ArticlePDF Available

Abstract

Berkembangnya teknologi yang semakin canggih seperti sekarang ini khususnya pengguna smartphone, tanpa disadari mereka hidup berdampingan dengan nomophobia. Nomophobia memiliki peran yang besar pada pengguna smartphone karena memunculkan rasa ketergantungan dan rasa kekhawatiran berlebih jika tidak mengoperasikan smartphone. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah tinjauan literatur, metode ini digunakan untuk mengumpulkan materi yang relevan tentang topik ini untuk mengkaji lebih jauh mengenai nomophobia dalam upaya untuk memperluas pengetahuan serta mengetahui dampak yang diakibatkan dari nomophobia pada remaja. Ketergantungan smartphone dikalangan remaja disebabkan adanya kekhawatiran berlebih akan ketidakmampuan menggunakan smartphone untuk aktif di media sosial karena saat ini remaja memposisikan media sosial sebagai salah satu fasilitas untuk berinteraksi dan kebutuhan yang sangat penting bagi remaja. Kurangnya pemahaman tentang penggunaan smartphone yang ideal pada remaja, menjadikan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung tidak jarang para siswa mengoperasikan smartphonenya dan tidak fokus terhadap pelajaran yang sedang berlangsung sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar pada siswa. Kepribadian remaja juga berkembang menjadi apatis dan memiliki rasa peduli yang rendah.
21
Jurnal Diversita, 7 (1) Juni (2021) ISSN 2461-1263 (Print) ISSN 2580-6793 (Online)
DOI: https://doi.org/10.31289/diversita.v7i1.4487
Jurnal Diversita
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/diversita
Nomophobia di Kalangan Remaja
Nomophobia Among Adolescents
Labbaika Fadhilah(1*), Elli Nur Hayati(2) & Khoiruddin Bashori(3)
Magister Psikologi Profesi, Universitas Ahmad Dahlan, Indonesia
Disubmit: 23 November 2020; Diproses: 21 Desember 2020; Diaccept: 26 April 2021; Dipublish: 02 Juni 2021
*Corresponding author: E-mail: baikadhilah12@gmail.com
Abstrak
Berkembangnya teknologi yang semakin canggih seperti sekarang ini khususnya pengguna smartphone, tanpa
disadari mereka hidup berdampingan dengan nomophobia. Nomophobia memiliki peran yang besar pada pengguna
smartphone karena memunculkan rasa ketergantungan dan rasa kekhawatiran berlebih jika tidak mengoperasikan
smartphone. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah tinjauan literatur, metode ini digunakan untuk
mengumpulkan materi yang relevan tentang topik ini untuk mengkaji lebih jauh mengenai nomophobia dalam
upaya untuk memperluas pengetahuan serta mengetahui dampak yang diakibatkan dari nomophobia pada remaja.
Ketergantungan smartphone dikalangan remaja disebabkan adanya kekhawatiran berlebih akan ketidakmampuan
menggunakan smartphone untuk aktif di media sosial karena saat ini remaja memposisikan media sosial sebagai
salah satu fasilitas untuk berinteraksi dan kebutuhan yang sangat penting bagi remaja. Kurangnya pemahaman
tentang penggunaan smartphone yang ideal pada remaja, menjadikan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung
tidak jarang para siswa mengoperasikan smartphonenya dan tidak fokus terhadap pelajaran yang sedang
berlangsung sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar pada siswa. Kepribadian remaja juga berkembang
menjadi apatis dan memiliki rasa peduli yang rendah.
Kata Kunci: Nomophobia; Smartphone; Remaja
Abstract
In an era of increasingly sophisticated technology, especially smartphone users, they unconsciously live side by side with
nomophobia. Nomophobia has a big role in smartphone users because it creates a sense of dependence and a sense of
excessive worry if you don't operate a smartphone. The literature review method is used to gather relevant material on
this topic to further examine nomophobia in an effort to broaden knowledge and find out the impact of nomophobia on
adolescents. Smartphone dependence among adolescents is due to excessive concerns about the inability to use
smartphones to be active on social media because currently teenagers position social media as a facility for interaction
and a very important need for adolescents. Lack of understanding about the ideal use of smartphones in adolescents,
makes when teaching and learning activities take place it is not uncommon for students to operate their smartphones
and not focus on the ongoing lesson so that it will affect student achievement. The adolescent personality also develops
apathy and has a low sense of care.
Keywords : Nomophobia; Smartphone; Adolescents
How to Cite: Fadhilah, L., Hayati, E. N., & Bashori, K. (2021). Nomophobia di Kalangan Remaja, Jurnal
Diversita, 7 (1): 21-29.
Labbaika Fadhilah, Elli Nur Hayati & Khoiruddin Bashori, Nomophobia di Kalangan Remaja
22
PENDAHULUAN
Selaras berkembangnya zaman,
teknologi digital juga semakin berkembang
pesat dan cepat mendapatkan popularitas
terutama bagi pengguna smartphone.
Smartphone memiliki perbedaan dari
ponsel standar dalam hal sistem operasi dan
dilengkapi dengan fitur dan kemampuan 3G
atau 4G yang lebih canggih misalnya
bersosialisasi di Facebook, melihat atau
memposting video di Youtube / Instagram
(Bian & Leung, 2015). Peneliti selanjutnya
akan menyebut ponsel dengan smartphone.
Mengikuti berkembangnya teknologi
digital, saat ini smartphone digunakan lebih
dari sekedar alat berkomunikasi sederhana
(panggilan dan sms) saja namun lebih dari
itu dengan fitur-fitur pendukung
didalamnya. Fitur-fitur yang tersedia pada
smartphone dapat memenuhi kebutuhan
secara langsung atau instan bagi
penggunanya tentunya menjadi pilihan
utama bagi penggunanya (Yasan & Yildirim,
2018). Semua itu memiliki tujuan untuk
berinteraksi membangun hubungan,
ekspresi emosi, berbagi pemikiran,
pengetahuan pada kehidupan yang serba
cepat di era komunikasi digital(Kanmani et
al., 2017).
Pesatnya perkembangan teknologi
digital, gaya hidup masyarakat telah
berubah dan banyak perangkat teknologi
yang menjadi penting (Güzel, 2018).
Hubungan individu dengan smartphone
akan langsung memberikan dampak bagi
perilaku interpersonal dan sosial
(Rahayuningrum & Sary, 2019). Studi
sebelumnya menunjukkan bahwa individu
mengalami tingkat ketakutan atau
ketidaknyamanan yang lebih tinggi ketika
mereka tidak memiliki koneksi ke ponsel
mereka(Arpaci et al., 2017). Seperti halnya
kebanyakan orang, smartphone telah
menjadi barang yang melekat pada dirinya
karena dari bangun tidur hingga akan
tertidur kembali selalu membutuhkannya
(Muralidhar et al., 2017). Dari beberapa
fasilitas yang ada pada smartphone
memberikan kemudahan dan kenyamanan
sehingga akan menjadi masalah apabila
digunakan secara berlebihan dan tidak
bertanggungjawab, salah satu masalah
yang akan muncul adalah nomophobia
(Asih & Fauziah, 2017).
Nomophobia (no mobile phone
phobia) adalah perasaan cemas atau
ketidaknyamanan yang disebabkan oleh
keberadaan di luar jangkauan smartphone,
hal tersebut dianggap sebagai fobia pada
zaman yang semakin canggih seperti
sekarang ini sebagai buah hasil dari
interaksi antara individu dengan teknologi
baru khususnya smartphone (Yildirim &
Correia, 2015a). Kondisi sosial dan
psikologis seperti ini dapat disertai dengan
gejala fisik apabila berada jauh dengan
smartphone seperti keringat berlebih,
kejang, masalah pencernaan dan serangan
panik sehingga nomophobia dimasukkan
kedalam DSM-V dengan
mempertimbangkan sejauh mana stres,
kecemasan dan ketegangan yang terkait
(Sezer & Atılgan, 2019). Pengguna
smartphone pada akhirnya mencapai “titik
kritis” dimana individu tidak dapat
mengontrol penggunaan smartphone dari
konsekuensi negatif dari penggunaan
berlebih (Divya et al., 2019).
