ArticlePDF Available

Analisis Peran Gender Suami Dan Istri Dalam Rumah Tangga Penenun Kain Songket (Studi Kasus Di Kelurahan Tuan Kentang Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang)

Authors:

Abstract

This study aims to analyze and describe gender equality in the household of female songket weavers in Tuan Kentang Village, Seberang Ulu 1 District, Palembang City. This study uses Harvard Analysis. The method used in this research is qualitative research methods. Data collection methods are observation, in-depth interviews and documentation. There are 7 informants in this study. The activity profile includes a description of the reproductive, productive and social division of labor. The access and control profile includes a description of the level of equity in access to resources, access to benefits, control over resources and control over benefits in the household. The results showed that, the household activities profile of women weaving Songket fabrics in Tuan Kentang Village is dominated by activities that are gender biased or have not provided equality for women (including the division of productive labor and the division of social labor). Meanwhile, the division of reproductive labor has a gender perspective in which control of benefits is carried out jointly between male and female. The access and control profile of resources and benefits in the household is generally responsive or women have a high degree of equality in access to and control of resources and benefits.
Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) ISSN 2622-3740 (Online)
Vol 4, No. 1, Agustus 2021: 88-97, DOI: 10.34007/jehss.v4i1.589
http://mahesainstitute.web.id/ojs2/index.php/jehss mahesainstitut@gmail.com 88
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0
Analisis Peran Gender Rumah Tangga Penenun Songket di
Seberang Ulu 1 Kota Palembang
Analysis of the Gender Role of Songket Weaver Households in
Seberang Ulu 1 Palembang City
Lexi Rosilia*, Alfitri & Nengyanti
Magister Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sriwijaya, Indonesia
Diterima: 27 Februari 2021; Direview: 27 Februari 2021; Disetujui: 02 April 2021
Email: lexirosiliaabdullah@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menggambarkan kesetaraan gender dalam rumah
tangga perempuan penenun kain songket di Keluruhan Tuan Kentang Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota
Palembang. Kajian ini menggunakan Analisis Harvard. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu metode penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah
observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang.
Profil aktivitas meliputi deskripsi tentang pembagian kerja reproduktif, produktif dan sosial. Profil
akses dan kontrol meliputi deskripsi tingkat kesetaraan dalam akses terhadap sumber daya, akses
terhadap manfaat, kontrol terhadap sumber daya dan kontrol terhadap manfaat dalam rumah tangga.
Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa, Profil aktifitas rumah tangga perempuan penenun kain
Songket di Kelurahan Tuan Kentang didominasi kegiatan yang bersifat bias gender atau belum
memberikan kesetaraan terhadap perempuan (meliputi pembagian kerja produktif dan pembagian
kerja sosial), sedangkan pembagian kerja reproduktif bersifat perspektif gender yang mana kontrol
manfaat dilakukan secara bersama antara laki-laki dan perempuan. Profil akses dan kontrol terhadap
sumber daya dan manfaat dalam rumah tangga secara umum sudah responsif gender atau perempuan
memiliki tingkat kesetaraan tinggi dalam akses dan kontrol terhadap sumber daya dan manfaat.
Kata Kunci: Analisis Peran Gender; Analisis Harvard; Rumah Tangga;, Penenun Kain Songket
Abstract
This study aims to analyze and describe gender equality in the household of female songket weavers in
Tuan Kentang Village, Seberang Ulu 1 District, Palembang City. This study uses Harvard Analysis. The
method used in this research is qualitative research methods. Data collection methods are observation, in-
depth interviews and documentation. There are 7 informants in this study. The activity profile includes a
description of the reproductive, productive and social division of labor. The access and control profile
includes a description of the level of equity in access to resources, access to benefits, control over resources
and control over benefits in the household. The results showed that, the household activities profile of
women weaving Songket fabrics in Tuan Kentang Village is dominated by activities that are gender biased
or have not provided equality for women (including the division of productive labor and the division of
social labor). Meanwhile, the division of reproductive labor has a gender perspective in which control of
benefits is carried out jointly between male and female. The access and control profile of resources and
benefits in the household is generally responsive or women have a high degree of equality in access to and
control of resources and benefits.
Keywords: Gender Role Analysis; Harvard analysis; Household; Songket Weavers
How to Cite: Rosalia, L. Alfitri & Nengyanti (2021) Analisis Peran Gender Rumah Tangga Penenun Songket di
Seberang Ulu 1 Kota Palembang, Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS); 4 (1): 88-97
Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) ISSN 2622-3740 (Online)
Vol 4, No. 1, Agustus 2021: 88-97
http://mahesainstitute.web.id/ojs2/index.php/jehss mahesainstitut@gmail.com 89
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0
PENDAHULUAN
Gender bukan hanya dimaknai sebagai perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan
dalam arti biologis. Pemaknaan gender mengacu pada perbedaan laki-laki dan perempuan dalam
peran, perilaku, kegiatan serta atribut yang dikonstruksikan secara sosial (intervensi sosial
kultural), seperangkat peran seperti apa yang seharusnya dan apa yang seharusnya dilakukan laki-
laki dan perempuan (Fakih, 2004).
Hal tersebut tentu saja dapat membuat perbedaan diantaranya, perbedaan tersebut dapat
merugikan salah satu pihak maupun menguntungkan salah satu pihak yang disebut ketimpangan.
Ketimpangan gender seringkali tidak dirasakan di masyarakat, karena menganggap ketimpangan
pada gender tersebut adalah hal yang wajar. Dengan itu, muncul Instruksi Presiden Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 2000, tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional,
menimbang bahwa dalam rangka meningkatkan kedudukan, peran dan kualitas perempuan, serta
upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dipandang perlu melakukan strategi pengarusutamaan
gender ke dalam seluruh proses pembangunan nasional.
Kesetaraan Gender adalah kesamaan kondisi bagi perempuan dan laki-laki untuk
memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan serta
kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Kenyataannya, kesetaraan gender belum
sepenuhnya dapat diwujudkan dalam pembangunan, Hal tersebut didukung dengan data
KEMENPPPA 2019, Terkait Indeks Ketimpangan Gender (IKG) di mana Indonesia pada level
ASEAN berada di peringkat ke empat tertinggi yaitu 0.5, ini menunjukkan bahwa kesetaraan
gender Indonesia masih rendah diantara negaranegara ASEAN seperti Vietnam yang berada pada
nilai 0,3 dan Jepang 0,1 (KEMENPPPA, 2019).
