Available via license: CC BY 4.0
Content may be subject to copyright.
10
JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, 13 (1) (2021): 10-19
DOI: https://doi.org/10.24114/jupiis.v13i1.18639
JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial
Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jupiis
Warung Kopi sebagai Ruang Publik dari Masa Ke Masa Di
Kota Medan
Coffee Shop from Time to Time as a Public Sphere in Medan
Lukitaningsih* & Devi Juliani
Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, Indonesia
Diterima: 22 Juni 2020; Direview: 22 Juni 2020; Disetujui: 10 Februari 2021
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang munculnya warung-warung kopi modern di kota Medan,
perkembangan warung-warung kopi modern di kota Medan, dan kontribusi warung kopi modern sebagai ruang
publik terhadap masyarakat kota Medan. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Kualitatif. Dimana
penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan yaitu
penelitian lapangan (field research) dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung pada 6 warung
kopi modern dan 1 warung kopi tradisional yang ada di kota Medan, wawancara terhadap 38 informan dan studi
literatur. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa munculnya warung-warung kopi modern di kota Medan tidak
terlepas dari pengaruh hadirnya gerai kopi Starbucks, pengaruh kopi sachet, gaya hidup masyarakat perkotaan dan
semakin terkenalnya kopi hasil produksi lokal seperti kopi Aceh dan kopi khas Sumatera Utara. Perkembangan
jumlah warung kopi modern di kota Medan sejak tahun 2013 setiap tahunnya menunjukkan peningkatan yang
signifikan. Hingga tahun 2019 tercatat sedikitnya terdapat 282 warung kopi modern di kota Medan. Dewasa ini,
warung kopi modern berkontribusi sebagai tempat bagi pengunjung untuk melakukan beberapa aktivitas, seperti
tempat ngopi, tempat ngerjakan tugas, tempat rapat, tempat nongkrong, tempat acara perayaan, atau tempat untuk
sekedar bertemu teman.
Kata Kunci: Warung Kopi, Ruang Publik, Starbucks.
Abstract
This study aims to determine the background of the emergence of modern coffee shops in the city of Medan, the
development of modern coffee shops in the city of Medan, and the contribution of modern coffee shops as a public space
for the people of Medan. This research uses the Heuristic method with a qualitative approach. The type of research used
is field research with data collection techniques through direct observation of 7 modern coffee shops and 1 traditional
coffee shop in the city of Medan, interviews with 38 informants and literature studies. The results of the study showed
that the emergence of modern coffee shops in Medan could not be separated from the influence of the presence of
Starbucks coffee outlets, the influence of sachet coffee, urban lifestyle and the growing popularity of locally produced
coffee such as Aceh coffee and North Sumatra specialty coffee. The development of the number of modern coffee shops
in the city of Medan since 2013 every year shows a significant increase. Until 2019 there were at least 282 modern coffee
shops in the city of Medan. Nowadays, modern coffee shops contribute as a place for visitors to do some activities, such
as a coffee shop, a place to work on assignments, a meeting place, a place to hang out, a place for celebrations, or a place
to simply meet friends.
Keywords: Coffee Shops, Public Sphere, Starbucks.
How to Cite: Lukitanigsih. & Juliani, D. (2021) Warung Kopi sebagai Ruang Publik dari Masa Ke Masa Di
Kota Medan. JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, 13 (1): 10-19.
*Corresponding author:
E-mail: lukitaningsih12@gmail.com
ISSN 2549-1660 (Print)
ISSN 2550-1305 (Online)
JUPIIS: JURNAL PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL, 13 (1) (2021): 10-19
11
PENDAHULUAN
Penikmat kopi dari waktu ke waktu
tidak dapat dipungkiri terus bertambah
seiring dengan perubahan zaman yang
semakin maju. Perkembangan usaha
warung kopi dan perubahan gaya hidup
menyebabkan masyarakat membutuhkan
sebuah ruang dengan nuansa baru. Ruang
di mana semua kalangan dapat tergabung
didalamnya namun tetap ada kopi yang
menjadi pemersatunya. Penikmat kopi dari
zaman ke zaman pun mulai mengalami
perubahan. Pada masa dahulu dapat dilihat
bahwa penikmat kopi di warung-warung
kopi tradisional terbatas hanya bapak-
bapak dan kakek-kakek, yang lebih identik
dengan kaum lelaki saja. Namun berbeda
jauh dengan yang terjadi pada masa kini.
Penikmat kopi tidak hanya dari kalangan
lelaki, tetapi juga sudah merambah kepada
kalangan wanita baik remaja, orang dewasa
maupun orang tua.
