ArticlePDF Available

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAN FRAKSI TUNIKATA (Polycarpa aurata) YANG DIKOLEKSI DI SELAT LEMBEH, BITUNG TERHADAP Escherichia coli, Staphylococcus aureus DAN Candida albicans

Authors:

Abstract

Tunicate is an invertebrate that lives in a coral reef ecosystem and produces many compounds such as, antibacterial, antitumor and anticancer. This study aimed to determine the antimicrobial activity of extracts and fraction of tunicate (Polycarpa aurata) collected in the Lembeh Strait, Bitung against Escherichia coli, Staphylococcus aureus and Candida albicans. Tunicate (Polycarpa aurata) was extracted by maceration method using 96% ethanol solvent, fractination using liquid-liquid partition method with n-hexane, chloroform and methanol solvent, and antimicrobial testing using Kirby Bauer’s disk diffusion method. The results showed that ethanol extract of tunicate (Polycarpa aurata) had antimicrobial activity againts Escherichia coli with an inhibition of 15.12 mm, and againts Candida albicans with an inhibition of 15 mm. While the methanol fraction showed antimicrobial with a strong category and inhibition of 16.17 mm againts Staphylococcus aureus. Keyword: Tunicate (Polycarpa aurata), Extraction, Fractination, Antimicrobials ABSTRAKTunikata merupakan invertebrata di ekosistem terumbu karang yang banyak menghasilkan senyawa seperti, antibakteri, antitumor dan antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antimikroba ekstrak dan fraksi tunikata (Polycarpa aurata) yang dikoleksi di Selat lembeh, Bitung terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Candida albicans. Tunikata (Polycarpa aurata) diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%, fraksinasi menggunakan metode partisi dengan pelarut n-heksan, kloroform dan metanol, dan pengujian antimikroba menggunakan metode difusi agar Kirby Bauer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol tunikata (Polycarpa aurata) memiliki aktivitas antimikroba kategori kuat pada fraksi metanol dengan daya hambat sebesar 16, 17 mm terhadap Escherichia coli, pada ekstrak etanol dengan daya hambat sebesar 15, 12 mm terhadap Staphylococcus aureus sedangkan pada Candida albicans aktivitas yang sangat baik terjadi pada ektraksi etanol sebesar 15 mm. Kata Kunci: Tunikata (Polycarpa aurata), Ekstraksi dan Fraksinasi, Antimikroba
PHARMACON PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019
243
AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAN FRAKSI TUNIKATA
(Polycarpa aurata) YANG DIKOLEKSI DI SELAT LEMBEH, BITUNG
TERHADAP Escherichia coli, Staphylococcus aureus DAN Candida
albicans
Cinlye Juen Manoppo1), Adithya Yudistira1), Defny Silvia Wewengkang1)
1) Program Studi Farmasi, FMIPA UNSRAT, MANADO
ABSTRACT
Tunicate is an invertebrate that lives in a coral reef ecosystem and produces many
compounds such as, antibacterial, antitumor and anticancer. This study aimed to determine
the antimicrobial activity of extracts and fraction of tunicate (Polycarpa aurata) collected in
the Lembeh Strait, Bitung against Escherichia coli, Staphylococcus aureus and Candida
albicans. Tunicate (Polycarpa aurata) was extracted by maceration method using 96%
ethanol solvent, fractination using liquid-liquid partition method with n-hexane, chloroform
and methanol solvent, and antimicrobial testing using Kirby Bauer’s disk diffusion method.
The results showed that ethanol extract of tunicate (Polycarpa aurata) had antimicrobial
activity againts Escherichia coli with an inhibition of 15.12 mm, and againts Candida
albicans with an inhibition of 15 mm. While the methanol fraction showed antimicrobial with
a strong category and inhibition of 16.17 mm againts Staphylococcus aureus.
