Available via license: CC BY 4.0
Content may be subject to copyright.
21
Jurnal Diversita, 7 (1) Juni (2021) ISSN 2461-1263 (Print) ISSN 2580-6793 (Online)
DOI: https://doi.org/10.31289/diversita.v7i1.4487
Jurnal Diversita
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/diversita
Nomophobia di Kalangan Remaja
Nomophobia Among Adolescents
Labbaika Fadhilah(1*), Elli Nur Hayati(2) & Khoiruddin Bashori(3)
Magister Psikologi Profesi, Universitas Ahmad Dahlan, Indonesia
Disubmit: 23 November 2020; Diproses: 21 Desember 2020; Diaccept: 26 April 2021; Dipublish: 02 Juni 2021
*Corresponding author: E-mail: baikadhilah12@gmail.com
Abstrak
Berkembangnya teknologi yang semakin canggih seperti sekarang ini khususnya pengguna smartphone, tanpa
disadari mereka hidup berdampingan dengan nomophobia. Nomophobia memiliki peran yang besar pada pengguna
smartphone karena memunculkan rasa ketergantungan dan rasa kekhawatiran berlebih jika tidak mengoperasikan
smartphone. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah tinjauan literatur, metode ini digunakan untuk
mengumpulkan materi yang relevan tentang topik ini untuk mengkaji lebih jauh mengenai nomophobia dalam
upaya untuk memperluas pengetahuan serta mengetahui dampak yang diakibatkan dari nomophobia pada remaja.
Ketergantungan smartphone dikalangan remaja disebabkan adanya kekhawatiran berlebih akan ketidakmampuan
menggunakan smartphone untuk aktif di media sosial karena saat ini remaja memposisikan media sosial sebagai
salah satu fasilitas untuk berinteraksi dan kebutuhan yang sangat penting bagi remaja. Kurangnya pemahaman
tentang penggunaan smartphone yang ideal pada remaja, menjadikan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung
tidak jarang para siswa mengoperasikan smartphonenya dan tidak fokus terhadap pelajaran yang sedang
berlangsung sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar pada siswa. Kepribadian remaja juga berkembang
menjadi apatis dan memiliki rasa peduli yang rendah.
Kata Kunci: Nomophobia; Smartphone; Remaja
Abstract
In an era of increasingly sophisticated technology, especially smartphone users, they unconsciously live side by side with
nomophobia. Nomophobia has a big role in smartphone users because it creates a sense of dependence and a sense of
excessive worry if you don't operate a smartphone. The literature review method is used to gather relevant material on
this topic to further examine nomophobia in an effort to broaden knowledge and find out the impact of nomophobia on
adolescents. Smartphone dependence among adolescents is due to excessive concerns about the inability to use
smartphones to be active on social media because currently teenagers position social media as a facility for interaction
and a very important need for adolescents. Lack of understanding about the ideal use of smartphones in adolescents,
makes when teaching and learning activities take place it is not uncommon for students to operate their smartphones
and not focus on the ongoing lesson so that it will affect student achievement. The adolescent personality also develops
apathy and has a low sense of care.
Keywords : Nomophobia; Smartphone; Adolescents
How to Cite: Fadhilah, L., Hayati, E. N., & Bashori, K. (2021). Nomophobia di Kalangan Remaja, Jurnal
Diversita, 7 (1): 21-29.
Labbaika Fadhilah, Elli Nur Hayati & Khoiruddin Bashori, Nomophobia di Kalangan Remaja
22
PENDAHULUAN
Selaras berkembangnya zaman,
teknologi digital juga semakin berkembang
pesat dan cepat mendapatkan popularitas
terutama bagi pengguna smartphone.
Smartphone memiliki perbedaan dari
ponsel standar dalam hal sistem operasi dan
dilengkapi dengan fitur dan kemampuan 3G
atau 4G yang lebih canggih misalnya
bersosialisasi di Facebook, melihat atau
memposting video di Youtube / Instagram
(Bian & Leung, 2015). Peneliti selanjutnya
akan menyebut ponsel dengan smartphone.
Mengikuti berkembangnya teknologi
digital, saat ini smartphone digunakan lebih
dari sekedar alat berkomunikasi sederhana
(panggilan dan sms) saja namun lebih dari
itu dengan fitur-fitur pendukung
didalamnya. Fitur-fitur yang tersedia pada
smartphone dapat memenuhi kebutuhan
secara langsung atau instan bagi
penggunanya tentunya menjadi pilihan
utama bagi penggunanya (Yasan & Yildirim,
2018). Semua itu memiliki tujuan untuk
berinteraksi membangun hubungan,
ekspresi emosi, berbagi pemikiran,
pengetahuan pada kehidupan yang serba
cepat di era komunikasi digital(Kanmani et
al., 2017).
