Available via license: CC BY-SA 4.0
Content may be subject to copyright.
116
Jurnal Sains Farmasi & Klinis
p-ISSN: 2407-7062 | e-ISSN: 2442-5435
homepage: http://jsfk.ffarmasi.unand.ac.id
DOI : 10.25077/jsfk.8.2.116-127.2021
ORIGINAL ARTICLE J Sains Farm Klin 8(2):116–127 (Agustus 2021) | DOI: 10.25077/jsfk.8.2.116-127.2021
Pendahuluan
Skin whitening atau pemutih kulit merupakan salah
satu produk kosmetik yang banyak diminati. Akan
tetapi belakangan ini kosmetik pemutih kulit diketahui
menggunakan bahan berbahaya yang dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan kulit seperti merkuri. Merkuri
merupakan salah satu bahan aktif yang sering digunakan
dalam kosmetik karena efek pemutihannya yang relatif
lebih singkat. Kandungan amina klorida dan asam klorida
dalam merkuri dapat menyebabkan terjadinya penipisan
kulit bahkan dapat menyebabkan terjadinya kanker kulit
[1,2].
Pengembangan kosmetik dari bahan alam sudah
banyak diterapkan di beberapa industri kosmetik.
Produk pemutih wajah baru-
baru ini banyak dikembangkan
dari bahan alam yang dinilai
memiliki efektivitas yang sama
dengan potensi kemananan yang
lebih baik dibandingkan dengan
bahan sintetik. Pengembangan
Arcle history
Received: 02 Mei 2021
Accepted: 21 juni 2021
Published: 05 Agust 2021
Access this arcle
Aplikasi Gold Nanopartikel dengan
Bahan Alam sebagai Kosmetik
Pemutih Wajah: Tinjauan Sistematis
(Application of gold nanoparticle with natural ingredients as a skin whitening
cosmetic: a systematic review)
Lisnawati Tiara Putri1, Yandi Syukri2 & Sista Werdyani*3
1Program Studi Farmasi, Universitas Islam Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
2Jurusan Farmasi, Universitas Islam Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
3Laboratorium Kimia Farmasi, Jurusan Farmasi, Universitas Islam Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
ABSTRACT: The use of natural ingredients as skin whitening has the advantage of being safer even though the absorpon into
the skin is relavely low. Therefore, the development of gold nanoparcles (AuNPs) in natural materials can solve this problem.
This review aims to collect data related to the development of natural materials with gold nanoparcles as a whitening agent.
Idencaon is done by searching literature through pubmed media, Science Direct, and Google Scholar using the keywords
"gold nanoparcle", "natural ingredients", "cosmecs", "tyrosinase inhibion", "melanin" and "whitening". The search was based
on the inclusion and exclusion criteria that had been set. The results of the literature evaluaon show that the development of
natural ingredients as skin whitening agents has been developed, but due to the nature of the acve compounds it is dicult
to absorb, causing less than opmal results in inhibing tyrosinase acvity. So that a modicaon is made in the form of gold
nanoparcles to facilitate the absorpon process. The results of tesng the tyrosinase acvity of natural ingredients in the form
of gold nanoparcles are beer when compared to natural materials in the form of extracts. This is indicated by the smaller IC50
value when compared to natural ingredients in the form of extracts.
Keywords: skin whitening, gold nanoparcles, tyrosinase enzyme acvity, natural ingredients, IC50 value.
ABSTRAK: Penggunaan bahan alam sebagai pemuh memiliki keuntungan lebih aman meskipun penyerapan dalam kulit relaf
rendah. Oleh karenanya, pengembangan nanoparkel emas (AuNPs) bahan alam dapat menjadi solusi permasalahan tersebut.
Review ini bertujuan untuk mengumpulkan data terkait pengembangan bahan alam dengan nanoparkel emas yang berkhasiat
sebagai agen pemuh. Idenkasi dilakukan dengan mencari literature melalui media pubmed, Science Direct, dan Google Scholar
dengan menggunakan kata kunci ‘gold nanoparcle’, ’natural ingredients’, ’ cosmecs’, ‘tyrosinase inhibion’,’ melanin’ dan
’whitening’. Pencarian didasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi literatur menunjukkan
pengembangan bahan alam sebagai pemuh kulit telah banyak dikembangkan, namun dikarenakan sifat senyawa akf sulit
terserap menyebabkan hasil yang kurang maksimal dalam menghambat akvitas rosinase. Sehingga dilakukan modikasi dalam
bentuk nanoparkel emas untuk mempermudah proses penyerapan. Hasil pengujian akvitas rosinase bahan alam dalam bentuk
nanoparkel emas lebih baik jika dibandingkan dengan bahan alam dalam bentuk ekstrak. Hal ini ditunjukan dengan nilai IC50 yang
semakin kecil jika dibandingkan dengan dengan bahan alam dalam bentuk ekstrak.
Kata kunci: pemuh kulit, nanoparkel emas, akvitas enzim rosinase, bahan alam, nilai IC50.
*Corresponding Author: Sista Werdyani
Laboratorium Kimia Farmasi, Jurusan Farmasi, Universitas Islam Indonesia, Jl. Kaliurang No.Km. 14,5,
Krawitan, Kabupaten Sleman, Daerah Ismewa Yogyakarta, 55584 | Email: sista.werdyani@uii.ac.id
Aplikasi Gold Nanopartikel dengan Bahan Alam... Putri et. al.
117
Jurnal Sains Farmasi & Klinis | Vol. 08 No. 02 | Agustus 2021
bahan alam sebagai kosmetik memiliki kelemahan berupa
rendanya proses penyerapan zat aktif ke dalam sel kulit.
Oleh karena itu, dibutuhkan modikasi senyawa aktif
untuk meningkatkan proses penyerapan [3].
Nanopartikel emas (AuNPs) merupakan
pengembangan dari nanoteknologi. AuNPs dapat
dijadikan sebagai alternatif dalam pembuatan kosmetik
dengan senyawa aktif bahan alam yang sulit terserap.
Hal ini dikarenakan ukuran partikel AuNPs yang lebih
kecil dengan luas permukaan yang lebih besar sehingga
memudahkan dalam proses penembusan membrane
sel Pengaplikasian AuNPs dalam pembuatan kosmetik
harus memperhatikan proses sintesis AuNPs, hal ini
dikarenakan proses ini menentukan ukuran dan bentuk
dari AuNPs yang akan dihasilkan. Metode biosintesis
AuNPs konvensional berupa bottom up diketahui bersifat
toksik, biaya tinggi dan tidak ramah lingkungan, sehingga
dibutuhkan inovasi terbarukan berupa green synthetic yang
lebih ramah lingkungan dan tidak bersifat toksik. Metode
green synthetic dapat dilakukan dengan menggunakan bahan
alam yang memiliki senyawa aktif pereduksi, penstabil
dan dapat berperan dalam oksidasi yang berupa protein,
asam amino, polisakardida, avonoid, senyawa fenolik,
asam organic, terpenoid dan polifenol [4,5].Selain sebagai
pereduksi dan penstabil, AuNPs juga memiliki aktivitas
antioksidan, anti bakteri serta dapat meningkatkan
elastisitas kulit [6,7]. Oleh karena itu review artikel ini
bertujuan untuk mengetahui perkembangan terkini terkait
penggunaan nanopartikel emas dengan bahan alam sebagai
produk kosmetik pemutih kulit yang dilakukan dengan
menggunakan metode penghambatan aktivitas enzim
tirosinase.
