Content uploaded by Ida Bagus Ngurah Yudhi Dharmawan
Author content
All content in this area was uploaded by Ida Bagus Ngurah Yudhi Dharmawan on Apr 13, 2021
Content may be subject to copyright.
Isolasi Ekstrak dari Kulit Jeruk Bali (Citrus maxima merr.)
dengan Metode Maserasi
Ida Bagus Ngurah Yudhi Dharmawan, Putu Eka Aryanthi, Dewa Ayu Kadek Dian
Shintya Dewi, I Dewa Bagus Septyan Angga Putra
Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas MIPA, UNDIKSHA Singaraja
E-mail: agentyudhi@yahoo.co.id, ekaaryanthi22@gmail.com,
dewabagus18@gmail.com, dianshintyadewi@gmail.com
ABSTRAK
Tanaman jeruk bali adalah tanaman Tropis yang banyak memiliki manfaat salah
satunya sebagai penghasil minyak atsiri. Rendemen minyak atsiri yang diperoleh dari
jeruk bali melalui metode maserasi kemudian disaring dan dilakukan destilasi
sederhana (alat vacuum evaporator). Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak
atsiri yang terkandung dalam jeruk bali dapat dimaserasi selama 6 jam. Minyak atsiri
yang didapat dari minyak atsiri untuk 25 gram kulit jeruk bali (basah) dan 50 gram
kulit jeruk bali (kering) masing-masing adalah 1.528 gram untuk kulit jeruk bali
(basah) dengan rendemen 6.112 %, dan 3.1709 gram untuk kulit jeruk bali (kering)
dengan rendemen 6.3418 %.
Kata kunci : maserasi, penyaringan, destilasi sederhana, dan jeruk bali, limonena,
minyak atsiri.
ABSTRACK
Plants grapefruit is a tropical plant that has many benefits such as an essential oil. The
yield of essential oil obtained from the bark of lime and grapefruit through maceration
method, then filtered and do simple distillation (vacuum evaporator).The results showed
that the essential oils contained in the grapefruit can be macerated for 6 hours.
Essential oils are obtained from 25 grams of grapefruit peel (wet) and 50 grams of
grapefruit peel (dry) respectively are 1.528 grams of grapefruit peel (wet) with a yield
of 6.112 %, and 3.1709 grams of grapefruit peel (dry) with a yield of 6.3418 %.
Keywords: maceration, filtration, distillation simple, grapefruit, limonena, essential oil.
1
PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai keragaman
flora yang tumbuh di hutan hujan tropis.
Salah satu tanaman yang banyak
dijumpai dibeberapa wilayah Indonesia
adalah tanaman yang termasuk dalam
famili Rutaceae. Rutaceae merupakan
salah satu famili tanaman yang terdiri
dari 130 genus yang terdapat di dalam
tujuh subfamili. Beberapa genus dari
tanaman yang termasuk dalam famili
Rutaceae diantaranya adalah Citrus (16
spp.), Fortunella (4 spp.), dan Poncirus
(1 sp.). Fortunella (4 spp.) merupakan
tanaman yang banyak tumbuh di Cina
bagian selatan, Poncirus trifoliata L.
merupakan tanaman yang banyak
tumbuh di Cina bagian utara, dan Citrus
merupakan tanaman yang banyak
tumbuh di Asia bagian selatan, Jepang,
dan Indonesia.
Jeruk (Citrus spp.) merupakan
buah tropika yang memiliki peran
penting sebagai komoditas yang
berpotensi besar untuk dikembangkan
dalam rangka menunjang ketahanan
pangan. Peran penting jeruk dapat
dilihat dari statusnya sebagai satu dari
empat jenis buah yang ditetapkan
sebagai komoditas prioritas untuk
dikembangkan di kawasan Asia melalui
program Global Environment Facilities
(GEF). Program GEF tersebut bertujuan
melakukan inventarisasi dan upaya
konservasi empat komoditas buah, yaitu
mangga, jeruk, manggis, dan rambutan.
Peningkatan konsumsi buah berkorelasi
positif dengan penurunan kasus
penyakit jantung dan risiko penyakit
kanker tertentu (Cano et al. 2008).
Jeruk bali merupakan salah satu dari
sekian banyak varietas jeruk yang sudah
dikenal dan dibudidayakan.Secara
umum kulit buah jeruk memiliki
komponen penyusun dari berbagai
senyawa antara lain asam sitrat, asam
amino, dan minyak atsiri. Dari ketiga
senyawa diatas persentase kandungan
minyak atsiri lebih besar dari asam sitrat
maupun asam amino.
Limonoid merupakan komponen
aktif alam penting yang terdiri atas
komponen triterpenoid teroksidasi
(Jacob et al. 2000, Khalil et al.2003).
