Content uploaded by Prosmala Hadisaputra
Author content
All content in this area was uploaded by Prosmala Hadisaputra on Jul 30, 2021
Content may be subject to copyright.
PENELITIAN
KUALITATIF
ii
iii
PENELITIAN
KUALITATIF
Dr. M. Sobry Sutikno
Prosmala Hadisaputra, M.Pd.I
Holistica
Lombok, 2020
iv
PENELITIAN KUALITATIF
Penulis:
Dr. M. Sobry Sutikno
Prosmala Hadisaputra, M.Pd.I
Editor : Nurlaeli, SE.
Disain Cover : Tim Holistica
Tata Letak : Tim Holistica
Penerbit: Holistica
Lombok
e-mail: redaksiholistica@yahoo.co.id
Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT)
ISBN 978-602-18045-6-8
Cetakan, April 2020
-------------------------------------------
Dilarang keras mengutip, menjiplak, memphoto copy, atau memperbanyak
dalam bentuk apa pun, baik sebagian atau keseluruhan isi buku ini serta
memperjualbelikan tanpa izin dari Penerbit.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah. Shalawat dan
salam kepada Rasulullah. Mudah-mudahan buku yang berada
di tangan Anda saat ini bermanfaat dan berkah, dalam rangka
mengembangkan keilmuan dan kreativitas Anda dalam me-
lakukan penelitian, khususnya penelitian kualitatif.
Buku ini sengaja kami hadirkan dalam rangka untuk
menambah literatur Anda tentang penelitian kualitatif
(qualitative research). Inti pembahasan dalam buku ini adalah
memaparkan tentang kajian konseptual seputar apa itu
penelitian kualitatif serta bagaimana cara praktis menulis dan
melakukan penelitian kualitatif secara benar sesuai dengan
kaidah metodologi riset yang berlaku.
Penulis menyadari bahwa isi buku ini masih belum
sempurna, namun penulis yakin bahwa buku ini dapat
mewakili buku-buku penelitian yang lazim digunakan maha-
siswa, guru, dosen, dan praktisi penelitian, baik secara teoretik
maupun praktis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun tentu diperlukan untuk menyempurnakan buku ini.
Pembaca dapat berdiskusi dengan penulis melalui E-Mail:
msobrysutikno@gmail.com (Dr. M. Sobry Sutikno) dan
prossayangamalia@gmail.com (Prosmala Hadisaputra).
Lombok, April 2020
Penulis
vi
vii
DAFTAR ISI
Bagian 1
KONSEP UMUM PENELITIAN KUALITATIF ……… 1
A. Definisi Penelitian …………………………………… 1
B. Penelitian Kualitatif …………………………………. 4
C. Karakteristik Penelitian Kualitatif ………………….. 6
D. Perbedaan Antara Penelitian Kualitatif
dan Kuantitatif ……………………………………… 12
E. Kegunaan Penelitian Kualitatif ……………………… 20
F. Keunggulan Penelitian Kualitatif ………………….… 23
Bagian 2
PROPOSAL DAN LAPORAN
HASIL PENELITIAN KUALITATIF …………………… 25
A. Proposal Penelitian …………………………………… 25
1. Definisi dan Manfaat Proposal Penelitianc …………... 25
2. Sistematika Penyusunan Proposal …………………… 27
B. Laporan Penelitian …………………………………… 31
1. Jenis dan Manfaat Laporan Penelitian ………………. 31
2. Sistematika Laporan Penelitian ………………………. 32
Bagian 3
TOPIK, IDENTIFIKASI MASALAH
& JUDUL PENELITIAN ………………………………… 35
A. Topik …………………………………………………. 35
1. Definisi Topik ……………………………………….. 35
2. Tips Memilih Topik …………………………………. 36
3. Cara Praktis Menemukan Topik ……………………. 37
viii
B. Identifikasi Masalah ………………………………….. 38
1. Definisi Identifikasi Masalah ……………………….. 38
2. Kriteria Masalah yang Baik ………………………… 41
3. Cara Praktis Identifikasi Masalah Penelitian ………. 43
4. Model-Model Identifikasi Masalah …………………. 44
5. Contoh Identifikasi Masalah ………………………… 46
C. Merumuskan Judul ………………………………….. 48
1. Kriteria Judul Penelitian ……………………………. 48
2. Komposisi Judul Penelitian Kualitatif ……………… 51
Bagian 4
LATAR BELAKANG,
FOKUS, RUMUSAN MASALAH,
TUJUAN PENELITIAN, MANFAAT PENELITIAN,
DAN PENELITIAN YANG RELEVAN ………………. 53
A. Latar Belakang Masalah …………………………….. 53
1. Komposisi Latar Belakang Masalah (LBM) ……….. 53
2. Cara Praktis Menulis LBM …………………………. 57
B. Fokus Penelitian ……………………………………… 59
C. Rumusan Masalah …………………………………… 61
1. Definisi Rumusan Masalah ………………………….. 61
2. Karakteristik Rumusan Masalah ……………………. 62
3. Kesalahan Umum dalam Membuat Rumusan Masalah 64
4. Langkah Praktis Membuat Rumusan Masalah ……… 66
D. Tujuan Penelitian ……………………………………… 68
1. Tujuan Penelitian ……………………………………... 68
2. Menulis Tujuan Penelitian …………………………… 69
E. Manfaat Penelitian ……………………………………. 70
1. Macam-Macam Sifat Manfaat Penelitian …………… 71
ix
2. Langkah Praktis Menulis Manfaat Penelitian ………. 71
F. Penelitian yang Relevan ……………………………. 72
Bagian 5
PENDEKATAN, JENIS,
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ……………… 73
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian …………………… 73
B. Lokasi dan Watu Penelitian ………………………… 82
Bagian 6
SUMBER DATA (Populasi & Sampel) ………………. 83
A. Konsep Populasi dan Sampel ……………………... 83
1. Definisi Populasi …………………………………… 83
2. Definisi Sampel …………………………………….. 86
B. Teknik Sampling …………………………………… 87
1. Probability Sampling ………………………………. 89
2. Nonprobability sampling …………………………… 92
C. Teknik Sampling Penelitian Kualitatif …………….. 95
D. Ukuran Sampel dalam Penelitian Kualitatif ………. 97
Bagian 7
TEKNIK PENGUMPULAN DATA …………………… 99
A. Observasi (Pengamatan) …………………………….. 99
1. Definisi Observasi …………………………………… 99
2. Macam-Macam Observasi …………………………. 100
3. Manfaat Observasi …………………………………. 102
4. Persiapan Sebelum Observasi ……………………… 104
5. Merekam Data Observasi …………………………… 109
6. Kelebihan dan Kekurangan Observasi ……………… 113
7. Etika Observasi ……………………………………… 114
x
B. Wawancara …………………………………………… 115
1. Definisi Wawancara ………………………………… 115
2. Klasifikasi Wawancara …………………………….. 116
3. Wawancara Efektif ………………………………….. 121
4. Kelebihan dan kekurangan wawancara …………….. 126
5. Etika Wawancara …………………………………… 126
C. Dokumentasi ………………………………………… 129
1. Konsep Dokumentasi ……………………………….. 129
2. Macam-Macam Dokumen …………………………… 131
3. Langkah-Langkah Menyeleksi Dokumen …………… 132
4. Keunggulan dan Kelemahan Dokumentasi …………. 133
Bagian 8
ANALISIS DATA ……………………………………….. 135
A. Konsep Analisis Data Kualitatif ……………….…… 135
B. Tahapan dan Teknik Analisis Data Kualitatif ……… 137
1. Analisis Sebelum di Lapangan ……………………… 137
2. Analisis Selama di Lapangan ……………………….. 138
Bagian 9
PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA ………………. 151
A. Perpanjangan Kehadiran Peneliti …………………….. 151
B. Observasi mendalam ………………………………….. 152
C. Pembahasan teman sejawat …………………………… 153
D. Triangulasi Data ……………………………………… 153
Bagian 10
KAJIAN PUSTAKA, DATA TEMUAN,
DAN PEMBAHASAN …………………………………. 157
A. Kajian Pustaka ……………………………………… 157
B. Data Temuan ………………………………………… 160
xi
C. Pembahasan …………………………………………. 160
Bagian 11
DATA DAN KRITERIANYA ………………………… 161
A. Definisi Data ……………………………………….. 161
B. Kriteria Data ……………………………………….. 162
Bagian 12
PENUTUP (Bagian Akhir Penelitian) ………………….. 165
A. Simpulan …………………………………………….. 165
B. Saran ………………………………………………… 166
Bagian 13
SISTEMATIKA PENULISAN PROPOSAL
& LAPORAN PENELITIAN …………………………… 167
A. Pendahuluan ………………………………………… 167
B. Teknik Penyajian Proposal dan Laporan Penelitian .. 167
C. Teknik Penulisan …………………………………….. 170
Bagian 14
PENELITIAN CAMPURAN (MIXED METHODS):
SEBUAH PENGATAR ………………………………… 183
A. Konsep Penelitian Metode Campuran (Mixed Methods) 183
B. Mengapa Mixed Methods digunakan? ……………….. 184
C. Cara Praktis Menulis Tujuan Penelitian
Metode Campuran ………………………………….. 185
D. Hal-Hal Penting Sebelum Penelitian Mixed Methods …187
E. Strategi Penelitian Mixed Method ……………………. 188
DAFTAR PUSTAKA …………………………………… 193
BIODATA PENULIS …………………………………… 199
xii
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
1
Bagian 1
KONSEP UMUM
PENELITIAN KUALITATIF
A. Definisi Penelitian
Aktivitas penelitian pada dasarnya dilatarbelakangi
oleh sifat fitrah manusia yang selalu ingin tahu (penasaran).
Terlebih jika hasrat keingintahuan mereka didasari oleh pe-
ngetahuan ilmiah. Dengan dasar inilah, mereka tergerak untuk
mencari jawaban atas ketidaktahuan mereka.
Secara sederhana, manusia sering melakukan aktivitas
meneliti dalam kehidupan sehari-hari. Namun mereka tidak
tahu teori dan metodologi penelitian yang digunakan. Sehingga
apa yang diteliti sering kali tidak dapat ditemukan jawabannya,
atau ditemukan jawabannya namun hasilnya tidak maksimal
atau bahkan tidak ada yang diperoleh sedikit pun.
Penelitian dalam bahasa Inggris dapat disepadan
dengan kata research. Adapun research berasal dari kata re
dan to search yang berarti mencari kembali, atau dalam bahasa
Latin disepadankan dengan kata reserare yang berarti meng-
ungkap atau membuka. Jadi penelitian, research atau riset pada
dasarnya dimaknai mencari atau mengungkap kembali.
Menurut Creswell (2008), research is a process of
steps used to collect and analyze information to increase our
understanding of a topic or issue.–penelitian merupakan
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
2
proses dari langkah-langkah untuk mengumpulkan data dan
menganalisisnya, untuk mengembangkan pemahaman terhadap
isu-isu atau pokok pembicaraan umum. Definisi tersebut
melihat penelitian dari segi proses objek dan tujuanya. Dari
segi proses Creswell ingin menegaskan bahwa penelitian
secara umum dilakukan melalui proses pengumpulan data dan
menganalisisnya. Dari segi objek, penelitian pada dasarnya
bersumber dari isu atau masalah-masalah yang sedang dihadapi
sehingga membutuhkan pemecahan, dan dari segi tujuan,
penelitian bertujuan untuk memahami atau mendapatkan
jawaban dari isu-isu atau masalah tersebut.
Selanjutnya dalam kamus Webster’s New Inter-
national sebagaimana yang dikutip oleh Nazir (2005), pe-
nelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam
mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang
amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Lebih lanjut ia me-
ngutip pendapat Hillway (1956) yang menyatakan bahwa pe-
nelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan
seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna
terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang
tepat terhadap masalah tersebut. Definisi kutipan Nazir di atas
membidik penelitian dari segi sifat prosesnya. Penelitian bukan
semata-mata aktivitas penyelidikan, pencarian dan pengumpul-
an data, namun yang lebih esensi adalah ia dilakukan melalui
proses yang kritis, skeptis dan hati-hati, agar jawaban yang
diperoleh lebih tepat dan akurat.
Sedangkan menurut Satori dan Komariah (2012), pe-
nelitian merupakan sebuah investigasi sistemik yang dirancang
untuk menghasilkan suatu pengetahuan, alat atau metode. Hal
senada juga didefinisikan oleh Parson sebagaimana yang di-
kutip Nazir (2005) bahwa penelitian adalah pencarian atas
sesuatu (inquiry) secara sistemis dengan penekanan bahwa
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
3
pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat
dipecahkan. Kedua definisi tersebut menekankan penelitian
dari segi hasilnya, berupa penemuan metode, teori, alat dan
lain-lain. Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas,
dapat dapahami bahwa penelitian adalah upaya pencaritahuan
secara terorganisir dan sistemik melalui pengumpulan dan
analisis data untuk memahami, mendapatkan jawaban atau
solusi mengenai isu atau masalah yang dihadapi oleh seseorang
atau kelompok manusia tertentu, secara hati-hati, skeptis, kritis
Sehingga jawaban atau hasil yang diperoleh memiliki nilai
kebenaran ilmiah.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa penelitian ilmiah dapat dipahami sebagai
aktivitas penyelidikan terorganisir lagi sistemik, yang dilaku-
kan dengan kritis, skeptis dan penuh kehati-hatian, guna mem-
peroleh jawaban yang paling tepat dari suatu permasalahan.
Kriteria Penelitian Ilmiah
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
4
B. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif sebagai salah satu metodologi
dalam penelitian belum memiliki definisi yang baku dan
disepakati penggunaannya secara umum. Kendati demikian,
definisinya dapat disimpulkan lebih komprehensif-integratif
melalui penelusuran definisi-definisi yang telah dikemukakan
oleh para ahli, sehingga membentuk sebuah definisi yang utuh.
Oleh karena itu pada bagian ini akan dikemukakan sejumlah
definisi penelitian kualitatif, di antaranya:
1. Creswell (2008) mendefinisikan penelitian kualitatif
sebagai berikut: “Qualitative research is a type of
educational research in which the researcher relies on the
views of participants; asks broad, general questions;
collects data consisting largely of words (or text) from
participants; describes and analyzes these words for
themes; and conduct the inquiry in a subjective, biased
manner.” – Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian
pendidikan di mana peneliti bergantung pada pandangan
partisipan atau informan: peneliti bertanya panjang lebar,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan umum, pengumpulan
data sebagian besar terdiri dari kata-kata (atau teks) dari
peserta, menggambarkan dan menganalisis teks tersebut
menjadi tema-tema, dan melakukan permintaan secara
subyektif dan secara bias (memancing pertanyaan lainnya).
2. Bongdan dan Taylor dalam Moleong (2013) menyatakan
bahwa metodologi penelitian kualitatif merupakan pe-
nelitian yang menghasilkan data deskriptif, baik berupa
kata-kata lisan maupun tertulis dari orang-orang atau
perilaku yang diamati.
3. Kirk dan Miller dalam Moleong (2013) mendefinisikan
penelitian kualitatif sebagai sebuah tradisi tertentu dalam
ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental ber-
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
5
gantung dari pengamatan pada manusia, baik dalam
kawasannya maupun dalam peristilahannya.
4. Strauss dan Corbin (2009) mendefinisikan penelitian kuali-
tatif, yaitu jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak
diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan
lainnya.
5. Schensul (2011) menyatakan: “Qualitative research is an
approach that enables researchers to explore in detail
social and organizational characteristic and individual
behaviors and their meaning” –Penelitian kualitatif
merupakan pendekatan yang memungkinkan peneliti untuk
mengeksplorasi secara rinci karakteristik perilaku individu,
sosial dan organisasi serta maknanya.
6. Menurut Sugiyono (2013), penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi alamiah, (sebagai lawannya adalah eksprimen) di
mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Dari beberapa definisi di atas dapat disarikan bahwa
yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti dan memahami
perilaku individu atau kelompok, dan fenomena sosial dalam
kondisi alamiah (natural), sehingga diperoleh data-data des-
kriptif (non kuantitatif) dalam bentuk lisan dan atau tulisan,
yang kemudian diinterpretasi secara deskriptif pula. Atau
dengan bahasa yang sederhana, penelitian kualitatif adalah
penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala
secara holistic-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar
alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen
kunci.
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
6
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah
dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti
adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus me-
miliki bekal teori dan wawasan yang luas, bisa bertanya, meng-
analisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih
jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat
nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas,
untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami
interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memasti-
kan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.
Berbagai definisi penelitian kualitatif yang disebutkan
sebelumnya menjadi klaim jelas bahwa penelitian kualitatif
juga disebut inkuiri naturalistik atau penelitian alamiah, feno-
menologis, studi kasus, interpretatif, ekologis, deskriptif dan
sebagainya. Di samping itu, metode penelitian kualitatif di-
sebut juga penelitian etnografi. Karena pada awalnya metode
penelitian ini seringkali digunakan dalam bidang antropologi
budaya (Sugiyono, 2013).
C. Karakteristik Penelitian Kualitatif
Karakteristik penelitian kualitatif dikemukakan ber-
beda-beda oleh para ahli. Namun sebenarnya hal tersebut tidak
dipandang sebagai sebuah perbedaan yang saling menyalahkan
atau saling klaim kebenaran dan keunggulan pendapat. Karena
pada dasarnya perbedaan tersebut saling melengkapi antara
yang satu dengan yang lainnya. Sharan B. Merriem (2009)
misalnya mengemukakan: “A central characteristic of quail-
tative research is that individual construct reality in interaction
with their social world.” –Karakteristik utama dari penelitian
kualitatif adalah individu membangun realitas dalam interaksi
dengan dunia sosial mereka (yang diteliti).
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
7
Dalam penelitian kualitatif, peneliti harus mampu
memasuki realitas sosial objek yang diteliti. Jika ia meneliti
tentang sekolah, ia harus memasuki dunia sekolah itu. Jika ia
meneliti tentang pesantren, ia dituntut untuk memasuki realita
kehidupan pesantren. Jika ia hendak meneliti perilaku seorang
tokoh, ia harus ikut serta dalam realita sosial kehidupan tokoh
yang diteliti, dan seterusnya. Hal ini dimaksudkan agar peneliti
dapat melakukan pengamatan secara langsung, utuh dan me-
nyeluruh terhadap objek penelitian.
Berbeda dengan pendapat Miles dan Huberman dalam
Gray (2009) yang mengemukakan empat karakteristik peneliti-
an kualitatif, yaitu: (1)It is conducted through intense contact
within a ‘field’ or real life setting; (2) The researcher’s role is
gain a ‘holistic’ or integrated overview of the study, including
the perceptions of participants; (3) Themes the emerges from
the data are often reviewed with informants for verification;
(4) The main focus of research is to understand the ways in
which people act and account for their actions.