Metode Penelitian
Strategi Pengumpulan Data
Pengumpulan data terkait penggunaan bahan alam
sebagai pemutih wajah dilakukan dengan menggunakan
media elektronik atau database berupa pubmed, Science
Direct, dan Google Scholar. Pencarian literature dilakukan
dengan menggunakan kata kuci yaitu ‘’gold nanoparticle’’,
‘’natural ingredients’’, ‘’ cosmetics’’, tyrosinase inhibition, melanin
dan ‘’whitening’’. Literature yang digunakan merupakan
artikel berbahasa inggris dengan rentang waktu 10 tahun
terakhir. Teknis pencarian literatur dengan menggunakan
kombinasi keyword dengan operator boolean dengan
“OR” atau “AND”. Selain itu artikel juga disaring
berdasarkan tipe artikel berupa review artikel dan research
artikel, serta berdasarkan judul publikasi berupa Journal
of Investigative Dermatology, Journal of Dermatological
Science, Molecular Therapy, European Journal of
Medicinal Chemistry , bio organic & Medicinal Chemistry
Letters, Biochemical Pharmacology, Biomaterials dan lain
– lain.
Kriteria Seleksi
Kriteria inklusi artikel yang diterima yaitu artikel yang
terpublikasi dalam bahasa inggris, tersedia dalam teks
lengkap, dengan rentang waktu 10 tahun terakhir. Artikel
mengandung pembahasan terkait gold nanoparticle, cosmetics
dan whitening. Kriteria eksklusi yaitu artikel yang tidak
menggunakan metode pengujian aktivitas enzim tirosinase.
Hasil dan Diskusi
Kandungan senyawa aktif dalam bahan alam
memiliki aktivitas sebagai pemutih dengan mekanisme
penghambatan produksi melanin yang berbeda – beda,
seperti yang tercantum pada Tabel 1. Secara umum
mekanisme penghambatan produksi melanin dilakukan
dengan menghambat aktivitas tirosinase sebagai enzim
kunci. Penghambatan ini dilakukan dengan menggunakan
metode penghambatan secara langsung dan tidak langsung.
Penghambatan secara langsung dapat dilakukan dengan
menghambat aktivitas enzim tirosinase sehingga tidak
terbentuk dopaquinon yang merupakan substrak dan
pembatas kecepatan dalam sintesis melanin. sedangkan
mekanisme penghambatan secara tidak langsung dapat
berupa penghambatan ekspresi gen MC1R yang dapat
menginduksi proses melanogenesis melalui berbagai jalur
persinyalan, menghambat aktivitas cAMP, PKA, CREB
dan MITF. MITF berperan dalam transkripsi enzim
melanogenesis berupa TYR, TRP-1 dan TRP-2 [8].
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui sebanyak 57%
bahan alam menghambat produksi melanin dengan
mekanisme menghambat secara langsung pada aktivitas
enzim tirosinase dan 43% lainnya bekerja dengan
menghambat ekspresi gen pigmentasi.
Efektivitas bahan alam dalam menghambat produksi
melanin dapat dilihat berdasarkan nilai IC50 yang diperoleh
pada masing – masing pengujian. Semakin kecil nilai IC50
yang diperoleh maka semakin besar aktivitas penghambatan
produksi melanin yang dihasilkan . Berdasarkan nilai IC50
yang tercantum pada Tabel 1 maka dapat di simpulkan
bahwa bahan alam yang memiliki potensi sebagai agen
pemutih yang paling efektif adalah morus nigra L.> sesamum
indicum L> vitis vinivera> Alternaria alternata > Panax ginseng
berry> sideroxylon inerme >bentula pendula > phyla nolora >
Artocarpus xanthocar pus> ishige foliacea> Artemisia dracunculus>
Trifolium pretense> Cinnamomum osmophloeum>sorgum dicolar>
Aplikasi Gold Nanopartikel dengan Bahan Alam... Putri et. al.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis | Vol. 08 No. 02 | Agustus 2021
118
Tabel 1. Aktivitas biologi bahan alam sebagai agen pemutih
No Bahan
alam Kandungan Struktur Pelarut Mekanisme
aksi
Akvitas
penghambatan
rosinase
Eksperimen/ dosis
Ref
In vitro In vivo
1. Vis
vinivera Resveratrol Ethanol
Menghambat
akvitas enzim
rosinase
IC50 1 ± 0,39
µg/ mL
Sel murin
B16, sel
HEK293,
HEMs/
0–100 μg/
mL
-[11]
2. Leathesia
diormis Fucoxanthin Ethanol
Menurunkan
ekspresi mRNA
Tyr, Trp-1, DCt,
MITF dan Mc1r
113,2 %
Sel B16F10
/ 1, 5, 10,
15 μg/mL
-[29]
3.
Artocarpus
xanthocar-
pus
Artonin A Methanol
Mengham-
bat akvitas
rosinase
intraseluler
IC50 10.1 ± 88,7
µg/ mL
B16F10 /
0 - 100 μg/
mL
-[30]
4.
Artemisia
dracun-
culus
Undeca 2E,
4Edien,8,10-
dynoic acid
isobutylamide
Ethanol
Menghambat
akvitas enzim
rosinase
IC50 34,5 µg/ mL
Sel B16/
1000 μg/
mL
-[31]
5. Betula
pendula Quercen Ethanol
Menghambat
akvitas dife-
nolase enzim
rosinase
IC50 119,08 ±
2,04 µg/ mL - - [32]
6.
Carthamus
nctorius
L.
Chalcones -
Mengham-
bat secara
kompef
akvitas enzim
rosinase
IC50 3.000 ±
1.010 µg/ mL
Sel
B16BF1/
1000 –
4000 μg/
mL
-[33]
7. Crataegus
azarolus
Vitexin – 200-
O - rhamno-
side
Ethyl
acetate
Menghambat
oksidasi L-
DOPA
IC50 5.000 µg/
mL
Sel
B16BF1/
0 – 100
μg/mL
-[34]
8.
Garcinia
livingsto-
nei
Morrelloa-
vone
Dichlo-
rometh-
ane, ethyl
ac-
etate and
methanol
Menekan
produksi mela-
nin melalui
penghambatan
akvitas enzim
rosinase
IC50 14.285 ±
213,46 µg/ mL
Sel HDF/ 0
– 2,5 μM -[35]
Aplikasi Gold Nanopartikel dengan Bahan Alam... Putri et. al.
119
Jurnal Sains Farmasi & Klinis | Vol. 08 No. 02 | Agustus 2021
No Bahan
alam Kandungan Struktur Pelarut Mekanisme
aksi
Akvitas
penghambatan
rosinase
Eksperimen/ dosis
Ref
In vitro In vivo
9. Litchi
chinensis Phenolics N.a Ethanol
Menghambat
TYR-1 DAN
TYR-2
IC50 197.860 ±
1.230 µg/ mL - - [36]
10. Morus
nigra L. Isoquercitrin Ethanol
Menghambat
akvitas enzim
rosinase
IC50 5,00 ± 0,23
µg/ mL
Sel B16/
0 – 60 μg/
mL
-[37]
11. Phyla
nodiora Eupafolin Methanol
Menghambat
fosforilasi CREB
dan Degredasi
MITF, dengan
mengakan
fosforilasi ERK
dan p38.