Pada tanaman jeruk, limonoid
diproduksi pada daun dan ditransfer ke
buah dan biji dengan konsentrasi
tertinggi pada biji selama masa
pematangan buah. Dalam daun dan
buah, kandungan total limonoid
meningkat selama masa pertumbuhan.
Kandungan limonoid bervariasi
bergantung pada kultivar, waktu, panen,
dan jaringan tanaman. Limonoid
berfungsi menghambat perkembangan
sel kanker. Senyawa ini relatif stabil
pada suhu tinggi, sehingga banyak
dicampurkan dalam kosmetik, permen,
roti, dan biskuit (Fergusson 2002).
Jeruk adalah tanaman tropis yang
tumbuh subur di Indonesia.Jenis jeruk
lokal yang dibudidayakan di Indonesia
adalah jeruk keprok (Citrus
reticulata/nobilis L.), jeruk siem (C.
microcarpa L. dan C.sinensis. L), jeruk
manis (C. auranticum L. dan C.sinensis
L.), jeruk sitrun atau lemon (C. medica),
jeruk besar (C. maxima Merr.).
Sedangkan, jenis jeruk yang biasa
digunakan untuk bumbu masakan,yaitu
2
jeruk nipis (C. aurantifolia) dan jeruk
purut (C. hystrix).
Jeruk merupakan salah satu
tumbuh-tumbuhan penghasil minyak
atsiri, disamping penghasil utama buah
jeruk. Bagian dari tanaman jeruk yang
dimanfaatkan untuk memperoleh
minyak adalah bagian kulit jeruk
(Hortitech, 2008). Minyak yang
diperoleh dari jeruk dikenal dengan
minyak jeruk, seperti bergamol oil dari
kulit jeruk nipis (Citrus bergamia),
grapefruit oil dari kulit jeruk bali
(Citrus decumana), lemon oil dari jeruk
ketes (Citrus lemon), dan lime oil dari
jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
(Muderawan, 2008). Macam minyak
atsiri jeruk sebenarnya dibedakan
berdasarkan asal variates jeruk yang
digunakan. Secara umum kulit semua
varietas jeruk bisa diambil atau
diekstrak minyak atsirinya, tetapi hanya
bahan baku kulit beberapa varietas jeruk
saja yang tersedia cukup banyak seperti
jeruk manis, jeruk besar, jeruk siem,
jeruk siem madu, jeruk purut, jeruk
nipis, dan jeruk keprok (Hortitech,
2008).
Minyak atsiri merupakan
kelompok besar minyak nabati yang
berwujud cairan kental pada suhu ruang.
Minyak ini disebut juga minyak
menguap, minyak eteris, atau minyak
essensial. Minyak atsiri termasuk
campuran senyawa organik mudah
menguap yang diambil dari tanaman
dan tidak larut dalam air. Komponen
mudah menguap pada umumnya
diisolasi dari tanaman dengan cara
destilasi uap pada tekanan atmosfer.
Minyak atsiri dapat diisolasi dari
bagian-bagian tumbuhan, seperti
batang, kulit, buah, daun, atau bunga,
namun jumlahnya hanya merupakan
bagian kecil saja (1-3%) (Chairil
Anwar, 1994). Minyak atsiri termasuk
produk alam yang banyak diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hari
keperluan minyak atsiri semakin
bertambah, sesuai dengan bertambahnya
pemakaian wangi-wangian termasuk
parfum dan kosmetika, obat-obatan, dan
penyedap masakan. Untuk memenuhi
kebutuhan ini, sebagian besar minyak
atsiri diambil dari berbagai jenis
tanaman penghasil minyak atsiri atau
minyak atsiri alami (Muderawan, 2008).
Ekstraksi merupakan suatu proses
penyaringan suatu senyawa kimia dari
suatu bahan alam dengan menggunakan
pelarut tertentu. Ekstraksi bisa
dilakukan dengan berbagai metode yang
sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi.
Pada proses ekstraksi dapat digunakan
sampel dalam keadaan segar atau yang
telah dikeringkan, tergantung pada sifat
tumbuhan dan senyawa yang akan
diisolasi. Untuk mengekstraksi senyawa
utama yang terdapat dalam bahan
tumbuhan dapat digunakan pelarut yang
sesuai. Ekstraksi dapat dilakukan
dengan berbagai metode, salah satunya
adalah metode maserasi.
Maserasi dilakukan dengan
merendam serbuk sampel dalam pelarut
yang dapat melarutkan sampel.