Keempat karakteristik penelitian kualitatif perspektif
Miles dan Huberman di atas dapat dijelaskan secara sederhana
sebagai berikut:
1. Penelitian kualitatif bersifat intensif. Penelitian kualitatif
tidak seharusnya dilakukan dengan setengah hati. Melain-
kan harus dilakukan melalui hubungan intensif dengan
yang diteliti. Yaitu melaksanakan penelitian dengan
sungguh-sungguh di lapangan (lokasi penelitian), guna
memperoleh hasil yang maksimal. Hal tersebut dilakukan
dengan menjaga harmonisasi hubungan dengan yang
diteliti ataupun dengan para partisipan dan informan
sebagai sumber data.
2. Penelitian kualitatif bersifat holistik. Peneliti dituntut
untuk sedapat mungkin memperoleh data secara holistik
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
8
atau menyeluruh. Peneliti tidak memandang data yang ia
peroleh sebagai sesuatu yang terpisah melainkan sebagai
sesuatu yang memiliki kesatuan antara data yang satu
dengan lainnya.
3. Penelitian kualitatif bersifat verifikatif. Artinya data yang
telah diperoleh harus senantiasa diulas dan dirundingkan
dengan para informan untuk diverifikasi atau dicek.
Menurut Moleong (2013) hal ini disebabkan oleh beberapa
hal; pertama, susunan dari merekalah (informan) yang
akan diangkat oleh peneliti. Kedua, hasil penelitian ber-
gantunng pada hakikat dan kualitas hubungan antara pen-
cari (peneliti) dengan yang dicari (yang diteliti). Ketiga,
konfirmasi hipotesis kerja akan menjadi lebih baik
verifikasinya apabila diketahui dan dikonfirmasikan oleh
orang-orang yang ada kaitannya dengan yang diteliti.
4. Penelitian kualitatif memiliki fokus utama yaitu memahami
tindakan seseorang dan pertanggungjawabannya atas
tindakan itu. Dalam penelitiannya, peneliti tidak sekedar
mengamati perilaku objek semata. Melainkan ia dituntut
untuk memahami perilaku tersebut, dengan meminta infor-
masi pertanggungjawaban atau alasan terhadap perilaku
tersebut. Jadi seorang peneliti kualitatif tidak sekadar me-
minta informasi lalu membenarkannya langsung, namun
lebih dari itu peneliti harus mengetahui dan memahami
motif di balik perilaku subjek atau jawaban pertanyaan dari
informan. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan data
yang berkualitas.
Demikian pula Klenke (2008) dalam bukunya “Quali-
tative Research in The Study Leadership” memaparkan empat
karakteristik penelitian kualitatif: (1)Qualitative research is
predominantly inductive and conducted in natural-settings; (2)
In qualitative research, sample size does matter; (3)
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
9
Qualitative data are derived from the participants perspective;
(4) Qualitative design are flexible (reflexive) and can, and
should be changed to match the dynamics of the evolving
research process.
Dari pemaparan Klenke di atas dapat diuraikan secara
sederhana bahwa penelitian kualitatif memiliki empat karak-
teristik dalam pandangannya yaitu:
1. Data lebih dominan dianalisis secara induktif dan pe-
nelitian dilakukan dalam kondisi alamiah (natural setting).
Analisis induktif digunakan dalam penelitian kualitatif
karena beberapa alasan. Pertama, proses induktif lebih dapat
menemukan kenyataan-kenyataan penelitian sebagai yang
terdapat dalam data. Kedua, analisis induktif lebih dapat
membuat hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat
dikenal dan akuntabel. Ketiga, analisis demikian lebih dapat
mengurai latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-
keputusan tentang dapat-tidaknya pengalihan kepada suatu
latar yang lain. Keempat, analisis induktif lebih dapat me-
nemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-
hubungan. Kelima, analisis demikian dapat memperhitungkan
nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik
(Endraswara, 2006).
Di samping itu, sifat dasar penelitian kualitatif adalah
berlatar alamiah (natural setting). Penelitian dilakukan tanpa
ada rekayasa sedikit pun dari peneliti. Peneliti benar-benar
secara alami memasuki dunia yang ditelitinya. Peneliti datang
ke lokasi penelitian dan berbaur alami dengan objek penelitian.
Ia mengobservasi, merekam, memotret, dan membuat catatan-
catatan lapangan dalam kondisi alami sesuai dengan fakta yang
ditemukan di lapangan. Inilah yang diistilahkan oleh Merriem
dengan construct reality (membangun realitas) –sebagaimana
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
10
yang dijelaskan diawal pembahasan “karakteristik penelitian
kualitatif” ini.
2. Dalam penelitian kualitatif, ukuran sampel tidak terlalu
dipedulikan.
Dalam Penelitian kualitatif tidak tepat untuk mem-
perkirakan jumlah sampel. Pentingnya ukuran sampel dalam
penelitian kualitatif benar-benar tidak relevan. Karena betapa
banyak orang yang akan diwawancarai dengan jumlah per-
tanyaan dan tingkat keluangan informan yang tidak terjamin.
Oleh karena itu ukuran sampel bukan menjadi hal yang utama,
karena yang paling ditekankan adalah kekayaan dan kualitas
informasi.
3. Data kualitatif berdasarkan perspektif partisipan atau
informan (subyektif)
Penelitian kualitatif merupakan aktifitas menggali
makna yang diteliti berdasarkan perspektif partisipan. Di mana
subjek membangun atau menyusun makna berdasarkan proses
pendeskripsian makna yang disusun subjek. Oleh karena itu
riset kualitatif bersifat subjektif. Sarwono (2011) menjelaskan
mengapa penelitian kualitatif bersifat subjektif?. Menurutnya,
riset kualitatif menggambarkan suatu masalah atau kondisi dari
sudut pandang individu-individu yang mengalaminya. Pemilih-
an individu-individu tersebut didasarkan pada kekayaan infor-
masi mereka dalam kaitannya dengan masalah yang sedang
dikaji.
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
11
4. Desain kualitatif bersifat fleksibel (refleksif) dan dapat,
bahkan harus diubah agar sesuai dengan dinamika proses
perkembangan penelitian.
Desain penelitian kualitatif tidaklah bersifat baku.
Kenyataannya, hal ini berimplikasi pada tidak adanya format
atau sistematika baku dalam penulisan proposal penelitian.
Sebagaimana fakta yang terjadi di masing-masing perguruan
tinggi (PT), sistematika penulisan proposal antara PT yang satu
dengan yang lainnya berbeda-beda, walaupun ada bagian-
bagian pokok yang harus ada.
Sebagaimana yang tercermin dari penamaannya yaitu
“kualitatif”, maka maksud penelitian ini adalah untuk me-
nemukan data dan informasi yang berkualitas. Untuk men-
dapatkan data-data berkualitas tersebut, maka penelitian kuali-
tatif diformat dalam bentuk yang fleksibel, yaitu terbuka
terhadap kemungkinan-kemungkinan masalah yang terus ber-
kembang dengan data yang bervariasi di luar dugaan peneliti.
Oleh karena itu ada beberapa alasan yang dikemuka-
kan oleh Moleong mengenai “mengapa desain kualitatif ber-
sifat fleksibel?”yaitu: pertama, tidak dapat dibayangkan se-
belumnya tentang kenyataan-kenyataan jamak, biasa dilapang-
an; kedua,tidak dapat diramalkan sebelumnya apa yang akan
berubah, karena hal itu akan terjadi dalam interaksi antara
peneliti dengan kenyataan; ketiga, bermacam-macam sistem
nilai yang terkait berhubungan dengan cara yang tidak dapat
diramalkan.
Lebih rinci Jones, Brown dan Holloway (2013)
menjelaskan dalam bukunya “Qualitative Research in Sport
and Physical Activity”. bahwa: “the essential traits of
qualitative explain its character, they are:flexibility, coherence
and consisitency, priority of data, context sensitivity, Thick
description, Immersion in the setting (natural setting),
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
12
Insider/outsider perspectives, Reflexivity and ‘critical
subjectivity’.–Menurut mereka karakteristik penelitian kuali-
tatif meliputi: fleksibilitas, koherensi dan konsisten, prioritas
data, sensitivitas konteks, deskriptif, alamiah (natural setting),
insider/outsider perspektif, refleksif dan subjektif.
----------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------
D. Perbedaan Antara Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Pada dasarnya penelitian kualitatif dan kuantitatif
dapat dibedakan melalui tinjauan tiga aspek yaitu perbedaan
Karakteristik penelitian kualitatif
menurut beberapa ahli
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
13
aksioma, proses penelitian dan karakteristik penelitian. Pen-
jelasan dari aspek-aspek tersebut, berikut ini:
1. Perbedaan dari segi aksioma
Aksioma dapat dipahami sebagai pandangan dasar di
awal penelitian yang meliputi sifat realitas, hubungan peneliti
dengan yang diteliti, hubungan antar variabel, kemungkinan
generalisasi dan nilai. Lebih detail dapat dilihat dalam tabel
berikut ini:
No.
Aksioma
Kualitatif
Kuantitatif
1
Sifat realitas
Realitas dipandang
abstrak karena
menghendaki
makna dibaliknya,
dan belum dapat
dikategorisasi
karena bersifat
holistik dan
dinamis.
Realitas
dipandang
konkrit, dapat
dikategorisasi
menurut jenis,
warna, bentuk
dan sebagainya.
2
Hubungan
peneliti
dengan yang
diteliti
Dependen:
penelitian
bergantung pada
hubungan antara
peneliti dengan
yang diteliti dan
atau narasumber
atau informan.
Independen:
peneliti tidak
mengenal
respondennya
3
Hubungan
antar variabel
Variabel lebih
interkatif (saling
mempengaruhi)
Variabel lebih
bersifat klausal
atau hubungan
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
14
sebab akibat
antara variabel
inpenden dan
dependen
4
Kemungkinan
generalisasi
Lebih menekankan
kedalaman
informasi, sehingga
tidak
memungkinkan
untuk melakukan
generalisasi
Lebih
menekankan pada
keluasan
informasi dari
banyak populasi
dengan jumlah
sampel terbatas,
sehingga hasilnya
dapat
digeneralisasi
terhadap populasi
lainnya
5
Nilai
Bebas nilai
Terikat nilai
karena senantiasa
berinteraksi
dengan
narasumber
Perbedaan kualitatif & kuantitatif daris segi aksioma
Sumber: Sugiyono (2013) telah dimodifikasi
2. Perbedaan dari segi proses penelitian
Tidak hanya berbeda dari segi aksioma, penelitian
kualitatif dan kuantitatif juga berbeda dari segi proses. Untuk
lebih jelasnya, perbedaan proses tersebut dapat dilihat pada
skema berikut ini:
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
15
Identifikasi masalah
KUALITATIF
KUANTITATIF
Fokus masalah
Merumuskan masalah
1) Pengkajian teori;
2) Menentukan metode
penelitian
Studi pendahuluan: melalui fakta
empiris dan penguasaan teori
Merumuskan masalah:sesuai
penemuan dalam studi
pendahuluan
Membuat hepotesis masalah
1) Menentukan metode penelitian
2) Membuat instrument pengujian
hepotesis
Menyebarkan instrument penelitian
Pengumpulan data hasil pengujian
hepotesis
Analisis data
Interpretasi data
Pengumpulan data:
observasi, wawamcara,
dokumentasi, analisis teks
Analisis data
Interpretasi data
Hasil pengujian hepotesis
Penemuan
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
16
3. Perbedaan dari segi karakteristik penelitian
Pada pembahasan sebelumnya telah dipaparkan
pendapat para ahli mengenai karakteristik penelitian kualitatif,
namun pada bagian ini akan dipaparkan perbedaan karak-
teristik antara penelitian kualitatif dan kuantitatif secara lebih
jelas dan komprehensif, yang dapat dilihat dalam tabel berikut
ini:
No.
Karakteristik
Kualitatif
Kuantitatif
1
Desain
1. Bersifat umum
1. Spesifik, rinci
2. Permasalahan
bersifat
fleksibel,
tentatif,
2. Permasalahan
bersifat
permanen
sejak awal
3. Dinamis
3. Stagnan
mengikuti
permasalahan
2
Tujuan
1. Menemukan
pola hubungan
yang bersifat
interaktif
1. Menunjukkan
hubungan
antar variabel
2. Meneliti
fenomena yang
kompleks dan
holistic
2. Menguji teori
dalam bentuk
hipotesis
3. Menemukan
pemahaman
mendalam
sehingga
memungkinkan
diperoleh teori
baru
3. Menjeneralisa
si secara
prediktif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
17
3
Teknik
penelitian
1. Observasi
partisipatif
1. Eksprimen,
survey
2. Wawancara
mendalam
2. Kuesioner
3. Dokumentasi
3. Observasi dan
wawancara
terstruktur
4
Instrument
penelitian
1. Peneliti sendiri
1. Test, angket,
draf
wawancara
terstruktur
2. Buku catatan
lapangan,
handycam,
kamera, tape
recorder dan
sebagainya.
2. Instrumen
yang telah
dibuat sendiri
oleh peneliti
5
Data
1. Deskriptif,
naratif
1. Kuantitatif,
numerik
2. Dokumen
pribadi, catatan
lapangan;
ungkapan dan
tindakan
narasumber,
transkrip,
artefak
2. Hasil
pengukuran
variabel
dioperasional
kan dengan
menggunakan
instrument
3. Random/acak
: memilih
papulasi
secara acak
untuk
dijadikan
sampel
6
Sampel
1. Kecil
1. Besar
2. Tidak harus
2. Repsentatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
18
repsentatif
3. Purposive,
snowball
3. Sedapat
mungkin
random
4. Dinamis:
diharapkan
memperoleh
pemahaman
yang mendalam
4. Permanen:
ditentukan
sejak awal
penelitian
7
Analisis
1. Induktif
1. Deduktif
2. Menggunakan
tema, teori,
pola tertentu.
2. Menggunakan
statistic
3. Proses analisis
dari sejak awal
penelitian
hingga akhir
penelitian, terus
menerus
3. Proses
analisis
setelah
pengumpulan
data
8
Hubungan
dengan
responden/infor
man
1. Intraktif,
empati, akrab,
tanpa jarak
1. Berjarak,
bahkan tanpa
kontak
2. Hubungan
jangka panjang
2. Jangka
pendek
3. Antara peneliti
dan informan
lebih egaliter
3. Peneliti
terkesan lebih
tinggi
9
Usulan desain
1. Singkat
1. Spesifik
2. Literatur
bersifat
tentative
2. Literatur yang
berhubungan
dengan
masalah, dan
variabel yang
diteliti
3. Prosedur
3. Prosedur
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
19
bersifat umum
spesifik
dengan
langkah-
langkah yang
rinci
4. Masalah
bersifat tentatif
4. Masalah
dirumuskan
secara
permanen
5. Tidak ada
perumusan
hepotesis
5. Memiliki
rumusan
hipotesis yang
jelas
6. Fokus utama
ditetapkan
setelah
diperoleh data
awal di
lapangan
7. Ditulis secara
rinci dan jelas
sebelum
melakukan
penelitian
10
Kapan
penelitian
dianggap
selesai?
Setelah tidak ada
lagi data yang
dianggap baru
Setelah semua
data yang
direncanakan di
awal penelitian
terkumpul
11
Kepercayaan
terhadap hasil
penelitian
Pengujian
kredibilitas proses
dan hasil penelitian
Pengujian
validitas dan
realibilitas
instrument
Perbedaan penelitian kualitatif
dan kuantitatif dari segi karakteristik
Sumber: Sugiyono (2012) telah dimodifikasi
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
20
E. Kegunaan Penelitian Kualitatif
Kualitatif dan kuantitatif merupakan dua model pen-
dekatan penelitian yang umum digunakan. Sehingga barangkali
muncul pertanyaan dalam diri kita, pendekatan mana yang
paling ilmiah? Tentu di antara kedua pendekatan penelitian
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan tergantung kapan,
di mana dan dalam kondisi apa ia digunakan. Penelitian
kualitatif dan kuantitatif dapat diibaratkan seperti kunci yang
berbeda, sedangkan masalah penelitian dapat diibaratkan se-
perti pintu. Tentunya pintu akan terbuka bila sesuai dengan
kunci yang digunakan. Demikian pula masalah akan terurai,
terjawab bila sesuai dengan pendekatan penelitian yang di-
gunakan. Oleh karena itu peneliti harus mengetahui kapan
dirinya akan menggunakan penelitian kualitatif atau kuantitatif.
Sugiyono (2012) menyebutkan mengenai kapan pe-
nelitian kualitatif digunakan, yaitu sebagai berikut:
1. Bila masalah penelitian belum jelas, masih bias bahkan
gelap
Salah satu karakteritik penelitian kualitatif adalah
peneliti berangkat dari kondisi kosong tanpa masalah. Per-
masalahan belum dapat dideteksi secara rinci. Ibaratnya
seseorang yang hendak diajak pesiar ke suatu lokasi yang
pertama kali ia kunjungi. Ia hanya diberitahu mengenai lokasi
pesiarnya, namun tidak dijelaskan mengenai keadaan, situasi
dan kondisi lokasi tersebut.
2. Untuk memahami makna di balik data yang nampak
Kejadian, peristiwa atau perilaku yang nampak sering-
kali tidak dapat dimaknai dan difahami secara kasat mata,
namun harus diteropong secara kualitatif melalui kegiatan
semisal wawancara mendalam, observasi, dokumentasi. Me-
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
21
lalui kegiatan tersebut peneliti dapat mengetahui motif
kejadian, peristiwa maupun perilaku tersebut. Misalnya siswa
bersaf rapi setiap shalat zuhur berjamah di mushalla sekolah.
Kondisi yang demikian bisa saja diklaim secara kuantitatif
sebagai sebuah kegiatan yang telah berhasil membentuk
karakter siswa. Namun, mungkin secara kualitatif tidak
demikian, bisa saja siswa melakukan hal tersebut karena takut
kepada gurunya, atau ingin dipuji dan sebagainya.
3. Untuk memahami interaksi sosial
Interaksi sosial merupakan persoalan yang sangat
kompleks. Persoalan sangat mungkin diurai secara tuntas dan
konprehensif dengan metode kualitatif, misalnya peneliti
berpartisipasi aktif dalam observasi dan melakukan wawancara
secara mendalam, sehingga dapat ditemukan pola interaksi
yang jelas antara satu masalah (fenomena, gejala, peristiwa,
perilaku dan lain-lain) dengan masalah (fenomena, gejala,
peristiwa, perilaku) lainnya.
4. Untuk memahami perasaan orang
Perasaan seseorang yang meliputi bahagia, susah,
marah, khawatir, sedih, terharu dan sebagainya hanya dapat
diketahui dengan secara holistik-konprehensif melalui pen-
dekatan kualitatif seperti wawancara mendalam. Sebab, pe-
rasaan dapat dideskripsikan secara luas, detail dan mendalam
oleh subjek atau informan hanya melalui wawancara.