IC50 146,0 ± 2,2
µg/ mL
Sel
B16BF10 /
0,01, 0,1,
1, dan 10
µM
-[38,
39]
12. Salvia
hispanica Linolenic acid -
Menghambat
ekspresi gen
Tyr, Tyrp-2
dan Mc1r
pada ngkat
transkripsi
65 % Melan A -[40]
13. Sesamun
indicum L.,
Sesamol
(3,4-methyl-
enedioxyphe-
nol)
Menghambat
akvitas enzim
rosinase
IC50 0,3 µg/ mL
Sel SK-
MEL-2 , sel
B16F10 /
0 – 1000
μg/mL
-[41,
42]
14. Alternaria
alternata Alteronol -
Menghambat
akvitas enzim
rosinase
IC50 1,5 ± 0,5
µg/ mL
Sel B16/
0,5 – 10
μg/mL
-[9]
15. Ishige
foliacea
Octaphlore-
thol A Methanol
Menekan
ekspresi MITF,
rosinase,
TRP-1 dan TRP-
2, serta mengu-
rangi fosforilasi
p38 dan secara
signikan
meningkat-
kan akvitas
fosforilasi ERK
dan JNK
IC50 50 ± 12,5
µg/ mL
sel B16F10
/ 12,5 - 100
μM
-[43]
Aplikasi Gold Nanopartikel dengan Bahan Alam... Putri et. al.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis | Vol. 08 No. 02 | Agustus 2021
120
No Bahan
alam Kandungan Struktur Pelarut Mekanisme
aksi
Akvitas
penghambatan
rosinase
Eksperimen/ dosis
Ref
In vitro In vivo
16.
Glycine
max L.
Merrill
Isovlavon Ethanol
Menghambat
proses konversi
tyrosine men-
jadi DOPA
IC50 25.930 ±
14.140 µg/ mL - - [44]
17.
Panax
ginseng
berry
p- Qumaric
Acid Aqueous
Menghambat
Acvator Pro-
tein-1 (AP-1)
dan cAMP
IC50 7.7 ± 0.6
µg/ mL
Sel B16 /
0 – 100
μg/mL
-[45]
18. Trifolium
pratense Biochanin A Methanol
Menurunkan
akvitas seluler
rosinase atau
represi ekspresi
gen rosinase
IC50 73.9 µg/ mL
Sel B16 /
22–176
μM
Zebra Fish/
22–
176(μM),
C57BL/6J
mice/ 0.1
g of 2%
[46]
19. Artemisia
annua Quercen -
Menghambat
oksidasi L-
DOPA
± 55 %
Sel B16
/ 0 – 100
µg/ mL
-[26]
20. Scutellaria.
baicalensis Wogonin Ethanol,
methanol
Menghambat
ekspresi MITF 77,9 %
B16F10,
HEMs,
3DHSM /
0,10,20,50
(μM)
-[48]
21. Paeoni suf-
frucosa
trans-Caeic
acid stearyl
ester
Ethanol
Menghambat
dan mengu-
rangi akvitas
rosinase,
cAMP, dan
Oksidasi L –
DOPA
92 %
B16, Hs68,
HaCaT /
0–60 μM
-[51]
22. Origanum
vulgare
3,4-Dihy-
droxybenzoic
acid
Ethanol
Menghambat
ekspresi MC1R,
MITF, TYR, TRP-
2, dan TRP-1
22,2 – 32,9 %
HaCaT,
Hs68,B16
/ 0–1000
μg/mL
-[52]
Aplikasi Gold Nanopartikel dengan Bahan Alam... Putri et. al.
121
Jurnal Sains Farmasi & Klinis | Vol. 08 No. 02 | Agustus 2021
No Bahan
alam Kandungan Struktur Pelarut Mekanisme
aksi
Akvitas
penghambatan
rosinase
Eksperimen/ dosis
Ref
In vitro In vivo
23.
Tabebuia
avellane-
dae
b-lapachone -
Menghambat
ekspresi enzim
rosinase dan
TRP-1
60 %
Melan-a
melanosit,
Melano-
DermTM /
0 – 10 µM
Zebra sh/
0,4 – 3,2
µM
[49]
24.
Aloe bar-
badenesis
M.
Aloesin Aqueus
Menghambat
akvitas enzim
rosinas
IC50 108,62 µg
/ mL - - [53]
25.
Paeonia
suru-
cosa
Paeonol Water
Menghambat
aktas enzim
rosinase
IC50 110.000 µg
/ mL
Sel A2058
/ 6,25 – 25
µg / mL
-[54]
26. Sideroxylo
inerme
Epigallocat-
echin gallate Acetone
Menghambat
akvitas enzim
rosinase
IC50 30 ± 1.9 µg
/ mL
Sel
B16F10/
1,56 – 100
µg/mL
-[55]
27.
Cinnamo-
mum os-
mophloe-
um
cinnamalde-
hyde Ethanol
Menghambat
akvitas enzim
rosinase
IC50 40.4000 ±
80 µg/ mL
Sel B16F10
/ -[56,
57]
28. Acer
rubrum Ginnalin A Ethanol
Mengatur
ekspresi gen
MITF, TYR, TRP-
1, dan TRP-2
dan secara
signikan
mengurangi ek-
spresi protein
dari gen TRP-2.
IC50 101,4 µg
/ mL
Sel B16F10
6 – 50 µM -[58]
Aloe barbadenesis M > Litchi chinensis> Crataegus azarolus>
Glycine max L. Merrill> paeonia suffricosa. Pada beberapa
pengujian tidak disebutkan nilai IC50 yang diperoleh, hal
ini dikarenakan efektivitasnya didasarkan pada dosis atau
konsentrasi yang berbeda – beda pada setiap pengujian.
Selain itu beberapa pengujian yang dilakukan dalam artikel
menggambarkan efektivitas dari bahan alam dalam bentuk
% penghambatan aktivitas enzim tirosinase. Berdasarkan
nilai % penghambatan yang diperoleh diketahui Leathesia
diffomis memiliki nilai % penghambatan tertinggi yaitu
113,2% jika dibandingkan dengan bahan alam lainnya.
Aktivitas dari bahan alam ditentukan oleh kandungan
senyawa yang terdapat didalamnya. Sebagian besar senyawa
bahan alam yang memiliki aktivitas penghambatan enzim
tirosinase adalah senyawa avonoid dan turunannya. Hal
ini dikarenakan avonoid memiliki kemampuan untuk
Aplikasi Gold Nanopartikel dengan Bahan Alam... Putri et. al.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis | Vol. 08 No. 02 | Agustus 2021
122
mengikatkan diri pada 2 tembaga yang terdapat di situs
aktif enzim tirosinase. Tirosinase merupakan enzim yang
mengandung tembaga dengan tipe 3 protein yang terdapat
pada situs aktif yang ditutupi oleh asam amino aromatic
(tirosin atau fenilalanin) yang akan dilepas pada saat
aktivasi. Pengikatan senyawa bahan alam pada asam amino
aromatic yang terdapat pada tembaga mengakibatkan
terjadinya pemblokiran siklus aktif sehingga enzim
tirosinase tidak dapat teraktivasi [9].
Pengujian aktivitas enzim tirosinase dapat dilakukan
dengan menggunakan metode in vivo dan in vitro.