Campuran serbuk dan pelarut kemudian
diaduk untuk memaksimalkan proses
3
pelarutan sampai jangka waktu tertentu
kemudian dilakukan penyaringan untuk
memisahkan ekstrak dengan residu
(ampas). Metode isolasi ini digunakan
untuk mengisolasi minyak atsiri dari
kulit jeruk bali (Citrus maxima merr)
dan kulit jeruk purut (Citrus hystrix)
yang berguna untuk menghasilkan
minyak atsiri yang bermanfaat salah
satunya seperti wangi-wangian, obat-
obatan dan penyedap masakan.
Berdasarkan uraian diatas maka
permasalahan yang dapat dirumuskan
adalah berapakah rendemen minyak
atsiri yang didapat dalam kulit jeruk bali
(Citrus maxima merr) dan kulit jeruk
purut (Citrus hystrix) melalui metode
maserasi?.
Berdasarkan rumusan masalah
diatas, maka dapat dirumuskan tujuan
dari percobaan ini, adalah untuk
mengetahui rendemen minyak atsiri
yang didapat dalam kulit jeruk bali
(Citrus maxima merr) dan kulit jeruk
purut (Citrus hystrix) melalui metode
maserasi.
KAJIAN PUSTAKA
1. Kulit Jeruk Bali (Citrus maxima merr)
Klasifikasi botani tanaman jeruk Bali
adalah sebagai berikut:
Kigdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Keluarga : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus maxima Merr
Salah satu jenis jeruk lokal yang
mempunyai ukuran sangat besar adalah
jeruk Bali. Jeruk Bali (Citrus maxima)
adalah tumbuhan menahun (perennial)
dengan karakteristik mempunyai tinggi
pohon 5-15 meter, batang tanaman agak
kuat, garis tengah 10-30 meter, berkulit
agak tebal, kulit bagian luar berwarna
4
coklat kekuningan, dan kulit bagian
dalamnya berwarna kuning. Pohon
jeruk Bali mempunyai banyak cabang
yang terletak saling berjauhan dan
merunduk pada bagian ujungnya.
Cabang yang masih muda bersudut dan
berwarna hijau, namun lama-lama
menjadi berbentuk bulat dan berwarna
hijau tua. Tajuk pohon agak rendah dan
tidak teratur.
Syarat tumbuh iklim dari tanaman
jeruk Bali adalah (1) Kecepatan angin
yang lebih dari 40-48% akan
merontokkan bunga dan buah maka
untuk daerah yang intensitas dan
kecepatan anginnya tinggi tanaman
penahan angin lebih baik ditanam
berderet tegak lurus dengan arah angin;
(2) Tergantung pada spesiesnya, jeruk
memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan basah
(musim hujan) karena pada bulan basah
ini diperlukan untuk perkembangan
bunga dan buah agar tanahnya tetap
lembab (Di Indonesia tanaman ini
sangat memerlukan air yang cukup
terutama di bulan Juli-Agustus); (3)
Temperatur optimal antara 25-30oC,
namun ada yang masih dapat tumbuh
normal pada 38oC; (4) Semua jenis
jeruk tidak menyukai tempat yang
terlindung dari sinar matahari; dan (5)
Kelembaban optimum untuk
pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-
80%.
Jeruk Bali memiliki cita rasa
manis, asam, dan segar karena banyak
mengandung air. Jeruk Bali
mengandung vitamin B, provitamin A,
vitamin B1, B2, dan asam folat.
Menurut penelitian Yanuarta(2007),
setiap 100 gram jeruk Bali mengandung
53 kkal energi, protein 0,6 g, lemak 0,2
g, karbohidrat 12,2 g, retinol 125 mcg,
kalsium 23 mg, dan fosfor 27 mg.
Effendi (2011) mengatakan bahwa
kandungan lain seperti flavonoid,
pektin, dan lycopene menjadikan buah
ini semakin kaya akan zat-zat yang
bermanfaat bagi kesehatan. Seperti
jeruk lain, jeruk Bali adalah sumber
vitamin C (43 mg dalam 100 gram
bagian) dan sangat baik sebagai sumber
antioksidan.Komponen fenolik yang
terbanyak pada kulit jeruk Bali ialah
pektin dan tanin sebesar 23%.
Tanaman genus citrus ini
merupakan salah satu tanaman
penghasil minyak atsiri. Minyak atsiri
yang dihasilkan oleh tanaman yang
berasal dari genus ini sebagian besar
mengandung terpen, siskuiterpen
alifatik, turunan hidrokarbon
teroksigenasi, dan hidrokarbon
aromatik. Komposisi senyawa yang
terdapat di dalam minyak atsiri yang
dihasilkan dari kulit buah tanaman
berdasarkan penelitian yang pernah
dilakukan diantaranya adalah limonen,
sitronelal, geraniol, linalol, α-pinen,
mirsen ,β-pinen, sabinen, geranil asetat,
nonanal, geranial, β-kariofilen, dan α-
terpineol. (Chutia dkk. 2009)
Monoterpena merupakan salah
satu senyawa penting yang dihasilkan
oleh tanaman dari genus citrus.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, beberapa monoterpen
memiliki aktivitas sebagai antitumor.
