BookPDF Available

Lestari Lautku Lestari Desaku; Wisata Bahari di Pulau Papan

Authors:
  • Independent Researcher
  • Sekolah Tinggi Pariwisata, Mataram
i
i
i
Sambutan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan,
Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi
Bismillahirrahmanirrahim...

,
Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,
Om Swastyastu, Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.
Visi Indonesia 2045 adalah Indonesia yang Berdaulat, Maju,
Adil, dan Makmur yang akan dicapai melalui transformasi
ekonomi yang didukung oleh hilirisasi industri dengan
memanfaatkan sumber daya manusia, infrastruktur,
penyederhanaan regulasi, dan reformasi birokrasi. Dalam hal
ini, prioritas utama pembangunan dalam lima tahun ke depan
adalah pembangunan SDM yang mana menjadi pekerja keras,
dinamis, terampil, dan menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Ini dapat disebut Visi SDM Unggul, yang tidak bisa
diraih dengan cara-cara lama. Cara-cara baru harus
dikembangkan. Mengundang talenta-talenta global untuk
bekerja sama, perlu
endowment fund
yang besar untuk
manajemen SDM. Kerja sama dengan industri juga
ii
penting dioptimalkan, dan juga penggunaan teknologi
yang mempermudah jangkauan ke seluruh pelosok negeri.
Alinea diatas merupakan Visi Presiden dan Wakil Presdiden
Republik Indonesia periode 2019-2024 yang perlu menjadi
pedoman arah pembangunan ke depan. Demikian pula
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi menjadikan Visi tersebut sebagai pedoman arah
pembangunan desa dan kawasan untuk lima tahun ke depan.
Prioritas terhadap pembangunan SDM Perdesaan
dimaksudkan agar tersedia SDM Unggul di wilayah perdesaaan
Indonesia yang mampu mengelola sumber-sumber daya
pembangunan desa secara berkualitas, termasuk Dana Desa.
Dengan demikian akan mendorong pencapaian target
percepatan pembangunan desa 2019-2024, dimana 10.00
desa tertinggal menjadi berkembang dan 5000 desa
berkembang menjadi mandiri. Disisi lain, SDM Unggul di
perdesaan juga akan berkontribusi besar terhadap
terentaskannya 25 Kabupaten Tertinggal dari 62 Kabupaten
Tertinggal pada tahun 2024. Adapun profil pokok SDM
Perdesaan (2017) adalah: jumlah angkatan kerja perdesaan
sebesar 59 juta jiwa yang hanya 6% yang berpendidikan tinggi
dan 19% berpendidikan sekolah menengah. Jadi, terdapat 70%
iii
angkatan kerja di perdesaan yang pendidikannya sekolah dasar
dan 5% angkatan kerja di perdesaan yang tidak sekolah.
Cara-cara baru atau inovasi adalah kata kunci bagi Badan
Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan, dan
Informasi untuk mengembangkan SDM Unggul Perdesaan agar
mampu mengelola pembangunan desa lebih berkualitas.
Pengelolaan praktek-praktek inovatif pembangunan desa
dalam bentuk buku praktis dapat disebut cara baru karena
lebih banyak memanfaatkan proses pembelajaran berbasis
studi kasus.
Dengan demikian, langkah Pusdatin untuk menerbitkan 60
Buku Inovasi Pembangunan Desa yang memuat pengalaman
atau praktek-praktek inovasi pembangunan desa menemukan
momentum tepat. Pelaku pembangunan desa, khususnya di
perdesaan akan belajar berbagai kasus atau praktek-praktek
inovasi yang mudah ditiru atau dikembangkan lebih lanjut
sesuai dengan konteks desa masing-masing. 60 buku tidaklah
banyak, namun perkembangan teknologi saat ini menjanjikan
jangkauan luas terhadap akses buku-buku tersebut, seperti
juga menjanjikannya manfaat yang luas dari buku-buku
iv
tersebut bagi pelaku-pelaku pembangunan perdesaan. Hidup
SDM Unggul Perdesaan!!!!!.
 warahmatullahi wabarakatuh,
Semoga Tuhan Memberkati,
Om Shanti Shanti Shanti Om,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.
Jakarta, Nopember 2019
Kepala BALILATFO
Ir. Eko Sriharyanto, M.Si
v
Sambutan Kepala Pusat Data dan Informasi
Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan,
dan Informasi
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi

Segala Puji Syukur kita haturkan ke hadirat Tuhan Yang Esa,
yang atas karunia dan hidayah-Nya maka penyusunan 60 Buku
Inovasi Pembangunan Desa dapat diselesaikan.
Buku Inovasi Pembangunan Desa berisi pengalaman atau
praktek-praktek pembangunan desa yang inovatif dalam
memberikan solusi permasalahan-permasalahan di desa. Ruang
lingkup inovasi pembangunan desa tersebut berkenaan dengan
inovasi pembangunan infrastruktur, inovasi pengembangan
Sumberdaya Manusia, dan inovasi pengembangan
kewirausahaan desa atau Pengembangan Ekonomi Lokal,
termasuk BUMDES.
Inovasi-inovasi pembangunan desa yang dikompilasi menjadi
60 buku ini merupakan inisiasi-inisiasi yang dilaksanakan oleh
Unit-Unit Kerja Eselon I di lingkungan Kementerian Desa,
PDDT, dan Transmigrasi, yakni: Sekretariat Jenderal, Balilatfo,
vi
Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa (PPMD), Direktorat Jenderal Pengembangan
Kawasan Perdesaan (PKP), Direktorat Jenderal Pembangunan
Daerah Tertinggal (PDT), Direktorat Jenderal Pengembangan
Daerah Tertentu (PDTU), Direktorat Jenderal Penyiapan
Kawasan dan Pembangunan Pemukiman Transmigrasi
(PKP2Trans), dan Direktorat Jenderal Pengembangan Kawasan
Transmigrasi (PKTrans).
Untuk menyusun buku-buku tersebut Pusat Data dan
Informasi (Pusdatin) bekerjasama dengan 3 anggota Perguruan
Tinggi Desa (Pertides), yaitu: Universitas Bengkulu, Universitas
Gajah Mada, dan Universitas Mataram, dimana masing-masing
Universitas menyusun 20 judul buku. Adapun Unit Kerja
Eselon I yang menyediakan data, laporan, dan informasi
pendukung lainnya berkenaan dengan kegiatan inovatif terpilih
untuk disampaikan kepada masing-masing Universitas. Tim
Universitas juga melakukan kunjungan lapangan di lokasi
terpilih untuk validasi dan melihat perkembangan terakhir dari
kegiatan inovatif yang disusun menjadi menjadi buku tersebut.
Tentu, banyak pihak yang berkontribusi dalam penyusunan
buku ini, sehingga ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada para pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
vii
Buku yang saat ini berada ditangan pembaca ini diharapkan
dapat memberikan inspirasi dan pembelajaran untuk ditiru atau
dikembangkan di desa masing-masing dalam menyelesaikan
masalah dan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian,
pembangunan desa di Indonesia ke depan, termasuk
pemanfaatan Dana Desa akan semakin berkualitas.
Tidak ada gading yang tidak retak, kekurangan-kekurangan
yang ada dari buku ini diharapkan dapat masukan dan
pendorong buku-buku inovasi pembangunan desa lainnya yang
lebih luas.

Jakarta, Nopember 2019
Kepala Pusdatin
Dr. Ivanovich Agusta, SP., M.Si
viii
Sambutan Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama dan
Sistem Informasi Universitas Mataram
Bismillahirrahmanirrahim

,
Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,
Om Swastyastu, Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.
Salah satu dari program pemerintah yang sudah dilaksanakan
     
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan  
bahwa pembangunan infrastruktur harus menyentuh
masyarakat luas khususnya di kawasan perdesaan. Dampak
dari pelaksanaan program ini sudah mulai dirasakan dan kini
dengan program pemerintah berupa pembangunan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang tertuang dalam Visi SDM Unggul
2019-2024 dijadikan pedoman arah pembangunan desa dan
kawasan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi. Pembangunan SDM Perdesaan
merupakan suatu prioritas untuk menjaga kesinambungan
pembangunan infrastruktur yang sudah dilakukan,
ix
meningkatkan kualitas pengelolaan sumber daya desa lainnya
termasuk pengelolaan Dana Desa.
Program Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi melalui Badan Penelitian dan Pengembangan,
Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi (Balilatfo) yang dalam
hal ini dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi (Pusdatin)
adalah menerbitkan 60 Buku Inovasi Pembangunan Desa yang
memuat pengalaman atau praktek-praktek inovasi
pembangunan desa. Program ini merupakan suatu langkah
yang sangat baik dan patut mendapat apresiasi. Universitas
Mataram sebagai salah satu dari 3 Perguruan Tinggi yang
dipercaya untuk terlibat dalam penyusunan 20 buku dari 60
buku tersebut merasa bangga dan mendapat kehormatan yang
luar biasa karena berperan dalam menuangkan kisah-kisah
sukses dan praktek-praktek inovasi yang tersebar diberbagai
desa dalam bentuk buku-buku yang akan dijadikan contoh dan
model yang dapat ditiru dan diterapkan oleh desa-desa lain di
tanah air sesuai dengan karakteristik desa masing-masing.
Diharapkan bahwa Buku Inovasi Pembangunan Desa yang
telah disusun akan memberikan manfaat bagi peningkatan
pengetahuan para pelaku pembangunan perdesaan menjadi
SDM Unggul Perdesaan.
x
 Warahmatullahi Wabarakatuh,
Semoga Tuhan Memberkati,
Om Shanti Shanti Shanti Om,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.
Mataram, Nopember 2019
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Sistem
Informasi
Universitas Mataram
Yusron Saadi, ST., MSc., PhD.
xi
DAFTAR ISI
SAMBUTAN .......................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................... xi
PARIWISATA PEDESAAN UNTUK MENDUKUNG
PARIWISATA BERKELANJUTAN .................................................... 1
A. Definisi, Prinsip dan Tujuan Pariwisata Pedesaan ................. 1
B. Jenis Pariwisata Pedesaan .......................................................... 9
C. Faktor Mempengaruhi Permintaan Wisatawan Terhadap
Pariwisata Pedesaan .................................................................. 19
D. Potensi Pembangunan Pariwisata Pedesaan di Indonesia . 23
E. Potensi Laut untuk Pembangunan Pariwisata Pedesaan .... 26
F. Manfaat Pariwisata Untuk Desa Terluar ................................ 37
TANTANGAN PEMBANGUNAN PARIWISATA PEDESAAN DI
DESA TERLUAR ................................................................................ 45
A. Perencanaan Pembangunan Pariwisata Pedesaan ............... 45
B. Permasalahan Finansial ............................................................. 47
C. Permasalahan SDM (Sumber Daya Manusia) ........................ 49
D. Permasalahan Akses dan Transportasi ................................... 57
xii
PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN PARIWISATA
PEDESAAN ........................................................................................ 61
A. Unsur Penting dalam Pengelolaan Pariwisata Pedesaan .... 61
B. Siklus Pembangunan Pariwisata Pedesaan ............................ 68
C. Perencanaan Pariwisata Pedesaan dengan Pendekatan
Partisipatif .................................................................................... 70
D. Langkah-Langkah Strategies dalam Pengembangan
Pariwisata Pedesaan .................................................................. 77
BERWISATA DI KABUPATEN TOJO UNA UNA ........................ 99
A. Destinasi wisata di Kabupaten Tojo Una Una ...................... 99
B. Pariwisata Kepulauan Togean ............................................... 118
C. Tujuan dan Prinsip Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil
Kepulauan Togean ................................................................... 123
D. Berlibur di Kepulauan Togean ............................................... 140
E. Pulau Papan Punya Cerita...................................................... 151
F. Masa Depan Wisata di Pulau Papan .................................... 163
PENUTUP ........................................................................................ 178
i
1
1
PARIWISATA
PEDESAAN UNTUK
MENDUKUNG
PARIWISATA
BERKELANJUTAN
A. Definisi, Prinsip dan Tujuan Pariwisata Pedesaan
Pariwisata pedesaan merupakan bentuk dari
pariwisata alternatif yang sudah banyak dikembangkan
khususnya di negera berkembang termasuk Indonesia
sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di Dunia
bahkan di negara maju yang berada di Eropa, Australia,
Kanada dan Selandia Baru. Konsep pariwisata alternatif
ini dirancang untuk mendukung pembangunan pariwisata
berkelanjutan agar manfaat pariwisata secara ekonomi,
sosial dan lingkungan dapat dirasakan oleh masyarakat
lokal yang berada di daerah terpencil.
2
Konsep pariwisata pedesaan juga menjadi cara
untuk redistribusi jumlah wisatawan ke desa-desa yang
memiliki daya tarik tersendiri untuk mengurangi dampak
dari pariwisata masa /
mass tourism
di destinasi
pariwisata yang telah populer baik dampak secara
ekonomi, sosial, dan lingkungan yang menjadi ancaman
untuk keberlanjutannya di masa yang akan datang.
Perubahan
trend
permintaan pasar untuk sektor
pariwisata dari pariwisata
conventional
di destinasi wisata
yang populer ke produk pariwisata yang berbeda seperti
mengunjungi desa-desa setempat dan melihat kegiatan
masyarakat setempat membuat pariwisata pedesaan
sebagai target produk pariwisata yang sangat berpotensi
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
pedesaan. Sehingga, dari segi kebermanfaatan ekonomi,
konsep pariwisata pedesaan ini cukup disambut baik di
berbagai negara khususnya di negara berkembang
termasuk Indonesia. Pariwisata pedesaan ini dapat
menjadi salah satu industri utama untuk meningkatkan
ekonomi di negara berkembang termasuk di Indonesia.
3
Hal ini dikarenakan produk pariwisata pedesaan
dapat menjadi tambahan sumber ekonomi alternatif bagi
masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya alam
atau keindahan alam dan keunikan tradisi masyarakat
pedesaan. Seperti yang telah didefinisikan para ahli,
pariwisata pedesaan merupakan upaya pembangunan
pariwisata di daerah pedesaan yang dijalankan oleh
industri berskala kecil atau usaha yang dimiliki oleh
masyarakat setempat melalui penjualan produk hasil
pertanian atau kegiatan budaya lokal (Dimitrovski,
      
2012; Lane, 1994).
Jika dilihat dari definisi di atas, melalui pariwisata
pedesaan, masyarakat lokal dapat mengambil manfaat
ekonomi melalui beberapa kegiatan ekonomi atau usaha
dengan menjual produk hasil pertanian daerah tersebut
yang dikemas dengan baik serta kegiatan tradisi
masyarakat setempat yang menarik sebagai bentuk dari
daya tarik dan produk pariwisata yang sangat berpotensi.
Sehingga pariwisata pedesaan merupakan industri
alternatif yang dapat dikatakan sangat murah dan mudah
4
jika dibandingkan dengan kegiatan industri lainnya
meskipun perlu adanya kreatifitas dan inovasi untuk
mengemas produk atau daya tarik pariwista tersebut agar
dapat menarik wisatawan baik wisatawan lokal maupun
mancanegara untuk berkunjung ke desa.
Definisi lainnya juga diungkapkan oleh Irshad (2010)
yang mengatakan bahwa wisata pedesaan merupakan
     
dan atraksi di daerah pedesaan khususnya di daerah
pertanian. Pariwisata pedesaan memiliki beberapa
karakteristik. Salah satunya, pariwisata pedesaan
merupakan kegiatan yang dilakukan di alam terbuka
dengan memberikan kesempatan kepada wisatawan
untuk menikmati alam pedesaan dan lingkungan
pertanian secara langsung. Selain itu, fitur dari kegiatan
dan atraksi pariwisata pedesaan meliputi kegiatan usaha
kecil masyarakat lokal, kegiatan pariwisata yang kontak
langsung dengan alam, warisan budaya lokal, praktik
tradisi lokal dan kesenian lokal.
Sedangkan untuk akomodasi yang disediakan untuk
wisatawan berupa bentuk akomodasi berskala kecil yang
5
dimiliki oleh masyarakat lokal baik berupa pemukiman
pribadi yang dibentuk menjadi akomodasi yang
disewakan atau usaha yang dimiliki oleh masyarakat.
Karakteristik terakhir yaitu pembangunan pariwisata
pedesaan seharusnya dikendalikan secara lokal oleh
masyarakat setempat, secara kekeluargaan dan tumbuh
dengan lambat dan organik dengan tujuan dikembangkan
untuk mendapatkan manfaat jangka panjang.
Jika dilihat dari definisi yang kedua beserta
karakteristik dari pariwisata pedesaan, pariwisata
pedesaan seharusnya berupa kegiatan yang sangat erat
hubungannya dengan masyarakat lokal baik deri segi
kegiatan sehari-hari, kegiatan ekonomi masyarakat
melalui bercocok tanam dan melaut, partek tradisi,
budaya dan kesenian lokal, serta akomodasi yang
disediakan di rumah-rumah warga desa. Pariwisata
pedesaan harus semestinya menawarkan hal yang
berbeda dengan pariwisata masa dimana pariwisata ini
dikelola melalui konsep berskala kecil oleh masyarakat
setempat. Semua lini dari kegiatan pariwisata pedesaan
baik dari segi perencanaan, kegiatan, manajemen, unit
6
usaha, dan penentuan kebijakan semestinya dikontrol
oleh masyarakat agar masyarakat dapat memaksimalkan
manfaat secara ekonomi, sosial dan lingkungan.
Apabila dilihat dalam teori partsipasi dalam
pariwisata pedesaan partisipasi masyarakat tidak lagi
   