5. Untuk mengembangkan teori
Penelitian kualitatif sangat cocok digunakan untuk
mengembangkan teori yang dibangun berdasarkan data yang
diperoleh di lapangan melalui survei awal dan telaah literatur.
Melalui dua kegiatan tersebut peneliti dapat menemukan teori
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
22
yang sudah ada secara praktis di lapangan dan secara teoretis
dalam literatur, selanjutnya dikembangkan atau bahkan dapat
melahirkan teori baru.
6. Untuk memastikan kebenaran data
Menggunakan teknik pengumpulan data kadang-
kadang tidak dapat menjawab permasalahan penelitian dengan
pasti. Maka penelitian kualitatif merupakan pilihan yang tepat
untuk mendapatkan kualitas data yang dapat diyakini ke-
benarannya. Sebab dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat
memastikan kebenaran atau tingkat validitas data-data yang
dikumpulkan dan diuji keabsahannya melalui triangulasi.
7. Untuk meneliti sejarah perkembangan
Dalam penelitian yang berhubungan dengan sejarah,
penelitian kualitatif dilengkapi dengan teknik pengumpulan
data yang efektif yaitu dokumentasi dan wawancara. Kedua
teknik tersebut bila digunakan dengan baik dapat mengurai
perkembangan sejarah yang diteliti lebih detail, holistik, saling
berkaitan dan sambung menyambung.
Selain ketujuh kegunaan penelitian kualitatif di atas,
Moleong (2013) juga menyajikan lebih rinci mengenai ke-
gunaan penelitian kualitatif sebagai berikut:
1. Pada upaya pemahaman penelitian perilaku dan penelitian
motivasional;
2. Untuk penelitian konsultatif;
3. Memahami isu-isu rumit suatu proses;
4. Memahami situasi rinci tentang situasi dan kenyataan yang
dihadapi seseorang;
5. Untuk memahami isu-isu yang sensitive;
6. Untuk keperluan evaluasi;
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
23
7. Untuk meneliti latar belakang fenomena yang tidak dpat
diteliti melalui penelitian kuantitatif;
8. Digunakan untuk meneliti tentang hal-hal yang berkaitan
dengan latar belakang subjek penelitian;
9. Digunakan untuk lebih dapat memahami setiap fenomena
yang sampai sekarang belum banyak diketahui;
10. Digunakan oleh peneliti dengan maksud untuk meneliti
sesuatu secara mendalam;
11. Dimanfaatkan oleh peneliti yang berminat untuk menelaah
sesuatu latar belakang misalnya motivasi, peranan, nilai,
sikap, dan persepsi;
12. Digunakan oleh peneliti yang berkeinginan untuk meng-
gunakan hal-hal yang belum banyak diketahui ilmu pe-
ngetahuan;
13. Dimanfaatkan oleh peneliti yang ingin meneliti sesuatu dari
segi proses.
F. Keunggulan Penelitian Kualitatif
Adapun keunggulan metode penelitian kualitatif di-
banding kuantitatif secara umum dapat diuraikan sebagai
berikut: Pertama, penelitian kualitatif lebih memungkin lahir-
nya teori baru. Sebab prosedur pelaksanaannya sangat meng-
andalkan data empiris lapangan yang dikuatkan oleh teori-teori
yang sudah ada. Juga cara kerja penelitian kualitatif lebih
mengedepankan konseptualisasi yang dihasilkan dari data
(induktif).
Kedua,lebih memungkin untuk menguak makna-
makna subyektifitas sosial yang tersembunyi, seperti hal-hal
yang berkaitan dengan masalah nilai, agama atau pun ke-
budayaan. Sebab, tidak semua fakta sosial dapat diidentifikasi
secara kuantatif.
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
24
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
25
Bagian 2
PROPOSAL DAN LAPORAN
HASIL PENELITIAN KUALITATIF
A. Proposal Penelitian
1. Definisi dan Manfaat Proposal Penelitian
Setelah melalui tahapan-tahapan pra-penelitian yaitu
identifikasi masalah, fokus masalah dan merumuskan judul,
maka langkah selanjutnya adalah membuat proposal penelitian
sebagai langkah profesional dalam melakukan penelitian
ilmiah. Artinya untuk melakukan penelitian dari awal hingga
akhir dengan hasil yang maksimal dibutuhkan manajemen yang
tepat untuk mengelola sebuah penelitian. Karena bagaimana-
pun penelitian yang tidak dimanaj dan tidak memiliki pe-
rencanaan akan menjadikan proses penelitian tersebut ambu-
radul bahkan tidak selesai.
Moleong (2013) mengamini proposal penelitian se-
padan dengan istilah “research design” –desain penelitian -
sebagaimana istilah yang banyak digunakan dalam literatur
penelitian. Ada juga yang mengistilahkan proposal penelitian
sebagai “usulan penelitian”. Namun baik istilah “research
design” maupun “usulan penelitian” pada dasarnya me-
ngandung pengertian proses perencanaan penelitian. Sehigga
penulis memahami bahwa proposal penelitian merupakan
perencanaan penelitian yang memuat tahapan-tahapan sistemik
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
26
dan prosedur pelaksanaannya, yang ditulis oleh peneliti untuk
dijadikan acuan atau pedoman dalam melaksanakan penelitian
di lapangan. Namun dalam konteks penelitian yang lebih
khusus yaitu kualitatif yang bersifat fleksibel dan dinamis yang
memiliki kemungkinan besar untuk mengalami perubahan dan
perombakan, sangat tepat apa yang dikatakan oleh Moleong
bahwa penelitian adalah usaha merencanakan dan menentukan
segala kemungkinan dan perlengkapan yang diperlukan dalam
suatu penelitian kualitatif. Jadi menurutnya proposal yang
ditulis dalam penelitian kualitatif bukanlah harga mati. Apa
yang ada di dalamnya merupakan kemungkinan-kemungkinan
yang akan dilakukan di lapangan, dan bila tidak memungkin-
kan maka akan dilakukan revisi dan digantikan dengan ke-
mungkinan lainnya.
Penelitian kualitatif dengan karakteristiknya yang
fleksibel dan dinamis, memiliki implikasi terhadap sistematika
dan konten proposal. Di mana proposal penelitian sangat me-
mungkinkan untuk mengalami perubahan berupa penambahan
maupun pengurangan rumusan masalah, perubahan teknik
pengumpulan data, perubahan metode dan analisis data, dan
sebagainya, tergantung tuntutan objek dan kebutuhan serta
kemampuan peneliti sendiri. Lain halnya dengan penelitian
kuantitatif yang memiliki karakteristik jelas dan spesifik, maka
konsekuensinya adalah proposal harus dibuat secara jelas dan
spesifik pula sebelum memulai penelitian. Sehingga dapat
dikatakan bahwa proposal penelitian kuantitatif merupakan
panduan permanen yang harus dilaksanakan sesuai prosedur
dan tahapan penelitian yang telah dibuat. Jika peneliti dari awal
telah menentukan masalah “A”, maka rumusan masalah, tujuan
penelitian, teknik pengumpulan data, dan sebagainya haruslah
“A” baik dalam proposalnya maupun dalam pelaksanaannya di
lapangan. Oleh karena itu baik menggunakan metode penelitian
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
27
kualitatif atau kuantitatif, keberadaan proposal sangatlah esensi
demi mengendalikan penelitian yang efektif sesuai tujuan
penelitian dan efisien sesuai dengan waktu, biaya dan tenaga.
Zuhriah (2006) menjelaskan bahwa dengan adanya
proposal penelitian, peneliti akan memiliki panduan yang jelas
mengenai apa yang akan dilakukan, menghemat tenaga dan
waktu, karena dengan proposal tersebut kekeliruan diharapkan
dapat diminimalisasikan, dan orang lain akan mengikuti secara
jelas jalannya penelitian yang akan dilakukan. Di samping itu,
ia juga menjelaskan bahwa manfaat lain dari penyusunan
proposal adalah peneliti dapat melakukan evaluasi terus me-
nerus terhadap apa yang dilakukan serta melakukan modifikasi
dan pengembangan jika diperlukan. Barangkali proposal dapat
dikatakan sebagai sebuah peta untuk menelusuri jalannya
penelitian agar tidak tersesat dan sampai pada tujuan yaitu
menemukan jawaban atau solusi dari masalah yang diteliti.
2. Sistematika Penyusunan Proposal
Tidak ada standar yang pasti tentang sistematika
penyusunan proposal penelitian. Struktur ini tergantung dari
universitas/institusi dimana Anda belajar/bekerja, area peneliti-
an, jenis penelitian (kuantitatif, kualitatif, mixed method).
Dengan kata lain, dalam menyusun proposal penelitian, tidak
ditemukan sistematika baku dalam penulisan proposal baik
kualitatif maupun kuantitatif. Hal tersebut dapat dilihat dari
sistematika penyusunan proposal sebuah lembaga penelitian
yang satu dengan lainnya berbeda, antara perguruan tinggi (PT)
“X” dengan PT “Y” berlainan, dan antara sponsor “A” dengan
sponsor “B” juga demikian. Namun ada bagian-bagian pokok
yang tidak boleh hilang, yang harus tertera dalam proposal
penelitian. Dan perlu diketahui bahwa letak perbedaan nyata
antara penelitian kualitatif dan kuantitatif dapat dilihat dari
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
28
judulnya dan beberapa istilah khusus dalam masing-masing
penelitian. Misalnya dalam penelitian kuantitatif dikenal istilah
hipotesis sedangkan dalam penelitian kualitatif tidak ada.
Oleh karena itu penulis merasa sangat perlu untuk
memaparkan beberapa sistematika penulisan proposal kualitatif
yang dikutip dari berbagai sumber untuk dijadikan perbanding-
an:
1. Menurut Satori dan Komariah (2012) bahwa rumusan
sistematika proposal penelitian kualitatif sebagai berikut:
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
II. STUDI PUSTAKA
III.METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
B. Lokasi Penelitian
C. Jenis Data Penelitian
D. Sumber Data Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
G. Keabsahan Data
H. Waktu dan Tahapan Penelitian
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
29
2. Sugiyono (2013) merumuskan sistematika penyusunan
proposal kualitatif sebagai berkut:
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
II. STUDI KEPUSTAKAAN
A. Teori 1
B. Teori 2
C. Teori 3 dan seterusnya
III. PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode, dan alasan menggunakan metode
B. Tempat penelitian
C. Instrumen Penelitian
D. Sampel Sumber Data
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
G. Rencana Pengujian Keabsahan data
IV.ORGANISASI DAN JADWAL PENELITIAN
A. Organisasi Penelitian
B. Jadwal Penelitian
V. BIAYA YANG DIPERLUKAN
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
30
3. Menurut Moleong (2013) bahwa sistematika penyusunan
proposal penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:
Bab I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Fokus Penelitian dan Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Paradigma
E. Manfaat Penelitian
Bab II. ACUAN TEORI
A. Acuan Teori (yang berkaitan dengan fokus 1)
B. Acuan Teori (yang berkaitan dengan fokus 2)
C. Acuan Teori (yang berkaitan dengan fokus selanjutnya)
Bab III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Deskripsi Latar, Sumber Data, Satuan Kajian, dan Entri
B. Metode/Teknik Penelitian
C. Data dan Sumber Data
D. Prosedur Pengumpulan Data
E. Analisis Data
F. Pemeriksaan Keabsahan Data
4. Adapun sistematika penyusunan proposal penelitian
kualitatif menurut penulis adalah sebagai berikut:
Bab I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Penelitian yang Relevan
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
31
Bab II. KAJIAN PUSTAKA
Bab III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Analisis Data
E. Pemeriksaan Keabsahan Data
B. Laporan Penelitian
1. Jenis dan Manfaat Laporan Penelitian
Laporan penelitian merupakan karya ilmiah yang di-
tulis secara sistematis setelah rangkaian proses penelitian
dianggap berakhir. Penulis melaporkan secara tertulis me-
ngenai hasil yang diperoleh dalam penelitian yang dilakukan-
nya. Laporan penelitian memiliki ragam jenis dan manfaat. Di
antaranya yaitu:
Pertama, laporan penelitian untuk keperluan aka-
demis, yaitu laporan yang dibuat oleh mahasiswa di tingkat
pendidikan tinggi. Laporan penelitian dalam hal ini dibagi
menjadi tiga jenis yaitu: skripsi bagi S1, tesis bagi S2, dan
disertasi bagi S3. Ketiga jenis laporan tersebut merupakan
tugas akhir yang wajib dilakukan oleh setiap mahasiswa di
bawah bimbingan dosen yang telah ditentukan.
Kedua, laporan penelitian untuk keperluan publikasi
ilmiah, yaitu laporan penelitian yang ditulis untuk dimuat
dalam jurnal ilmiah. Bentuk laporan penelitian ini tidak seluas
laporan penelitian untuk keperluan akademis di perguruan
tinggi. Biasanya penelitian ini dilakukan oleh kalangan dosen
di bawah otoritas lembaga penelitian universitas/institut atau
fakultas.Ketiga, laporan penelitian untuk keperluan peng-
ambilan kebijakan dan evaluasi. Dalam hal ini laporan
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
32
penelitian merupakan hasil dari penelitian yang disponsori oleh
institusi tertentu. Misalnya pemerintah ingin memutuskan
sebuah kebijakan atau hendak mengevalusi kebijakannya,
maka ia akan mensponsori untuk meneliti mengenai kebijakan
tersebut. Demikian pula yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan swasta untuk keperluan bisnis dan sebagainya,
seperti penelitian respon masyarakat terhadap suatu produk dan
lain-lain.
2. Sistematika Laporan Penelitian
Sistematika laporan penelitian sebenarnya tidaklah
baku. Hal tersebut tergantung pada lembaga penyelenggara
penelitian seperti apa yang dikehendaki. Namun secara umum
laporan penelitian memiliki standar minimal yang ditentukan
oleh penyelenggara penelitian, yang tertuang dalam buku
pedoman penulisan skripsi, tesis maupun disertasi. Laporan
penelitian biasanya tersusun dari sejumlah bab yang di-
sesuaikan dengan pendekatan dan jenis penelitian yang
digunakan.
Khusus dalam laporan penelitian kualitatif, biasanya
sistematika laporan penelitian sekurang-kurangnya memuat
lima bab, yaitu:
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Kajian Pustaka
Bab III: Metodologi Penelitian
Bab IV: Data Temuan dan Pembahasan
Bab V : Simpulan dan Saran
(masing-masing bab di atas memuat sub-sub bab yang disesuai
dengan kebutuhan peneliti).
Menurut Moleong (2013), kerangka (sistematika)
laporan penelitian tersusun dari:
Bab I : Latar Belakang, Masalah, dan Tujuan Penelitian
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
33
A. Latar Belakang Masalah
B. Masalah dan Pembatasan Masalah
C. Tujuan, Kegunaan, dan Prospek Penelitian
Bab II : Acuan Teori
Bab III: Metodologi
Bab IV: Penyajian Data
Bab V : Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Bab VI: Kesimpulan
Menurut Sugiyono (2013) sistematika penulisan laporan
penelitian sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Landasan Teori
Bab III: Prosedur Penelitian
Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Sistematika penulisan di atas merupakan isi pokok
dari laporan penelitian. Namun lebih detail sistematika pe-
nulisan laporan memuat tiga bagian yaitu:
Bagian pertama: bukan termasuk isi laporan, namun lebih
menerangkan isi laporan secara umum yang terdiri dari:
1. Sampul Laporan Penelitian; sampul dalam dan luar yang
berisi judul penelitian, logo lembaga, nama peneliti dan
nama institusi/lembaga penyelenggara penelitian;
2. Halaman pernyataan keaslian karya ilmiah;
3. Halaman pengesahan jika sudah disetujui oleh pem-
bimbing;
4. Kata pengantar;
5. Abstraksi; dan
6. Daftar isi.
Bagian kedua: isi laporan penelitian, dan
Bagian ketiga: Lampiran penelitian (jika ada)
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
34
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
35
Bagian 3
TOPIK, IDENTIFIKASI MASALAH
& JUDUL PENELITIAN
A. Topik
1. Definisi Topik
Dalam setiap penelitian ilmiah, langkah yang paling
awal dilakukan oleh peneliti adalah menentukan topik. Pe-
milihan topik sebagai langkah awal memiliki implikasi ter-
hadap tahapan-tahapan penelitian selanjutnya, seperti pe-
nentuan masalah, merumuskan judul, latar latar belakang,
rumusan masalah, menentukan literatur atau bahan bacaan,
metode penelitian dan pengumpulan data.
Topik, secara bahasa, berasal dari bahasa Inggris yaitu
topic yang diterjemahkan menjadi pokok pembicaraan (Echols
& Shadili, 1988). Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008),
topik dimaknai (1) Pokok pembicaraan diskusi, ceramah,
karangan dan sebaginya; (2) Hal yang menarik perhatian umum
pada waktu akhir-akhir ini atau bahan pembicaraan. Jadi, bila
merujuk kepada pemaknaan-pemaknaan tersebut, dapat di-
simpulkan bahwa topik dalam konteks penelitian dapat di-
pahami sebagai isu atau tema sentral yang aktual dalam
berbagai aspek kehidupan manusia, meliputi agama, sosial,
budaya, pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya.
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
36
Topik-topik tersebut merupakan sesuatu yang menarik minat
masyarakat untuk dibicarakan, didiskusikan dan ditulis. Se-
makin sering dibicarakan, topik tersebut semakin menarik
untuk diangkat menjadi sebuah penelitian.
2. Tips Memilih Topik
Dalam penelitian akan dijumpai berbagai topik, tema
atau isu aktual, sehingga calon peneliti kadang-kadang merasa
bimbang menentukan topik penelitiannya. Hal ini disebabkan
oleh berbagai alasan, seperti peneliti berpikir “apakah topik
yang telah ia tentukan itu benar-benar menarik untuk dirinya
dan orang lain atau tidak?” apakah topik ini sudah sering
diteliti atau tidak?” dan sebagainya. Oleh karena itu calon pe-
neliti harus menelusuri literatur-literatur yang relevan dengan
topik penelitian yang dipilih, berupa buku-buku, jurnal dan
hasil-hasil penelitian ilmiah terdahulu, karena dengan cara ini
akan banyak ditahu informasi mengenai topik tersebut.
Untuk mendapatkan topik yang baik dan layak untuk
dilanjutkan menjadi sebuah penelitian, diperlukan beberapa
pertimbangan yaitu:
a. Topik disesuaikan dengan latar belakang pendidikan;
b. Topik yang diangkat benar-benar menarik bagi peneliti
sendiri;
c. Topik penelitian memuat permasalahan krusial yang urgen
untuk diteliti;
d. Topik memiliki manfaat signifikan;
e. Topik bersifat up to date;
f. Permsalahan dalam topik dapat dijangkau oleh tenaga,
pikiran dan biaya.