Pesatnya perkembangan teknologi
digital, gaya hidup masyarakat telah
berubah dan banyak perangkat teknologi
yang menjadi penting (Güzel, 2018).
Hubungan individu dengan smartphone
akan langsung memberikan dampak bagi
perilaku interpersonal dan sosial
(Rahayuningrum & Sary, 2019). Studi
sebelumnya menunjukkan bahwa individu
mengalami tingkat ketakutan atau
ketidaknyamanan yang lebih tinggi ketika
mereka tidak memiliki koneksi ke ponsel
mereka(Arpaci et al., 2017). Seperti halnya
kebanyakan orang, smartphone telah
menjadi barang yang melekat pada dirinya
karena dari bangun tidur hingga akan
tertidur kembali selalu membutuhkannya
(Muralidhar et al., 2017). Dari beberapa
fasilitas yang ada pada smartphone
memberikan kemudahan dan kenyamanan
sehingga akan menjadi masalah apabila
digunakan secara berlebihan dan tidak
bertanggungjawab, salah satu masalah
yang akan muncul adalah nomophobia
(Asih & Fauziah, 2017).
Nomophobia (no mobile phone
phobia) adalah perasaan cemas atau
ketidaknyamanan yang disebabkan oleh
keberadaan di luar jangkauan smartphone,
hal tersebut dianggap sebagai fobia pada
zaman yang semakin canggih seperti
sekarang ini sebagai buah hasil dari
interaksi antara individu dengan teknologi
baru khususnya smartphone (Yildirim &
Correia, 2015a). Kondisi sosial dan
psikologis seperti ini dapat disertai dengan
gejala fisik apabila berada jauh dengan
smartphone seperti keringat berlebih,
kejang, masalah pencernaan dan serangan
panik sehingga nomophobia dimasukkan
kedalam DSM-V dengan
mempertimbangkan sejauh mana stres,
kecemasan dan ketegangan yang terkait
(Sezer & Atılgan, 2019). Pengguna
smartphone pada akhirnya mencapai “titik
kritis” dimana individu tidak dapat
mengontrol penggunaan smartphone dari
konsekuensi negatif dari penggunaan
berlebih (Divya et al., 2019).
Penelitian terkait nomophobia sangat
penting untuk menyadarkan bahwa
efektivitas dari kecanggihan penggunaan
smartphone juga memiliki dampak negatif
namun nomophobia belum banyak diteliti
dibandingkan dengan penelitian terkait
Jurnal Diversita, 7 (1) Juni 2021: 21-29.
23
kecanduan internet (Davie & Hilber, 2017).
Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari
Anshari et al., (2019) bahwa penelitian
nomophobia saat ini masih kurang.
Sedangkan pada zaman ini, untuk
mengakses internet dapat lebih mudah
menggunakan smartphone karena
dianggap lebih praktis dan memiliki
banyak fasilitas aplikasi berbasis internet
yang lebih mudah dibandingan dengan
komputer, laptop, tablet atau alat
elektronik lainnya. Penelitian yang
dilakukan di Korea Selatan menemukan
bahwa tingkat kecanduan smartphone atau
disebut nomophobia ini lebih tinggi
daripada kecanduan internet (Kim, 2013).
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa
permasalahan nomophobia terutama pada
remaja merupakan topik pembahasan yang
menarik sebagai fobia dizaman modern ini
sebagai bentuk akibat dari era teknologi
digital.
PEMBAHASAN
Meningkatnya pembahasan tentang
nomophobia tidak lepas dari banyaknya
pengguna smartphone dari berbagai
kalangan seperti para orang tua, kalangan
remaja, mahasiswa, instansi perkantoran,
dll (A. Aziz, 2019). Tingginya penggunaan
smartphone pada zaman era modern ini,
tentunya hal ini menjadi masalah karena
penggunanya tidak dibatasi dalam batas
waktu yang akan berdampak kepada
ketergantungan (Ramaita et al., 2019).