Sebagai contoh, limonena yang
dihasilkan dari minyak kulit jeruk
5
dengan persentase lebih dari 90%
memiliki aktivitas kemopreventif
terhadap kanker kelenjar susu, kulit,
hati dan paru-paru pada tikus. Perillil
alkohol, suatu senyawa yang analog
dengan limonena terhidroksilasi,
memiliki aktivitas kemopreventif
terhadap kanker hati, pankreas dan usus
besar pada tikus. (Sukumar. 1991)
Gambar 1. Sintesis
senyawa terpenoid
Kandungan minyak atsiri kulit
jeruk terdiri dari berbagai komponen
sespiterpen, sesquiterpen, aldehida,
ester, dan stereol. Rincian komponen
kulit jeruk adalah sebagai berikut:
limonena (94%), mirsen (2%), linalool
(0.5%), oktanal (0,5%), dekanal (0,4%),
sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial
(0,1%), valensen (0,05%), sinsial
(0,02%), dan sinensial (0,01%).
Tabel 1. Kandungan Senyawa dalam Minyak Atsiri
No Komponen Minyak
Atsiri Kulit Jeruk
Persentase
(%)
No Komponen Minyak
Atsiri Kulit Jeruk
Persentase
(%)
1 Limonena 94% 7 Neral 0,1%
2 Mirsen 2% 8 Geranial 0,1%
3 Linalol 0,5% 9 Valensen 0,05%
4 Oktanal 0,5% 10 Sintisial 0,02%
5 Dekanal 0,4% 11 Sinensial 0,01%
6 Sitronelal 0,1%
(Sumber: Hortitech, 2008)
Limonena merupakan salah satu
padatan yang mengkeruh yang tidak
berwarna dan diklasifikasikan sebagai
senyawa siklis terpena. Umumnya,
6
isomer dari limonena memiliki bau
yang kuat dari jeruk dan digunakan
sebagai pelarut terbarukan pada
pembersih. Nama limonena diambil dari
kata lemon, sebagai kulit dari lemon
seperti kulit buah jeruk lainnya.
Limonena adalah terpena yang relatif
stabil dan dapat disuling tanpa
terdekomposisi meskipun pada
temperature tinggi. Limonena terbentuk
dari geranil pirofosfat, melalui siklisasi
karbokation neryl atau setara. Senyawa
ini mudah teroksidasi dalam udara
lembab untuk menghasilkan carveol,
carvone, dan limonena oksida.
CH3
CH3CH2
Gambar 2. Struktur Limonena
Gambar 3. Pembentukan senyawa Limonena
Sifat-sifat fisik dan kimia dari limonena dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Sifat &sika dan kimia limonena
d-Limonene l-Limonene Dipentene
CAS no. 5989-27-5 5989-54-8 138-86-3
Chemical name (R)-1-methyl-4-
(1-methylethenyl)
cyclohexene
(S)-1-methyl-4-(1-
methylethenyl)
cyclohexene
1-methyl-4-(1-
methylethenyl)
cyclohexene
Empirical formula C10H16 C10H16 C10H16
Molecular weight 136,23 136,23 136,23
7
Melting point (oC) 74,35 74,35 95,9
Boilling point (oC) 175,5-176,0 175,5-176,0 175,5-176,0
Density (g/cm3 at 20 oC) 0,8411 0,8422 0,8402
Vapour pressure (Pa at 20
oC)
190 190 190
Water solubillity (mg/L
at 25oC)
13,8 - -
Henry’s law constant (kPa
m3/mol at 25 oC)
34,8 - -
(Filipsson, Falk et al. 1998)
2. Minyak Atsiri
Minyak atsiri merupakan
kelompok besar minyak nabati yang
berwujud cairan kental pada suhu ruang.
Minyak ini disebut juga minyak
menguap, minyak eteris, atau minyak
essensial. Minyak atsiri termasuk
campuran senyawa organik mudah
menguap yang diambil dari tanaman
dan tidak larut dalam air. Komponen
mudah menguap pada umumnya
diisolasi dari tanaman dengan cara
destilasi uap pada tekanan atmosfer.
Minyak atsiri dapat diisolasi dari
bagian-bagian tumbuhan, seperti
batang, kulit, buah, daun, atau bunga,
namun jumlahnya hanya merupakan
bagian kecil saja (1-3%) (Chairil
Anwar, 1994). Minyak ini mudah
menguap pada suhu kamar tanpa
mengalami dekomposisi, berbau wangi
sesuai dengan bau tanaman
penghasilnya, dan umumnya larut
dalam pelarut organik (Frieda, 2004).