Penelitian terkait nomophobia sangat
penting untuk menyadarkan bahwa
efektivitas dari kecanggihan penggunaan
smartphone juga memiliki dampak negatif
namun nomophobia belum banyak diteliti
dibandingkan dengan penelitian terkait
Jurnal Diversita, 7 (1) Juni 2021: 21-29.
23
kecanduan internet (Davie & Hilber, 2017).
Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari
Anshari et al., (2019) bahwa penelitian
nomophobia saat ini masih kurang.
Sedangkan pada zaman ini, untuk
mengakses internet dapat lebih mudah
menggunakan smartphone karena
dianggap lebih praktis dan memiliki
banyak fasilitas aplikasi berbasis internet
yang lebih mudah dibandingan dengan
komputer, laptop, tablet atau alat
elektronik lainnya. Penelitian yang
dilakukan di Korea Selatan menemukan
bahwa tingkat kecanduan smartphone atau
disebut nomophobia ini lebih tinggi
daripada kecanduan internet (Kim, 2013).
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa
permasalahan nomophobia terutama pada
remaja merupakan topik pembahasan yang
menarik sebagai fobia dizaman modern ini
sebagai bentuk akibat dari era teknologi
digital.
PEMBAHASAN
Meningkatnya pembahasan tentang
nomophobia tidak lepas dari banyaknya
pengguna smartphone dari berbagai
kalangan seperti para orang tua, kalangan
remaja, mahasiswa, instansi perkantoran,
dll (A. Aziz, 2019). Tingginya penggunaan
smartphone pada zaman era modern ini,
tentunya hal ini menjadi masalah karena
penggunanya tidak dibatasi dalam batas
waktu yang akan berdampak kepada
ketergantungan (Ramaita et al., 2019).
Terlebih lagi remaja merupakan elemen
yang selalu bersinggungan dengan dunia
informasi dan internet (Dasiroh et al.,
2017). Ditambahkan oleh Argumosa-Villar
et al., (2017) bahwa remaja mampu
memahami teknologi baru secara cepat,
dan smartphone menjadi simbol dalam
budaya teknologi saat ini. Hal tersebut yang
menjadikan remaja lebih rentan mengalami
nomophobia.
Penggunaan smartphone yang tinggi
pada usia remaja akan memberikan
dampak pada aktivitas dan pola perilaku
keseharian remaja yang menjadi berubah,
seperti akan kehilangan perhatian dengan
kehidupan nyata karena cenderung fokus
terhadap kehidupan maya, sering
berkomunikasi melalui akun media sosial
dibandingkan dengan komunikasi secara
langsung (Agusta, 2016). Banyak anak
muda kehilangan perhatian dari dunia
nyata karena perhatiannya terlalu banyak
diserap oleh dunia virtual dan akhirnya
remaja menjadi budak teknologi (Dongre et
al., 2017).
Yildirim & Correia, (2015b)
menemukan bahwa 77% orang dengan usia
18-24 tahun merupakan orang yang paling
rentan terhadap nomophobia, selanjutnya
diikuti oleh para pengguna berusia 25-34
tahun dengan 68% dan pengguna
smartphone dalam kelompok usia 55 tahun
keatas ditemukan sebagai pengguna
nomophobia ketiga. Pada kehidupan sehari-
hari remaja, eksistensi ditunjukkan dengan
keaktifan menggunakan smartphone tanpa
memperhatikan bahaya yang mengintai
pada diri remaja (Muyana & Widyastuti,
2018). Soliha (2015) menemukan bahwa
ketergantungan smartphone dikalangan
remaja disebabkan adanya ketergantungan
dengan media sosial karena
memposisikannya sebagai salah satu alat
untuk berinteraksi. Kecemasan berpisah
dengan smartphone saat ini sering terjadi
pada siswa/remaja karena tidak ingin
berpisah dengan smartphone, selalu ingin
mengakses internet, dan terhubung dengan
Labbaika Fadhilah, Elli Nur Hayati & Khoiruddin Bashori, Nomophobia di Kalangan Remaja
24
media sosial (Rahayuningrum & Sary,
2019).
Penggunaan smartphone yang
berlebihan merupakan masalah sosial yang
serius di kalangan masyarakat saat ini, hal
ini seiring dengan tingginya tingkat
kepemilikan smartphone karena banyak
orang saat ini mengganggap bahwa
smartphone adalah sesuatu yang wajib
dibawa kemanapun. Selain itu aktivitas
penggunaan smartphone merupakan
kebiasaan yang dianggap lumrah bagi
banyak orang, namun tanpa disadari
penggunaan secara berlebihan akan
menyebabkan berbagai dampak bagi
pengguna smartphone (Widyastuti &
Muyana, 2018).
Pada awalnya memiliki dan
menggunakan smartphone bertujuan untuk
keselamatan tetapi pada akhirnya mulai
menimbulkan konsekuensi negatif dan
pengguna semakin merasa tergantung
pada penggunaan smartphone (Divya et al.,
2019). Saat ini smartphone tidak lagi
digunakan sebagai alat komunikasi belaka
tetapi lebih dari itu sehingga efek negatif
ketergantungan terus meningkat seperti
halnya pada kesehatan, fisik dan psikologis
manusia (Rahayuningrum & Sary, 2019).
Nomophobia adalah singkatan dari
bahasa Inggris no mobilephone phobia
yang diartikan menjadi ketakutan berada
jauh dengan ponsel (Rosales-Huamani et
al., 2019). Nomophobia adalah gangguan
masyarakat modern, digital dan virtual
yang mengacu pada perasaan
ketidaknyamanan, kecemasan terkait
dengan ketidakmampuan untuk
mengakses ponsel (Sezer & Atılgan, 2019).
Peneliti lain menjelaskan bahwa
nomophobia adalah ketakutan dan
kegelisahan yang dialami seseorang pada
saat berada jauh dengan ponsel atau
smartphone yang dianggap sebagai salah
satu efek negatif yang dibawa oleh
teknologi di zaman modern (Gezgin et al.,
2018). Perilaku nomophobia menunjukkan
bagaimana ketika seseorang tidak dapat
hidup tanpa smartphonenya bahkan selama
satu menit akan merasa cemas (Gupta,
2019).
Individu yang mengalami
nomophobia memiliki ciri-ciri antara lain
tidak pernah mematikan ponsel, terobsesi
untuk mengecek pesan dan panggilan tak
terjawab, membawa ponsel kemana-mana,
menggunakan ponsel di waktu yang tidak
tepat, dan melewatkan interaksi langsung
(Kanmani et al., 2017). Nomophobia
memiliki sifat multi-dimensi mulai dari
gejala sosial, fisiologis, dan fisik yang
apabila dirangkum akan menjadi sangat
tergantung pada smartphone (Bragazzi &
Del Puente, 2014);(King et al., 2013). Pada
beberapa kasus, individu merasakan efek
secara fisik seperti panik, nafas yang
pendek, gemetar, berkeringat, detak
jantung meningkat, nyeri dibagian leher
dan punggung ketika posel mati atau tidak
dapat digunakan (Kanmani et al., 2017).
Nomophobia dianggap sebagai
gangguan masyarakat digital yang secara
umum akibat adanya ketakutan patologis
untuk tetap terhubung dengan teknologi
(Bragazzi & Del Puente, 2014). Kemudian
dijelaskan kembali oleh Bragazzi & Del
Puente, (2014) terkait ciri-ciri dari
nomophobia dalam DSM-V, antara lain : (1)
menghabiskan banyak waktu dalam
penggunaan smartphone, memiliki lebih
dari satu perangkat, selalu membawa
pengisi daya tanpa kabel /powerbank, (2)
menjadi cemas ketika tidak dapat
mengakses smartphone, tidak
Jurnal Diversita, 7 (1) Juni 2021: 21-29.