Selain itu di dalam pembagian peran, perempuanlah yang menjadi korban ketimpangan.
Pernyataan tersebut didukung oleh Harsoyo et al. (1999) bahwa dalam praktiknya perempuan
tetap saja pihak yang kurang beruntung dibandingkan dengan laki-laki. Peran laki-laki sewajarnya
pada sektor publik sedangkan perempuan pada sektor domestik. Sebaliknya, tidak wajar apabila
perempuan berperan pada sektor publik dan laki-laki ikut dalam sektor domestik. Pekerjaan
perempuan di sektor publik biasanya kurang memberikan jaminan perlindungan secara hukum
dan jaminan kesejahteraan yang memadai, di samping kondisi kerja yang memprihatinkan serta
pendapatan yang rendah.
Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja setiap tahunnya
bertambah, Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2020 sebanyak 138,22 juta orang, naik 2,36 juta
orang dibanding Agustus 2019. Sejalan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja, Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga naik sebesar 0,24 persen poin (BPS, 2020). Dengan adanya
peningkatan jumlah pekerja pada berbagai sektor seperti pertanian, kesehatan, jasa pengiriman,
industri dan lainnya, perempuan ikut menyumbang besarnya jumlah tenaga kerja di Indonesia.
Pada sektor industri, peran perempuan mulai mendominasi dengan latar pendidikan yang minim
dan kemampuan yang dimiliki terbatas, membuat perempuan sulit dalam mencari pekerjaan yang
baik dan mensejahterakan mereka, walaupun keikutsertaan perempuan ke ranah publik dan ikut
bekerja tidak membuat perempuan terlepas dari pekerjaannya di sektor domestik, sehingga
perempuan mengalami beban ganda, yaitu berperan di wilayah publik sekaligus domestik.
Tuan Kentang sendiri merupakan nama kampung di tepi Sungai Ogan Palembang, tepatnya
di pertemuan Sungai Musi dan Sungai Ogan, nama ini konon adalah saudagar Tionghoa yang
pernah punya bisnis besar di sepanjang muara sungai dan dimakamkan di kampung tersebut.
Kampung ini punya keistimewaaan yaitu sebagian besar warganya hidup sebagai perajin kain
tradisional Palembang seperti kain songket, blongsong, tajung, pelangi, atau jumputan dengan
mutu baik. Produksinya besar dan dulu penyuplai utama beberapa galeri dan toko terkenal di
Lexi Rosilia, Alfitri &Nengyanti, Analisis Peran Gender Rumah Tangga Tangga Penenun Songket di
http://mahesainstitute.web.id/ojs2/index.php/jehss mahesainstitut@gmail.com 90
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0
kawasan kain Tangga Buntung, Palembang. Pemerintah Daerah Kota Palembang dan Bank
Indonesia membangun sebuah galeri yang menampung produksi mereka dan dinamakan Griya
Kain Tuan Kentang yang diresmikan tahun 2017.
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 9 Juni 2020 terhadap para
penenun di Seberang Ulu 1 Kota Palembang, jumlah perempuan penenun kain songket di lokasi
penelitian yang terletak di 1 Ulu setiap tahun mengalami peningkatan seperti dalam tabel berikut.
Tabel 1
Perempuan Penenun Kain Songket Di Kelurahan Tuan Kentang
Sumber : Butik Griya Kain Tuan Kentang 2020
Dari data tabel di atas ini di ketahui bahwa setiap tahun ada penambahan pekerja pertama
kali warga sekitar turut serta dalam pembuatan kain tenun songket, Informasi yang didapatkan
peneliti berasal dari salah satu informan pemilik butik Griya Kain Tuan Kentang yang berada di
Seberang Ulu 1 Kota Palembang yang juga menjadi penadah pada setiap pesanan oleh penenun
kain songket dari warga sekitar, dari tahun 2012 hingga sekarang terus bertambah hingga ada 19
penenun kain songket, adanya penambahan ini terjadi karena semakin tinggi pesanan kain
songket dan pariwisata yang ada di Kota Palembang juga karena adanya butik dan sentra songket
di Kelurahan Tuan kentang yang berada di Seberang Ulu 1 Kota Palembang, tentu saja ini
menjadikan peluang besar perempuan dalam keikutsertaan menjadi penenun kain songket.
Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap para penenun kain songket, keterlibatan
mereka menjadi pencari nafkah adalah guna menambah pendapatan rumah tangga yang rendah,
pendidikan yang rendah dan keterampilan yang terbatas membuat mereka menjadi penenun kain
songket dengan upah sesuai dengan jenis songket yang dikerjakan dan jumlah songket yang
dibuat, walaupun keikutsertaan perempuan bekerja di sektor publik, tidak menghindarkan
mereka dari pekerjaan domestik seperti menyapu, mencuci dan mengurus anak, kenyataanya
perempuan tetap harus menyelesaikan tugas domestik, bahwa perempuan memang berperan
besar pada keterlibatan dalam rumah tangga.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan rumah tangga tidak lepas dari keterlibatan laki-laki dan
perempuan dalam kegiatan rumah tangga, yang dimaksud meliputi kegiatan reproduktif, kegiatan
produktif dan kegiatan sosial. Akan tetapi, pada kenyataannya masih terdapat ketimpangan
gender dalam rumah tangga, bahwa perempuan umumnya memiliki tiga peran sekaligus,
reproduktif, produktif dan sosial (Fakih, 1996). Sementara laki-laki lebih banyak berperan di
kegiatan produktif saja. Oleh karena itu, penting bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana
kesetaraan gender dalam rumah tangga tenaga kerja perempuan penenun kain songket di
kelurahan Tuan Kentang Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang.
Analisis Gender merupakan proses menganalisis data dan informasi secara sistematis
tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan, fungsi,
peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi.
