokasinya lebih dekat dengan
tempat produksi ROS. Kemampuan perbaikan
mtDNA lebih rendah dibandingkan DNA inti.9
Kerusakan DNA
Pajanan sinar ultraviolet yang terus menerus
menyebabkan kerusakan dan mutasi DNA sehingga
menimbulkan penuaan kulit atau karsinogenesis.
Saat DNA menyerap foton dari UV-B, terjadi
penyusunan ulang nukleotida yang merusak DNA.
DNA diperbaiki dengan eksisi nukleotida, namun
pada desiensi protein, tetap terjadi kerusakan
DNA dan penuaan dini.2
Gangguan DNA Repair
Perbaikan DNA/DNArepair broblas di dermis
mengalami gangguan pada lansia. Perbaikan DNA
dalam sel mampu menghilangkan segmen yang
rusak untuk mencegah sel mengalami apoptosis
dan melindunginya dari potensi transformasi kanker
melalui jalur nucleotideexcisionrepair (NER) atau
base excision repair (BER) pathway selama fase
G1 dan G2. Respons perbaikan DNA pada orang
tua lebih rendah terhadap stres oksidatif akut
dibandingkan usia muda. Perbaikan DNA pada
subjek lebih tua lebih rendah dibandingkan subjek
lebih muda sehingga menyebabkan ketidakstabilan
kromosom, perkembangan sel terhenti, apoptosis
dan dermatitis kronik yang disebabkan stres
oksidatif.10,11
Gen dan Mutasi
Mutasi gen tunggal berkontribusi terhadap
inisiasi penuaan dan menginduksi penuaan dini,
namun tidak ada gen spesik yang dapat merusak
dan berhubungan dengan penuaan. Penuaan
biasanya disebabkan oleh kegagalan pemeliharaan
dan mekanisme perbaikan.7,12
Penurunan Hormon
Seiring berjalannya waktu, hormon yang
bersirkulasi menurun karena berkurangnya sekresi
kelenjar pituitari, adrenal, dan kelenjar di gonad,
atau penyakit yang diderita. Faktor pertumbuhan
(hormon pertumbuhan dan insulin-like growth
factor (IGF-I) serta hormon seks (androgen dan
estrogen) menurun signikan.9 Pada penelitian
in vitro, sel-sel kulit manusia yang dikultur pada
saat hormon disubtitusi menunjukkan perubahan
pada sintesis dan metabolisme lipid. Terdapat
Shannaz N. Yusharyahya
154
eJKI Vol. 9, No. 2, Agustus 2021
perubahan pada ekspresi gen yang terlibat pada
proses biologis seperti perbaikan stabilitas DNA,
fungsi mitokondria, stres oksidatif, siklus sel
dan apoptosis, serta regulasi transkripsi yang
mengindikasikan proses tersebut bergantung pada
hormon.7,13
Hormon IGF-I adalah jalur sinyal penting
yang berhubungan dengan penuaan. Kadar IGF-I
meningkat dari lahir hingga pubertas, namun
menurun secara lambat pada fase dewasa.
Penurunan kadar hormon IGF-I berhubungan
dengan penurunan progresif hormon pertumbuhan
sesuai dengan pertambahan usia. Penurunan
kadar IGF-I berhubungan dengan menurunnya
tebal epidermis dan kurangnya respons
perlindungan terhadap UVB. Hal tersebut
menunjukkan penurunan ekspresi IGF-I penting
dalam perkembangan kanker kulit non-melanoma
yang berhubungan dengan penuaan.7
Penurunan hormon pertumbuhan, pituitari
multipel dan IGF-I menunjukan tanda-tanda
penuaan dini seperti kulit kering, tipis, kerut,
obesitas, hiperglikemi, penurunan masa lemak
tubuh, osteopenia, penurunan akses vena,
hiperkolesterolemia, penyakit kardiovaskular, dan
mortalitas dini. Pemberian hormon pertumbuhan
pada laki-laki lanjut usia membalik tanda-tanda
penuaan, namun terdapat hubungan pemberian
faktor pertumbuhan dan peningkatan risiko kanker
prostat, paru, usus, dan payudara. Dengan
demikian diperlukan penelitian untuk menilai
keamanan dan ekasi hormon pertumbuhan pada
usia lanjut.14,15
Immunosenescence
Immunosenescence adalah disregulasi
imunitas yang berkontribusi terhadap peningkatan
kerentanan penyakit pada usia lanjut. Kondisi