Terlebih lagi remaja merupakan elemen
yang selalu bersinggungan dengan dunia
informasi dan internet (Dasiroh et al.,
2017). Ditambahkan oleh Argumosa-Villar
et al., (2017) bahwa remaja mampu
memahami teknologi baru secara cepat,
dan smartphone menjadi simbol dalam
budaya teknologi saat ini. Hal tersebut yang
menjadikan remaja lebih rentan mengalami
nomophobia.
Penggunaan smartphone yang tinggi
pada usia remaja akan memberikan
dampak pada aktivitas dan pola perilaku
keseharian remaja yang menjadi berubah,
seperti akan kehilangan perhatian dengan
kehidupan nyata karena cenderung fokus
terhadap kehidupan maya, sering
berkomunikasi melalui akun media sosial
dibandingkan dengan komunikasi secara
langsung (Agusta, 2016). Banyak anak
muda kehilangan perhatian dari dunia
nyata karena perhatiannya terlalu banyak
diserap oleh dunia virtual dan akhirnya
remaja menjadi budak teknologi (Dongre et
al., 2017).
Yildirim & Correia, (2015b)
menemukan bahwa 77% orang dengan usia
18-24 tahun merupakan orang yang paling
rentan terhadap nomophobia, selanjutnya
diikuti oleh para pengguna berusia 25-34
tahun dengan 68% dan pengguna
smartphone dalam kelompok usia 55 tahun
keatas ditemukan sebagai pengguna
nomophobia ketiga. Pada kehidupan sehari-
hari remaja, eksistensi ditunjukkan dengan
keaktifan menggunakan smartphone tanpa
memperhatikan bahaya yang mengintai
pada diri remaja (Muyana & Widyastuti,
2018). Soliha (2015) menemukan bahwa
ketergantungan smartphone dikalangan
remaja disebabkan adanya ketergantungan
dengan media sosial karena
memposisikannya sebagai salah satu alat
untuk berinteraksi. Kecemasan berpisah
dengan smartphone saat ini sering terjadi
pada siswa/remaja karena tidak ingin
berpisah dengan smartphone, selalu ingin
mengakses internet, dan terhubung dengan
Labbaika Fadhilah, Elli Nur Hayati & Khoiruddin Bashori, Nomophobia di Kalangan Remaja
24
media sosial (Rahayuningrum & Sary,
2019).
Penggunaan smartphone yang
berlebihan merupakan masalah sosial yang
serius di kalangan masyarakat saat ini, hal
ini seiring dengan tingginya tingkat
kepemilikan smartphone karena banyak
orang saat ini mengganggap bahwa
smartphone adalah sesuatu yang wajib
dibawa kemanapun. Selain itu aktivitas
penggunaan smartphone merupakan
kebiasaan yang dianggap lumrah bagi
banyak orang, namun tanpa disadari
penggunaan secara berlebihan akan
menyebabkan berbagai dampak bagi
pengguna smartphone (Widyastuti &
Muyana, 2018).
Pada awalnya memiliki dan
menggunakan smartphone bertujuan untuk
keselamatan tetapi pada akhirnya mulai
menimbulkan konsekuensi negatif dan
pengguna semakin merasa tergantung
pada penggunaan smartphone (Divya et al.,
2019). Saat ini smartphone tidak lagi
digunakan sebagai alat komunikasi belaka
tetapi lebih dari itu sehingga efek negatif
ketergantungan terus meningkat seperti
halnya pada kesehatan, fisik dan psikologis
manusia (Rahayuningrum & Sary, 2019).
Nomophobia adalah singkatan dari
bahasa Inggris “no mobilephone phobia”
yang diartikan menjadi ketakutan berada
jauh dengan ponsel (Rosales-Huamani et
al., 2019). Nomophobia adalah gangguan
masyarakat modern, digital dan virtual
yang mengacu pada perasaan
ketidaknyamanan, kecemasan terkait
dengan ketidakmampuan untuk
mengakses ponsel (Sezer & Atılgan, 2019).
Peneliti lain menjelaskan bahwa
nomophobia adalah ketakutan dan
kegelisahan yang dialami seseorang pada
saat berada jauh dengan ponsel atau
smartphone yang dianggap sebagai salah
satu efek negatif yang dibawa oleh
teknologi di zaman modern (Gezgin et al.,
2018). Perilaku nomophobia menunjukkan
bagaimana ketika seseorang tidak dapat
hidup tanpa smartphonenya bahkan selama
satu menit akan merasa cemas (Gupta,
2019).