Keyword: Tunicate (Polycarpa aurata), Extraction, Fractination, Antimicrobials
ABSTRAK
Tunikata merupakan invertebrata di ekosistem terumbu karang yang banyak
menghasilkan senyawa seperti, antibakteri, antitumor dan antikanker. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui aktivitas antimikroba ekstrak dan fraksi tunikata (Polycarpa aurata) yang
dikoleksi di Selat lembeh, Bitung terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan
Candida albicans. Tunikata (Polycarpa aurata) diekstraksi menggunakan metode maserasi
dengan pelarut etanol 96%, fraksinasi menggunakan metode partisi dengan pelarut n-heksan,
kloroform dan metanol, dan pengujian antimikroba menggunakan metode difusi agar Kirby
Bauer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol tunikata (Polycarpa aurata)
memiliki aktivitas antimikroba kategori kuat pada fraksi metanol dengan daya hambat
sebesar 16, 17 mm terhadap Escherichia coli, pada ekstrak etanol dengan daya hambat
sebesar 15, 12 mm terhadap Staphylococcus aureus sedangkan pada Candida albicans
aktivitas yang sangat baik terjadi pada ektraksi etanol sebesar 15 mm.
Kata Kunci: Tunikata (Polycarpa aurata), Ekstraksi dan Fraksinasi, Antimikroba
PHARMACON PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019
244
PENDAHULUAN
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa organisme laut memiliki potensi
yang sangat besar, dalam menghasilkan
senyawa-senyawa aktif yang dapat
digunakan sebagai bahan baku obat-
obatan. Beberapa organisme laut yang
diketahui dapat menghasilkan senyawa
aktif antara lain ialah spons, moluska,
bryozoa, tunikata dan lain-lain (Radjasa et
al., 2011; Mans, 2016). Invertebrata laut
menyediakan nutrient yang baik bagi
berbagai mikroba (Erwin et al,. 2014).
Tunikata merupakan invertebrata di
ekosistem terumbu karang yang banyak
menghasilkan senyawa seperti, antibakteri,
antitumor dan antikanker. Sekitar 1.000
bahan aktif telah diisolasi dari tunikata
(Schmidt and Donia 2010). Salah satu
komponen terumbu karang yang hidupnya
sesil di terumbu, substrat dan batu adalah
tunikata (Polycarpa aurata) (Lambert,
2010). Penelitian yang telah dilakukan
oleh Pham et al,. (2013) menunjukkan
bahwa hasil ekstraksi tunikata (Polycarpa
aurata) mengandung senyawa kimia
berupa peptida dan golongan alkaloid yang
bersifat sitotoksik dan memiliki
kemampuan sebagai antibakteri terhadap
beberapa bakteri patogen. Penelitian yang
dilakukan oleh Christine (2015) dan
Litaay dkk., (2015) menunjukkan bahwa
isolat bakteri yang berasal dari tunikata
(Polycarpa aurata) berpotensi
menghasilkan senyawa antibakteri berifat
bakteriosidal maupun bersifat
bakteriostatis.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan
penelitian eksperimental laboratorik. Alat-
alat yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu scuba diving (Peralatan Selam),
ziplok, gunting, sarung tangan, botol air
kemasan 600 mL, pisau, telenan, corong
pisah, corong gelas, wadah kaca,
erlenmeyer, gelas ukur (Pyrex), gelas
kimia (Pyrex), tabung reaksi, rak tabung
reaksi, micro tubes, cawan petri,
timbangan analitik, vortex (Benchmark),
spatula, oven, pinset, batang pengaduk,
pembakar spritus, pipet tetes, jarum ose,
vial, lemari pendingin, incubator incucell
(N-Biotek), laminary air flow (Clean
Bench), autoklaf (autoklaf KT-30S),
mikropipet, jangka sorong, digital caliper,
jas laboratorium dan kamera. Bahan-
bahan yang digunakan pada penelitian ini
yaitu Tunikata Polycarpa aurata,
Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
Candida albicans, aquades, etanol, n-
heksan, kloroform, metanol, pepton,
ekstrak daging (meat extract), natrium
klorida, nutrient agar, kloramfenikol
(paper disc), kertas label, spidol permanen,
kertas saring, kapas, aluminium foil dan
tissue.
Prosedur Penelitian
Pembuatan Ekstrak
Ekstrak tunikata (Polycarpa
aurata) 530 g dibuat dengan cara maserasi
sebanyak 3 kali. Sampel yang sudah
dipotomg kecil-kecil dimasukan kedalam
botol lalu direndam dengan larutan etanol
96% selama 1x24 jam. Kemudian sampel
disaring menggunakan kertas saring
menghasilkan filtrat 1 dan debris 1. Debris
1 kemudian ditambah dengan larutan
etanol lalu ditutup dengan aluminium foil
dan dibiarkan selama 1x24 jam, sampel
tersebut disaring menggunakan kertas
saring menghasilkan filtrat 2 dan debris 2.