      
memiliki kekuasaan untuk mengontrol jalannya kegiatan
pariwisata dan unit usaha serta dalam menentukan
kebijakan baik dalam perencanaan, pengelolaan dan
evaluasi. Namun memang tidak dapat dipungkiri bahwa,
sumber daya manusia masih menjadi kendala dalam
pembangunan pariwisata pedesaan, sehingga pemerintah
perlu memberikan rangsangan kepada masyarakat desa
serta dukungan melalui peningkatan sumber daya
manusia.
Prinsip pengembangan pariwisata pedesaan adalah
sebagai salah satu produk wisata alternatif yang dapat
memberikan dorongan bagi pembangunan pedesaan yang
berkelanjutan melalui prinsip-prinsip pengelolaan wisata
antara lain:
7
a) Pariwisata pedesaan memanfaatkan sarana dan
prasarana yang ada di masyarakat setempat,
b) Memberikan keuntungan baik secara materil
maupun non-materil kepada masyarakat setempat,
c) Konsep pariwisata yang berskala kecil untuk
memudahkan terjalinnya hubungan timbal balik
dengan masyarakat setempat dan bukan berskala
besar seperti pada konsep pariwisata masa
d) Dalam pembangunannya melibatkan masyarakat
setempat secara aktif baik langsung maupun tidak
langsung. Masyarakat berperan sebagai subjek
pada pembangunan pariwisata bukan hanya
menjadi objek.
e) Menerapkan pengembangan produk wisata
pedesaan, dan beberapa kriteria yang
mendasarinya seperti antara lain: 1. Penyediaan
fasilitas dan prasarana yang dimiliki masyarakat
lokal yang biasanya mendorong peran serta
masyarakat dan menjamin adanya akses ke sumber
fisik merupakan batu loncatan untuk
berkembangnya desa wisata. 2. Mendorong
8
peningkatan pendapatan dari sektor pertanian dan
kegiatan ekonomi tradisional lainnya berdasarkan
sumber daya yang dimiliki masyarakat setempat.
Dalam pengembangannya, tujuan dikembangkannya
kawasan desa sebagai desa wisata melalui konsep
pariwisata pedesaan antara lain:
a) Sebagai sarana untuk mengenal jenis wisata yang
sesuai dan melengkapi gaya hidup yang disukai
penduduk setempat namun memberikan manfaat
secara ekonomi.
b) Meningkatkan sumber daya manusia di daerah
pedesaan melalui berbagai kegiatan
pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat
memiliki pengetahuan dan keterampilan agar
dapat bertanggung jawab terhadap perencanaan
dan pengelolaan lingkungannya yang dijadikan
objek wisata
c) Sebagai sarana agar masyarakat setempat dapat
berperan aktif dalam pembuatan keputusan
tentang bentuk pariwisata dan pembangunan
yang memanfaatkan kawasan lingkungannya, dan
9
agar mereka, mendapat jaminan memperoleh
bagian pendapatan yang pantas dari kegiatan
pariwisata.
d) Mendorong jiwa kewirausahaan masyarakat
setempat serta kreatifitas dan inovasi masyarakat
dalam upaya meningkatkan kondisi ekonomi
melalui kegiatan kepariwistaan.
e) Sebagai sarana untuk mengembangkan produk
wisata desa yang bersumber dari keindahan alam,
hasil bumi dan laut yang ada di daerah setempat
agar menjadi komoditas dan daya Tarik wisata
yang dikenal baik oleh turis lokal maupun
mancanegara. Sehingga produk wisata tersebut
dapat menjadi tambahan sumber pendapatan
masyarakat setempat.
B. Jenis Pariwisata Pedesaan
Pariwisata pedesaan sebenarnya bukan merupakan
hal yang baru. Konsep pariwisata pedesaan sebenarnya
sudah banyak dinikmati oleh kalangan kaya dan elit yang
berasal dari kota untuk menikmati keindahan alam sampai
dengan pertengahan abad ke 20 (George et al, 2009).
10
Seperti halnya kegiatan pariwisata lainnya, pariwisata
pedesaan juga awalnya dinikmati oleh kalangan elit untuk
tujuan rekreasi dan melarikan diri dari hiruk pikuknya
kehidupan kota. Mengenai jenisnya, pariwisata pedesaan
dibagi menjadi tiga yaitu kegiatan pariwisata warisan
budaya (
heritage and cultural based tourism
), pariwisata
yang berdasarkan alam (
natural based tourism
) seperti
ekowisata dan (
agro-tourism
) agro-wisata.
1. Pariwisata Budaya
Untuk jenis pertama yaitu pariwisata pedesaan yang
berdasarkan budaya merupakan kegiatan pariwisata
dimana wisatawan mengunjungi daerah pedesaan untuk
mendapatkan pengalaman melihat budaya, tradisi, situs
dan benda bersejarah untuk tujuan mempelajari dan
menikmati hal-hal yang bersangkutan dengan masa
lampau yang mungkin sudah tidak dapat dilihat secara
utuh pada saat ini dan menikmati budaya serta tradisi
masyarakat yang unik dan berbeda dari kebiasaan
wisatawan di tempat asal mereka. Sehingga menikmati
hal-hal tersebut dapat menjadi pengalaman dan
pengetahuan baru yang sangat berharga buat wisatawan.
11
Dalam jenis pariwisata ini, budaya, tradisi dan
warisan memiliki peran yang sangat penting dalam
pembangunan pariwisata pedesaan karena budaya
merupakan motivasi utama bagi wisatawan untuk
berkunjung ke daerah tertentu. Yang termasuk pariwisata
budaya yaitu segala bentuk kegiatan budaya seperti
pertunjukan seni-budaya, tur budaya, festival budaya,
cerita daerah, kunjungan ke situs bersejarah, dan benda
bersejarah seperti monument dan lain sebagainya.
Sehingga, pembangunan pariwisata yang berdasarkan
budaya merupakan bentuk pariwisata yang mudah dan
murah karena masyarakat tidak perlu merubah apa yang
sudah menjadi kebiasaan dan tardisi mereka dan
masyarakat hanya perlu melestarikan warisan leluhur
mereka.
Namun demikian, globalisasi dan modernisasi
merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh
pariwisata budaya ini, dimana generasi muda terkadang
kurang memiliki kepedulian untuk melestarikan budaya,
sehingga perlu adanya strategi untuk meningkatkan
12
keinginan generasi muda untuk peduli dan melestarikan
budaya.
Gambar.1. Atraksi Budaya Bali (Sumber: blog.misteraladin.com)
2. Pariwisata Alam (Ekowisata)
Untuk tipe pariwisata pedesaan yang kedua;
pariwisata yang berdasarkan alam atau sering disebut
ekowisata, menititikberatkan pada kegiatan kunjungan
wisatwan ke lokasi pedesaan untuk menikmati alam,
pemandangan, tumbuh-tumbuhan, serta hewan atau
satwa yang dilindungi dan satwa liar. Kegiatan ekowisata
ini juga sebagai media kampanye untuk meningkatkan
kepedulian wisatawan terhadap lingkungan.
13
Menurut Fennell (1999) ekowisata merupakan
bentuk pariwisata alternatif yang berdasarkan daya tarik
alam dalam konsep pariwisata berkelanjutan dimana
fokus dari kegiatan ekowisata untuk memberikan
pengalaman kepada wisatawan untuk menikmati alam
dan mempelajari tentang alam yang dikelola untuk
menghindari dampak negatif dari pariwisata, tidak
konsumtif dan berorientasi kepada masyarakat lokal. Jadi
kriteria dari ekowisata ini adalah merupakan atraksi
pariwisata yang berdasarkan alam, bernuansa edukasi
tentang alam, dan menekankan kepada keberlanjutan
pariwisata dalam aspek lingkungan.
Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang
sangat erat dengan prinsip konservasi dan pelestraian
lingkungan. Karena dalam strategi pengembangan
ekowisata strategi konservasi merupakan hal utama yang
sangat penting. Pendekatan dalam pengelolaan ekowisata
ini juga menggunakan pendekatan konservasi yang
bertujuan untuk menjaga tetap berlangsungnya proses
ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan,
melindungi keanekaragaman hayati, dan menjamin
14
kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.
Dengan demikian ekowisata merupakan bentuk
pariwisata yang sangat tepat untuk digunakan dalam
mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di
area yang masih sangat alami dan belum terjamah oleh
pembangunan. Bahkan dengan ekowisata pelestarian
alam dapat ditingkatkan kualitasnya karena desakan dan
tuntutan dari para eko-traveler yang sangat berpegang
teguh terhadap kode etik ekowisata.
Gambar 1. Ekowisata Mangrove, Lembar, Lombok
(Sumber:travelingyuk.com)
15
3. Agrowisata
Untuk jenis ketiga; agrowisata merupakan kegiatan
wisatawan mengunjungi lokasi pertanian yang sedang
digarap atau dimana masyarakat sedang bercocok tanam
untuk tujuan menikmati kegiatan tersebut sebagai sarana
belajar atau kesenangan. Di Indonesia, meskipun
partanian dan perkebunan merupakan salah satu sektor
ekonomi terbesar masyarakat, namun daya tarik wisata
yang berdasarkan kegiatan pertanian dan perkebunan
sebagian besar belum dikembangkan menjadi daya Tarik
wisata.
Pengetahuan dan kesadaran masyarakat di
pedesaan terhapad potensi perkebunan dan pertanian
sebagai daya Tarik wisata belum sepenuhnya dimiliki.
Masyarakat pedesaan secara umum kurang memiliki
ketrampilan untuk mengemas daya Tarik wisata dari
sektor pertanian maupun perkebunan sehingga agro-
wisata di Indonesia masih belum mendominasi sektor
pariwisata karena belum dikemas dengan baik. Sebagian
besar daya tarik wisata yang mendominasi di Indonesia
masih berupa wisata bahari dan wisata budaya,
16
sedangkan wisata berbasis perkebunan dan pertanian
masih belum berkembang pesat karena masih belum
adanya kesadaran akan potensi pariwisata yang dikemas
melalui pertanian dan perkebunan.
Namun demikian, beberapa daerah telah
mengembangkan konsep pariwisata pedesaan dalam
bentuk agrowisata di Indonesia seperti Cinangneng,
Tenjolaya, Bogor berupa pembudidayaan sayur dan buah,
wisata kebun salak di Sleman, Yogyakarta, dan wisata
perkebunan teh di Puncak, Bogor. Agrowisata dapat
menjadi sumber ekonomi alternatif atau tambahan yang
dapat memberikan dampak positif secara ekonomi
kepada masyarakat di daerah pedesaan khususnya yang
bermatapencaharian sebagai petani.
Saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa kemungkinan
dampak negatif dari kunjungan wisatawan ke daerah
perkebunan dan pertanian yang berlebihan dan tidak
terkontrol juga dapat menjadi boomerang untuk
keberlanjutan wisata tersebut karena wisatawan yang
tidak mengerti akan pentingnya menjaga tanaman dapat
menginjak-nginjak tanaman ketika berkunjung. Sehingga
17
diperlukan analisis untuk menentukan jumlah optimal
wisatawan serta manajemen pengunjung untuk
memaksimalkan dampak ekonomi namun tetap melihat
dari sisi keberlanjutan kegiatan pariwisata dengan tidak
merusak tanaman dan ekosistem.
Gambar 2 Agro-wisata kebun strawberi Sembalun, Lombok (sumber:
Lomboktrulysasak.com)
Meskipun pariwisata pedesaan tersebut dibagi
menjadi tiga jenis, namun terkadang dalam satu desa
wisata atau daerah pariwisata dapat mengadopsi ketiga
jenis pariwisata pedesaan sebagai jalan untuk diversifikasi
produk pariwisata tergantung pada potensi pariwisata
18
yang ada di desa tersebut. Jika kita lihat dari definisi,
karakteristik pariwisata pedesaan di atas yang diambil
dari berbagai sumber, pariwisata pedesaan memang
selalu dikaitkan dengan pertanian dan perkebunan namun
tidak dipungkiri juga konsep pariwisata pedesaan juga
dapat diadopsi oleh desa atau area terpencil yang
memiliki sektor perikanan / laut termasuk di desa
perbatasaan atau desa terluar melalui wisata pedesaan
yang bersifat bahari.
Gambar 3 Pariwisata Bahari pantai Nihiwatu
© satutimor.com
19
C. Faktor Mempengaruhi Permintaan Wisatawan
Terhadap Pariwisata Pedesaan
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan pariwisata pedesaan dan mempengaruhi
permintaan wisatawan untuk menikmati pariwisata
pedesaan yang mungkin berbeda dengan kegiatan
pariwisata secara umum.
1. Suasana Kehidupan Perkotaan
Faktor pertama yaitu karena bertambahnya
permintaan dari penduduk yang tinggal di kota untuk
berkunjung ke desa dengan maksud untuk melarikan diri
dari hiruk-pikuknya kehidupan perkotaan yang ramai dan
macet serta yang sudah terkena polusi kendaraan
bermotor.
Banyak yang menganggap bahwa kehidupan
perkotaan yang cukup monoton dan sangat sibuk
membuat masyarakat yang tinggal diperkotaan
membutuhkan tempat untuk tujuan relaksasi dan
refreshing
. Sehingga daerah pedesaan merupakan tempat
20
alternative untuk menikmati liburan dari hiruk-pikuknya
kehidupan kota yang sangat keras.
2. Suasana Kehidupan Pedesaan
Faktor kedua yaitu karena bertambahnya
permintaan dari wisatawan untuk menikmati destinasi
pariwisata alternatif yang lebih autentik, sepi dan nyaman
daripada destinasi pariwisata konvensional yang biasanya
dikunjungi banyak orang dan sangat padat. Pariwisata
pedesaan dianggap sebagai bentuk wisata yang lebih
sehat baik dari segi lingkungan dan makanan serta
terhindar dari polusi baik polusi udara, tanah dan air.
Sehingga pariwisata pedesaan merupakan bentuk
pariwisata alternatif yang dapat menjadi pilihan yang
tepat untuk wisatawan selain destinasi pariwisata yang
sudah cukup terkenal dan sering dikunjungi banyak
orang.
3. Media Informasi dan Media Sosial
Faktor lain yang menyebabkan bertambahnya
permintaan untuk mengunjungi daerah pedesaan yaitu
karena berkembangnya media dan komunikasi yang
berkontribusi dalam penyebaran informasi tentang
21
pariwisata pedesaan kepada calon wisatawan dengan
memberikan gambaran keadaan alam yang menyejukan
mata sehingga memberikan manfaat kepada
pembangunan pariwisata pedesaan.
Disamping itu, bertambahnya jumlah wisatawan FIT
(Free Independent Travelers) yang suka melakukan
petualangan ke daerah terpencil karena bertambahnya
pengetahuan dan kesadaran tentang konsep pariwisata
berkelanjutan juga menjadi faktor penting dalam
bertambahnya permintaan untuk pariwisata pedesaan.
Hal ini juga didukung oleh meningkatnya kesadaran untuk
mengunjungi daerah pedesaan dan menikmati alam bebas
serta berkontribusi dalam pelestarian lingkunan dan
ekonomi masyarakat pedesaan dengan tingkat
kemiskinan yang tinggi, sehingga pariwisata pedesaan
merupakan salah satu bentuk pariwisata yang kini
menjadi pilihan yang dinikmati oleh banyak orang.
4. Melihat eksotisnya alam dan lingkungan
Ketertarikan calon wisatawan untuk mengunjungi
pedesaan secara umum tertarik dengan keindahan alam
pedesaan karena daerah pedesaan selalu dikaitkan
22
dengan pertanian, kehutanan yang luas dan ada juga yang
mengaitkan dengan wisata bahari yang juga memberikan
pesona desa terpencil yang berada di kepulauan (George
et al, 2009). Kondisi alam pedesaan, hasil pertanian, serta
tradisi yang masih sangat kental di daerah pedesaan
merupakan modal yang sangat penting dalam
pembangunan pariwisata pedesaan. Kondisi alam yang
masih alami seperti hamparan ladang dan sawah yang
hijau, dengan diapit pegunungan yang tinggi serta
dilengkapi dengan keanekaragaman satwa yang tidak
ditemukan di daerah perkotaan merupakan daya tarik
utama dan ciri khas dari pembangunan pariwisata
pedesaan. Pariwisata pedesaan memberikan kesempatan
untuk pengunjung menikmati alam yang indah untuk
tujuan relaksasi, rekreasi dan sebagai sarana edukasi serta
eskplorasi (Lo et al, 2013).
5. Mencari Pengalaman Baru
Pariwisata pedesaan juga memberikan kesempatan
bagi wisatawan untuk merasakan pengalaman perjalanan
yang unik dan berbeda dengan melihat budaya atau
tradisi masyarakat setempat serta hiburan yang dikemas
23
berdasarkan tradisi masyarakat setempat (Lo et al, 2013).
Beberapa karakteristik pariwisata pedesaan seperti yang
dijabarkan pada dokumen OECD (1994) yaitu berada di
wiliayah pedesaan dengan konsep industri yang berskala
kecil, berada di tempat terbuka, kontak langsung dengan
alam, memberikan pengalam berinteraksi dengan
masyarakat lokal dan mengetahui tradisi masyarakat,
bersifat tradisional dan berkembang secara alami serta
dikontrol oleh masyarakat lokal, menjadi cara untuk
mencapai pariwisata berkelanjutan khususnya dalam
penggunaan sumber daya dan pelestraian lingkungan
serta budaya.
D. Potensi Pembangunan Pariwisata Pedesaan di
Indonesia
Indonesia merupakan negara yang memiliki luas
wilayah yang cukup besar dimana sektor pertanian dan
perikanan merupakan sektor terpenting. Sektor
pertanian biasanya berada di daerah pedesaan yang
masih memiliki lahan yang cukup luas untuk bercocok
tanam. Sektor pertanian dan perkebunan serta perikanan
yang ada di daerah pedesaan dapat menjadi keutamaan
24
daerah pedesaan untuk pembangunan pariwisata.
Sebagai negara yang kaya akan sumber daya, Indonesia
memiliki banyak potensi untuk pengembangan desa
wisata di daerah-daerah yang belum dikembangkan untuk
dijadikan sebagai daerah tujuan wisata (DTW).
Sebagai contoh, di seputaran Sumatra terdapat
ratusan objek wisata berupa obyek wisata alam, budaya,
sejarah dan lain sebagainya yang belum dikelola dengan
baik, termasuk objek wisata di Sumatera Selatan,
Lampung, Sumatera Utara dengan Danau Tobanya dan
desa di sekitarnya dan tempat lainnya di kepulauan
Sumatera sana. Selain itu, terdapat juga sumberdaya alam
hayati, seperti Taman Nasional Tanjung Puting (Kaltim),
Taman Nasional Ujung Kulon (Jabar), Taman Nasional
Komodo (NTT) dan berbagai sumberdaya alam hayati
lainnya, merupakan potensi bagi sasaran kunjungan
pariwisata yang mungkin sudah mulai dikenal namun
belum dikembangkan secara maksimal khususnya bagi
daerah pedesaan di seputar kawasan wisata tersebut.
Selain itu, di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa
(NTB) juga terkenal dengan objek wisata bahari dan
25
kepulauan yang sangat indah ditambah dengan Gunung
Rinjani sebagai objek wisata yang terkenal sampai
mancanegara sebagai salah satu gunung merapi tercantik
di Indonesia. Objek wisata di daerah-daerah tersebut dan
daerah terpencil yang berada di sekitarnya sangat layak
untuk dikembangkan sebagai atraksi pariwisata termasuk
pariwisata pedesaan yang dapat mendatangkan manfaat
secara sosial, ekonomi dan lingkungan untuk masyarakat
pedesaan di daerah tersebut.
Selain potensi sumber daya alam yang melimpah,
Indonesia dengan keragaman suku, agama dan ras (SARA)
yang memiliki kebudayaan, tradisi dan kesenian daerah
yang sangat bervariasi berupa tari-tarian, lagu daerah,
rumah adat, lagu daerah, upacara-upacara adat, makanan
khas daerah yang sangat beragam, serta bahasa suku
yang cukup banyak juga merupakan hal yang sangat
potensial bagi pengembangan pariwisata khususnya
pariwisata pedesaan.
Hal ini dikarenakan bahwa hal yang menyangkut
budaya, tradisi, dan adat sangat erat hubungannya
dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan karena
26
mereka masih berpegang teguh pada hal tersebut dan
masih tidak terlalu tersentuh dengan modernisasi.
Meskipun begitu, memang diakui bahwa dengan
keragaman SARA tersebut juga mengandung potensi
konflik dan permasalahan yang mungkin seringkali dapat
menimbulkan kerusuhan sosial yang diakibatkan oleh
perbedaan dan hal yang baru yang mungkin belum dapat
diterima oleh masyarakat tradisional yang tinggal di
pedesaan.
Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan
pariwisata, perlu diperhatikan hal-hal yang menyangkut
dengan masalah SARA yang sensitif dengan diadakannya
diskusi dan perundingan yang dilakukan bersama
masyarakat setempat sehingga tidak terjadi kendala yang
dapat mempengaruhi ketercapaian dan keberlangsungan
pembangunan pariwisata di daerah pedesaan.
E. Potensi Laut untuk Pembangunan Pariwisata
Pedesaan
Sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di
dunia yang memiliki kekayaan alam yang sangat banyak
dan beraneka ragam, Indonesia memiliki potensi yang
27
sangat besar untuk pembangunan pariwisata pedesaan
dengan konsep pariwisata bahari. Terdapat 16.056 pulau
di Indonesia yang telah didaftrakan di PBB (Perserikatan
Bangsa Bangsa) yang sebagian besar belum
dikembangkan untuk potensi pariwisata. Sehingga perlu
adanya terobosan yang dimulai dari masyarakat setempat
untuk memanfaatkan potensi yang ada dari laut dan
kepulauan terutama kepulauan kecil untuk dijadikan daya
Tarik wisata khususnya untuk wisata bahari yang dapat
memberikan manfaat secara ekonomi, sosial dan
lingkungan kepada masyarakat.
Pariwisata bahari telah didefinisikan oleh beberapa
ahli dimana semua definisi mengarah kepada
pemanfaatan laut dan pantai untuk kegiatan pariwisata
yang dapat memberikan manfaat rekreasi kepada
wisatawan, memberikan manfaat secara ekonomi kepada
masyarakat dan menjadikan sarana untuk meningkatkan
kesadaran akan pentingnya memelihara ekosistem yang
ada di wilayah perairan.
28
Sumber: Poster SDGs UNDP
Selain itu, dengan pembangunan pariwisata
pedesaan dengan konsep eko-wisata bahari di daerah
terpencil atau desa terluar dapat berkontribusi untuk
mencapai salah satu agenda dunia dalam tujuan
pembangunan berkelanjutan /
Sustainable Development
Goals
(SDGs) nomor ke 14 yaitu Kehidupan bawah laut;
melestarikan dan memelihara penggunaan sumber daya
samudra, laut dan bahari untuk pembangunan yang
, tujuan pembangunan yang telah disetujui
oleh negara-negara di Dunia pada tahun 2015.
29
Tujuan pembangunan berkelanjutan ini terdiri dari
17 tujuan dimana pelestarian lingkungan bawah laut
merupakan salah satu tujuan penting karena kehidupan
manusia pun juga sangat bergantungan pada laut. Laut
merupakan rumah bagi ekosistem terbesar yang ada di
bumi dan menjadi sumber makanan serta
matapencaharian penting bagi manusia. Selain itu laut
merupakan sumber oxygen yang dibutuhkan oleh
manusia. Sehingga menjaga laut dari pencemaran dan
kerusakan sudah seharusnya dilakukan oleh setiap
individu agar sumber kehidupan yang sangat penting
untuk manusia dapat selalu lestari dan dapat
dimanfaatkan oleh anak cucu kita di masa yang akan
datang. Sehingga melalui konsep eko-wisata bahari dapat
menjadi ruang untuk berkontribusi dalam mencapai
agenda dunia untuk menciptakan dunia yang lebih baik
untuk anak cucu kita.
Konsep pariwisata bahari memiliki keunikan
tersendiri yang membedakannya dari pariwisata
pedesaan pada umumnya dengan daya Tarik wisata alam
yang berfokus terhapap alam yang ada di daratan.
30
Keindahan alam bawah laut yang cukup berbeda dan
sangat beragam menjadi daya Tarik tersendiri yang
membuat wisata keluatan ini menjadi hal yang istimewa.
Gambar 4 wisata bahari pulau Komodo
© satutimor.com
Selain keanakeragaman biota laut, landskap wilayah
perairan dengan pasir yang menawan, hembusan angin,
serta keindahan sunset dan sunrise menjadi daya tarik
istimewa lainnya yang tidak dapat terpisahkan dari
keunikan wisata kelautan. Hasil laut yang
beranekaragampun dapat menjadi bahan masakan yang
dapat dinikmati langsung di tepi pantai menjadi poin/ nilai
tambah untuk pariwisata kelautan sehingga
31
menjadikannya alternatif yang sangat berpotensi untuk
menjadi sumber ekonomi.
Setelah mengetahui konsep pariwisata bahari, perlu
untuk diketahui apasaja kegiatan pariwisata yang dapat
dilakukan melalui konsep pariwisata bahari. Adapun
kegiatan yang dapat dilakukan dalam pariwisata bahari
sebagai berikut:
a. Menikmati dan menjelajahi keindahan alam bawah
laut (underwater attraction) seperti terumbu karang,
aneka ragam biota laut yang menakjubkan merupakan
kegiatan yang biasa dilakukan dalam konsep
pariwisata bahari. Menjelajahi laut dapat memberikan
pengalaman baru yang mengesankan untuk
wisatawan.
Kegiatan menjelajahi bawah laut sering dilakukan
dengan kegiatan Diving dan Snorking dengan
menggunakan peralatan khusus yang dapat
memungkinkan wisatawan untuk melihat secara
langsung dan jelas keanekaragaman bawah laut yang
menakjubkan. Tujuan dari kegiatan menjelajahi bawah
32
laut ini selain untuk rekreasi juga sebagai sarana untuk
mempelajari keragaman kehidupan yang ada di lautan.
Gambar 5 Kegiatan Diving (sumber: topdive.com)
Gambar 6 Kegiatan Snorkling di Gili Naggu, Lombok. (Sumber:
rinjanivertical.com)
33
b. Kegiatan lainnya yang dapat digolongkan menjadi
watersport
atau Olahraga Air merupakan jenis
kegiatan yang memerlukan kesiapan fisik yang kuat
serta keterampilan khusus seperti Speedboat,
berselancar dan Mengayuh perahu merupakan bentuk
kegaiatan yang masuk dalam kategori
watersport.
c. Kegiatan lainnya adalah menikmati hasil laut
seafood
yang biasa dilakukan oleh pencinta kuliner. Menikmati
hasil laut yang didapat secara langsung /
fresh
dari
lautan tentu memiliki cita rasa yang berbeda, apalagi
ketika hasil laut diolah dengan menggunakan rempah-
rempah atau bumbu khas wilayah tertentu. Kegiatan
ini juga dapat menjadi lebih nikmat jika dilakukan
sambil menikmati pantai dan keindahan laut serta
sunset ataupun sunrise. Hal ini dapat dijadikan salah
satu acuan untuk ide kegiatan yang dapat dilakukan
dalam konsep pariwisata bahari.
34
Gambar 7 Kagiatan berselancar (sumber:wisatabaru.com)
d. Salah satu kegiatan yang penting dalam konsep
pariwisata bahari adalah Eko Wisata Bahari atau yang
lebih dikenal dengan kegiatan konservasi di wilayah
perairan yang bertujuan untuk memberikan
pengetahuan pada wisatawan untuk menjaga
ekosistem pantai dan laut dari kerusakan. Kegiatan
yang bisa dilakukan dapat berupa konservasi terumbu
karang, konservasi air laut, penangkaran penyu,
konservasi bakau dan lain sebagainya yang dapat
35
menjadi daya Tarik pariwisata sekaligus menjadi cara
untuk melestarikan lingkungan di wilayah perairan.
Gambar 8 Penangkaran Penyu (sumber: travelwisataindonesia.com)
Melalui definisi dan ulasan untuk jenis kegiatan di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pariwisata bahari ini
dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:
a. Sebagai sumber untuk meningkatkan ekonomi
masyarakat setempat. Jenis wisata kelautan atau
bahari ini akan memberikan manfaat ekonomi secara
langsung pada warga atau masyarakat setempat yang
tinggal di sekitar pantai dan lautan. Kegiatan
pariwisata dalam konsep pariwisata bahari ini dapat
menjadi tambahan sumber penghasilan warga bahkan
36
menjadi sumber pendapatan utama untuk warga
sekitar. Pendapatan dapat dihasilkan masyarakat