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
37
3. Cara Praktis Menemukan Topik
Memang menemukan topik bukanlah hal yang mudah
terutama bagi peneliti pemula. Kadang-kadang calon peneliti
pemula merasa bingung mengenai topik yang hendak diangkat
dalam penelitian. Oleh karena itu peneliti perlu melatih sen-
sitivitas diri agar lebih peka terhadap permasalahan, fenomena,
peristiwa dan gejala di tengah-tengah masyarakat. Kepekaan
sosial yang dimiliki seseorang memungkinnya untuk meng-
update permasalahan-permasalahan yang penting diteliti.
Berikut ini akan dipaparkan beberapa langkah atau
cara praktis yang dapat dilakukan untuk menemukan topik
penelitian yaitu:
a. Tentukan aspek penelitian yang Anda minati!, apakah
ekonomi, pendidikan, sosial, agama, budaya dan sebagai-
nya.
b. Buatlah tabel yang memuat: aspek penelitian dan topik!
c. Telusuri topik aspek penelitian tersebut dengan meng-
gunakan teknik “deteksi sisi hulu hingga hilir”! (Masyhuri
& Zainudin, 2008). Misalnya aspek pendidikan, topik
hulunya dapat berupa manajemen, kurikulum, belajar dan
pembelajaran, dan sebagainya. Jika manajemen, maka topik
hilirnya dapat berupa perencanaan, pelaksanaan, dan peng-
awasan. Jika kurikulum, sisi hilirnya dapat berupa kuri-
kulum berbasis ICT, kurikulum 2013, kurikulum KBK dan
sebagainya. Dan jika belajar dan pembelajaran, sisi hilirnya
dapat dipetakan menjadi teori pembelajaran, motivasi,
pengelolaan kelas, etika belajar dan sebagainya.
d. Tulislah topik yang Anda temukan tersebut pada tabel yang
telah Anda buat!
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
38
Dalam bentuk yang sederhana dapat dilihat dalam
contoh berikut ini:
Aspek
Penelitian
Topik
Hulu
Hilir
Pendidikan
Manajemen
- Perencanaan
- Pelaksanaan
- Pengorganisasian
- Pengawasan, dst.
Pendidikan
Kurikulum
- Implementasi kurikulim
2013
- Kurikukulum berbasis
ICT
- Kurikulum berbasis lokal
- Kurikulum PAI, dst.
Demikian pula dengan aspek penelitian yang lain
Semakin banyak aspek dan topik dapat dipetakan,
maka semakin besar bagi calon peneliti untuk mendapatkan
kriteria topik yang layak untuk ditentukan dalam penelitiannya.
B. Identifikasi Masalah
1. Definisi Identifikasi Masalah
Setelah topik ditentukan, selanjutnya adalah iden-
tifikasi masalah. Peneliti berusaha menemukan permasalahan-
permasalahan yang mungkin muncul dalam topik yang telah
ditentukan. Tanpa identifikasi masalah, maka proses penelitian
akan mengalami kebimbangan. Sebab masalah-masalah itulah
yang akan mengarahkan peneliti mengenai data apa, bagaimana
mengumpulkan dan menganalisisnya.
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
39
Pada dasarnya suatu penelitian berawal dari masalah
yang dihadapi, sehingga memubutuhkan solusi pemecahan atau
jalan keluar. Namun dalam praktiknya, kadang-kadang peneliti
pemula lebih memikirkan judul yang hendak dirumuskan
ketimbang menemukan masalah. Padahal dapat diyakini bahwa
judul akan demikian mudah dibuat manakala topiknya dan
masalahnya sudah terdeteksi. Jadi pada dasarnya rumusan judul
yang hendak dibuat bersumber dari masalah yang dapat
diidentifikasi melalui membaca literatur, merenungkan peng-
alaman pribadi, menghadiri seminar ilmiah, membaca hasil
atau laporan penelitian dan sebagainya.
Lalu apakah yang dimaksud dengan “identifikasi
masalah”?. Identifikasi berasal dari bahasa Inggris identi-
fication. Dalam kamus Oxford (1995) kata identification di-
terjemahkan act of identifying yang berarti tindakan mengenal
atau proof of who or what yang berarti membuktikan siapa atau
apa. Jadi identifikasi adalah usaha mengenali atau mem-
buktikan sesuatu. Dalam KBBI (2008) identifikasi diterjemah-
kan sebagai perbuatan menetapkan identitas seorang benda.
Adapun masalah penelitian atau problem research
oleh Frankfort Nachmias dan Nachmias sebagaimana yang
dikutip McNabb (2010) mendefinisikan masalah penelitian
sebagai “an intellectual stimulus calling for a response in the
form of scientific inquiry”.–Stimulus intelektual yang
meminta respon dalam bentuk penelitian ilmiah. Definisi
senada juga diutarakan oleh Creswell (2008), yang penekanan-
nya lebih kepada pendidikan. Namun tidak sama sekali
merubah substansi dari definisi “masalah” itu sendiri. Ia me-
nyatakan “Research problems are the educational issues,
controversies, or concerns that guide the need for conducting a
study.” –Isu-isu pendidikan, kontroversi dalam pendidikan,
atau masalah-masalah yang memandu kebutuhan untuk me-
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
40
lakukan studi (penelitian). Menurut Afifuddin dan Saebani
(2012) masalah adalah sesuatu keadaan yang bersumber dari
hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan
situasi yang membingungkan.
Jika demikian, masalah dalam penelitian bukanlah
seperti masalah yang biasa dibayangkan semacam musibah
atau malapeta, namun lebih kepada pendorong atau perangsang
akademik yang menuntut jawaban dalam bentuk penelitian
ilmiah. Atau barangkali tepat jika “masalah” dalam penelitian
disebut dengan istilah “kegelisahan intelektual” atau “ke-
galauan akademik” yang membutuhkan “jawaban akademis”
pula melalui serangkaian kegiatan penelitian ilmiah.
Di samping itu, masalah penelitian juga dapat di-
pahami sebagai penyimpangan dari apa yang seharusnya
dengan apa yang terjadi; Penyimpangan antara teori dengan
praktik, penyimpangan antara perencanaan dengan pelaksana-
an, dan penyimpangan pengalaman masa lampau dengan masa
sekarang (Sugiyono, 2013). Jadi masalah adalah fakta atau
realita yang tidak sesuai dengan kaedah, teori, kebijakan,
aturan, norma, rencana, pengalaman lalu dan sebagainya.
Contoh kecilnya dapat diilustrasikan dalam kalimat cerita
pendek berikut: (1) Sebuah teori mengatakan “A” namun
kenyataan yang dipraktikkan adalah “B, C, D, E, F dan
seterusnya”. Keadaan ini merupakan “masalah” karena tidak
sesuai dengan teori; (2) Seluruh PNS direncanakan mulai
masuk kerja tanggal 19 Agustus, namun kenyataannya banyak
yang tidak masuk bekerja pada tanggal tersebut. Ini juga
merupakan masalah karena tidak sesuai dengan rencana; (3)
Tempo dulu sebelum listrik masuk kampung, anak-anak gemar
sekali mengaji setelah magrib, tapi sekarang, ketika listrik telah
masuk kampung, kegemaran itu hilang. Ini pun adalah masalah
karena pengalaman sekarang tidak sama dengan pengalaman
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
41
masa silam; (4) Aturan lalu lintas mengharuskan pengendara
sepeda motor wajib menggunakan helm, namun banyak
pengendara yang tidak menggunakan helm saat bekendaraan.
Hal ini termasuk masalah juga karena tidak sesuai dengan
aturan. Demikian dan seterusnya.
Ilustrasi Masalah Penelitian
2. Kriteria Masalah yang Baik
Sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dalam ruang
sosial, agama, budaya, politik, pendidikan, ekonomi, kesehatan
dan sebagainya, tentunya manusia memiliki banyak masalah,
sehingga masalah “sebenarnya” dengan mudah dapat diiden-
tifikasi. Walau mudah ditemukan, namun dalam proses pe-
HARAPAN
KENYATAAN
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
42
milihan masalah sangat sulit untuk dilanjutkan ke level
penelitian. Lebih-lebih jika kita menemukan atau ditawarkan
masalah penelitian yang beragam, sehingga dengan sendirinya
kita menjadi bingung.
Dalam kondisi yang demikian maka perlu memiliki
dasar pertimbangan mengenai masalah penelitian yang hendak
dipilih, karena salah, keliru atau kurang pertimbangan dalam
memilih masalah akan berakibat pada kelancaran penelitian.
Bahkan boleh jadi penelitian akan terputus di tengah jalan.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus dijadikan
pertimbangan dalam memilih dan menentukan masalah pe-
nelitian yaitu sebagai berikut:
a. Masalah harus memiliki nilai yang mencakup: pertama,
nilai keaslian yaitu bukan tiruan dan sudah banyak diteliti.
Sehingga diharapkan yang up to date; kedua, masalah
harus menyatakan suatu hubungan, ketiga, masalah harus
merupakan hal yang penting; keempat, masalah harus dapat
diuji; dan kelima, masalah harus dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan.
b. Data harus fisibel yang meliputi: pertama, data dan metode
penelitian benar-benar tersedia; kedua, biaya untuk me-
mecahkan masalah secara relatif harus dalam batas-batas
kemampuan; ketiga, waktu untuk memecahkan masalah
harus wajar; keempat, biaya dan hasil harus seimbang;
kelima, administrasi dan sponsor yang kuat; dan keenam,
tidak betentangan dengan hukum dan adat.
c. Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti yang
meliputi: pertama menarik bagi peneliti; dan kedua cocok
dengan kualifikasi ilmiah si peneliti (Nazir, 2005).
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
43
3. Cara Praktis Identifikasi Masalah Penelitian
Ada banyak cara untuk menemukan masalah penelitian,
namun secara praktis dapat dipoinkan sebagai berikut:
Pertama
Amati kegiatan masyarakat di sekitar Anda!
Kedua
Bacalah literatur sesuai dengan kualifikasi dan
minat Anda!
Ketiga
Ulang dan perluas penelitian sebelumnya, jika
Anda pernah melakukan penelitian!
Keempat
Lihat kembali catatan pribadi Anda dan pikir-
kan!
Kelima
Serap keinginan masyarakat di sekitar Anda!
Keenam
Pikirkan materi yang Anda sedang pelajari!
Ketujuh
Hadiri seminar-seminar ilmiah!
Kedelapan
Mintalah saran dari dosen, teman, peneliti
senior dan sponsor Anda (jika ada)!
Kesembilan
Renungkan pengalaman pribadi dan profesi
Anda!
Kesepuluh
Lihat atau baca berita di media massa!
Cara-cara di atas merupakan cara alternatif manakala
peneliti tidak menemukan masalah dengan satu cara. Dengan
demikian peneliti dapat mencoba cara yang lainnya. Untuk
memudahkan hal tersebut hendaklah diiringi dengan doa,
karena salah satu sumber penemuan ilham, termasuk di dalam-
nya proses menemukan “kegelisahan akademik” (masalah
penelitian) adalah intuisi. Intuisi akan bekerja maksimal
bilamana hati dalam keadaan tenang dan tentram, dan keadaan
tersebut tiada lain hanya diperoleh dengan berdo’a kepada-
Nya.
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
44
4. Model-Model Identifikasi Masalah
Agar identifikasi masalah yang dilakukan efektif, ada
tiga model identifikasi masalah yang dapat diterapkan. Ketiga
model tersebut diadaptasi dari laman staff.uny.ac.id (diunduh
11/03/2014 pukul 17.30) sebagai berikut:
a. Model system-elements
Misalnya seorang peneliti hendak mengangkat
masalah “Analisis Kesiapan Guru Menghadapi Kurikulum
2013”
an element
Kurikulum (a system)
Silabus
Buku
Paket
Sumber
daya/guru
Sarana
prasarana
RPP
Sumber
daya/guru
Siswa
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
45
b. Model view-points
Dalam menggunakan model ini peneliti memaparkan
point-point penting berupa sudut pandang dari masalah yang
diteliti. Contohnya, seorang peneliti ingin mengidentifikasi
masalah “fenomena banjir setiap tahun”, maka peneliti dapat
membuat skema model view-points sebagai berikut:
agama
kesehatan sosial
moral budaya
psikologi
c. Model kombinasi
Dalam hal ini peneliti mengkombinasikan di antara
dua sudut pandang atau lebih. Contohnya, seorang peneliti
hendak menganalisis karya sastra, misalnya nilai moral (moral
values) dalam novel Ketika Cinta Bertasbih, maka peneliti
dapat membuat peta identifikasi masalah dalam model
kombinasi sebagai berikut:
Fenomena
membuang
sampah
sembarangan
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
46
Unsur
instrinsik meliputi: -tema, penokohan, setting sosial
dll.
Unsur ekstrinsik
meliputi: nilai islami,
nilai
budaya/adat
istiadat,
kebaktian
kepada orang
tua, dll.
5. Contoh Identifikasi Masalah
Setelah peneliti mengidentifikasi masalah dengan
salah satu model dari ketiga model di atas, maka langkah
berikutnya adalah mendeskripsikannya. Berikut ini akan di-
sajikan contoh hasil identifikasi masalah yang didapatkan dari
hasil observasi atau survei awal:
Novel
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
47
Masalah: Peran Komite Madrasah di MI. Nurul
Karomah Sekotong Timur Lombok Barat
Sejak diberlakukan kebijakan disentralisasi di bidang
pendidikan, peran Komite Sekolah/Madrasah semakin di-
harapkan untuk bersinergi dengan pihak sekolah/madrasah
untuk membangun mutu pendidikan. Namun kenyataannya
tidak sedikit sekolah/madrasah yang telah membentuk Komite
Sekolah sampai dengan saat ini memiliki mutu pendidikan
yang tergolong rendah, termasuk di antaranya adalah MI. Nurul
Karomah Sekotong. Dalam hal ini ada sejumlah masalah yang
mungkin muncul yaitu:
1. Apakah komite sekolah/madrasah telah berperan baik
dalam meningkatkan mutu pendidikan?
2. Apakah pihak sekolah memberikan peran khusus kepada
komite sekolah/madrasah?
3. Apakah peran yang diberikan pihak sekolah/madrasah
dapat meningkatkan mutu pendidikan?
4. Bagaimana peran komite sekolah/madrasah dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan?
5. Apakah bentuk kerja sama yang dilakukan pihak
sekolah/madrasah dengan komite sekolah/madrasah
dalam meningkatkan mutu pendidikan?
6. Apakah kendala yang dihadapi oleh komite sekolah atau
madrasah dalam menigkatkan mutu pendidikan?
7. Apa solusi yang diupayakan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi?
8. Mengapa komite diperlukan peran sertanya?
9. Apa perbedaan peran antara komite sekolah/madrasah
dengan BP3?
10. Dan seterusnya.
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
48
C. Merumuskan Judul
1. Kriteria Judul Penelitian
Syahrin Harahap (2011) mendefiniskan judul sebagai
nama yang diberikan untuk pokok bahasan. Sedangkan
Mayshuri dan Zainuddin (2009) mengatakan bahwa judul
merupakan rangkaian kata-kata yang bisa berubah-ubah
menurut kepentingan peneliti, asal mengubahnya tidak keluar
dari substansi topik penelitian. Maka judul penelitian kualitatif
dalam proposal pada dasarnya bersifat tentatif atau sementara
sehingga dalam penelitian judul dapat berubah sesuai dinamika
masalah di lapangan, sedangkan definitifnya setelah laporan
ditulis. Bahkan Sugiyono (2013) menegaskan bahwa judul
laporan penelitian kualitatif yang baik justru berubah, atau
mungkin diganti. Ia beralasan bahwa judul penelitian kualitatif
yang tidak berubah berarti peneliti belum mampu menjelajah
secara mendalam terhadap situasi sosial yang diteliti, sehingga
belum mampu mengembangkan pemahaman yang luas dan
mendalam terhadap situasi sosial yang diteliti.
Judul sebagai bagian terpenting dari penelitian, yang
menggambarkan secara global mengenai fenomena atau
masalah yang sedang diteliti. Judul sebagai muka depan sebuah
penelitian, menjadi pertimbangan pembaca untuk tertarik atau
tidak untuk membacanya. Terrie Nolinske (2013) dalam situs
resmi “American Academy of Orthotist and Prosthetists”
mengutip pendapat Portney LG. yang mengatakan bahwa
kekuatan judul tidak dapat diremehkan. Judul dapat membujuk
dan melibatkan seseorang untuk membaca abstrak dan, bagian-
bagian penelitian selanjutnya. Oleh karena itu, judul harus
bersifat informatif tanpa berbelit-belit atau bertele-tele. Juga,
judul harus dirumuskan dengan baik dan benar dari kata-kata
kunci (key words) keseluruhan uraian, serta dapat merangsang
perhatian dan minat orang lain untuk membacanya.
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
49
Di samping kriteria di atas, Nolinske mengatakan
bahwa judul proposal penelitian harus ringkas namun cukup
untuk memberikan pembaca gambaran tentang sampel dan
variabel yang terlibat dalam penelitian panjang. Ringkasnya
judul penelitian dalam arti tidak terlalu panjang dan tidak
terlalu pendek. Menurut Haryanto dkk. (2000) bahwa panjang
maksimum sebuah judul penelitian berkisar 10 hingga 15 kata.
Sedangakan menurut Masyhuri dan Zainuddin (2009), judul
penelitian berkisar 6 hingga 12 kata. Lebih lanjut mereka
berdua menyarankan; apabila sebuah judul yang disusun
melebihi 12 kata, disarankan agar dibuat menjadi judul dan
anak judul. Jadi dapat disimpulkan bahwa kriteria judul yang
baik adalah judul yang menarik, relevan dengan topik, men-
cakup atau menggambarkan keseluruhan isi tulisan, informatif
dan ringkas.
a) Menarik
Pada dasarnya menarik atau tidaknya sebuah judul
tergantung dari orang yang membaca. Jika ia peminat sastra,
maka tentu judul yang menarik baginya adalah yang puitis.
Namun jika orang itu peminat karya ilmiah, ilmuwan, atau
peneliti (researcher) semisal dosen, guru, dan mahasiswa,
judul yang menarik bagi mereka adalah yang ilmiah. Oleh
karena itu untuk merangsang minat mereka terhadap judul yang
dibuat, sudah seharusnya judul penelitian dibuat dengan bahasa
yang ilmiah lagi benar.