Hal ini dapat dilihat dari maraknya
fenomena kemunculan warung-warung
kopi modern, atau yang akrab di telinga kita
yang biasa disebut kafe. Kini orang pergi ke
warung kopi tidak hanya untuk sekedar
mencicipi kopi khas warung kopi itu saja,
melainkan untuk nongkrong, kumpul
dengan keluarga dan bersantai dengan
kelompoknya. Tak jarang kini di Medan
banyak terdapat warung kopi dengan
konsep yang berbeda dari warung kopi
biasanya, mulai bermunculan layaknya
jamur dimusim hujan. Konsep yang lebih
modern dilengkapi dengan nuansa anak
muda masa kini merupakan ciri khas dari
warung-warung kopi tersebut. Perubahan
warung kopi dari tradisional hingga
menjadi warung kopi modern seperti yang
ada saat ini terjadi bukan tanpa alasan.
Demi kepuasan konsumen yang datang,
perkembangan zaman dan pastinya untuk
mendapatkan keuntungan atau margin atas
usaha yang dijalankan menjadi beberapa
alasan terjadinya perubahan tersebut.
Maraknya kemunculan warung kopi
modern saat ini tidak terlepas dari
pengaruh gaya hidup kota besar yang
menyuguhkan banyak kesenangan bagi
para pencari hiburan dan menjadi tempat
“nongkrong” favorit bagi kalangan anak
muda di area kampus, pusat perbelanjaan
dan perkantoran di Medan. Hadirnya
inovasi baru dalam pembuatan dan
pengemasan kopi menjadi salah satu alasan
semakin banyaknya pecandu kopi di dunia
ini (Majalah Swasembada, 1995. “Galeria di
Yogyakarta”, Edisi No. 1).
Lahirnya warung kopi modern
dipelopori oleh adanya warung kopi
Starbucks sebagai salah satu fenomena di
dalam industri kopi. Starbucks membuka
gerai pertamanya di Seattle Amerika
Serikat pada 1971. Dan sejak itu Starbucks
terus berkembang dan melebarkan diri
hingga ke 8.000 gerai di seluruh dunia
(Hati, 2017).
Hadirnya gerai kopi Starbucks
pertama kali di wilayah Sumatera pada
tahun 2004 tepatnya di pusat perbelanjaan
Sun Plaza Kota Medan semakin menambah
daftar warung kopi modern di kota Medan.
Konsumen yang mendatangi Starbucks
tidak hanya semata-mata ingin minum kopi
saja, melainkan karena ada sentuhan emosi
yang dihadirkan gerainya. Entah itu
perasaan bangga, gengsi, atau kehangatan.
Fenomena hadirnya tren baru dalam
minum kopi dewasa ini sebenarnya tidak
jauh berbeda dengan minum kopi di
warung kopi tradisional. Sebab sudah lama
masyarakat Indonesia suka minum kopi,
begadang, dan membahas banyak hal di
warung kopi. Kompas Cyber Media (2005)
menyatakan bahwa yang berubah sesuai
zaman adalah lokasi ngopi, desain tempat,
fasilitas, konsumen, dan kemasan kopi yang
diciptakan “wah” serta lebih menarik.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
melihat latar belakang munculnya warung-
warung kopi modern di kota Medan,
perkembangan warung-warung kopi
modern di kota Medan, dan kontribusi
menjamurnya warung kopi modern di kota
Medan terhadap pengunjung.
Penelitian ini menggunakan Teori
Ruang Publik yang di kemukakan oleh
Lukitaningsih & Devi Juliani, Warung Kopi sebagai Ruang Publik dari Masa Ke Masa Di Kota Medan
12
Jurgen Habermas. Menurut teori ini, ruang
publik adalah sebuah ruang atau tempat
yang dapat diakses oleh masyarakat luas
secara bebas. Dimana tujuan daripada
ruang publik adalah menyatukan orang-
orang dalam berbagai kepentingan pada
suatu tempat yang dapat diakses semua
orang baik dari ekonomi menengah
kebawah, maupun mereka yang berasal
dari ekonomi menengah keatas. Sehingga
dalam ruang publik ini tidak ditemukan
adanya tingkatan kelas, karena ketika
sudah tergabung dalam ruang publik, maka
semua orang memiliki kedudukan yang
sama.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Metode deskriptif
merupakan suatu metode dalam meneliti
status sekelompok manusia, suatu objek,
suatu kondisi, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang (Nazir, 1998). Jenis penelitian
yang digunakan yaitu penelitian lapangan
(field research) dengan teknik
pengumpulan data melalui observasi,
wawancara, dan studi pustaka.
Pada penelitian ini jumlah informan
sebanyak 38 orang yang terdiri atas
pengunjung, pemilik, supervisor, karyawan
dan manager warung kopi. Teknik untuk
pengambilan informan dilakukan dengan
teknik random sampling menggunakan
snow ball.
Warung kopi modern yang dijadikan
sebagai objek observasi yaitu Pos Kupi,
Kopi Toast Cafe, Jumpa Kawan Cafe, Me &
Coffee Works, Starbucks dan The Coffee
Crowd. Selain keenam warung kopi modern
tersebut, terdapat juga satu warung kopi
tradisional yakni Kedai Kopi Apek.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Latar Belakang Hadirnya Warung Kopi
Warung kopi adalah sebuah kios yang
menyediakan menu berupa minuman kopi
sebagai menu utama dan makanan ringan
sebagai menu pendamping yang sering
dikunjungi oleh masyarakat dengan
berbagai latar belakang sosial budaya yang
berbeda untuk sekedar berkumpul,
berdiskusi, ngobrol santai, menghilangkan
penat, wawancara, dan minum bersama
untuk mendapatkan suatu informasi yang
bermanfaat.