Dalam keadaan murni (belum
tercemar oleh senyawa lain), minyak
atsiri mudah menguap pada suhu kamar;
bersifat tidak bisa disabunkan dengan
alkali dan tidak bisa berubah menjadi
tengik (rancid); bersifat tidak stabil
pada pengaruh lingkungan, baik berupa
oksigen, udara, sinar matahari dan
panas; serta indeks biasnya tinggi. Pada
umumnya bersifat optis aktif dan
memutar bidang polarisasi dengan rotasi
yang spesifik dan tidak dapat bercampur
dengan air, tetapi cukup larut, sehingga
dapat memberikan baunya kepada air
walaupun kelarutannya sangat kecil.
Minyak atsiri merupakan
campuran senyawa organik yang
sebagian besar terdiri dari senyawa
yang mengandung atom C dan H dan
disebut sebagai terpena. Jika senyawa
tersebut mengandung gugus fungsional,
misalnya hidroksil, karbonil, dan lain-
lainnya, maka disebut terpenoid (Frieda,
2002). Terpenoid merupakan senyawa
yang berada pada jumlah cukup besar
pada tanaman. Biosintesis terpenoid
8
berasal dari molekul isoprena
(CH2=C(CH3)-CH=CH2) dan kerangka
karbonnya dibentuk oleh dua atau lebih
satuan C. Terpenoid yang terkandung
dalam minyak atsiri menimbulkan bau
harum atau bau khas dari tanaman
(Chairil Anwar, 1994).
Secara kimia, terpena minyak
atsiri digolongkan menjadi dua bagian
yaitu monoterpena (10 atom C) dan
seskuiterpena (15 atom C). Beberapa
contoh monoterpena antara lain
geraniol, limonena, kamfor, mentol, dan
lain-lain. Yang termasuk seskuiterpena
minyak atsiri antara lain kariofilen,
santonin, dan lain-lain. Senyawa terpena
minyak atsiri juga banyak mengandung
senyawa turunan benzena seperti
eugenol, koumarin, sinamaldehid, dan
lain-lain. Pada beberapa tumbuhan
didapatkan minyak atsiri yang
mengandung atom belerang (S) dan
atom nitrogen (N) (Chairil Anwar,
1994). Minyak atsiri termasuk produk
alam yang banyak diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap hari
keperluan minyak atsiri semakin
bertambah, sesuai dengan bertambahnya
pemakaian wangi-wangian termasuk
parfum dan kosmetika, obat-obatan, dan
penyedap masakan. Untuk memenuhi
kebutuhan ini, sebagian besar minyak
atsiri diambil dari berbagai jenis
tanaman penghasil minyak atsiri atau
minyak atsiri alami (Muderawan, 2008).
3. Isolasi Limonena
Ekstraksi merupakan suatu proses
penyaringan suatu senyawa kimia dari
suatu bahan alam dengan menggunakan
pelarut tertentu. Ekstraksi adalah
pemisahan suatu zat aktif dari campuran
dengan pembagian sebuah zat terlarut
antara dua pelarut yang tidak dapat
tercampur untuk mengambil zat terlarut
tersebut dari satu pelarut ke pelarut
yang lain (Lanang, 2003). Hal-hal yang
penting diperhatikan dalam melakukan
ekstrasi yaitu pemilihan pelarut yang
sesuai dengan sifat-sifat polaritas
senyawa yang ingin diekstraksi ataupun
sesuai dengan sifat kepolaran
kandungan kimia yang diduga dimiliki
simplisia tersebut. Simplisia merupakan
bahan yang dikeringkan atau serbuk
bahan yang akan diekstraksi. Ekstraksi
bisa dilakukan dengan berbagai metode
yang sesuai dengan sifat dan tujuan
ekstraksi. Pada proses ekstraksi dapat
digunakan sampel dalam keadaan segar
atau yang telah dikeringkan, tergantung
pada sifat tumbuhan dan senyawa yang
akan diisolasi. Untuk mengekstraksi
senyawa utama yang terdapat dalam
bahan tumbuhan dapat digunakan
pelarut yang sesuai.