Individu yang mengalami
nomophobia memiliki ciri-ciri antara lain
tidak pernah mematikan ponsel, terobsesi
untuk mengecek pesan dan panggilan tak
terjawab, membawa ponsel kemana-mana,
menggunakan ponsel di waktu yang tidak
tepat, dan melewatkan interaksi langsung
(Kanmani et al., 2017). Nomophobia
memiliki sifat multi-dimensi mulai dari
gejala sosial, fisiologis, dan fisik yang
apabila dirangkum akan menjadi sangat
tergantung pada smartphone (Bragazzi &
Del Puente, 2014);(King et al., 2013). Pada
beberapa kasus, individu merasakan efek
secara fisik seperti panik, nafas yang
pendek, gemetar, berkeringat, detak
jantung meningkat, nyeri dibagian leher
dan punggung ketika posel mati atau tidak
dapat digunakan (Kanmani et al., 2017).
Nomophobia dianggap sebagai
gangguan masyarakat digital yang secara
umum akibat adanya ketakutan patologis
untuk tetap terhubung dengan teknologi
(Bragazzi & Del Puente, 2014). Kemudian
dijelaskan kembali oleh Bragazzi & Del
Puente, (2014) terkait ciri-ciri dari
nomophobia dalam DSM-V, antara lain : (1)
menghabiskan banyak waktu dalam
penggunaan smartphone, memiliki lebih
dari satu perangkat, selalu membawa
pengisi daya tanpa kabel /powerbank, (2)
menjadi cemas ketika tidak dapat
mengakses smartphone, tidak
Jurnal Diversita, 7 (1) Juni 2021: 21-29.
25
mendapatkan sinyal, mencoba
menghindari tempat yang tidak
diperbolehkan menggunakan smartphone,
(3) selalu melihat atau mengecek terus
menerus layar posnsel apakah ada pesan
atau panggilan, (4) smartphone selalu
dinyalakan selama 24 jam, menaruh
smartphone di tempat tidur saat tidur, (5)
lebih menyukai berkomunikasi dengan
menggunakan teknologi dibandingkan
dnegan interaksi langsung, (6) pengeluaran
yang berlebih karena penggunaan
smartphone.
Yildirim & Correia, (2015b),
menyebutkan bahwa terdapat empat aspek
dari nomophobia, yaitu: (a) tidak dapat
berkomunikasi, (b) kehilangan
keterhubungan, (c) tidak dapat mengakses
informasi, (d) kehilangan kenyamanan.
Pemicu ketergantuan ini disebabkan oleh
kemajuan teknologi serta sarana
pendukung lainnya yang belakangan
semakin menjanjikan kemudahan bagi
penggunanya (Hafni, 2018).
Pada sejatinya perilaku nomophobia
akan muncul berdampingan dengan
kebutuhan mengakses internet, seperti
hasil survei oleh asosiasi penyelenggara
jasa internet tahun 2018 bahwa 93,9%
individu mengakses internet setiap harinya
menggunakan perangkat smartphone. Hal
tersebut telah dibuktikan bahwa semakin
besar tingkat kecanduan internet maka
semakin tinggi perilaku nomophobia yang
akan cenderung ditunjukan (Gezgin et al.,
2018). Meningkatnya pengguna dan
kepemilikan smartphone maka akan
berkontribusi meningkatnya jumlah
perangkat yang terkoneksi dengan internet
(Ali et al., 2017).
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Agusta, (2016), faktor-
faktor yang beresiko menyebabkan
nomophobia adalah (1) faktor internal yang
meliputi kontrol diri, sifat sensation
seeking, (2) faktor situasional seperti
perasaan nyaman saat menggunakan
smartphone, (3) faktor eksternal seperti
pembelian smartphone dan (4) faktor sosial
seperti kebutuhan berinteraksi. Empat
faktor dari penggunaan smartphone /
mobile phone juga memiliki hubungan
signifikan dengan nomophobia, faktor-
faktor tersebut antara lain ketakutan tidak
mampu berkomunikasi, takut kehilangan
koneksi, takut sendirian dan takut
kehilangan kenyamanan (Ali et al., 2017).
Hasil penelitian oleh Ozdemir et al.,(2018)
terkait nomophobia menunjukkan bahwa
ketika tingkat nomophobia siswa
meningkat maka kesepian dan harga diri
siswa cenderung meningkat sedangkan
harga diri siswa cenderung menurun.