Dengan analisis gender diharapkan kesenjangan gender dapat diidentifikasi dan dianalisis
sehingga dapat ditemukan langkah-langkah pemecahan masalahnya secara tepat. Analisis gender
sangat penting khususnya bagi para pengambil keputusan dan perencana di setiap sektor, karena
No
Tahun
Jumlah Perempuan
Penenun Songket
1
2012
5
2
2017
13
3
2018
17
4
2019
19
Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) ISSN 2622-3740 (Online)
Vol 4, No. 1, Agustus 2021: 88-97
http://mahesainstitute.web.id/ojs2/index.php/jehss mahesainstitut@gmail.com 91
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0
dengan analisis gender diharapkan masalah gender dapat diatasi atau dipersempit dan program
yang berwawasan gender dapat diwujudkan. (UNFPA, Kantor Meneg PP.RI, BK KBN, 2001).
Dalam konteks ini peneliti menganalisis menggunakan Kerangka Harvard untuk
mengidentifikasi kesetaraan gender, yang mempengaruhi perbedaan antara laki-laki dan
perempuan pada profil kegiatan dan profil akses dan kontrol. Karena pekerjaan yang dilakukan
laki-laki dan perempuan berubah dari waktu ke waktu sebagai akibat dari proses pembangunan
atau perubahan lingkungan, maka pengertian tentang kecenderungan pertumbuhan ekonomi dan
perkembangan sosial budaya harus turut diperhitungkan dalam analisis.
METODE PENELITIAN
Studi yang dilakukan oleh peneliti adalah metode penelitian kualitatif. Lokasi yang dipilih
yaitu Kelurahan Tuan Kentang Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang. Strategi penelitian
yang digunakan yaitu studi kasus. Fokus pada penelitian yang dilakukan yaitu menganalisis dan
menggambarkan kesetaraan gender yang terjadi pada rumah tangga perempuan penenun kain
songket penulis menggunakan Kerangka Kerja Harvard (Harvard Frame work). Jenis dan Sumber
data yang digunakan terdiri dari dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber
data primer yaitu berasal dari observasi dan wawancara mendalam sedangkan sumber data
sekunder berasal dari dokumentasi.
Informan penelitian ditentukan secara purposive yaitu ditetapkan secara sengaja. Informan
dibagi menjadi dua yaitu informan kunci yaitu perempuan penenun kain songket dan informan
pendukung yaitu Ketua RT dan Ketua KUB Griya Tuan Kentang Palembang. Peran peneliti dalam
penelitian aktif yaitu peneliti berinteraksi dan terlibat secara langsung dengan penelitian. Unit
analisis data yang digunakan dalam penelitian yaitu individu . Pertimbangan dipilihnya individu
dikarenakan subyek yang diteliti bukan sebuah komunitas, organisasi dan kelompok melainkan
individu yaitu perempuan penenun kain songket.
Teknik pengumpulan data terdiri dari tiga yaitu observasi, wawancara mendalam dan
dokumentasi. Observasi dilakukan dengan cara peneliti melakukan pengamatan langsung
terhadap peristiwa, kejadian dan fenomena di lokasi penelitian. Maksudnya peneliti mengamati
secara langsung obyek yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti mengamati perempuan penenun
kain songket di Kelurahan Tuan Kentang Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang yaitu profil
aktivitas Produksi dan Reproduksi, profil akses dan kontrol dan faktor-faktor yang berpengaruh.
Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua pihak dengan maksud tertentu.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara terhadap perempuan penenun kain songket.
Pada saat wawancara yang dilakukan digunakanlah pedoman wawancara yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Meskipun telah dipersiapkan pertanyaan, pada pelaksanaannya
pertanyaan yang diajukan bersifat fleksibel sehingga pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan
keadaan yang terjadi. Dokumen yang di maksud dalam penelitian ini yaitu teknik yang dilakukan
dengan mengkategorikan (mengklasifikasikan) kemudian mempelajari bahan-bahan tertulis yang
berhubungan dengan masalah penelitian dan mengambil data atau informasi yang dibutuhkan
(Usman, 2008). Dalam penelitian ini dokumentasi berupa pengambilan gambar dan recording yang
didapatkan selama proses penelitian. Selain itu juga berasal dari dokumen kepemerintahan seperti
laporan kependudukan, monografi dan profil daerah.
Teknik pemeriksaan dan keabsahan data yang digunakan yakni validitas kualitatif ialah
upaya pengecekan terhadap akurasi hasil riset dengan mempraktikkan prosedur-prosedur
tertentu, sedangkan reliabilitas kualitatif mengindikasikan kalau pendekatan yang digunakan
periset tidak berubah- ubah bila diterapkan oleh peneliti lain (serta) buat proyek-proyek yang
berbeda (Gibbs, dalam Creswell, 2010).
Mentriangulasi sumber- sumber informasi yang berbeda dengan mengecek bukti-bukti yang
berasal dari sumber-sumber tersebut serta memakainya buat membangun justifikasi tema-tema.
Mempraktikkan member checking buat mengenali akurasi hasil riset. Membuat deskripsi yang
Lexi Rosilia, Alfitri &Nengyanti, Analisis Peran Gender Rumah Tangga Tangga Penenun Songket di
http://mahesainstitute.web.id/ojs2/index.php/jehss mahesainstitut@gmail.com 92
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0
kaya serta padat tentang hasil riset. Mengklarifikasi hal yang bisa jadi dibawa periset ke dalam
riset, Menyajikan data" yang berbeda" ataupun" negatif" yang bisa membagikan perlawanan pada
tema- tema tertentu. Menggunakan waktu yang relatif lama dilapangan ataupun posisi riset,
melaksanakan tanya jawab dengan sesama rekan periset buat tingkatkan keakuratan hasil riset.
Mengajak seseorang auditor buat mereview totalitas proyek riset.
Kemudian teknik analisis data yaitu analisa model interaktif dari Miles dan Habermas yang
terdiri dari tiga langkah yaitu dengan mengkondensasi data, menyajikan data dan menarik
kesimpulan dan verifikasinya. Pada tahap ini analisis data yang dilakukan yaitu dengan cara
memilah-milah data yang diperoleh dari observasi dan wawancara. Seperti hasil observasi yang
diperoleh bahwa kegiatan menenun yang dilakukan perempuan penenun kain songket dilakukan
sendiri, tanpa bantuan siapapun dimulai dari pengambilan modal hingga menjual hasil tenunan
kembali ke butik. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut kemudian di pilah-pilah lagi untuk
mendapatkan data yang diperlukan.