Di samping itu, judul penelitian yang menarik juga
dilihat dari substansinya. Apakah judul yang diangkat tersebut
tergolong aktual atau expired (kadaluarsa), apakah judul
tersebut sering diangkat ataukah tidak. Apakah judul tersebut
urgen untuk diteliti. Bila judul penelitiannya aktual lebih-lebih
pertama kali diangkat, tentu akan lebih menarik untuk dibaca
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
50
dan dijadikan refrensi. Namun jika sebaliknya, judul tersebut
seringkali diangkat dan temanya juga sudah kadaluarsa, sangat
sulit untuk menarik minat pembaca. Maka tidaklah heran
kadang-kadang penguji proposal penelitian semisal skripsi,
merevisi total, menolak bahkan melempar proposal tersebut
karena sudah sering diangkat dan expired serta tidak mampu
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Terlebih saat ini sudah
banyak ditemukan judul penelitian yang persis mirip, hanya
diganti objek, lokasi penelitian dan waktunya saja sehingga
hasilnya pun mirip atau bahkan sama. Judul yang demikian
diyakini tidak akan menarik minat untuk ditelaah, atau boleh
jadi akan dicela.
b) Relevan dengan topik
Dalam merumuskan judul penelitian, peneliti harus
melihat relevansi antara topik dan judul. Keduanya laksana
sepatu dan kaki yang harus sejalan. Jika topik penelitian
tentang kurikulum, tentu judulnya pun harus dalam ranah
pembahasan kurikulum. Tidaklah matching bila topiknya
pembelajaran namun judulnya memuat tentang kebudayaan.
Tidak tepat jika topiknya mutu pendidikan namun judulnya
memuat manajemen rumah sakit, atau topiknya pendidikan
karakter namun judulnya berisi hal-hal yang berkaitan dengan
komunikasi. Demikian seterusnya.
c) Informatif
Judul yang informatif adalah judul yang dapat mem-
berikan informasi mengenai tema dan isi sebuah karya ilmiah.
Judul yang informatif dalam karya ilmiah biasanya memuat
objek, subjek dan site (tempat) penelitian jika merupakan
penelitian lapangan, dan kadang-kadang mencantumkan tahun.
Oleh karena itu peneliti harus mencantumkan dalam penelitian
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
51
ilmiahnya secara jelas mengenai apa objek dan siapa subjek
penelitian, serta di mana dan kapan dilakukan penelitian itu.
d) Mencakup seluruh isi tulisan
Judul merupakan wajah tulisan yang menggambarkan
secara umum mengenai isi tulisan. Baik tidaknya judul pe-
nelitian juga ditentukan oleh ketercakupan judul terhadap apa
yang dibahas. Hal ini dimaksudkan agar orang yang ingin
membaca atau menelaah proposal atau laporan penelitian,
mendapatkan informasi awal tenatang isi buku walaupun
secara global. Dan judul penelitian seperti inilah yang di-
katakan sebagai judul yang informatif.
e) Tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek
Judul penelitian yang baik adalah judul yang mudah
dipahami oleh pembacanya. Judul yang mudah dipahami
tentunya yang ringkas, padat dan jelas. Namun perlu diketahui
bahwa judul yang pendek dalam perspektif penelitian/karya
ilmiah berbeda dengan tulisan-tulisan biasa semisal opini,
cerpen, puisi dan sebagainya. Biasanya judul karya ilmiah
semisal skripsi, tesis dan disertasi berkisar antara 10 –14 kata.
2. Komposisi Judul Penelitian Kualitatif
Pada dasarnya komposisi judul penelitian kualitatif
dan kuantitatif adalah sama. Menurut Arikunto (2010) judul
penelitian memuat enam unsur yaitu:
1) Sifat dan jenis penelitian (biasanya ditentukan dengan kata
operasionalnya, semisal kata; peran, analisis, studi kom-
parasi, persepsi dan sebagainya)
2) Objek yang diteliti (fenomena yang diteliti)
3) Subjek penelitian (informan atau narasumber)
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
52
4) Lokasi atau daerah penelitian (tempat dilaksanakan pe-
nelitian)
5) Tahun, atau tahun akademik (waktu penelitian)
Contohnya:
1) “Peran Guru Kelas dalam Meningkatkan Minat Belajar
Siswa Kelas V MI. NW Selaparang Kediri Tahun Pelajaran
2012/2013”
Peran : Jenis penelitian
deskriptif
Guru kelas : Subjek penelitian
Minat belajar siswa : Objek penelitian
MI. NW Selaparang Kediri : Lokasi penelitian
Tahun pelajaran 2013/2014 : Waktu penelitian
2) “Respon Mahasiswa Fakutas Tarbiyah Terhadap Kinerja
Dosen Fakultas Tarbiyah di IAIN Mataram Tahun
Akademik 2012/2013”
Respon : Jenis penelitian
deskripsif
Mahasiswa : Subjek penelitian
Kinerja dosen Fakultas Tarbiyah : Objek penelitian
IAIN Mataram : Lokasi penelitian
Tahun akademik 2012/2013 : Waktu penelitian
3) “Analisis Metode Mengajar Guru Matematika di SMA NW
Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011”
Analisis : Jenis penelitian analisis-
deskriptif
Matode mengajar : Objek
Guru matematika : Subjek
SMA NW Kediri : Lokasi penelitian
Tahun pelajaran 2010/2011 : Waktu penelitian
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
53
Bagian 4
LATAR BELAKANG,
FOKUS, RUMUSAN MASALAH,
TUJUAN PENELITIAN,
MANFAAT PENELITIAN,
DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Latar Belakang Masalah
1. Komposisi Latar Belakang Masalah (LBM)
Latar belakang masalah, setidaknya dari segi namanya
dapat dipahami sebagai bagian dari proposal yang men-
deskripsikan situasi dan kondisi objek penelitian serta alasan
rasional, argumen dan teori ilmiah yang mendasari mengapa
masalah yang diangkat dalam proposal itu layak untuk diteliti
secara akademik. Latar belakang masalah kadang-kadang di-
sebut juga “Latar Belakang” saja. Atau dalam penelitian
pustaka diistilahkan “Konteks Masalah”.
Secara umum dalam latar belakang masalah, calon
peneliti benar-benar harus mengeksplor hal-hal berikut ini: (1)
Situasi, kondisi, fenomena, objek penelitian berdasarkan survei
awal sehingga menarik untuk diteliti; (2) Data empirik me-
ngenai fakta yang tidak sesuai dengan harapan; (3) Alasan
pentingnya permasalahan yang diangkat, yang dapat ditinjau
dari perspektif sosial, ekonomi, pendidikan, budaya, agama,
dakwah, kesehatan psikologi dan sebagainya. Juga, jika pe-
nelitian tersebut merupakan penelitian kualitatif lapangan
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
54
(field research), peneliti harus mendeskripsikan secara umum
mengenai tempat penelitiannya.
Masyhuri dan Zainuddin (2009) secara rinci me-
rekomendasikan dua pokok komposisi latar belakang masalah
yaitu:
a. Analisis situasi (empirik) yang meliputi:
1) Menggambarkan potret atau profil kondisi wilayah, lokasi
penelitian.
2) Menggambarkan keadaan obyek sasaran yang akan diteliti.
3) Menggambarkan potensi keunggulan lokasi yang diteliti.
4) Menggambarkan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
lokasi yang diteliti.
5) Menggambarkan lingkungan yang relevan dengan per-
masalahan yang akan diteliti atau lainnya yang dianggap
perlu untuk diinformasikan berkaitan dengan permasalahan
penelitian.
Analisis empirik tersebut merupakan hasil dari survei
awal peneliti. Di mana ia mengamati, memperhatikan dan
membuat field note (catatan lapangan) mengenai fenomena,
kejadian, dan kegiatan serta keadaan lokasi, tempat, instansi,
ataupun orang yang akan dijadikan objek dalam penelitiannya.
Kemudian catatan lapangan tersebut dianalisis dan diramu
menjadi konsep empirik, tanpa diada-adakan, tanpa dilebih-
lebihkan dan tanpa dikurangkan sedikit pun. Konsep empirik
inilah yang dituangkan dalam latar belakang masalah, dengan
tujuan untuk meyakinkan pembaca bahwa memang masalah
yang diteliti adalah fakta empirik yang terjadi di lapangan yang
sangat urgen untuk diteliti. Oleh karena itu tanpa survei awal,
latar belakang masalah akan sulit dideskripsikan secara
empirik. Demikian pula dengan tahapan-tahapan penelitian
berikutnya sangat ditentukan dengan kemampuan calon peneliti
menyerap informasi dan data pada saat survei awal.
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
55
b) Analisis teori, yakni analisis pemikiran yang mendasari
penelitian atau dasar pemikiran.
1) Menjelaskan jawaban keingintahuan peneliti atas suatu
masalah.
2) Mengungkapkan suatu gejala, tanda-tanda yang dapat
dilihat dan dirasakan.
3) Mengungkapkan konsep (dari hasil analisis teori)
4) Mengungkapkan dugaan pada permasalahan yang akan
diteliti.
5) Menerapkan dugaan tersebut pada suatu tujuan tertentu.
6) Mengemukakan hal-hal yang mendorong dalam melakukan
penelitian.
7) Mengemukakan argumentasi penting dalam melakukan
penelitian.
8) Memadukan hasil penelitian terdahulu yang telah diteliti.
Analisis teori dalam latar belakang masalah me-
rupakan hasil dari me-review literatur atau menelaah kembali
bahan-bahan bacaan berupa buku, jurnal, inseklopedi, hasil
penelitian ilmiah dan sebagainya, yang relevan mengenai
masalah yang akan diangkat. Sehingga dari review tersebut
dapat diperoleh informasi berupa teori dan data yang kemudian
dipaparkan dalam latar belakang masalah dengan maksud
untuk meyakinkan pembaca bahwa apa yang hendak diteliti
memiliki dasar teori untuk dijawab.
Perlu diingat bahwa tidak semua informasi dan data
yang diinginkan tersedia baik dalam survei awal maupun dalam
review literatur. Atau semua data dan informasinya tersedia
tetapi menjadi terbatas dengan kemampuan yang dimiliki calon
peneliti. Namun secara substansial, yang diharapkan dalam
latar belakang masalah ini adalah kemampuan calon peneliti
mendeskripsikan situasi, fenomena dan gejala yang diperoleh
dari survei awal dengan baik dan mampu memaparkan
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
56
konsepsi analisis teori yang didapatkan dari hasil membaca
literatur dengan apik, sehingga latar belakang menjadi uraian
yang menarik dan mayakinkan bahwa masalah tersebut secara
ilmiah dan akademis layak diangkat ke permukaan atau diteliti.
Secara sederhana, menurut Soekamto sebagaimana
yang dikutip oleh Rianto (2004) bahwa latar belakang masalah
yang relatif dianggap baik mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Situasi atau keadaan mengenai masalah yang ingin diteliti;
2) Alasan maupun sebab-sebab ingin menelaah masalah yang
ingin diteliti;
3) Hal-hal yang telah diketahui atau belum diketahui me-
ngenai masalah yang akan diteliti;
4) Pentingnya penelitian tersebut, baik secara teoretik dan atau
secara praktis;
5) Penelitian yang akan dilakukan dapat mengisi kekosongan
yang ada.
Untuk mengetahui situasi atau keadaan masalah yang
ingin diteliti tentunya dapat dilakukan dengan melalui survei
awal. Dari hasil survei inilah kemudian akan berkembang men-
Komposisi Pokok Latar Belakang Masalah (LBM)
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
57
jadi sebuah alasan-alasan ilmiah mengapa penelitian tersebut
layak diangkat, dan menjadi pengetahuan awal mengenai
belum atau sering tidaknya masalah tersebut diteliti. Di
samping survei awal, juga diperlukan penggalian informasi dan
data dari buku-buku yang relevan dengan masalah yang akan
diangkat, sehingga jelas tujuan dan manfaat penelitian baik dari
segi teoretik maupun praktis. walaupun biasanya, tujuan dan
manfaat dipaparkan dalam bagian khusus baik dalam proposal
maupun laporan penelitian. Dalam hal ini peniliti berusaha
mengkorelasikan penelitian yang diangkat dengan banyak
aspek kehidupan manusia seperti manfaatnya di bidang sosial,
politik, budaya, pendidikan dan sebagainya.
2. Cara Praktis Menulis LBM
Sebenarnya, membuat deskripsi latar belakang ma-
salah sangatlah mudah, jika sudah dilakukan survei awal dan
atau review literatur. Kekuatan sebuah LBM sangat ditentukan
oleh dua tahapan prapenelitian tersebut. Peneliti harus ber-
usaha mengemukakan alasan logis (masuk akal) dan empiris
mengapa ia meneliti suatu masalah, dengan tetap mengacu
pada data prapenelitian (survei awal dan atau review literatur).
Agar lebih mudah dipraktikkan, penulis akan paparkan be-
berapa point langkah praktis dalam menyusun latar belakang
masalah:
a. Buatlah catatan sederhana dalam bentuk pointer atau dapat
juga dalam bentuk skema “jaringlaba-laba” mengenai
keadaan atau data yang Anda temukan di lapangan.
b. Buatlah catatan sederhana dalam bentuk pointer mengenai
teori atau data secara umum yang Anda temukan dalam
review literatur!
c. Buatlah catatan sederhana mengenai alasan-alasan penting
mengenai ketertarikan Anda dalam masalah yang diangkat!
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
58
d. Buatlah catatan sederhana mengenai manfaat penelitian
yang Anda angkat!
e. Buatlah kerangka atau anatomi tulisan pembahasan “latar
belakang masalah” dengan mengacu pada catatan atau
pointer sederhana yang Anda buat!
f. Kembangkanlah setiap pointer-pointer tersebut menjadi
paragrap yang sambung-menyambung, berkorelasi, saling
memiliki keterkaitan antara paragrap yang satu dengan
yang lainnya!
g. Buatlah satu paragrap simpulan dari paragrap-paragrap
semua deskripsi yang telah Anda paparkan!
h. Konsistenlah terhadap masalah dan fokus penelitian yang
Anda angkat!
i. Baca kembali setiap paragrap yang Anda buat!
Contoh anatomi dalam menulis LBM
Judul:
“Analisis Kesiapan Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 di SMA. X”
A. Latar Belakang Masalah
(Paragraf 1; apa isu pergantian kurikulum secara umum)
(Paragraf 2; bagaimana sejarah pergantian kurikulum di Indonesia)
(Paragraf 3; apa alasan pergantian kurikulum)
(Paragraf 4; apa kurikulum 2013 itu? Kemukakan secara umum sesuai hasil
telah literatur awal!)
(Paragraf 5; bagaimana keunggulan Kurikulum 2013? Kemukakan secara umum
sesuai hasil telah literatur awal!)
(Paragraf 6; mengapa penelitian dilakukan? Kemukakan “kegelisahan
akademik” sesuai identifikasi masalah empirik yang ditemukan pada observasi
awal di lapangan)
(Paragraf 7; apa manfaat dan tujuan secara umum penelitian ini dilihat dari segi
pendidikan dan atau sosial)
B. Fokus Penelitian
C. .....................................
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
59
B. Fokus Penelitian
Pengertian Fokus Penelitian
Fokus penelitian atau dalam penelitian kuantitatif
dikenal dengan batasan masalah. Tahapan ini merupakan
proses spesifikasi masalah-masalah yang berhasil ditemukan
dalam tahapan identifikasi. Dalam hal ini peneliti akan me-
nentukan fokus masalah yang masih bersifat umum dan
berserakan yang berupa domain tunggal atau beberapa domain
yang memiliki hubungan dengan situasi sosial yang hendak
diteliti. Di samping itu, peneliti harus memutuskan permasalah-
an yang akan diteliti atas dasar tingkat kepentingan, urgensi,
dan feasibilitas masalah yang akan dipecahkan. Juga mem-
pertimbangkan tenaga, waktu dan biaya penelitian sesuai
kemampuan si peneliti.
Lalu kapan masalah penelitian dianggap penting,
urgen dan feasibel? Penting bilamana permasalahan tersebut
akan semakin tidak terpecahkan bahkan akan memunculkan
masalah baru bila tidak dilakukan suatu penelitian, dikatakan
urgen (mendesak) bila permasalahan tersebut tidak segera
diteliti maka akan semakin hilang kesempatan untuk meng-
atasinya, dan dikatakan feasibel jika penelitian tersebut me-
miliki sumber daya yang jelas yaitu para informan yang me-
miliki kemampuan menjawab penelitian dan mudah diperoleh
guna memecahkan masalah tersebut.
Spradley merekomendasikan empat alternatif guna
memudahkan para calon peneliti dalam menentukan fokus,
yaitu sebagai berikut:
1) Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan
oleh informan;
2) Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu;
3) Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk
pengembangan iptek;
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
60
4) Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait
dengan teori-teori yang telah ada.
Fokus penelitian dalam penelitian harus dilakukan. Ini
mengingat adanya berbagai keterbatasan internal dan eksternal
penelitian. Keterbatasan internal penelitian mencakup ke-
terbatasan kemampuan peneliti dalam memperoleh data dan
mengolahnya. Sedangkan keterbatasan eksternal meliputi ke-
terbatasan waktu yang biasanya disesuaikan dengan ketentuan
sponsor atau penyelenggara penelitian. Juga, keterbatasan refe-
rensi, literatur dan teori-teori yang melandasi penelitian ter-
sebut. Oleh karena itu fokus penelitian harus didasari oleh
penemuan-penemuan masalah dalam tahapan identifikasi ma-
salah. Sehingga rumusan fokus penelitian tidak boleh muncul
melainkan dari hasil identifikasi masalah tersebut.
Merumuskan fokus penelitian dapat diilustrasikan
secara sederhana seperti seorang penjahit yang kebanjiran
orderan menjelang lebaran. Maka tidak mungkin ia dapat
mengerjakan semua orderan tersebut. Ia mesti memilih dan
fokus terhadap beberapa orderan sesuai dengan batas tenaga,
modal dan waktu yang ia miliki atau yang ditentukan oleh si
pengorder. Sehingga dapat dikatakan bahwa fokus penelitian
adalah tahapan penelitian pra-lapangan untuk memusatkan
pada permasalahan tertentu yang kemudian dijabarkan secara
rinci di dalam rumus masalah.
Agar fokus penelitian menjadi jelas, maka peneliti
harus memaparkannya secara eksplisit dan tidak ambigu. Hal
tersebut dapat mempermudah peneliti dalam merencanakan
kegiatan-kegiatan umum sebelum turun ke lapangan. Fokus
penelitian merupakan gambaran umum sebuah penelitian, yang
dapat mengarahkan teknik pengumpulan data dan analisisnya
sesuai dengan masalah yang diteliti.
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
61
C. Rumusan Masalah
1. Definisi Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan sketsa dari sebuah
rencana penelitian. Ia dapat dikatakan sebagai ruh dari sebuah
penelitian. Tanpa rumusan masalah, arah penelitian tidak akan
jelas dan hasilnya pun demikian bahkan gagal total. Rumusan
masalah atau juga dikenal dengan istilah research problem
oleh Usman dan Akbar (2009), rumusan masalah merupakan
usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan penelitian
apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pe-
mecahannya. Hal senada juga dikatakan oleh Ulber Silalahi
(2010), di mana rumusan masalah menurutnya adalah sesuatu
hal yang dipertanyakan dalam penelitian yang akan dicari dan
ditemukan jawabannya. Dua definisi tersebut memberikan kata
kunci “kalimat tanya”. Artinya suatu rumusan masalah me-
rupakan kalimat yang mempertanyakan suatu kondisi, gejala,
fenomena, baik bersifat mandiri dan tidak terikat oleh
fenomena, gejala dan situasi lainnya, maupun yang saling
terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik
dalam kapasitasnya sebagai penyebab maupun akibat. Oleh
karena itu calon peneliti dalam hal ini harus dapat merumuskan
tiap poin masalah yang hendak ia teliti dengan menggunakan
kalimat tanya yang baik dan benar.