Selain itu, nomphobia telah terbukti
menyebabkan stress karena adanya
tuntutan atau ancaman sosial apabila
kekurangan kontrol diri (Olivencia-Carrión
et al., 2018).
Perilaku nomophobia dapat
memperkuat kecenderungan kecemasan
sosial dan ketergantungan pada
penggunaan komunikasi virtual dan digital
sebagai metode untuk mengurangi stres
yang dihasilkan dari kecemasan sosial dan
fobia sosial (Lukito, 2017). Selain itu,
nomophobia juga sebagai akibat dari rasa
takut akan kesepian sehingga menjadikan
seseorang menggunakan smarphone secara
berlebihan untuk berkomunikasi dan
mendapatkan informasi (Rahayuningrum
& Sary, 2019).
Pada individu yang terindikasi
nomophobia, biasanya proses berpikirnya
cenderung terganggu karena disebabkan
Labbaika Fadhilah, Elli Nur Hayati & Khoiruddin Bashori, Nomophobia di Kalangan Remaja
26
oleh obsesi dari khayalan, fantasi dan
tingkat difensif yang terlalu tinggi, yang
mana hal tersebut diperoleh dari
konektivitas yang terlalu intens (Tjasmadi,
2019). Menurut Wilantika, (2015) bahwa
penggunaan smartphone yang tidak
terkontrol pada remaja akan menyebabkan
komunikasi kurang baik, individualitas /
menyendiri, akan sulit untuk
berkonsentrasi terhadap materi yang
sedang disampaikan jika membawa
smartphone ke sekolah, kemudahan
mengakses situs-situs pornografi yang
tentunya akan membahayakan untuk
perkembangan pada remaja. Nomophobia
akan menderita fenomena yang di sebut
vibration phatom syndrome karena sulit
untuk berkonsentrasi tanpa memeriksa
smartphone (Anshari et al., 2019).
Menurut Aziz & Nurainiah, (2018)
bahwa interaksi yang dianggap ideal adalah
interkasi yang dilakukan secara tatap muka
langsung karena lebih memungkinkan
adanya suatu proses yang bersifat dinamis,
timbal balik secara langsung, dan
mempercepat proses saling mempengaruhi
antara pihak-pihak yang berinterkasi
didalamnya. Kehadiran smartphone
menjadikan penggunanya jarang untuk
berinteraksi dengan orang-orang
disekitarnya yang menjadikan seperti anti-
sosial (Muflih et al., 2017). Pada remaja,
interaksi sosial bertujuan untuk mencari
solusi dari permasalahan yang dialami dan
sebagai respon terhadap diri remaja itu
sendiri (Ahmadi, 2009). Dampak
nomophobia yang terjadi pada remaja juga
akan menyebabkan orangtua kehilangan
anaknya karena remaja akan merasa
gelisah apabila berpisah dengan
smartphone namun akan merasa biasa saja
saat ditinggal pergi orangtuanya (Muflih et
al., 2017). Kehadiran smartphone
menjadikan perubahan perilaku remaja,
dimana ketika mereka sedang berkumpul
bersama, tidak jarang mereka akan lebih
fokus dan senang bermain dengan
smartphonenya dibandingkan dengan
orang lain yang ada didekatnya
(Rahmandani et al., 2018). Remaja juga
akan memiliki kecenderungan kurang
disiplin, kegiatan religiusitas terganggu,
lebih apatis, pola pikir yang irrasional,
mencari mudahnya saja dan kurang
memiliki simpati atau tingkat kepedulian
rendah (Rahmandani et al., 2018).
Kurangnya pemahaman tentang
penggunaan smartphone yang ideal pada
remaja, menjadikan saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung tidak jarang para
siswa mengoperasikan smartphonenya dan
tidak fokus terhadap pelajaran yang sedang
berlangsung, yang mana sampai saat ini
menjadi kendala dan keluhan bagi para
guru terhadap penggunaan smartphone
(Rahmandani et al., 2018). Apabila seorang
guru harus menggunakan smartphone
untuk praktik pembelajaran maka harus
memberikan batasan waktu dan
mengontrol penggunaannya sehingga
mampu meminimalkan potensi resiko
negatif dalam penggunaan ponsel terhadap
pembelajaran (Gezgin & Çakır, 2016)
Sekolah yang memperbolehkan siswanya
membawa smartphone tentu akan
mempengaruhi rendahnya prestasi belajar
siswa di sekolah dibandingkan dengan
siswa yang tidak membawa smartphone ke
sekolah (Asmurti et al., 2017). Alasan
remaja cukup intens menggunakan
smartphone karena memiliki pandangan
diri yang buruk, kecenderungan mencari
kepastian sehingga smartphone menjadi
solusi tercepat dari masalah tersebut dan
Jurnal Diversita, 7 (1) Juni 2021: 21-29.