Debris 2 kemudian ditambah dengan
larutan etanol lalu ditutup dengan
aluminium foil selama 1x24 jam, sampel
tersebut di lalu disaring menggunakan
PHARMACON PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019
245
kertas saring menghasilkan filtrat 3 dan
debris 3. Filtrat 1, 2, dan 3 dicampur
menjadi satu kemudian disaring, lalu
diuapkan menggunakan oven hingga
diperoleh ekstrak kental etanol.
Pembuatan Fraksi
Ekstrak kental etanol tunikata
(Polycarpa aurata) sebanyak 1,00 g
dimasukkan dalam Erlenmeyer, dilarutkan
dengan campuran metanol : air (MeOH :
H2O) (80:20) sebanyak 100 mL. Setelah
sampel larut, dimasukkan kedalam corong
pisah lalu ditambahkan pelarut n-heksan
dengan jumlah yang sama, setelah itu
dikocok berulangkali sampai homogen.
Dibiarkan sampel sampai terbentuk lapisan
metanol : air (MeOH : H2O) dan n-
heksan. Masing masing lapisan
ditampung dalam wadah yang berbeda.
Lapisan n- heksan dievaporasi
menggunakan Oven hingga kering, lalu
ditimbang dengan timbangan analitik dan
diperoleh fraksi n-heksan 0,1 g.
Lapisan MeOH : H2O ditambahkan
akuades sebanyak 100 mL dipartisi dengan
pelarut kloroform dengan perbandingan
1:1 v/v dalam corong pisah, lalu dikocok
berulangkali sampai homogen. Dibiarkan
sampai terbentuk dua lapisan yaitu lapisan
MeOH dan kloroform. Masing masing
lapisan ditampung dalam wadah yang
berbeda. Lapisan kloroform dievaporasi
menggunakan Oven hingga kering lalu
ditimbang dan diperoleh fraksi kloroform
0,28 g. Lapisan MeOH yang ditampung
pada wadah yang lain dievaporasi
menggunakan Oven hingga kering lalu
ditimbang berat sampel, dan diperoleh
fraksi MeOH 0,51 g. Rendemen-rendemen
fraksi dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
Rendemen =
 x 100%
Pembuatan Media Cair B1
Ditimbang Pepton 0,5 g, ekstrak
daging 0,3 g (meat extract) , Natrium
klorida 0,3 g dilarutkan dalam akuades
sebanyak 100 mL menggunakan
Erlenmeyer, dikocok sampai homogen.
Media yang telah homogen kemudian
disterilkan dengan menggunakan autoklaf
pada suhu 121 ºC selama 15 menit. Dipipet
1 mL media cair B1, kemudian masukkan
dalam tabung reaksi dan tutup dengan
aluminium foil. Media cair B1 siap
digunakan sebagai media kultur mikroba
(Ortez, 2005).
Kultur Mikroba
Mikroba yang sudah dikultur
(Escherichia coli, Staphylococcus aureus
dan Candida albicans) ditambahkan media
cair B1 yang disiapkan sebelumnya
sebanyak 100 µL kedalam tabung reaksi
yang berbeda beda. Masing masing
tabung reaksi ditutup dengan aluminium
foil dan dimasukkan kedalam incubator
selama 1x24 jam dengan suhu 37 ºC.
Pembuatan Media Agar B1
Pepton 0,5 g, ekstrak daging (meat
extract) 0,3 g, natrium klorida 0,3 g, agar
1,5 g dan dilarutkan dalam akuades
sebanyak 100 mL menggunakan
Erlenmeyer, dikocok sampai homogen.
Media yang telah homogen kemudian
disterilkan dengan menggunakan autoklaf
pada suhu 121 ºC selama 15 menit. Media
agar B1 siap digunakan untuk uji aktivitas
antimikroba.
Pembuatan Kontrol Positif dan Kontol
Negatif
Kontrol positif dalam pengujian
antimikroba ini menggunakan
kloramfenikol paper disc. Kontrol negatif
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
PHARMACON PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019
246
menggunakan pelarut methanol, dengan
cara membuat larutan stok metanol dengan
mengambil sebanyak 200 µL metanol
kemudian ditotolkan pada kertas cakram.
Pembuatan Larutan Uji
Larutan uji dibuat dengan cara
melarutkan ekstrak etanol tunikata
(Polycarpa aurata) sebanyak 1 mg
kedalam 200 µL metanol sehingga
menghasilkan konsentrasi larutan uji
sebanyak 250 µg/50 µL. Perlakuan yang
sama dilakukan untuk fraksi n-heksan,
fraksi kloroform dan fraksi metanol
(Ortez,2005).
