ArticlePDF Available

Upaya Guru IPS Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Masa Covid 19 Di SMP

Authors:

Abstract

Upaya guru IPS dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada masa Covid–19 di SMP Negeri 1 Kecamatan Simbulue Kabupaten Bone dengan melakukan pendekatan personal yaitu menghubungi siswa satu persatu baik dengan berkomunikasi langsung melalui smartphone ataupun dengan chat pribadi lewat whatsapp. Selain itu, upaya yang dilakukan guru untuk siswa yang tidak memiliki smartphone adalah dengan menganjurkan siswa datang ke sekolah untuk mengambil materi dan tugas pembelajaran. Selain itu juga guru melakukan kunjungan ke rumah siswa namun tetap dengan mengikuti protokol kesehatan. Informan pada penelitian ini dengan mewawancarai 3 guru dari tiap kelas yang telah mengajarkan mata pelajaran IPS (Ilmu Pendidikan Sosial) yaitu, 1 orang dari kelas VII, 1 orang dari Kelas VIII, dan 1 orang dari Kelas IX. Hasil penelitian dalam pemberian reward selama pembelajaran online membuat siswa termotivasi untuk terus belajar meski bukan lewat tatap muka. Guru IPS juga melakukan upaya pendekatan emosional dengan orang tua siswa sebagai bentuk control terhadap perilaku dan disiplin siswa saat belajar online. Sementara upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yang berhubungan dengan bentuk ekspresi siswa yaitu pengerjaan tugas kelompok yang diberikan kepada siswa. Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengkomunikasikan tugas tersebut dengan cara dan aplikasi yang diinginkan oleh siswa. Hasil dari penugasan tersebut akan dipublikasikan secara umum.
Phinisi Integration Review
Vol. 4, No.1, Februari 2021 Hal 144-149
Website: http://ojs.unm.ac.id/pir
p-ISSN: 2614-2325 dan e-ISSN: 2614-2317
DOI: https://doi.org/10.26858/pir.v4i1.19399
144
Upaya Guru IPS Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada
Masa Covid 19 Di SMP
Andi Yosi Adiwisastra Agustang1, Herman2, Muh. Said3, Andi Agustang4
1234Universitas Negeri Makassar, Indonesia,
Email: yoshiadiwisastra@gmail.com
Abstrak. Upaya guru IPS dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada masa Covid
19 di SMP Negeri 1 Kecamatan Simbulue Kabupaten Bone dengan melakukan
pendekatan personal yaitu menghubungi siswa satu persatu baik dengan berkomunikasi
langsung melalui smartphone ataupun dengan chat pribadi lewat whatsapp. Selain itu,
upaya yang dilakukan guru untuk siswa yang tidak memiliki smartphone adalah dengan
menganjurkan siswa datang ke sekolah untuk mengambil materi dan tugas pembelajaran.
Selain itu juga guru melakukan kunjungan ke rumah siswa namun tetap dengan mengikuti
protokol kesehatan. Informan pada penelitian ini dengan mewawancarai 3 guru dari tiap
kelas yang telah mengajarkan mata pelajaran IPS (Ilmu Pendidikan Sosial) yaitu, 1 orang
dari kelas VII, 1 orang dari Kelas VIII, dan 1 orang dari Kelas IX. Hasil penelitian dalam
pemberian reward selama pembelajaran online membuat siswa termotivasi untuk terus
belajar meski bukan lewat tatap muka. Guru IPS juga melakukan upaya pendekatan
emosional dengan orang tua siswa sebagai bentuk control terhadap perilaku dan disiplin
siswa saat belajar online. Sementara upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa yang berhubungan dengan bentuk ekspresi siswa yaitu pengerjaan tugas kelompok
yang diberikan kepada siswa. Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk
mengkomunikasikan tugas tersebut dengan cara dan aplikasi yang diinginkan oleh siswa.
Hasil dari penugasan tersebut akan dipublikasikan secara umum.