27
tidak heran jika pengunaan smartphone
pada remaja itu berlebihan (Mayangsari &
Ariana, 2015).
SIMPULAN
Berdasakan kajian yang telah
dipaparkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa kemajuan teknologi saat ini
khususnya pada smartphone, selain
membawa manfaat bagi kehidupan namun
memberikan dampak yang kurang baik
pada remaja seperti halnya nomophobia.
Remaja mampu memahami teknologi baru
secara cepat, namun remaja cenderung
kurang memiliki kontrol yang baik atas
perilakunya sehingga menjadikan remaja
lebih rentan mengalami nomophobia. Hal
tersebut memiliki dampak yang kurang
baik untuk masa perkembangan remaja
seperti kurangnya komunikasi secara
langsung, lebih apatis dengan kondisi
disekitar, individualitas atau merasa tidak
membutuhkan orang lain secara nyata.
Nomophobia juga akan merugikan
remaja pada masa sekolahnya seperti
kurangnya fokus terhadap materi,
menurunnya prestasi akademik dan
cenderung membuat individu kurang aktif
dikelas. Apabila dalam pembelajaran
disekolah harus menggunakan smartphone
sebagai fasilitas penunjang pembelajaran,
maka guru harus mampu mengawasi dan
mengontrol penggunaan smartphone
dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas
dan memastikan bahwa siswa
menggunakan smartphone hanya untuk
kepentingan pembelajaran saja.
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, D. (2016). Faktor-Faktor Resiko Kecanduan
Menggunakan Smartphone Pada Siswa di
SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta. E-Journal
Bimbingan dan Konseling, 5(3), 86–96.
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.p
hp/fipbk/article/view/1021
Ahmadi, H. A. (2009). Psikologi Sosial. Rineka
Cipta.
Ali, A., Muda, M., Ridzuan, A. R., Nuji, M. N. N.,
Izzamuddin, M. H. M., & Latiff, D. I. A.
(2017). The Relationship between Phone
Usage Factors and Nomophobia. Aerican
Scientific Publishers, 23(8), 7610–7613.
https://doi.org/10.1166/asl.2017.9534
Anshari, M., Alas, Y., & Sulaiman, E. (2019).
Smartphone Addictions and Nomophobia
Among Youth. Vulnerable Children and
Youth Studies, 14(3), 242–247.
https://doi.org/10.1080/17450128.2019.161470
9
Argumosa-Villar, L., Boada-Grau, J., & Vigil-Colet,
A. (2017). Exploratory Investigation of
Theoretical Predictors of Nomophobia using
the Mobile Phone Involvement
Questionnaire (MPIQ). Journal of
Adolescence, 56, 127–135.
https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2017.02
.003
Arpaci, I., Baloolu, M., Kozan, H. I. Ö., & Kesici, S.
(2017). Individual Differences in the
Relationship Between Attachment and
Nomophobia Among College Students: The
mediating Role of Mindfulness. Journal of
Medical Internet Research, 19(12), 1–12.
https://doi.org/10.2196/jmir.8847
Asih, A. T., & Fauziah, N. (2017). Hubungan Antara
Kontrol Diri Dengan Kecemasan Jauh dari
Smartphone (Nomophobia) Pada
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Diponegoro Semarang. Jurnal Empati, 6(2),
15–20.
Asmurti, Unde, A. A., & Rahamma, T. (2017).
Dampak Penggunaan Smartphone di
Lingkungan Sekolah Terhadap Prestasi
Belajar Siswa. Jurnal Komunikasi KAREBA,
6(2), 225–234.
Aziz, A. (2019). No Mobile Phone Phobia
dikalangan Mahasiswa Pascasarjana.
KONSELI: Jurnal Bimbingan dan Konseling
(E-Journal), 6(1), 1–10.
https://doi.org/10.24042/kons.v6i1.3864
Aziz, M., & Nurainiah. (2018). Pengaruh
Penggunaan Handphone Terhadap Interaksi
Sosial Remaja di Desa Dayah Meunara
Kecamatan Kutamakmur Kabupaten Aceh
Utara. Jurnal Al-Ijtimaiyyah, 4(2), 19–39.