Hadirnya warung kopi ditengah-
tengah masyarakat tidak terlepas dari
budaya minum kopi. Sebab, salah satu
faktor berkembangnya warung kopi selaras
dengan perkembangan budaya minum kopi
itu sendiri di kalangan masyarakat
khususnya di wilayah Sumatera Utara.
Di Indonesia, budaya minum kopi
sudah menjadi kebiasaan masyarakat sejak
zaman dahulu kala. Sebab, Indonesia
menjadi salah satu negara penghasil biji
kopi terbaik di dunia. Beberapa daerah
yang terkenal dengan produksi biji kopinya
yaitu Aceh, Lampung, Sumatera Utara,
Jawa, Ternate, Sulawesi dan Flores. Bahkan,
biji-biji kopi terbaik yang berasal dari
daerah tersebut banyak diekspor ke luar
negeri.
Budaya minum kopi berkembang
sejak pertama kali Sistem Tanam Paksa
diberlakukan oleh Pemerintah Belanda,
mulanya minum kopi merupakan
kebiasaan yang dilakukan oleh pemerintah
Belanda, namun seiring perkembangannya
masyarakat Indonesia pun mulai gemar
minum kopi. Baik dengan menyeduhnya
sendiri dirumah ataupun dengan
mendatangi warung-warung kopi.
Budaya minum kopi pada zaman
dahulu dengan budaya minum kopi pada
masa sekarang telah mengalami banyak
perubahan. Pada awalnya minum kopi
biasanya hanya dilakukan oleh orang
dewasa hingga usia lanjut dan biasanya
didominasi oleh kaum pria akan tetapi
dengan perkembangan zaman, saat ini kopi
tidak lagi dikonsumsi oleh orang-orang
dewasa. Kini hampir semua usia menjadi
penikmat kopi, mulai dari remaja hingga
orang dewasa bahkan manula. Bagi mereka,
kopi adalah konsumsi harian dan
JUPIIS: JURNAL PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL, 13 (1) (2021): 10-19
13
merupakan bagian makanan dan minuman
sehari-hari.
Warung kopi tradisional adalah
warung kopi yang masih utuh berjalan dari
tahun 90-an hingga sekarang. Namun
dekorasi tempatnya masih seperti biasa
bahkan tidak mewah sama sekali
dibandingan dengan warung kopi modern
seperti sekarang (Fikri, 2018). Biasanya
warung kopi ini banyak ditemukan di
daerah perkampungan atau pedesaan.
Namun bukan berarti di daerah perkotaan
tidak ditemukan. Di daerah perkotaan
warung kopi tradisional juga ada, namun
jumlahnya tidak sebanyak warung kopi
yang sudah mendapat pengaruh
modernisasi. Dan biasanya untuk di daerah
perkotaan, letak warung kopi tradisional
berada di pinggiran kota. Warung kopi
tradisional ini pun tidak terlalu eksis
dibandingkan dengan warung kopi modern
yang banyak menjamur saat ini (Melni,
Hasibuan, & Suharyanto, 2019).
Berbicara mengenai sejarah warung
kopi tradisional di kota Medan, maka tidak
terlepas dari beberapa kedai kopi
legendaris yang ada di kota Medan yakni
kedai kopi Apek, Kopi Tiam Ong, Kedai Kopi
Kurnia, dan Kedai Kopi Baba. Keempat
warung kopi tradisional ini memiliki daya
tarik dan ciri khas tersendiri di hati
masyarakat, sehingga masih tetap memiliki
banyak pengunjung sampai saat ini.
Gambar 1. Suasana Warung Kopi Tradisional
Gambar 2. Suasana Warung Kopi Modern
Warung kopi modern di kota Medan
mulai muncul sejak tahun 2000-an dan
terus berkembang hingga saat ini.
Sedikitnya terdapat 4 faktor yang
melatarbelakangi hadirnya warung kopi
modern di kota Medan, yaitu: Pengaruh
Kopi Instan. Kopi instan mulai muncul
sejak akhir abad ke-19 yang ditandai
dengan munculnya berbagai produk kopi
kemasan dalam bentuk sachet ataupun
dalam bentuk kaleng. Sidewalk (2019)
mengatakan bahwa kopi instan pada awal-
awal kemunculannya memiliki image
dimana warnanya hitam dan bercita rasa
strong serta bitter. Salah satu merk kopi
instan yang terkenal pada awal-awal
munculnya trend ini yaitu seperti Nescafe
dan Kopi Kapal Api. Kepraktisan dalam
penyajiannya, menjadikan kopi instan
sebagai jembatan pertama untuk orang-
orang yang awalnya tidak menyukai kopi
mulai mau mencoba minum kopi. Namun
lambat laun masyarakat mulai menyadari
akan kualitas kopi instan.