Metode uji in vitro biasanya menggunakan sel yang dapat
menghasilkan melanin. Sel yang biasanya digunakan
adalah sel kulit yang memiliki garis sel keratinosit sebagai
tempat sintesis dan penyimpanan melanin. sel ini biasanya
di peroleh dari hasil isolasi sel kulit melanoma manusia
ataupun hewan yang kemudian di kembangkan. Jenis sel
yang digunakan dalam uji aktivitas enzim tirosinase dapat
dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2 dapat disimpulkan masing –
masing jenis sel memiliki keuntungan yang yang berbeda
– beda dengan perlakuan sel yang berbeda juga. Pemilihan
sel dalam pengujian aktivitas tirosinase di dasarkan pada
kebutuhan. Apabila dibutuhkan pengujian dengan waktu
yang cepat namun efektif dan biaya lebih rendah kita bisa
menggunakan jenis sel MelanoDerm yang merupakan
rekayasa biologis sel. Penggunaan sel MelanoDerm
memiliki kelemahan berupa terjadinya perubahan
formasi penghalang pada kulit yang dapat mengakibatkan
terjadinya penurunan fungsionalitas jika dibandingkan
dengan kulit manusia [10]. Oleh karena itu apabila kita
membutuhkan sel dengan kondisi yang serupa dengan
keratinosit manusia maka dapat menggunakan sel MNT1,
HaCaT, Hs68, melan A, dan NHEM . Dalam pemilihan
jenis sel yang serupa dengan keratinosit manusia perlu di
pertimbangkan kembali terkait biaya dan kesulitan dalam
kultur sel. Penggunaan sel NHEM memiliki kelemahan
berupa pertumbuhan yang lambat dan membutuhkan
biaya yang mahal, sebagai alternative dapat digunakan sel
murine melanoma B16 [11].
Selain pengujian dengan metode in vitro, uji aktivitas
tirosinase dapat dilakukan dengan menggunakan metode
in vivo. Metode ini biasanya menggunakan model ikan
zebra dan tikus (C57BL/6J mice). Model ini dipilih
dengan mempertimbangkan kondisi sologis dari hewan
yang mirip dengan manusia, sehingga dapat di jadikan
permodelan dalam uji aktivitas tirosinase.
Penggunaan ikan zebra sebagai model uji di dasarkan
pada korelasi proses pigmentasi yang serupa dengan
manusia. Misalnya gen pigmentasi SLC24A5 (NCKX5)
yang homolog dengan mutan pada ikan zebra memiliki
urutan ortolog yang sangat mirip dan lebih signikan
secara fungsional dalam evolusi depigmentasi pada manusia
karena pengaruhnya terhadap ukuran melanosom, jumblah
dan kepadatan selama proses melanogenesis. Gen ini juga
mengkode Membrane-Associated-Transporter-Protein
yang mengatur pH melanosomal dan aktivitas enzim
melanogenik pada ikan zebra. Selain itu, melanogenesis
pada ikan zebra sebanding dengan melanogenesis manusia.
Keuntungan penggunaan ikan zebra dalam uji in vivo
berupa mudahnya dalam pengembang biakan, penanganan
atau perlakuan dan pengamatan hasil, serta permeabilitas
terhadap molekul kecil [12,13].
Sedangkan untuk tikus (C57BL/6J mice)
penggunaanya didasarkan pada kemiripan struktur
kulit yang dapat menghasilkan sel pigmentasi sehingga
memungkinkan terjadinya produksi melanin. Keuntungan
dari penggunaan tikus dalam uji in vivo yaitu dalam
pengujian dapat mempertahankan kondis melanosit dalam
bentuk yang diinginkan, serta proses pigmentasi mirip
dengan manusia [14].
Kemiripan dari pengujian in vivo menggunakan
ikan zebra dan tikus yaitu adanya gen dan protein yang
dikhususkan dalam proses pigmentasi seperti SOX9
dan SOX10, yang memepengaruhi diferensiasi NeC
selama proses generasi. Gen ini penting sebagai pengatur
perkembangan melanogenesis [13].
Efektivitas senyawa aktif bahan alam sebagai agen
pemutih cukup rendah, hal ini dikarenakan sifat bahan
alam yang sulit terserap dalam kulit. sehingga dibutuhkan
teknologi berupa nanopartikel emas (AuNPs) untuk
memudahkan penyerapan senyawa aktif bahan alam
karena ukuran partikel yang kecil dengan luas permukaan
yang besar. Selain ukuran partikel yang kecil, AuNPs juga
memiliki kemampuan penetrasi ‘seperti jarum’ ketika
menghantarkan zat aktif ke dalam sel, oleh karena itu
AuNPs sangat baik digunakan sebagai pembawa dalam
kosmetik. Fitur seperti jarum ini diketahui memiliki
kemudahan dalam proses penyerapan, penetrasi, sirkulasi
dan distribusi AuNPs yang bergantung pada ukuran.
Ukuran partikel 1 mm diketahui dapat menembus
membrane sel dan membrane inti serta dapat menempel
pada DNA tanpa adanya cedera dan kematian sel. Oleh
karena itu ukuran AuNPs yang kecil memfasilitasi
penyerapan ke dalam system biologis. Namun semakin
kecil ukuran AuNPs dapat mengakibatkan terjadinya
internalisasi AuNPs ke dalam sel, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya toksisitas. Selain ukuran partikel,
bentuk AuNPs juga menentukan sifat toksisitas. Bentuk
batang telah dilaporkan memiliki sifat toksik yang lebih
Aplikasi Gold Nanopartikel dengan Bahan Alam... Putri et. al.
123
Jurnal Sains Farmasi & Klinis | Vol. 08 No. 02 | Agustus 2021
Tabel 2. Jenis sel dalam pengujian aktivitas tirosinase
No Jenis sel Images Kultur Morfologi Keuntungan Ref
1. MNT1
Metastasis mela-
noma di kelenjar
getah bening
N.a
Sel melanok yang berpig-
men nggi, Pola ekspresi gen
mirip dengan melanosit pada
manusia.
[47,59]
2. HaCaT Keranosit manusia
Membentuk koloni, proses
proliferasi bergantung
pada kepadatan serum
Sel bersifat padat, mudah
berdiferensiasi
[52,
60,61]
3. Hs68 Fibroblast manusia broblast diploid kulit
normal N.a [51,
52,62]
4. Melan-A
Berupa angen yang
diekspresikan oleh
sel melanosit normal
dan melanoma.
Anbodi
monoklonal Spesik untuk uji melanosit
[40,
47,49,
50,63]
5. Melano-
Derm
Hasil rekayasa biolo-
gis yang terdiri dari
sel kulit manusia
primer (keranosit,
broblas dan / atau
sel induk) dan
komponen ECM
(terutama kolagen)
Tersusun dari keranosit
epidermal normal dan
melanosit yang berbentuk
epidermis yang berlapis
– lapis
Data yang dihasilkan relevan
dengan data keka dilakukan
pada manusi, proses lebih
cepat, biaya lebih rendah
dan efekf dalam menilai
berbagai permasalahan dalm
pigmentasi sehingga dapat
menghindari terjadinya
ekstrapolasi spesies dan
penggunaan hewan uji di
laboratorium.
[49,50,
64, 65]
6.
Normal
Human
Epidermal
Melano-
cytes
(NHEM)
Epidermal Kulit
neonatal
Sel berbentuk spindel,
dapat berubah menjadi
bentuk polygonal datar.
Menghasilkan banyak sel
pigmen
[11,47,
48,
66–69]
7. B16 Sel murine kus
C57BL/6J
Berupa jaringan lunak
berwarna abu, berbentuk
polyhedral atau spindle,
tersusun dalam mantel
perivaskuler, beberapa
sel mengandung buran
pigmen halus, beberapa
tertutup oleh gumpalan
pigmen yang besar dan
sangat gelap; stoma halus
Mudah di kultur
[9,26,
45,49,
56,58,
70,71]
Aplikasi Gold Nanopartikel dengan Bahan Alam... Putri et. al.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis | Vol. 08 No. 02 | Agustus 2021
124
besar dibandingkan dengan bentuk bola dan yang lain
[15–17].