setempat dengan menawarkan jasa maupun produk
pariwisata kepada wisatawan baik berupa atraksi
pariwisata, akomodasi, fasilitas penunjang pariwisata,
dan produk / jasa pariwisata lainnya yang dapat
ditawarkan kepada wisatawan (supply). Peningkatan
ekonomi masyarakat dapat memberikan dampak
pembangunan ekonomi secara menyeluruh untuk
mempercepat pemberantasan kemiskinan di daerha
terluar/ terpencil karena cepatnya perputaran uang
dan jasa di suatu wilayah sehingga dapat
meningkatkan daya beli masyarakat di sekitar wilayah
pariwisata. Selain itu, peningkatan ekonomi masyarakt
setempat juga dapat berdampak kepada peningkatan
pendapatan daerah maupun pendapatan nasional
melalui pendapatan mata uang asing, pajak dan lain
sebainya yang dapat berkontribusi terhadap
peningkatan pembangunan negara secara umumnya.
b. Manfaat kedua konsep pariwisata bahari yaitu sebagai
sarana konservasi dan pembelajaran. Pariwisata bahari
37
dengan konsep eko-wisata dapat memberikan
kesempatan kepada wisatawan untuk ikut serta dalam
kegiatan pelestarian lingkungan. Selain itu, eko-wisata
bahari juga menjadikan kegiatan pariwisata sebagai
ruang untuk mempelajari hal-hal baru / sarana
pendidikan menyenangkan yang berkaitan dengan
pelestarian lingkungan khususnya yang berkaitan
dengan dunia kelautan yang dapat meningkatkan
kesadaran mereka untuk ikut serta melestarikannya.
F. Manfaat Pariwisata Untuk Desa Terluar
1. Manfaat Ekonomi Pariwisata Pedesaan
Sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pariwisata
dapat memberikan manfaat secara ekonomi kepada
masyarakat melalui penyediaan lapangan kerja dan
peluang bisnis untuk masyarakat lokal. Dalam hal
lapangan pekerjaan, industri pariwisata memberikan
kesempatan kepada masyarakat lokal yang memiliki
kompetensi yang memadai untuk bekerja pada industri
akomodasi (hotel, hostel, dan homestay), industry
food
and baverage
(Restoran) dan jasa perjalanan (travel agent,
pemandu wisata, jasa porter, jasa transportasi dan
38
lainnya). Ketersediaan lapangan pekerjaan dari industri
pariwisata di pedesaan dapat menekan angka
pengangguran dan memberikan dampak positif secara
ekonomi kepada masyarakat.
Peluang masyarakat untuk membuka bisnis juga
sangat terbuka jika konsep pariwisata pedesaan ini
diterapkan khususnya kepada desa terluar. Usaha yang
dapat dibuka berkaitan dengan kebutuhan pengunjung
seperti jasa akomodasi, perjalanan, transportasi, usaha
kuliner, atraksi pariwisata, hiburan, souvenir, dan masih
banyak usaha lainnya yang dapat mendukung kegiatan
kepariwisataan serta sebagai sumber pendapatan
tambahan masyarakat lokal yang tinggal di desa terpencil.
Selain keuntungan ekonomi secara langsung, pariwisata
juga memberikan manfaat ekonomi ganda secara tidak
langsung atau
tricke down effect / multiplyer effect
kepada kondisi ekonomi masyarakat secara keseluruhan
karena arus kas / keuangan yang mengalir cukup banyak
di daerah tersebut yang dapat meningkatkan daya beli
masyarakat dan menghidupkan bisnis masyarakat lokal.
Manfaat secara ekonomi ini dapat dimaksimalkan jika
39
memanfaatkan hasil bumi atau produk lokal dengan
semaksimal mungkin.
Diversifikasi produk hasil bumi masyarakat
setempat serta produk dengan nilai tambah /
value added
bisa menjadi strategi untuk menyerap arus kas yang
masuk ke desa. Selain itu, menggunakan tenaga kerja atau
sumber daya manusia lokal untuk industri pariwisata yang
ada di desa, baik industri yang dimiliki investor atau
industri yang dimiliki masyarakat setempat juga dapat
berkontribusi dalam memaksimalkan manfaat ekonomi
pariwisata untuk masyarakat lokal. Meskipun tidak dapat
dipungkiri bahwa, kualitas sumber daya manusia di
daerah pedesaan masih menjadi kendala utama. Namun,
perlu adanya pandangan optimis terhadap SDM lokal
serta strategi atau usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan SDM lokal dengan memberdayakan
masyarakat lokal dan peningkatan kapasitas melalui
kegiatan edukasi baik formal maupun informal untuk
mengatasi masalah tersebut.
40
2. Manfaat Sosial Budaya Pariwisata Pedesaan
Budaya, tradisi, kesenian, situs dan benda
bersejarah merupakan daya Tarik penting dalam
pembangunan pariwisata pedesaan. Wisatawan biasanya
mencari hal yang baru dan berbeda dari hal yang biasanya
mereka lihat, mereka rasakan, mereka alami dan mereka
dengar. Selain alam, budaya merupakan hal berbeda yang
menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah
tertentu. Wisatawan akan merasa mendapatkan hal yang
baru dengan hanya melihat aktifitas masyarakat desa
seperti bercocok tanam dengan metode tradisional,
memasak makanan tradisional dengan rempah-rempah
yang khas daerah tersebut, pelaksanaan seremonial atau
upacara keagamaan dan tradisi turun-temurun yang
diwariskan nenek moyang baik dengan tarian, lagu
daerah, pakaian adat dan lain sebagainya.
Hal kecil yang merupakan budaya dan tradisi
merupakan hal sederhana menurut masyarakat lokal
namun hal yang luar biasa menurut wisatawan yang tidak
pernah menikmati hal tersebut sebelumnya yang dapat
menjadi daya Tarik. Sehingga budaya dan hal
41
bersangkutan dengan budaya merupakan hal yang sangat
penting dalam pembangunan pariwisata pedesaan.
Pembangunan pariwisata pedesaan juga membantu
masyarakat untuk melestarikan budaya, tradisi, dan
peninggalan bersejarah. Ketika budaya dan tradisi
menjadi salah satu bentuk dari daya tarik pariwisata di
pedesaan, masyarakat akan berlomba-lomba untuk
mempraktikan tradisi nenek moyang yang mungkin
selama ini hampir ditinggalkan.
Semua kalangan masyarakat baik generasi muda,
akan mulai belajar untuk mengenal budaya dan tradisi
serta kesenian daerah mereka untuk dilestarikan. Karena
untuk melestarikan budaya dan tradisi di era globalisasi
ini khususnya kepada generasi muda milenial sangat sulit
untuk dilakukan. Praktek budaya nenek moyang pada
zaman globalisasi ini terkesan kolot dan ketinggalan
zaman atau tidak modern. Sehingga, perlu adanya
pendekatan yang jitu untuk memperkenalkan budaya
kepada generasi muda dan memberikan kesadaran ke
mereka bahwa melestarikan budaya sangatlah penting,
apalagi budaya dan tradisi dapat menjadi daya tarik
42
pariwisata yang sudah pasti dapat memberikan manfaat
ekonomi kepada masyarakat.
Pembangunan pariwisata pedesaan juga dapat membantu
masyarakat untuk melestarikan peninggalan sejarah atau
warisan nenek moyang yang berupa benda-benda
bersejarah. Hal ini dikarenakan benda-benda bersejarah
juga dapat menjadi daya Tarik untuk dilihat pengunjung
sehingga upaya konservasi di desa untuk menempatkan
tempat bersejarah berupa musium kecil yang menampung
benda-benda terebut juga mulai dibangun oleh desa.
Pelestarian benda bersejarah juga sudah pasti
membutuhkan biaya dalam pengelolaan dan
perawatannya. Namun biaya perawatan dan pengelolaan
situs dan tempat bersejarah dapat dicover melalui harga
tiket yang akan dibayarkan pengunjung yang
mengunjungi situs dan benda bersejarah. Jadi secara tidak
langsung, pengunjung yang melihat benda-benda
bersejarah tersebut juga ikut andil dalam memberikan
kontribusi secara ekonomi dalam melestarikan benda dan
situs bersejarah.
43
Gambar. 10. Taman Narmada Lombok Barat, wisata sejarah di Pulau
Lombok @ lomboktourplus.com
45
TANTANGAN
PEMBANGUNAN
PARIWISATA
PEDESAAN DI DESA
TERLUAR
A. Perencanaan Pembangunan Pariwisata Pedesaan
Pembangunan pariwisata di daerah pedesaan sudah
pasti memiliki banyak hambatan untuk ketercapaiannya.
Beberapa ahli telah menjelaskan beberapa isu yang dapat
mempengaruhi ketercapaian dan keberlangsungan
pembangunan pariwisata pedesaan meskipun konsep
pariwisata pedesaan dapat menjadi solusi bagi
masyarakat pedesaan untuk mengambil kebermanfaatan
secara ekonomi.
46
Hal yang kerap ditemui adalah menyangkut tentang
pembangunan pariwisata yang
top-down
dimana
keputusan khususnya dalam perencanaan pembangunan
pariwisata dilakukan sepihak oleh pemerintah setempat
dengan menfokuskan kepada permintaan pasar dan tidak
mengintegrasikan pemikiran serta aspirasi dari
masyarakat desa yang notabenenya sebagai tuan rumah
dan pemangku kepentingan inti dalam pembangunan
pariwisata di desa. Perencanaan sebaiknya dilakukan
dengan partisipatoris yang memberikan ruang kepada
masyarakat untuk menyuarakan aspirasi tentang
pembangunan yang sesuai dengan budaya, kearifan lokal,
serta tradisi turun-temurun yang tidak dapat terpisahkan
dari masyarakat. Sehingga pembangunan pariwisata
pedesaan dapat didukung sepenuhnya oleh masyarakat
dan dijalankan sepenuhnya oleh masyarakat sehingga
dapat memberikan kebermanfaatan ekonomi secara
maksimal serta pariwisata dapat memberikan kontribusi
dalam melestarikan lingkungan budaya, tradisi, dan
keraifan lokal masyarakat.
47
B. Permasalahan Finansial
Kendala lain yang mungkin sering dihadapi secara
umum pada pembangunan pariwisata di daerah pedesaan
adalah, kurangnya modal pelaku wisata di daerah
pedesaan khususya di desa terluar untuk meningkatkan
produk pariwisata melalui pengelolaan hasil alam lokal
seperti hasil pertanian, perkebunan, dan hasil perikanan
yang dapat menunjang industri pariwisata. Masyarakat
yang tinggal di pedesaan khususnya di daerah desa
terluar umumnya dari kalangan menengah ke bawah
bahkan dengan tingkat kemiskinan yang tinggi
dibandingkan dengan daerah perkotaan serta desa
lainnya dengan kemampuan finansial yang cukup terbatas
untuk mengembangkan produk pariwisata. Sehingga
terkadang, masyarakat tidak dapat mengaplikasikan ide
untuk pengembangan produk lokal karena terhambat
dengan keadaan finansial yang tidak memungkinkan.
Keadaan ini, juga terkadang diperburuk dengan
kedatangan investor luar dengan kemampuan finansial
yang sangat besar yang dapat menjadi saingan dan
terkadang mematikan produk dari industri rumahan
48
berskala kecil pendukung pariwisata yang dimiliki oleh
masyarakat lokal di desa. Hal ini menghasilkan kebocoran
keuntungan ekonomi pariwisata dimana masyarakat lokal
sebagai tuan rumah di desa hanya bisa menjadi penonton
karena tidak memiliki kemampuan finansial sedangkan
investor dengan kemampuan finansial yang besar akan
mengambil keuntungan besar dari pariwisata pedesaan
bukan masyarakat lokal.
Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya bantuan dari
pemerintah dalam bentuk modal finansial baik berupa
hibah maupun pinjaman dengan bunga rendah yang
mudah diakses oleh masyarakat pedesaan untuk
membantu masyarakat lokal dalam mengembangkan
usaha mereka. Selain itu, perlu adanya kebijakan yang
membatasi jumlah investor dalam pembangunan
parwisata pedesaan serta kontrol terhadap aliran dana
investor.
Kebijakan untuk menyambungkan antara investor
luar dengan masyarakat lokal dalam hal kerjasama yang
saling menguntungkan dan saling meberikan manfaat
merupakan hal yang sangat bijak yang dapat dilakukan
49
untuk mengontrol investor melalui hubungan kerja yang
baik antara investor dengan masyarakat. Dalam hal ini
masyarakat lokal berperan sebagai pemangku
kepentingan inti yang memiliki sumber daya alam,
budaya, dan tardisi sebagai atraksi utama pada kawasan
pariwisata yang akan berperan juga sebagai pelaku
parwisiata inti, dan investor sebagai penyedia modal
finansial untuk memungkinkan dan membantu
berjalannya kegiatan pariwisata di desa, sehingga dapat
menjadi
win-win solution
untuk pembangunan pariwisata
pedesaan baik untuk investor maupun untuk masyarakat
lokal.
C. Permasalahan SDM (Sumber Daya Manusia)
Selain modal secara finansial, rendahya sumberdaya
manusia, terutama tenaga yang terampil dan profesional
dalam hal manajerial di bidang pariwisata merupakan
kendala yang seringkali muncul terutama pada negara-
negara berkembang, termasuk Indonesia khususnya pada
pembangunan pariwisata di daerah pedesaan.
Sumberdaya manusia merupakan komponen utama dan
50
penentu berjalannya pembangunan parwisata di Desa
dan merupakan sumber utama dari semua kendala.
Dengan rendahnya sumber daya manusia yang
dapat diukur secara kuantitatif melalui jumlah penduduk
dan tingkat pendidikan tertinggi mereka, akan
mengakibatkan permasalahan lain seperti krimialitas,
tingkat kualitas layanan yang rendah, serta kemampuan
manajerial dan pemecahan masalah yang rendah.
Keadaan pariwisata di desa dengan sumber daya manusia
yang rendah juga dapat menjadi asumsi bagi pemerintah
bahwa masyarakat tidak mampu dan tidak
memungkinkan untuk berpartisipasi dalam penentuan
kebijakan dalam perencanaan pembangunan pariwisata,
sehingga pemerintah biasanya menggunakan tenaga ahli
untuk melakukan pemetaan potensi pariwisata,
perancangan rencana kegiatan pariwata, produk
pariwisata dan lainnya yang didisain berdasarkan
kepentingan pasar bukan atas kepentingan masyarakat
lokal.
Perencaan pariwisata biasanya ditentukan secara
top-down
oleh pemerintah untuk efisiensi waktu dan
51
pembiayaan yang disebabkan oleh pemikiran skeptis
terhapat kualitas sumber daya manusia di daerah
pedesaan. Hal ini sangat bertentangan dengan konsep
pariwisata berkelanjutan dimana masyarakat agar ikut
serta dalam menentukan kebijakan dalam rencana
pembangunan pariwisata sehingga dapat bermanfaat
untuk masyarakat lokal baik secara ekonomi, sosial dan
lingkungan.
Oleh karena itu, peningkatan sumber daya manusia
agar menjadi lebih terampil perlu dilakukan baik melalui
pendidikan formal maupun informal seperti pelatihan dan
workshop. Peningkatan kualitas juga perlu diimbangi
dengan bantuan fasilitas untuk menerapkan keterampilan
yang telah diajarkan sehingga manfaat dari kegiatan
peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat
diterapkan dan berlanjut.
Kendala lain yang mungkin dihadapi dalam
pengembangan pariwisata yaitu terkadang sering
timbulnya konflik dan kerusuhan sosial serta situasi dan
kondisi politik yang memanas pada waktu-waktu
tertentu, berakibat pada kurang terjaminnya keamanan
52
bagi para wisatawan. Kondisi ini juga perlu diwaspadai
pada pembangunan pariwisata pedesaan, dimana di
Indonesia konflik karena kondisi politik desa yang tidak
stabil pada saat kampanye pemilihan kepala desa, kepala
daerah, dan presiden juga dapat memicu terjadinya
konflik di kalangan masyarakat yang dapat mengganggu
kondisi kondusif wisatawan yang berkunjung untuk
menikmati atraksi pariwisata di Desa.
Tingkat kriminalitas yang ada di seputar desa seperti
perampokan/ pembegalan dan pencopetan yang sangat
meresahkan masyarakat dan juga memberikan efek takut
terhadap
Wisatawan yang berkunjung menjadi kendala
lainnya. Tingkat kriminal yang tinggi juga bisa disebabkan
oleh rendahnya kualitas SDM yang rendah serta tingkat
kemiskinan yang tinggi, sehingga masyarakat mencari
jalan pintas untuk mendapatkan uang melalui tindak
kriminal yang dapat membahayakan wisatawan.
Wisatawan akan enggan melakukan perjalanan di daerah
yang rawan kriminal karena sangat membahayakan
hidupnya. Sehingga meskipun di suatu desa memiliki
53
potensi atraksi pariwisata yang sangat menarik dan bagus
namun jika tingkat kriminalitas tinggi, pariwisata tidak
akan dapat berkembang karena keselamatan wisatawan
tidak terjamin.
Untuk mengatasi kriminalitas perlu adanya
terobosan-terobosan pemecahan masalah untuk
meningkatkan kualitas SDM di desa terluar yang menjadi
desa wisata baik secara langsung melalui pelatihan dan
woskhop tentang hospitality dan sadar wisata dan secara
tidak langsung melalui kebijakan. Kebijakan dapat berupa
kemudahan bagi masyarakat lokal serta ruang untuk
berpartisipasi dalam kegiatan pariwisata yang aktif seperti
menjadi pemandu wisata, penjual makanan, penyedia
transportasi, dan lain sebagainya agar masyarakat
mendapatkan manfaat ekonomi dan sosial guna
menumbuhkan rasa kepemilikan /
sense of ownership,
sehingga mereka ikut menjaga keamanaan dan
kenyamanan wisatawan karena sudah merasakan
kebermanfaatan pariwisata.
Dampak lainnya adalah kesan masyarakat terhadap
kegiatan pariwisata akan menjadi positif, karena
54
masyarakat merasa dihormati melalui pemberdayaan
yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas
SDM serta upaya mengikutsertakan masyarakat lokal
untuk berpartisipasi dalam perancangan kebijakan desa
wisata dan kegiatan kepariwisatan baik secara langsung
dan tidak langsung.
Rendahnya mutu pelayanan dari para penyelenggara
pariwisata di daerah pedesaan karena rendahnya kuliayas
SDM, serta kualitas atraksi pariwista yang tidak didukung
oleh kebersihan juga menjadi kendala untuk
pembangunan pariwata di Desa. Keadaan desa yang
kotor dan penuh dengan sampah kususnya sampah
plastik tanpa ada pengelolaan sampah yang baik serta
fasilitas sampah yang memadai menjadi kendala dan
sangat mengganggu kenyamanan wisatawan yang
berkunjung.
Dampak lingkungan yang terjadi akibat pengelolaan
sampah yang tidak baik juga menjadi masalah lingkungan
yang dapat merusak keindahan atraksi pariwisata di
daerah pedesaan, dimana lingkungan atau atraksi
keindahan alam merupakan atraksi utama untuk daerah
55
pedesaan. Sampah dapat mengganggu dan merusak
keberlanjutan pariwisata di pedesaan. Karena jika alam
sebagai atraksi utama di daerah pedesaan tersebut rusak
dan sudah tidak menarik lagi, maka pengunjung yang
sebelumya datang untuk menikmati atraksi alam yang
indah dan alami serta bebas sampah akan tidak tertarik
lagi untuk berkunjung ke tempat tersebut karena alam
yang telah tercemar oleh sampah yang membuat atraksi
alam tersebut tidak indah lagi. Sehingga kendala sampah
mengakibatkan menurunnya kualitas atraksi pariwisata di
daerah pedesaan. Kualitas atraksi juga dapat menjadi
masalah ketika kualitas pelayanan oleh pelaku wisata
kurang baik dengan
attitude
yang tidak
welcome
terhadap wisatawan dan tidak ramah, dan juga
diakibatkan kurangnya pengetahuan serta ketrampilan
dalam pelayanan yang baik kepada wisatawan.
Wisatawan merupakan tamu yang harus dihormati
dan diberikan pelayanan yang baik dengan keramah-
tamahan yang dapat meberikan nilai lebih dan meberikan
kesan positif kepada wisatawan sehingga mereka
terkesan, Kesan positif dapat memberikan kenangan serta
56
menjadi ajang promosi dari mulut ke mulut. Promosi tidak
langsung melalui kesan positif wisatawan juga ddidukung
oleh perkembangan teknologi melalui tautau positif
wisatawan di
social media
yang dapat memberikan
informasi kepada potensi wisatawan lain yang mungkin
tertarik untuk mngunjungi desa. Sebaliknya ketika kesan
yang didapatkan wisatawan kurang baik maka akan
menimbulkan dampak negatif dimana wisatawan akan
memberikan komentar negatif tentang pelayanan baik
dari mulut ke mulut atau melalui
social media
kepada
lingkaran pertemanan wisatawan tersebut. Secara tidak
langsung, keadaan seperti ini akan memberikan dampak
terhapad penurunan jumlah pengunjung karena kesan
yang buruk terhadap pelayanan pelaku wisata.
Oleh karena itu, untuk menghindari masalah kualitas
baik pelayanan maupun kebersihan perlu adanya
peningkatan pengetahuan dan keterampilan pelaku
wisata dalam pelayanan dan pengelolaan sampah yang
baik serta perlu adanya bantuan dari pihak pemerintah
untuk penyediaan fasilitas untuk pengelolaan sampah
57
sehingga masyarakat dapat melakukan manajemen
sampah yang baik.
D. Permasalahan Akses dan Transportasi
Untuk pariwisata pedesaan khsusnya untuk desa
terluar sistem transportasi serta akses ke destinasi dan
objek wisata yang memadai seringkali menjadi kendala
utama dalam pembangunan pariwisata. Transportasi yang
tidak memadai dapat berdampak pula kepada kualitas
dari pelayanan di destinasi pariwisata tersebut. Oleh
karena itu, perlu adanya diversifikasi system transportasi
di daerah pedesaan yang dapat diadopsi dari kebiasaan
masyarakat yang kembali ke alam dan budaya.
Sistem transportasi tidak hanya system transportasi
modern yang sering kita ketahui namun dapat berupa
sistem transportasi traditional yang unik dan tidak
merusak lingkungan dengan polusi udara. Contohnya
seperti andong, cidomo, becak, perahu, rakit, sepeda,
kuda, dan lain sebagainya yang merupakan kendaraan
tradisional masyarakat setempat. Penyedian transportasi
tradisional juga dapat menjadi nilai tambah bagi desa
wisata tersebut dan menjadi daya Tarik.
58
Akses jalan juga perlu diperhatikan di daerah
pedesaan yang memungkinkan pengunjung untuk menuju
ke tempat objek wisata di daerah tersebut. Akses yang
baik dan tersedia juga dapat menghindari terjadinya
perusakan lingkungan dimana potensi wisatawan untuk
menginjak tanaman demi untuk dapat menuju objek
wisata karena tidak tersedianya akses dapat terjadi.
Penyedian akses jalan menuju lokasi objek wisata juga
memberikan kesan yang baik serta kenyamanan kepada
wisatawan. Sehingga transportasi dan akses jalan perlu
diperhatikan untuk meningkatkan kualitas pariwisata
pedesaan.
Pertanyaan yang lain yang bersangkutan dengan
akses adalah apakah tranportasi untuk menjangkau desa
wisata khususnya desa terluar tersedia atau tidak seperti
ketersediaan transportasi udara, laut dan darat untuk
menuju ke tempat tersebut serta bagaimana dengan
cost
atau harga dari layanan transportasi tersebut. Apakah
transportasi yang tersedia memiliki harga yang bersaing
dengan destinasi pariwisata lain? Sehingga pemerintah
juga perlu memikirkan untuk membuatkan kebijakan
59
terkait akses dan transportasi yang dapat digunakan oleh
turis untuk mengunjungi desa desa yang dikembangkan
menjadi desa wisata dengan produk wisata pedesaan dan
dengan harga transportasi yang tidak mahal dan
terjangkau sehingga dapat memberikan kemudahan bagi
pengunjung yang akan mengunjungi desa.
61
PERENCANAAN
DAN PENGELOLAAN
PARIWISATA
PEDESAAN
A. Unsur Penting dalam Pengelolaan Pariwisata
Pedesaan
Dalam konsep pariwisata pedesaan atau Desa
wisata, kebudayaan merupakan salah satu unsur utama
yang dapat menjadi atraksi wisata dan budaya merupakan
kebiasaan masyarakat pedesaan dan masih dipegang
teguh. Selian praktik nilai-nilai budaya, tradisi
kekeluargaan atau gontong royong masih dipegang teguh
oleh masyarkat pedesaan.
Hal ini dapat dilihat dari pola kampung di daerah
pedesaan secara umumnya terdiri dari rumah-rumah yang
berhubungan antara satu sama lain tanpa ada pagar yang
62
tinggi atau sekat antara rumah yang satu dengan yang
lainnya dengan berbagai fasilitas yang mencerminkan
pola hidup harmonis dalam kesatuan lingkungan yang
tetap terpelihara dalam suasana silih asah, silih asih dan
silih asuh sebagai satu konsep saling menyayangi di
antara keluarga, kerabat dan paling utama adalah
cerminan sikap gotong royong masyarakat dalam
kehidupan bertetangga.
Kesenian merupakan unsur lain yang masih
termasuk bagian dari unsur buadaya yang akan
memperkuat terhadap keberadaan dan pembangunan
desa wisata. Kesenian yang disajikan merupakan bagian
dari tradisi dan warisan nenek moyang masyarakat
setempat yang dapat menjadi hiburan baik bagi
masyarakat setempat ataupun wisatawan.
Menyaksikan dan ikut serta dalam kegiatan
kesenian masyarakat setempat dapat menjadi cara untuk
mengapresiasi nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat
setempat yang memiliki, melindungi dan mengembangkan
kesenian. Praktek kesenian tradisional ini juga dapat
bertujuan untuk memebrikan pemahaman kepada
63
generasi muda dimasa yang akan datang untuk
memelihara dan melestarikan budaya dan kesenian
sebagai warisan nenek moyang. Kesenian dapat berupa
lagu daerha, cerita rakyat, alat music tradisional, tarian
tradisional, dan upacara tradisional yang sering kali
berkaitan satu sama lainnya. Dalam pengembangan
pariwisata, unsur kesenian perlu digali dan dikembangkan
serta dipublikasikan dan dipertunjukkan kepada
masyarakat serta wisatawan. Aspek lainnya dari kesenian
yaitu kerajinan yang dimiliki masyarakat pedesaan pada
umumnya dilatarbelakangi oleh kehidupan yang dekat
dengan alam dan dihasilkan dari alam dan lingkungan
yang dapat dimanfaatkan tanpa harus banyak
mengeluarkan banyak uang. Seperti halnya bahan kayu,
merupakan bahan yang mudah untuk dijadikan kerajinan
serta tanah yang dapat digunakan untuk membuat
kerajinan keramik dan gerabah serta batok kelapa untuk
aneka macam peralatan dapur dan seni ukur batok kelapa
termasuk sabut kelapa dan lain-lain.
Hal lain yang juga menjadi unsur penting dari
konsep pariwisata pedesaan adalah pola
64
disain/arsitektural, tata bangunan, topografi, iklim, desain
lanskap yang berbeda dari wilayah perkotaan dimana
struktur geo-klimatologis dan geo-morfologis setempat
mendukung kesuburan dan keindahan di daerah
pedesaan seperti karakter pegunungan/perbukitan yang
indah, udara yang sejuk serta kondisi hidrologis yang
memungkinkan, budi daya pertanian berkembang.
Karakteristik lanskap yang medukung memberi kesan
tersendiri bagi wisatawan yang mengunjungi daerah
pedesaan. Sehingga konsep pariwisata pedesaan dapat
menjadi pariwisata alternatif.
Unsur penting berikutnya dalam kawasan desa wisata
yang berkelanjutan adalah sumber daya manusia yang
mumpuni untuk mengelola pariwisata. Karena pariwisata
memerlukan sumber daya manusia yang professional
untuk mengelolanya, peningkatan kualitas sumber daya
manusia diperlukan untuk menunjang kegiatan pariwisata
seperti pelatihan dan lain sebagainya.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia
khususnya dalam bidang pariwisata sangat diperlukan
berhubung masyarakat pedesaan berasal dari berbagai
