Content uploaded by Anggraini Dwi Kurnia
Author content
All content in this area was uploaded by Anggraini Dwi Kurnia on Jul 11, 2021
Content may be subject to copyright.
10
Faletehan Health Journal, 8 (1) (2021) 10-15
www. journal.lppm-stikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ
ISSN 2088-673X | e-ISSN 2597-8667
Prevalensi Konsumsi Kopi dan Hubungannya dengan Tekanan Darah
Nur Melizza 1*, Anggraini Dwi Kurnia 1, Nur Lailatul Masruroh 1, Yoyok Bekti
Prasetyo1, Faqih Ruhyanudin 1, Erma Wahyu Mashfufa1, Fitria Kusumawati1
1 Community Nursing Departement, Faculty of Health Science, University of Muhammadiyah Malang
*Corresponding Author: melizza@umm.ac.id
Abstrak
Hipertensi dikenal dengan the silent killer atau penyakit mematikan secara diam-diam karena tidak memiliki tanda dan
gejala yang spesifik. Konsumsi kopi secara historis dinilai memiliki efek negatif pada tubuh dan sering dihubungkan
sebagai faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan
konsumsi kopi dengan tekanan darah pada pasien hipertensi. Desain pada penelitian ini menggunakan cross-sectional
studi. Responden penelitian ini berjumlah 36, diambil menggunakan tekhnik sampling yaitu purposive sampling dengan
kriteria inklusi: mengkonsumsi kopi dan bersedia menjadi responden; dan eksklusi: memiliki riwayat penyakit kronis lain
seperti gangguan endokrin. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan uji statistik korelasi spearman. Hasil
penelitian menunjukan terdapat hubungan antara konsumsi kopi dengan tekanan darah, responden mengkonsumsi
kopi paling banyak pada kategori ringan dan sedang dengan mayoritas tekanan darah adalah hipertensi stage 1. Hasil
uji korelasi spearman disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi kopi dengan tekanan darah pada pasien
hipertensi. Korelasi koefisien (r) penelitian ini menunjukan hasil yang positif yaitu 0,424 yang berarti terdapat hubungan
cukup kuat antara konsumsi kopi dan tekanan darah. Semakin bertambah frekuensi kopi akan semakin menambah
peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Kata Kunci: Konsumsi Kopi, Hipertensi, Tekanan Darah
Prevalence of Coffee Consumption and It’s Relationship to Blood Pressure
Abstract
Hypertension is known as the silent killer or deadly disease in secret because it has no specific signs and symptoms.
Coffee consumption has historically been considered to have a negative effect on the body and is often linked as a factor
that can lead to high blood pressure. The purpose of this study was to determine the relationship between coffee
consumption and blood pressure in hypertensive patients. The design in this study used a cross-sectional study.
Respondents of this study were 36, taken using a sampling technique, namely purposive sampling with inclusion criteria:
consuming coffee and being willing to be respondents; and exclusion: had a history of other chronic diseases such as
endocrine disorders. Data collection using a questionnaire and Spearman correlation statistical test. The results showed
that there was a relationship between coffee consumption and blood pressure, respondents consumed the most coffee
in the mild and moderate category with the majority of blood pressure being stage 1 hypertension. The results of the
Spearman correlation test concluded that there was a relationship between coffee consumption and blood pressure in
hypertensive patients. The correlation coefficient (r) of this study shows positive results, namely 0.424, which means that
there is a strong enough relationship between coffee consumption and blood pressure. The increasing frequency of coffee
will further increase the increase in blood pressure in hypertensive patients.
Keywords: Coffee Consumption, Hypertension, Blood Pressure
Faletehan Health Journal, 8 (1) (2021) 10-15
www. journal.lppm-stikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ
ISSN 2088-673X | 2597-8667
11
Pendahuluan
World Health Organization (WHO) mencatat
pada tahun 2013 terdapat sejumlah 839 juta kasus
hipertensi dari total penduduk di dunia. Sekitar
80% kasus hipertensi yang terjadi terutama berada
di negara-negara berkembang (Haldar, 2013).