Pada percobaan ini, digunakan
tektik ekstraksi padat-cair yaitu
ekstraksi maserasi. Ekstraksi maserasi
adalah teknik ekstrasi dengan prinsip
pencapaian kesetimbangan konsentrasi,
menggunakan pelarut yang
direndamkan pada simplisia dalam suhu
kamar. Pemilihan metode ekstrasi yang
digunakan adalah maserasi karena
mempunyai banyak keuntungan
dibandingkan dengan metode ekstraksi
lainnya. Keuntungan metode ekstraksi
maserasi adalah prosedur dan peralatan
yang digunakan sederhana, dan tidak
menggunakan pemanasan sehingga
9
bahan alam tidak terurai. Ekstraksi
dingin memungkinkan banyak senyawa
terekstraksi, meskipun beberapa
senyawa memiliki kelarutan terbatas
dalam pelarut ekstraksi pada suhu
kamar (Heinrich, 2004). Maserasi
dilakukan dengan merendam serbuk
sampel dalam pelarut yang dapat
melarutkan sampel. Campuran serbuk
dan pelarut kemudian diaduk untuk
memaksimalkan proses pelarutan
sampai jangka waktu tertentu kemudian
dilakukan penyaringan untuk
memisahkan ekstrak dengan residu
(ampas).
4. Pelarut Organik
Pelarut organik yang digunakan pada
praktikum ini adalah aseton dan
etilasetat, yang mana perlu diketahui
karakteristik dari pelarut ini adalah:
1. Aseton
Aseton, juga dikenal sebagai propanon,
dimetil keton, 2-propanon, propan-2-on,
dimetilformaldehida, dan β-ketopropana
adalah senyawa berbentuk cairan yang
tidak berwarna dan mudah terbakar.
Aseton merupakan keton yang paling
sederhana. Aseton larut dalam berbagai
perbandingan dengan air, etanol, dietil
eter, dll. Aseton sendiri juga merupakan
pelarut yang penting. Aseton digunakan
untuk membuat plastik, serat, obat-
obatan, dan senyawa-senyawa kimia
lainnya. Selain dimanufaktur secara
industri, aseton juga dapat ditemukan
secara alami, termasuk pada tubuh
manusia dalam kandungan kecil. Aseton
memiliki Titik lebur −94,9 °C (178,2 K)
dan Titik didih 56,53 °C (329,4 K)
2. Etil Asetat
Etil asetat adalah senyawa ester dari
asam organik. Di dalam skala
laboratorium maupun industri, biasanya
dibuat dengan cara memanaskan etanol
dengan asam asetat dengan penambahan
asam sulfat sebagai katalis. Etil asetat
memiliki Titik didih 171°F (77°C) dan
memiliki Titik beku -119°F (-84°C) ,
Etil asetat di dalam industri biasa
digunakan sebagai pelarut tinta, perekat,
resin. Selain itu juga digunakan sebagai
cita rasa buah buatan. Dalam sintesis
organik etil asetat dapat digunakan
untuk membuat etil asetoasetat. Etil
asetat juga dapat digunakan dalam
proses coating plastik.
TUJUAN
1. Untuk mengetahui kandungan
senyawa-senyawa yang
terkandung pada ekstrak Kulit
Jeruk Bali Basah dan Kering
(Citrus maxima merr) dengan
metode ekstraksi maserasi.
2. Untuk mengetahui jumlah
randemen ekstrak kulit jeruk bali
basah dan kering (Citrus
maxima merr) dengan metode
ekstraksi maserasi.
HIPOTESIS
H0 : Jumlah rendemen padatan yang
diisolasi dari ektrak kulit jeruk
bali basah (citrus maxima
merr.) sama dengan jumlah
rendemen padatan dari ekstrak
kulit jeruk bali kering (citrus
10
maxima merr.) yang diisolasi
dengan metode maserasi.
Ha : Perbandingan jumlah rendemen
padatan yang diisolasi dari
ekstrak kulit jeruk bali basah
(citrus maxima merr.) dengan
padatan dari ekstrak kulit jeruk
bali kering (citrus maxima
merr.) yang diisolasi dengan
metode maserasi.
METODE PENELITIAN
Pelaksanaan Percobaan ini
dimulai pada bulan 29 September 2016
sampai 10 November 2016 dan
dilaksanakan di Laboratorium Kimia
Organik Jurusan Pendidikan Kimia,
FMIPA, Universitas Pendidikan
Ganesha, Singaraja. Praktikum pada
metode maserasi dilakukan selama 6
jam. Praktikum ini menggunakan
metode eksperimen menggunakan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Aspek kualitatifnya berlaku dalam
menentukan senyawa-senyawa yang
terkandung pada minyak atsiri kulit
jeruk bali basah dan kering dan aspek
kuantitatifnya terletak pada penentuan
jumlah minyak atsiri yang didapatkan
dari praktikum ini beserta rendemennya.
Praktikum ini menggunakan cara
ekstraksi dengan metode maserasi untuk
mengisolasi ekstrak pada kulit jeruk bali
basah dan kering.