Tahap analisis data yang dilakukan setelah mengkondensasi data yaitu menyajikan data.
Pada tahap ini peneliti menyajikan data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi kedalam bentuk narasi, tabel dan diagram. Seperti data hasil observasi tentang
jumlah penenun kain songket di Kelurahan Tuan Kentang, lama informan menjadi penenun dan
pendidikan perempuan penenun kain songket. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut peneliti
kemudian menyajikannya dalam bentuk tabel. Kemudian tahap terakhir yang dilakukan yaitu
menyimpulkan dan memverifikasinya.
Pada tahap ini setelah data yang diperlukan terkumpul dan disajikan, langkah selanjutnya
yaitu temuan disimpulkan dan diverifikasi. Data-data yang diperoleh diverifikasi kembali agar
data benar-benar valid dan kredibel. Proses pengecekan ini dilakukan dengan cara mengecek
melalui triangulasi dan membuat pembanding atau mengkontraskan data. Seperti data profil
aktivitas rumah tangga yang dilakukan oleh perempuan penenun kain songket yang diperoleh
melalui observasi dibandingkan dengan data hasil wawancara apakah kegiatan yang dilakukan
oleh suami dan istri sama atau tidak. Jika data yang dibandingkan sama maka data tersebut dapat
ditarik kesimpulannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Aktivitas Rumah Tangga
Profil aktivitas difokuskan pembagian jam kerja yang dilakukan laki-laki dan perempuan
dalam melakukan usaha (Bhastoni, 2016). Didasarkan pada konsep pembagian dengan data
terpilah jenis kelamin. Profil kegiatan ini merinci kegiatan nyata menurut umur (siapa,
mengerjakan apa), penjadwalan (alokasi waktu) untuk kelompok-kelompok sosial ekonomi.
Untuk memudahkan analisis, maka secara umum profil kegiatan dikelompokkan menjadi kegiatan
reproduktif, produktif, sosial budaya dan kemasyarakatan.
Pembagian Kerja Reproduktif. Kegiatan reproduktif adalah kegiatan yang dilakukan
dalam keluarga untuk pemeliharaan dan perawatan keluarga dan seluruh anggotanya. Di dalam
rumah tangga terdapat jenis kegiatan / kegiatan reproduksi yang dijelaskan dalam keluarga
perempuan penenun kain songket di Kelurahan Tuan Kentang. Kegiatan tersebut antara lain
membuat aturan di rumah, memilih menu makanan, memasak, menyajikan makanan, mengasuh
anak, membersihkan, mengepel, membersihkan kamar mandi, mencuci, menyetrika dan terakhir
membeli kebutuhan sehari-hari di pasar. Semua informan tidak ada yang memiliki pembantu
rumah tangga, mereka hampir menyelesaikan semua pekerjaan domestik di dalam rumah
sendirian, pekerjaan ini tidak semuanya bisa dibantu suami jumlah pekerjaan yang dilakukan oleh
laki-laki tidak sebanyak pekerjaan perempuan di dalam rumah. Jenis pekerjaan yang dilakukan
oleh laki-lakipun juga merupakan pekerjaan yang relatif bisa dilakukan oleh laki-laki dan
perempuan seperti membersihkan, mengasuh anak, tetapi untuk pekerjaan yang harus dilakukan
Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) ISSN 2622-3740 (Online)
Vol 4, No. 1, Agustus 2021: 88-97
http://mahesainstitute.web.id/ojs2/index.php/jehss mahesainstitut@gmail.com 93
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0
dengan keahlian khusus seperti memasak, mencuci baju, menyetrika baju tetap saja dilakukan oleh
perempuan.
Seperti hasil wawancara pada salah satu informan Ibu F, 34 tahun yang mengatakan bahwa
: “yang memasak adalah saya, karena anak saya masih kecil tidak mungkin ikut membantu, karena
hanya saya yang bisa masak, suami saya juga tidak pernah membantu untuk membuat masakan
setiap hari.” (wawancara tanggal 14 Desember 2020). Begitupun terhadap 6 informan yang
lainnya, mengatakan kalau kegiatan memasak ini dilakukan oleh istri, semuanya menjawab kalau
hanya perempuanlah yang bisa melakukan ini, walau
Pembagian Kerja Produksi. Aktivitas produksi/produktif adalah suatu kegiatan atau
pekerjaan yang di dalamnya terdapat bentuk usaha dan jasa dan tentu saja kegiatan ini bisa
menghasilkan uang. Dalam hal ini aktivitas kegiatan menenun kain songket merupakan kerja yang
bisa menghasilkan, diakui dan dihargai oleh orang maupun masyarakat dan bernilai dalam
pekerjaanya. Dalam hal ini aktifitas yang dilakukan perempuan penenun kain songket dalam
melakukan jasanya terdiri dari 4 kegiatan yakni mengambil modal songket, Menggulung benang,
menenun, menjual kembali tenun songket. Ke empat aktifitas produksi tersebut akan diuraikan
seperti di bawah ini. Aktifitas produksi yang dilakukan mulai dari mengambil modal untuk
songket, menggulung benang, menenun hingga menjual kembali hasil tenunan yang telah jadi,
semuanya dilakukan oleh pihak perempuan atau istri, hal ini karena aktifitas produksi/ publik
sepenuhnya dilakukan oleh istri, suami tidak terlibat sama sekali, suami lebih mempercayai dan
menyerahkan kegiatan ini kepada istri mereka.
Pada rumah tangga penenun kain songket 7 informan mengatakan kegiatan menggulung
benang suami tidak pernah melibatkan laki-laki seperti hasil wawancara pada Ibu Z berikut:
“menggulung benang dan menjuntai menjadi motif itu memang cukup lama, dan butuh waktu
berjam-jam karena harus sabar dan satu persatu benang disusun, belum lagi apabila ada kesalahan
akan sulit dan memulainya dari awal, semuanya saya lakukan sendiri, karena takutnya
mengakibatkan benang putus jadi harus pelan-pelan” (wawancara tanggal 14 Desember 2020).
Dari semua perempuan penenun kain songket di kelurahan Tuan Kentang mengatakan
bahwa, perempuanlah yang menggulung benang untuk melanjutkan proses selanjutnya, suami
tidak ikut campur akan hal ini.