Hasil data hipertensi di Amerika menurut National
Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES); periode 2015-2016, prevalensi
hipertensi mengalami peningkatan 29,0% dan
seiring dengan bertambahnya usia: kelompok usia
18-39 dengan 7,5%; 40–59 dengan 33,2%; dan ≥60
dengan 63,1% (Fryar et al., 2015). Prevalensi data
hipertensi berdasarkan survei Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia (KemenKes RI)
tahun 2017, Provinsi Jawa Timur menyumbang
sebesar 20,43% atau sekitar 1.828.669 penduduk,
dengan proporsi laki-laki sebesar 20,83% (825.412
penduduk) dan perempuan sebesar 20,11%
(1.003.257 penduduk). Prevalensi keseluruhan
hipertensi di Malang sebesar 59.867 penduduk,
dengan proporsi laki-laki sebesar 13,56% atau
47.885 penduduk dan proporsi perempuan sebesar
3,84% atau 11982 penduduk (Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur, 2019). Data hipertensi di
Puskesmas Dau yang tercatat di Dinas Kesehatan
Kabupaten Malang sebesar 744 orang yaitu laki-
laki 53% dan perempuan 47%. Faktor-faktor yang
mempengaruhi hipertensi esensial dibagi menjadi
2, yaitu 1) faktor yang tidak dapat dikontrol
meliputi usia, jenis kelamin, keturunan, dan 2)
faktor yang dapat dikontrol meliputi asupan garam,
obesitas, stres, pola hidup seperti merokok,
konsumsi alkohol dan kebiasaan konsumsi kopi
yang masih menjadi perdebatan (Irianto, 2014).
Kopi merupakan salah satu minuman yang
digemari masyarakat di berbagai negara tak
terkecuali Indonesia. Di Indonesia mengkonsumsi
kopi sudah dilakukan turun temurun. Minuman
kopi berasal dari biji tumbuhan kopi, secara umum
terdapat 2 jenis kopi yang banyak dikonsumsi
masyarakat yaitu kopi arabika dan kopi robusta.
Statistik data perdagangan kopi pada bulan Januari
2019 menurut International Coffe Organization
(ICO, 2019) survei periode 2016/2017 dan periode
2017/2018 di Indonesia mengalami peningkatan
konsumsi kopi dari 4,6 juta menjadi 4,7 juta
kemasan 60 kg, negara ini berada di urutan ke enam
terbanyak setelah Rusia. Berdasarkan data
Kementrian Perindustrian Republik Indonesia
(2016) jumlah konsumsi kopi nasional masyarakat
Indonesia tahun 2014-2016 mengalami
peningkatan dengan kisaran dari 302 sampai 309
ton pada tahun 2020 (Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian, 2016). Kopi telah menjadi
fokus perhatian utama karena tingkat konsumsinya
yang telah mengglobal dan dampaknya terhadap
kesehatan masyarakat (Grosso et al., 2017)
Pengaruh kopi terhadap hipertensi masih
kontroversial namun secara historis mengkonsumsi
kopi cenderung dianggap memiliki efek merugikan
bagi kesehatan tubuh, hal ini disebabkan oleh
adanya komponen senyawa kimia yaitu kafein
yang berkontribusi mempengaruhi terjadinya
penyakit hipertensi (Godos et al., 2014). Senyawa
ini disebut juga sebagai stimulan sedang karena
dapat menimbulkan efek kecanduan pada orang
yang mengkonsumsinya meski tidak seperti
psikotropika. Kinerja kafein dalam mempengaruhi
peningkatan tekanan darah yaitu dengan mengikat
reseptor adenosin kemudian mengaktifasi sistem
saraf simpatik. Hal ini akan berdampak pada
vasokontruksi pembuluh darah dan meningkatkan
resistensi perifer yang menyebabkan tekanan darah
naik (Martiani dkk, 2012)
Penelitian yang dilakukan oleh Martiani &
Lelyana 2014 menunjukan bahwa frekuensi
mengkonsumsi kopi dapat mempengaruhi tekanan
darah. Hal ini dibuktikan pada hasil dimana
responden yang minum kopi 1-2 cangkir per hari
akan meningkatkan resiko hipertensi 4 kali lebih
tinggi dibanding responden yang tidak
mengkonsumsi kopi. Dalam penelitian tersebut
dijelaskan juga bahwa kandungan kafein dalam
kopi dapat memberi efek secara akut terhadap
tekanan darah terutama pada penderita hipertensi
(Martiani dkk, 2012). Hasil penelitian tersebut
sejalan dengan penelitian Rahmawati dan
Daniyanti (2016) yang menunjukan terdapat
hubungan kebiasaan minum kopi terhadap tingkat
hipertensi di wilayah kerja puskesmas nelayan
kabupaten Gresik yang dilihat dari frekuensi kopi,
jenis kopi, lama minum kopi dan kekentalan kopi.