25
mendapatkan sinyal, mencoba
menghindari tempat yang tidak
diperbolehkan menggunakan smartphone,
(3) selalu melihat atau mengecek terus
menerus layar posnsel apakah ada pesan
atau panggilan, (4) smartphone selalu
dinyalakan selama 24 jam, menaruh
smartphone di tempat tidur saat tidur, (5)
lebih menyukai berkomunikasi dengan
menggunakan teknologi dibandingkan
dnegan interaksi langsung, (6) pengeluaran
yang berlebih karena penggunaan
smartphone.
Yildirim & Correia, (2015b),
menyebutkan bahwa terdapat empat aspek
dari nomophobia, yaitu: (a) tidak dapat
berkomunikasi, (b) kehilangan
keterhubungan, (c) tidak dapat mengakses
informasi, (d) kehilangan kenyamanan.
Pemicu ketergantuan ini disebabkan oleh
kemajuan teknologi serta sarana
pendukung lainnya yang belakangan
semakin menjanjikan kemudahan bagi
penggunanya (Hafni, 2018).
Pada sejatinya perilaku nomophobia
akan muncul berdampingan dengan
kebutuhan mengakses internet, seperti
hasil survei oleh asosiasi penyelenggara
jasa internet tahun 2018 bahwa 93,9%
individu mengakses internet setiap harinya
menggunakan perangkat smartphone. Hal
tersebut telah dibuktikan bahwa semakin
besar tingkat kecanduan internet maka
semakin tinggi perilaku nomophobia yang
akan cenderung ditunjukan (Gezgin et al.,
2018). Meningkatnya pengguna dan
kepemilikan smartphone maka akan
berkontribusi meningkatnya jumlah
perangkat yang terkoneksi dengan internet
(Ali et al., 2017).
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Agusta, (2016), faktor-
faktor yang beresiko menyebabkan
nomophobia adalah (1) faktor internal yang
meliputi kontrol diri, sifat sensation
seeking, (2) faktor situasional seperti
perasaan nyaman saat menggunakan
smartphone, (3) faktor eksternal seperti
pembelian smartphone dan (4) faktor sosial
seperti kebutuhan berinteraksi. Empat
faktor dari penggunaan smartphone /
mobile phone juga memiliki hubungan
signifikan dengan nomophobia, faktor-
faktor tersebut antara lain ketakutan tidak
mampu berkomunikasi, takut kehilangan
koneksi, takut sendirian dan takut
kehilangan kenyamanan (Ali et al., 2017).
Hasil penelitian oleh Ozdemir et al.,(2018)
terkait nomophobia menunjukkan bahwa
ketika tingkat nomophobia siswa
meningkat maka kesepian dan harga diri
siswa cenderung meningkat sedangkan
harga diri siswa cenderung menurun.
Selain itu, nomphobia telah terbukti
menyebabkan stress karena adanya
tuntutan atau ancaman sosial apabila
kekurangan kontrol diri (Olivencia-Carrión
et al., 2018).
Perilaku nomophobia dapat
memperkuat kecenderungan kecemasan
sosial dan ketergantungan pada
penggunaan komunikasi virtual dan digital
sebagai metode untuk mengurangi stres
yang dihasilkan dari kecemasan sosial dan
fobia sosial (Lukito, 2017). Selain itu,
nomophobia juga sebagai akibat dari rasa
takut akan kesepian sehingga menjadikan
seseorang menggunakan smarphone secara
berlebihan untuk berkomunikasi dan
mendapatkan informasi (Rahayuningrum
& Sary, 2019).
Pada individu yang terindikasi
nomophobia, biasanya proses berpikirnya
cenderung terganggu karena disebabkan
Labbaika Fadhilah, Elli Nur Hayati & Khoiruddin Bashori, Nomophobia di Kalangan Remaja
26
oleh obsesi dari khayalan, fantasi dan
tingkat difensif yang terlalu tinggi, yang
mana hal tersebut diperoleh dari
konektivitas yang terlalu intens (Tjasmadi,
2019). Menurut Wilantika, (2015) bahwa
penggunaan smartphone yang tidak
terkontrol pada remaja akan menyebabkan
komunikasi kurang baik, individualitas /
menyendiri, akan sulit untuk
berkonsentrasi terhadap materi yang
sedang disampaikan jika membawa
smartphone ke sekolah, kemudahan
mengakses situs-situs pornografi yang
tentunya akan membahayakan untuk
perkembangan pada remaja. Nomophobia
akan menderita fenomena yang di sebut
vibration phatom syndrome karena sulit
untuk berkonsentrasi tanpa memeriksa
smartphone (Anshari et al., 2019).
Menurut Aziz & Nurainiah, (2018)
bahwa interaksi yang dianggap ideal adalah
interkasi yang dilakukan secara tatap muka
langsung karena lebih memungkinkan
adanya suatu proses yang bersifat dinamis,
timbal balik secara langsung, dan
mempercepat proses saling mempengaruhi
antara pihak-pihak yang berinterkasi
didalamnya. Kehadiran smartphone
menjadikan penggunanya jarang untuk
berinteraksi dengan orang-orang
disekitarnya yang menjadikan seperti anti-
sosial (Muflih et al., 2017). Pada remaja,
interaksi sosial bertujuan untuk mencari
solusi dari permasalahan yang dialami dan
sebagai respon terhadap diri remaja itu
sendiri (Ahmadi, 2009). Dampak
nomophobia yang terjadi pada remaja juga
akan menyebabkan orangtua kehilangan
anaknya karena remaja akan merasa
gelisah apabila berpisah dengan
smartphone namun akan merasa biasa saja
saat ditinggal pergi orangtuanya (Muflih et
al., 2017). Kehadiran smartphone
menjadikan perubahan perilaku remaja,
dimana ketika mereka sedang berkumpul
bersama, tidak jarang mereka akan lebih
fokus dan senang bermain dengan
smartphonenya dibandingkan dengan
orang lain yang ada didekatnya
(Rahmandani et al., 2018). Remaja juga
akan memiliki kecenderungan kurang
disiplin, kegiatan religiusitas terganggu,
lebih apatis, pola pikir yang irrasional,
mencari mudahnya saja dan kurang
memiliki simpati atau tingkat kepedulian
rendah (Rahmandani et al., 2018).
Kurangnya pemahaman tentang
penggunaan smartphone yang ideal pada
remaja, menjadikan saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung tidak jarang para
siswa mengoperasikan smartphonenya dan
tidak fokus terhadap pelajaran yang sedang
berlangsung, yang mana sampai saat ini
menjadi kendala dan keluhan bagi para
guru terhadap penggunaan smartphone
(Rahmandani et al., 2018). Apabila seorang
guru harus menggunakan smartphone
untuk praktik pembelajaran maka harus
memberikan batasan waktu dan
mengontrol penggunaannya sehingga
mampu meminimalkan potensi resiko
negatif dalam penggunaan ponsel terhadap
pembelajaran (Gezgin & Çakır, 2016)
Sekolah yang memperbolehkan siswanya
membawa smartphone tentu akan
mempengaruhi rendahnya prestasi belajar
siswa di sekolah dibandingkan dengan
siswa yang tidak membawa smartphone ke
sekolah (Asmurti et al., 2017). Alasan
remaja cukup intens menggunakan
smartphone karena memiliki pandangan
diri yang buruk, kecenderungan mencari
kepastian sehingga smartphone menjadi
solusi tercepat dari masalah tersebut dan
Jurnal Diversita, 7 (1) Juni 2021: 21-29.
27
tidak heran jika pengunaan smartphone
pada remaja itu berlebihan (Mayangsari &
Ariana, 2015).
SIMPULAN
Berdasakan kajian yang telah
dipaparkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa kemajuan teknologi saat ini
khususnya pada smartphone, selain
membawa manfaat bagi kehidupan namun
memberikan dampak yang kurang baik
pada remaja seperti halnya nomophobia.