1. Desain Penelitian
Gambar 3. Desain Penelitian
- Variabel kontrol : jenis kulit jeruk, jenis pelarut, waktu yang diperlukan selama
penelitian, jumlah kulit jeruk bali basah dan kering, jumlah pelarut.
- Variabel bebas : metode ekstraksi (maserasi)
- Variabel terikat : rendemen limonene
2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam isolasi
limonena dari kulit jeruk bali (citrus
maxima merr.) dan kulit jeruk purut
(Citrus hystrix) dengan metode maserasi
adalah gelas kimia 30 mL (2 buah),
pengaduk magnet (1 buah), pemanas (1
buah), spatula (2 buah), neraca elektrik
(1 buah), pipet tetes (1 buah), botol kaca
(1 buah), corong (1 buah), blender (1
buah), alat destilasi sederhana (1 set),
dan aluminium foil. Adapun bahan yang
digunakan selama proses isolasi adalah,
Kulit jeruk Bali Kering (50 gram), Kulit
jeruk Bali Basah (25 gram), kertas
saring (secukupnya), air keran
(secukupnya), Etil Asetat (100 mL), dan
Aseton (250 mL).
11
Metode Isolasi Randemen %
Metode Maserasi
3. Prosedur Percobaan
a. Persiapan Bahan
Metode penelitian isolasi
limonena dari kulit jeruk bali basah dan
kering dilakukan dengan cara ekstraksi
maserasi. Sebelum sampel kulit jeruk
bali basah dan kering diekstraksi secara
maserasi, pertama-tama kulit jeruk bali
kering dan basah yang diblender sampai
diperoleh serbuk kasar kulit jeruk bali
kering yang kemudian diambil masing-
masing 50 gram serta kulit jeruk bali
basah diambil 25 gram untuk
diekstraksi secara maserasi.
b. Maserasi
Maserasi adalah teknik ekstraksi
yang dilakukan dengan merendam
serbuk sampel dalam pelarut. Sampel
maserasi diantaranya kulit jeruk bali
basah dan kering (citrus maxima merr.)
dan kulit jeruk purut (Citrus hystrix).
Pelarut yang digunakan adalah pelarut
etil asetat dan aseton.
1. Maserasi Kulit Jeruk Bali Basah
(citrus maxima merr.)
Pertama-tama, botol kaca bersih
yang berisi serbuk kasar kulit jeruk bali
basah sebanyak 25 gram dimasukkan ke
dalam botol tadi. Setelah itu, tuangkan
kembali 100 mL etil asetat sebagai
pelarutnya dan hidupkan alat shaker.
Maserasi dilakukan selama 5 jam.
Setelah 5 jam, saring dan pisahkan
antara ekstraknya dan ampas kulit jeruk
balinya. Ekstrak kulit jeruk bali tersebut
kemudian didestilasi menggunakan alat
destilasi Rotatory evaporator agar etil
asetat terpisah. Setelah didestilasi,
ekstrak kulit jeruk bali diuapkan
pelarutnya sampai terbentuk padatan.
2. Maserasi Kulit Jeruk Bali Kering
(citrus maxima merr.)
Kedua, botol kaca bersih yang
berisi serbuk kasar kulit jeruk bali
kering sebanyak 50 gram dimasukkan
ke dalam botol tadi. Setelah itu,
tuangkan kembali 250 mL aseton
sebagai pelarutnya dan hidupkan alat
shaker. Maserasi dilakukan selama 5
jam. Setelah 5 jam, saring dan pisahkan
antara ekstraknya dan ampas kulit jeruk
balinya. Ekstrak kulit jeruk bali tersebut
kemudian didestilasi menggunakan alat
destilasi rotatory evaporator agar
aseton terpisah. Setelah didestilasi,
ekstrak kulit jeruk bali diuapkan
pelarutnya sampai terbentuk padatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum ini digunakan
metode ekstraksi maserasi untuk
mendapatkan senyawa limonena dari
kulit jeruk bali basah dan kulit jeruk
bali kering (citrus maxima merr.).
Maserasi adalah teknik ekstraksi yang
dilakukan dengan merendam serbuk
sampel dalam pelarut. Sampel maserasi
12
diantaranya kulit jeruk bali basah dan
kulit jeruk bali kering (citrus maxima
merr.). Pelarut yang digunakan adalah
pelarut etil asetat dan aseton. Setelah
dilakukan ektraksi dengan metode
maserasi selama 5 jam didapatkan hasil
ekstrak yang berwarna hijau kehitaman.
Hasil ekstrak tersebut kemudian
didestilasi dengan alat rotatory
evaporator sampai volumenya kurang
lebih 10 mL sampai berubah warna
menjadi lebih pucat. Kemudian ditutup
dengan alluminium foil lalu pada
alluminium foil dilubangi kecil-kecil.