65
tingkat pendidikan yang dimana pada umumnya masih
memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah dari
masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan.
Unsur penting lainnya di dalam konsep
pembangunan pariwisata pedesaan adalah kelompok
pengusaha setempat yang akan memberikan kontribusi
pada terciptanya kegiatan ekonomi dalam pariwisata
pedesaan. Sehingga, jika kelompok pengusaha tersebut
belum terbentuk, perlu adanya pembentukan dan
pembinaan kelompok pengusaha lokal dapat menjadi
suatu fungsi yang bermanfaat dan dapat memunculkan
usaha-usaha baru untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat lokal melalui kegiatan pariwisata.
Usaha yang dapat dilakukan oleh pengusaha lokal
dapat diperoleh dengan memajukan/menampilkan
produk lokal seperti barang kerajinan, makanan khas,
minuman dan produk-produk lainnya yang memberikan
cita rasa kepada wisatawan tentang daerah tersebut dan
dapat digunakan untuk mempromosikan kekhasan
tersebut kepada wisatawan. Bahan baku dari produk
tersbut dapat diambil dari bahan baku lokal yang ada di
66
sekitar lokasi desa agar semua produk lokal dapat
dimanfaatkan oleh usaha pariwisata lokal sendiri, dengan
demikian memajukan ciri lokal mereka sendiri dan
mengembalikan lebih banyak uang ke ekonomi daerah
tersebut.
Pembentukan kelompok pengusaha lokal juga dapat
memperkuat kedudukan pengusaha kecil yang memiliki
usaha berskala kecil yang perlu banyak berpegangan
tangan agar menjadi kuat dan mapan dengan menjalin
kerjasama antar kelompok usaha. Produk lokal meskipun
dapat diberikan tambahan nilai /
value added
namun agar
tetap memperlihatkan keasliannya karena keaslian atau
hal autentik dapat memberikan manfaat bagi produk
wisata, termasuk desa wisata. Keaslian yang utama
adalah dengan berpegang teguh terhadap prinsip kualitas,
asli, keorsinilan, keunikan, khas daerah dan kebanggaan
daerah. Keaslian itu dapat terwujud pula melalui tradisi
dan gaya hidup serta kualitas hidup masyarakat dan
secara khusus berkaitan dengan prilaku integritas,
keramahan dan kesungguhan penduduk yang tinggal dan
berkembang menjadi masyarakat daerah tersebut.
67
Keaslian juga dipengaruhi oleh keaslian ekonomi,
fisik dan social-budaya daerah pedesaan tersebut
misalnya warisan budaya, pertanian, bentangan alam, jasa
dan yang paling penting adalah peristiwa sejarah dan
budaya dari daerah itu. Namun, semua hal yang
bersangkutan dengan produk lokal dengan ciri khas
tersendiri perlu diinterpretasikan melalui penjelasan
kepada wisatawan dengan lugas baik secara lisan maupun
tulisan. Sehingga interpretasi terhadap produk lokal dapat
menjadi nilai tambah terhadap hal-hal yang khas yang ada
di daerah tersbut. Keaslian ini juga dapat menjadi USP
(Unit Selling Point) atau poin penjualan di daerah tersebut
dan yang membedakan daerah tersebut dengan daerah
lainnya. Keaslian produk wisata tidak menjiplak dari
produk wisata di daerah lain, namun perlu menampilkan
hal yang unik yang dimiliki daerah tersebut sebagai daya
Tarik yang tak tertandingi dan tak dapat dijumpai di
tempat lain.
68
B. Siklus Pembangunan Pariwisata Pedesaan
Dalam praktiknya pembangunan pariwisata memiliki
siklus untuk tahapan pembangunan yang dibagi menjadi
tiga tahapan:
1. Tahap perencanaan
Tahap ini meliputi identifikasi potensi pariwisata,
pembuatan peraturan yang mengatur kegiatan
pariwisata di desa, membentuk forum dan organisasi
pengelola, menentukan tujuan pembangunan
pariwisata, merancang kegiatan pariwisata (produk
dan layanan) berdasarkan potensi atraksi yang dimiliki
oleh desa, membentuk atau menghidupkan kembali
usaha dari kelompok masyarakat atau individu sebagai
penyedia jasa dan produk pariwisata pedesaan,
bekerjasama dengan industri dan pemberi modal dari
lembaga keuangan teregulasi, serta perencanaan
untuk meminimalisir dampak negative dari pariwisata.
2. Tahap Pelaksanaan (Implementasi)
Hal-hal yang termasuk dalam tahap ini yaitu
melakukan pemasaran dan promosi atraksi serta
kegiatan pariwisata, peningkatan kapasitas pelaku
69
wisata, pelaksanaan kegiatan pariwisata, pengelolaan
pengunjung, pengelolaan bisnis / usaha (produk dan
jasa), pemeliharaan sarana dan prasarana penunjang
pariwisata, dan pengelolaan limbah.
3. Tahap Monev (Monitoring dan Evaluasi)
Pelaksanaan monitoring secara berkala serta evaluasi
tahunan untuk melihat ketercapaian tujuan dari
pembangunan pariwisata berdasarkan indikator yang
telah ditentukan pada tahap perencanaan. Evaluasi
terhapap dampak dan resiko yang dialami dengan
pembangunan pariwisata baik dampak positif dan
negatif. Menentukan solusi dan strategi untuk
meningkatkan pembangunan pariwisata sesuai dengan
tujuan yang telah ditentukan.
70
Gambar. 11. Siklus Pengelolaan Pariwisata Pedesaan (BAPPENAS, 2019)
C. Perencanaan Pariwisata Pedesaan dengan
Pendekatan Partisipatif
Selain unsur penting yang telah dibahas sebelumnya
dalam pengelolaan pariwisata pedesaan, proses
perencanaan pemodelan pariwisata pedesaan juga
merupakan hal penting yang harus dilakukan.
Perencanaan pembangunan pariwisata pedesaan tidak
dapat dipisahkan dari partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat, karena masyarakat merupakan
key
stakeholder
terpenting dalam pengelolaan pariwisata
71
pedesaan. Dalam perencanaan, pemberdayaan
masyarakat sebaiknya dilakukan melalui pendekatan
secara partisipatif sebagai alternatif terhadap pendekatan
pembangunan serta sentralisasi dan bersifat bottom up
bukan top-down yang biasanya dilakukan dalam
perencananan destinasi pariwisata pada umumnya.
Adapun beberapa hal yang membuat munculnya proses
partisipasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat
dalam perencanaan pembangunan pariwisata pedesaan
yang berdasarkan atas dua perspektif.
1. Pelibatan masyarakat, setempat dalam pemilihan,
perancangan, perencanaan dan pelaksanaan
program yang akan mewarnai kehidupan
masyarakat dan masyarakat merupakan unsur inti
yang akan mengalami dan merasakan manfaat dari
pembangunan, sehingga dengan demikian dapatlah
dijamin bahwa persepsi setempat, pola sikap, dan
pola pikir serta nilai-nilai pengetahuannya agar ikut
dipertimbangkan secara penuh untuk memastikan
manfaat tersbut dapat tersampaikan kepada
masyarakat lokal.
72
2. Membuat umpan balik yang pada hakikatnya
merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari
kegiatan pembangunan. Umpan balik merupakan
hal penting yang dapat dijadikan pedoman untuk
mengontrol pembangunan pariwisata.
Melalui pendekatan partisipatif, masyarakat dapat
diajak terlibat guna mengarahkan perencanaan dan
program pemodelan desa wisata dalam kerangka
pembangunan desa secara keseluruhan dengan inti;
1. desa tempat dimana pemerintahan desa
menjalankan pemerintahannya,
2. desa tempat dimana penduduk desa menjalankan
pola kehidupan dan keagamaannya dan berkumpul
dalam satu harmonisasi kehidupan yang
mencerminkan tata karma masyarakat,
3. desa tempat dimana masyarakat desa melakukan
kegiatan waktu luang dan berekreasi
bercengkerama di alam desa yang mereka miliki,
4. desa dimana masyarakat memiliki sikap, prilaku
melindungi, memelihara dan memanfaatkan
kepemilikan seni budaya, lingkungan, nilai-nilai
73
tradisi yang dapat mendorong kelestarian promosi
desa itu sendiri.
Dalam teorinya, partisipasi harus bisa
memperdayakan masyarakat secara penuh dalam
pembangunan dan mengubah polapikir bahwa
masyarakat bukanlah obyek pariwisata namun subjek
pembangunan pariwisata dan karenanya harus
menguntungkan/menyejahterakan masyarakat setempat.
Sehingga, jika konsep pariwisata dikembangkan, desa
tersebut harus menuai manfaat melalui beberapa hal.
Pertama melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat
desa. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan manfaat
ekonomi, perlu dibentuknya unit-unit usaha kelompok
masyarakat untuk mendukungan kelancaran dan
efektivitas pemberdayaan ekonomi rakyat, terutama
untuk mengembangkan Usaha Mirko Kecil dan
KOPERASI (UMKK) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
agar masyarakat desa mendapatkan pekerjaan yang layak.
Perlu adanya pengembangan usaha ekonomi dan
mata pencaharian berkelanjutan yang dapat ditempuh
dengan cara memanfaatkan sumber daya lokal secara
74
optimal dan lestari oleh unit-unit usaha desa yang telah
dibentuk. Contohnya adalah dengan mengembangkan
badan usaha milik rakyat yang dapat berdampingan dan
bermitra dengan Koperasi atau lembaga keuangan lainnya
yang dapat mensupport usaha tersebut secara finansial.
Disamping itu, agar terselenggaranya kegiatan ekonomi
badan usaha milik masyarakat, unit tersbut perlu
menampilkan produk-produk unggulan bernilai tambah
tinggi sebagai sentra-sentra kemandirian ekonomi rakyat
yang berpedoman kepada keaslian daerah tersbut.
Untuk mendukung kelancaran dan efektivitas
pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesan melalui
pembangunan pariwisata, perlu adanya dukungan sarana
dan prasarana yang dikembangkan secara partisipatif
sesuai dengan prioritas masyarakat seperti, prasarana
fisik seperti akses jalan yang dapat memperlancar system
transportasi dan komunikasi di daeah tersebut, pelayanan
dan ruang publik pada tingkatan masyarakat yang
mendukung berbagai lapisan masyarakat di desa sehingga
dapat menjadi ruang untuk konsultasi dan
bermusyawarah untuk memecahkan masalah.
75
Mengintegrasikan social-budaya serta kearifan lokal
dalam manajemen pariwisata dapat menjadi hal yang
dapat dilakukan untuk menunjang suksesnya
pembangunan parwisata di daerah pedesaan. Pendekatan
integratif ini dapat menjadi kunci karena masyarakt di
daerha pedesaan masih berpegang teguh terhadap tardisi
dan budaya serta kearifian lokal, dimana hal-hal tersebut
tak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat
pedesaan. Sehingga pendekatan partisipatif yang
terintegrasi dengan budaya lokal ini dapat menjadi solusi
dalam meningkatkan partisipasi masyarakat.
Perencanaan Kawasan Desa wisata hal yang sangat
penting diketahui dalam setiap kerja sama individu dalam
kelompok, ialah maksud dan tujuan kerja sama tersebut,
dan harus jelas mengetahui metode pencapaiannya. Bila
usaha kelompok itu ingin efektif, orang-orang dalam
kelompok itu harus mengetahui apa yang diharapkan
untuk menyelesaikannya, inilah yang dimaksud dengan
fungsi perencanaan.
Berdasarkan fungsi perencanaan tersebut, maka
perencanaan adalah keputusan untuk waktu yang akan
76
datang, apa yang akan dilakukan, bilamana akan dilakukan
dan siapa yang akan melakukan. Jelasnya perencanaan
dimaksudkan untuk memperoleh sesuatu dalam waktu
yang akan datang, dan usaha/cara yang efektif untuk
pencapaiannya. Oleh karena itu perencanaan adalah
suatu keputusan apa yang diharapkan dalam waktu yang
akan datang. Dalam penyusunan perencanaan kawasan
desa wisata merupakan suatu proses kesinambungan.
Sebagai satu proses dalam penyusunan perencanaan
kawasan desa wisata dibutuhkan suatu tindakan
pemeliharaan yang terbaik/menguntungkan dari berbagai
alternatif dalam usaha pencapaian tujuan. Mengingat
perencanaan kawasan desa wisata lebih banyak
melibatkan peran, partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat, maka bentuk perencanaannya lebih menitik
beratkan kepada
Community Based Tourism.
Pendekatan partisipatif merupakan strategi dalam
paradigma pembangunan yang bertumpu kepada
masyarakat (people centred development). Strategi ini
menyadari pentingnya. kapasitas masyarakat untuk
meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal dalam
77
mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari dengan
atau oleh masyarakat desa yang dikenal sebagai satu
pendekatan Participatory Planning dapat diartikan
sebagai metode yang memungkinkan masyarakat desa
untuk saling berbagi meningkatkan, dan menganalisis
pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa
membuat rencana dan bertindak.
Desa wisata yang bertumpu pada masyarakat
merupakan suatu alternatif baru untuk meningkatkan
hasil produksi guna memenuhi kebutuhan masyarakat.
Perencanaan partisipatif dapat dilakukan jika praktisi
pembangunan tidak berperan sebagai perencanaan untuk
masyarakat tetapi sebagai pendamping dalam proses
perencanaan yang dilakukan oleh masyarakat.
D. Langkah-Langkah Strategies dalam Pengembangan
Pariwisata Pedesaan
Bentuk pengelolaan desa wisata pada dasarnya
adalah milik masyarakat yang dikelola secara baik, degan
mempertimbangkan beberapa aspek penting dalam
pengelolaan seperti;
1. aspek sumber daya manusia,
78
2. aspek keuangan,
3. aspek material,
4. aspek pengelolaan
5. aspek pasar.
Dalam satu wadah organisasi masyarakat yang
berbentuk kemitraan, manajemen korporasi, yayasan atau
badan pengelola desa wisata yang unsur unsur
pengelolaannya direkrut dari kemampuan masyarakat
setempat dan lebih mendahulukan peranan para pemuda
yang memiliki latar belakang pendidikan atau
keterampilan yang dibutuhkan.
Potensi wisata yang luar biasa yang dimiliki
Indonesia khsusnya di kawasan pedesaan seharusnya bisa
menjadi andalan untuk mengangkat taraf hidup
masyarakat. Untuk mengelola sektor pariwisata yang
berbasis di daerah pedesaan diperlukan berbagai macam
strategi yang jitu. Karena pada umumnya daerah
pedesaan di Indonesia memiliki karakteristik yang hampir
rata-rata sama. Namun hal yang perlu ditonjolkan dalam
perencanaan dan pembangunan pariwisata di daerah
pedesaan adalah keaslian, kekhasan, dan karakteristik
79
masing-masing daerah baik dari segi alam maupun sosio
kultural dan aspek lainnya.
Daerah pedesaan memiliki segudang potensi
ekonomi yang besar yang dapat menguntungkan
masyarakat setempat dan bisa diangkat menjadi
komoditas yang layak dijual baik kepada customer local
maupun mancanegara. Namun potensi tersbut perlu
dipoles dengan manajemen yang baik serta strategi yang
tepat agar menjadi hal yang layak untuk dikunjungi dan
dinikmati sebagai atraksi pariwisata. Berikut langkah-
langkah strategis untuk mengembangkan potensi desa
dalam menerapkan konsep pariwisata pedesaan:
1. Identifikasi dan intervensi potensi desa
Hal pertama yang dapat dilakukan dalah melakukan
identifikasi atau inventarisasi potensi desa melalui
penelitian atau musyawarah yang dilakukan bersama
seluruh komponen desa dari semua kalangan. Dalam hal
ini, perlu juga mengikutsertakan akademisi sebagai mitra
untuk memberikan informasi ilmiah tentang proses
identifikasi potensi yang bisa menjadi komoditas atau
80
atraksi pariwisata yang diambil dari berbagai macam
aspek yang ada di daerha pedesaan.
Potensi pariwisata, dapat berupa potensi keindahan
alam, hasil bumi, kekayaan flora fauna/hayati, sosio
kultural, tatanan hidup masyarakat sehari-hari, tradisi
atau hal-hal yang bersifat khas/unik yang tak dimiliki
daerah lain sebagai
unit selling point
. Sehingga potensi
tersebut dapat teridentifikasi dan dinventarisiasi dengan
baik. Setelah melakukan identifikasi, pastikan potensi
unggulan yang mungkin tidak ada di daerha pedesaan
lainnya yang akan dijadikan komoditas atau atraksi
pariwisata utama di desa tersebut.
Setiap desa memiliki potensi untuk dijadikan
komoditas wisata unggulan. Keindahan dan keunikan
alam akan menjadi wisata alam. Jika desa tersebut
memiliki keunikan tradisi dan budayanya bisa menjadi
destinasi wisata budaya dengan menampilkan keunikan
budaya dan tradisi yang diwariskan nenek moyang secara
turun temurun. Jika desa tersebut memiliki menu
makanan dan minuman khas tradisional yang unik baik
dari bahan, cita rasa dan penyajiannya, desa tersebut
81
dapat dijadikan destinasi wisata kuliner desa dengan
keunggulan dari produksi makanan dan minuman dengan
cita rasa yang berbeda. Namun jika desa tersebut
memiliki kerajinan-kerajinan khas yang unik bisa menjadi
destinasi wisata suvenir desa dimana kerajinan dapat
dijadikan produksi yang dapat dikonsumsi dan dibeli
wisatawan sebagai cendramata.
Desa dapat menjadi desa wisata pusat oleh-oleh
yang sudah pasti akan dikunjungi banyak wisatawan yang
akan membeli cendramata. Hal lain yang dapat dijadikan
unit selling point
yaitu peninggalan-peninggalan yang
mempunyai nilai sejarah yang tinggi atau situs
sejarah/prasejarah bisa menjadi tujuan wisata sejarah
desa. Wisatawan yang ingin melihat sejarah peninggalan
nenek moyang dapat menikmatinya di daerah tersebut
sambal ikut serta melestarikan peninggalan sejarah
tersebut.
Jika suatu desa memiliki keunggulan dari hasil bumi
dan laut melalui kegiatan pertanian, perkebunan,
perikanan dan lain-lain, desa tersebut dapat
mengembangkan pariwisata pedesaan dengan konsep
82
agro-tourism untuk sarana pembelajaran atau rekreasi.
Sehingga banyak hal-hal yang memungkinkan untuk
digunakan sebagai bahan pembangunan kegiatan
pariwisata pedesaan yang dapat memberikan manfaat
secara ekonomi kepada masyarakat. Namun perlu adanya
kreatifitas masyarakat setempat untuk mengembangkan
pariwisata agar dapat dikenal dan dinikmati oleh turis
baik lokal maupun mancanegara.
2. Identifikasi dan inventarisasi permasalahan
Tahap kedua yang perlu dilakukan adalah
melakukan identifikasi permasalahan yang ada di desa
yang mungkin dapat menjadi tantangan atau hambatan
dalam pengembangan potensi wisata desa.
Permasalahan dapat berupa permaslahan yang
bersifat fisik seperti ketersedian sarana dan pra-sarana
desa yang mendukung, non fisik atau social yang terjadi
di tengah masyarakat, atau permasalahan yang bersifat
internal yang terjadi di kalangan masyarakat atau
eksternal di luar dari jangkauan masyarat pedesaan
namun berdampak secara langsung maupun tidak
langsung untuk keberlangsungan pembangunna
83
pariwisata pedesaan. Biasanya permasalahan mainstream
dari suatu desa yang memiliki potensi wisata dapat
berupa permasalahan infrastruktur jalan, akses, jembatan,
listrik, pipanisasi air, jaringan komunikasi dan lain-lain.
Selain itu permasalahan bisa juga bersifat non fisik, tapi
bersifat sosial. Misalnya, bisa saja desa tersebut memiliki
potensi keindahan alam namun dari sisi keamanannya
kurang. Penanganan permasalahan sosial ini memerlukan
pendekatan multidimensi tertentu yang tepat dan
menyangkut berbagai pihak. Namun, perlu diketahu
bahwa inovasi dalam mengelola permasalahan sangat
diperlukan agar permasalahan atau tantangan dapat
diolah dengan cara tertentu sehingga dapat menjadi
potensi pariwisata di desa.
Dalam tahapan identifikasi permasalahan ini juga
perlu dilakukan identifikasi dampak dari permaslahan atau
dampak yang mungkin terjadi dengan terlaksananya
pembangunan pariwisata di desa baik dampak positif
maupun negatif dari sebuah kegiatan wisata sesuai
kekhasan masing-masing desa. Karena masing-masing
desa memiliki karakteristik sendiri, dampak yang mungkin
84
terjadi akan berbeda satu sama lain terutama perubahan-
perubahan sosial kultural yang memungkinkan terjadi
akibat dari pembangunan pariwisata. Sehingga perlu
adanya perencanaan yang matang untuk mengantisipasi
dampak melalui pendekataan manajemen resiko.
3. Identifikasi resiko dan dampak pariwisata
Hal ini dikarenakan setiap kegiatan pariwisata pasti
menimbulkan dampak baik positif dan negatif yang sudah
bisa diperhitungkan. Oleh karena itu, harus dilakukan
identifikasi resiko dan dampak, khususnya dampak
negatif karena ini yang harus ditanggulangi agar potensi
wisata tetap bisa berlangsung berkelanjutannya.
Identifikasi dampak juga perlu dibarengi dengan
perencanaan model pendekatan penanggulangan dampak
atau perangkat yang dipersiapkan untuk menangani
dampak tersebut. Perangkat-perangkat serta pendekatan
tersbut perlu direncanakan dengan matang dan model
penanganan dampak tersebut perlu dihasilkan
berdasarkan konsensus berbagai pihak di desa.
85
4. Membangun komitmen untuk membangun bersama
Setelah melakukan identifikasi potensi wisata serta
permasalahan yang dapat menghambat pembangunan
pariwisata, perlu adanya kesepakatan dari berbagai pihak
yang ada di kalangan masyarakat desa untuk
berkomitmen yang kuat dalam menyamakan pendapat
serta persepsi dalam pengelolaan pariwisata. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
desa serta untuk menghindari kesalahpahaman pengelola
pariwisata yang notabenenya adalah masyarakat
setempat. Komitmen yang tercipta di kalangan
masyarakat ini dapat menjadi dukungan yang terkuat bagi
terwujudnya dan keberlangsungan pariwisata di daerah
pedesaan. Sehingga pelaksanaan kegiatan pariwisata
dapat berjalan dengan baik dan harmoni.
Selain komitmen yang dilakukan antar kalangan
masyarakat desa, komitmen yang kuat dari seluruh
komponen eksternal yang mendukung terlaksananya
pembangunan pariwisata seperti Pemerintah Daerah,
pihak swasta atau akademisi merupakan hal yang penting
untuk mendukung pembangunan pariwisata
86
berkelanjutan. Pemerintah Daerah merupakan
stakeholder penting dalam pengembangan pariwisata di
desa dimana pemasukan desa melalui pariwisata dapat
berkontribusi terhadap pemasukan daerah (PAD) melalui
pajak dan peningkatan ekonomi lainnya.
Sedangkan untuk sektor swasta, kemitraan juga
dapat dilakukan sebagai sumber modal finansial untuk
mendukung kegiatan pariwisata di daerah pedesaan.
Namun perlu diidentifikasi dan difikirkan juga dampak
(
cost and benefit
) yang kemungkinan terjadi jika bekerja
sama dengan pihak swasta, sehingga perlu adanya
strategi khusus untuk menghindari dampak negatif dan
meminimalisir resiko yang bakalan terjadi. Selain itu,
kemitraan dengan akademisi juga diperlukan dalam
pembangunan pariwisata agar pihak masyarakat desa
dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan secara
teoritis atau ilmiah dalam mengelola pariwisata sehingga
diperlukannya peran dari ilmuan atau akademisi untuk
mendukung pembangunan pariwisata. Hal lain mengenai
komitmen yaitu, pemerintah desa dapat berkomitmen
dalam pembangunan pariwisata ini dengan
87
mengalokasikan anggaran dana desa untuk mendukung
pembangunan pariwisata dengan menggunakan sumber
daya ekonomi desa yang ada.
5. Membangun Visi dan Misi bersama
Tidak sedikit komitmen tidak terbangun dengan
kuat untuk menyamakan visi misi untuk menjadikan desa
wisata. Ini tidak terlepas dari kekhawatiran terhadap
dampak yang bisa terjadi dari kegiatan pariwisata yang
dapat berdampak terhadap perubahan sosial dan
buadaya. Sebagian komponen desa mungkin melihat
contoh daerah lain yang dianggap gagal sebagai desa
wisata karena menimbulkan dampak negatif misalnya
menurunnya moralitas generasi muda desa, atau dampak
lingkungan yang terjadi karena pembangunan fisik besar-
besaran sarana penunjang wisata desa yang tanpa
memperhatikan aspek lingkungannya, misalnya terjadi
banjir atau tanah longsor di kawasan wisata alam yang
dilindungi akibat dari pembangunan massif untuk sektor
pariwisata.
Untuk itu peran Pemerintah Daerah untuk
mengontrol jalannya pembangunan pariwisata di daerah
88
pedesaan melalui dinas-dinas terkait sangat dibutuhkan.
Perangkat-perangkat baik berupa regulasi, perijinan, pajak
dan sebagainya sehingga secara hirarkis administratif
desa wisata berada di bawah pembinaan dan tanggung
jawab Pemerintah. Hal ini menjadi dasar untuk
mengontrol agar tidak terjadinya penyimpangan yang
terjadi di desa dan memberikan dampak negatif.
6. Membuat regulasi membangun wisata desa
Tahap selanjutnya yang dapat dilakukan adalah
menyiapkan segala perangkat-perangkat aturan/regulasi
norma yang lebih bertujuan untuk mengawal
pengembangan desa wisata baik yang diambil dari aturan
perundang-undangan atau kearifan lokal yang telah
dipercayai dan dijalani oleh masyarakat setempat.
Peraturan tersebut dibentuk dan disosialisaikan guna
mengawasi potensi-potensi penyimpangan yang mungkin
saja bisa terjadi terhapat potensi pariwisata yang ada atau
terhadap keberlangsungan pariwisata. Peraturan tersebut
digunakan untuk menontrol aktivitas pariwisata di daerah
tersbut dan mencegah serta mengurangi dampak negatif
dari pariwisata baik dampak secara ekonomi, sosial-
89
budaya dan lingkungan. Sehingga diperlukan perangkat
regulasi/norma sebagai aspek legalitas dan yuridis formal
untuk mengontrol jalannya pembangunan pariwisata di
daerah pedesaan yang tunduk terhadap regulasi dan
peraturan.
Dengan memiliki dasar hukum yang jelas dan kuat,
desa wisata diharapakan dapat beraktivitas tanpa ada
gangguan misalnya keberatan dari pihak-pihak lain yang
dapat merugikan masyarakat desa setempat dan
menghindari adanya kecurangan dan kebocoran ekonomi
yang dilakukan pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab.
7. Peningkatan kapasitas Sumber daya manusia
Tahap selanjutnya yaitu perlu adanya peningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia yang ada di Desa. Hal ini
dapat dilakukan melalui pelaksanaan pelatihan-pelatihan
bagi seluruh komponen desa, termasuk kepada kelompok
sadar wisata yang ada di desa, pemerintah desa setempat
untuk meningkatkan pengetahuan dan skill manajemen
pariwisata khusnya tentang tata cara bagaimana
mengelola tempat wisata termasuk manajemen
90
tamu/pengunjung agar dapat mengurangi dampak
negatif, beserta untuk meningkatkan pengetahuan agar
terciptanya inovasi-inovasi baru yang perlu
dikembangkan untuk meningkatkan daya Tarik pariwisata
serta manajemen resiko dan krisis karena mengingat
sebagaimana sektor lainnya sektor pariwisata pun
     