Pembagian Kerja Sosial. Kegiatan sosial kemasyarakatan mengacu pada kegiatan yang
terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan dengan anggota masyarakat (bukan mencari keuntungan
ekonomi) dapat dilihat bahwa aktifitas sosial kemasyarakatan seperti menghadiri upacara
pernikahan, kematian dan juga kegiatan sosial seperti arisan yang berada di lingkungan
masyarakat sama-sama dilakukan oleh suami dan istri, mengingat kegiatan sosial kemasyarakatan
amat sangat penting bagi seseorang yang berinteraksi di tengah kegiatan sosial, maka masing-
masing dari setiap informan bisa saling percaya dan membebaskan pasangan untuk bisa mengikuti
kegiatan sosial kemasyarakatan ini yang berada di lingkungan mereka, masing-masing informan
mengaku bahwa mereka telah menyepakati kegiatan sosial yang akan mereka lakukan, selama
kegiatan ini bisa dilakukan bersama, maka mereka akan menghadirinya tetapi bisa salah satu
pasangan tidak bisa menghadiri maka bisa diserahkan pada pasangan yang lain.
Logikanya siapa yang akan mengikuti acara ini tidak mempunyai acara lain yang sudah di
tentukan sebelumnya. Meski Ibu HR memberikan jawaban yang berbeda, katanya: “kalau ada
undangan pernikahan biasanya saya dan suami pasti pergi, terkadang anak-anak juga ikut karena
tidak mungkin meninggalkan anak-anak saya sendirian di rumah.” (wawancara tanggal 14
Desember 2020)
Kegiatan sosial kemasyarakatan, membuat hubungan jangka panjang terhadap hubungan
sosial kelompok dan individu dan menjelaskan bahwa berkenaan dengan hal ini, suami istri setuju
bahwa kepentingan dalam menyempatkan waktu menghadiri upacara pernikahan sangatlah
penting.
Lexi Rosilia, Alfitri &Nengyanti, Analisis Peran Gender Rumah Tangga Tangga Penenun Songket di
http://mahesainstitute.web.id/ojs2/index.php/jehss mahesainstitut@gmail.com 94
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0
Profil Akses dan Kontrol
Merinci sumber-sumber apa yang dikuasai laki-laki dan perempuan untuk melaksanakan
kegiatannya dan manfaat apa yang diperoleh setiap orang dari hasil kegiatan tersebut. Profil ini
memperlihatkan siapa yang memiliki akses kepada sumber daya dan kontrol atas penggunaannya,
selanjutnya diidentifikasi, disusun dalam daftar apakah perempuan dan laki-laki mempunyai
akses atau tidak kepada sumberdaya dan kontrol atas penggunaannya.
Sumber daya yang akan diuraikan dibawah antara lain berasal dari pendapatan, Alat Tenun,
Tabungan dan kendaraan bermotor. bahwa akses dan kontrol yang dimiliki suami dan istri hampir
sama besarnya, meskipun perempuan lebih banyak memegang aktifitas produksi, tetapi akses dan
kontrol akan sumber daya yang mereka miliki sama besar, mereka saling membagi akses dan
kontrol terhadap sumber daya yang mereka miliki, meskipun perempuan pemegang ekonomi
terkuat tidak lantas membuat perempuan tersebut harus menguasai sumber daya yang ada,
mereka juga melakukan pembagian dengan pasangan masing-masing, sehingga akses dan kontrol
tidak hanya dimiliki oleh kaum perempuan saja, tetapi bisa dimiliki oleh pasangan mereka.
Sebanyak 7 dari 7 informan mengatakan bahwa, pendidikan yang mereka jalani selama ini
tidak mempengaruhi pekerjaan mereka yang mereka geluti saat ini, 2 dari 7 informan mengaku
bahwa mereka belajar menenun dari orang tua mereka sendiri yang memang sejak mereka kecil
diajarkan untuk menenun kain songket, 5 dari 7 informan mengatakan bahwa memang pendidikan
yang mereka jalani hanya sekedar gelar saja dan mereka belajar menenun dari teman mereka
bukan khusus belajar dan berbayar, hal ini di sampaikan oleh Ibu D yang mengatakan bahwa :
“ saya belajar menenun itu 7 tahun yang lalu, belajar karena diajarkan oleh teman saya, karena
memang saya orangnya cepat belajar dan mudah memahami jadi teman saya itu tidak begitu lama
untuk memberikan bimbingan selama ini” (wawancara tanggal 14 Desember 2020)
Sebagaimana disampaikan apabila perempuan penenun kain songket memiliki rasa
keinginnan belajar yang cukup besar dan hal ini membuat mereka mempelajari hal baru dengan
cukup baik walau latar belakang pendidikan mereka tidak begitu tinggi sampai ke jenjang
pendidikan perguruan tinggi, atau mengikuti kelas khusus belajar menenun.
Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi kegiatan, akses dan kontrol.
Mengenali faktor-faktor yang mempengaruhi ini merupakan buat mengenali aspek manakah
yang pengaruhi kegiatan ataupun sumber daya serta bagaimana faktor- faktor itu pengaruhi
kegiatan serta sumber daya tersebut. Perihal ini hendak menolong mengenali keterbatasan serta
peluang eksternal (Oxfam buat Gender Learning Team, 1995).
Aspek yang mempengaruhi yang hendak dijabarkan antara lain mencakup latar belakang
pendidikan, kebijakan butik, ekonomi, asal usaha menenun. Jelas bahwa diketahui perempuan
penenun kain songket mengambil porsi yang lebih besar, baik pada aktifitas produksi maupun
reproduksi. Sedangkan pada kegiatan sosial kemasyarakatan serta akses dan kontrol terhadap
sumber daya yang telah dimiliki oleh rumah tangga penenun kain songket menunjukan jumlah
yang sama besarnya antara suami dan istri.