tersebut merusak kemampuan individu
mengembangkan respons imun protektif sehingga
mudah menjadi infeksi, kegagalan vaksinasi,
keganasan, dan proses autoimun.16,17
Pada immunosenescence terjadi perubahan
sel-sel penyusun imunitas alamiah dan adaptif
yaitu peningkatan berlebihan, penurunan, dan
disregulasi respons imun sehingga lebih mudah
terinfeksi bakteri atau virus dan respons terhadap
vaksin menurun.18 Perubahan siologis sistem imun
terjadi akibat perubahan intrinsik yaitu penurunan
perbaikan DNA dan perubahan ekstrinsik terutama
pajanan sinar ultraviolet. Kulit yang terpajan sinar
matahari secara kronik mengalami perubahan
imunologis.19
Teori Fenomena Immunosenescence18
Teori Autoimun
Penyakit autoimun disebabkan oleh perbedaan
rerata akumulasi sel senescentdi sistem imun dan
jaringan target disertai akumulasi sel senescent
yang heterogen di jaringan/organ. Kedua
proses tersebut secara bersama atau terpisah
menyebabkan penyakit autoimun. CD5+limfosit B
yang memproduksi autoantibodi meningkat pada
usia lanjut sehingga terjadi ketidakseimbangan
mekanisme kontrol sistem imun terhadap antigen
diri sendiri.
Teori imunodesiensi
Kemampuan meningkatkan respons imun
terhadap antigen baru menurun secara bermakna
seiring bertambahnya usia akibat menurunnya
sel T naif. Involusi massa timus dan menurunnya
cadangan sel T naif CD8+ memudahkan infeksi
dan non-infeksi.
Teori deregulasi
Menurunnya regulasi tolllikereceptors (TLRs)
dan NOD-likereceptors (NLRs) berkontribusi pada
berkurangnya pengenalan terhadap patogen atau
ora komensal secara efektif.
Karakteristik immunosenescence adalah:
involusi massa timus sehingga menurunkan sel
T naif, stimulasi antigen terus menerus sehingga
perkembangan sel T terganggu dan sel T tua
yang teridentikasi tanpa CD28 sebagai reseptor
ko-stimulan, dan inamasi kronik level rendah
“inammaging” yang dibuktikan oleh peningkatan
kadar sitokin inamasi yaitu TNF-α, IL-6 dan protein
fase akut. Perubahan tersebut mengubah komposisi
seluler dan fungsi seluler dalam membentuk
proses pro inamasi.26 Immunosenescence pada
usia lanjut mengganggu imunitas alamiah di
kulit, mukosa, sel dendritik, sel naturalkiller (NK),
neutrol, makrofag, sel mikroglia serta imunitas
adaptif yaitu limfosit B dan limfosit T.18
Perubahan Struktur Kulit pada Penuaan
Ketebalan Kulit
Ketebalan kulit meningkat selama 20 tahun
pertama kehidupan dengan jumlah sel yang stabil
di tiap lapisan. Dengan bertambahnya usia, kulit
dewasa menipis secara progresif. Epidermis yang
tidak terpajan matahari menipis sampai 50% pada
usia 30-80 tahun. Penipisan epidermis lebih terlihat
di area yang terpajan sinar matahari, seperti wajah,
leher, bagian atas dada, dan permukaan ekstensor
tangan dan kaki. Ketebalan lapisan epidermis
Pencegahan dan Pengobatan Kulit Menua
155
eJKI Vol. 9, No. 2, Agustus 2021
berkurang 6,4% per dekade dan menipisnya
epidermis perempuan lebih cepat dibandingkan
laki-laki.20
Di lapisan dermis, ketebalan, vaskularisasi,
dan selularitas juga berkurang dengan faktor
yang paling berperan adalah hilangnya kolagen
dan elastin. Kecepatan berkurangnya ketebalan
lapisan dermis sama pada perempuan dan laki-
laki, sedangkan di lapisan hipodermis, bantalan
lemak di lapisan berkurang seiring bertambahnya
usia.20
Epidermis
Jumlah sel epidermal dan laju pergantian
epidermal menurun dengan bertambah usia dan
terdapat perubahan karakteristik pada tipe sel di
epidermis. Di lapisan basal ukuran sel berkurang
dan rerata ukuran sel bertambah. Sel keratinosit
menjadi lebih pendek dan besar di kulit yang menua.