serta sangat rentan terhapad resiko dan krisis. Selain
peningkatan kapasitas dan kualitas SDM di kalangan
pokdarwis dan pemerintah desa, peningkatan kesadaran
masyarakat secara umum tentang pariwisata baik yang
terlibat maupun yang tidak terlibat langsung dalam
kegiatan pariwisata juga diperlukan melalui kegiatan
sosialisasi sadar wisata dan pelatihan-pelatihan
kepariwisataan lainnya untuk meningkatkan skill dan
kemampuan masyarakat sehingga dapat memaksimalkan
manfaat pariwisata dalam kehidupan mereka sehari-hari.
8. Membangun menejemen yang solid
Sebesar apapun dan sebagus apa pun potensi yang
akan menjadi komoditas unggulan jika pelaku usaha
pariwisata di desa tidak siap dengan ilmu manajemen
91
pariwisata, maka bisa dipastikan kegiatan pariwisata itu
tak akan berlangsung lama, karena pariwisata dengan
segala karakteristiknya tetap diperlukan pengelolaan yang
profesional dan inovatif guna memastikan
keberlanjutannya di masa yang akan datang. Termasuk di
sini adalah strategi pemasaran yang tepat untuk
mengangkat angka kunjungan. Perlu diberikan pelatihan
manajemen pariwisata yang sesuai dengan karakteristik
desa. Banyak contoh tempat pariwisata yang akhirnya
terpuruk, mangkrak karena tidak inovatif sehingga tidak
kompetitif, tidak memperhatikan saran dan pendapat
pengunjung, tidak ada kelanjutan perbaikan sarana dan
prasarana, tidak menangani keluhan pengunjung dan
akhirnya pengelola gulung tikar karena rugi. Sehingga,
untuk menghindari hal-hal tersebut, perlu adanya
peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk
pelaksanaan kegiatan pariwisata di desa.
9. Membangun citra pariwisata desa melalui promosi
Menerapkan strategi pemasaran untuk
mempromosikan dan memperkenalkan daya Tarik wisata
yang ada di desa. Dalam hal ini dapat menggunakan
92
segala media untuk memperkenalkan dan
mempublikasikan potensi wisata di desa baik media
konvensional maupun non konvensional, seperti media
internet. Internet kini menjadi sarana publikasi yang
sangat efektif yang bisa menjangkau seluruh belahan
bumi. Tempat wisata yang lokasinya terpencil pun bisa
diketahui oleh orang di belahan dunia lain berkat
teknologi internet. Salah satu media sebagai sarana
informasi dan publikasi yang sangat efektif melalui
internet adalah sosial media baik milik resmi pemerintah,
swasta ataupun komunitas tertentu seperti Facebook,
Instagram, twitter, Youtube dan lain sebagainya. Hampir
semua jenis produk kini menggunakan sosial media dalam
pemasarannya.
Dengan sosial media semua belahan dunia bisa
dijangkau dan potensi desa bisa diketahui oleh siapa saja
bahkan di manca negara dengan biaya yang murah dan
mudah. Namun perlu diperhatikan bahwa, di wilayah
pedesaan belum tentu internet dapat diakses oleh
masyarakat sehingga pemerintah perlu memperhatikan
hal tersebut dan perlu melakukan investasi untuk akses
93
internet di daerah pedesaan yang memiliki potensi
pariwisata.
10. Belajar dari desa wisata yang sudah mapan
Startegi selanjutnya yaitu perlu melakukan
benchmarking
atau mengambil pembelajaran pada
kesuksesan desa wisata lain atau studi banding. Setiap
desa yang memiliki potensi wisata perlu belajar banyak
pada keberhasilan desa wisata lain khususnya yang
sejenis. Karena tipikal permasalahan dan tantangan masa
depan yang bakal dihadapi kurang lebih sama, sehingga
desa tersebut perlu belajar dari desa wisata sejenis yang
telah berkembang terlebih dahulu. Studi banding akan
menjadi sangat penting bila dilakukan pada desa wisata
yang sejenis. Bagaimana desa wisata tersebut mengelola
pariwisata, menyikapi dan menghadapi permasalahan dan
tantangan baik yang bersifat internal dan eksternal.
Akan penting juga belajar tentang tips dan trik desa
wisata tersebut agar tetap eksis pada saat-saat musim
wisata sedang sepi (low season) dengan berinovasi
memasarkan produk lain yang masih berkaitan dengan
wisata desa tersebut. Studi banding bisa dipilih pada desa
94
wisata yang secara organisasi manajemen sudah mapan
dan profesional serta sudah teruji oleh waktu. Karena
hanya dengan manajemen profesional dan inovatif saja
desa wisata akan eksis dan kompetitif dan dapat melalui
ujian yang bersifat internal, eksternal maupun regional
internasional.
Highlight Box
Pelajaran dari Desa Kutuh
Dengan Pantai Pandawa sebagai destinasi wisatanya,
Desa Kutuh telah menjadi pelajaran bagi dunia pariwisata
baik secara nasional dan Internasional. Berbagai
penghargaan nasional dan internasional telah diraihnya.
Kesuksesan ini diraih dengan kerjakeras masyarakat
adatnya, pemimpinnya yang arif dan local wisdom yang
terus dipelihara sebagai landasan pembangunannya.
Bahkan dikutip dari tribunnews.com bahwa Presiden
Jokowi sendiri meminta semua desa untuk