Sebanyak 94,84% dari jumlah responden yang
mempunyai kebiasaan minum kopi berat
mengalami hipertensi berat (Rahmawati &
Daniyati, 2016).
Pada penelitian Mullo, dkk, konsumsi kopi
tidak terbukti memiliki hubungan terhadap resiko
terjadinya hipertensi. Meski hasil yang didapatkan
yaitu hampir 50% pasien yang konsumsi kopi
memiliki hipertensi. Namun hasil penelitian paling
Faletehan Health Journal, 8 (1) (2021) 10-15
www. journal.lppm-stikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ
ISSN 2088-673X | 2597-8667
12
banyak responden sudah mengurangi bahkan tidak
lagi mengkonsumsi kopi di usia mereka. Usia rata-
rata dan jenis kelamin responden menjadi faktor
yang berpengaruh terhadap tekanan darah.
Penelitian ini menjelaskan juga efek samping
kafein dapat menyebabkan perubahan tekanan
darah secara singkat (Mullo et al., 2018)
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Dau
Kabupaten Malang yang melibatkan 7 responden
yang memiliki tekanan darah tinggi yaitu kisaran
usia 35-55 tahun. Hasil yang didapat dari
wawancara responden sekitar 43% mengatakan
memiliki kebiasaan rutin mengkonsumsi kopi,
28,5% mengatakan jarang mengkonsumsi kopi dan
28,5% lainnya mengatakan dulu pernah
mengkonsumsi kopi tapi sekarang sudah berhenti.
Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan konsumsi kopi dengan
tekanan darah pada pasien hipertensi.
Metodologi Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini
yaitu pendekatan Cross Sectional dengan cara
mengidentifikasi dan mengukur hubungan antara
konsumsi kopi dengan tekanan darah. Instrumen
penelitian yang berupa kuesioner dan pemeriksaan
fisik. Populasi dalam penelitian ini yaitu sejumlah
57 pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Dau Kabupaten Malang. Tehnik sampling yang
digunakan adalah nonprobability sampling jenis
purposive sampling. Kriteria inklusi penelitian ini
adalah pasien hipertensi yang memiliki kebiasaan
mengkonsumsi kopi dan bersedia menjadi
responden, sedangkan kriteri eksklusinya adalah
responden yang memiliki riwayat penyakit lain
(seperti: gangguan ginjal, jantung dan endokrin).
Sampel penelitian di wilayah kerja puskesmas Dau
yaitu sebanyak 36 penderita. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Desember 2019.
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan
Kuesioner yang memuat data demografi responden
yaitu: usia, jenis kelamin, pekerjaan,. Kuesioner
konsumsi kopi, terdiri dari pertanyaan konsumsi
kopi terakhir, ukuran rata-rata mengkonsumsi kopi
per hari dan takaran rata-rata kopi sdt/sdm/bks.
Perhitungan skor yaitu dikategorikan berdasarkan
frekuensi kopi antara 200-400 ml “ringan”, antara
600-800 ml “sedang”, dan apabila >800 ml “berat”
(Welkriana et al., 2017). Sphygmomanometer atau
tensi meter tipe aneroid. Analisis deskriptif dalam
penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan,
indeks massa tubuh, pendidikan,konsumsi obat,
riwayat keluarga, olah raga dan konsumsi
merokok. Analisis bivariat menggunakan analisa
data Spearman’s Ran.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. Data Demografi Responden
Tabel 1 menunjukkan distribusi responden
berdasarkan usia pada 36 responden, hasil dari data
tersebut didapatkan nilai mean sebesar 50,05,
standar deviasi sebesar 10,74, dengan usia
maximum yaitu 74 tahun. Data distribusi
responden mayoritas berjenis kelamin perempuan
(n=24, 66,7%), sedangkan distribusi berdasarkan
jenis pekerjaan responden mayoritas bekerja
sebagai IRT (Ibu Rumah Tangga) (n=15, 41,7%).