Korneosit lebih besar karena menurunnya pergantian
epidermal dan melanosit yang aktif berkurang 8-20%
per dekade sehingga pigmentasi kulit tidak merata di
kulit menua. Fungsi dan morfologi sel langherhans
seragam, namun jumlahnya berkurang sehingga
mengganggu imunitas kulit. Sel langherhans
memiliki dendrit lebih sedikit sehingga kemampuan
menangkap antigen terganggu. Produksi minyak
berkurang, walaupun kelenjar minyak di epidermis
tidak berubah.20
Stratum korneum merupakan sawar utama
terhadap lingkungan dan berperan penting dalam
menjaga hidrasi kulit. Strukturnya digambarkan
dengan model bricks and mortar, korneosit sebagai
batu bata yang tertanam dalam matriks (mortar); terdiri
atas seramid, kolesterol, dan asam lemak. Komposisi
lipid di kulit tua tidak berubah secara signikan, namun
jumlah kandungan lipid menurun 65% sehingga
mengurangi “mortar” yang mengikat korneosit dan
lebih rentan terhadap pertahanan kulit.21,22
Di kulit menua, kandungan air terutama di
stratum korneum lebih sedikit dibandingkan usia
muda. Terjadi perubahan komposisi asam amino
dan berkurangnyanaturalmoisturizingfactor (NMF)
sehingga kapasitas mengikat air di kulit berkurang.
Kandungan air di stratum korneum semakin menurun
di bawah kadar yang diperlukan untuk deskuamasi
efektif. Ketidakmampuan deskuamasi menyebabkan
korneosit menumpuk di permukaan kulit sehingga
kulit menjadi kasar, terkelupas, dan kering.20
Integritas pembatas stratum korneum
bergantung pada susunan lemak yang teratur;
kandungan lemak di kulit yang menua berkurang
65%. Kadar seramid berkurang di kulit yang
menua, terutama seramid 1 linoleat dan seramid
3; trigliserida juga berkurang. Kemampuan stratum
korneum berregenerasi setelah luka menurun
dua kali lebih lambat dan perbaikan barier kulit
menurun.20
Perbaikan fungsi sawar setelah 24 jam pada
usia di atas 80 tahun hanya 15%, sedangkan
pada usia muda 50%. Hal tersebut disebabkan
pergantian lipid yang menurunkan kadar lipid
di badan lamelar yang baru terbentuk. Sintesis
lipid dan aktivitas enzim untuk membentuk lipid
stratum korneum menurun karena penyimpangan
pengatur transkripsi enzim, sinyal autokrin/
parakrin abnormal atau peningkatan pH stratum
korneum yang menghambat aktivitas enzim.24
Turnover sel kulit menjadi lebih lambat dan jumlah
sel langerhans berkurang. Penurunan jumlah sel
Langerhans menurunkan fungsi fagosit makrofag
sehingga respons imun di kulit menurun.23
Trans epidermalwaterloss (TEWL) berfungsi
menjaga kelembapan kulit, kadarnya rendah pada
usia tua dibandingkan pasien usia muda karena
berkurangnya kandungan air di kulit menua.
Perbaikan TEWL setelah oklusi juga terganggu di
kulit menua.22 Perubahan struktur di kulit menua
yang paling terlihat adalah taut dermo-epidermal
yang lebih mendatar karena berkurangnya jumlah
dan ukuran papilla dermal. Dengan mendatarnya
taut dermo-epidermal maka kulit lebih rentan
terhadap gesekan dan gangguan lain. Pendataran
taut dermo-epidermal menyebabkan permukaan di
antara dermis dan epidermis lebih sempit. Akibatnya
komunikasi kedua lapisan berkurang, persediaan
nutrisi dan oksigen ke epidermis menghilang, serta
terbatasnya proliferasi sel basal; kondisi tersebut
memengaruhi penyerapan perkutan. Taut dermo-
epidermal yang mendatar juga berkontribusi dalam
pembentukan kerutan dengan memisahkan dermis
dan epidermis.20
Dermis
Kolagen, elastin, dan asam hialuronat adalah
komponen matriks ekstraselular yang berperan
di dermis. Kadar kolagen berkurang 2% tiap
tahun karena produksi matriks metalloproteinase
mendegradasi kolagen seiring bertambahnya
usia sehingga merusak integritas struktur dermis.