Hadirnya Gerai Kopi Starbucks.
Starbucks Corporation adalah sebuah
perusahaan kopi dan jaringan kedai kopi
global asal Amerika Serikat yang didirikan
pada tahun 1971 dan berkantor pusat di
Seattle, Washington. Pada awalnya,
Starbucks didirikan oleh tiga rekanan yaitu
Jerry Baldwin seorang guru bahasa Inggris,
Zev Siegl seorang guru sejarah dan Gordon
Bowker seorang penulis. Saat ini Starbucks
adalah perusahaan kedai kopi terbesar di
dunia. Inovasi-inovasi terus dilakukan oleh
Starbucks untuk memenuhi kepuasan para
pelanggannya.
Ngomongin kopi memang tidak
terlepas dari hadirnya gerai kopi Starbucks,
sebuah brand internasional dari Seattle,
Amerika Serikat yang dapat dikatakan
hingga saat ini menjadi salah satu
Lukitaningsih & Devi Juliani, Warung Kopi sebagai Ruang Publik dari Masa Ke Masa Di Kota Medan
14
perusahaan chain coffee shop terbesar di
dunia. Suka atau tidak suka, dianggap enak
atau tidak, faktanya Starbucks Coffee telah
memberi pengaruh besar pada dunia kopi
Indonesia khususnya kota Medan dan tetap
memiliki penggemar dari berbagai
kalangan hingga saat ini. Tentu saja dengan
hadirnya Starbucks telah mengubah image
kopi menjadi simbol gaya hidup di dunia
modern.
Apabila dibandingkan antara warung
kopi tradisional dengan gerai kopi
starbucks yang merupakan gerai kopi
modern, maka akan ditemukan banyak
sekali perbedannya. Perbedaan inilah yang
pada akhirnya menjadi daya tarik pada
masyarakat sehingga merasa nyaman dan
senang berlama-lama di warung kopi
modern, salah satunya starbucks. Warung
kopi tradisional tidak menyediakan fasilitas
yang ada di warung kopi modern. Menu
pendamping di warung kopi tradisional
tidak bermacam-macam dan cara penyajian
kopi yang sangat berbeda (Harahap, and
Absah, 2020; Harahap and Absah, 2019).
Nikmatnya Kopi Aceh dan Kopi Khas
Sumatera Utara
Kopi lokal Indonesia tak kalah
kualitasnya dengan kopi dari negara lain.
Bahkan, sudah diakui posisinya sebagai
salah satu penghasil kopi terbaik dan
terenak di dunia. Hal tersebut tidak
terlepas dari peranan tiap daerah yang
menjadi sentra perkebunan kopi. Salah
satunya yaitu Aceh dan Sumatera Utara.
Kedua provinsi ini bahkan memiliki kopi
yang sudah mendunia karena cita rasanya.
Untuk kopi Aceh sendiri yang terkenal
yaitu kopi Gayo yang berasal dari dataran
tinggi Gayo. Sedangkan dari Sumatera
Utara sedikitnya ada 4 kopi yang sangat
diminati, yakni kopi Lintong yang berasal
dari Tapanuli Utara, kopi Mandailing yang
berasal dari Mandailing, kopi Sidikalang
dan kopi Sipirok. Ternyata dengan
mendunianya kopi-kopi yang telah
disebutkan di atas memberikan pengaruh
terhadap hadir dan berkembangnya
warung-warung kopi modern dewasa ini.
Rasa penasaran masyarakat terhadap jenis-
jenis kopi tersebut kerap kali
menjadikannya selalu dicari dan diincar
para pecinta dan juga penikmat kopi. Tidak
terkecuali para generasi millenial saat ini.
Tabel 1. Daerah-daerah Penghasil Kopi di Wilayah Sumatera Utara
No
Kabupaten
Kecamatan
Jenis Kopi
1
Tapanuli Utara
Pangaribuan
A
Siborongborong
A
Pahae
A
Adiankoting
A
2
Toba Samosir
Balige
A
Laguboti
A
Silaen
A
Lumban Julu
A
3
Samosir
Simanindo
A
Pangururan
A
Ronggur ni Huta
A
4
Humbang Hasundutan
Lintong ni Huta
A
Dolok Sanggul
A
Saribu Dolok
A
Tiga lingga
A
5
Simalungun
Simalungun
A
Dolok Pardamean
A
Dolok Pangribuan
A
Paneitonga
A
Pintu Angin
A
Girsang Sipangan
Bolon
A / R
6
Dairi
Sidikalang
A / R
JUPIIS: JURNAL PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL, 13 (1) (2021): 10-19
15
Sumbul
A / R
Buntu Raja
A / R
Parbuluan
A / R
Sitinjo
A / R
7
Karo
Tiga Binangah
A / R
Merek
A / R
8
Mandailing Natal
Penyabungan
A
Muara Sipangi
A
Pakantari
A
9
Tapanuli Selatan
Sipangimbar
A
Mardugu
A
10
Pakpak Bharat
Kerajaan
A
(Sumber: Panggabean, 2019)
Keterangan: A = Arabika R = Robusta
Berdasarkan data tabel 1, diketahui
bahwa terdapat 34 kecamatan yang
menjadi sentra penghasil kopi di Sumatera
Utara. 34 kecamatan tersebut berasal dari
10 kabupaten. 75% dari seluruh sentra
penghasil kopi di Sumatera Utara
membudidayakan jenis kopi Arabika.