Kata Kunci : Upaya Guru IPS, Motivasi Belajar, Pandemi Covid19
Abstract. Social studies teachers' efforts in increasing student motivation during the
Covid-19 period at SMP Negeri 1, Simbulue District, Bone Regency by taking a personal
approach, namely contacting students one by one either by communicating directly via
smartphone or by private chat via WhatsApp. In addition, the efforts made by teachers for
students who do not have smartphones are to encourage students to come to school to
take learning materials and assignments. In addition, the teacher also made visits to
students' homes but still followed health protocols. The informants in this study
interviewed 3 teachers from each class who had taught Social Studies (Social Education)
subjects, namely, 1 person from class VII, 1 person from Class VIII, and 1 person from
Class IX. The results of research in giving rewards during online learning motivated
students to continue learning even though not face to face. Social studies teachers also
make an emotional approach with the parents of students as a form of control over student
behavior and discipline when learning online. Meanwhile, the teacher's efforts to increase
student motivation are related to the form of student expression, namely working on
group assignments given to students. The teacher gives freedom to students to
communicate the assignment in the way and application that the student wants. The
results of the assignment will be published publicly.
Keywords: Social Studies Teacher Efforts, Learning Motivation, Covid Pandemic
Phinisi Integration Review. Vol 4(1) Februari 2021
145
Ini adalah artikel dengan akses terbuka dibawah licenci CC BY-NC-4.0
(https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/ ).
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan aspek terpenting
dalam kehidupan suatu bangsa. Pendidikan pada
hakekatnya memberikan pengalaman-
pengalaman yang memungkinkan peserta didik
mengembangkan potensinya (bakat,
kemampuan, dan minatnya) secara optimal.
Pendidikan adalah proses pengembangan
pengetahuan dan karakter serta sikap hidup
dalam diri manusia atau bangsa dalam arti utuh
(Mangunwijaya, 2003:129). Utuh yang
dimaksudkan oleh Mangunwijaya adalah adanya
keterpaduan antara pengetahuan yang dipelajari
dengan realitas kehidupan sehari-hari.
Indonesia memiliki modal yang besar
dalam meningkatkan pendidikan. Modal tersebut
adalah sumber daya manusia (SDM) yang
sangat berharga dalam rangka melakukan
percepatan dalam pendidikan. Tetapi diperlukan
pengelolaan yang baik serta terstruktur agar
SDM tersebut bisa sampai pada harapan yang
dicitacitakan. Berkaitan dengan SDM, Isjoni,
(2012) menyatakan bahwa Pendidikan identik
dengan output sumber daya manusia (SDM),
dan SDM yang berkualitas hanya dapat
terbentuk bilamana terdapat proses pendidikan
yang berkualitas. Hal ini mengisyaratkan bahwa
percepatan pendidikan merupakan point penting
bagi pembangunan negara. Artinya
pembangunan bangsa dan Negara ini salah
satunya ditentukan oleh ketercapaian dari
pembangunan pendidikan.
Kondisi saat ini diberbagai lini
kehidupan sedang mengalami goncangan yang
diakibatkan oleh pandemi Covid19. Kondisi ini
tak hanya dirasakan oleh Indonesia semata tetapi
juga seluruh negara di dunia ini. Kondisi
tersebut juga menyisir dunia pendidikan yang
akhirnya terjadi kekacauan dan kekhawatiran
akan kondisi pendidik dan peserta didik. Para
pendidik di Indonesia tak pernah sebelumnya
dibekali pengetahuan atau metodologis
pengajaran ketika situasi seperti ini terjadi.
Langkah tercepat yang dilakukan
pemerintah untuk menanggulangi efek Covid19
ini adalah dengan melakukan pembatasan sosial
yang juga diterapkan pada dunia pendidikan.
Dalam usaha pembatasan sosial ini pemerintah
Indonesia telah membatas kegiatan diluar rumah
seperti kegiatan pendidikan yang telah dilakukan
secara Daring melalui pembelajaran online.
(Mona, N. 2020). Walaupun pembelajaran ini
menggunakan kecanggihan serta kemajuan
teknologi, namun pembelajaran online ini
terbilang sebagai proses pembelajaran baru
sehingga baik tenaga pendidik maupun peserta
didik memerlukan waktu untuk beradaptasi.