Tabel 2. Tingkat Tekanan Darah dan Konsumsi
Kopi Pada Penderita Hipertensi
Kategori
n
(%)
Tingkat Tekanan Darah
Pre-hipertensi (120-139)
6
16,7
Hipertensi Stage I (140-159)
22
61,1
Hipertensi Stage II (>160)
8
22,2
Tingkat Konsumsi Kopi
Sedang
36
100
Berat
0
0
Berdasarkan Tabel 2 diatas yaitu tekanan
darah responden pada penelitian mayoritas berada
pada tingkat hipertensi stage I (n=22, 61,1%).
Sedangkan berdasarkan tingkat konsumsi kopi,
Karakteristik
f
%
Mean
StDv
Usia
50.05
10.74
Adult
9
25
Middle age
20
55,5
Elderly
7
19,5
Jenis Kelamin
Laki-laki
12
33,3
-
-
Perempuan
24
66,7
-
-
Pekerjaan
Tani
6
16,7
-
-
Ibu Rumah
Tangga
15
41,7
-
-
Swasta
10
27,7
-
-
Wirausaha
1
2,8
-
-
PNS
1
2,8
-
-
Pensiunan
3
8,3
-
-
Faletehan Health Journal, 8 (1) (2021) 10-15
www. journal.lppm-stikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ
ISSN 2088-673X | 2597-8667
13
keseluruhan responden dalam penelitian ini
memiliki kebiasaan konsumsi kopi tingkat sedang
(600-800 ml).
Tabel 3. Hasil Uji Korelasi Spearman Rank
Konsumsi
Kopi
Hipertensi
P
value
r
Pre
Stage I
Stage II
Sedang
6
22
8
0,010
0,424
Berat
0
0
0
Total
6
22
8
Tabel 3 bahwa nilai signifikansi (p value)
sebesar 0,010 dimana nilai tersebut lebih kecil dari
nilai α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan frekuensi konsumsi kopi dengan
tekanan darah pada pasien hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Dau Kabupaten Malang. Dilihat
dari nilai corelation coefficient (r) berada dalam
rentang interval koefisien 0,40-0,599 yakni 0,424
maka hubungan antara variabel tersebut cukup
kuat. Hasil dari koefisien korelasi dari penelitian
ini menunjukkan hasil yang positif artinya semakin
bertambah frekuensi kopi akan semakin menambah
peningkatan tekanan darah oleh pasien hipertensi.
Pengkategorian tekanan darah dalam
penelitian ini didasarkan oleh The Seventh Report
of The Joint National Community on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of Hight
Blood Pressure (JNC) (2003) terdapat 3 kategori
yaitu pre-hipertensi, hipertensi stage 1 dan
hipertensi stage 2. Hasil penelitian diketahui
bahwa usia rata-rata responden adalah 50 tahun.
Tekanan darah setiap individu akan meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Begitu pula
lapisan pembuluh darah akan mengalami
kerusakan dari waktu ke waktu hal ini dikarenakan
perubahan struktur pada lapisan protein elastin dan
kolagen. Elastin adalah zat yang membuat
pembuluh darah untuk tetap fleksibel, sedangkan
kolagen yang membuat lebih kaku dan berperan
sebagai pembentuk struktur pembuluh darah.
Bertambahnya usia akan membuat elastin menjadi
rusak dan kolagen meningkat yang akibatnya
pembuluh darah menjadi semakin tebal dan
bengkok. Kejadian tersebut yang menyebabkan
tekanan darah sistolik meningkat (NHLBI, 2019).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Martiani & Lelyana (2012) dimana
diketahui bahwa kelompok usia terbanyak yaitu
55-65 tahun. Faktor genetik atau faktor keturunan
juga memiliki pengaruh yang besar terhadap
terjadinya hipertensi. Pada individu yang memiliki
anggota keluarga dengan riwayat hipertensi juga
beresiko untuk mengalami kejadian hipertensi.
Jenis kelamin juga dapat mempengaruhi
resiko peningkatan tekanan darah. Hal ini
dibuktikan dengan mayoritas responden adalah
perempuan dengan usia diatas 50, dimana pada usia
tersebut telah memasuki fase menopause. Hal
tersebut dapat terjadi dikarenakan hipertensi pada
perempuan dipengaruhi oleh faktor hormonal
(Irianto, 2014). Sebelum memasuki fase
menopause, perempuan dilindungi oleh hormon
estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar
High Density Lipoprotein (HDL) (Novitaningtyas,
2014).