AuNPs diketahui memiliki potensi keamanan yang
lebih baik jika di bandingkan dengan nanopartikel lainnya
seperti AgNPs, ZnONPs, dan TiO2NPs. Pengujian
efektivitas ZnONPs dan TiO2NPs dilakukan secara in
vivo dan in vitro dengan menggunakan sampel kulit minipig
yang dilakukan dalam 24 jam. Hasil dari penelitian tersebut
menyatakan ZnONPs dan TiO2NPs tidak menembus
epidermis kulit minipig utuh dalam jumblah signikan,
dan oleh karena itu ZnONPs dan TiO2NPs tidak dapat
menembus kulit manusia karena adanya kesamaan struktur
dari kulit manusia dan minipig [18–20]. Sedangkan untuk
AgNPs memiliki keamanan sedikit lebih rendah di
bandingkan dengan AuNPs. AgNPs dapat menghasilkan
peningkatan terjadinya cedera DNA inklusi setelah 24 jam
penggunan, hal ini di terkait dengan oksidasi rileks ion Ag+
yang bersifat toksik bagi system biotik dan komponen sel
[21–25].
Aplikasi AuNPs dalam kosmetik hanya berperan
sebagai system pengantaran dari zat aktif, serta mendukung
atau meningkatkan efektitas dari kosmetik tersebut.
P.ginseng berry dan Artemisia annua, diketahui memiliki
aktivitas sebagai agen pemutih sebagaimana tercantum pada
Table 1. Kedua bahan ini kemudian di buat dalam bentuk
AuNPs untuk melihat efektivitasnya dalam menghambat
aktivitas enzim tirosinase. Berdasarkan Tabel 3 diketahui
bahwa penghambatan dari AuNPs yang dikombinasikan
dengan bahan alam cukup signikan jika dibandingkan
dengan arbutin dan asam kojic. Hasil pengujian AuNPs
P.ginseng berry (6.6 ± 0.3) memiliki efektivitas yang lebih
besar jika dibandingkan arbutin (8.3 ± 0.1), sedangkan
untuk AuNPs A. annua memiliki efektivitas yang lebih
rendah di bandingkan dengan asam kojic [26–28].
Efektivitas AuNPs dalam menghambat aktivitas enzim
tirosinase lebih baik jika dibandingkan dengan senyawa
bahan alam dalam bentuk ekstrak. Hal ini tercantum pada
Tabel 1 dan Tabel 2 pada bagian bahan alam P.ginseng
berry dan Artemisia annua.IC50 pada AuNPS lebih rendah
dibandingkan dengan IC50 pada senyawa bahan alam
murni. Hal ini dapat dikarenakan ukuran partikel pada
AuNPs yang lebih kecil dengan permukaan yang lebih luas
sehingga penghantaran dan penyerapan zat aktif ke dalam
sel lebih cepat dan esien.
Selain sebagai agen pemutih, bahan alam ini juga
memiliki sifat mereduksi dan menstabilisasi emas dalam
membentuk AuNPs. Sifat ini sering dimanfaatkan untuk
sintesis AuNPs yang lebih ramah lingkungan, tidak
bersifat toksik, dan biaya yang lebih rendah. Senyawa yang
bertanggung jawab dalam proses reduksi dan stabilisasi
AuNPs berupa kelompok amina, avonoid, glikosida
fenolik, dan gula pereduksi. Aktivitas dari senyawa ini
dapat membentuk Kristal AuNPs dengan ukuran 10 – 40
nm . Kristal AuNPs biasanya berbentuk bola, segitiga dan
tidak beraturan [26,27].
Penelitian ini dilakukan secara kualitatif untuk
mengetahui data terkait pengembangan bahan alam dengan
nanopartikel emas yang berkhasiat sebagai agen pemutih.
Keterbatasan dari artikel ini berupa kurangnya data
penelitian terkait penggunaan nanopartikel emas dengan
bahan alam sebagai agen pemutih. Penelitian lebih lanjut
dapat dilakukan mengenai studi penggunaan nanopartikel
emas dengan bahan alam sebagai agen pemutih secara
kuantitatif untuk mengetahui ketepatan efektivitas dan
keamanan bahan alam sebagai agen pemutih
Tabel 3. Aplikasi AuNPs dengan bahan alam sebagai sebagai kosmetik whitening
No Bahan alam Senyawa akf Hasil Data toksisitas Ref
1Panax ginseng
berry
Polifenol, avonoid,
p- Qumaric Acid
Nanoparkel emas ekstrak P. ginseng berry
efekf dalam menghambat akvitas enzim
rosinase dengan nilai IC50 6.6 ± 0.3 µg/
mL . Selain itu P. ginseng berry juga memiliki
peran sebagai agent pereduksi dan pembatas
nanoparkel emas.
Tidak bersifat toksik/
1–100 µg / mL
[27,45]
2. Artemisia annua avonoid Nanoparkel emas ekstrak Artemisia annua
diketahui dapat menghambat oksidasi L- DOPA
dengan nilai IC50 yang diperoleh 100 µg/
mL. selain itu Artemisia annua juga berperan
sebagai agent pereduksi dan pembatas nano-
parkel emas
Na [26]
Aplikasi Gold Nanopartikel dengan Bahan Alam... Putri et. al.
125
Jurnal Sains Farmasi & Klinis | Vol. 08 No. 02 | Agustus 2021
Kesimpulan
Agen pemutih wajah dapat dikembangkan dari bahan
alam dengan memanfaatkan teknologi nanopartikel emas
untuk meningkatkan kemampuan zat aktif dalam proses
penyerapan ke sel kulit. Efektivitas suatu agen pemutih
ditentukan dengan melihat kandungan melanin dalam sel.
Hal ini dapat dilakukan dengan pengujian aktivitas enzim
tirosinase sebagai prekursor dalam proses sintesis melanin.
Efektivitas bahan alam yang dikombinasikan dengan
nanopartikel emas lebih baik jika dibandingkan dengan
bahan alam dalam kondisi murni. Hal ini dapat dilihat dari
nilai IC50 yang di hasilkan pada masing – masing pengujian.
Semakin rendah nilai IC50 yang diperoleh makan semakin
efektif bahan alam tersebut. Pengujian dapat dilakukan
dengan metode in vivo dan in vitro. Pengujian in vivo
dapat dilakukan dengan menggunakan permodelan tikus
dan ikan zebra. Sedangkan untuk pengujian in vitro dapat
dilakukan dengan menggunakan sel kulit normal ataupun
sel melanoma yang di kultur dari jaringan tubuh manusia
maupun replikasi biologis.
Referensi
[1]. Mayaserli DP, Sasmita W. PEMERIKSAAN KADAR MERKURI
DAN KELUHAN KESEHATAN DALAM DARAH WANITA PEMAKAI
KRIM PEMUTIH DENGAN METODA INDUCTIVELY COUPLED
PLASMA. Sainstek J Sains Dan Teknol. 2017;8(2):159. hps://doi.
org/10.31958/js.v8i2.477
[2]. Parvez S, Kang M, Chung H-S, Cho C, Hong M-C, Shin M-K, et al.
Survey and mechanism of skin depigmenng and lightening agents.
Phytother Res. 2006;20(11):921–34. hps://doi.org/10.1002/
ptr.1954
[3]. Kanlayavaanakul M, Lourith N. Therapeuc agents and herbs in
topical applicaon for acne treatment. Int J Cosmet Sci. 2011;9.
hps://doi.org/10.1111/j.1468-2494.2011.00647.x.