Untuk memelihara keseimbangan sintesis kolagen
dan degradasi kolagen oleh enzim, diperlukan
ketegangan mekanik dan tekanan di broblas
dermis yang dihasilkan matriks kolagen sehat. Di
kulit menua, broblas akan kolaps karena akumulasi
serat kolagen yang terdegradasi sehingga
Shannaz N. Yusharyahya
156
eJKI Vol. 9, No. 2, Agustus 2021
menghambat pembentukan matriks kolagen sehat,
akibatnya rasio sintesis dan degradasi kolagen
menjadi tidak seimbang.20
Elemen utama kulit yang memberikan kekuatan
adalah kolagen. Kulit mengandung 40% total
kolagen tubuh. Di dermis 97,5% protein berserat
adalah kolagen. Kolagen kulit terdiri atas dua rantai
alfa dasar yaitu alfa-1 dan alfa-2, masing-masing
terdiri atas >1000 residu asam amino. Rantai alfa
membentuk triple helix sehingga kolagen sangat
kuat. Sekitar 25% asam amino di kolagen berupa
prolin dan hidroksiprolin.24
Di organ manusia terdapat 12 jenis molekul
kolagen; yang paling banyak dan penyokong utama
kulit adalah collagentypeIalpha1 (COL1A1) dan
collagentypeIIIalpha1 (COL3A1). COL1A1 juga
terdapat di tulang, tendon, dan jaringan parut,
sedangkan COL3A1 di uterus, otot, paru, hati dan
arteri besar. Kolagen tipe II, IX, X, XI membentuk
tulang rawan sedangkan kolagen tipe IV terdapat
di basal lamina sebagai ltration membrane
kapiler. Kolagen tipe VII adalah penyokong brin
di membran basalis DEJ, mukosa oral, dan serviks
sedangkan kolagen tipe VII penyokong pembuluh
darah. Kolagen tipe V, VI, dan XII pendukung fungsi
mekanis kulit bersama kolagen tipe I dan III.20
COL3A1 lebih banyak di kulit usia muda (anak-
anak) dan berfungsi menjaga kelembutan dan
elastisitas kulit. COL1A1 merupakan tipe kolagen
predominan di kulit manusia dewasa, kadarnya 80–
85%, dengan puncak produksi pada usia sekitar
30 tahun. COL1A1 bertanggung jawab terhadap
kekuatan jaringan. Rasio kolagen tipe I dan tipe
III di kulit usia muda adalah 6:1. Rasio menurun
dengan bertambahnya usia karena kolagen tipe 1
hilang secara selektif.25
Biosintesis kolagen bermula dari sel broblast,
diawali dengan sintesis pre-pro-collagenα (pre-
pro-α) di ribosom RER dengan vitamin C sebagai
kofaktor, kemudian dilepaskan oleh ribosom
sebagai prokolagen ke sisterna. Tiga rantai pre-
pro-α menjadi rantai pro-α yang lebih pendek dan
menjadi satu triple helix membentuk prokolagen
yang dikemas di kompleks golgi, lalu dilepaskan ke
permukaan sel oleh vesikel sekretorik prokolagen.
Setelah prokolagen disekresi, terbentuk molekul
tropokolagen yang lebih pendek dan larut. Molekul
tropokolagen secara bertahap mengelompokkan
diri dan membentuk kaitan silang antar molekul
menjadi serat kolagen tidak larut.25
Kolagen didegradasi oleh matrixmetalloprotease
(MMP). Jumlah MMP semakin banyak dengan
bertambahnya usia dan jika sering terpajan radiasi
UV. Kadar prokolagen 1 di kulit tua menurun 68%
dibandingkan kulit muda dan produksi prokolagen
1 dari broblas kulit tua lebih sedikit dibandingkan
kulit muda. Pemeriksaan histologi dengan
pewarnaan hematoxylin eosin (HE) dan toluidine
blue menunjukkan, kulit muda memiliki berbundles
tebal dengan sedikit rongga antar serat kolagen,
sedangkan di kulit tua rongga serta serat tidak
beraturan dan tipis.28
Di lapisan dermis yang menua, serat kolagen
menjadi lebih tebal dan serabut kolagen lebih
tidak teratur dibandingkan kulit lebih muda; elastin
juga berkurang. Glikosaminoglikan (GAGs) yang
merupakan kontributor penting di struktur dan
kapasitas menahan air di dermis, berkurang
jumlahnya. Selain GAGs, jumlah asam hialuronat
dan zat dasar interbrilar (komponen sehat matriks
dermal) juga berkurang.20
Hilangnya integritas struktur di dermis
menyebabkan hilangnya elastisitas dermis yang
lebih cepat terjadi pada perempuan dibandingkan
laki-laki. Perubahan akibat penuaan paling banyak
di dermis, yaitu menjadi tipis dan ketebalan
berkurang hingga 20%.25 Respons inamasi
menurun akibat penurunan sintesis dan sekresi
sitokin dari keratinosit dan mediator inamasi, serta
penurunan respons endotel.22
Kulit manusia kaya serat elastin dengan
tingkat kepadatan bervariasi bergantung lokasi.