Sedangkan sisanya membudidayakan jenis
kopi Arabika dan Robusta.
Dengan semakin terkenal dan
mendunianya kopi hasil produksi Aceh dan
Sumatera Utara ini, penulis melihatnya
sebagai salah satu faktor berkembangnya
warung-warung kopi modern yang ada di
kota Medan. Banyak pengusaha yang
kemudian menjadikan kesempatan ini
menjadi sebuah peluang usaha. Dimana
masyarakat sudah begitu mengenal jenis
kopi tersebut dan bahkan tak jarang yang
menjadikan kopi sebagai candu. Lalu
hadirlah para pengusaha kopi yang
memberikan kemudahan kepada para
pecinta dan penikmat kopi untuk lebih
mudah dalam menikmati secangkir kopi
yang diinginkan dengan cara membuka
warung, gerai ataupun kedai kopi dengan
konsep yang unik dan pastinya dibubuhi
dengan nuansa modern.
Gaya Hidup Masyarakat Kota
Hadirnya gaya hidup modern pada
masyarakat perkotaan telah melahirkan
kebiasaan-kebiasaan baru dalam
kehidupan sehari-hari, salah satu
contohnya yaitu budaya nongkrong.
Ketertarikan kaum muda terhadap
fenomena budaya nongkrong saat ini
menjadi salah satu faktor munculnya
warung-warung kopi modern di kota
Medan. selain itu hadirnya warung-warung
kopi bernuansa modern di kota-kota besar
lainnya atau bahkan diluar negeri, juga
berimbas kepada kuantitas warung kopi
modern di kota Medan. Hal ini tidak
terlepas dari peran media sosial, internet
dan televisi dalam mempromosikan budaya
nongkrong di warung kopi kepada
masyarakat luas. Akhirnya tren ini pun
semakin merebak dan banyak diikuti oleh
masyarakat luas khususnya masyarakat
yang hidup didaerah perkotaan.
Karena itu tidak heran jikalau saat ini
banyak kita temukan orang pergi ke
warung kopi tetapi bukan untuk minum
kopi. Karena konsep warung kopi modern
saat ini juga sudah di desain sedemikian
rupa agar lebih kekinian dan banyak di
minati oleh semua kalangan tidak hanya
oleh para pecinta kopi saja (Harahap, and
Absah, 2020; Harahap and Absah, 2019).
Warung kopi modern bahkan kini telah
menjadi tempat ketiga bagi kaum muda
untuk menghabiskan waktunya, sebab
telah dianggap sebagai tempat yang
mempunyai kelas tersendiri dengan
menawarkan suasana yang nyaman, santai,
mewah, adanya wi-fi dan fasilitas lainnya
yang dapat membuat kaum muda betah
berlama-lama ditempat itu.
Lukitaningsih & Devi Juliani, Warung Kopi sebagai Ruang Publik dari Masa Ke Masa Di Kota Medan
16
1 1 305
18
64
17
26 30
39
49
83
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Gra fi k Pe rk em ba ng an Wa ru ng K op i
Mod ern d i Ko ta M ed an T ah un 2 00 6-
2019
Grafik Perkembangan Warung Kopi…
Perkembangan Warung Kopi Modern di
Kota Medan
Sejak tahun 2000-an keatas, warung-
warung kopi modern mulai hadir di kota
Medan dan terus mengalami
perkembangan hingga saat ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
seorang barista sekaligus seorang founder
beberapa coffee shop di kota Medan
diketahui bahwa perkembangan warung-
warung kopi modern di Indonesia
khususnya di kota Medan terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya.
Hasil wawancara tersebut didukung
oleh data yang diperoleh dari Badan
Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota
Medan pada tahun 2019. Berdasarkan data
yang diperoleh diketahui bahwa terdapat
282 warung kopi modern di kota Medan
yang terdata memiliki NPWP saat ini.
Grafik 1. Jumlah Warung Kopi Modern di Kota
Medan Setiap Tahunnya.
(Sumber: Badan Pengelola Pajak dan Retribusi
Daerah Kota Medan, 2019)
Berdasarkan grafik 1, terlihat jumlah
pertumbuhan warung kopi modern
cenderung mengalami kenaikan dan
penurunan di tahun 2006-2013. Pada tahun
2009 sama sekali tidak ada dibuka warung
kopi modern baru. Sedangkan dari tahun
2013 hingga tahun 2019 terus mengalami
kenaikan yang cukup signifikan. Dan
pertumbuhan warung kopi modern di kota
Medan terbanyak terjadi pada tahun 2019
dengan jumlah 83.