Membuat rumusan masalah yang baik dan benar me-
nuntut calon peneliti untuk mampu mengoperasikan beberapa
kata tanya dasar yang umum digunakan dalam merumuskan
masalah. Ulber (2010) misalnya menyebutkan kategorisasi
dasar untuk tipe pertanyaan penelitian (research question)
seperti “what” (apa), “why” (bagaimana), “how” (bagai-
mana), “which” (yang mana), “how far” (sejauh mana) dan
sebagainya. Pada umumnya, dalam penelitian kualitatif per-
tanyaan-pertanyaan rumusan masalah lebih mengarah kepada
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
62
jawaban-jawaban yang bersifat eksplanatoris dan deskriptif
sehingga kata tanya yang sering digunakan adalah
“what”“how”, dan “why”
Dalam membuat rumusan masalah, kata tanya “what”
dapat berfungsi sebagai pertanyaan klarifikatif, yang menuntut
kejelasan mengenai fenomena tertentu. Contohnya, apa benar
masyarakat Sasak memiliki sikap keras?. Juga sebagai per-
tanyaan desktiptif, yang menuntut penggambaran mengenai
objek yang diteliti. Apa manfaat yang dirasakan oleh mas-
yarakat setelah listrik masuk desa?
Adapun “how”(bagaimana) dapat berfungsi sebagai
pertanyaan yang menuntut penjelasan atau deskripsi, peng-
gambaran tentang suatu proses, fenomena, gejala dan situasi
benda. Contoh, bagaimana persepsi Tuan Guru terhadap nikah
siri? Bagaimana peranan orang tua dalam meningkatkan
motivasi belajar peserta didik? dan seterusnya.
Sedangkan “why” (mengapa), menurut Ulber kata ter-
sebut ternyata lebih menuntut jawaban yang lebih rumit
dibandingkan dengan “how”, karena kata “why” seringkali
meminta jawaban yang lebih bersifat metodologis dan teoretik.
Tentunya menjawab pertanyaan dengan “why” dalam suatu
penelitian bergantung pada disiplin ilmu yang dikaji. Contoh,
mengapa pondok pesantren di pulau Lombok didominasi oleh
label NW? Mengapa pendidikan multikultural perlu diaktual-
isasikan? dan seterusnya.
2. Karakteristik Rumusan Masalah
Menurut Sugiyono (2013) rumusan masalah secara
umum mememiliki tiga sifat atau karakteristik berdasarkan
level of explanation (level penjelasannya) yaitu rumusan
masalah deskriptif, komparatif dan asosiatif.
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
63
a. Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah
yang memandu peneliti untuk mengungkapkan atau me-
motret situasi sosial ayang akan diteliti secara menyeluruh,
luas dan mendalam.
Secara aplikatif rumusan masalah deskriptif memiliki dua
bentuk yaitu rumusan masalah deskriptif yang ber-
hubungan dengan karakteristik dan yang berhubungan
dengan frekuensi (Ulber, 2010). Rumusan masalah
deskriptif yang berhubungan dengan karakteristik adalah
bentuk rumusan masalah yang menuntut jawaban ber-
dasarkan sifat, bentuk, model, jenis, ciri dan karakter objek
yang diteliti. Contohnya. Apakah bentuk kemiskinan yang
dialami oleh penduduk desa X? Bagaimana karakteristik
kepemimpinan kepala sekolah yang bermutu? Bagaimana
model pembelajaran TK yang efektif dan efesien? Dan
seterusnya. Sedangkan yang berhubungan dengan fre-
kuensi merupakan rumusan masalah yang menuntut
jawaban berdasarkan keadaan objek yang diteliti baik dari
segi proses maupun fisik, yang meliputi keadaan sering-
kadang-kadang, tinggi-rendah, banyak-sedikit, jauh-dekat,
besar-kecil dan lain-lain. Contohnya: Seberapa tinggi
animo masyarakat dalam melaksanakan program KB?
Seberapa besar perkembangan pondok pesantren X di
bidang pemberdayaan ekonomi?
b. Rumusan masalah komparatif merupakan perumusan
permasalahan yang membandingkan antara satu variabel
atau lebih dengan variabel lainnya atau dengan sampel
yang berbeda-beda (Masyhuri dan Zainuddin, 2009).
Secara praktis, rumusan masalah komparatif dalam
penelitian kualitatif dapat bersifat; pertama deskriptif
(komparatif-deskriptif). Contohnya: Adakah perbedaan sig-
nifikan antara keperibadian antara anak pesantren dengan
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
64
anak sekolah umum? Apakah perbedaan pandangan antara
Amin Abdullah dan Hasan Hanafi terhadap pendidikan
multikultural? Kedua, kausal-komparatif. Contohnya: Se-
jauh mana pengaruh kepemimpinan tuan guru dan kepala
desa dalam meredam konflik? Apakah pengaruh IQ dan
ISQ terhadap etos kerja karyawan?
c. Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah
penelitian yang bersifat pertanyaan mengenai hubungan
antara dua variable atau lebih, baik hubungan simetris,
kausal maupun interaktif.
1) Hubungan asosiatif-simetris dapat dipahami sebagai
suatu hubungan antara dua variable atau lebih yang
kebetulan muncul secara bersamaan bukan hubungan
sebab akibat atau pun saling mempangaruhi. Contoh-
nya: Adakah hubungan antara motivasi kerja dengan
profesionalisme? Adakah hubungan antara kelancaran
membaca dan kemampuan menulis?
2) Hubungan asosiatif-kausal adalah hubungan yang
menitikberatkan pada hubungan sebab akibat. Contoh-
nya: Seberapa besar pengaruh metode pembelajaran
terhadap hasil belajar siswa? Seberapa besar dampak
limbah tahu terhadap kesehatan warga sekitarnya?
3) Hubungan asosiatif-interaktif adalah hubungan timbal
balik yang saling mempengaruhi. Contohnya: Bagai-
mana hubungan antara kharisma tuan guru dan
kepemimpinannya? Bagaimana hubungan antara etos
kerja dan karir?
3. Kesalahan Umum dalam Membuat Rumusan Masalah
Kesalahan yang paling umum terjadi dalam merumus-
kan masalah adalah “tidak terencananya penelitian awal dengan
mantap”. Di mana peneliti pemula biasanya memulai pe-
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
65
nelitiannya dengan merumuskan judul terlebih dahulu tanpa
melakukan tahapan identifikasi masalah. Tentunya jika dimulai
dengan judul maka sudah pasti masalah yang akan dijabarkan
dari judul tersebut akan dibuat-buat. Maka penelitian yang baik
adalah penelitian yang berangkat dari masalah.
Di samping itu ada beberapa kesalahan umum dalam
merumuskan masalah yang harus diperhatikan oleh peneliti,
yaitu sebagai berikut:
a. Membuat-buat atau mengada-adakan masalah tanpa mem-
baca atau revewing literature yang relevan dengan pe-
nelitian sebelumnya;
b. Merencanakan penelitian yang sifatnya terbatas dengan
alasan unik, sehingga berpengaruh terhadap terbatasnya
permasalahan;
c. Peniliti tidak mempertimbangkan kemampuan fisik, finan-
sial, tenaga dan waktunya, sehingga memaksakan diri
untuk merumuskan masalah melebihi kemampuan yang ia
miliki;
d. Peneliti kurang mempertimbangkan kelemahan metodologi
penelitian yang hendak digunakan, sehingga rumusan
masalah dibuat sesuai selera pribadi peneliti;
e. Merumuskan masalah tanpa mempertimbangkan secara
matang kekuatan teori yang melandasi masalah tersebut;
f. Terlalu umum dalam membuat rumusan masalah, sehingga
berpengaruh pada umumnya simpulan hasil penelitian dan
tidak fokusnya tujuan penelitian.
g. Peneliti (khususnya peneliti pemula) kurang cermat meng-
gunakan kata-kata operasional dalam rumusan masalah.
Sering terjadi, seorang calon peneliti ingin menggunakan
pendekatan kualitatif, namun rumusan masalah yang dibuat
menggunakan kata operasional kuantitatif. Demikian pula
dengan sebaliknya.
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
66
Oleh karena itu agar para peneliti, terutama peneliti
pemula terhindar dari kesalahan-kesalahan di atas, maka perlu
diperhatikan beberapa solusi praktis berikut ini:
a. Lakukan identifikasi masalah secara maksimal!
b. Kumpulkan referensi yang relevan dengan penelitian!
c. Tentukan masalah benar-benar menarik bagi peneliti!
d. Carilah hasil-hasil penelitian terdahulu yang belum ter-
pecahkan!
e. Pilihlah permasalahan yang sangat dibutuhkan oleh publik!
f. Pilihlah permasalahan yang mudah dijangkau dan jangan
memaksa diri!
g. Buatlah kalimat rumusan masalah yang singkat, padat dan
jelas!
h. Konsultasikan/diskusikan rumusan yang telah dibuat ke-
pada teman sejawat atau pembimbing!
4. Langkah Praktis Membuat Rumusan Masalah
Sebelum membahas langkah praktis dalam merumus-
kan masalah penelitian kualitatif, terlebih dahulu akan di-
kemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peneliti
sebelum merumuskan masalah, di antaranya yaitu:
a. Identifikasi masalah dengan cermat!
b. Buatlah catatan-catatan pokok tentang identifikasi yang
dilakukan!
c. Tetapkan fokus masalah sesuai dengan minat, urgensi,
kemampuan fisik, finansial dan keluangan waktu ber-
dasarkan identifikasi masalah!
d. Rumuskan masalah dengan bahasa ilmiah, akademis,
singkat dan jelas!
e. Konsistenlah menggunakan kata tanya operasional yang
tepat dan sesuai dengan penelitian kualitatif!
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
67
f. Buatlah rumusan masalah dengan memperhatikan landasan
teori yang diperoleh dari telaah pustaka! Karena untuk
menjawab setiap rumusan masalah diperlukan landasan
teori yang kuat.
Adapun langkah praktis dalam menyusun rumusan
masalah, maka Moleong (2013) dalam bukunya “Penelitian
Kualitatif” merekomendasikan beberapa langkah sebagai
berikut:
Langkah
pertama
:
Tentukan fokus penelitian!
Langkah
kedua
:
Cari berbagai kemungkinan faktor yang ada
kaitan dengan fokus tersebut, yang dalam hal ini
dinamakan subfokus!
Langkah
ketiga
:
Dari faktor-faktor yang berkaitan tersebut,
adakan pengkajian mana yang sangat menarik
untuk ditelaah, kemudian tetapkan mana yang
dipilih!
Langkah
keempat
:
Kaitkan secara logis faktor-faktor subfokus yang
dipilih dengan fokus penelitian!
Langkah-langkah tersebut secara manual dapat dilihat
dalam ilustrasi sederhana berikut ini:
Fokus: Pengelolaan Kelas
Masalah yang menarik diteliti perspektif peneliti: (1) Kebersihan kelas; (2)
Organisasi kelas; (3) Gaya kepemimpinan wali kelas
Rumusan Masalah:
1. Apa kriteria kebersihan kelas dipandang dari pengelolaan kelas?
2. Apa peran organisasi kelas dalam pengelolaan kelas?
3. Bagaimana gaya kepemimpinan wali kelas dalam pengelolaan kelas?
Subfokus: kebersihan kelas, penataan sarana kelas, organisasi kelas,
kepemimpinan wali kelas, inventaris peralatan kelas, dll.
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
68
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Setelah merumuskan masalah, maka langkah selanjut-
nya yang harus dilakukan adalah membuat tujuan penelitian
(purpose statement). Secara konseptual, pada dasarnya semua
penelitian memiliki tujuan yang sama yaitu “to answer a
question”- untuk menjawab pertanyaan (Morse dan Field:
2002). Namun dalam penelitian kualitatif, menurut Maxwell
dalam Hanauer (2010) bahwa “state the first purpose of
qualitative research is: understanding the meaning, for
participants in the study, of the events, situations, and actions
they are involved with and of the accounts that they give of
their liver and experiences”.
Hal senada juga dikatakan oleh Boswell and Cannon
(2011): “Generally, the purpose of qualitative studies is to
explore new concepts and ideas about which little is known, or
to discover new meanings for concepts. Kedua pendapat
tersebut merupakan tujuan penelitian kualitatif secara umum
yaitu untuk memahami hakikat informan, peristiwa, situasi dan
tindakan dan pengalaman orang-orang yang terkait dengan
peristiwa dan situasi tersebut, dan untuk mengekplorasi konsep
dan ide yang baru diketahui atau masih jarang diteliti.
Pendapat tersebut juga sama persis dengan apa yang
diungkap Marriem (2009) bahwa “The overall purposes of
qualitative research are to achieve an understanding of how
people make sense out of their lives, delineate the process
(rather than the outcome or product) of meaning-making, and
describe how people interpret what they experience.” Marriem
menyebutkan bahwa tujuan penelitian kualitatif secara ke-
seluruhan adalah pertama, untuk memahami bagaimana me-
mahami kehidupan masyarakat; kedua, untuk menggambarkan
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
69
proses (bukan hasil), dan ketiga, untuk menggambarkan bagai-
mana orang menafsirkan pengalaman mereka.
Dalam tataran aplikasi, tujuan penelitian dapat di-
pahami sebagai pernyataan peneliti mengenai apa yang hendak
dicapai (Husaini dan Purnomo, 2009). Jadi tujuan penelitian
ditulis dengan menggunakan kalimat “pernyataan”. Peneliti
menyatakan tujuannya, mengapa ia meneliti setiap rumusan
masalah yang telah dibuatnya. Karenanya, dalam merumuskan
tujuan, peneliti biasanya berpedoman kepada rumusan masalah
yang telah dibuatnya. Artinya, keluar dari rumusan masalah
berarti tersesat, peneliti tidak akan sampai kepada tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitiannya. Oleh karena itu tujuan
penelitian harus selaras dengan rumusan masalah. Jika rumusan
masalahnya bersifat deskriptif, maka tujuannya juga harus
deskriptif. Demikian pula pada rumusan masalah yang bersifat
komparatif dan asosiatif, maka tujuan penelitiannya pun harus
dinyatakan secara komparatif dan asosiatif.
Menyatakan tujuan penelitian dianggap penting untuk
dinyatakan baik dalam proposal maupun laporan penelitian,
karena dapat memberikan informasi yang jelas dan tegas
kepada pembaca - khususnya pihak-pihak yang terkait dengan
penelitian - mengenai tujuan utama “mengapa penelitian
tersebut dilakukan”. Di samping itu, adanya tujuan penelitian
dapat menjadi instrumen evaluasi mengenai masalah mana
yang sudah dan belum ditemukan jawabannya.
2. Menulis Tujuan Penelitian
Sebenarnya, menulis tujuan penelitian tidaklah sulit,
karena sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa tujuan
penelitian mengikuti rumusan masalah. Perbedaannya hanya
terletak pada penggunaan kalimat tanya dalam rumusan
masalah dan kalimat pernyataan dalam tujuan penelitian.
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
70
Namun umumnya tujuan penelitian selalu diawali oleh kalimat
operasional. Sebab tujuan penelitian merupakan pernyataan
operasional yang merincikan apa yang akan diselesaikan dan
dicapai dalam penelitian (Moleong, 2013).
Biasanya peneliti menulis kalimat “Penelitian ini ber-
tujuan untuk ......”, atau “Penelitian ini memiliki tujuan .....”
Contohnya:
oPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ………..
oPenelitian ini bertujuan untuk menjelaskan …………..
oPenelitian ini memiliki untuk mengetahui ……… dll.
Contoh Tujuan Penelitian Kualitatif
Berikut ini akan disajikan beberapa contoh tujuan penelitian,
yaitu:
No.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
1
Apakah persepsi Tuan Guru
mengenai nikah siri?
Untuk memahami persepsi Tuan
Guru mengenai nikah siri.
2.
Bagaimana perilaku nikah siri
di desa x?
Untuk mendeskripsikan perilaku
nikah siri di desa x
3.
Bagaimana peran Tuan Guru
dalam meminimalisir
pernikahan siri di desa x?
Untuk mengetahui peran Tuan
Guru dalam meminimalisir
pernikahan siri di desa x
4.
Apa latar belakang terjadinya
nikah siri di desa x?
Untuk mengeksplor latar belakang
terjadinya nikah siri di desa x
E. Manfaat Penelitian
Dalam sebuah penelitian baik kualitatif maupun
kuantitatif diperlukan uraian manfaat penelitian. Dalam uraian
tersebut, peneliti berusaha menjelaskan secara ilmiah dan
akademis mengenai manfaat penelitian yang direncanakan. Hal
tersebut dibuat untuk memperjelas kontribusi signifikan dari
hasil penelitian yang dilakukan, sehingga penelitian yang di-
rencanakan benar-benar meyakinkan pembaca dan pihak-pihak
yang terkait dengan penelitian.
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
71
1. Macam-Macam Sifat Manfaat Penelitian
Secara umum, manfaat penelitian dibuat dalam dua
bentuk yaitu manfaat yang bersifat praktis dan teoretik.
Adapun penjelasannya berikut ini:
a) Manfaat praktis
Manfaat praktis merupakan implikasi nyata dari hasil
penelitian yang dapat diterapkan atau diaplikasikan. Artinya,
penelitian tersebut membantu memecahkan dan mengantisipasi
masalah yang dialami oleh objek yang diteliti. Peneliti ber-
usaha memaparkan secara logis mengenai manfaat hasil pe-
nelitian tersebut. Kekeliruan yang sering terjadi dalam menulis
manfaat penelitian adalah “peneliti menulis secara subjektif”,
sesuai keinginan peneliti sendiri.
b) Manfaat teoretik
Manfaat teoretik dapat dipahami sebagai sumbangan
ilmiah berupa penemuan teori baru atau penyempurnaan teori
sebelumnya atau jawaban-jawaban ilmiah pendukung dalam
rangka pengembangan ilmu pengetahuan di masa mendatang.
Dalam hal ini, peneliti harus menegaskan bahwa penelitian
yang dilakukan menghasilkan teori yang dapat dijadikan
referensi pada ranah a, b, c, d dan seterusnya.
2. Langkah Praktis Menulis Manfaat Penelitian
Ada beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan
untuk memudahkan peneliti, terutama peneliti pemula dalam
menulis manfaat penelitian yaitu:
a) Tentukan bentuk atau sifat manfaat penelitian yang
hendak ditulis, apakah praktis ataukah teoretik!