Pengujian Aktivitas Antimikroba
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode difusi agar
(disc diffusion Kirby and Bauer). Aktivitas
ini diuji pada mikroorganisme
Escherichia coli, Staphylococcus aureus
dan Candida albicans. Pada pengujian
aktivitas antibakteri ini, kertas cakram
(paper disc) yang digunakan berukuran 6
mm dengan daya serap 50μL tiap cakram.
Kosentrasi yang digunakan pada pengujian
ini hanya satu kosentrasi yaitu 250μg/50μL
pada setiap sampel yang terdiri dari
ekstrak kental, fraksi n-heksan, fraksi
kloroform, fraksi metanol-air, kontrol
positif dan kontrol negatif. Sampel yang
telah ditentukan kosentrasinya
250μg/50μL ditotolkan pada masing-
masing cakram dengan menggunakan
mikropipet.
Untuk media agar B1 yang sudah
diautoklaf pada suhu 121 ºC selama 15
menit, kemudian dinginkan sampai suhu
40 ºC. Tuangkan media agar ke cawan
petri, Ambil sebanyak 100μL mikroba
yang telah di kultur dalam tabung reaksi,
dipipet dan diinokulasi pada media agar
dan tunggu sampai media agar mengeras.
Masing-masing cawan petri diberi label
dan nomor sampel yang sesuai. Letakkan
kertas cakram yang telah ditotolkan
sampel uji tunikata (Polycarpa aurata).
Cawan petri lalu diinkubasi selama 1x24
jam pada suhu 37 ºC (Ortez, 2005).
Pengamatan dan Pengukuran Zona
Bening
Pengamatan dilakukan dengan
mengukur diameter zona hambat yang
terjadi pada media dengan menggunakan
jangka sorong beralaskan kertas berwarna
gelap. Diameter zona hambat yang diukur
yaitu daerah jernih yang terbentuk
disekitar disk/cakram (tidak ada
pertumbuhan bakteri) diukur dari ujung
yang satu ke ujung yang lain melalui
tengah-tengah disk/cakram atau diukur
diameter vertikal dan horizontalnya
(Soemarno,2000). Diameter zona hambat
diukur dalam satuan millimeter (mm)
menggunakkan mistar berskala (Davis and
Stoud, 1971) dengan sedikit modifikasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstrak tunikata (Polycarpa aurata)
Ekstraksi adalah proses pemisahan
zat dari campurannya dengan
menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi
terdiri dari beberapa metode di antaranya
yaitu metode maserasi. Maserasi
merupakan metode ekstraksi sederhana
yang sering digunakan (Mukhriani, 2014).
Proses maserasi ini dilakukan dengan cara
merendam sampel tunikata (Polycarpa
aurata) sebanyak 3x24 jam dengan
menggunakan larutan etanol 96%.
Sebelum maserasi dilakukan, sampel di
bersihkan dari kotoran dan dipotong kecil-
kecil. Pemotongan sampel dilakukan untuk
memperluas permukaan sentuh sampel,
karena luas permukaan berpengaruh
terhadap hasil yang optimal dari proses
PHARMACON PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019
247
maserasi. Semakin kecil ukuran sampel
maka semakin besar luas permukaannya
sehingga memudahkan senyawa aktif yang
ada pada tunikata (Polycarpa aurata)
dapat larut ke dalam pelarut yang
digunakan. Pelarut yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu pelarut etanol 96%.
Menurut Trifani (2012), etanol digunakan
sebagai pelarut karena bersifat polar,
universal, dan mudah didapat.
Fraksi tunikata ( Polycarpa aurata)
Fraksinasi adalah proses penarikan
suatu senyawa dengan menggunakan
beberapa pelarut yang tidak saling
bercampur. Senyawa-senyawa yang
bersifat non polar akan larut dalam pelarut
yang nonpolar sedangkan senyawa-
senyawa yang bersifat polar akan larut
dalam pelarut yang bersifat polar (Sari,
2012). Pelarut yang digunakan untuk
fraksinasi yaitu n-heksan, kloroform, dan
metanol. Pelarut n-heksan digunakan
untuk menarik senyawa yang bersifat non
polar, pelarut kloroform digunakan untuk
menarik senyawa yang bersifat semi polar
sedangkan pelarut metanol digunakan
untuk menarik senyawa-senyawa yang
bersifat polar.