Pergeseran budaya dalam menikmati
kopi ini merupakan hal yang wajar. Dan
dapat kita lihat bahwa perkembangan
fenomena hadirnya warung-warung kopi
modern ini cukup menarik. Dulu, orang
menikmati kopi dengan cara yang
sederhana, yakni hanya dengan menyeduh
kopi bubuk dengan air panas, dan hal ini
dapat dilakukan sendiri dirumah. Lalu
muncul kebiasaan menikmati kopi sambil
berkcengkrama bersama teman di warung
kopi. Dan saat ini kebiasaan tersebut telah
naik tingkat, yakni menikmati secangkir
kopi yang diracik langsung oleh para
barista profesional di Coffee shop, cafe
atapun warung kopi modern dengan
pelengkap berupa makanan pendamping
dan tempat yang lebih modern.
Tabel 2. Persebaran Jumlah Warung Kopi Modern pada Tiap Kecamatan di Kota Medan
No
Kecamatan
Jumlah Warung Kopi
1
Medan Baru
26
2
Medan Area
15
3
Medan Timur
20
4
Medan Barat
25
5
Medan Polonia
26
6
Medan Sunggal
28
7
Medan Kota
30
8
Medan Marelan
5
9
Medan Petisah
43
10
Medan Johor
14
11
Medan Maimun
15
12
Medan Selayang
20
JUPIIS: JURNAL PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL, 13 (1) (2021): 10-19
17
13
Medan Helvetia
7
14
Medan Deli
2
15
Medan Perjuangan
1
16
Medan Denai
2
17
Medan Tuntungan
1
18
Medan Tembung
1
19
Medan Belawan
1
Total
282
(Sumber: Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan, 2019)
Berdasarkan observasi yang
dilakukan, dari 282 warung kopi modern
yang ada di kota Medan sebenarnya dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis
yakni mulai dari warung kopi pinggiran,
kelas menengah, sampai menengah atas
yang sering dijadikan pengusah hingga
pejabat sebagai tempat berkumpul sambil
menikmati secangkir kopi lengkap dengan
sajian menu pendampingnya. Walaupun
warung kopi modern yang ada dapat
diklasifikasikan kedalam beberapa jenis,
namun tidak ada klasifikasi kelas bagi
pengunjung warung kopi tersebut. Yang
menjadi pembeda hanya dari segi tempat,
kenyamanan, harga menu yang disediakan
dan fasilitas yang ada. Semua orang atau
semua kalangan memiliki hak yang sama
untuk menjadi pengguna warung kopi
selama ia sanggup membayar sebesar
dengan yang ia beli dari warung kopi
tersebut.
Kontribusi Warung Kopi modern
Sebagai Ruang Publik di Kota Medan
Ruang publik membuktikan bahwa
pertukaran informasi oleh para individu
penting dan peran ruang publik sebagai
wadah atau tempat untuk berinteraksi dan
berkomunikasi dengan sesama individu
mampu menciptakan karakteristik
kehidupan sosial individu.
Konsep tentang ruang publik menurut
Jurgen Habermas terdapat dalam karyanya
yang berjudul The Structural
Transformation of the Public Sphere: An
Inquiry into a Category of Bourgeois Society
(Perubahan Struktural Ruang Publik:
Sebuah Kajian Tentang Kategori
Masyarakat Borjuis). Ia menyelidiki akar
sosiologis dan historis terbentuknya apa
yang saat ini kita kenal dengan Offentlicheit
atau ruang publik. Ruang publik baginya
adalah suatu ruang yang menjembatani
antara negara dengan masyarakat sipil.
Ruang ini adalah ruang universal, dimana
orang-orang berkumpul untuk
mendiskusikan apa saja yang perlu
didiskusikan (Habermas, 2012).
Habermas mendefinisikan ruang
publik sebagai tempat berkumpulnya
orang-orang untuk berdiskusi berdasarkan
rasionalitas. Ruang publik besar
peranannya dalam sebuah demokrasi,
sebab di dalamnya rakyat bebas
menyatakan argumen dan sikapnya tanpa
ada batasan dan perbedaan apa pun.
Habermas juga menambahkan bahwa
ruang publik tersebut harus bebas dari
intervensi dan ketidaktransparan serta
terbebas dari unsur politik dan
“permintaan pasar” (Monalusia, 2014).
Berdasarkan teori ruang publik dari
Jurgen Habermas diatas yang menjelaskan
mengenai konsep ruang publik yaitu
sebuah ruang tempat berdiskusi yang
mandiri dan tidak terikat oleh negara
ataupun pasar, hal ini sejalan dengan
interaksi yang terjadi pada warung kopi
modern. Dimana tidak terdapat dominasi
kelas terhadap interaksi dan diskusi yang
terjadi di warung kopi modern. Setiap
orang dengan latar belakang yang berbeda-
beda memiliki hak yang sama untuk datang
dan berdiskusi di warung kopi modern
selama ia mampu membayar sesuatu yang
ia konsumsi di warung kopi tersebut.