model pembangunan Desa Kutuh. Bagaimana konsep
95
pembangunannya? Berikut secara garis besar dibahas.
PELUANG
Adanya Warisan dari para tetua atas sejumlah luasan
tanah Pelaba Pura, Tanah Karang Ayahan, Tanah
Karang Puponan, dan berbagai Tempat Ibadah /
Parhyangan Desa;
Desa Kutuh berada di kawasan strategis pariwisata
nasional [ Kuta-sanur Nusa Dua]
Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan asing
maupun domestik yang cenderung meningkat;
Bertambahnya jumlah penduduk, baik dari
pertambahan Krama Ngarep, Krama Tamiu dan
Tamiu ;
Meningkatnya pembangunan akomodasi wisata di
desa kutuh, yang dibangun oleh masyarakat lokal
maupun pengusaha;
Tantangan
Kualitas Sumber Daya Manusia - Paradigma pikir
96
konservatif dari sebagian masyarakat adat,
utamanya golongan tua;
Pengelolaan yang kurang Profesional, karena
sebagian besar masyarakat yang kurang memahami
posisi sebagai pengelola dan pemilik sebagai akibat
masih pola pikir yang masih konservatif

Tingkat Pendidikan Formal Masyarakat masih
mayoritas SMA sebagian kecil Sarjana;
Berpotensi Merusak Budaya lokal pergeseran nilai
upacara adat menjadi komersial, pergaulan bebas;
Ketidak Pahaman dan Ketidaksetujuan dari
Sejumlah masyarakat atas sebuah pengembangan
potensi Desa;
Model Pengelolaan Desa Wisata Kutuh
PENGELOLAAN DILAKUKAN SECARA
TERINTEGRASI MELALUI BUMDA [BHAGA
UTSAHA MANUNGGAL DESA ADAT]
97
SAMPAI SAAT INI, BUMDA SEBAGAI
HOLDING
COMPANY
MEMILIKI 9 UNIT USAHA DAN 1
UNIT LAYANAN TERPADU
UNIT USAHA LPD
UNIT USAHA WISATA PANTAI PANDAWA
UNIT USAHA WISATA GUNUNG PAYUNG
CULTURAL PARK
UNIT USAHA BARANG JASA
UNIT USAHA PIRANTI YADNYA
UNIT USAHA ATRAKSI PARAGLIDING
UNIT USAHA SENI DAN BUDAYA
UNIT USAHA TRANSPORTASI
UNIT USAHA KARYA UNDAGI JASA
KONSTRUKSI
UNIT LAYANAN TERPADU
Pencapaian BumDa (Badan Usaha Milik Desa Adat)
98
2015 2016 2017 2018
1UNIT LPD 3.500 .050.1 97 3.674.108.775 2.307.582.070 1.669.346.992
2UNIT PENGELOLA PANTAI PANDAWA 5.060 .932.4 97 8.018.657.501 10.395.108.809 10.695.925.450
3UNIT GUNUNG PAYUNG CULTURAL PARK 28.84 2.708 56.328.366 193.713.234 204.398.324
4UNIT BARANG DAN JASA 229.3 24.331 583905527 579.364.380 669.859.131
5UNIT PIRANTI YADNYA 105.6 34.958 152579718 380.844.043 75.124.827
6UNIT TIMBIS PARAGLIDING 51.37 5.958 155693036 302.832.766 801.907.474
7UNIT ATRAKSI SENI DAN BUDAYA - 5.254 .984- 112.8 53.318 296.100.369
8UNIT TRANSPORTASI - 2118547 - 86.317.632
8.976.160.649 12.638.136.486 14.272.298.620 14.498.980.199
T O T A L
LABA/RUGI TAHUN
NO
UNIT USAHA
99
BERWISATA DI
KABUPATEN TOJO
UNA UNA
Kabupaten Tojo Una-Una di Sulawesi Tengah
memiliki keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan
hasil buatan manusia yang unik, indah, dan bernilai
sebagai daya tarik wisata. Adapun keanekaragaman daya
tarik wisata Kabupaten Tojo Una-Una yang terdapat di
wilayah kepulauan dan daratan, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
A. Destinasi wisata di Kabupaten Tojo Una Una
Berdasarkan RIPPARNAS dan RTRW Kabupaten
Tojo Una-Una 2011-2031, maka arahan perwilayahan
kepariwisataan Kabupaten Tojo Una-Una dikelompokan
dalam 3 (tiga) destinasi, yaitu :
1) Destinasi Kepulauan Togean atau KSPN
Togean.
100
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)
Kepulauan Togeaan, dengan Kota Wakai sebagai
Pusat Kegiatan Lokal Kepariwisataan. Objek
wisata dalam destinasi ini mencakup seluruh
objek wisata dalam Taman Wisata Laut
Kepulauan Togean yang terdapat di wilayah
Kecamatan Una-Una, Kecamatan Togean,
Kecamatan Walea Kepulauaan, dan Kecamatan
Walea Besar. Beberapa tempat wisata yang
sudah populer dan sering dikunjungi oleh
wisatawan mancanegara diantaranya adalah:
Tanjung Kramat, Pulau Kadidiri, Pulau Poyalisa,
Pulau Taupan, dan Pulau Malenge.
2) Destinasi Ampana Kota dan sekitarnya.
Destinasi Ampana Kota dan sekitarnya dengan
Kota Ampana sebagai pusat kegiatan lokal
kepariwisataan. Objek wisata dalam destinasi ini
mencakup seluruh objek wisata yang terdapat di
Kecamatan Ampana Kota, Kecamatan Ampana
Tete, dan Kecamatan Ulubongka, yaitu : Dataran
Bulan, Pantai Uetoli, Cagar Alam Tanjung Api,
101
Pantai Kota Ampana, Pantai Keke, Permandian
Alam Malotong, Air terjun Sansarino, Air Panas
Marowo, dan Sungai Bongka. Wisata budaya
yang ada terdiri dari Makam Raja Tandjumbulu
dan Adat dan Tradisi Suku Wana. Di wilayah
pedalaman, masih terdapat hutan tropis asli.
3) Destinasi Tojo dan sekitarnya.
Destinasi Tojo dan sekitarnya dengan Kota Tojo
sebagai pusat kegiatan lokal kepariwisataan. Objek
wisata dalam destinasi ini mencakup seluruh objek
wisata yang terdapat di Kecamatan Tojo dan Tojo
Barat, yaitu :Goa Galuga,   
Pantai Matako, Air Terjun Toliba, Air Terjun
Gandalari, dan Makam Raja Pileviti dan Kepala
Suku Talamoa. Di wilayah pedalaman, masih
terdapat hutan tropis asli.
Wisata bahari di Kabupaten Tojo Una Una
dipusatkan di Kepulauan Togean yang merupakan Taman
Nasional. Kepulauan Togean ditetapkan sebagai Taman
Nasional Wisata Alam laut dalam RTRWN berdasarkan
102
PP 26 tahun 2008, meliputi wilayah hutan dan perairan.
Kepulauan Togean memiliki luas kawasan ± 362.605 ha,
terdiri dari luas daratan 25.832 ha dan luas lautan
336.773 ha. Kepulauan Togean mencakup empat
kecamatan, yaitu: Kecamatan Una-Una, Kecamatan
Togean, Kecamatan Walea Kepulauan, dan Kecamatan
Walea Besar. Selanjutnya, berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011, Kepulauan Togean
ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN).
Gambar 12. Keindahan Alam Kepulauan Togean (RIPPARDA Kabupaten Tojo
Una Una).
Kepulauan Togean secara geografis terletak di
wilayah tengah Teluk Tomini yang terdiri dari pulau-pulau
besar dan kecil. Kepulauan Togean memiliki keunikan
tersendiri dari sudut pandang biogeografi, sebagai salah
KSPN TOGEAN
HIDDEN DIVING HEAVEN
ARAHAN PENGEMBANGAN
1. PENGEMBANGAN KERAGAMAN DAYA TARIK WISATA BERBASIS WISATA BAHARI, TIRTA DAN ALAM
a. PENINGKATAN KUALITAS DAN KAPASITAS PELAYANAN SARANA PRASARANA DASAR DI KAWASAN TOGEAN.
b. FASILITASI PERENCANAAN DAN PERINTISAN PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA DASAR DI KAWASAN TOGEAN
2. KONSERVASI SUMBER DAYA KEPARIWISATAAN DAN LINGKUNGAN SPESIFIK (BENTANG ALAM BAWAH LAUT / BUDAYA) TOGEAN.
3. PENGEMBANGAN JEJARING MANAJEMEN KUNJUNGAN TERPADU.
103
satu ekosistem pulau yang terletak dalam zonasi transisi
garis Wallacea dan Weber. Kepulauan Togean merupakan
kawasan wisata alam yang sangat diunggulkan, karena
memiliki potensi sumber daya perikanan,
keanekaragaman hayati biota laut dan darat serta
kekayaan budaya lokal (adat istiadat).
Kepulauan Togean merupakan kesatuan ekosistem
pulau-pulau kecil dan memiliki keanekaragaman hayati
laut dan darat, termasuk jenis endemik dan langka, sesuai
hasil penelitian Conservation International (CI), Lembaga
Oceanografi-LIPI dan Universitas Hasanuddin. Di
kawasan perairan Kepulauan Togean terdapat habitat
berbagai biota laut, berupa 262 jenis terumbu karang (di
antaranya endemis (Acropoda togeanensis)), 596 jenis
ikan (di antaranya endemis (Paracheilinus togeanensis
dan Ecsenius sp.)), 555 moluska, dan jenis langka lainnya,
seperti kima raksasa (Tridacna gigas), kima sisik (
Tridacna
squamosa
); penyu hijau (
Chelonia mydas
); penyu sisik
(
Eretmochelys imbricata
); lola (
Trochus niloticus
); dugong
(
Dugong dugong
); paus pilot.
104
Sementara di kawasan darat kepulauan, dijumpai
jenis-jenis biota darat yang dilindungi dan endemis,
seperti rusa (
Cervus timorensis
), monyet togean (
Macaca
togeanus
), biawak togean (
Varanus salvator togeanesis
),
dan jenis langka seperti kuskus beruang (
Phalanger
ursinus
), tarsius (
Tarsius spectrum
), babirusa (
Babyrousa
babirussa
), ketam kenari (
Birgus latro
), 97 jenis burung,
363 jenis flora antara lain meranti (
Shorea sp.
), kayu besi
(
Intsia bijuga
), palapi (
Heritiera sp
.), 33 jenis tumbuhan
bakau, berbagai jenis amfibi, dan reptil.
Di wilayah daratan Kabupaten Tojo Una-Una
dijumpai keanekaragaman daya tarik wisata alam dan
budaya. Adapun daya tarik wisata dimaksud dapat
dijelaskan sebagai berikut:
105
GOA GALUGA
Terletak di Desa Galuga Kecamatan Tojo Barat.
Waktu tempuh sekitar 2 jam dari Akota Ampana.
Pada lokasi gua juga terdapat tebing alam ± 200
meter.
Daya tarik wisata belum terungkap.
106