Responden dalam penelitian ini mayoritas
berstatus sebagai ibu rumah tangga. Status
pekerjaan berkaitan dengan aktifitas fisik individu,
responden menjelaskan bahwa terkadang mereka
mengikuti senam namun tidak rutin. Sebagian
besar responden dalam penelitian ini dilakukan
pengukuran tekanan darahnya pada saat setelah
melakukan senam pagi di puskesmas dengan jeda
istirahat yang tidak teratur. Aktivitas fisik yang
teratur membantu meningkatkan efisiensi jantung
secara keseluruhan. Mereka yang secara fisik aktif
cenderung untuk mempunyai fungsi otot dan sendi
yang lebih baik, karena organ-organ demikian
lebih kuat dan lebih lentur. Aktivitas yang berupa
gerakan atau latihan aerobik bermanfaat untuk
meningkatkan dan mempertahankan kebugaran,
ketahanan kardio-respirator (Hasanudin, Ardiyani,
& Perwiraningtyas, 2018).
Pada saat penelitian responden mengatakan
bahwa mengkonsumsi kopi sudah menjadi bagian
dari kebiasaan mereka, waktu rutinnya yaitu pada
saat pagi hari sebelum beraktivitas dan sore hari
setelah selesai beraktivitas. Beberapa responden
juga mengkonsumsi pada malam hari atau pada
saat sedang berkerja untuk mencegah rasa
mengantuk. Hal ini dijelaskan dalam Sofwan
(2013), terdapat senyawa kafein yang terkandung
dalam kopi dan dipercaya oleh sebagian besar
orang dapat mengatasi rasa kantuk. Tubuh akan
terasa lebih bugar setelah minum secangkir kopi.
Pada penelitian Siringo (2018) menjelaskan
bahwa waktu minum kopi responden dengan
hipertensi lebih banyak dilakukan sebelum
beraktifitas setelah makan yaitu 33 orang (60%)
dibandingkan dengan yang dilakukan sebelum
makan yaitu sebanyak 12 orang (18,2%).
Kopi dapat mempengaruhi tekanan darah
karena adanya kandungan kafein dan adenosin.
Faletehan Health Journal, 8 (1) (2021) 10-15
www. journal.lppm-stikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ
ISSN 2088-673X | 2597-8667
14
Senyawa kafein memiliki sifat yang antagonis
kompetitif terhadap reseptor adenosin. Adenosin
merupakan neuromodulator yang mempengaruhi
peningkatan aktifitas sejumlah fungsi pada susunan
saraf pusat dalam memproduksi adrenalin. Hal ini
berdampak pada kejadian vasokonstriksi dan dapat
meningkatkan total resistensi perifer yang akan
mengakibatkan tekanan darah naik (Martiani &
Lelyana, 2012).
Hasil mengenai hubungan frekuensi konsumsi
kopi dengan tekanan darah sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi kopi
dengan kejadian hipertensi (Rahmawati &
Daniyati, 2016). Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Martiani &
Lelyana (2012), bahwa responden yang
mengkonsumsi 1-2 cangkir per hari meningkatkan
resiko hipertensi 4,12 kali lebih tinggi dibanding
subjek yang tidak mengkonsumsi kopi.
Selain itu, secara keseluruhan, efek utama
yang dihasilkan kafein pada darah tekanan pada
manusia meningkat secara substansial setelah
pemberian akut (Godos et al., 2014). Hasil
penelitian lain oleh (Grosso et al., 2017)
menjelaskan tentang asupan natrium dan konsumsi
kopi di mana peningkatan asupan satu cangkir kopi
per hari dikaitkan dengan 38 mg / hari asupan
tambahan natrium. Diketahui bahwa peningkatan
asupan natrium dapat dikaitkan dengan
peningkatan retensi cairan, tetapi tidak
meningkatkan ekskresi volume urin, sehingga
menyebabkan peningkatan berat badan dan
tekanan darah.
Simpulan
Terdapat hubungan antara konsumsi kopi
dengan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Semakin bertambah frekuensi kopi akan semakin
menambah peningkatan tekanan darah oleh pasien
hipertensi.