Negara juga tidak ikut campur dengan
diskusi-diskusi yang terjalin di setiap
warung kopi modern. Artinya setiap orang
Lukitaningsih & Devi Juliani, Warung Kopi sebagai Ruang Publik dari Masa Ke Masa Di Kota Medan
18
bebas berdiskusi, bercerita dan
mengeluarkan pendapat.
Berdasarkan sumber literatur, hasil
wawancara diatas, dan observasi yang telah
dilakukan, sedikitnya ada 6 kontribusi
hadirnya warung kopi modern sebagai
ruang publik terhadap masyarakat di kota
Medan.
Tempat Ngopi. Menikmati secangkir
kopi saat ini tidak hanya sekedar sebagai
penambah semangat dan pengusir rasa
kantuk, menikmati kopi kini sudah menjadi
budaya dibeberapa kalangan masyarakat.
Terutama untuk mereka para pecinta kopi.
Dalam pemilihan tempat untuk ngopi
biasanya mereka akan mempertimbangkan
dari segi citarasa kopi yang disediakan.
Tempat Bertemu Teman Relasi
Bisnis. Tidak jarang para pelaku bisnis
melakukan pertemuan dengan para klien
mereka di warung kopi. Sehingga banyak
pertemuan-pertemuan yang terjadi di
warung kopi modern yang menghasilkan
kesepakatan bisnis. Suasana yang tidak
terlalu formal, santai, nyaman, serta adanya
pelayanan dari para pegawai ataupun para
barista, menjadi alasan dipilihnya warung
kopi modern sebagai ajang pertemuan
bisnis yang sedang mereka perbincangkan.
Biasanya jenis warung kopi yang sering
dijadikan tempat untuk bertemu teman
bisnis adalah warung kopi yang lebih high
class, tempatnya yang lebih nyaman,
mewah, santai dan tidak terlalu berisik,
contohnya seperti Starbucks Coffee.
Tempat Ngerjakan Tugas. Akan
banyak kita temukan warung-warung kopi
bernuansa modern di daerah sekitar
kampus di kota Medan. contoh kecilnya saja
di sekitaran kampus Universitas Sumatera
Utara dan Universitas Negeri Medan.
Berjejer warung kopi hadir dan letaknya
saling berdekatan bahkan beberapa ada
yang tetanggaan dengan nama yang
berbeda-beda. Warung kopi yang ada di
sekitaran kampus ini menjadi sebuah
alternatif untuk para mahasiswa. Dimana
dapat menjadi tempat meluangkan waktu
dari rutinitas yang padat dan tak jarang
menjenuhkan ketika di dalam kampus. Dan
yang lebih populer, warung kopi sering
dijadikan tempat diskusi dalam
mengerjakan tugas-tugas ataupun skripi.
Dengan berdiskusi di warung kopi sambil
menyeruput secangkir pekat ini dapat
menghadirkan sebuah inpirasi tersendiri.
Tempat Rapat. Beberapa warung
kopi kini sudah banyak tersebar
kesejumlah tempat di kota Medan, seperti
di pusat perbelanjaan, sekitaran
perkantoran, sekitaran kampus, pusat kota,
dan pinggiran kota. Sehingga saat ini sangat
mudah untuk menemukannya dan
menjadikannya tempat rapat, baik itu
sesama pengusaha, para pegawai kantoran,
mahasiswa bahkan khalayak umum.
Tempat Perayaan. Seiring dengan
perkembangan zaman, semakin banyak
manusia yang tertarik pada hal-hal yang
bersifat praktis. Bukan hal yang baru lagi
warung kopi modern dijadikan sebagai
tempat merayakan suatu acara perayaan.
Seperti, acara ulang tahun, anniversary,
syukuran selesai wisuda, dan acara
perayaan-perayaan lainnya.
Tempat Nongkrong. Nongkrong
adalah istilah yang digunakan untuk
berkumpul bersama teman-teman di suatu
tempat. Melibatkan pembicaraan berbagai
macam hal, mulai dari hal yang sepele
sampai dengan pembicaraan yang serius.
Seiring dengan perkembangan kota
yang semakin pesat, menjadikan
masyarakat membutuhkan tempat sekedar
untuk melepas kepenatan dalam rutinitas.
Hadirnya warung kopi menjawab
kebutuhan akan sebuah ruang yang bisa
digunakan untuk bertemu kawan
berdiskusi atau memperbincangkan
berbagai hal dengan cukup ditemani
secangkir minuman favorit dalam suasana
yang nyaman.