Sebagian besar serat elastin pada usia >70 tahun
adalah serat elastin abnormal yang mengganggu
elastisitas dan ketahanan kulit.24 Pada kulit menua,
konsentrasi asam hialuronat (AH) di dermis
berkurang karena kemampuan ekskresi dan
sekresi menurun. Koneksi yang dibentuk AH antara
kolagen dan elastin serta kemampuan retensi air
oleh AH juga berkurang, sehingga menimbulkan
kerut, elastisitas kulit dan ketebalan kulit berkurang,
serta melemahnya fungsi kulit sebagai jaringan
penunjang. Serabut elastin di dermis mengalami
perubahan struktur dan fungsi, sehingga deposisi
GAG di dermis mencegah retensi air yang optimal.23
Karakteristik penting penuaan kulit adalah
menurunnya aliran darah. Diameter venula
berkurang 35% terutama di dermis papilaris
dan loop kapiler vertikal berkurang. Hal itu
menyebabkan aliran darah berkurang, pertukaran
nutrisi minimal, termoregulasi terhambat, suhu
permukaan kulit menurun, dan warna kulit pucat.
Heat stroke atau hipotermia lebih sering terjadi
karena menurunnya aktivitas vasokonstriksi arteriol
dermis dan hilangnya lemak subkutan.23
Pencegahan dan Pengobatan Kulit Menua
157
eJKI Vol. 9, No. 2, Agustus 2021
Hipodermis
Walaupun proporsi lemak subkutan bertambah
sampai usia 70 tahun, volume lemak subkutan secara
keseluruhan berkurang dengan bertambahnya usia.
Distribusi lemak berkurang di wajah, tangan, dan kaki,
namun meningkat di area paha, pinggang dan perut.20
Perubahan di Adneksa
Kulit kering dan mudah pecah terjadi karena
penurunan jumlah kelenjar sebasea. Penurunan
produksi keringat meningkatkan heat stroke
pada orang tua. Penurunan jumlah melanosit
menyebabkan warna rambut menjadi abu-abu
keputihan dan muncul pigmentasi atipik di kulit.
Folikel rambut kurang aktif sehingga meningkatkan
kerontokan dan kebotakan.27
Perubahan Fisiologi pada Kulit Menua
Perubahan siologi pada penuaan kulit meliputi
perubahan permeabilitas, biokimia, vaskularisasi,
termoregulasi, respons terhadap iritan, respons
imunitas, kapasitas regenerasi, respons terhadap
cedera, persepsi neurosensori, dan pada tingkat
genom.20
Permeabilitas
Penetrasi dan transit suatu zat melalui kulit
melibatkan beberapa tahap absorbsi ke stratum
korneum, difusi melalui stratum korneum,
epidermis, papila dermis, dan pemindahan
oleh mikrosirkulasi. Tahap pertama dan kedua
bergantung pada integritas dan hidrasi stratum
korneum, sedangkan tahap ketiga bergantung
pada integritas mikrosirkulasi. Pemberian obat
secara transdermal mulai diperhatikan karena
efek sampingnya minimal dan kepatuhan obat
lebih baik. Pada lansia, penyerapan obat topikal
lebih lambat dibandingkan individu yang lebih
muda. Pada penelitian invitro didapatkan tingginya
permeabilitas kulit menua pada pemakaian
testosteron, namun pada penelitian invivo absorbsi
hidrokortison dan asam benzoat lebih sedikit di kulit
menua dibandingkan di kulit usia muda.20,28
Penetrasi epidermal suatu zat bergantung pada
hidrofobisitas yang berhubungan dengan lemak
di kulit sehingga senyawa hidrofobik lebih mudah
menembus area tubuh yang memiliki persentase
lipid kulit yang tinggi. Di area wajah, kadar lipid
kulit 12-15%, senyawa hidrofobik lebih mudah
berpenetrasi dibandingkan senyawa hidrolik. Di
telapak kaki, persentase lipid kulit adalah 1-2%,
senyawa hidrolik lebih mudah berpenetrasi
dibandingkan senyawa hidrofobik.20
Biokimia
Sintesis vitamin D melambat karena kurangnya
senyawa prekursor 7-dehidrokolesterol di lapisan
dermis dan epidermis sehingga membatasi
pembentukan vitamin D.20 Di permukaan kulit
normal orang dewasa rerata pH adalah 5.5.