Terletak di Desa Tombiano di Desa Tojo Barat.
Berada di hutan tropis yang masih alami.
Dinding Goa yang terbentuk dari batu cadas.
Goa dihuni ribuan kelelawar.
Cerita rakyat tentang MULANGKE.
107
PANTAI MATAKO
Terletak di Desa Matako.
Pantai pasir putih, air laut jernih dan bersih.
Panorama bawah laut yang dihiasi terumbu karang
untuk atraksi snorkeling.
108
AIR TERJUN TOLIBA
Teretak di desa Toliba.
Air terjun.
Dikelilingi hutan tropis yang masih asli.
Pengamatan burung.
109
AIR TERJUN GANDALARI
Berada di Desa Gandalari.
MAKAM RAJA PILEVITI DAN KEPALA SUKU TALAMOA
Makam Raja Pileviti dan kepala suku Talamoa yang
dibangun sekitar abad ke 18 merupakan bukti sejarah
keberadaan kerajaan Tojo.
110
AIR PANAS MAROWO
Terletak di wilayah Kecamatan Ulubongka.
Rekreasi mandi air panas.
Menurut cerita masyarakat setempat jika mandi
dengan air panas dapat menyembuhkan penyakit kulit.
Objek wisata ini satusatunya tempat permandian yang
memiliki air panas dan air dingin yang alami.
111
SUNGAI BONGKA
Terletak di Kecamatan Ulubongka.
Kawasan Hulu sungai masih perawan, meliputi Hutan
Lindung, Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata.
Cocok untuk wisata petualangan arung jeram.
Panorama alam yang indah disertai aneka flora fauna.
Terdapat pemukiman masyarakat adat Tau Taa Wana
  mengarungi sungai deras dengan
menggunakan rakit bambu.
112
PANTAI KOTA AMPANA
Membentang sepanjang Kota Ampana, dari Desa
Labuan hingga Kelurahan Malotong.
Pasir putih dan air jernih.
Tempat bersantai warga kota dan wisatawan, terutama
pada sore dan malam hari.
113
CAGAR ALAM TANJUNG API
Dinamakan Tanjung Api karena adanya Gas Alam Pijar
yang keluar dari dalam bumi yang potensinya belum
diketahui.
Berjarak + 12 km dari Pusat Kota Ampana ke arah
Timur.
Tempat penelitian jenis flora dan fauna.
Aksesibilitas: menggunakan perahu bermesin tempel
atau melintasi kawasan hutan.
114
PANTAI KEKE
Berada di Kelurahan Malotong Kecamatan Ampana
Kota.
Pantai pasir putih indah dan memiliki terumbu karang
dengan tubir yang indah yang dihuni berbagai jenis ikan
karang.
115
PERMANDIAN ALAM MALOTONG
Berada di Kelurahan Malotong Kecamatan Ampana
Kota.
Air sejuk dan jernih yang keluar dari batuan karang
sebagai tempat rekreasi masyarakat lokal.
Selain dengan kendaraan, lokasi wisata ini dapat dicapai
dengan Bendi (salah satu alat transportasi yang
menggunakan pedati di tarik oleh Kuda).
116
AIR TERJUN SANSARINO
Berada di Desa Sansarino Kecamatan Ampana Kota.
Objek wisata ini memiliki air terjun yang deras dan
bersih.
Air terjun dikelilingi oleh hutan tropis yang masih asli.
117
DATARAN BULAN
Berada di dataran tinggi kecamatan Ampana Tete.
Cocok untuk atraksi trekking hutan tropis dan
pengamatan satwa.
Kehidupan tradisional masyarakat adat Wana yang
merupakan salah satu suku di Kabupaten Tojo Una
Una sampai saat ini masih dipertahankan adat istiadat
dan budayanya berupa: upacara adat, kesenian
tradisional, cara bercocok, dan berbagai kerajinan
tangan (Handy Craft) yang dapat di jadikan Souvenier.
Gambar. 13. Destinasi Wisata di Wialatyah Daratan Kabupaten Tojo Una
Una @ Ripparda Kabupaten Tojo Una Una
118
Agar pelaksanaan pembangunan selalu
memperhatikan daya ddukung lingkungan, maka
pembangunan kepariwisataan Kabupaten Tojo Una-Una
hendaknya bertumpu pada tiga pilar penting, yaitu : make
optimal use of environmental resources, respect the
socio-cultural authenticity of host communities, dan
providing socio-economic benefits to all stakeholders.
Upaya ini harus didukung oleh: Pengembangan Sadar
Wisata di kalangan masyarakat secara luas,
pengembangan program-program
Ecotourism
dan
sosialisasinya, dan optimalisasi implementasi kebijakan
ketataruangan kepariwisataan yang ramah lingkungan
dan berkelanjutan.
B. Pariwisata Kepulauan Togean
Kepulauan Togean termasuk dalam 222 kawasan
pengembangan pariwisata nasional (KPPN), 50 destinasi
pariwisata nasional (DPN) dan 88 kawasan strategis
pariwisata nasional (KSPN). Dari 222 KPPN, Kepulauan
Togean ditetapkan masuk dalam DPN TOGEAN
GORONTALO dan sekitarnya dan sebagai KSPN
TOGEANTOMINI dan sekitarnya.
119
Gambar. 14. Kepulauan Togean, Raja Ampat di Sulawesi Tengah @
kumparan.com
Wisatawan yang berkunjung ke Kepulauan Togean,
diperhadapkan pada kendala aksesibilitas transportasi
laut, baik dari arah Kota Ampana maupun Gorontalo,
berupa frekuensi pemberangkatan, ketepatan jadwal
pemberangkatan, kualitas sarana angkutan, dan
kenyamanan perjalanan. Di samping itu, wisatawan juga
sering kesulitan dalam mencapai objek wisata dari
pelabuhan transit atau dari cottage ke tempat-tempat
wisata. Berbagai kendala dalam aksesibilitas laut
membuat transportasi biaya tinggi bagi wisatawan,
berupa biaya-biaya yang harus dikeluarkan selama
120
menunggu keberangkatan kapal dan biaya-biaya karena
keinginan mencapai destinasi secara cepat.
Keinginan wisatawan untuk mencapai Kepulauan
Togean dalam waktu relatif singkat terkendala dengan
belum beroperasinya Bandar Udara Ampana. Selama ini,
wisatawan yang ingin berkunjung ke Togean dari
destinasi Bali dan Gerbang Utama Wisatawan di
Indonesia harus menempuh perjalanan melalui beberapa
kota, sebelum tiba di Destinasi Togean. Rute
penerbangan Bali-Ampana dan beberapa Gerbang Utama
secara langsung ke Ampana akan mengurangi biaya
transportasi wisatawan dalam jumlah yang signifikan.
Implikasi atas berbagai isu aksesibilitas pada
destinasi kepariwisataan Tojo Una-Una dapat dijabarkan
dalam butir-butir berikut ini:
a) Peningkatan dan pembangunan jaringan jalan yang
menghubungkan pusat pelayanan dengan objek
wisata dan antar objek wisata di wilayah daratan
Kabupaten Tojo Una-Una.
b) Pembangunan dan peningkatan simpul-simpul
pelayanan transportasi dan sarana pendukungnya,
121
seperti terminal induk di Kota Ampana dan terminal
tipe C di seluruh ibu kota kecamatan.
c) Peningkatan kualitas pelabuhan baik di wilayah
daratan maupun di wilayah kepulauan dalam rangka
pelayanan wisatawan.
d) Pengembangan transportasi udara.
e) Mengembangkan sistem transportasi wisata yang
memadukan moda transportasi darat, laut dan udara.
f) Mengembangkan usaha-usaha transportasi wisata,
baik yang dikelola BUMN, BUMD, swasta maupun
masyarakat, yang berorientasi pada kepuasan
wisatawan.
Kepulauan Togean secara keseluruhan merupakan
kawasan wisata alam yang sangat diunggulkan, karena
memiliki potensi sumber daya perikanan,
keanekaragaman hayati biota laut dan darat serta
kekayaan budaya lokal (adat istiadat). Sebagai sebuah
kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem
asli, dapat dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.
122
Keindahan panorama bawah laut yang dihiasi oleh
terumbu karang, Kepulauan Togean memiliki banyak titik
diving, yaitu: 18 titik di Kecamatan Una-Una, 28 di
Kecamatan Togean, 15 di Kecamatan Walea Kepulauan,
dan 18 di Kecamatan Walea Besar.
Sebagai bagian dari Kepulauan Togean, setiap
kecamatan memiliki kemiripan daya tarik wisata diving
dan snorkeling pada pulau dengan pasir putih yang alami,
indah dan bersih serta air laut yang jernih. Saat ini, lokasi
yang paling populer bagi wisatawan mancanegara adalah
Pulau Kadidiri dan Tanjung Keramat.
Dibalik popularitas terumbu karang, Kepulauan
Togean memiliki historis kerajaan yang berdiri pada tahun
1762 beribukota di Benteng, Raja Togean pertama
bernama Sari Buah bergelar Kolongian yang berkuasa
pada tahun 1762 1791. Ketika raja ketujuh Zakariah
(1896-1899) memerintah, Kompeni Belanda memaksa
untuk menandatangani pernyataan tunduk dan takluk
terhadap kolonial dan bersedia pusat kerajaan Togean di
pindahkan di wilayah Una-Una. Berpindahnya pusat
kerajaan, Raja Zakariah digantikan oleh Muhammad
123
Marudjeng Dg. Materru (1899 1926), dan kemudian,
Muhammad Marudjeng Dg. Materru digantikan oleh
Lapalege Laborahima. Raja terakhir di Kerajaan Una-Una
adalah Sainudin Lasahido (1946-1950).
Di wilayah Kepulauan Togean dijumpai komunitas
bajau, togean, dan babongko yang memiliki budaya, adat
istiadat dan kearifan lokal yang masih terpelihara hingga
saat ini. Hanya saja, budaya dan kearifan lokal belum
menjadi daya tarik wisata living culture yang diminati oleh
wisatawan.
C. Tujuan dan Prinsip Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil
Kepulauan Togean
Negara Indonesia merupakan salah satu tempat
yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati
(
biodiversitas
) yang luar biasa besar. Beragam tumbuhan,
hewan, jamur, bakteri, dan jasad renik lain banyak
terdapat di Republik Indonesia ini. Bahkan banyak jenis
makhluk hidup yang merupakan makhluk hidup endemik
atau hanya ditemukan di suatu daerah saja. Seperti
hewan purba Komodo, orang utan, macan dan lainnya.
124
Agar keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia
ini tetap terjaga dengan baik, diperlukan suatu usaha
yang sungguh-sungguh seperti pelestarian terhadap
keanekaragaman hayati tersebut. Salah satu upaya untuk
pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia yaitu
dengan melakukan perlindungan alam seperti pembuatan
taman nasional.
Taman nasional yaitu kawasan pelestarian alam
yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem
zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya
pariwisata, dan rekreasi.
Pemerintah Indonesia telah mengembangkan
berbagai taman nasional yang tersebar di beberapa
daerah di seluruh kawasan di Indonesia. Menurut UU No.
5 Tahun 1990 Taman Nasional adalah kawasan
pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola
dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya, pariwisata, dan rekreasi (pasal 1 butir 14 UU
No. 5 Tahun 1990).
125
Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan
ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang
mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan
dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya
alam hayati dan ekosistemnya (Pasal 1 butir 13 UU No. 5
Tahun 1990).
Gambar. 15. Taman Nasional yang ada di Indonesia
Salah satu Taman Nasional yang berada di Indonesia
adalah Taman Nasional Kepulauan Togean yang terletak
dalam zona transisi garis Wallace dan Weber dan
merupakan gugusan pulau-pulau kecil yang melintang di
tengah Teluk Tomini. Kawasan Taman Nasional
126
Kepulauan Togean (TNKT) terletak pada koordinat
 - 
BT, memanjang sekitar 102,7 km. Secara administratif,
kawasan TNKT terletak di Kabupaten Tojo Una-Una,
Provinsi Sulawesi Tengah.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor: SK.418/Menhut-II/2004, luas penunjukkan
kawasan Taman Nasional Kepulauan Togean adalah ±
362.605 Ha yang terdiri kawasan darat seluas 25.832 ha
dan kawasan perairan laut seluas ± 336.773 Ha.
Dalam perkembangannya, luas kawasan TNKT
mengalami perubahan. Berdasarkan SK 869/Menhut-
II/2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan
Propinsi Sulawesi Tengah bahwa kawasan hutan dan
konservasi perairan propinsi Sulawesi Tengah memiliki
luas ± 4.274.687 ha. Untuk kawasan TNKT sesuai dengan
peta Lampiran SK tersebut, serta berdasarkan analisa
SHP diketahui bahwa luas kawasan TNKT seluas ±
365.241,08 ha yang terdiri dari kawasan darat seluas ±
25.121,72 ha dan perairan laut seluas ± 340.119,36 ha.
127
Gambar. 16. Letak Geografis Kepulauan Togean @ Pemprov. Sulawesi
Tengah
Hal ini diperkuat oleh Surat Kepala BPKH XVI Palu
Nomor.S.13/BPKH/ISDHL/SDH.0/1/2016 perihal data
kawasan hutan Taman Nasional Kepulauan Togean. Jika
dibandingkan dengan SK Menteri Kehutanan Nomor
SK.418/Menhut-II/2004, terjadi perubahan luas kawasan,
dimana luas kawasan darat berkurang seluas ± 710 ha
128
sedangkan kawasan perairan laut bertambah seluas ±
3.346 Ha.
Batas wilayah kawasan Taman Nasional Kepulauan
Togean adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Provinsi Gorontalo dan Teluk
Tomini.
Sebelah Timur : Laut Maluku
Sebelah Selatan : Lautan dalam dan daratan pulau
Sulawesi.
Sebelah Barat : Teluk Tomini dan lautan dalam
Pengelolaan pulau-pulau kecil terutama bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
penghuninya. Oleh karena itu keterlibatan aktif
masyarakat sejak tahap perencanaan sampai dengan
tahap monitoring dan evaluasi sangat diperlukan sehingga
kegiatan yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan potensi sumberdaya lokal yang
selanjutnya akan terbangun rasa memiliki terhadap
sumberdaya yang ada.
Dalam pengelolaan pulau-pulau kecil,
keterlibatan/partisipasi masyarakat sejak proses
129
perencanaan sampai dengan pelaksanaan serta evaluasi
sangat diperlukan. Hal ini dilakukan agar pengelolaan
pulau-kecil lebih akuntabel dan sesuai dengan proses
demokratisasi. Salah satu permasalahan yang dihadapi
masyarakat pulau-pulau kecil adalah terisolasinya
kawasan tersebut dari akses informasi dan teknologi yang
disebabkan belum tersedianya fasilitas transportasi dan
komunikasi. Oleh karena itu perlu dibangun sarana dan
prasarana yang memadai sehingga perkembangan
informasi dan teknologi dapat dinikmati masyarakat. Yang
pada gilirannya akan meningkatkan arus modal dan
pemasaran. Dengan demikian akan merangsang minat
para investor untuk berinvestasi di pulau-pulau kecil.
Ekosistem pulau-pulau kecil cenderung memiliki
spesies endemik yang tinggi, memiliki resiko lingkungan
yang tinggi, dan terbatasnya daya dukung pulau
(ketersediaan air tawar dan tanaman pangan), sehingga
sangat rentan terhadap segala bentuk perubahan baik
disebabkan faktor alam maupun manusia. Adanya
inventarisasi dan kajian terhadap penetapan kawasan
konservasi baru sangat membantu dalam menjaga
130
kelestarian ekosistem pulau-pulau kecil yang bersifat
khas tersebut. Perencanaan pengembangan dan
pengelolaan kawasan konservasi laut di wilayah pulau-
pulau kecil perlu dilakukan secara terpadu antara pusat
dan daerah.
Gambar. 17. Peta Taman Nasional Kepulauan Togean (tnkepulauantogean.id)
Kajian kebutuhan pengembangan kawasan
konservasi perlu dilakukan secara nasional, dengan
mempertimbangkan karakteristik alamiah biofisik dan
131
keterkaitan fungsi dukungan biologis dari beberapa
kawasan perairan yang dapat dipandang sebagai suatu
kesatuan kawasan ekologis
(eco-region).
Sebagai contoh
untuk mendukung kawasan
eco-region
laut Sulu
Sulawesi (antara Indonesia, Malaysia dan Filipina), di
pihak Indonesia dibutuhkan pengembangan beberapa
kawasan konservasi yang meliputi pesisir dan pulau-pulau
kecil di propinsi Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur.
Kekayaan sumber daya alam laut pulau-pulau kecil
dengan kualitas keindahan dan keasliannya berpotensi
menjadi tujuan wisata seperti
cruising
,
yachting
,
diving
,
surfing
, dan
fishing
serta marine
eco-tourism.
Di samping
itu, wilayah pulau-pulau kecil juga mempunyai potensi
wisata terrestrial, yaitu wisata dengan pemanfaatan lahan
daratannya. Wisata terrestrial pulau-pulau kecil
merupakan daya tarik tersendiri bagi penikmat pariwisata,
mengingat kawasan pulau-pulau kecil adalah pulau-pulau
yang sangat sepi (bahkan tidak terjamah oleh penduduk),
sehingga alamnya masih sangat asri, disamping itu juga
akan banyak ditemui flora fauna endemik di kawasan
tersebut
132
Dengan mempertimbangkan peran ekonomis dan
fungsi ekologis serta potensi sumberdaya pulau-pulau
kecil tersebut maka kegiatan kepariwisataan dilakukan
melalui pendekatan ekosistem, pemberdayaan
masyarakat setempat, pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya secara berkelanjutan.
Kawasan taman nasional adalah kawasan
pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola
dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya, pariwisata, dan rekreasi alam. Dengan melihat
potensi sumberdaya alam kawasan TNKT, maka kegiatan
pemanfaatannya yang direncanakan dalam periode
pengelolaan ini antara lain:
1. Pemanfaatan untuk Penelitian, Ilmu Pengetahuan
dan Pendidikan
Dalam pemanfaatan potensi sumber daya alam
untuk penelitian dan ilmu pengetahuan dan pendidikan
ini dapat dilakukan kegiatan penelitian dasar dan
penelitian terapan untuk kepentingan pengelolaan dan
budidaya. Untuk mendukung kegiatan ini maka perlu
133
dilakukan kerjasama dengan lembaga ilmu pengetahuan
seperti Perguruan Tinggi (PT), Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) ataupun dengan Balai
Penelitian Kehutanan (BPK) Manado. Kerjasama dengan
LIPI atau dengan PT diarahkan untuk kegiatan penelitian
dasar, sementara kerja sama dengan BPK diarahkan
untuk penelitian terapan bagi kepentingan pengelolaan
kawasan.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka kegiatan
pertama yang harus dilakukan adalah penyusunan
rencana dan skala prioritas program penelitian dan
pengembangan. Hal ini diperlukan agar kegiatan
penelitian dan pengembangan dilaksanakan lebih terarah
dan memberikan nilai guna yang optimal bagi pengelolaan
kawasan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Sebagai
contoh penelitian tentang perilaku dan biologi reproduksi
satwa endemik togean, daerah pemijahan ikan di
kepulauan togean, identifikasi tempat peneluran penyu,
atau penelitian terkait sosial ekonomi masyarakat
kepulauan togean seperti kebudayaan Suku Bobongko,
dan kehidupan sosial masyarakat Suku Bajo.
134
Beberapa kegiatan yang mendukung pemanfaatan
untuk penelitian dan ilmu pengetahuan dan pendidikan
yang direncanakan antara lain:
1. Identifikasi objek-objek penelitian dan penyusunan
rencana penelitian
2. Pengembangan kerjasama dalam program
penelitian dan ilmu pengetahuan
3. Kegiatan penelitian dasar dan terapan
4. Desiminasi hasil kegiatan penelitian dan ilmu
pengetahuan
5. Identifikasi objek dan lokasi untuk kegiatan
pendidikan dankesadaran konservasi
2. Pemanfaatan untuk Rekreasi dan Pariwisata Alam
Potensi lainnya yang terdapat dalam kawasan TNKT
yaitu objek daya tarik wisata. Potensi kawasan ini sangat
besar karena pariwisata di kepulauan ini memberikan dua
keindahan sekaligus, di darat dan laut. Dalam hal
pengelolaan wisata, bentuk wisata ekologis (ekowisata)
merupakan pilihan yang paling tepat dalam pengelolaan
pariwisata di Kepulauan Togean dengan pertimbangan
135
bahwa wisatawan dan pengelola wisata adalah orang-
orang yang mengerti dan peduli tehadap
lingkungan/ekologi, sehingga pengelolaan pariwisata
diharapkan menekankan pada prinsip-prinsip
pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan
pemahaman yang mendukung pelestarian sumberdaya
alam yang berkelanjutan.
Beberapa potensi obyek daya tarik wisata alam yang
berpotensi untuk dikembangkan menjadi suatu atraksi
wisata alam antara lain: wisata bahari (
diving, snorkeling,
fishing
), wisata alam, serta wisata budaya dan sejarah.
Keseluruhan obyek tersebut memerlukan pengelolaan
dan pengembangan agar dapat bermanfaat secara
optimal. Rencana kegiatan untuk pemanfaatan rekreasi
dan pariwisata alam TNKT adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan
masterplan
ekowisata
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa bentuk
wisata ekologis merupakan pilihan yang paling tepat
dalam pengelolaan pariwisata di Kepulauan Togean dan
saat ini menjadi kecenderuangan dalam perkembangan
wisata global.Ekowisata tidak hanya menjual objek daya
136
tarik wisata namun ada unsur pendidikan konservasi,
berwawasan lingkungan, dan pelibatan masyarakat di
dalamnya.
2. Publikasi dan promosi wisata Kepulauan Togean
Sampai dengan saat ini, Kepulauan Togean menjadi
salah satu destinasi unggulan untuk kegiatan wisata
bahari. Namun untuk lebih mengkampanyekan Kepulauan
Togean perlu upaya publikasi melalui berbagai media,
baik cetak (leaflet, poster, koran, majalah) maupun
elektronik (tv, radio,
website
), bahkan dengan pertemuan-
pertemuan seperti seminar atau
workshop
.
3. Pengelolaan pengunjung
Bentuk kegiatannya antara lain: pengelolaan jumlah
pengunjung, pendataan pengunjung, pelayanan dan
pendampingan pengunjung. Kegiatan ini dapat
bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Tojo Una-Una.
4. Pelatihan pengelola dan guide wisatawan,
137
Kerjasama antara pihak BTNKT dan pengelola
kegiatan wisata (pemilik resort,
cottage
, operator wisata,
operator
diving
) serta
guide
wisatawan dapat dilakukan
melalui kegiatan pelatihan, ataupun sosialisasi perundang-
undangan terkait kawasan dan ijin pengusahaan
pariwisata alam.
3. Pemanfaatan untuk Menunjang Kegiatan Pertanian
Pemanfaatan kawasan untuk keperluan pertanian di
Kepulaun Togean sudah ada sejak lama oleh masyarakat
khususnya Suku Bobongko.Jenis tanaman pertanian yang
diusahakan oleh masyarakat umumnya adalah tanaman
perkebunan yaitu kelapa, cengkeh, cokelat, lada, pala,
durian dan sagu. Sistem pertanian yang dilakukan
tergolong ekstensif dimana untuk meningkatkan
penghasilan dari lahan pertanian dilakukan dengan cara
pembukaan areal baru, sedangkan dalam pengolahannya
penggunaan bahan kimia untuk pupuk dan pestisida
masih tergolong rendah.
Sebagian besar masyarakat di Kepulauan Togean
berusaha di sektor pertanian, akan tetapi batas-batas
areal pertanian masyarakat dan batas kawasan taman
138
nasional hingga saat ini tidak jelas dan tidak diketahui
sebagian besar masyarakat, hal ini disebabkan penataan
batas kawasan hutan yang kemudian dijadikan batas
taman nasional belum pernah dilakukan secara
menyeluruh dan terkoordinasi dengan baik. Oleh
karenanya rencana kegiatan untuk pemanfaatan
pertanian adalah sebagai berikut:
1. Penataan zona pemanfaatan darat untuk pertanian
2. Pengaturan pemanfaatan untuk pertanian
4. Pemanfaatan untuk Menunjang Kegiatan Perikanan
Penangkapan ikan dan budidaya kerang mutiara
adalah bentuk kegiatan pemanfaatan kawasan perairan di
Kepulauan Togean.Kegiatan penangkapan ikan masih
dalam skala kecil yang sangat mengandalkan pada unit
ekonomi keluarga dan penggunaan peralatan tangkap
tradisional, seperti jaring, bubu dan kail. Secara umum,
aktivitas pemanfaatan kawasan laut oleh masyarakat
yang berada di dalam kawasan Taman Nasional
Kepulauan Togean, terbagi menjadi perikanan pelagik dan
penangkapan ikan karang.
139
Penangkapan ikan pelagik dilakukan dengan
rompong atau rakit yang diikat jangkar dan diletakkan di
laut dalam.Jenis ikan yang menjadi sasaran penangkapan
antara lain tuna, lajang (
Decapterus macrosoma
), dan
deho atau cakalang (
Gymnosarda unicolor
).Penangkapan
ikan karang sangat umum dilakukan di Kepulauan
Togean.Secara subsisten, nelayan setempat sejak dahulu
menggunakan kail untuk menangkap berbagai jenis ikan
karang, khususnya kerapu.Penangkapan ikan karang
semakin marak dilakukan saat diperkenalkannya
perdagangan ikan karang hidup untuk keperluan ekspor.
Rencana kegiatan untuk pemanfaatan perikanan adalah
sebagai berikut:
1. Penataan zona pemanfaatan perairan
2. Pengaturan pemanfaatan perikanan
Dengan adanya penzonaan tentang pemanfaatan
tradisonal di bidang perikanan, maka akan memudahkan
bagi nelayan di Kepulauan Togean dalam memanfaatkan
sumberdaya ikan baik ikan pelagik maupun ikan karang
(demersal). Sedangkan pengaturan pemanfaatan ikan
dilakukan sebagai upaya untuk menghindari nelayan
140
menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan
seperti pukat harimau/
trawl
, bahan peledak, atau bius
ikan/
potassium sianida
.
D. Berlibur di Kepulauan Togean
Berlibur di Kepulauan Togean memiliki keunikan
tersendiri, karena Kepulauan Togean merupakan salah
satu Kawasan Taman Nasional yang harus dijaga
kelestarian alamnya. Wisatawan dan pengelolanya wajib
menjaga alamnya, walaupun diberikan kesempatan oleh
pemerintah untuk memanfaatkannya sebagai lokasi
wisata alam.
Sebagaimana tertuang dalam Permen LHK No.
35/2016 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pengelolaan pada Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan
Pelestarian Alam, nilai penting kawasan atau Fitur Kunci
adalah keanekaragaman hayati; atau ekosistem; atau
geomorfologi; atau bentang alam; budaya; atau situs pra
sejarah yang menjadi ciri khas dan prioritas pengelolaan
pada unit KSA/KPA. Adapun yang menjadi nilai penting
kawasan Taman Nasional Kepulauan Togean yaitu antara
lain:
141
1. Coral Triangle
Kepulauan Togean merupakan salah satu bagian
ekosistem gitiga terumbu
karang(
coral triangle
   -area yang
memiliki keragaman karang tertinggi di dunia.
Coral
triangle
ini meliputi wilayah Indonesia, Philipina, Malaysia,
Papua Nugini, hingga Kepulauan Microneasia.Dalam
dokumen Marine RAP (2001) dinyatakan bahwa Togean