Tabel 2. Rendemen ekstrak dan fraksi tunikata (Polycarpa aurata)
No
Sampel
Rendemen (%)
Warna Sampel
1
Ekstrak Etanol
0,47
Coklat kemerahan
2
Fraksi n-Heksan
10
Bening
3
Fraksi Kloroform
2,8
Coklat Pekat
4
Fraksi Metanol
5,1
Kuning Kecoklatan
Menurut Nuhayati et al., (2009)
bahwa nilai rendemen yang tinggi
menunjukan banyaknya komponen
bioaktif yang terkandung didalamnya.
Nilai rendemen yang paling tinggi adalah
rendemen yang menggunakan pelarut
metanol, sehingga memungkinkan bahwa
senyawa bioaktif yang terkandung dalam
tunikata (Polycarpa aurata) lebih bersifat
polar. Jenis pelarut menghasilkan
rendemen yang berbeda karena Semakin
tinggih rendemen yang dihasilkan maka
semakin tinngih pula komponen bioaktif
yang terkandung dalam tunikata
(Polycarpa aurata).
Aktivitas antimikroba ekstrak dan
fraksi tunikata (Polycarpa aurata)
Uji aktivitas antimikroba ekstrak
dan Fraksi n-heksan, fraksi kloroform dan
fraksi metanol tunikata (Polycarpa aurata)
terhadap bakteri Escherichia coli,
Staphylococcus aureus dan Candida
albicans dengan metode difusi agar (Difusi
Kirby-Bauer) yang telah dimodifikasi.
Berikut adalah hasil pengukuran aktivitas
antimikroba ekstrak dan Fraksi n-heksan,
fraksi kloroform dan fraksi metanol
tunikata (Polycarpa aurata) terhadap
bakteri Escherichia coli, Staphylococcus
aureus dan Candida albicans.
PHARMACON PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019
248
Tabel 3. Hasil pengukuran diameter zona hambat ekstrak dan fraksi tunikata (Polycarpa
aurata) terhadap Escherichia coli.
Ulangan
Diameter zona hambat (mm) terhadap Escherichia coli
Fraksi
n-Heksan
Fraksi
CHCl3
Fraksi
MeOH
Kontrol
(+)
Kontrol
(-)
I
-
9,54
16, 94
29,77
-
II
-
10,10
15,78
III
Total
-
-
7,44
27,08
15,78
48,50
-
9,03
16,17
Tabel 4. Hasil pengukuran diameter zona hambat ekstrak dan fraksi tunikata (Polycarpa
aurata) terhadap Staphylococcus aureus.
Ulangan
Diameter zona hambat (mm) terhadap Staphylococcus aureus
Ekstrak
EtOH
Fraksi
n-Heksan
Fraksi
CHCl3
Fraksi
MeOH
Kontrol
(+)
Kontrol
(-)
I
14,06
-
11,17
10,53
18,06
-
II
15,06
-
11,76
14,28
III
Total
16,25
45,37
-
-
11,27
34,20
10,70
35,51
15,12
-
11,40
11,83
Tabel 5. Hasil pengukuran diameter zona hambat ekstrak dan fraksi tunikata (Polycarpa
aurata) terhadap Candida albicans.