Keasaman di kulit menghambat kolonisasi bakteri
dan berkontribusi di sawar kelembapan kulit karena
asam amino, garam, dan senyawa lain di mantel
asam menyerap air. pH di kulit relatif konstan sejak
usia dini hingga umur 70, namun saat usia >70,
pH meningkat signikan terutama di ekstremitas
bawah karena sirkulasi terganggu.20
Vaskularisasi dan Termoregulasi
Pola aliran darah melalui kapiler tidak berubah
pada satu individu, namun aliran darah maksimum
menghilang karena hilangnya pleksus kapiler di kulit
menua. Pada penelitian potong lintang, didapatkan
bahwa penuaan kulit akibat sinar ultraviolet
menunjukkan 35% penurunan vaskularisasi di
dermis. Selain itu, didapatkan penurunan aliran
darah, hilangnya pertukaran nutrisi, disfungsi
termoregulasi, penurunan temperatur permukaan
kulit, dan kulit semakin pucat. Pada pasien geriatri
temperatur kulit lebih rendah dan pasien lebih
rentan terhadap hipotermia serta heatstroke karena
kerusakan kelenjar keringat ekrin, kurangnya
vasodilatasi atauvasokonstriksi arteriol dermis,
dan hilangnya lemak subkutan yang menghambat
termoregulasi.20
Respons terhadap Iritan
Respons inamasi terhadap agen eksogen
menurun pada usia >70 tahun yaitu menjadi lebih
lambat, lebih tidak intens, dan beberapa tanda klinis
kerusakan kulit tidak muncul. Diagnosis penyakit
kulit pada pasien geriatri menjadi lebih sulit karena
manifestasi iritasi di kulit kurang jelas. Pajanan
terhadap bahan kimia seperti sabun mandi, minyak
tanah, dimetil sulda, asam nikotinat, kloroform-
metanol, dan asam laktat pada saat patchtesting
menunjukkan eritema dan sedikit vesikel pustul.
Pada perubahan TEWL setelah pajanan sodium
lauryl sulfate (SLS) di kulit, reaksi iritasi lebih
lambat dan jarang pada individu menopause. Iritan
kimia menghasilkan efek berbeda di kulit menua
karena tiap iritan mempunyai mekanisme berbeda.
SLS dan asam nonanoat menganggu metabolisme
dan diferensiasi keratinosit sedangkan ditranol
menginduksi inamasi di keratinosit lapisan
epidermis. 20
Shannaz N. Yusharyahya
158
eJKI Vol. 9, No. 2, Agustus 2021
Kemampuan Regenerasi dan Respons terhadap Cedera
Setiap hari terjadi deskuamasi di satu lapisan
korneosit di kulit sehat agar seluruh stratum korneum
terganti setiap dua minggu. Namun, di stratum
korneum kulit menua pergantian stratum korneum
dua kali lebih lambat dibandingkan kulit muda.
Proses penyembuhan luka lebih lambat dengan
bertambahnya usia. Di luka yang berukuran 40
cm2 proses penyembuhan luka pada usia 20 tahun
berlangsung 40 hari, sedangkan pada usia >80
tahun memerlukan waktu dua kali lipat (76 hari).