[4]. Mohammadinejad R, Karimi S, Iravani S, Varma RS. Plant-
derived nanostructures: types and applicaons. Green Chem.
2016;18(1):20–52. hps://doi.org/10.1039/C5GC01403D
[5]. Varma RS. Greener approach to nanomaterials and their sustainable
applicaons. Curr Opin Chem Eng. 2012;1(2):123–8. hps://doi.
org/10.1016/j.coche.2011.12.002
[6]. Kaul S, Gula N, Verma D, Mukherjee S, Nagaich U. Role of
Nanotechnology in Cosmeceucals: A Review of Recent Advances. J
Pharm. 2018;2018:1–19. hps://doi.org/10.1155/2018/3420204
[7]. Zhang X-F, Shen W, Gurunathan S. Biologically Synthesized Gold
Nanoparcles Ameliorate Cold and Heat Stress-Induced Oxidave
Stress in Escherichia coli. Molecules. 2016;21(6):731. hps://doi.
org/10.3390/molecules21060731
[8]. Kanlayavaanakul M, Lourith N. Skin hyperpigmentaon treatment
using herbs: A review of clinical evidences. J Cosmet Laser Ther.
2018;20(2):123–31. hps://doi.org/10.1080/14764172.2017.136
8666
[9]. Wang Z, Wang D, Liu L, Guo D, Yu B, Zhang B, et al. Alteronol inhibits
the invasion and metastasis of B16F10 and B16F1 melanoma
cells in vitro and in vivo. Life Sci. 2014;98(1):31–8. hps://doi.
org/10.1016/j.lfs.2013.12.213
[10]. Mieremet A, Vázquez García A, Boiten W, van Dijk R, Gooris G,
Bouwstra JA, et al. Human skin equivalents cultured under hypoxia
display enhanced epidermal morphogenesis and lipid barrier
formaon. Sci Rep. 2019;9(1):7811. hps://doi.org/10.1038/
s41598-019-44204-4
[11]. Park J, Boo YC. Isolaon of Resveratrol from Vis Viniferae Caulis
and Its Potent Inhibion of Human Tyrosinase. Evid Based
Complement Alternat Med. 2013;2013:1–11. hps://doi.
org/10.1155/2013/645257
[12]. Choi T-Y, Kim J-H, Ko DH, Kim C-H, Hwang J-S, Ahn S, et al. Zebrash
as a new model for phenotype-based screening of melanogenic
regulatory compounds. Pigment Cell Res. 2007;20(2):120–7.
hps://doi.org/10.1111/j.1600-0749.2007.00365.x
[13]. Lajis A. A Zebrash Embryo as an Animal Model for the Treatment
of Hyperpigmentaon in Cosmec Dermatology Medicine.
Medicina (Mex). 2018;54(3):35. hps://doi.org/10.3390/
medicina54030035
[14]. Riding RL, Richmond JM, Harris JE. Mouse Model for Human Viligo.
Curr Protoc Immunol. 2019;124(1):e63. hps://doi.org/10.1002/
cpim.63
[15]. Adewale OB, Davids H, Cairncross L, Roux S. Toxicological Behavior of
Gold Nanoparcles on Various Models: Inuence of Physicochemical
Properes and Other Factors. Int J Toxicol. 2019;38(5):357–84.
hps://doi.org/10.1177/1091581819863130
[16]. Fanord F, Fairbairn K, Kim H, Garces A, Bhethanabotla V, Gupta
VK. Bisphosphonate-modied gold nanoparcles: a useful
vehicle to study the treatment of osteonecrosis of the femoral
head. Nanotechnology. 2011;22(3):035102. hps://doi.
org/10.1088/0957-4484/22/3/035102
[17]. Yum K, Wang N, Yu M-F. Nanoneedle: A mulfunconal tool for
biological studies in living cells. Nanoscale. 2010;2(3):363–72.
hps://doi.org/10.1039/B9NR00231F
[18]. Katz LM, Dewan K, Bronaugh RL. Nanotechnology in cosmecs.
Food Chem Toxicol. 2015;85:127–37. hps://doi.org/10.1016/j.
fct.2015.06.020
[19]. Monteiro-Riviere NA, Wiench K, Landsiedel R, Schulte S, Inman AO,
Riviere JE. Safety Evaluaon of Sunscreen Formulaons Containing
Titanium Dioxide and Zinc Oxide Nanoparcles in UVB Sunburned
Skin: An In Vitro and In Vivo Study. Toxicol Sci. 2011;123(1):264–80.
hps://doi.org/10.1093/toxsci/kfr148
[20]. Sadrieh N, Wokovich AM, Gopee NV, Zheng J, Haines D, Parmiter D,
et al. Lack of Signicant Dermal Penetraon of Titanium Dioxide from
Sunscreen Formulaons Containing Nano- and Submicron-Size TiO2
Parcles. Toxicol Sci. 2010;115(1):156–66. hps://doi.org/10.1093/
toxsci/kfq041
[21]. Gliga AR, Skoglund S, Odnevall Wallinder I, Fadeel B, Karlsson HL.
Size-dependent cytotoxicity of silver nanoparcles in human lung
cells: the role of cellular uptake, agglomeraon and Ag release. Part
Fibre Toxicol. 2014;11(1):11. hps://doi.org/10.1186/1743-8977-
11-11
[22]. Pem B, Pongrac IM, Ulm L, Pavičić I, Vrček V, Domazet Jurašin D,
et al. Toxicity and safety study of silver and gold nanoparcles
funconalized with cysteine and glutathione. Beilstein J Nanotechnol.
2019;10:1802–17. hps://doi.org/10.3762/bjnano.10.175
[23]. Wang Y, Newell BB, Irudayaraj J. Folic Acid Protected Silver
Nanocarriers for Targeted Drug Delivery. J Biomed Nanotechnol.
2012;8(5):751–9. hps://doi.org/10.1166/jbn.2012.1437
[24]. Yang X, Gondikas AP, Marinakos SM, Auan M, Liu J, Hsu-Kim H,
et al. Mechanism of Silver Nanoparcle Toxicity Is Dependent on
Dissolved Silver and Surface Coang in Caenorhabdis elegans.
Environ Sci Technol. 2012;46(2):1119–27. hps://doi.org/10.1021/
es202417t
[25]. Yaqoob SB, Adnan R, Rameez Khan RM, Rashid M. Gold, Silver,
and Palladium Nanoparcles: A Chemical Tool for Biomedical
Applicaons. Front Chem. 2020;8:376. hps://doi.org/10.3389/
fchem.2020.00376
Aplikasi Gold Nanopartikel dengan Bahan Alam... Putri et. al.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis | Vol. 08 No. 02 | Agustus 2021
126
[26]. Basavegowda N, Idhayadhulla A, Lee YR. Preparaon of Au and Ag
nanoparcles using Artemisia annua and their in vitro anbacterial
and tyrosinase inhibitory acvies. Mater Sci Eng C. 2014;43:58–64.