Remaja mampu memahami teknologi baru
secara cepat, namun remaja cenderung
kurang memiliki kontrol yang baik atas
perilakunya sehingga menjadikan remaja
lebih rentan mengalami nomophobia. Hal
tersebut memiliki dampak yang kurang
baik untuk masa perkembangan remaja
seperti kurangnya komunikasi secara
langsung, lebih apatis dengan kondisi
disekitar, individualitas atau merasa tidak
membutuhkan orang lain secara nyata.
Nomophobia juga akan merugikan
remaja pada masa sekolahnya seperti
kurangnya fokus terhadap materi,
menurunnya prestasi akademik dan
cenderung membuat individu kurang aktif
dikelas. Apabila dalam pembelajaran
disekolah harus menggunakan smartphone
sebagai fasilitas penunjang pembelajaran,
maka guru harus mampu mengawasi dan
mengontrol penggunaan smartphone
dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas
dan memastikan bahwa siswa
menggunakan smartphone hanya untuk
kepentingan pembelajaran saja.
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, D. (2016). Faktor-Faktor Resiko Kecanduan
Menggunakan Smartphone Pada Siswa di
SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta. E-Journal
Bimbingan dan Konseling, 5(3), 8696.
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.p
hp/fipbk/article/view/1021
Ahmadi, H. A. (2009). Psikologi Sosial. Rineka
Cipta.
Ali, A., Muda, M., Ridzuan, A. R., Nuji, M. N. N.,
Izzamuddin, M. H. M., & Latiff, D. I. A.
(2017). The Relationship between Phone
Usage Factors and Nomophobia. Aerican
Scientific Publishers, 23(8), 76107613.
https://doi.org/10.1166/asl.2017.9534
Anshari, M., Alas, Y., & Sulaiman, E. (2019).
Smartphone Addictions and Nomophobia
Among Youth. Vulnerable Children and
Youth Studies, 14(3), 242247.
https://doi.org/10.1080/17450128.2019.161470
9
Argumosa-Villar, L., Boada-Grau, J., & Vigil-Colet,
A. (2017). Exploratory Investigation of
Theoretical Predictors of Nomophobia using
the Mobile Phone Involvement
Questionnaire (MPIQ). Journal of
Adolescence, 56, 127135.
https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2017.02
.003
Arpaci, I., Baloolu, M., Kozan, H. I. Ö., & Kesici, S.
(2017). Individual Differences in the
Relationship Between Attachment and
Nomophobia Among College Students: The
mediating Role of Mindfulness. Journal of
Medical Internet Research, 19(12), 112.
https://doi.org/10.2196/jmir.8847
Asih, A. T., & Fauziah, N. (2017). Hubungan Antara
Kontrol Diri Dengan Kecemasan Jauh dari
Smartphone (Nomophobia) Pada
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Diponegoro Semarang. Jurnal Empati, 6(2),
1520.
Asmurti, Unde, A. A., & Rahamma, T. (2017).
Dampak Penggunaan Smartphone di
Lingkungan Sekolah Terhadap Prestasi
Belajar Siswa. Jurnal Komunikasi KAREBA,
6(2), 225234.
Aziz, A. (2019). No Mobile Phone Phobia
dikalangan Mahasiswa Pascasarjana.
KONSELI: Jurnal Bimbingan dan Konseling
(E-Journal), 6(1), 110.
https://doi.org/10.24042/kons.v6i1.3864
Aziz, M., & Nurainiah. (2018). Pengaruh
Penggunaan Handphone Terhadap Interaksi
Sosial Remaja di Desa Dayah Meunara
Kecamatan Kutamakmur Kabupaten Aceh
Utara. Jurnal Al-Ijtimaiyyah, 4(2), 1939.
Bian, M., & Leung, L. (2015). Linking Loneliness,
Shyness, Smartphone Addiction Symptoms,
and Patterns of Smartphone Use to Social
Labbaika Fadhilah, Elli Nur Hayati & Khoiruddin Bashori, Nomophobia di Kalangan Remaja
28
Capital. Social Science Computer Review,
33(1), 6179.
https://doi.org/10.1177/0894439314528779
Bragazzi, N. L., & Del Puente, G. (2014). A Proposal
for Including Nomophobia in the New DSM-
V. Psychology Research and Behavior
Management, 7, 155160.
https://doi.org/10.2147/PRBM.S41386
Dasiroh, U., Miswatun, S., Ilahi, Y. F., & Nurjannah.
(2017). Fenomena Nomophobia di Kalangan
Mahasiswa (Studi Deskriptif Kualitatif
Mahasiswa Universitas Riau). Medium:
Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Riau, 6(1), 110.
https://doi.org/https://doi.org/10.25299/me
dium.2017.vol6(1).1080
Davie, N., & Hilber, T. (2017). Nomophobia: is
Smartphone Addiction a Genuine Risk for
Mobile Learning? ERIC: Institute of
Education Science, 100104.
Divya, R., Ashok, V., & Rajajeyakumar, M. (2019).
Nomophobia: The Invisible Addiction.
Psychology and Behavior Science, 10(4), 12.
https://doi.org/10.19080/PBSIJ.2019.10.55579
9
Dongre, A. S., Inamdar, I. F., & Gattani, P. L. (2017).
Nomophobia: A Study to Evaluate Mobile
Phone Dependence and Impact of Cell
Phone on Health. National Journal of
Community MedicineVolume, 8(11), 688
693.
Gezgin, D. M., & Çakır, Ö. (2016). Analysis of
Nomofobic Behaviors of Adolescents
Regarding Various Factors. Journal of
Human Sciences, 13(2), 2504.
https://doi.org/10.14687/jhs.v13i2.3797
Gezgin, D. M., Hamutoglu, N. B., Sezen-Gultekin,
G., & Ayas, T. (2018). The Relationship
between Nomophobia and Loneliness
among Turkish Adolescents. International
Journal of Research in Education and Science
(IJRES), 4(2), 358374.
https://doi.org/10.21890/ijres.409265
Gupta, R. (2019). Nomophobia: A Smartphone
Addiction. The International Journal of
Indian Psychology, 7(1), 969979.
https://doi.org/10.25215/0701.110
Güzel, Ş. (2018). Fear of the Age: Nomophobia (No-
Mobile-Phone). Journal of Academic
Perspective on Social Studies, 1, 2024.
https://doi.org/10.35344/japss.519609
Hafni, N. D. (2018). Nomophobhia, Penyakit
Masyarakat Modern. Jurnal al-Hikmah, 6(2),
4150.
Kanmani, A., U, B., & S, M. R. (2017). Nomophobia
An Insight into Its psychological aspects in
india. The International Journal of Indian
Psychology, 4(2), 23493429.
http://www.ijip.in
Kim, H. (2013). Exercise Rehabilitation for
Smartphone Addiction. Journal of Exercise
Rehabilitation, 9(6), 500505.
https://doi.org/10.12965/jer.130080
King, A. L. S., Valença, A. M., Silva, A. C. O.,
Baczynski, T., Carvalho, M. R., & Nardi, A. E.
(2013). Nomophobia: Dependency on Virtual
Environments or Social Phobia? Computers
in Human Behavior, 29(1), 140144.
https://doi.org/10.1016/j.chb.2012.07.025
Lukito, A. (2017). Nomophobia. Ibnu Sina, 25(2),
5861.
Mayangsari, A., & Ariana, A. (2015). Hubungan
antara Self-Esteem dengan Kecenderungan
Nomophobia pada Remaja. Jurnal Psikologi
Klinis dan Kesehatan Mental, 04(3), 157163.
Muflih, M., Hamzah, H., & Puniawan, W. A. (2017).
Penggunaan Smartphone dan Interaksi
Sosial Pada Remaja di Sma Negeri I Kalasan
Sleman Yogyakarta. Idea Nursing Journal,
8(1), 1218.