Pada faktor pendidikan, laki-laki tidak terlalu berpengaruh, mengingat pemegang aktifitas
produksi dipegang oleh istri/ibu, perempuan dengan pendidikan yang mereka miliki saat ini
tidak berpengaruh sama sekali bagi para perempuan penenun kain songket ini, meskipun latar
belakang pendidikan mereka beraneka ragam, tapi mereka adalah penenun kain songket yang
hasil dan karyanya sangat baik dan indah, terlebih mereka telah menjadi penopang kehidupan
ekonomi keluarganya, kesempatan bagi laki-laki sama besarnya dengan perempuan. Perempuan-
perempuan dengan latar belakang pendidikan apapun memiliki kesempatan yang sama besar
untuk dapat menjadi seorang penenun kain songket. Sebanyak 7 dari 7 informan mengatakan
bahwa, pendidikan yang mereka jalani selama ini tidak mempengaruhi pekerjaan mereka yang
Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) ISSN 2622-3740 (Online)
Vol 4, No. 1, Agustus 2021: 88-97
http://mahesainstitute.web.id/ojs2/index.php/jehss mahesainstitut@gmail.com 95
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0
mereka geluti saat ini, 2 dari 7 informan mengaku bahwa mereka belajar menenun dari orang tua
mereka sendiri yang memang sejak mereka kecil diajarkan untuk menenun kain songket, 5 dari 7
informan mengatakan bahwa memang pendidikan yang mereka jalani hanya sekedar gelar saja
dan mereka belajar menenun dari teman mereka bukan khusus belajar dan berbayar, hal ini di
sampaikan oleh Ibu D yang mengatakan bahwa :“ saya belajar menenun itu 7 tahun yang lalu,
belajar karena diajarkan oleh teman saya, karena memang saya orangnya cepat belajar dan mudah
memahami jadi teman saya itu tidak begitu lama untuk memberikan bimbingan selama ini”
(wawancara tanggal 14 Desember 2020).
Sebagaimana disampaikan apabila perempuan penenun kain songket memiliki rasa
keinginnan belajar yang cukup besar dan hal ini membuat mereka mempelajari hal baru dengan
cukup baik walau latar belakang pendidikan mereka tidak begitu tinggi sampai ke jenjang
pendidikan perguruan tinggi, atau mengikuti kelas khusus belajar menenun.
Faktor kebijakan butik, laki-laki tidak ada kegiatan yang melibatkan laki-laki dan kaum
perempuan harus menyelesaikan tugas menenun songket dengan waktu yang telah di tentukan.
Laki-laki sama sekali tidak mengalami tekanan akan hal yang ditanggung jawabkan sedangkan
para perempuan berpartisipasi, kendala para suami tidak melibatkan diri pada kebijakan publik
begitu juga perempuan. Kebijakan butik yang diberlakukan untuk para penenun kain songket,
yang menggunakan alat tenun sendiri memiliki kepemilikan utuh atas alat tenunnya, apabila
meminjam maka keharusan untuk merawat dan mengembalikan kepada pemilik butik harus
dilakukan dengan kesepakatan tertentu, berapa lama meminjam, Seperti hasil wawancara pada
Ibu T yang mengatakan bahwa : “setiap butik dan toko kain tenun songket memiliki batas waktu
atau biaya berbeda di awal ada juga yang harus menyelesaikan target apabila banyak pesanan, tapi
terkadang saya bisa menyelesaikan dalam 3 minggu dan itu biasanya pemilik butik bisa mentolerir
waktu yang dibutuhkan oleh penenun” (wawancara tanggal 14 Desember 2020)
Tidak ada kebijakan publik yang begitu sulit, karena memang perputaran modal di awal bagi
penenun yang cukup sulit karena keterbatasan dana awal.
Faktor usaha menenun untuk laki-laki tidak menjadikan pengaruh yang besar bagi laki-laki,
bagi perempuan baik usaha itu diperoleh sendiri maupun warisan dari orang lain, tidak
mempengaruhi kesempatan untuk laki-laki tidak berpengaruh pada laki-laki dan perempuan
paling tidak kesempatan bagi perempuan yang meneruskan usaha dari orang lain. Sebanyak 7
informan, kemauan mereka untuk menenun kain songket adalah kemauan mereka sendiri tanpa
ada paksaan dari pihak siapapun, Seperti yang disampaikan oleh Ibu Z pada wawancaranya
sebagai berikut:
“keinginan saya untuk menenun ini memang dari diri saya sendiri, karena saya bisa menenun
dengan baik membuat saya sampai sekarang menggeluti usaha menenun kain songket ini, dengan
upah yang menurut saya lebih dari cukup untuk menambah pendapatan keluarga” (wawancara
tanggal 14 Desember 2020)
Penenun kain songket tidak perlu modal untuk memulai usaha ini, mereka cukup
mengambil modal yang diberikan oleh pemilik butik saja dan mereka diupah sesuai dengan motif
dan waktu penyelesaian satu kain tenun songket, untuk pendapatan dalam sebulan tidak bisa
ditentukan pasti hal ini karena sesuai dengan waktu penyelesaian kain tenun songket.
Faktor ekonomi, laki-laki hanya sedikit presentase yang laki-laki tidak tanggung atas
kerugian yang dialami dari aktifitas perdagangan mereka, perempuanlah yang menanggung
kerugian terbesar apabila keadaan ekonomi sedang tidak menentu, maupun ketika pendapatan
sedang menurun, sebagian besar laki-laki menyerahkan nya kepada perempuan, dengan adanya
kerugian yang ditanggung oleh parempuan, maka sedikit banyak mempengaruhi aktifitas
penenun kain songket mereka dan hal ini mempengaruhi pendapatan mereka. Dari 7 informan 5
mengatakan bahwa sebagai mata pencarian utama yang jelas pemasukan uangnya adalah
menenun kain songket, membuat para perempuan penenun songket ini menghabiskan waktunya
Lexi Rosilia, Alfitri &Nengyanti, Analisis Peran Gender Rumah Tangga Tangga Penenun Songket di
http://mahesainstitute.web.id/ojs2/index.php/jehss mahesainstitut@gmail.com 96
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0
menenun di dalam rumah dan membuat mereka lebih bisa menjaga anak dan rumah. Pendapatan
2 informan lainnya mengatakan bahwa hal ini tidak menjadikan mata pencarian utama pada
keluarga, karena pendapatan suami tetap lebih besar seperti yang disampaikan oleh Ibu N yang
suaminya berdagang Buah di Pasar Jakabaring: “aktifitas menenun saya lakukan disamping untuk
mencari tambahan uang, juga meluangkan waktu agar tidak jenuh juga dirumah, karena anak saya
masih kecil saya, untuk berpikir mencari pekerjaan lain dirasa takut membebankan orang tua dan
tidak ada yang mengasuh, pendapatan suami sudah lebih dari cukup” (wawancara tanggal 14
Desember 2020)
Dalam hal ini ekonomi sangat berdampak besar pada perempuan penenun kain songket, hal
ini membuat mereka ketergantungan atas pekerjaan yang mereka lakukan, apabila kain tenun
belum selesai maka mereka juga tidak mendapatkan uang sesuai kesepakatan kepada pemilik
butik.