Bian, M., & Leung, L. (2015). Linking Loneliness,
Shyness, Smartphone Addiction Symptoms,
and Patterns of Smartphone Use to Social
Labbaika Fadhilah, Elli Nur Hayati & Khoiruddin Bashori, Nomophobia di Kalangan Remaja
28
Capital. Social Science Computer Review,
33(1), 61–79.
https://doi.org/10.1177/0894439314528779
Bragazzi, N. L., & Del Puente, G. (2014). A Proposal
for Including Nomophobia in the New DSM-
V. Psychology Research and Behavior
Management, 7, 155–160.
https://doi.org/10.2147/PRBM.S41386
Dasiroh, U., Miswatun, S., Ilahi, Y. F., & Nurjannah.
(2017). Fenomena Nomophobia di Kalangan
Mahasiswa (Studi Deskriptif Kualitatif
Mahasiswa Universitas Riau). Medium:
Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Riau, 6(1), 1–10.
https://doi.org/https://doi.org/10.25299/me
dium.2017.vol6(1).1080
Davie, N., & Hilber, T. (2017). Nomophobia: is
Smartphone Addiction a Genuine Risk for
Mobile Learning? ERIC: Institute of
Education Science, 100–104.
Divya, R., Ashok, V., & Rajajeyakumar, M. (2019).
Nomophobia : The Invisible Addiction.
Psychology and Behavior Science, 10(4), 1–2.
https://doi.org/10.19080/PBSIJ.2019.10.55579
9
Dongre, A. S., Inamdar, I. F., & Gattani, P. L. (2017).
Nomophobia: A Study to Evaluate Mobile
Phone Dependence and Impact of Cell
Phone on Health. National Journal of
Community Medicine│Volume, 8(11), 688–
693.
Gezgin, D. M., & Çakır, Ö. (2016). Analysis of
Nomofobic Behaviors of Adolescents
Regarding Various Factors. Journal of
Human Sciences, 13(2), 2504.
https://doi.org/10.14687/jhs.v13i2.3797
Gezgin, D. M., Hamutoglu, N. B., Sezen-Gultekin,
G., & Ayas, T. (2018). The Relationship
between Nomophobia and Loneliness
among Turkish Adolescents. International
Journal of Research in Education and Science
(IJRES), 4(2), 358–374.
https://doi.org/10.21890/ijres.409265
Gupta, R. (2019). Nomophobia : A Smartphone
Addiction. The International Journal of
Indian Psychology, 7(1), 969–979.
https://doi.org/10.25215/0701.110
Güzel, Ş. (2018). Fear of the Age: Nomophobia (No-
Mobile-Phone). Journal of Academic
Perspective on Social Studies, 1, 20–24.
https://doi.org/10.35344/japss.519609
Hafni, N. D. (2018). Nomophobhia, Penyakit
Masyarakat Modern. Jurnal al-Hikmah, 6(2),
41–50.
Kanmani, A., U, B., & S, M. R. (2017). Nomophobia
– An Insight into Its psychological aspects in
india. The International Journal of Indian
Psychology, 4(2), 2349–3429.
http://www.ijip.in
Kim, H. (2013). Exercise Rehabilitation for
Smartphone Addiction. Journal of Exercise
Rehabilitation, 9(6), 500–505.
https://doi.org/10.12965/jer.130080
King, A. L. S., Valença, A. M., Silva, A. C. O.,
Baczynski, T., Carvalho, M. R., & Nardi, A. E.
(2013). Nomophobia: Dependency on Virtual
Environments or Social Phobia? Computers
in Human Behavior, 29(1), 140–144.
https://doi.org/10.1016/j.chb.2012.07.025
Lukito, A. (2017). Nomophobia. Ibnu Sina, 25(2),
58–61.
Mayangsari, A., & Ariana, A. (2015). Hubungan
antara Self-Esteem dengan Kecenderungan
Nomophobia pada Remaja. Jurnal Psikologi
Klinis dan Kesehatan Mental, 04(3), 157–163.
Muflih, M., Hamzah, H., & Puniawan, W. A. (2017).
Penggunaan Smartphone dan Interaksi
Sosial Pada Remaja di Sma Negeri I Kalasan
Sleman Yogyakarta. Idea Nursing Journal,
8(1), 12–18.