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
72
b) Kaitkan setiap sifat manfaat penelitian ditulis dengan
partisipan, objek permasalahan dan tempat penelitian serta
disiplin ilmu yang diteliti!
Contohnya:
F. Penelitian yang Relevan
Pada bagian ini perlu juga memuat hasil-hasil
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh penelitian lain
namun relevan dengan penelitian yang akan dilakukan, dengan
maksud untuk menghindari duplikasi. Di samping itu, untuk
menunjukkan bahwa topik yang diteliti belum pernah diteliti
oleh peneliti lain dalam konteks yang sama. Dengan demikian
penelitian yang relevan perlu menunjukkan masalah apa yang
diteliti, apa persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang
akan dilakukan dan perlu juga memunculkan kekurangan-
kekuarangan apa yang terdapat dalam penelitian yang men-
dahului tersebut sehingga perlu dilakukan penelitian kembali.
Namun jika persoalan yang akan diteliti benar-benar baru dan
belum pernah ada yang meneliti sebelumnya, maka penelitian
yang relevan atau penelitian sebelumnya tidak harus dimuncul-
kan.
1. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat dimanfaatkan
oleh kepala sekolah, guru dan orang tua (partisipan)
dalam mengurangi kemalasan murid (objek masalah)
di sekolah x (tempat penelitian) dan sekolah lainnya.
2. Manfaat teoretik
Secara teoretik, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan
sebagai referensi bagi peneliti pada penelitian selanjut-
nya dalam bidang pendidikan (disiplin ilmu).
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
73
Bagian 5
PENDEKATAN, JENIS,
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam proposal maupun laporan penelitian harus
mencantumkan pendekatan yang digunakan, apakah kualitatif
ataukah kuantitatif. Untuk penelitian kualitatif memiliki jenis
yang bervariasi. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang
memang sudah memiliki pola yang standar. Oleh karena itu
para ahli mengemukakan jenis penelitian kualitatif dalam
jumlah yang berbeda-beda. Obiakor et. al. (2011) misalnya
mengemukakan: “The types include case study (both single
case studies and collective case studies), grounded theory,
ethnography, action research, narrative research, phenol-
menology, discourse analysis, conversional analysis, and
ethnographic content analysis”.- Ada beberapa tipe atau jenis
penelitian kualitatif yaitu; studi kasus, grounded theory,
etnografi, penelitian tindakan, penelitian naratif, fenomenologi,
analisis wacana, analisis konversional, dan analisis isi etno-
grafi. Matthews dan Kostelis (2011) menyatakan bahwa ada
beberapa jenis penelitian kualitatif yang masih eksis, yang
meliputi penelitian etnografi, penelitian fenomenologi, studi
kasus, dan penelitian naratif. Sedangkan menurut Jacob dalam
Marshall - sebagaimana yang dikutip oleh Raco (2010) –
bahwa jenis penelitian kualitatif ada enam yaitu; Ethology
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
74
manusia (Human Ethology), Etnogarafi Holistic (Holistic
Ehtnographi), Antropology Kognitif (Cognitive Antropology),
Ethnogrphi Komunikasi (Ethnographi Communication),
Intraksi Simbolik (Simbolic Intraction), Psikologi Lingkungan
(Ecology Psycology).
Creswell (1994) dalam Onwuegbuzie et. al. (2004)
memberikan catatan bahwa: “the major types of qualitative
research are historical, case study, phenomenological,
ethnographic, and grounded theory.” –Jenis utama penelitian
kualitatif adalah penelitian historis (biografi), studi kasus,
fenomenologi, etnografi, dan grounded theory. Jadi, walaupun
penelitian kualitatif memiliki jenis yang banyak, namun secara
umum yang paling banyak digunakan dalam penelitian kuali-
tatif hanya ada lima. Adapun penjelasannya berikut ini:
1. Biografi
Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan
pengalamannya yang dituliskan kembali dengan mengumpul-
kan dokumen dan arsip-arsip. Menurut Creswell dalam Raco
(2010) meneyebutkan bahwa biografi masuk dalam katagori
jenis penelitian kualitatif. Metode penelitian ini biasanya
dilakukan dalam ranah sosial. Biografi juga diistilahkan sejarah
lisan, narasi personal dan outobiografi. Stebbins (2006) me-
nyatakan:“Biographical research includes autobiographies,
biographies, diaries, oral histories, family stories and letters”.
Dia menjelaskan bahwa berbagai jenis dokumen dapat ditulis
untuk berbagai tujuan dan audien. Oleh karena itu ada teknik
evaluasi khusus yang perlu digunakan dalam penelitian ketika
menggunakan jenis biografi.
Murray (2003) secara gamblang mendefinisikan pe-
nelitian biografi sebagai “a record of another person’s life”,
sebuah catatan kehidupan orang lain. Burton dan Bartlett
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
75
(2005) menambahkan definisi biografi tersebut yaitu; sebuah
catatatan kehidupan orang lain atau aspek yang penting dari
kehidupan orang lain tersebut. Lebih lanjut Murray men-
jelaskan –sebuah catatan biasanya dalam bentuk tertulis, tapi
dapat juga berupa rekaman suara (audio recorded) ataupun
rekaman video (video recorded). Atau bahkan dapat terdiri dari
kombinasi media, seperti catatan tertulis disertai dengan foto
dan kutipan disertai dengan audio recorded atau video
recorded dari kehidupan itu.
Dalam penelitian jenis biografi ini, yang paling
penting diperhatikan oleh seorang peneliti adalah kemampuan
peneliti untuk menggambarkan karakter unik dari kehidupan
seseorang yang dia teliti, yaitu suatu kehidupan yang rincian
dan pola kehidupannya tidak seperti orang lain. Sehingga
biografi dapat menginformasikan para pembacanya tentang
kegigihan, konsistensi, dan inkonsistensi dalam kehidupan
subyek, dengan memberikan keterangan berdasarkan kontek
sejarah-budaya di mana kepribadiannya berkembang. Pembaca
juga dapat mengambil pelajaran tentang kehidupan yang
disimpulkan dari perilaku yang terungkap dalam akun
biographer yang diteliti (Burton dan Bartlett, 2005). Sebab
secara umum tujuan penelitian biografi adalah untuk melacak
pemikiran, kegiatan, dan prestasi tokoh tertentu, untuk di-
jadikan pembelajaran bagi orang-orang setelahnya. Sehingga
tokoh yang dikaji memiliki sisi-sisi unik yang menarik dan
penting diketahui khalayak.
Dalam penelitian biografi, Stebbins (2006) member-
kan rambu-rambu penting sebelum melakukan penelitian jenis
biografi ini. Dia mengatakan:“Biographical research can
involve:Studying the life and social context of famous person
who had a significant impact on society, Developing an
enhanced understanding of the works of particular author,
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
76
Researching the lives of lesser-known individuals …… to
develop a sense of how people experienced a particular
historical event or time period.”
Dari pemaparan Stebin tersebut dapat disimpulkan
bahwa Penelitian biografis setidaknya memiliki tiga tujuan
yaitu: (a) untuk mempelajari konteks kehidupan dan sosial
orang terkenal yang memiliki dampak signifikan terhadap
masyarakat; (b) untuk mengembangkan pemahaman yang di-
sempurnakan karya penulis tertentu; (c) untuk meneliti ke-
hidupan yang kurang dikenal orang, untuk mengembangkan
rasa bagaimana orang mengalami peristiwa sejarah tertentu
atau periode waktu.
2. Fenomenologi
Fenomenologi adalah bagian dari metode kualitatif.
Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau meng-
ungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang
didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu.
Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga
tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena
yang dikaji. Dasar metode ini adalah filsafat fenomenologi.
Menurut Raco (2010), fenomenologi sebenarnya berarti mem-
biarkan gejala-gejala yang disadari tersebut menampakkan diri
(to show themselves). Sesuatu akan nampak sebagaimana dan
apa adanya (things as they appear). Lebih lanjut ia men-
jelaskan bahwa dalam sejarahnya, filsafat fenomenologi di-
kembangkan oleh Edmund Husserl dan kemudian dikembang-
kan oleh Giambattista Vico, Franz Brentano dan William
Dilthey. Metode fenomenologi memiliki tujuan untuk me-
nangkap dan memahami makna pengalaman, peristiwa dan
keadaan sosial yang terjadi di sekitar kehidupan manusia.
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
77
Fenomenologi yang dikembangkan oleh Husserl ini
adalah fenomenologi transendental. Teori ini menekankan pada
subjektivitas dan temuan esensi dari pengalaman serta me-
nyediakan sebuah metodologi yang sistematis dan teratur
dalam derivasi pengetahuan. Pendekatan Husserl ini disebut
dengan pendekatan fenomenologi. Moustakes menjelaskan –
dinamakan demikian karena fenomenologi hanya memanfaat-
kan data yang bersifat sadar (penampilan objek). Dan model ini
dianggap transendental karena mengandung apa yang dapat
ditemukan melalui refleksi pada tindakan subyektif dan
berkorelasi dengan sasaran mereka (Moustakes,1994).
3. Etnografi
Creswell (2008) dalam bukunya –Educational
Research; Planing, Conducting, and Evaluating Quantitaive
and Qualitative Research - menulis definisi jenis kualitatif-
etnografi sebagai berikut: “Ethnografhic design are qualitative
research procedures for describing, analyzing, and inter-
preting a culture-sharing group’s shared patternd of behavior,
beliefs, and language that develop.”
Melihat definisi di atas dapat dipahami bahwa
Creswell memberikan kata kunci “budaya” sebagai sentral dari
jenis penilitian kualitatif ini. Sedangkan budaya difahami
sebagai sebuah “everything having it can include language,
ritual, economic, political structures, life stages, interaction,
and communication style”.
Jadi, jenis penelitian ini lebih fokus dalam menyelidiki
suatu kelompok kebudayaan dilingkungan yang alamiah dalam
rentan waktu yang cukup lama dalam proses pengumpulan data
baik berupa data observasi maupun data wawancara. Model
penelitian ini berupaya untuk mempelajari peristiwa kultural,
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
78
yang menyajikan pandangan hidup subyek sebagai obyek studi.
(Endraswara, 2006).
Disamping definisi Creswell (2008) di atas, Endras-
wara juga mendefinisikan penelitian etnografi sebagai berikut:
“Penelitian etnografi adalah kegiatan pengumpulan bahan ke-
terangan atau data yang dilakukan secara sistematik mengenai
cara hidup serta aktivitas sosial dan berbagai benda ke-
budayaan dari suatu masyarakat.”
Mengacu kepada semua keterangan di atas, tentu saja,
dalam kasus etnografi antropologi sosial dan budaya selalu
menjadi metode utama, tetapi sekarang memiliki kehadiran
yang kuat di bidang sosiologi dan psikologi, serta diterapkan di
banyak ranah seperti pendidikan dan kesehatan (Hammersley,
2002). Namun pada dasarnya etnografi digunakan pada pe-
nelitian antropologi. Jenis penelitian etnografi merupakan
“penelitian dasar” (basic research) dalam mengkaji antro-
pologi, yang mengutamakan perekaman data dan pencatatan
informasi secara deskriptif dan kemudian menganalisis be-
ragama kehidupan kelompok tradisonal, umumnya, terutama
komunitas pra baca-tulis (Liliweri, 2005).
Jelas di sini bahwa etnografi adalah uraian dan
penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. Dalam
hal ini, peneliti mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara
hidup mereka. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari
sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi melibatkan
pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok,
dimana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam
keseharian hidup responden atau melalui wawancara satu per
satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari
arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi
dalam kelompok.
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
79
Berdasarkan definisi dan keterangan para ahli, jelas
etnografi memiliki manfaat yang sangat besar dalam ranah
sosio-antropologi dimana hasil penelitian etnografi akan dapat
memberikan informasi-informasi penting mengenai teori-teori
ikatan budaya, memahami masyarakat yang kompleks, dan
memahami perilaku manusia.
4. Grounded theory
Raco (2010) memaparkan bahwa grounded theory
adalah salah satu jenis penelitian kualitatif, karena analisanya
tidak menggunakan angka. Coraknya induktif, karena hendak
menemukan teori baru. Objek penelitiannya adalah fenomena
yang ada dalam konteksnya yang alamiah dan dimengerti
sesudah data lapangan diperoleh, entah melalui wawancara
atau observasi.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa dasar filosofis dari
grounded adalah interaksi simbolik. Interaksi simbolik sendiri
berasal dari psikologi sosial. Pertanyaan yang sering diajukan
dalam penelitian adalah mana simbol yang umum atau biasa
digunakan sehingga interaksi manusia dapat dimengerti. Inter-
aksi simbolik menyatakan bahwa tindakan manusia selalu
bergantung pada arti yang dipahami oleh manusia dalam
lingkungannya.
Peneliti dalam penelitian ini berasumsi bahwa tidak
ada kebenaran yang mutlak sekalipun sering kita percaya
bahwa hal itu ada. Kebenaran adalah hasil interpretasi. Karena
itu pengalaman langsung dan pengertian akan pengalaman
tersebut adalah hal yang sangat penting dalam penelitian
kualitatif. Sehingga menurut Raco, metode ini sangat cocok
digunakan jika:
Pertama, digunakan untuk menangkap arti dari
pengalaman manusia. Setiap pengalaman manusia memiliki
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
80
arti khusus, minimal untuk dirinya sendiri dan orang lain yang
membaca atau mendengar pengalaman tersebut. Kedua,
diyakini bahwa interaksi sosial bersifat dinamis. Artinya
interaksi sosial yang terjadi di antara manusia mengalami
dinamika atau perkembangan. Sebagaimana manusia selalu
bergerak dan berubah secara dinamis, maka interaksi sosialnya
pun bersifat dinamis dan terus mengalami perubahan. Ketiga,
untuk memahami arti kontekstualnya dan di mana peneliti
terlibat langsung dalam pemberian makna. Peneliti hanya
dapat mengerti peristiwa, fakta, realita, atau gejala secara
menyeluruh apabila peneliti memahami latar belakang peris-
tiwa fakta atau kejadian tersebut. Keempat, bila terdapat
keterbatasan teori untuk menerangkan suatu gejala, fakta atau
realita. Peristiwa, fakta, gejala atau masalah, yang sering
terjadi atau dialami oleh manusia setiap hari, tidak semua
dapat diterangkan secara gamblang dan memuaskan secara
ilmiah. Hal ini disebabkan oleh keterbatan teori yang men-
dukung pemahaman gejala atau peristiwa tersebut.
5. Studi Kasus (Case Study)
Secara historis, Emile Durkheim, seorang sosiolog
Prancis adalah orang yang mengembangkan penelitian studi
kasus. Ia termotivasi oleh dinamika fenomena-fenomena sosial
yang kian hari makin kompleks di masyarakat. Studi kasus,
atau oleh Woodside (2010) disingkat CSR (Case Study
Research) mendefinisikannya dengan mengutip pendapat Yin
sebagai berikut:“A case study is an empirical inquiry that
investigates a contemporary phenomenon within its real life
context, especially when the boundaries between phenomenon
and context are not clearly evident; and in which multiple
sources of evidence are used”.–Woodside menjelaskan bahwa
studi kasus adalah penyelidikan empiris yang meliputi pe-
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
81
nyelidikan mengenai fenomena kontemporer dalam konteks
kehidupan nyata, terutama ketika batas-batas antara fenomena
dan konteks tidak jelas.
Swanborn (2010) menegaskan bahwa pendapat yang
lebih tepat, studi kasus adalah studi tentang fenomena atau
proses yang berkembang dalam satu kasus. Hal senada juga
dikatakan oleh Gerring (2007) bahwa “ A case study may be
understood as intensive study of a single case….” Jadi
penelitian studi kasus secara intensif hanya terpusat pada satu
buah fenomena kasus di lapangan. Menurut Merriam dalam
Simons (2009) bahwa“the qualitative case study can be
defined as an intensive, holistic description and analysis of
single entity, phenomenon or social unit. –Menurutnya, studi
kasus sebagai bagian dari jenis penelitian kualitatif di-
definisikan sebagai sebuah penelitian yang dilakukan dengan
cara intensif, dengan proses pendeskripsian yang holistik
(menyeluruh) dan hanya menganalisis entitas tunggal, satu
fenomena atau unit sosial saja. Sedangkan menurut Simons
sendiri bahwa “Case study is an in-depth exploration from
multiple pesrspektives of complexity and uniqueness of a
particular project, policy, institution, programme, or system in
a real life context.”
Definisi pamungkas tersebut merupakan definisi yang
komplit. Simons mengemukakan ranah penelitian studi kasus
secara luas dan kompleks yang meliputi studi kasus pada
proyek tertentu, kebijakan, institusi, program, dan sistem dalam
kehidupan bermasyarakat. Studi kasus dapat dikatakan sebagai
jenis penelitian multi-ranah yang relevan digunakan pada objek
yang berbeda-beda.
Secara praktis, studi kasus terfokus pada satu jenis
kajian subjek atau fenomena yang diteliti secara mendalam.
Sebab pada dasarnya studi kasus bertujuan untuk mengetahui
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
82
tentang keadaan objek atau fenomena penelitian secara intensif.
Misalnya peneliti mengkaji siswa SMP X sopir angkutan kota
Mataram, karyawan perusahaan PT. “Bunga Rampai”, guru
SMA X dan sebagainya.
B. Lokasi dan Watu Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian bukanlah tanpa per-
timbangan seperti kesesuaiannya dengan topik yang diangkat,
memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri bagi peneliti.
Sebab, salah memilih lokasi penelitian berdampak pada hasil
penelitian yang tidak maksimal, atau bahkan mengalami
kegagalan.
Melakukan pertimbangan yang matang dalam pe-
nentuan lokasi penelitian diharapkan dapat diperoleh sesuatu
yang berarti, bermanfaat dan baru. Tidak tepat dan logis bila
peneliti menentukan lokasi penelitian dilandasi alasan semisal
dekat dengan tempat tinggal peneliti, peneliti marasa familiar
dengan lokasi penelitian, karena memiliki teman atau informan
yang sudah terlebih dahulu dikenal bahkan mungkin sahabat-
nya dan sebagainya. Oleh karena itu peneliti hendaknya men-
deskripsikan lokasi penelitian berdasarkan alasan yang logis
dan akademis. Di samping itu, peneliti juga menguraikan
dengan jelas mengenai letak dan keadaan geografis lokasi
penelitian.
Di samping menjelaskan lokasi, sebaiknya dijelaskan
juga kapan waktu penelitian tersebut dilakukan serta berapa
lama proses penelitian dilasanakan. Adapun berapa lama
penelitian itu dilaksanakan, tergantung jenis masalah yang
diteliti.