the heart of coral triangle

Dari hasil
Marine Rapid Assessment Program
(MRAP)
di kepulauan togean, yang dilakukan oleh CII
bekerjasama dengan Lembaga Oceanografi LIPI dan
Universitas Hasanuddin tahun 1998 setidaknya
ditemukan 262 jenis terumbu karang yang masuk ke
dalam 19 famili pada 25 titik, dan satu jenis karang
endemik, yaitu
Acropora togeanensis
yang ditemukan
pada 11 titik. Dari 91 jenis
Acropora
yang terdapat di
Indonesia, 78 jenis diantaranya terdapat di Kepulauan
Togean.
Berdasarkan hasil monitoring tahun 2015,
diketahui bahwa tutupan karang berkisar antara 23,32 %
142
- 59,0 %. Dari data di atas secara umum menunjukkan
bahwa tutupan karang di kawasan Taman Nasional
Kepulauan Togean tergolong sedang.
Sementara itu biota laut yang ditemukan dalam
kawasan perairan dari hasil MRAP tersebut yaitu antara
lain 596 jenis ikan diantaranya endemik (
Paracheilinus
togeanensis
dan
Ecsenius sp.
), 555 moluska serta jenis
langka lainnya seperti Kima raksasa (
Tridacna gigas
), Kima
sisik (
Tridacna squamosa
), Penyu hijau
(Chelonia mydas
),
Penyu sisik (
Eretmochelys imbricata
), Lola (
Trochus
niloticus
), Dugong (
Dugong dugong
), dan Paus pilot.
2. Habitat bagi Satwa Endemik
Kepulauan Togean juga menjadi habitat bagi satwa
endemik seperti monyet togean dan babirusa.Monyet
togean yang menjadi salah satu ikon satwa di Kepulauan
Togean hanya ditemukan di Pulau Malenge (SPTN
Wilayah III).Hasil kegiatan monitoring populasi macaca
tahun 2016 menunjukkan jumlah populasi macaca
sebesar 183 individu.Data perbandingan populasi macaca
tahun 2010 s/d tahun 2016 (Sumber : Laporan Kegaiatan
Monitoring macaca togean, 2016)
143
Sementara itu, babirusa togean (
Babyrousa
babyrussa togeanensis
) merupakan satwa khas dan
endemik di Kepulauan Togean yang masuk dalam daftar
25 jenis satwa terancam punah prioritas (sesuai
The
IUCN Red List of Threatened Species
).Populasi babirusa
berdasarkan hasil identifikasi dan monitoring terdapat di
hutan sekitar desa Taningkola (P. Batudaka) dan hutan
sekitar Langger dan Benteng (P. Togean).Berdasarkan
hasil monitoring, diketahui dugaan total populasi babirusa
di Pulau Batudaka, yaitu kawasan hutan di sekitar Desa
Taningkola dan Wakai Tua adalah 424 individu.
Biota darat lainnya yang ditemukan dan menjadi
dasar pertimbangan penunjukkan Taman Nasional Kep.
Togean yaitu antara lain :Biawak togean (
Varanus
salvator togeanesis
), dan jenis langka seperti Kuskus
beruang (
Phalanger ursinus
), Tarsius (
Tarsius spectrum
),
Babi rusa (
Babyrousa babirussa
), Ketam kenari (
Birgus
latro
), 97 jenis burung, 363 jenis flora antara lain Meranti
(
Shorea sp.
), Kayu besi (
Intsia bijuga
), Palapi (
Heritiera
sp.
), 33 jenis tumbuhan mangrove, serta berbagai jenis
amphibia dan reptilia.
144
3. Destinasi Wisata Nasional Propinsi Sulawesi Tengah
Berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah
Nomor: 35 Tahun 2016 tentang Penetapan Destinasi
Wisata Priorotas Sulawesi Tengah, Taman Nasional
Kepulauan Togean merupakan salah satu prioritas
Pemprov Sulawesi Tengah untuk dibenahi dan
dikembangkan yang akan menjadi daya tarik objek wisata
bagi provinsi tersebut.Destinasi wisata lainnya yaitu
meliputi wisata cagar budaya megalitikum di Lembah
Besoa dan Megalitikum di Lembah Bada, Kabupaten
Poso, Danau Lindu dan wisata paralayang di Matantimali
Kabupaten Sigi.
Ketika mendengar Kepulauan Togean, pastinya kita
akan membayangkan pulau-pulau kecil yang indah di sana
sebagai tempat berlibur. Ada gugusan pulau besar dan
kecil yang berjumlah sekitar 66 pulau. Pulau besar yang
ada di sini yaitu Pulau Batudaka, Pulau Togean/Togian,
Pulau Una-una, Pulau Talatako, Pulau Walea Kodi, dan
Pulau Walea Bahi. Pulau yang lebih kecil contohnya Pulau
Kadidiri dan Pulau Malenge, Pulau papan dan lain-lain.
145
Berikut ada beberapa alternative tempat liburan yang
indah.
4. Pulau Kadidiri
Pulau Kadidiri adalah destinasi pertama yang wajib
kamu kunjungi saat berlibur di Pulau Togean. Pulau ini
bisa dibilang sebagai spot favorit wisatawan untuk
snorkeling. Tempat ini merupakan surga kehidupan
terumbu karang Togean. Selain terkenal akan keindahan
bawah lautnya, pulau ini juga dikenal dengan suasananya
tenang. Pas banget buat kamu yang ingin menenangkan
pikiran ataupun menyendiri untuk sementara.
Di pulau ini ada tiga resort yang bisa jadi tempatmu
menginap. Salah satunya adalah Paradise Resort.
Resort
yang menghadap langsung ke bibir pantai ini menawarkan
panorama pantai yang indah. Di sekitar
resort
juga
terdapat dermaga fotogenik dan beberapa pohon kelapa
rindang.
Nuansa sore di Kadidiri sungguh memanjakan.
Panorama matahari terbenam memancarkan corak
memikat, perpaduan pantulan warna hijau toska dan
146
jingga khas senja. Sungguh sayang jika tak diabadikan
dalam bentuk foto.
Gambar. 18. Pulau Kadidiri (travelingyuk.com)
5. Pulau Malenge
Selanjutnya, kamu bisa mengunjungi Pulau Malenge.
Malenge adalah salah satu pulau terpencil yang ada di
Togean.Pulau Malenge ini meliputi dua bagian yaitu Pulau
Papan dan Pulau Kadoda yang dihubungkan sebuah
jembatan kayu yang panjang.
Keindahan terumbu karang dan biota laut di sekitar
Pulau Malenge masih terjaga dengan baik berkat Suku
Bajo yang menghargai alam tempat tinggal mereka.
147
Snorkeling dan diving adalah hal yang harus lakukan saat
mengunjungi pulau ini.
Tak hanya menikmati keindahan bawah lautnya,
wisatawan juga bisa berjemur di pantai. Wisatawan
tinggal datang saja ke Pantai Kadoda, Bonavang,
Poponoton dan Pantai Batuengkang yang terkenal
dengan pasir putihnya.
Para pengunjung juga bisa trekking menjelajahi
hutan tropis yang asri dan alami. Di hutan ini berdiam
beragam flora dan fauna endemik Sulawesi. Selain itu,
aktivitas sehari-hari masyarakat Suku Bajo juga menjadi
pemandangan menarik di Pulau Malenge.
Gambar. 19. Pulau Malenge (Garnesia.com)
148
6. Pulau Una Una
Jika biasanya pantai memiliki pasir berwarna putih,
di Pulau Una-una kamu bisa menemukan pasir dengan
kombinasi warna putih dan hitam. Pasalnya, di pulau ini
terdapat sebuah gunung berapi aktif yaitu Gunung Colo
yang pernah meletus pada waktu itu. Letusan dari gunung
berapi tersebut menyebabkan bercampurnya material
vulkanik dengan pasir pantai.
Pulau Una-Una yang terletak di utara Pulau
Togean ini tak hanya terkenal akan keindahan wisata
baharinya. Kawah Gunung Colo juga menarik untuk
dikunjungi. Selain itu kamu juga bisa menikmati sunset
dari
resort
yang ada di sana. Dijamin pengunjung bakal
makin terpesona sama Pulau Una-Una dan selalu akan
pingin kembali lagi.
149
Gambar.20. Pulau Una Una @ Indonesia-Tourism.com
7. Danau Morina
Indonesia memiliki beberapa danau yang menjadi
habitat ubur-ubur tanpa sengat. Selain Danau Kakaban
dan Maratua di Kaltim, juga Danau Lenmakana dan
danau-danau lainnya di Misool Raja Ampat. Ternyata
Danau Mariona di kepulauan Togean juga menjadi habitat
dari
stingless jellyfish
. Tidak hanya ubur-ubur, di pinggir
pantaipun kamu bisa menjumpai ikan-ikan kecil yang
berenang ke sana kemari.
Keunikan lainnya di danau Mariona adalah air danaunya
yang payau dan tidak asin, padahal letaknya di tengah
150
lautan. Jika air sedang pasang mungkin saja antara air laut
dan air danau akan bercampur.
Setelah puas menikmati keindahan bawah lautnya,
di tepi danau juga terdapat gazebo yang bisa wisatawan
gunakan untuk menikmati pemandangan Danau Mariona.
Selain itu, sunset di sini juga terkenal sangat indah.
Gambar. 21. Marischka Berenang Bersama Ubur-ubur di Kepulauan Togean
Foto: Instagram (@marischkaprue)
151
E. Pulau Papan Punya Cerita
Pulau Papan di Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi
Tengah memiliki pesona yang tak kalah cantik dengan
Pulau Bali atau Lombok. Pulau yang dihuni oleh suku Bajo
ini punya ciri khas unik yakni mayoritas rumah di sana di
bangun di atas air.
Suku Bajo merupakan salah satu suku di Indonesia
yang terkenal sebagai suku yang hidup berpindah-pindah.
Namun saat ini, kehidupan dari suku Bajo tidaklah
senomaden para pendahulu mereka, banyak dari anggota
suku Bajo yang telah menetap tinggal di suatu pulau.
Salah satunya di salah satu pulau yang termasuk ke dalam
kawasan Taman Nasional Kepulauan Togean. Suku Bajo
tinggal mendiami beberapa pulau di kawasan taman
nasional yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten
Tojo Una-una, Provinsi Sulawesi Tengah. Salah satu pulau
di Taman Nasional Kepulauan Togean yang banyak
ditempati oleh suku Bajo adalah Pulau Papan.
Pulau papan adalah pulau yang sangat cantik dan
terunik yang patut kita coba kunjungi dan tidak akan
pernah akan kita sesali. Sebagian besar rumah warga
152
tidak berada di daratan, tetapi rumah panggung di atas
laut. Biasanya, pulau yang dihuni oleh manusia akan rusak
keindahannya. Tapi hal ini tidak akan kita temukan di
pulau papan. Laut di sekitar pulau papan masih sangat
terjaga. Terumbu karang banyak, ikan banyak, dan airnya
jernih.
Gambar 22. Rumah masyarakat di Pulau Papan @ Putrawan Habibi
Sebagian besar masyarakat yang mendiami Pulau
Papan adalah suku Bajo, meskipun ada juga sebagian kecil
dari suku Togean dan suku Bobonko dan mereka sangat
menghargai lautan sebagai tempat mereka hidup dan
153
mencari nafkah. Suku bajo dan lautan memang sudah
seperti menjadi satu kesatuan tubu yang tidak bisa
dipisahkan. Lautan adalah sumber kehidupan suku bajo.
Itulah kenapa suku bajo sangat menjaga lautan. Dan itu
juga lah yang menjadi alasan kenapa laut di sekitar pulau
papan bisa sangat bersih
Menurut sejarah, orang-orang suku Bajo berasal
dari Kepulauan Sulu di wilayah Filipina Selatan yang
hidup nomaden di lautan lepas. Perjalanan di laut lepas
membawa mereka masuk ke wilayah Indonesia, salah
satunya di sekitar Pulau Sulawesi ratusan tahun lalu.
Suku Bajo dikenal dengan kemampuan melautnya
yang sangat baik. Berprofesi sebagai nelayan, orang-
orang Bajo memiliki kelihaian dalam menjalankan profesi
mereka. Salah satunya adalah kemampuan berenang
mereka sambil menahan nafas di dalam air dengan durasi
yang cukup panjang. Banyak anggota suku Bajo yang
dapat menahan nafas mereka ketika menyelam mencari
ikan ataupun gurita. Kemampuan tersebut tentunya
merupakan kemampuan yang sangat luar biasa. Saat ini
suku Bajo sudah banyak membaur dengan suku-suku
154
lainnya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Tak sedikit
juga orang Bajo yang mendiami Pulau Papan dan menikah
dengan orang lokal.
Gambar 23. Jembatan Papan sepanjang 1 Km yang menghubungkan Pulau
Papan dan Pulau Malenge @kumparan.com
Di Pulau Papan, pengunjung dapat menemukan
sebuah jembatan panjang sekitar satu kilometer yang
menghubungkan Pulau Papan dengan Puau Malenge
yang menjadi pusat kelurahan dari wilayah setempat. Di
tengah desa di Pulau Papan terdapat satu tempat yang
dinamai Puncak Batu Karang. Puncak ini biasa dijadikan
tempat para anak-anak Suku Bajo untuk bermain bersama
para wisatawan. Dari atas puncak ini dapat terlihat
155
keseluruhan panjang jembatan dan juga pemandangan
laut di sekitar Pulau Papan.
Gambar. 24. Pemandangan dari puncak batu karang di Pulau Papan
@baraba.com
Pulau Papan yang masuk dalam bagian Taman
Nasional Kepulauan Togean (TNKT), juga memiliki
kekayaan dan keindahan bawah laut sehingga tak heran
jika pulau ini menjadi destinasi wisata favorit Pemerintah
Provinsi Sulawesi Tengah.
156
Gambar 25. Keramahan anak-anak di Pulau Papan Bersama pengunjung @
Putrawan Habibi
Keramahan Suku Bajo merupakan hal lain yang
dapat dijumpai dan menjadi kenangan baik dari pulau ini.
Dengan antusias yang tinggi, anak-anak Suku Bajo tak
akan sungkan untuk mengajak para pengunjung yang
datang ke Pulau Papan untuk bermain dan berkeliling
mengitari desa tempat tinggal mereka. Sikap ramah yang
ditunjukkan oleh para anak-anak Suku Bajo ini tentunya
akan menimbulkan kenangan yang tak terlupakan bagi
para wisatawan yang pernah berkunjung ke Pulau Papan.
157
Ingat, karena Pulau Papan merupakan salah satu
Pulau kecil di Gugusan Kepulauan Togean maka, penting
untuk diketahui jadwal kapal feri yang akan mengantar
kita menuju Pulau Papan. Setidaknya ada dua rute
transportasi penyemberangan ke Kepulauan Togean yang
bias menjadi rujukan wisatawan, yaitu:
1. Ampana Wakai (Pulau Batudaka, Kepulauan
Togean)
Rute yang saya ambil waktu itu adalah berangkat
naik kapal feri dari Pelabuhan Feri Uebune Ampana.
Untuk menuju Ampana, kamu bisa ambil penerbangan
dari Palu. Kalau mau lebih hemat, ambil jasa mobil travel.
Dari Ampana, setiap harinya ada jadwal kapal dari
penyedia yang berbeda yang berangkat ke Togean. Ada
speedboat, fastboat, taxy boat, public boat,
juga
ferry
boat
. Nah, kapal feri berangkat dari pelabuhan yang
berbeda dari kapal lainnya, jadi jangan sampai salah ya.
Kapal Feri dari Pelabuhan Feri Uebune
Dengan  
we bridge the nation
 
menjadi jembatan pelayaran jarak dekat antar pulau.
158
Begitu pula dengan transportasi ke Togean, feri ASDP
melayani rute Ampana Wakai.
Gambar. 26. Suasana penyeberangan di Pelabuhan Desa Kadoda di Pulau
Papan @ Putrawan Habibi
Pelabuhan yang melayani rute ini adalah Pelabuhan
Feri Uebune. Lokasinya sedikit menjauh dari kota.
Wisatawan akan melewati bandara tanjung api sebelum
sampai ke pelabuhan ini. Jenis kapal yang digunakan
adalah Kapal Bodi (
Fast Boat
),
Speed Boat, Taxy Boat,
Public Boat
dari Pelabuhan Ampana
159
Keunggulan naik kapal feri dari Uebune Ampana:
Walaupun ombak sedang tinggi, kapal biasanya
akan tetap berangkat karena ukurannya besar.
Tentunya lebih nyaman karena ukurannya besar,
juga banyak tempat tidur dan kursi yang empuk.
Jangankan bawa motor, bawa mobil aja bisa.
Kekurangan naik kapal feri dari Uebune Ampana:
Waktu tempuh yang lama yaitu 6 jam
Titik perhentian hanya di Wakai (Pulau
Batudaka). Kalau mau menginap di pulau lainnya,
pastikan telah berkomunikasi dengan pihak
penginapan sebelumnya, supaya bisa dijemput
ketika ingin berangkat ke Pulau yang dituju.
Kalau memilih kapal selain kapal feri sebagai sarana
transportasi ke Pulau Togean, wisatawan harus datang ke
Pelabuhan Ampana. Lokasinya masih di dalam Kota
Ampana, dekat perkampungan suku bajo. Ada beberapa
penyedia layanan penyeberangan. Gerai-gerai penjualan
tiketnya biasanya ada di dalam kota. Wisatawan bisa
bertanya ke penduduk sekitar atau diantar ojek untuk
menemukan lokasinya.
160
Keunggulan naik kapal selain feri:
Waktu tempuh dari Ampana ke Wakai relatif
lebih cepat.
Spead boat
1,5 jam,
fast boat
2 jam,
public boat
4 jam,
taxy boat
5 jam.
Beberapa <