hps://doi.org/10.1016/j.msec.2014.06.043
[27]. Jiménez Pérez ZE, Mathiyalagan R, Markus J, Kim Y-J, Kang HM,
Abbai R, et al. Ginseng-berry-mediated gold and silver nanoparcle
synthesis and evaluaon of their in vitro anoxidant, anmicrobial,
and cytotoxicity eects on human dermal broblast and murine
melanoma skin cell lines. Int J Nanomedicine. 2017;Volume 12:709–
23. hps://doi.org/10.2147/IJN.S118373
[28]. Teey CO, Nagajyothi PC, Lee SE, Ocloo A, Minh An TN, Sreekanth
TVM, et al. An-melanoma, tyrosinase inhibitory and an-microbial
acvies of gold nanoparcles synthesized from aqueous leaf
extracts of Teraxacum ocinale: AuNPs: eect on cytotoxicity. Int
J Cosmet Sci. 2012;34(2):150–4. hps://doi.org/10.1111/j.1468-
2494.2011.00694.x
[29]. Seo G-Y, Ha Y, Park A-H, Kwon O, Kim Y-J. Leathesia diormis Extract
Inhibits α-MSH-Induced Melanogenesis in B16F10 Cells via Down-
Regulaon of CREB Signaling Pathway. Int J Mol Sci. 2019;20(3):536.
hps://doi.org/10.3390/ijms20030536
[30]. Jin Y-J, Lin C-C, Lu T-M, Li J-H, Chen I-S, Kuo Y-H, et al. Chemical
constuents derived from Artocarpus xanthocarpus as inhibitors of
melanin biosynthesis. Phytochemistry. 2015;117:424–35. hps://
doi.org/10.1016/j.phytochem.2015.07.003
[31]. Yamada M, Nakamura K, Watabe T, Ohno O, Kawagoshi M, Maru
N, et al. Melanin Biosynthesis Inhibitors from Tarragon Artemisia
dracunculus. Biosci Biotechnol Biochem. 2011;75(8):1628–30.
hps://doi.org/10.1271/bbb.110306
[32]. Germanò MP, Cacciola F, Donato P, Dugo P, Certo G, D’Angelo V,
et al. Betula pendula leaves: Polyphenolic characterizaon and
potenal innovave use in skin whitening products. Fitoterapia.
2012;83(5):877–82. hps://doi.org/10.1016/j.tote.2012.03.021
[33]. Chen Y-S, Lee S-M, Lin C-C, Liu C-Y, Wu M-C, Shi W-L. Kinec study
on the tyrosinase and melanin formaon inhibitory acvies
of carthamus yellow isolated from Carthamus nctorius L. J
Biosci Bioeng. 2013;115(3):242–5. hps://doi.org/10.1016/j.
jbiosc.2012.09.013
[34]. Mustapha N, Bzéouich IM, Ghedira K, Hennebelle T, Chekir-
Ghedira L. Compounds isolated from the aerial part of Crataegus
azarolus inhibit growth of B16F10 melanoma cells and exert a
potent inhibion of the melanin synthesis. Biomed Pharmacother.
2015;69:139–44. hps://doi.org/10.1016/j.biopha.2014.11.010
[35]. Mulholland DA, Mwangi EM, Dlova NC, Plant N, Crouch NR,
Coombes PH. Non-toxic melanin producon inhibitors from Garcinia
livingstonei (Clusiaceae). J Ethnopharmacol. 2013;149(2):570–5.
hps://doi.org/10.1016/j.jep.2013.07.023
[36]. Kanlayavaanakul M, Ospondpant D, Ruktanonchai U, Lourith
N. Biological acvity assessment and phenolic compounds
characterizaon from the fruit pericarp of Litchi chinensis for
cosmec applicaons. Pharm Biol. 2012;50(11):1384–90. hps://
doi.org/10.3109/13880209.2012.675342
[37]. de Freitas MM, Fontes PR, Souza PM, William Fagg C, Neves Silva
Guerra E, de Medeiros Nóbrega YK, et al. Extracts of Morus nigra
L. Leaves Standardized in Chlorogenic Acid, Run and Isoquercitrin:
Tyrosinase Inhibion and Cytotoxicity. van Berkel WJH, editor. PLOS
ONE. 2016;11(9):e0163130. hps://doi.org/10.1371/journal.
pone.0163130
[38]. Ko H-H, Chiang Y-C, Tsai M-H, Liang C-J, Hsu L-F, Li S-Y, et al.
Eupafolin, a skin whitening avonoid isolated from Phyla nodiora,
downregulated melanogenesis: Role of MAPK and Akt pathways. J
Ethnopharmacol. 2014;151(1):386–93. hps://doi.org/10.1016/j.
jep.2013.10.054
[39]. Lin F-J, Yen F-L, Chen P-C, Wang M-C, Lin C-N, Lee C-W, et al. HPLC-
Fingerprints and Anoxidant Constuents of Phyla nodiora. Sci
World J. 2014;2014:1–8. hps://doi.org/10.1155/2014/528653
[40]. Diwakar G, Rana J, Saito L, Vredeveld D, Zemais D, Scholten
J. Inhibitory eect of a novel combinaon of Salvia hispanica
(chia) seed and Punica granatum (pomegranate) fruit extracts on
melanin producon. Fitoterapia. 2014;97:164–71. hps://doi.
org/10.1016/j.tote.2014.05.021
[41]. Mahendra Kumar C, Sathisha UV, Dharmesh S, Rao AGA, Singh SA.
Interacon of sesamol (3,4-methylenedioxyphenol) with tyrosinase
and its eect on melanin synthesis. Biochimie. 2011;93(3):562–9.
hps://doi.org/10.1016/j.biochi.2010.11.014
[42]. Srisayam M, Weerapreeyakul N, Barusrux S, Kanokmedhakul K.
Anoxidant, anmelanogenic, and skin-protecve eect of sesamol.
J Cosmet Sci. 2014;69–79.
[43]. Kim K-N, Yang H-M, Kang S-M, Kim D, Ahn G, Jeon Y-J. 3 Octaphlorethol
A isolated from Ishige foliacea inhibits a-MSH-smulated 4 induced
melanogenesis via ERK pathway in B16F10 melanoma cells. 2013;6.
[44]. Shukla S, Park J, Kim D-H, Hong S-Y, Lee JS, Kim M. Total phenolic
content, anoxidant, tyrosinase and α-glucosidase inhibitory acvies
of water soluble extracts of noble starter culture Doenjang, a Korean
fermented soybean sauce variety. Food Control. 2016;59:854–61.
hps://doi.org/10.1016/j.foodcont.2015.07.003
[45]. Jiménez Z, Kim Y-J, Mathiyalagan R, Seo K-H, Mohanan P, Ahn J-C, et al.
Assessment of radical scavenging, whitening and moisture retenon
acvies of Panax ginseng berry mediated gold nanoparcles as
safe and ecient novel cosmec material. Arf Cells Nanomedicine
Biotechnol. 2018;46(2):333–40. hps://doi.org/10.1080/2169140
1.2017.1307216
[46]. Lin VC, Ding H-Y, Tsai P-C, Wu J-Y, Lu Y-H, Chang T-S. In Vitro and
in Vivo Melanogenesis Inhibion by Biochanin A from Trifolium
pratense. Biosci Biotechnol Biochem. 2011;75(5):914–8. hps://
doi.org/10.1271/bbb.100878
[47]. Chae J, Subedi L, Jeong M, Park Y, Kim C, Kim H, et al. Gomisin N
Inhibits Melanogenesis through Regulang the PI3K/Akt and MAPK/
ERK Signaling Pathways in Melanocytes. Int J Mol Sci. 2017;18(2):471.
hps://doi.org/10.3390/ijms18020471
[48]. Kudo M, Kobayashi-Nakamura K, Tsuji-Naito K. Bifunconal
eects of O-methylated avones from Scutellaria baicalensis
Georgi on melanocytes: Inhibion of melanin producon and
intracellular melanosome transport. Slominski AT, editor. PLOS
ONE. 2017;12(2):e0171513. hps://doi.org/10.1371/journal.
pone.0171513
[49]. Jung HG, Kim HH, Paul S, Jang JY, Cho YH, Kim HJ, et al. Quercen-3-O-
β-d-glucopyranosyl-(1→6)-β-d-glucopyranoside suppresses melanin
synthesis by augmenng p38 MAPK and CREB signaling pathways
and subsequent cAMP down-regulaon in murine melanoma cells.