Kemudian didiamkan sampai terbentuk
padatan. Padatan yang didapat
kemudian ditimbang dan didapatkan
hasil sebagai berikut.
Tabel 3. Data Minyak Metode Maserasi Kulit Jeruk Bali
Metode Jenis Kulit
Jeruk
Berat Kulit
Jeruk
Minyak
Limonena % Rendemen Warna
Maserasi Kulit Jeruk
Bali Basah 25 gram 1.528 gram 6.112 % Hijau
Kehitaman
Maserasi Kulit Jeruk
Bali Kering 50 gram 3.1709 gram 6.3418 % Kuning
Kecoklatan
Untuk mengetahui rendemen yang
didapatkan dari eksperimen ini dapat
dilakukan perhitungan sebagai berikut.
1. Maserasi Kulit Jeruk Bali Basah
(citrus maxima merr.)
Pertama sebanyak 25 gram kulit
jeruk bali basah yang direndam
dalam etil asetat sebanyak 100 mL
selama 5 jam dan diaduk secara
kontinyu dengan alat shaker.
Setelah 5 jam hasil ekstraksi
maserasi disaring dan filtrat hasil
pemisahan ini didistilasi dengan alat
Rotatory evaporator untuk
memisahkan limonena dengan
pelarutnya yaitu etil asetat. Etil
asetat mempunyai titik didih 770C.
Filtrat hasil distilasi berwarna hijau
kehitaman. Kemudian ditutup
dengan kertas aluminium foil yang
dilubangi kecil-kecil sampai
terbentuk padatan. Padatan yang
didapatkan sebanyak :
Padatan ekstrak dari kulit jeruk bali basah = (Berat minyak + wadah) – Berat wadah
= 5.5263 gram – 3.9983 gram
= 1.528 gram
Sehingga dengan berat padatan ekstrak dari kulit jeruk bali basah, dapat dihitung
persentase rendemen isolasi ekstrak dari kulit jeruk bali basah dengan metode
maserasi, perhitumgannya sebagai berikut:
13
% Rendemen = x 100%
= x 100 %
= 6.112 %
Jadi, persentase rendemen dari isolasi ekstrak kulit jeruk bali basah dengan metode
ekstraksi maserasi diperoleh sebesar 6.112 %
(a) maserasi kulit jeruk basah
Pada maserasi kulit jeruk bali basah
tidak terbentuk padatan, hal ini
disebabkan karena hasil ekstrak
yang didapatkan kurang jenuh dan
pelarut yang dipakai sedikit
sehingga tidak terbentuk padatan
dan mengendap pada dasar tabung.
2. Maserasi Kulit Jeruk Bali Kering
(citrus maxima merr.)
Pertama sebanyak 50 gram kulit
jeruk bali kering yang direndam
dalam aseton sebanyak 250 mL
selama 5 jam dan diaduk secara
kontinyu dengan alat shaker.
Setelah 5 jam hasil ekstraksi
maserasi disaring dan filtrat hasil
pemisahan ini didistilasi dengan
rotatory evaporator untuk
memisahkan limonena dengan
pelarutnya yaitu aseton dengan titik
didih aseton adalah 56,530C. Filtrat
hasil distilasi berwarna kuning
kecoklatan. Kemudian ditutup
dengan kertas aluminium foil yang
dilubangi kecil-kecil sampai
terbentuk Padatan. Padatan yang
didapatkan sebanyak:
Padatan Ekstrak dari kulit jeruk bali kering = (Berat minyak + wadah) – Berat wadah
= 73.7466 gram – 70.5757 gram
= 3.1709 gram
Sehingga dengan berat padatan ekstrak dari kulit jeruk bali basah, dapat dihitung
persentase rendemen isolasi ekstrak dari kulit jeruk bali kering dengan metode
maserasi, perhitumgannya sebagai berikut:
% Rendemen = x 100%
14
= x 100 %
= 6.3418 %
Jadi, persentase rendemen dari hasil isolasi ekstrak kulit jeruk bali kering dengan
metode ekstraksi maserasi diperoleh sebesar 6.3418 %
(b) maserasi
kulit jeruk
kering
15
Ekstrak kulit jeruk bali kering pada
ekstraksi dengan metode maserasi
yang terbentuk berupa padatan dan
seperti bubuk dan berwarna kuning
kecoklatan.
KESIMPULAN
Ekstrak yang dihasilkan dari
metode maserasi kulit jeruk bali
kering yang berwarna kuning
kecoklatan sebanyak 3.1709 gram
dengan rendemen 6.3418 %. Ekstrak
yang dihasilkan dari metode maserasi
kulit jeruk basah yang berwarna hijau
kehitaman sebanyak 1.528 gram
dengan rendemen 6.112 %.