Muralidhar, M., B, S. P., V, S. T., Gopi, A., &
Fernandes, S. D. A. (2017). Nomophobia and
Determinants Among the Students of a
Medical College in Kerala. International
Journal of Medical Science and Public Health,
6(6), 1046–1059.
https://doi.org/10.5455/ijmsph.2017.0203115
022017
Muyana, S., & Widyastuti, D. A. (2018). The
Influence of Permissive Parenting Towards
Nomophobia in Elementary School
Students. Proceeding of International
Conference on Child-Friendly Education
(ICCE), 538–542.
Olivencia-Carrión, M. A., Ferri-García, R., Rueda,
M. del M., Jiménez-Torres, M. G., & López-
Torrecillas, F. (2018). Temperament and
Characteristics Related to Nomophobia.
Psychiatry Research, 266, 5–10.
https://doi.org/10.1016/j.psychres.2018.04.05
6
Ozdemir, B., Cakir, O., & Hussain, I. (2018).
Prevalence of Nomophobia among
University Students: A Comparative Study of
Pakistani and Turkish Undergraduate
Students. Eurasia Journal of Mathematics,
Science and Technology Education, 14(4),
1519–1532.
https://doi.org/10.29333/ejmste/84839
Rahayuningrum, D. C., & Sary, A. N. (2019). Studi
Tingkat Kecemasan Remaja Terhadap No-
Mobile Phone (Nomophobia). Jurnal
Jurnal Diversita, 7 (1) Juni 2021: 21-29.
29
Keperawatan BSI, 7(1), 49–55.
http://jurnal.ensiklopediaku.org
Rahmandani, F., Tinus, A., & Ibrahim, M. M. (2018).
Analisis Dampak Penggunaan Gadget
(Smartphone) Terhadap Kepribadian Dan
Karakter (Kekar) Peserta Didik Di Sma
Negeri 9 Malang. Jurnal Civic Hukum, 3(1),
18. https://doi.org/10.22219/jch.v3i1.7726
Ramaita, Armaita, & Vandelis, P. (2019). Hubungan
Ketergantungan Smartphone dengan
Kecemasan (Nomophobia). Jurnal
Kesehatan, 10(2), 89–93.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.35730/j
k.v10i2.xxx
Rosales-Huamani, J. A., Guzman-Lopez, R. R.,
Aroni-Vilca, E. E., Matos-Avalos, C. R., &
Castillo-Sequera, J. L. (2019). Determining
Symptomatic Factors of Nomophobia in
Peruvian Students from The National
University of Engineering. Applied Sciences,
9(9), 1–17.
https://doi.org/10.3390/app9091814
Sezer, B., & Atılgan, S. B. Ç. (2019). The Dark Side
of Smartphone Usage (Nomophobia): Do
We Need To Worry About it? Tıp Eğitimi
Dünyası, 17(54), 30–43.
https://doi.org/10.25282/ted.513988
Soliha, S. F. (2015). Tingkat Ketergantungan
Pengguna Media Sosial dan Kecemasan
Sosial. INTERAKSI: Jurnal Ilmu Komunikasi,
4(1), 1–10.
https://doi.org/10.14710/interaksi.4.1.1-10
Tjasmadi, M. P. (2019). Pendekatan Agama
Membaharui Kondisi Psikologis Siswa
Terindikasi Nomophobia. Proceedings of the
ICECRS, 2(1), 159.
https://doi.org/10.21070/picecrs.v2i1.2406
Widyastuti, D. A., & Muyana, S. (2018). Potret
Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) di
Kalangan Remaja. Jurnal Fokus Konseling,
4(1), 62–71.
https://doi.org/10.26638/jfk.513.2099
Wilantika, C. F. (2015). Pengaruh Penggunaan
Smartphone Terhadap Kesehatan Dan
Perilaku Remaja. Jurnal Obstretika Scientia,
3(2).
Yasan, N., & Yildirim, S. (2018). Nomophobia
among Undergraduate Students: The Case of
a Turkish State University. International
Journal on New Trends in Education and
Their Implications, 9(4), 11–20.
Yildirim, C., & Correia, A.-P. (2015a).
Understanding Nomophobia: A Modern Age
Phobia Among College Students. Springer
International Publishing Switzerland, 9192,
724–734. https://doi.org/10.1007/978-3-319-
20609-7_68
Yildirim, C., & Correia, A. P. (2015b). Exploring the
Dimensions of Nomophobia: Development
and Validation of a Self-Reported
Questionnaire. Computers in Human
Behavior, 49, 130–137.
https://doi.org/10.1016/j.chb.2015.02.059