Ulangan
Diameter zona hambat (mm) terhadap Candida albicans
Ekstrak
EtOH
Fraksi
n-Heksan
Fraksi
CHCl3
Fraksi
MeOH
Kontrol
(+)
Kontrol
(-)
I
15
-
8
12
19
-
II
15
-
8
12
III
Total
15
45
-
-
8
24
12
36
15
-
8
12
Berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan terhadap mikroba
Escherichia coli, Staphylococcus aureus
dan Candida albicans masing-masing
sebanyak tiga kali pengulangan
memperlihatkan adanya zona hambat yang
terbentuk disekitar disk/cakram kecuali
pada fraksi n-heksan. Pada fraksi n-heksan
tidak menunjukan adanya aktivitas
antimikroba yang terbentuk, ini berarti
PHARMACON PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019
249
tidak ada kandungan senyawa antimikroba
yang bersifat non polar pada sampel uji
tunikata (Polycarpa aurata), sedangkan
pada ekstrak etanol memperlihatkan
adanya aktivitas antimikroba terhadap
Escherichia coli, Staphylococcus aureus
dan Candida albicans. Hal ini ditunjukan
dengan terbentuknya zona hambat
disekitar cakram sebesar 13,70 mm pada
Escherichia coli tergolong kuat, 15,12 mm
pada Staphylococcus aureus tergolong
kuat dan 15 mm pada Candida albicans
tergolong kuat. Hasil ini menunjukan
bahwa fraksi metanol memiliki aktivitas
sebagai antimikroba. Pada fraksi metanol
memperlihatkan aktivitas antimikroba
terhadap Escherichia coli, Staphylococcus
aureus dan Candida albicans yang
tergolong kuat. Hal ini ditunjukan dengan
terbentuknya zona hambat disekitar
cakram sebesar 16,17 mm pada
Escherichia coli, 11,83 mm pada
Staphylococcus aureus dan 12 mm pada
Candida albicans. Jika dibandingkan
dengan ekstrak etanol dan fraksi metanol,
fraksi kloroform memperlihatkan daya
hambat yang lebih rendah. Hal ini
ditunjukan dengan aktivitas antimikroba
sebesar 9,03 mm pada Escherichia coli
tergolong sedang, 11,40 mm pada
Staphylococcus aureus tergolong kuat dan
8 mm pada Candida albicans tergolong
sedang.
Hasil pengukuran diameter zona
hambat digolongkan berdasarkan
klasifikasi zona hambat menurut Davis and
Stout (Tabel 1). Ekstrak etanol dan fraksi
metanol merupakan ekstrak dan fraksi
yang efektif terhadap mikroba
Escherichia coli dan Candida albicans
karena memiliki daya hambat mikroba
yang kuat, hal ini dikarenakan gram
negatif cenderung peka terhadap
antimikroba yang bersifat polar. sedangkan
pada ekstrak etanol, fraksi kloroform dan
fraksi metanol terhadap bakteri
Staphylococcus aureus memiliki
kemampuan menghambat mikroba dengan
kategori kuat. Hal ini menerangkan bahwa
bakteri gram positif lebih peka
dibandingkan dengan bakteri gram negatif.
Penelitian mengenai aktivitas antibakteri
dan karakteristik gugus fungsi dari
tunikata (Polycarpa aurata) yang
dilakukan oleh Kumayas dkk., (2015)
menyatakan bahwa gram positif lebih
sensitif terhadap antibakteri karena
struktur dinding sel yang sederhana
sehingga mempermudah senyawa
antibakteri masuk kedalam sel sedangkan
struktur dinding sel gram negatif lebih
kompleks.
Kontrol positif memperlihatkan
aktivitas antimikroba yang paling besar
terhadap mikroba Escherichia coli,
Staphylococcus aureus dan Candida
albicans. Kontrol positif yang digunakan
yaitu Kloramfenikol. Kloramfenikol
merupakan antibiotik yang memiliki
spekrum luas terhadap bakteri (Katzung,
2004). Kontrol negatif tidak menunjukan
terbentuknya zona hambat. Hal tersebut
menandakan bahwa tidak ada pengaruh
kontrol negatif terhadap antimikroba yang
diuji. Kontrol negatif yang digunakan
yaitu metanol.
Aktivitas antikiroba yang terbentuk
disekitar disk/cakram ini disebabkan oleh
aktivitas senyawa yang terkandung dalam
ekstrak dan fraksi Tunikata (Polycarpa
aurata). Semakin besar zona hambat yang
terbentuk maka semakin kuat senyawa
yang terkandung dalam tunikata
(Polycarpa aurata) untuk menghambat
pertumbuhan mikroba.
PHARMACON PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019
250
DAFTAR PUSTAKA
Christine, G. 2015. Potensi Tunikata
Polycarpa aurata Sebagai Sumber
Inokulum Bakteri Endosimbion
Penghasil Antibakteri. [Skripsi].
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Davis, W.W and Stout, T.R. 1971. Disc
Plate Methods of Microbiological
Antibiotic Assay. Microbiology.
22(4): 659-665.
Erwin, P. M., M. C. Pineda, N.Webster,
X.Truon, S. López-Legentil. 2014.
Down under the tunic: bacterial
biodiversity hotspots and
widespread ammoniaoxidizing
archaea in coral reef ascidians.
ISME J. 8: 575-588.
Katzung, B. G,. 2004. Farmakologi Dasar
dan Klinik. Edisi XIII. Buku 3.
Translation of Basic and Clinical
Pharmacology Eight Edition. Alih
Bahasa oleh Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. Salemba Medika,
Jakarta.