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
83
Bagian 6
SUMBER DATA
(Populasi & Sampel)
A. Konsep Populasi dan Sampel
1. Definisi Populasi
Kata populasi diserap dari bahasa Inggris yaitu
“population”. Populasi juga disebut universium,universe, dan
universe of discourse. Populasi atau universe adalah se-
kelompok orang, kejadian, atau benda, yang dijadikan obyek
penelitian.
Dalam penelitian kualitatif ada beberapa definisi
populasi yang dapat dijadikan konsep dasar. Di antaranya
sebagaimana yang dikutip Satori dan Komariah (2012) adalah
sebagai berikut:
a) Gregory dalam Djailani (1998) secara lebih tajam meng-
artikan popualsi sebagai keseluruhan objek yang relevan
dengan masalah yang diteliti.
b) Menurut Beiley, populasi adalah jumlah total dari seluruh
unit atau elemen di mana penyelidik tertarik.
c) Congelosi dan Taylor dalam Djailani, populasi adalah
keseluruhan unsur yang diteliti.
d) Menurut Burn (2000), populasi dapat berupa organisme,
orang atau sekelompok orang, masyarakat, organisasi,
benda, objek, peristiwa, atau laporan yang semuanya me-
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
84
miliki dan harus didefinisikan secara spesifik dan tidak
secara mendua.
Sedangkan menurut Sugiyono (2013), populasi di-
artikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik simpulannya.
Dari definisi-definisi di atas, jelas secara sederhana
populasi dipahami sebagai semua subjek atau objek sasaran
penelitian. Dalam penelitian, subjek dapat berupa manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan, barang-barang hasil produksi se-
perti hasil kerajinan tangan, industri, pertanian, pertambangan,
dan lain-lain, benda yang tidak diproduksi seperti angin, air,
batu, pasir, tanah, dan lain-lain. Di samping itu, subjek juga
dapat dalam bentuk ungkapan baik verbal berupa kata, frasa,
kalimat, paragraf dan teks, maupun nonverbal seperti dokumen
tertulis. Dalam penelitian, status populasi sebagai subjek dan
objek tersebut terkadang membingungkan, kapan populasi
tersebut menyandang status objek dan kapan ia menyandang
status subjek. Populasi penelitian bersatatus objek bila populasi
itu bukan sebagai sumber informasi, melainkan sebagai materi
yang diteliti baik yang bersifat abstrak maupun yang kongkrit.
Dalam bahasa yang sederhana the object of research is the
ambient environment being faced by an investigator - objek
penelitian adalah lingkungan sekitar yang dihadapi oleh
penyidik (Alexander M. Novikov and Dmitry A. Novikov,
2013). Sedangkan populasi penelitian yang berstatus subjek
adalah sumber informasi yang meliputi manusia dan dokumen.
Memang, dalam penelitian sosial manusia secara individual
maupun komunal (kelompok) lumrah diposisikan sebagai
informan. Dari merekalah peneliti dapat memperoleh informasi
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
85
tentang diri mereka dan fenomena-fenomena sosial yang me-
ngitari mereka.
Namun dalam penelitian tertentu populasi tidak hanya
menyandang status subjek atau objek melainkan kedua-duanya
sekaligus. Artinya populasi tersebut di samping sebagai infor-
man yang berfungsi memberikan data dan informasi mengenai
diri populasi tersebut dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan mereka, juga sebagai objek, substansi atau material
yang diteliti. Contohnya penelitian tentang “kepemimpinan
spiritual Tuan Guru Pondok Pesantren X se-Lombok Barat”.
Dalam penelitian tersebut populasinya adalah Tuan Guru, yang
diposisikan sebagai informan atau sumber data (subjek) se-
kaligus material penelitian (objek).
Jadi, populasi adalah sekumpulan objek atau sumber
data penelitian (Suhadi dkk., 2003). Mereka menegaskan
bahwa populasi sebagai objek sejalan dengan pendapat
Tuckman yang menyatakan bahwa populasi adalah kelompok
yang menjadi target atau sasaran studi (penelitian). Sedangkan
populasi sebagai sumber data sejalan dengan pendapat Chao
yang menyatakan bahwa populasi itu terkait dengan semua
sumber data dalam cakupan lingkup penelitian yang ditetapkan.
Sebenarnya istilah populasi dalam posisi sebagai
objek tidak dipergunakan dalam penelitian kualitatif. Spradley
dalam Sugiyono (2013) mengistilahkannnya dengan “sosial
situation” atau situasi sosial. Sebab, penelitian kualitatif se-
sungguhnya dilatarbelakangi oleh kasus tertentu dalam situasi
sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak diberlakukan terhadap
populasi tersebut, namun ditransfer ke tempat lain yang
memiliki kesamaan situasi sosial dengan situasi sosial pada
kasus yang diteliti. Spradley menguatkan bahwa setiap situasi
sosial yang terjadi, selalu dibentuk oleh tiga elemen yaitu
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
86
tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang
berinteraksi secara sinergis.
Situasi sosial dapat dipahami sebagai peristiwa, ke-
jadian, aktivitas, dan fenomena yang lumrah terjadi di semua
tempat, yang melibatkan aktivitas serta pelaku tertentu. Bahkan
di lingkungan yang sangat kecil pun seperti keluarga, situasi
sosial kerap dijumpai. Pada posisi sebagai objek penelitian,
situasi sosial dikaji untuk mengetahui atau memahami situasi
yang terjadi di dalamnya. Oleh karena itu untuk menge-
tahuinya, peneliti dapat mengamati secara mendalam hal-hal
yang berhubungan dengan segala aktivitas dan orang-orang
yang terlibat dalam situasi tersebut pada tempat di mana situasi
sosial tersebut terjadi.
2. Definisi Sampel
Kata sampel diserap dari bahasa Inggris yaitu
“sample” yang berarti contoh. Sedangkan “sampling” berarti
penarikan contoh (Echols dan Shadily, 2000). Dalam KBBI
(2008) sampel diterjemahkan sebagai sesuatu yang digunakan
untuk menunjukkan sifat suatu kelompok yang lebih besar.
Juga, diterjemahkan sebagai bagian yang mewakili kelompok
atau keseluruhan yang lebih besar.
Dalam suatu penelitian, “sepertinya” mustahil meng-
gali informasi dari semua populasi penelitian. Dalam situasi
demikian, populasi harus diperkecil menjadi sebuah sampel
yang benar-benar representasi atau yang mewakili seluruh
populasi. Oleh karena itu dapat dikemukakan beberapa alasan
logis mengapa sampel lebih dipertimbangkan daripada populasi
dalam suatu penelitian, di antaranya yaitu:
Pertama pertimbangan efisiensi waktu, tenaga dan
biaya yang dibutuhkan. Dengan adanya sampel memungkin
tenaga, waktu dan biaya menjadi relatif lebih efesien daripada
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
87
mengandalkan informasi populasi. Dalam penelitian tertentu
sampel pun amat berpengaruh terhadap dana, tenaga dan waktu
yang dibutuhkan. Oleh karena itu peneliti harus meng-
kondisikan antara jumlah sampel yang dibutuhkan dengan
tenaga, waktu, dan biaya yang dimiliki.
Kedua, peneliti mempertimbangkan masalah ke-
telitian. Pengambilan sampel dapat mempertajam ketelitian
peneliti. Sebab penelitian terhadap populasi sangat mungkin
terjadi “keteledoran” pada saat meneliti, mengumpulkan, dan
menganalisis data. Peneliti profesional adalah peneliti yang
mampu memperhitungkan dan merasionalisasikan antara biaya,
waktu, dan tenaga yang dikeluarkan dengan tingkat keakuratan
(presisi) yang akan diperoleh.
B. Teknik Sampling
Sampling adalah cara atau teknik penarikan sampel
dari populasi. Ada juga yang mendefiniskannya sebagai proses
pemilihan atau penentuan sampel (Bungin, 2010). Menurut
Punch (2005), sampling adalah bagian penelitian yang penting
baik dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Peneliti
tidak bisa menggali dan mempelajari informasi dari semua
orang di tempat yang varian. Keputusan sampling diperlukan
tidak hanya tentang orang-orang yang diwawancarai atau
peristiwa mana yang hendak diamati, tetapi juga tentang
pengaturan dan prosesnya.
Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya bahwa
sampel yang ditentukan atau dipilih adalah yang representatif,
yang mewakili populasi penelitian. Hal tersebut bila dilihat dari
perspektif kuantitatif. Sebab tujuan sampling dalam penelitian
kuantitatif pada dasarnya bertujuan agar simpulan apa yang
diteliti dari sampel tersebut dapat diberlakukan terhadap
populasi yang diwakili. Melalui teknik sampling diharapkan
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
88
agar hasil yang telah diperoleh dapat memberikan simpulan
dan gambaran yang sesuai dengan karakteristik populasi.
Artinya simpulan penelitian tersebut dapat digeneralisasi
terhadap populasi.
Urgensi posisi sampling dalam penelitian “kuantitatif”
menuntut peneliti untuk memahami dengan baik mengenai
konsep sampling yang meliputi teknik atau prosedurnya,
ukuran sampel, dan pemahaman yang mumpuni tentang
populasi yang hendak dijadikan sampel. Pemahaman yang baik
tentang teknik sampling dapat mengarahkan peneliti pada
penentuan sampling yang baik pula.
Adapun dalam perspektif penelitian kualitatif, infor-
man sebagai bagian dari populasi tidak relevan jika ditentukan
besaran ukuran informan dengan menggunakan statistik. Tidak
ada jaminan pasti bahwa yang terjaring dalam perhitungan
statitistik tersebut dapat memberikan data dan informasi yang
dapat menjawab permasalahan penelitian. Bahkan mungkin
terdapat banyak informan yang terjaring dengan kualifikasi
yang tidak layak dijadikan nara sumber penelitian. Oleh karena
itu penentuan size (ukuran) sampel dalam konteks kuantitatif
tidak terlalu dipentingkan. Yang terpenting adalah informan
yang dipilih memiliki kemampuan, kredibilitas dan kapabilatas
yang mumpuni untuk menjawab permasalahan penelitian. Oleh
karena itu, ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil
menjadi persoalan yang amat penting jika pendekatan pe-
nelitian yang rencanakan adalah penelitian kuantitatif. Sedang-
kan pada penelitian kualitatif, ukuran sampel tidak terlalu
diperhitungkan, karena yang dipentingkan adalah kekayaan
informasi. Artinya walaupun jumlah informan hanya sedikit,
namun memiliki informasi yang luas, maka sampelnya lebih
bermanfaat daripada banyak namun minim informasi. Dalam
penelitian terdapat sejumlah teknik sampling, namun dalam
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
89
konteks kualitatif tidak semua teknik tersebut dapat digunakan.
Secara umum teknik sampling yang digunakan dalam pe-
nelitian dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling
dan nonprobability sampling.
1. Probability Sampling
Secara tradisional, penggunaan probability sampling
merupakan teknik standar dalam penelitian sosial (Denscombe,
2007). Probability sampling merupakan teknik sampling
dengan memberikan peluang yang sama kepada semua anggota
populasi untuk dipilih menjadi bagian dari sampel. Menurut
Harry T. Reis dan Chrales M. Judd (2000), probability
sampling mengacu pada prosedur dasar seleksi di mana unsur-
unsur dipilih secara acak dari kerangka sampling dan setiap
elemen telah diketahui.
Langkah awal yang harus dilakukan dalam teknik
sampling ini adalah membuat sampling frame (kerangka
sampel), yaitu daftar yang berisikan nama setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai anggota sampel. Dalam
daftar tersebut, tidak ada prioritas di antara populasi untuk
dijadikan sampel. Setiap anggota memiliki peluang yang sama
untuk menjadi bagian dari sampel.
Melihat definisi di atas, maka dalam penelitian
kualitatif teknik ini tidak layak digunakan, karena yang
diperlukan dalam kualitatif adalah kekayaan informasi. Se-
hingga tidak semua anggota populasi memiliki peluang yang
sama untuk menjadi sampel. Hanya anggota yang memiliki
kekayaan informasilah yang akan dipilih.
a. Simple random sampling
Simple Random Sampling (SRS) is a type of
probability sampling in which the units composing a
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
90
population are assigned numbers. A set of random numbers is
then generated, and the units having those numbers are
included in the sample (Earl Babbie, 2013) –Simple Random
Sampling (SRS) adalah jenis probability sampling di mana satu
unit menyusun populasi yang ditandai dengan penomoran
(sebagai kode). Satu unit bilangan acak kemudian dihasilkan,
dan unit yang mendapatkan nomor tersebut dimasukkan dalam
anggota sampel.
SRS merupakan teknik sampling yang sederhana. Itu
dapat diketahui dari penamaannya yaitu “simple”, yang berarti
mudah dan sederhana. Dikatakan sederhana karena teknik ini
dilakukan melalui prosedur yang sederhana yaitu secara acak.
Dalam teknik ini peneliti tidak perlu memperhatikan strata
apapun yang terdapat pada populasi itu. Biasanya, teknik
seperti ini diterapkan pada anggota populasi yang dianggap
homogen.
Teknik sampling ini sering digunakan pada penelitian
yang bersifat deskriptif dan umum. Karakater populasi yang
berbeda-beda merupakan kondisi yang tidak penting untuk
dipermasalahkan dalam analisis yang direncanakan. Misalnya,
populasi tersebut terdiri dari anggota dengan jenis kelamin
yang berbeda, status sosial yang beranekaragam, serta jabatan,
profesi, hoby yang berbeda dan perbedaan-perbedaan lainnya.
Perbedaan tersebut sesungguhnya bukanlah hal yang diper-
timbangkan, karena tidak memiliki relevansi dan korelasi
dengan hasil penelitian. Oleh karena itu semua anggota
populasi diberikan peluang yang sama untuk menjadi bagian
dari anggota sampel.
b. Proportionate stratified random
Proportionate stratified random sampling adalah
teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
91
dilakukan secara acak dan berstrata secara proporsional.
Teknik ini dilakukan jika anggota populasi yang hendak diteliti
heterogen (tidak sejenis).
Prosedur teknik sampling ini adalah dengan cara
membuat lapisan-lapisan (strata) atau klasemen. Kemudian,
dari setiap lapisan diambil sejumlah subjek, responden secara
acak.
c. Disproportioned stratified random
Disproportionate stratified random sampling adalah
pengambilan sampel populasi yang dilakukan secara acak dan
berstrata tetap, namun sebagian ada yang kurang proporsional
pembagiannya. Sampling ini dilakukan bila anggota populasi
heterogen (tidak sejenis).
d. Area random
Area random disebut juga cluster sampling, yaitu
teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil wakil
dari setiap wilayah geografis yang ada. Teknik ini dapat
digunakan pada kondisi populasi atau sumber data yang sangat
luas. Misalnya seorang peneliti yang hendak meneliti keadaan
penduduk suatu propinsi. Maka tidak mungkin peneliti dapat
menggali data dan informasi dari seluruh penduduk propinsi
tersebut. Oleh karena itu peneliti harus mengambil perwakilan
sebagai sampel dari setiap kabupaten yang ada di propinsi.
Penelitian yang dilakukan di wilayah kabupaten, maka peneliti
mengambil masing-masing perwakilan dari tiap kecamatan.
Demikian pula peneliti yang hendak mengkaji populasi di
sebuah kecamatan, maka ia harus mengambil perwakilan dari
masing-masing desa kecamatan tersebut. Untuk menentukan
penduduk mana yang akan dijadikaan sumber data, maka
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
92
pengambilan sampelnya didasarkan pada daerah populasi yang
telah ditentukan.
Peneliti yang menggunakan teknik ini biasanya me-
lalui dua tahapan; pertama, menentukan sampel daerah, dan
kedua, menentukan orang-orang yang ada di daerah itu secara
sampling juga.
2. Nonprobability sampling
Nonprobability sampling merupakan kebalikan dari
probability sampling, yaitu teknik sampling yang tidak
memberikan peluang atau kesempatan sama kepada setiap
anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Menurut Henry (1990) nonprobability samples are selected
based on the judgment of the researcher to achieve particular
objectives of research at hand. –Sampel nonprobabilitas
dipilih berdasarkan penilaian dari peneliti untuk mencapai
tujuan tertentu penelitian. Teknik ini tidak sebebas probability
sampling. Nonprobability lebih selektif memilih anggota
populasi yang akan dijadikan anggota sampel. Sampel yang
dipilih adalah sampel yang memiliki kemampuan dan we-
wenang dalam menjawab permasalahan penelitian.
Dalam perspektif kualitatif, teknik ini tentu dapat
dianggap relevan. Sebab sampel kualitatif tidak mensyaratkan
ukuran sampel. Namun lebih menitikberatkan pada kekayaan
informasi yang dimiliki oleh anggota yang dijadikan sampel
(informan).
a. Sampling sistematis
Sampling sistematis ialah teknik sampling yang di-
lakukan dengan cara mengambil anggota sampel berdasarkan
atas urutan dari populasi yang telah diberi nomor urut. Teknik
ini digunakan jika peneliti dihadapkan pada masalah ukuran
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
93
populasi yang banyak dan tidak dapat mengambil sampel
secara random karena alasan tertentu misalnya peneliti tidak
memiliki alat untuk menggunakan random.
b. Sampling kuota
Sampling kuota merupakan teknik sampling yang
digunakan untuk menetukan anggota sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sesuai kuota atau jumlah yang
diinginkan.
c. Sampling insidental
Sampling insidental merupakan teknik pengambilan
sampel yang didasari atas kebetulan semata. Artinya siapa pun
anggota populasi yang secara kebetulan (incidental) bertemu
dengan peneliti dapat diambil sebagai anggota sampel. Namun,
peneliti juga perlu mempertimbangkan orang yang kebetulan
ditemui itu, apakah ia cocok sebagai sumber data atau tidak.
Jika sesuai dengan data yang diinginkan, peneliti dapat
memasukkannya dalam anggota sampel.
d. Purposive sampling
Purposive sampling merupakan teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini menurut para
ahli amat relevan digunakan dalam penelitian kualitatif. Dari
namanya, teknik ini menggambarkan bahwa sampel yang
dipilih berdasarkan tujuan dan maksud (purpose) tertentu
peneliti. Poulasi yang dijadikan sampel dengan teknik ini
adalah orang atau data yang diyakini memiliki informasi yang
luas sesuai kebutuhan penelitian.
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif
94
e. Sampling jenuh
Sampling jenuh adalah teknik pemilihan sampel yang
digunakan jika anggota populasi dijadikan sebagai sampel
sekaligus. Artinya, peneliti di lapangan menjumpai jumlah
populasi yang relatif kecil, kurang dari 30 orang, sehingga
“mau tidak mau” peneliti harus menjadikanya seluruh populasi
tersebut sebagai sampel. Atau sampling jenuh digunakan pada
penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan
yang sangat kecil. Sampling jenuh sering diistilahkan dengan
sensus, yaitu semua anggota populasi dijadikan sebagai
sampel.
f. Snowball sampling
Dari segi nama, snowball sampling merupakan se-
bagai teknik sampling yang diadopsi dari