Saudi J Biol Sci. 2015;22(6):706–13. hps://doi.org/10.1016/j.
sjbs.2015.03.009
[50]. Goh M-J, Lee H-K, Cheng L, Kong D-Y, Yeon J-H, He Q-Q, et al.
Depigmentaon Eect of Kadsuralignan F on Melan-A Murine
Melanocytes and Human Skin Equivalents. Int J Mol Sci.
2013;14(1):1655–66. hps://doi.org/10.3390/ijms14011655
[51]. Liang C-H, Chou T-H, Tseng Y-P, Ding H-Y. trans-Caeic Acid Stearyl
Ester from Paeonia surucosa Inhibits Melanin Synthesis by
cAMP-Mediang Down-Regulaon of α-Melanocyte-Smulang
Hormone-Smulated Melanogenesis Signaling Pathway in B16 Cells.
Biological and Pharmaceucal Bullen. 2012;35(12):2198–203.
hps://doi.org/10.1248/bpb.b12-00619
[52]. Chou T-H, Ding H-Y, Lin R-J, Liang J-Y, Liang C-H. Inhibion of
Melanogenesis and Oxidaon by Protocatechuic Acid from
Origanum vulgare (Oregano). J Nat Prod. 2010;73(11):1767–74.
hps://doi.org/10.1021/np100281g
[53]. Wu X, Yin S, Zhong J, Ding W, Wan J, Xie Z. Mushroom tyrosinase
inhibitors from Aloe barbadensis Miller. Fitoterapia. 2012;83(8):1706–
11. hps://doi.org/10.1016/j.tote.2012.09.028
[54]. Lin D, Wang S, Song T, Hsieh C, Tsai M. Safety and ecacy of
tyrosinase inhibion of Paeonia surucosa Andrews extracts on
human melanoma cells. J Cosmet Dermatol. 2019;18(6):1921–9.
hps://doi.org/10.1111/jocd.12902
[55]. Momtaz S, Mapunya BM, Houghton PJ, Edgerly C, Hussein A,
Naidoo S, et al. Tyrosinase inhibion by extracts and constuents
of Sideroxylon inerme L. stem bark, used in South Africa for skin
lightening. J Ethnopharmacol. 2008;119(3):507–12. hps://doi.
org/10.1016/j.jep.2008.06.006
Aplikasi Gold Nanopartikel dengan Bahan Alam... Putri et. al.
127
Jurnal Sains Farmasi & Klinis | Vol. 08 No. 02 | Agustus 2021
[56]. Chang C-T, Chang W-L, Hsu J-C, Shih Y, Chou S-T. Chemical composion
and tyrosinase inhibitory acvity of Cinnamomum cassia essenal
oil. Bot Stud. 2013;54(1):10. hps://doi.org/10.1186/1999-3110-
54-10
[57]. Lee S-C, Chen C-H, Yu C-W, Chen HL, Huang W-T, Chang Y-S, et al.
Inhibitory eect of Cinnamomum osmophloeum Kanehira ethanol
extracts on melanin synthesis via repression of tyrosinase expression.
J Biosci Bioeng. 2016;122(3):263–9. hps://doi.org/10.1016/j.
jbiosc.2016.03.002
[58]. Ma H, Xu J, DaSilva NA, Wang L, Wei Z, Guo L, et al. Cosmec
applicaons of glucitol-core containing gallotannins from a
proprietary phenolic-enriched red maple (Acer rubrum) leaves
extract: inhibion of melanogenesis via down-regulaon of
tyrosinase and melanogenic gene expression in B16F10 melanoma
cells. Arch Dermatol Res. 2017;309(4):265–74. hps://doi.
org/10.1007/s00403-017-1728-1
[59]. Hoek K, Rimm DL, Williams KR, Zhao H, Ariyan stephan, Kluger
HM, et al. Expression Proling Reveals Novel Pathways in the
Transformaon of Melanocytes to Melanomas. CANCER Res. 2014;
[60]. Christopher Gabbo, Tao Sun. Comparison of Human Dermal
Fibroblasts and HaCat Cells Cultured in Medium with or without
Serum via a Generic Tissue Engineering Research Plaorm. Int J Mol
Sci. 2018;19(2):388. hps://doi.org/10.3390/ijms19020388
[61]. Wilson VG. Growth and Dierenaon of HaCaT Keranocytes. In:
Turksen K, editor. Epidermal Cells. New York, NY: Springer New York;
2013. p. 33–41. (Methods in Molecular Biology; vol. 1195). hps://
doi.org/10.1007/7651_2013_42
[62]. ATCC. Hs68. 2020; Available from: hps://www.atcc.org/products/
all/CRL-1635.aspx#
[63]. Paon EE, Mathers ME, Schartl M. Generang and Analyzing Fish
Models of Melanoma. In: Methods in Cell Biology. Elsevier; 2011. p.
339–66. hps://doi.org/10.1016/B978-0-12-381320-6.00014-X
[64]. MatTek. MelanoDerm [Internet]. 2021. Available from: hps://
www.maek.com/products/melanoderm/
[65]. Zhang Z, Michniak-Kohn BB. Tissue Engineered Human Skin
Equivalents. Pharmaceucs. 2012;4(1):26–41. hps://doi.
org/10.3390/pharmaceucs4010026
[66]. Merck. Human Epidermal Melanocytes: HEM, adult [Internet]. 2021.
Available from: hps://www.sigmaaldrich.com/catalog/product/
sigma/10405a?lang=en®ion=ID&gclid=EAIaIQobChMIuIKRye
zS7gIVxjUrCh1X_QHVEAAYASAAEgJL6_D_BwE
[67]. Picot J. Human Cell Cultur Protocol. 2005. (second edion).
[68]. PromoCell. Normal Human Epidermal Melanocytes (NHEM)
[Internet]. 2021. Available from: hps://www.promocell.
com/product/normal-human-epidermal-melanocytes-
nhem/#:~:text=Primary%20Normal%20Human%20
Epidermal%20Melanocytes,the%20keratinocytes%20in%20
suprabasal%20layers.
[69]. ScienCell. Human Epidermal Melanocytes-medium [Internet].
2020. Available from: hps://www.sciencellonline.com/human-
epidermal-melanocytes-medium.html
[70]. ATCC. B16-F0 [Internet]. 2020. Available from: hps://www.atcc.
org/products/all/CRL-6322.aspx
[71]. Kim K-N, Yang H-M, Kang S-M, Kim D, Ahn G, Jeon Y-J. Octaphlorethol
A isolated from Ishige foliacea inhibits α-MSH-smulated induced
melanogenesis via ERK pathway in B16F10 melanoma cells.
Food Chem Toxicol. 2013;59:521–6. hps://doi.org/10.1016/j.
fct.2013.06.031.
Copyright © 2021 The author(s). You are free to share (copy and redistribute the material in any medium or format) and adapt (remix, transform, and build upon the
material for any purpose, even commercially) under the following terms: Attribution — You must give appropriate credit, provide a link to the license, and indicate if
changes were made. You may do so in any reasonable manner, but not in any way that suggests the licensor endorses you or your use; ShareAlike — If you remix,
transform, or build upon the material, you must distribute your contributions under the same license as the original (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)