Referensi
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2019).
Profil Kesehatan Jatim Tahun 2017. 21
Januari 2019, 67.
Fryar, C. D., Ostchega, Y., Hales, C. M., Zhang,
G., & Kruszon-Moran, D. (2015). Key
findings Data from the National Health and
Nutrition Examination Survey. Hypertension
Prevalence and Control Among Adults:
United States, 289, 2015–2016.
https://www.cdc.gov/nchs/data/databriefs/db
289_table.pdf#2.
Godos, J., Pluchinotta, F. R., Marventano, S.,
Buscemi, S., Volti, G. L., Galvano, F., &
Grosso, G. (2014). Coffee components and
cardiovascular risk: Beneficial and
detrimental effects. International Journal of
Food Sciences and Nutrition, 65(8), 925–936.
https://doi.org/10.3109/09637486.2014.9402
87
Grosso, G., Micek, A., Godos, J., Pajak, A.,
Sciacca, S., Bes-Rastrollo, M., Galvano, F., &
Martinez-Gonzalez, M. A. (2017). Long-term
coffee consumption is associated with
decreased incidence of new-onset
hypertension: A dose–response meta-analysis.
Nutrients, 9(8).
https://doi.org/10.3390/nu9080890
Haldar, R. N. (2013). Global Brief on
Hypertension: Silent Killer, Global Public
Health Crisis. Indian Journal of Physical
Medicine and Rehabilitation, 24(1), 2–2.
https://doi.org/10.5005/ijopmr-24-1-2
Hasanudin, Ardiyani, V. M., & Perwiraningtyas, P.
(2018). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan
Tekanan Darah Pada Masyarakat Penderita
Hipertensi di Wilayah Tlogosuryo Kelurahan
Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota
Malang. Journal Nursing News, 3 Nomor 8,
787–799.
https://doi.org/10.1021/BC049898Y
International Coffee Organization. (2019). World
Consumtion Coffee, 5–6.
Irianto, K. (2014). Epidemiologi penyakit menular
dan tidak menular. Bandung: AlfabetaNo
Title.
JNC. (2003). The Seventh Report of The Joint
National Community on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of
Hight Blood Pressure. Hypertension
Guidelines: An In-Deepth Guide, 355(5).
Martiani dkk. (2012). Online di : http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jnc. Journal of
Nutrition College, 3(1), 90–97.
Mullo, O. E., Langi, F. L. F. G., & Asrifuddin, A.
(2018). Hubungan Antara Kebiasaan Minum
Kopi Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado.
Kesmas, 7(5), 1–9.
NHLBI. (2019). High Blood Pressure. National
Heart, Lung, and Blood Institute. Retrieved
from https://www.nhlbi.nih.gov/health-
Faletehan Health Journal, 8 (1) (2021) 10-15
www. journal.lppm-stikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ
ISSN 2088-673X | 2597-8667
15
topics/high-blood-pressure
Novitaningtyas, T. (2014). Hubungan Karakteristik
(Umur, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan)
Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah
Pada Lansia Di Kelurahan Makamhaji
Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
Implementation Science, 39(1), 1–14.
https://doi.org/10.4324/9781315853178
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, K. P.
(2016). Outlook Kopi Komoditas Pertanian
Subsektor Perkebunan. Pusat Data Dan
Sistem Informasi Pertanian Sekretariat
Jenderal, 116.
Rahmawati, R., & Daniyati, D. (2016). Hubungan
Kebiasaan Minum Kopi Terhadap Tingkat
Hipertensi. Journal of Ners Community,
07(November), 149–161.
Sofwan, R. (2013). Bugar Selalu di Tempat Kerja.
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Siringo-ringo, R. (2018). Gambaran Kebiasaan
Minum Kopi dan Tuak Serta Merokok Pada
Penderita Hipertensi Rawat Jalan di
Puskesmas Sumbul Kecamatan Sumbul
Kabupaten Dairi Tahun 2017.
Welkriana, P. W., Halimah, H., & Putra, A. R.
(2017). Pengaruh Frekuensi Minum Kopi
Terhadap Kadar Asam Urat Darah.
BIOEDUKASI (Jurnal Pendidikan Biologi),
8(1), 83.
https://doi.org/10.24127/bioedukasi.v8i1.839