Pembelajaran online yang menggunakan
jaringan internet dan perangkat lainnya menjadi
langkah taktis yang diambil agar proses belajar
dan mengajar tetap berlangsung. Pembelajaran
online ini bisa dilakukan dengan menggunakan
media, baik media cetak (modul) maupun non
cetak (audio/video), komputer/internet, siaran
radio dan televisi. (Patria, L., & Yulianto, K.
2011).
Dalam dunia pendidikan, seorang guru
mempunyai peran yang sangat besar bagi
seorang anak dalam belajar. Berdasarkan hal
tersebut, diketahui bahwa guru merupakan salah
satu faktor yang berpengaruh terhadap motivasi
dan prestasi belajar. Guru memiliki cara dan
pola tersendiri dalam mengasuh, membimbing
dan meningkatkan motivasi belajar anak. Cara
dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu
guru dengan guru yang lainnya. Pola asuh guru
merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku
guru dan anak dalam berinteraksi,
berkomunikasi selama mengadakan kegiatan
belajar mengajar.
Hamzah B. Uno (2007) mendefinisikan
motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam
maupun dari luar yang mendorong seseorang
untuk mencapai tujuan tertentu yang sudah
ditetapkan sebelumnya. Hal senada disampaikan
oleh Mc. Donald (Sardiman A. M., 2010),
tentang motivasi. Motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya feeling dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Kedua
gambaran akan motivasi tersebut
memperlihatkan bahwa motivasi dibangun
karena adanya kemauan dari seseorang yang
berupa dorongan dari dalam diri dan ditunjang
dari faktor luar sehingga motivasi tersebut
terarah sampai pada tujuan. Dalam hal ini
intensitas berkomunikasi dan bertemu menjadi
kunci dalam melahirkan motivasi yang besar.
Motivasi adalah hasrat, dorongan dan
kebutuhan seseorang untuk dapat melakukan
aktivitas tertentu. Sehingga motivasi diartikan
sebagai kekuatan yang mendorong tindakan
Agustang, Heman, Said, Agustang. Upaya Guru IPS Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
146
menuju suatu tujuan (Cleopatra, M. 2015).
Tetapi pada setiap kondisi pandemi ini yang
merupakan kondisi yang baru dan tak terduga,
seorang guru dituntut bisa menciptakan inovasi
yang akhirnya bisa selalu membuat peserta didik
berada dalam proses pembelajaran yang efektif.
Proses pembelajaran yang dirasa efektif dalam
kondisi masih mewabahnya virus Covid19 yaitu
pembelajaran online rupanya tidak sesuai
harapan. Metode tersebut tak membuat para
peserta didik menjadi semakin termotivasi untuk
belajar. Peserta didik mengalami keterbatasan
untuk menyampaikan aspirasi serta pemikiran
pemikirannya. Ini mengakibatkan proses
pembelajaran menjadi jenuh dan tidak terbangun
kondisi sosiologis serta psikologis antar peserta
didik dan pendidik. Kejenuhan tersebut
mengakibatkan prestasi belajar siswa menjadi
menurun.
Kondisi ini ditemukan oleh peneliti saat
melakukan penelitian awal di SMP Negeri 1
Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone. Melalui
wawancara awal yang dilakukan pada salah satu
guru IPS (Ilmu Pendidikan Sosial) menyatakan
bahwa “terlihat siswa sepertinya hanya
mengerjakan tugas apa adanya saja. Siswa juga
terkadang hanya melakukan absen online dan
ketika diberikan tugas, hanya sedikit yang
meresponnya”.
Lebih lanjut lagi guru tersebut
menyatakan bahwa “sepertinya siswa
kehilangan semangat belajar dan lebih
menikmati kondisi ini seperti libur sekolah yang
kebanyakan. Sehingga proses pembelajaran
tidak diikuti dengan serius. Guru juga
mengalami kendala dalam memotivasi siswa
karena keterbatasan ruang serta waktu.
Ditambah lagi kebanyakan siswa dan orang tua
mengeluh akan paket data internet yang
digunakan sangatlah banyak dan mahal”.