Risiko pembukaan luka pasca-operasi meningkat
600% pada usia pertengahan 80 tahun dibandingkan
usia pertengahan 30 tahun. Proses perbaikan
seperti collagen remodelling, proliferasi seluler, dan
metabolisme luka akan tertunda pada usia lanjut.20
Pergantian stratum korneum menjadi lebih
lama, yang biasanya 20 hari pada di kulit menua
menjadi 30 hari. Re-epitelisasi di stratum korneum
setelah kulit melepuh juga berkurang. Produksi
mRNA dan protein IL-1 juga berkurang sehingga
proses penyembuhan lambat.20
Persepsi Neurosensori
Pasien usia lanjut sering mengeluh gatal
di kulit, namun persepsi nyeri menurun seiring
bertambahnya usia. Oleh karena itu, risiko cedera
jaringan yang biasanya bermanifestasi nyeri,
eritema, dan edema, muncul lebih lambat.20
Perubahan pada Tingkat Genom
Penuaan membawa perubahan pada fenotipe
tanpa mengubah urutan genetik yang sudah
dikodekan pada tiap DNA individu. Kerusakan
kulit umumnya berasal dari perubahan DNA yang
tidak memengaruhi urutan genetic yang disebut
perubahan epigenetik. Perubahan terdiri atas
modikasi DNA dan translasi menjadi protein
dengan modikasi kolagen terhadap histon dan
metilasi residu sitosin di DNA yang mengubah
fenotipe. DNA pada penuaan menunjukkan
hipermetilasi spesik di jaringan dan menyebabkan
perubahan fenotipe.20
Perubahan di Lapisan Kulit
Di lapisan kulit perubahan berupa penurunan
jumlah melanosit dan sel langerhans epidermis
serta perubahan di taut dermo-epidermal sehingga
menurunkan pertukaran nutrisi, hilangnya volume
dermis, berkurangnya suplai darah, serta penurunan
aktivitas tirosinase.6 Di lapisan dermis, kolagen,
elastin, dan asam hialuronat mengalami perubahan
struktural dan fungsional. Kerusakan komponen
tersebut terakumulasi seiring berjalannya waktu
dan terjadi penurunan fungsi. Penuaan kulit
intrinsik ditandai dengan atro dermis, kurangnya
serat kolagen, elastin, dan asam hialuronat yang
mengakibatkan pembentukan kerut dan garis-garis
yang diperberat gaya gravitasi, serta hilangnya
lemak subkutan.6 Penuaan ekstrinsik ditandai
dengan degradasi, perubahan serat kolagen dan
akumulasi elastin yang berantakan (elastosis).
Metaloproteinase dapat diinduksi oleh UVA dan
UVB dengan aktivitas proteolitik yang menghasilkan
degradasi serat kolagen dan elastin. Manifestasi
klinik penuaan kulit ekstrinsik adalah peningkatan
pembentukan keriput, kulit rapuh, perubahan
pigmentasi kulit, dan permukaan kasar.6
Penutup
Penuaan kulit merupakan proses yang
kompleks; terdiri atas faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik yang saling berhubungan. Perubahan di
kulit bermanifestasi sebagai kelainan yang dapat
diamati dan berbagai teori serta sudut pandang
berbeda dalam mekanisme penuaan kulit. Oleh
karena itu perlu dipahami patosiologi penuaan
kulit untuk menentukan tata laksana yang tepat
dalam mencegah dan mengobati penuaan kulit.
Daftar Pustaka
1. Kerns ML, Chien AL, Kang S. Skin aging. Dalam:
Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ,
McMichael AJ, et al, editor. Fitzpatrick’s dermatology.
Edisi ke-9. New York: McGraw Hill; 2019. h.1779-91.
2. Zhang S, Duan E. Fighting against skin aging:
the way from bench to bedside. Cell Transplant.
2018;27:729-38. doi: 10.1177/0963689717725755
3. Chen S, He Z, Xu J. Application of adipose-derived
stem cells in photoaging: basic science and
literature revies. Stem Cell Res Ther. 2020;11:491.
doi: 10.1186/s13287-020-01994-z
4. Kim M, Park HJ. Molecular mechanisms of skin
aging and rejuvenation. IntechOpen; 2016.
5. Damayanti. Penuaan kulit dan perawatan kulit dasar
pada usia lanjut. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin. 2017;29:73-80.
6. Ramos-e-Silva M, da Silva CSC. Elderly skin and
its rejuvenation: products and procedures for the
aging skin. J Cosmet Dermatol. 2007;6:40-50. doi:
10.1111/j.1473-2165.2007.00289.x
7. Makrantonaki E, Zouboulis CC. Pathomechanisms
of endogenously aged skin. Textbook of aging skin.
Edisi ke-2. Berlin: Springer; 2017.h.111-8.
8. Luze H, Nischwitz SP, Zalaudek I, Mullegger R,
Kamolz LP. DNA repair enzymes in sunscreens and
their impact on photoageing - a systematic review.