Muralidhar, M., B, S. P., V, S. T., Gopi, A., &
Fernandes, S. D. A. (2017). Nomophobia and
Determinants Among the Students of a
Medical College in Kerala. International
Journal of Medical Science and Public Health,
6(6), 10461059.
https://doi.org/10.5455/ijmsph.2017.0203115
022017
Muyana, S., & Widyastuti, D. A. (2018). The
Influence of Permissive Parenting Towards
Nomophobia in Elementary School
Students. Proceeding of International
Conference on Child-Friendly Education
(ICCE), 538542.
Olivencia-Carrión, M. A., Ferri-García, R., Rueda,
M. del M., Jiménez-Torres, M. G., & López-
Torrecillas, F. (2018). Temperament and
Characteristics Related to Nomophobia.
Psychiatry Research, 266, 510.
https://doi.org/10.1016/j.psychres.2018.04.05
6
Ozdemir, B., Cakir, O., & Hussain, I. (2018).
Prevalence of Nomophobia among
University Students: A Comparative Study of
Pakistani and Turkish Undergraduate
Students. Eurasia Journal of Mathematics,
Science and Technology Education, 14(4),
15191532.
https://doi.org/10.29333/ejmste/84839
Rahayuningrum, D. C., & Sary, A. N. (2019). Studi
Tingkat Kecemasan Remaja Terhadap No-
Mobile Phone (Nomophobia). Jurnal
Jurnal Diversita, 7 (1) Juni 2021: 21-29.
29
Keperawatan BSI, 7(1), 4955.
http://jurnal.ensiklopediaku.org
Rahmandani, F., Tinus, A., & Ibrahim, M. M. (2018).
Analisis Dampak Penggunaan Gadget
(Smartphone) Terhadap Kepribadian Dan
Karakter (Kekar) Peserta Didik Di Sma
Negeri 9 Malang. Jurnal Civic Hukum, 3(1),
18. https://doi.org/10.22219/jch.v3i1.7726
Ramaita, Armaita, & Vandelis, P. (2019). Hubungan
Ketergantungan Smartphone dengan
Kecemasan (Nomophobia). Jurnal
Kesehatan, 10(2), 8993.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.35730/j
k.v10i2.xxx
Rosales-Huamani, J. A., Guzman-Lopez, R. R.,
Aroni-Vilca, E. E., Matos-Avalos, C. R., &
Castillo-Sequera, J. L. (2019). Determining
Symptomatic Factors of Nomophobia in
Peruvian Students from The National
University of Engineering. Applied Sciences,
9(9), 117.
https://doi.org/10.3390/app9091814
Sezer, B., & Atılgan, S. B. Ç. (2019). The Dark Side
of Smartphone Usage (Nomophobia): Do
We Need To Worry About it? Tıp Eğitimi
Dünyası, 17(54), 3043.
https://doi.org/10.25282/ted.513988
Soliha, S. F. (2015). Tingkat Ketergantungan
Pengguna Media Sosial dan Kecemasan
Sosial. INTERAKSI: Jurnal Ilmu Komunikasi,
4(1), 110.
https://doi.org/10.14710/interaksi.4.1.1-10
Tjasmadi, M. P. (2019). Pendekatan Agama
Membaharui Kondisi Psikologis Siswa
Terindikasi Nomophobia. Proceedings of the
ICECRS, 2(1), 159.
https://doi.org/10.21070/picecrs.v2i1.2406
Widyastuti, D. A., & Muyana, S. (2018). Potret
Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) di
Kalangan Remaja. Jurnal Fokus Konseling,
4(1), 6271.
https://doi.org/10.26638/jfk.513.2099
Wilantika, C. F. (2015). Pengaruh Penggunaan
Smartphone Terhadap Kesehatan Dan
Perilaku Remaja. Jurnal Obstretika Scientia,
3(2).
Yasan, N., & Yildirim, S. (2018). Nomophobia
among Undergraduate Students: The Case of
a Turkish State University. International
Journal on New Trends in Education and
Their Implications, 9(4), 1120.
Yildirim, C., & Correia, A.-P. (2015a).
Understanding Nomophobia: A Modern Age
Phobia Among College Students. Springer
International Publishing Switzerland, 9192,
724734. https://doi.org/10.1007/978-3-319-
20609-7_68
Yildirim, C., & Correia, A. P. (2015b). Exploring the
Dimensions of Nomophobia: Development
and Validation of a Self-Reported
Questionnaire. Computers in Human
Behavior, 49, 130137.
https://doi.org/10.1016/j.chb.2015.02.059
... Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan tempat penelitian dapat melakukan bimbingan konseling atau pendidikan kesehatan tentang dampak penggunaan smartphone berlebih. (Fadhilah, 2021). Nomophobia juga diartikan sebagai rasa ketakutan karena ponsel atau internet jauh dari jangkauan pemiliknya. ...
... Pada penelitian ini menujukan pada aspek perasaan tidak dapat berkomunikasi (Not being able to communicate) memiliki nilai (45,2), pada aspek ini diketahui dari banyak nya responden yang menjawab setuju jika mereka akan khawatir karena keluarga dan/ teman mereka tidak bisa terhubung. Hal ini menunjukan adanya sebuah gejala khawatir atau cemas yang dirasakan dan pada perilaku nomophobia ini muncul sebagai manifestasi yang berujung untuk melakukan hubungan seacra virtual untuk menurunkan cemas yang terjadi (Fadhilah, 2021). Asumsi peneliti pada hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa remaja awal memiliki self esteem yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya hubungan teman sebaya yang saling mempengaruhi dan juga remaja masih labil dan belum memiliki peran diri yang jelas dan cenderung masih proses pencarian jadi merasa masih cukup baik, walaupun nomophobia yang dialami sedang dan berat karena hal ini remaja merasa penggunaan smartphone ini merupakan sebuah hal yang lumrah dan di zaman sekarang menjadi sebuah keharusan memiliki smartphone, terlebih dengan lingkungan sekolah dan juga metode sekolah yang hampir meminta remaja untuk melek akan teknologi menjadi semakin merasa bahwa hal ini baik. ...
Article
Full-text available
The use of smartphones nowadays is increasingly rapid, even teenagers cannot be separated from using these smartphones, but several conditions cause dependence, especially on the internet network, which ultimately gives rise to incidents of nomophobia or conditions of anxiety, fear and even stress and depression in a person, which is caused by the absence of or being away from the internet network on a cellphone and this is considered a modern phobia resulting from individual interactions with information and communication technology, especially smartphones. The aim of this research is to determine the relationship between self-esteem and the incidence of nomophobia in early adolescents at SMP Barunawati 1 Petamburan, West Jakarta. This type of research is non-experimental quantitative research with a cross-sectional approach. Sampling used proportional stratified random sampling and purposive sampling techniques to obtain a sample of 76 students with research instruments in the form of the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) and Nomophobia Questionnaire (NMP-Q) questionnaires. Data analysis using Pearson Correlation Product Moment. The results of the research showed that the majority of early adolescents had high self-esteem (71.1%), and the majority of early adolescents had moderate nomophobia (65.8%) and there was a relationship between self-esteem and nomophobia in early adolescents at SMP Barunawati 1 Petamburan, West Jakarta and grades. p value 0.000 < 0.05. Based on the results of this research, it is hoped that research sites can provide counseling or health education about the impacts of excessive smartphone use.
... Kemajuan teknologi saat ini khususnya pada smartphone, selain membawa manfaat bagi kehidupan namun memberikan dampak yang kurang baik pada remaja seperti halnya nomophobia. Remaja mampu memahami teknologi baru secara cepat, namun remaja cenderung kurang memiliki kontrol yang baik atas perilakunya sehingga menjadikan remaja lebih rentan mengalami nomophobia (Fadhilah, et al., 2021). Hal tersebut memiliki dampak yang kurang baik untuk masa perkembangan remaja seperti kurangnya komunikasi secara langsung, lebih apatis dengan kondisi disekitar, individualitas atau merasa tidak membutuhkan orang lain secara nyata (Tjasmadi, 2019). ...