SIMPULAN
Hadirnya warung kopi modern di kota
Medan tidak dilatar belakangi hanya dari
satu faktor. Sedikitnya ada 4 faktor yang
melatar belakangi, yakni pengaruh kopi
JUPIIS: JURNAL PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL, 13 (1) (2021): 10-19
19
sachet, mendunianya gerai kopi starbucks,
nikmatnya cita rasa kopi khas Sumatera
Utara dan Aceh, dan pengaruh gaya hidup
masyarakat kota. Sejak tahun 2000-an,
warung kopi modern terus berkembang
dan mengalami peningkatan jumlah yang
signifikan di kota Medan. Hadirnya warung
kopi modern juga memberikan kontribusi
yang lebih untuk penggunanya, yakni
sebagai tempat ngopi, rapat, bertemu
teman bisnis, tempat mengerjakan tugas,
tempat perayaan dan sebagai tempat
nongkrong.
DAFTAR PUSTAKA
Arvian, Y., (2018). Kopi: Aroma, Rasa, Cerita. Jakarta:
Tempo Publishing.
Faisal, A., (2018). Warung Kopi, Media dan
Konstruksi Ruang Publik di Makassar, Journal
Communication Spectrum, 7 (2): 190-225.
Fikri. (2017). Perbedaan Antara Warung Kopi
Tradisional dengan Warung Kopi Modern.
Diunduh di
https://steemit.com/fiction/@fikri/perbeda
an-antara-warung-kopi-tradisional-dengan-
warung-kopi-modern-2017927t14414242z
tanggal 12 Januari 2020.
Gumulya, D., & Helmi, I.S. (2017). Kajian Budaya
Minum Kopi Indonesia, Jurnal Dimensi, 13 (2):
153-172.
Habermas, J. (2012). Ruang Publik: Sebuah Kajian
Tentang Kategori Masyarakat Borjuis.
Terjemahan Yudi Santoso. Bantul: Kreasi
Wacana.
Hamdan, D & Aries, S., (2018). Coffee: Karena Selera
Tidak Dapat Diperdebatkan. Jakarta:
AgroMedia Pustaka.
Harahap, R.H., and Absah, Y. (2020). Coffee shop
Business Analysis in Supporting Economic
Development in Medan City. Talent
Development & Exellence, 12(1)
Harahap, R.H., and Absah, Y., (2019). Analysis of
Coffee Shop in Medan. ICOSOP,Page 2015-
212.
Hati, D.A.L. (2017), Analisis Strategi Bisnis Kedai
Kopi Bara Bandung, Skripsi. Universitas
Telkom Bandung.
Herlyana, E. (2012). Fenomena Coffee Shop Sebagai
Gejala Gaya Hidup Baru Kaum Muda, Jurnal
Thaqafiyyat, 13 (1): 187-204.
Majalah Swasembada. (1995). Galeria di Yogyakarta,
Edisi No. 1, tahun XII.
Martono, N. (2014). Sosiologi Perubahan Sosial:
Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan
Poskolonial. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Melni, A., Hasibuan, E.Y. & Suharyanto, A. (2019).
Strategi Komunikasi Pemasaran @Lapo
Mandailing Coffee Pada Media Sosial
Instagram di Kecamatan Panyabungan. Jurnal
Ilmu Pemerintahan, Administrasi Publik,
Ilmu Komunikasi (JIPIKOM), 1(1) 2019: 12-
17
Moleong, L.J. (2016). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Monalusia, S. (2014). Mengkritisi Konsep ruang
Publik Habermas. Diunduh di
https://nasional.sindonews.com/berita/927
896/149/mengkritisi-konsep-ruang-publik-
habermas tanggal 12 Januari 2020.
Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Panggabean, E. (2019). Buku Pintar Kopi. Jakarta:
AgroMedia Pustaka.
Pramita, D.A & Pinasti, I.S. (2016). Nongkrong di
Warung Kopi Sebagai Gaya Hidup Mahasiswa
di Mato Kopi Yogyakarta, Jurnal Pendidikan
Sosiologi, 5 (6): 1-12.
Saadah, A. (2017). Menemukan Ruang Publik Politis
di Kedai Kopi. Diunduh di
https://kumparan.com/aef-nandi-
setiawan/menemukan-ruang-publik-politis-
di-kedai-kopi tanggal 20 Januari 2020.
Said, I. (2017). Warung Kopi dan Gaya Hidup
Modern, Jurnal Al-Khitabah, 3 (1): 33-47.
Shobrianto, A. (2019). Warung Kopi, Ruang Publik
Tanpa Dominasi Kelas. Diunduh di
https://geotimes.co.id/opini/warung-kopi-
ruang-publik-tanpa-dominasi-kelas/ tanggal
20 Januari 2020.
Sidewalk, W. (2019). Barista #Nocingcong. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Utami, R. (2018). Fenomena “Coffee Shop” Sebagai
Tempat Nongkrong Kawula Muda. Diunduh di
https://www.kompasiana.com/rieska55343
/5bf18a37aeebe14f0d778b15/fenomena-
coffee-shop-sebagai-tempat-nongkrong-
baru-kawula-muda tanggal 12 Januari 2020.