Analisis Kesetaraan Gender Pada Rumah Tangga Perempuan Penenun Kain Songket Di
Kelurahan Tuan Kentang.
Kegiatan domestik dilakukan oleh perempuan penenun kain songket dengan sedikit bantuan
suami dan sama sekali tidak melepaskan kegiatan domestik ini sehingga terdapat kontrol yang
dilakukan oleh perempuan terhadap aktifitas rumah tangganya, tetap saja peran perempuan
penenun kain songket di sini jauh lebih besar dibandingkan laki-laki. Para perempuan ini tetap
bertanggung jawab penuh terhadap seluruh pekerjaan yang dilakukan dan dengan demikian
secara tidak langsung mereka memiliki peran ganda dan beban ganda. Selain perempuan penenun
kain songket memenuhi kebutuhan ekonomi demi keberlangsungan kehidupan keluarganya,
mereka juga masih memegang kegiatan domestik yang lebih penting.
Sistem yang terbentuk baik pada rumah tangga penenun kain songket ini, di masyarakat
maupun tempat di mana perempuan penenun kain songket di Kelurahan Tuan Kentang ini saling
berkaitan satu sama lain tetap dapat berjalan dengan baik walaupun perempuan mengambil porsi
lebih banyak di sektor publik dan domestik daripada laki-laki.
Sistem dapat berjalan dengan baik karena adanya konskuensi di antara semua anggota
keluarga perempuan penenun kain songket terkhusus di antara suami dan istri, sehingga
paradigma patriarki atau laki-laki yang lebih memimpin terpatahkan pada keluarga penenun kain
songket ini. Hal ini karena secara kehidupan sosial laki-laki tetap berada di atas perempuan, tetapi
secara ekonomi perempuan memegang peranan yang tidak kalah penting, bahkan peranan
perempuan lebih dominan daripada laki-laki dan apabila sistem ini tetap dapat berjalan dengan
baik, tanpa adanya konflik nilai maupun persaingan sistem pada rumah tangga keluarga penenun
kain songket .
SIMPULAN
Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa, Profil aktifitas rumah tangga perempuan
penenun kain Songket di Kelurahan Tuan Kentang didominasi kegiatan yang bersifat bias gender
atau belum memberikan kesetaraan terhadap perempuan (meliputi pembagian kerja produktif
dan pembagian kerja sosial), sedangkan pembagian kerja reproduktif bersifat perspektif gender
yang mana kontrol manfaat dilakukan secara bersama antara laki-laki dan perempuan. Profil akses
dan kontrol terhadap sumber daya dan manfaat dalam rumah tangga secara umum sudah
responsif gender atau perempuan memiliki tingkat kesetaraan tinggi dalam akses dan kontrol
terhadap sumber daya dan manfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2020). Jumlah dan Persentase Penduduk Bekerja dan Pengangguran 2019-2020.
Diakses dari https://www.bps.go.id/indicator/6/1953/1/jumlah-dan-persentase-penduduk-
bekerja-dan-pengangguran.html pada tanggal 01 Desember 2020, Jam 13.00 WIB.
Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) ISSN 2622-3740 (Online)
Vol 4, No. 1, Agustus 2021: 88-97
http://mahesainstitute.web.id/ojs2/index.php/jehss mahesainstitut@gmail.com 97
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0
Bhastoni, K., Y. Yuliati. (2016). Peran Wanita Tani diatas Usia Produktif dalam Usahatani Sayuran Organik
Terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Sumberrejo Kecamatan Batu. Habitat,26 (2):119-
129.
Creswell, J. W. (2010). Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogjakarta: PT Pustaka
Pelajar.
Damayanti Awaru. Resty Rahayu, A. Octamaya Tenri. 2018. Perempuan Penjual Ikan Di Awerange Desa
Batupute Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru (Suatu Kajian Sosiologi Gender). Jurnal
Sosialisasi. Vol 5 No 2.
Fakih, Mansour.(2004).Analisis Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Harsoyo, Y. (1999). Analisis Efisiensi Produksi dan Pemasaran Komoditi Salak Pondoh Di Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Tesis. Bogor: Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Ibrahim, Mariamin. (2018). Double Burden Perempuan Penjual Ikan Di Awarangnge Desa Siddo Kecamatan
Soppeng Riaja Kabupaten Barru (Suatu Kajian Sosiologi Gender). Jurnal Phinisi Integration Review. Vol
1 No 2.
Neonufa. (2016). Pelatihan Tenun Ikat Di Rumah Pintar Sonaf Soet Hinef (Analisis Dampak Pelatihan Dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Perempuan Penenun). Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, &
Pengembangan. Vol 1 No 6.
Puspitasari, Eka.(2016). Peran Ganda Perempuan Pada Ibu Bekerja Di Desa Pakembinangun, Pakem, Sleman,
Yogyakarta. Jurnal Elektronik Mahasiswa Pend. Luar Sekolah. Vol 5 No 7.
Hamzani, A. I. (2010). Pembagian Peran suami Istri Dalam keluarga Islam Indonesia (Analisis Gender
terhadap Inpres No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam). SOSEKHUM, 6(9), 1-15.
Husaini Usman. (2008). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. (2019).
Pembangunan Manusia Berdasarkan Gender. Jakarta: KEMENPPPA.
UNFPA. (2001). Kantor Meneg Pemberdayaan Perempuan RI, Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional. Bahan Pembelajaran Pelatihan Pengurus Utamaan Gender Bidang Kesehatan Reproduksi
dan Kependudukan. Buku 02. Jakarta.
Wafi, Addarquthni F.(2018). Analisis Gender dalam Rumah Tangga Nelayan di Pulau Kelapa Kepulauan Seribu
DKI Jakarta. Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Vol 2 No 3.