Article
Using smartphones as a learning medium without restrictions on usage can make students more flexible in their use. In pandemic conditions, many activities are carried out via smartphones, which without limits can cause disturbances in users, known as nomophobia or fear that arises because they cannot be away from smartphones. The public needs to know the dangers of nomophobia, so education needs to be provided regarding nomophobia. As an effort to increase knowledge about nomophobia. This community service method uses the lecture and leaflet media. This community service was carried out in the community in May-June 2023. The pretest results showed that the majority of participants had a low level of knowledge, 30 (55.6%) while the posttest results showed that the majority of participants had a medium level of knowledge, 32 (59.3%). There is an increase in the level of knowledge after socialization. Keywords: Adolescence, Nomophobia, Smartphone ABSTRAK Penggunaan smartphone sebagai alat belajar tanpa batasan penggunaan dapat membuat siswa lebih leluasa dalam penggunaannya. Dalam kondisi pandemi, banyak aktivitas yang dilakukan dengan menggunakan smartphone sehingga dapat menimbulkan ketidak terkendalian atau nomophobia pada penggunanya, atau rasa takut yang muncul karena tidak bisa jauh dari smartphone-nya. Masyarakat perlu mengetahui bahaya nomophobia, sehingga edukasi nomophobia harus diberikan. Sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang nomophobia. Pengabdian masyarakat ini menggunakan metode ceramah dan media leaflet. Pengabdian masyarakat ini dilaksanakan pada komunitas Mei-Juni 2023. Hasil pretest didapatkan mayoritas peserta memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 30 (55,6%) sedangkan hasil posttest didapatkan mayoritas peserta memiliki tingkat pengetahuan sedang 32 (59,3%). Terdapat adanya peningkatan tingkat pengetahuan setelah dilakukan sosialisasi. Kata Kunci: Nomophobia, Remaja, Smartphone
... Social and psychological conditions like this can be accompanied by physical symptoms if the individual is away from a smartphone, symptoms that appear such as excessive cold sweat, digestive problems and panic attacks so that nomophobia is included in the DSM-5 by considering the extent of anxiety, stress and the tension experienced. Smartphone users eventually reach a "tipping point" where individuals cannot control smartphone use from the negative consequences of excessive use (Labbaika Fadhilah, Elli Nur Hayati, 2021). Specific phobias are defined in the DSM-5 as "fear or anxiety limited to the presence of a particular situation or object, which can be called a phobic stimulus" (American Psychiatric Association, 2013). ...
Article
Full-text available
Nomophobia, or fear and anxiety about not having access to a cell phone, has become a common phenomenon among teenagers. Teenagers' dependence on technology, especially smartphones, has led to the emergence of nomophobia as a result of losing control of accurate information. The negative impacts of nomophobia include high stress, loss of focus, and anti-social tendencies. This research aims to examine the role of hadith in overcoming nomophobia in adolescents through character education. As a source of inspiration and guidance, Hadith can help teenagers develop better character and overcome homophobic tendencies. The method used in this research is a literature study, which collects data and reviews it from relevant reference sources, which are then connected to research to describe the problem formulation. The results of this research explain how a clearer picture of hadith can help teenagers overcome nomophobia and increase awareness of culture and social context.
... Nomophobic behaviour can reinforce tendencies of social anxiety and dependence on smartphone use, causing stress (Fadhilah et al., 2021). Apart from this, nomophobia is also a result of fear of loneliness, which causes someone to use smartphones excessively to communicate and obtain information (Rahyuningrum & Sary, 2019). ...
Article
Full-text available
Background: Smartphones were an information and communication technology that could not be separated from human life. High-intensity use of smartphones led to addiction. Dependence on smartphones could lead to anxiety disorders or so-called nomophobia. Purpose: To determine the relationship between smartphone, use and the incidence of anxiety (nomophobia) in adolescents in Indonesia. Methods: The literature review used national articles published in 2019-2024. Articles were searched using the Preferred Reporting Items for Systematic Reviews & Meta-Analyses (PRISMA) method. Inclusion criteria include articles with quantitative research, as well as mixed methods with research subjects on adolescents in Indonesia. A total of eleven articles were included. This research used national standard articles with an article search database, namely Google Scholar and Garuda. Results: Based on the eleven articles analysed, there is a relationship between anxiety disorders (nomophobia) in adolescents in Indonesia and the intensity of their use. Conclusion: The high use of smartphones is associated with a higher tendency of nomophobia. High intensity of smartphone use is influenced by several factors, including various interesting features of smartphones, one of which is social media, the COVID-19 pandemic, and the feeling of not wanting to be left behind by trends among teenagers. Abstrak Latar belakang: Smartphone merupakan salah satu teknologi informasi dan komunikasi yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Penggunaan smartphone dengan intensitas tinggi menyebabkan ketergantungan. Ketergantungan pada smartphone dapat menyebabkan timbulnya gangguan kecemasan atau yang disebut Nomophobia. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan penggunaan smartphone terhadap kejadian kecemasan (Nomophobia) pada remaja di Indonesia. Metode: Penelitian studi literatur menggunakan artikel nasional tahun terbit 2019-2024. Pencarian artikel dilakukan menggunakan metode Preferred Reporting Items for Systematic Review & Meta-Analyses (PRISMA). Kriteria inklusi meliputi artikel dengan penelitian kuantitatif, serta mix methods dengan subjek penelitian pada remaja di Indonesia. Sebanyak sebelas artikel yang masuk kedalam kriteria. Penelitian ini menggunakan artikel berstandar nasional dengan database pencarian artikel yaitu Google Scholar dan Garuda. Hasil: Berdasarkan sebelas artikel yang dianalisis, terdapat hubungan antara gangguan kecemasan (Nomophobia) pada remaja di Indonesia dengan intensitas penggunaannya. Kesimpulan: Tingginya penggunaan smartphone dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain macam-macam fitur yang menarik pada smartphone salah satunya yaitu media sosial, adanya pandemi COVID-19, dan perasaan tidak ingin ketinggalan tren di kalangan remaja.
... While smartphones can enhance social interaction and communication, their use of gadget should be moderated to prevent issues like nomophobia. In a technologically advanced era, it is essential to instil responsible usage practices from an early age (Fadhilah et al., 2021). ...
Article
Full-text available
Nomophobia has become a prevalent issue which affects individuals today. This leads many to feel constantly connected to their devices. The term, derived from "No Mobile Phone Phobia," describes an excessive reliance on gadgets. This psychological condition is recognized as a global psychosocial phenomenon that influences mobile phone users and affects their morals and behavior. Alarmingly, this issue has also emerged among young children, with many preschoolers showing signs of addiction. This study is aimed at exploring the effects of nomophobia on early childhood, focusing on its moral and behavioral consequences in daily life. The study employed a qualitative case study approach and it involved two 5-year-old children. Data were collected through observations and unstructured interviews with their parents. The findings indicated that excessive gadget used in early childhood could significantly alter children's morals and behaviors. This was primarily due to insufficient parental supervision of their app usage. The study emphasized the need for intervention from adults, including both parents and teachers, who are the closest guardians to children in monitoring smartphone usage. These collaborative preventive measures to monitor and mitigate the negative impacts of smartphone usage are important to do. Future studies for exploring nomophobia in early childhood contexts are encouraged to delve deeper into the surrounding events and circumstances that affect children.
... Hal ini disebabkan pada kondisi ini remaja memposisikan media sosial sebagai kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupannya. Bagi remaja, smartphone merupakan alat atau fasilitas untuk berinteraksi (Fadhilah, dkk., 2021). ...
... Based on preliminary studies, researchers have found that almost all students are active smartphone users (Fadhilah, Hayati, & Bashori, 2021). Most students have yet to be able to control the use of smartphones properly. ...