Kumayas, A.R., D. S. Wewengkang., dan
S. Sudewi. 2015. Aktifitas
Antibakteri Dan Karateristik Gugus
Fungsi Dari Tunikata Polycarpa
Aurata. Jurnal Ilmiah Farmasi.
Vol. 4(1).
Lambert, G., Shenkar, N., & Swalla, B,.J.
2010. First Pacific record of the
north Atlantic ascidian Molgula
citrinabioinvasion or circumpolar
distribution. Aquatic Invasions.
5(4): 369-378.
Litaay, M, G. Christine, R.G. B,
Z.Dwyana. 2015. Bioaktivitas
simbion tunikata Polycarpa aurata
sebagai antimikroba. Prosiding
Semnas PBI ke 23. Jayapura,
September 2015.
Mans, D.R.A. 2016. Exploring the global
animal biodiversity in the search
for new drugs - marine
invertebrates. J Transl Sci. 2(3):
170-179. doi: 10.15761/ JTS.
1000136.
Muhkriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan
Senyawa dan Identifikasi Senyawa
Aktif. Makassar: Jurnal
Kesehatan.7 (2) : 361-7
Nurhayati, T, D. Aryanti, dan Nurjanah.
2009. Kajian Awal Potensi Ekstrak
Spons Sebagai Antioksidan. Jurnal
Kelautan Nasional. 2(2):43-51.
Ortez, J.H. 2005. Disk Diffusion testing in
manual of antimicrobial
susceptibility testing. Marie B.
Coyle (Coord. Ed). American
society for Microbiology.
Pham, C. D., H., Weber, R., Hartmann, V.,
Wray, W., Lin, D., Lai, and P.
Proksch. 2013. New Cytotoxic
1,2,4-Thiadiazole Alkaloids from
the Tunikata P. aurata. Org. Lett.
15 (9):2230-2233.
http://www.pubfacts.com.
Radjasa, O.K., Y.M. Vaske, G. Navarro,
H.C. Vervoort, K.Tenney, R.G.
Linington, P. Crews. 2011.
Highlights of marine invertebrate-
derived biosynthetic products:
Their biomedical potential and
possible production by microbial
PHARMACON PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019
251
associants. Bioorganic &
Medicinal Chemistry. 19: 6658
6674.
Sari, Cahyo IP. 2012. Kualitas Minuman
Serbuk Kersen (Muntingia
calabura L.) dengan Variasi
Konsentrasi Maltodekstrin dan
Ekstraksi Kayu Secang
(Caesalpinia sappan L.). SKRIPSI.
Fakultas Teknobiologi Universitas
Atma Jaya Yogyakarta,
Yogyakarta.
Schmidt, E. W and M. S. Donia. 2010.
Life in cellulose houses: Symbiotic
bacterial biosynthesis of ascidian
drugs and drug leads. Curr. Opin.
Biotechnol. 21: 827-833.
Soemarno. 2000. Depertemen Kesehatan
Republik Indonesia Isolasi Dan
Identifikasi Bakteri Klinik.
Akademi Analisis Kesehatan
Yogyakarta.. Yogyakarta.
Trifani. 2012. Ekstraksi Pelarut Cair-Cair.
http://awjee. Diakses pada tanggal
10 Oktober 2018.
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
Man has probably used since his existence plants and plant-derived compounds for his health care and well-being. This has led to the development of life-saving drugs for treating a multitude of conditions including infectious, cardiovascular, malignant, and diabetic disease. More recently, the amazing biodiversity represented by the world's oceans have been realized to represent an equally and exceptionally rich source of valuable bioactive compounds. The majority of marine organisms has an evolutionary history that dates back to the Cambrian, some 500 million years ago. Since then, these organisms have dealt successfully with competitors and predators by developing a unique arsenal of highly effective secondary metabolites for their defense, reproduction, and communication. Many of these chemicals affect metabolic pathways that are common to humans and are involved in critical physiological functions. Thus, these substances often possess meaningful pharmacological properties. For these reasons, marine organisms may represent precious resources for developing drug candidates, cosmetics, nutritional supplements, and molecular probes for improving our well-being. This paper addresses the significance of bioactive compounds from marine invertebrates to the development of new drugs.