Photodermatol Photoimmunol Photomed. 2020;36:
424-32. doi: 10.1111/phpp.12597
Pencegahan dan Pengobatan Kulit Menua
159
eJKI Vol. 9, No. 2, Agustus 2021
9. Djuanda SRS, Novianto E, Boediardja SA, Jusman
SWA. Peran stres oksidatif pada penuaan kulit
secata intrinsik. MDVI. 2012;39:127-33.
10. Wagner KH, Cameron-Smith D, Wessner B, Franzke
B. Biomarkers of aging: from function to molecular
biology. Nutrients. 2016;8:338. doi: 10.3390/
nu8060338
11. Yarosh DB, Rosenthal A, Moy R. Six critical questions
for DNA repair enzymes in skincare products: a
review in dialog. Clin Cosmet Investig Dermatol.
2019;12:617–24. doi: 10.2147/CCID.S220741
12. Iliadi KG, Knight D, Boulianne GL. Healthy aging -
insights from Drosophila. Front Physiol. 2012;3:106.
doi: 10.3389/fphys.2012.00106
13. Mukherjee S, Mitra R, Maitra A, Gupta S, Kumaran
S, Chakrabortty A, et al. Sebum and hydration levels
in specic regions of human face signicantly predict
the nature and diversity of facial skin microbiome.
Sci Rep. 2016;6:36062. doi: 10.1038/srep36062
14. van der Spoel E, Jansen SW, Akintola AA, Ballieux
BE, Cobbaert CM, Slagboom PE, et al. Growth
hormone secretion is diminished and tightly controlled
in humans enriched for familial longevity. Aging Cell.
2016;15:1126-31. doi: 10.1111/acel.12519
15. He X, Barkan AL. Growth hormone therapy in
adults with growth hormone deciency: a critical
assessment of the literature. Pituitary. 2020;23:294-
306. doi: 10.1007/s11102-020-01031-5
16. Whaley MM, Lane J, Carruthers C, Walker L, Barber
DL. The aging process. Occupational therapy with
elders. Edisi ke-4. Missouri: Elsevier; 2017.h.30-40.
17. Dewan SK, Zheng SB, Xia SJ, Bill K. Senescent
remodeling of the immune system and its contribution
to the predisposition of the elderly to infections. Chin
Med J. 2012 ;125:3325-31.
18. Fuentes E, Fuentes M, Alarcón M, Palomo I.
Immune system dysfunction in the elderly. An Acad
Bras Cienc. 2017;89:285-99. doi: 10.1590/0001-
3765201720160487
19. Jaerany M, Huynh TV, Silverman MA, Zaidi
Z. Geriatric dermatoses: a clinical review of
skin diseases in an aging population. Int J
Dermatol. 2012;51:509-22. doi: 10.1111/j.1365-
4632.2011.05311.x
20. Farage MA, Miller KW, Maibach HI. Degenerative
changes in aging skin. Textbook of aging skin. Edisi
ke-2. Berlin: Springer; 2017.h.16-27.
21. Tobin DJ. Introduction to skin aging. J Tissue Viability.
2017;26:37-46. doi: 10.1016/j.jtv.2016.03.002
22. Farage MA, Miller KW, Elsner P, Maibach HI.
Characteristics of the aging skin. Advances
in wound care. 2013;2(1).5-10. doi: 10.1089/
wound.2011.0356
23. Kohl E, Steinbauer J, Landthaler M, Szeimies
RM. Skin ageing. J Eur Acad Dermatol
Venereol. 2011;25:873-84. doi: 10.1111/j.1468-
3083.2010.03963.x
24. Soerensen M. Genetic variation and human
longevity. Dan Med J. 2012;59:B4454.
25. Cheng W, Yan-hua R, Fang-gang N, Guo-an Z.
The content and ratio of type I and III collagen in
skin dier with age and injury. Afr J of Biotechnol.
2011;10:2524-9.
26. Li Y, Lei D, Swindell WR, Xia W, Weng S, Fu J, et al.
Age-associated increase in skin broblast-derived
prostaglandin e2 contributes to reduced collagen
levels in elderly human skin. J Invest Dermatol.
2015;135:2181-8. doi: 10.1038/jid.2015.157
27. Morrow A, Lechler T. Studying cell biology in the
skin. Mol Biol Cell. 2015;26:4183-6. doi: 10.1091/
mbc.E15-04-0246
28. Russell-Goldman E, Murphy GF. The pathobiology
of skin aging: new insights into an old dilemma.
Am J Pathol. 2020;190:1356-69. doi: 10.1016/j.
ajpath.2020.03.007