Article
This study aims to describe the level of academic procrastination of class XI students at SMAN 6 Prabumulih in terms of the intensity of smartphone usage. The method used in this research is descriptive quantitative. The data collection technique used was by distributing research instruments, namely questionnaires with a Likert scale model. The data obtained were then analyzed using categorization formulas and percentages (%). The population in this study were all 263 students of class XI at SMAN 6 Prabumulih with a sample selected by a simple random technique of 158 students based on the calculation of sampling using the slovin formula. The results of this study indicate that in general students have a medium level of academic procrastination when viewed from the intensity of their smartphone usage.
Article
Full-text available
Nomophobia memiliki makna perasaan takut saat tidak terhubung dengan smartphone. Indonesia memiliki nilai kejadian nomophobia (71%) tertinggi dibandingkan Turki (15%), India (15%), Jerman (3%), Kuwait (26%), AS (18%), Pakistan (26%), Oman (20%), dan Saudi Arabia (22%). Bertujuan menganalisis faktor penyebab nomophobia pada remaja untuk mencegah kejadian nomophobia pada remaja. Meta-analisis adalah metode yang digunakan pada penelitian ini. Pencarian studi melalui database elektronik PubMed dan Scopus. Hasil pencarian sebanyak 102 studi, hanya 8 studi yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian ini menunjukkan durasi penggunaan telepon genggam berefek tinggi (r = 0.595), usia berefek rendah (r = 0.091), jenis kelamin perempuan berefek sedang (r = 0.337), dan kesepian berefek sedang (r = 0.320) terhadap kejadian nomophobia pada remaja. Faktor penyebab tersering nomophobia pada remaja yang signifikan mancakup durasi penggunaan telepon genggam, jenis kelamin perempuan, dan kesepian.
Article
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran kondisi nomophobia pada siswa kelas XI SMK N 4 kota Semarang dari berbagai macam jurusan antara lain TKL, DPIB, TE, DKV, TO, Animasi, TM dengan menggunakan sampel penelitian sejumlah 599 siswa kelas XI SMK N 4 Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Dalam penelitian ini untuk memperoleh data peneliti menggunakan teknik penelitian non tes dengan instrumen skala nomophobia dengan berdasar pada empat kategori yaitu tidak dapat berkomunikasi, kehilangan keterhubungan, tidak dapat mengakses informasi, serta memberikan kenyamanan dengan empat kategori yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai peneliti menggunakan skala nomophobia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tingkat nomophobia pada siswa dengan kategori tinggi 78% dengan jumlah siswa 470, kategori sedang 18% dengan jumlah siswa 107, dan kategori rendah 4% dengan jumlah siswa 22. hasil dari penelitian akan memberikan pemahaman bagi Guru BK mengenai perilaku Nomophobia yang terjadi pada remaja khususnya siswa kelas XI di SMK N 4 Semarang. Guru BK dapat memberikan perhatian yang lebih kepada siswa dengan memberikan layanan dasar meliputi layanan bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok yang dapat menurunkan perilaku Nomophobia pada remaja. Jika layanan ini berjalan secara efektif maka dapat memberikan manfaat untuk membantu siswa mencapai tahap perkembangan secara optimal dan memandirikan siswa dalam berbagai bidang yang meliputi bidang Pribadi, Sosial, Belajar, serta bidang karir, yang sesuai dengan standar kompetensi peserta didik.
Article
Full-text available
Background: “Nomophobia” is the modern fear of being unable to communicate through a mobile phone. It is important to understand how its use affects people’s well-being and the consequences of having the device taken from frequent users. The present study was designed to study the prevalence of nomophobia, dependence patterns and health effects of mobile phone usage. Methodology: This was a community-based cross sectional exploratory study conducted from 1st December 2015 to 1st May 2016. Results: Most subjects were in the age group of 16–20 years. The prevalence of Nomophobia in the study was 68.92%. A higher proportion of males (82.91%) were dependent on mobile phones than females (31.25%). The most common self-perceived symptom due to increased mobile phone usage was lack of sleep (70.61%) followed by eyestrain (42.46%). Conclusion: Prevention is better than cure, most subjects using mobile phones belong to the younger age group; therefore, health education strategies should be targeted at youth to prevent the harmful effects of this great invention.
Article
Full-text available
Ponsel atau telepon genggam merupakan alat komunikasi yang paling popular di era sekarang ini. Mahasiswa menggunakan smartphone sebagai alat komunikasi dan hiburan untuk menghindari stress. Penggunaan smartphone berlebihan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan ketergantungan. Ketergantungan smartphone memiliki pengaruh negatif terhadap kualitas hidup dan kesehatan seperti kecemasan (Nomophobia). Dari hasil penelitian Pew Research Center’s tahun 2014 didapatkan 90% dari populasi dewasa Amerika serikat memiliki smartphone. Emarketer mempublikasikan jumlah pertumbuhan pengguna smartphone di Indonesia yaitu pada tahun 2018 terdapat 83,5 juta pengguna smartphone dan diperkirakan tahun 2019 yang akan datang terdapat 92 juta lebih pengguna smartphone. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan ketergantungan smartphone terhadap kecemasan (nomophobia) pada mahasiswa S1 Keperawatan Stikses Piala Sakti Pariaman. Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan crossectional, penelitian ini di lakukan di STIKes Piala Sakti Pariaman pada tanggal 20 September s/d 27 September 2018. Pengambilan sampel di lakukan dengan teknik Random Sampling dengan jumlah sampel 50 orang. Alat pengumpulan data di lakukan dengan menggunakan kuesioner ketergantungan smartphone dan kuesioner kecemasan (nomophobia) pada mahasiswa. Analisa bivariat dilakukan dengan menggunakan chi-square. Pada hasil penelitian didapatkan ada hubungan yang bermakna antara ketergantungan smartphone dengan kecemasan (nomophobia) pada mahasiswa program studi S1 keperawatan stikes piala sakti pariaman tahun 2018 dengan p value 0.002< 0,05. Hendaknya dalam menggunakan smartphone harus lebih bijak dan bisa mengatur waktu sehingga tidak mengalami nomophobia. Gunakan smartphone untuk hal-hal positif seperti mencari data atau materi mengenai perkuliahaan ataupun pengetahuan lain
Article
Full-text available
The development of technology communication in the era of the Industrial Revolution 4.0 has become epidemic and has not only given a negative impact on youth communities in big cities but also to all residents in the Indonesian regions. When communication technology began to develop in Indonesia, it was assumed not to be considered as causing problems in academic values, morals, and student faith, so teachers and spiritual counselors did not feel the need to anticipate. Nowadays, dependence on cellphones facilitating digital communication and online games become difficult to overcome and has develops nomophobia. Based on the WHO reference, the Indonesian government has declared that since 2018 the addiction to online games has enters the category of psychiatric disorders. This research is an attempt to find a solution to overcome the disorders, so that questions about psychological conditions of students indicated with nomophobia can be renewed through religious approaches. Religion has a basic function where its essence be able to direct views or orientation, motivate and help humans tobehave properly according to their beliefs. Results of this study are expected benefiting teachers and observers of Education in the era of the 4.0 Industrial Revolution in overcoming the problem of nomophobia which can seize the human health.
Article
Full-text available
Nowadays, developing technology has brought some addictions into our lives. Smart phone addiction, which is seen with the introduction of smart phones in our lives, has become remarkable in daily life. In the digital age we live, almost every process is handled by smart mobile phones. This makes mobile technologies an indispensable part of our day.This work is designed to give information about nomophobia, a new concept known as fear of lack of mobile telephony.As a result of the study, the widespread use of smart phones made it easier for individuals to make their daily lives easier but on the other hand they caused many social and psychological problems.