Waldron, I., Weiss, C. C., & Hughes, M. E. 1997. Marital status effects on health: Are there differences between
never- married women, divorced or separated women? Social Science and Medicine, 45(9), 1387-97.
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
Gender issues have received much attention, in fact gender equality in fishing communities is still experiencing obstacles. The factors that play a role in positioning women as side actors in fishery activities and dominant actors in fisheries are men. This study aims to analyze the characteristics of fishermen households in Pulau Kelapa. In addition, this study aims to find out how the level of gender equality that exist in fishermen households in Pulau Kelapa. The results of this study indicate the majority of residents are at the age of the end of adult education level of women on average smp and men sd, the number of household dependent 4-5 people and income income is very low. In addition, gender inequalities occur because access control benefits and dominant resources are performed by men.Keywords: domestic fishermen, gender analysis, gender equality --------------------- ABSTRAKIsu gender telah banyak mendapat perhatian, kenyataannya kesetaraan gender dalam masyarakat nelayan masih mengalami hambatan. faktor yang berperan dalam memposisikan perempuan sebagai pelaku sampingan dalam kegiatan perikanan dan pelaku dominan dalam perikanan adalah laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik rumah tangga nelayan di Pulau Kelapa. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kesetaraan gender yang ada di rumah tangga nelayan di Pulau Kelapa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan mayoritas warga berada pada umur dewasa akhir tingkat pendidikan perempuan rata-rata smp dan laki-laki sd, Jumlah tanggungan rumah tangga 4-5 orang serta pendapatan pendapatan yang sangat rendah. Selain itu, terjadi ketimpangan gender Karena akses kontrol manfaat dan sumber daya dominan dilakukan oleh laki -laki.Kata kunci: analisis gender, kesetaraan gender, rumah tangga nelayan
Article
Full-text available
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendiskripsikan alasan yang mendorong wanita tani di atas usia produktif dalam melakukan usahatani sayuran organik, menganalisis peran wanita tani di atas usia produktif dalam melakukan usahatani sayuran organik dan menganalisis curahan waktu dan pendapatan yang diperoleh wanita tani di atas usia produktif dalam usahatani sayuran organik serta kontribusinya bagi pendapatan rumah tangga. Lokasi penelitian ini adalah di Desa Sumberejo, Kecamatan Batu, Kota Batu. Metode pengambilan sampel yang digunkaan pada penelitian ini yaitu snowball sampling . Responden dalam penelitian ini berjumlah 17 orang yaitu wanita tani berusia lebih dari 59 tahun yang bekerja sebagai buruh tani atau petani. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa alasan yang mempengaruhi wanita tani di atas usia produktif bekerja adalah untuk menambah penghasilan keluarga dan hanya untuk mengisi kesibukan. Hasil analisis gender dengan model Harvard dapat diketahui bahwa pada aspek aktivitas peran wanita lebih dominan dibandingkan dengan pria. Namun partisipasi wanita dalam usahatani sayuran organik tidak sebanding dengan kewenangan (kontrol) dan kesempatan (akses) yang mereka miliki karena kewenangan dan kesempatan paling besar berada di pihak pria. Sedangkan pada aspek manfaat diperoleh secara bersama-sama baik pria maupun wanita adalah manfaat pendapatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Curahan waktu kerja wanita baik sebagai petani maupun buruh tani lebih besar dibandingkan dengan pria. Kesimpulannya adalah pada aspek aktivitas keterlibatan wanita lebih dominan dibandingkan dengan pria.
Article
To test whether the effects of marital status on health differ between never married women and divorced and separated women, this study utilizes prospective panel data for a large national sample of non-institutionalized young women in the U.S. (the National Longitudinal Surveys of Young Women). The women were aged 24-34 at the beginning of two successive five-year follow-up intervals (1978-1983 and 1983-1988). The health effects of marital status were evaluated in regressions which assessed the relationships between initial marital status and subsequent health trends in each follow-up interval. In the first follow-up interval, never married women tended to have worse health trends than divorced and separated women for physical impairments and for overall health problems. However, there were no differences between never married women and divorced and separated women in health trends for psychosomatic symptoms in either follow-up interval or for any health measure in the second follow-up interval. Our analyses of cross-sectional data showed few significant differences in health between never married women and divorced and separated women. Taken together, the evidence from our study and previous studies suggests that differences between never married women and divorced and separated women may vary by age and/or cohort. Evidence for the 1970s and 1980s suggests that, among older women, divorced and separated women may have experienced more harmful health effects than never married women; however, among younger women, this difference may have been absent or possibly reversed.
Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed
  • J W Creswell
Creswell, J. W. (2010). Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar.
Perempuan Penjual Ikan Di Awerange Desa Batupute Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru (Suatu Kajian Sosiologi Gender)
  • Damayanti Awaru
  • A Resty Rahayu
  • Tenri
Damayanti Awaru. Resty Rahayu, A. Octamaya Tenri. 2018. Perempuan Penjual Ikan Di Awerange Desa Batupute Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru (Suatu Kajian Sosiologi Gender). Jurnal Sosialisasi. Vol 5 No 2.
Analisis Gender & Transformasi Sosial
  • Mansour Fakih
Fakih, Mansour.(2004).Analisis Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Analisis Efisiensi Produksi dan Pemasaran Komoditi Salak Pondoh Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis. Bogor: Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor
  • Y Harsoyo
Harsoyo, Y. (1999). Analisis Efisiensi Produksi dan Pemasaran Komoditi Salak Pondoh Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis. Bogor: Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Pelatihan Tenun Ikat Di Rumah Pintar Sonaf Soet Hinef (Analisis Dampak Pelatihan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Perempuan Penenun)
  • Neonufa
Neonufa. (2016). Pelatihan Tenun Ikat Di Rumah Pintar Sonaf Soet Hinef (Analisis Dampak Pelatihan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Perempuan Penenun). Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, & Pengembangan. Vol 1 No 6.
Peran Ganda Perempuan Pada Ibu Bekerja Di Desa Pakembinangun
  • Eka Puspitasari
Puspitasari, Eka.(2016). Peran Ganda Perempuan Pada Ibu Bekerja Di Desa Pakembinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Jurnal Elektronik Mahasiswa Pend. Luar Sekolah. Vol 5 No 7.