Article
Full-text available
Two new alkaloids, polycarpathiamines A and B (1 and 2), were isolated from the ascidian Polycarpa aurata. Their structures were unambiguously determined by 1D, 2D NMR, and HRESIMS measurements and further confirmed by comparison with a closely related analogue, 3-dimethylamino-5-benzoyl-1,2,4-thiadiazole (4), that was prepared by chemical synthesis. Compounds 1 and 2 both feature an uncommon 1,2,4-thiadiazole ring whose biosynthetic origin is proposed. Compound 1 showed significant cytotoxic activity against L5178Y murine lymphoma cells (IC50 0.41 μM).
Article
Full-text available
The small brooding ascidian Molgula citrina Alder and Hancock, 1848 has long been known as a common inhabitant of shallow waters on both sides of the north Atlantic on subtidal natural hard substrates and also as a fouler of floating docks. There are published records from the White Sea (NW Russia), but none from the north Pacific. In May and August 2008, a number of adult brooding Molgula sp. specimens were collected from floating docks at the small fishing village of Seldovia on the Kenai Peninsula at Kachemak Bay, Alaska. Morphologically these individuals exactly match Atlantic specimens of Molgula citrina in all characters that were examined. The unique constellation of characters for this species differentiates it from all other Molgula species, as noted by Van Name (1945). In addition, the full-length 18S and 28S rDNA sequences are identical for both the Alaska specimens and New England M. citrina. Is this a new invasion, or is M. citrina a northern circumpolar species that was somehow overlooked? If this new record indicates a natural distribution, why has it not been collected before? If it is a recent introduction, it is unlikely that M. citrina, an inhabitant of cold waters, could survive in sea chests of ships from the N. Atlantic arriving in Alaska via the Panama Canal, but the intriguing idea exists of transport from Atlantic to Pacific through the Northwest or Northeast Passages. As global warming diminishes the ice cover in this region, more and more ships are traversing the Northwest Passage across northern Canada as well as the NE Passage across northern Russia, representing significant new routes for anthropogenic transport of marine species. The tadpoles of this small brooder are retained for some time after hatching, resulting in an extremely short free larval life, but could survive as metamorphosed juveniles attached in sea chests or free-floating in ballast water. They have a wide temperature tolerance and once they metamorphose can live free-floating in sea water for some time. They become very sticky and will ultimately stick to whatever they contact. Thus they could conceivably live for many generations in sea chests and sustain a viable population from which to invade new habitats.
Article
Ascidians (tunicates; sea squirts) are sources of diverse, bioactive natural products, one of which is an approved drug and many of which are potent drug leads. It has been shown that symbiotic bacteria living with ascidians produce some of the bioactive compounds isolated from whole animals, and indirect evidence strongly implicates symbiotic bacteria in the synthesis of many others. However, for the majority the producing organism has not been identified. In cases where a symbiotic origin has been definitively assigned, the resulting data lead to improved paths to drug discovery and development from marine animals. This review traces evidence for symbiotic production where such evidence exists and describes the strengths and limitations of that evidence.
Potensi Tunikata Polycarpa aurata Sebagai Sumber Inokulum Bakteri Endosimbion Penghasil Antibakteri
  • G Christine
Christine, G. 2015. Potensi Tunikata Polycarpa aurata Sebagai Sumber Inokulum Bakteri Endosimbion Penghasil Antibakteri. [Skripsi].
Down under the tunic: bacterial biodiversity hotspots and widespread ammoniaoxidizing archaea in coral reef ascidians
  • P M Erwin
  • M C Pineda
  • N Webster
  • X Truon
  • S López-Legentil
Erwin, P. M., M. C. Pineda, N.Webster, X.Truon, S. López-Legentil. 2014. Down under the tunic: bacterial biodiversity hotspots and widespread ammoniaoxidizing archaea in coral reef ascidians.
Buku 3. Translation of Basic and Clinical Pharmacology Eight Edition. Alih Bahasa oleh Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
  • B G Katzung
Katzung, B. G,. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi XIII. Buku 3. Translation of Basic and Clinical Pharmacology Eight Edition. Alih Bahasa oleh Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Salemba Medika, Jakarta.
Aktifitas Antibakteri Dan Karateristik Gugus Fungsi Dari Tunikata Polycarpa Aurata
  • A R Kumayas
  • D S Wewengkang
  • Dan S Sudewi
Kumayas, A.R., D. S. Wewengkang., dan S. Sudewi. 2015. Aktifitas Antibakteri Dan Karateristik Gugus Fungsi Dari Tunikata Polycarpa Aurata. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 4(1).