Article
Full-text available
The use of cell phones has increased worldwide in the past few decades, particularly in children and adolescents. Using these electronic devices provides personal benefits. Communicating through cell phones was a very important factor in the socioeconomic progress of developed countries. However, it is beyond doubt that its indiscriminate use can bring up certain psychiatric disorders or cause some disorder in a person, within the phobic group of anxiety disorders called nomophobia; basically associated with anxiety, nervousness, discomfort, and distress when contact with the smartphone is lost, mainly in the youngest users. This research proposal aims to identify symptoms that have not yet been detected by unceasing cell phone use, considering that in Peru there are few studies of human health engineering and the physical mental health. For that reason, we sought to identify the symptomatic factors of nomophobia presented by students at the National University of Engineering and its interference with their academic life. To accomplish this study, we designed a questionnaire according to our reality with the use of focus groups techniques when the test was taken in class. Three symptomatic factors of nomophobia were identified: feelings of anxiety, compulsive smartphone use, and feelings of anxiety and panic. The study included a representative sample of 461 students in different years of study engineering (21% women, 79% men, over 17 years of age). Finally, given the widespread adoption of smartphones and their integration into educational environments, the results of this study can help educators understand students’ inclination to use their smartphones at all times.
Article
Full-text available
Aim: There are so many studies about psychological and sociological aspects of nomophobia. We also investigated sociodemographic aspects of nomophobia. The present study aimed to examine nomophobia among the medical students, and its relationship with different variables. Material and Method: Participants in the study were 680 medical students from the Faculty of Medicine of Hacettepe University. The Nomophobia Questionnaire and the Satisfaction with Life Scale were used as data collection instruments. Results and Conclusion: It was found that students had moderate nomophobia and nomophobia was related to academic achievement. Our findings indicated that the prevalence of nomophobia does not vary by gender, class standing and living arrangements, whereas showed that students’ nomophobia levels differed significantly with age, academic achievement, type of housing and carrying a phone charger. According to our findings, lots of suggestions were presented to practitioners and future studies.
Article
Full-text available
ABSTRAKPenggunaan gadget (smartphone) yang terlalu berlebihan dan tidak sewajarnya akan menimbulkan pengaruh terhadap kepribadian dan karakter peserta didik. Kepribadian peserta didik seharusnya menjadi perhatian khusus dalam menanamkan karakter kepada mereka. Karena antara kepribadian dan karakter tersebut akan sangat berpengaruh terhadap tumbuh-kembang peserta didik. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk: (a) Mengetahui penggunaan gadget (smartphone) oleh peserta didik di SMA Negeri 9 Malang, (b) Mendeskripsikan kepribadian dan karakter peserta didik yang menggunakan gadget (smartphone) di SMA Negeri 9 Malang, dan (c) Mendeskripsikan solusi penggunaan gadget (smartphone) yang ideal oleh peserta didik di SMA Negeri 9 Malang. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian deskriptif kualitatif. Dimana peneliti berusaha memberikan gambaran secara sistematis dan cermat berdasarkan fakta – fakta aktual dan sifat – sifat populasi tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah – masalah aktual dan mengumpulkan data. Pengumpulan data diperoleh dengan teknik wawancara, angket, observasi dan dokumentasi. Adapun informan yang digali informasinya yakni Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Guru PPKn, Guru Agama Islam, Guru BK, Guru IPS, Guru IPAdan Siswa - siswi Kelas XI SMA Negeri 9 Malang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut: (a) Hampir semua peserta didik di SMAN 9 Malang memiliki dan menggunakan gadget, khususnya smartphone. Rata-rata waktu peserta didik menggunakan gadgetnya selama 3 sampai lebih dari 7 jam untuk membuka media sosial. (b) Kepribadian peserta didik yang menggunakan gadget (smartphone) cenderung lebih pasif seperti individualis, tertutup, kurang peduli dengan sekitarnya dan rasa sosial dari anak kurang. Sedangkan karakternya memiliki kecenderungan lebih apatis, pola pikirnya cenderung irasional, mencari mudahnya saja dan kurang mempunyai simpati.(c) Penggunaan gadget (smartphone) yang ideal yaitu dengan memberikan banyak pemahaman kepada peserta didik dan menerapkan program yang memiliki hubungan dengan penggunaan gadget (smartphone). Hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut: (a) Semua peserta didik di SMAN 9 Malang menggunakan gadget (smartphone). (b) Terjadi penyimpangan kepribadian dan demoralisasi karakter peserta didik yang aktif menggunakan gadget (smartphone). (c) Solusi ideal yaitu dengan memberikan banyak pemahaman, dan sekolah sudah menerapkan program berbasis gadget (smartphone).Kata Kunci : Analisis, Penggunaan Gadget (Smartphone), Kepribadian Karakter.ABSTRACTThe use of gadgets (smartphone) which is too excessive and not reasonable will be impacting on the personality and character of students. Personality of students should be particular concern on instilling character for them. Because between the personality and the character will greatly affect the growth and development of students. Thus this research aims to: (a) Knowing the use of gadgets (smartphone) by students at State High School 9 Malang, (b) Describe the personality and character of students who use gadgets (smartphone) in State Senior High School 9 Malang, and (c) Explaining solutions use gadgets (smartphone) which is ideal by students at State Senior High School 9 Malang. This research uses techniques of research descriptive qualitative. Where researchers tried to give an idea systematically and meticulously based on actual facts and the characteristic of certain populations. This research aiming to solve the actual problems and collect the documents. collection of documents were obtained by interview, questionnaire, observation and documentation. As for informant who unearthed the information that is Vice Principal of Student, Teacher of PPKn, Teacher of Islamic Religious, Teacher of BK, Teacher IPS, Teacher of Science and Student Class XI of State Senior High School 9 Malang. Based on research that has been done, the results are as follows: (a) Almost allthe students at State Senior High School 9 Malang have and use gadgets, particularly smartphones. The average time students use the gadget for 3 to more than 7 hours to playing social media. (b) The personality of students who use gadgets (smartphone) tend to be more passive as individualistic and less concerned with the surroundings and the childs less has the social sense. While the characters have a tendency to be apathetic, the mindset is tends irrational, seeking ease and have less sympathy. (c) The use of gadgets (smartphone) ideal that is to give a lot of understanding to of students and implement programs that have a relationship with the use of gadgets (smartphone). The result of research obtained can be summed as follows: (a) All of students at State SeniorHigh School 9 Malang using gadgets (smartphone). (b) There is a personality disorder and demoralization of character for students active using gadgets (smartphone). (c) The ideal solution is to give a lot of understanding, and school has implemented a program the based of gadgets (smartphone).Keywords: Analysis, Using Gadget (Smartphone), Character.
Article
Full-text available
This study aims to obtain a description of the condition of nomophobia among adolescents. This study uses a quantitative approach to the type of descriptive research. The sample in this study amounted to 540 students of SMK taken by using simple random sampling technique. The data collection instrument used for this study using nomophobia scale and data analysis is done by using standard deviation and mean. The results showed that the use of mobile phone among adolescents who showed nomophobia levels in very high category of 5%, high category 31%, medium category 35%, low category 24 %, and very low category 5%.Keywords: Nomophobia, Mobile Phone
Article
Full-text available
The research aimed to investigate undergraduate students' nomophobic behavior; and its relationship with certain demographics and certain mobile phone activities. Moreover, it was explored whether there were any significant differences among the four sub-dimensions of nomophobia: "not being able to communicate", "losing connectedness", "not being able to access information", and "giving up convenience". A correlational research design was employed with a sample of 146 undergraduate students from four different faculties of a Turkish state university by using convenience sampling method. The Turkish Nomophobia Questionnaire was used for data collection. By conducting One-Way Repeated ANOVA, a significant difference between the mean scores of four dimensions was found. While the students' scores on the fear of "losing connectedness" were significantly lower than the other three factors, the fear of "not being able to access information" had the highest mean scores. There was no difference between the factors "not being able to access information" and "not being able to communicate". Furthermore, the Pearson' Product Moment correlation was performed; its results indicated that there was a weak, yet significant, correlation between gender and the sub-dimension of "not being able to communicate". There was also a weak positive correlation between the Internet browsing and the four dimensions of nomophobia. The study also found a weak positive correlation between learning/education and the level of "not being able to access information".