Informasi awal tersebut menunjukkan
bahwa motivasi siswa dalam proses belajar
mengajar melalui media online dimasa covid19
ini mengalami penurunan yang berefek pada
kemajuan pembelajaran siswa. Pembelajaran
online menciptakan batasan sosial dan
psikologis antara guru dan peserta didik
sehingga yang terjadi tak lebih hanya
penuntasan kewajiban baik sebagai guru
maupun sebagai peserta didik.
Motivasi belajar menjadi menurun
karena tidak adanya controling dari guru akan
apa aktivitas peserta didik disaat proses
pembelajaran online. Peserta didik yang
mengalami gangguan pada motivasi belajar
maka dengan sendirinya akan menciptakan
prestasi belajar yang diluar dari harapan. Hal ini
menuntut guru untuk bisa menciptakan solusi
agar siswa tidak kehilangan motivasi belajarnya.
METODE
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian kualitatif yaitu suatu proses penelitian
dan pemahaman yang berdasarkan pada
metodologi yang menyelidiki suatu fenomena
sosial dan masalah manusia. Dimana Penelitian
ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kecamatan
Sibulue Kabupaten Bone. Kedudukan metode
penelitian berisikan argumentasi tentang
pemilihan pendekatan/ metode berdasarkan :
sifat variabel yang diteliti dan jenis informasi
yang dibutuhkan. Tahapan yang harus dilalui
dalam metode penelitian menurut Agustang
(2015) yaitu, Identifikasi satuan analisis : orang
(Kelompok/ individu) atau gejala (Bahasa,
perkawinan, kota, mitos dan lain-lain),
Identifikasi sasaran penelitian (populasi dan
lokasi), Identifikasi dan sumber- sumber
informasi (orang, dokumen, lembaga); cara
mendapatkan sumber informasi (akses ke orang/
dokumen/lembaga) dan cara mendapatkan
informasi (observasi, wawancara, dan lain-
lain),Menguraikan cara analisis (dengan statistik
dan atau interpretasi kualitatif), dan Lampirkan
instrumen pengumpulan data Quesioner/angket,
pedoman wawancara/ pengamatan,dan lain-
lain).
Pemilihan informan dalam penelitian ini
menggunakan cara purposive sampling yaitu
teknik pengambilan sumber data dengan
pertimbangan tertentu yakni sumber data
dianggap paling tahu tentang apa yang
diharapkan (Sugiyono. 2008). Purposive
sampling dilakukan dengan cara mengambil
subjek bukan didasarkan atas strata, random atau
daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan
tertentu (Arikunto. 2010). Adapun informan
yang dipilih pada penelitian ini yaitu yang sesuai
dengan ciriciri atau berdasarkan tingkat
informasi yang dibutuhkan, bersedia
diwawancarai, dapat menjadi sumber data yang
baik dan dapat dipercaya. Informan utama
adalah guru SMP Negeri 1 Kecamatan Sibulue
Kabupaten Bone sebanyak 3 orang. Masing-
masing guru tersebut dari Kelas VII, Kelas VIII,
Kelas IX yang telah mengajarkan mata pelajaran
IPS (Ilmu Pendidikan Sosial).
Phinisi Integration Review. Vol 4(1) Februari 2021
147
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pandemi Covid19 telah membuat
kepanikan dan membuat hampir seluruh proses
kehidupan berubah baik secara proses maupun
hasil. Langkah cepat yang ditempuh pemerintah
adalah pembatasan aktivitas social (PSBB).
Dalam usaha pembatasan sosial ini pemerintah
Indonesia telah membatas kegiatan diluar rumah
seperti kegiatan pendidikan yang telah dilakukan
secara daring melalui pembelajaran online
(Mona, N. 2020). Hal ini dipertegas oleh
pemerintah melalui Menteri Pendidikan yang
telah mengeluarkan keputusan mengenai
pembelajaran yang dilaksanakan dalam rumah
(School From Home). Langkah ini ditempuh
demi melindungi peserta didik dan tenaga
kependidikan dari penyebaran Covid19.
Langkah ini pula membuat guru atau tenaga
pendidik harus merubah metode pembelajaran
yang disesuaikan dengan kondisi saat ini.
Berdasarkan keterangan dari guru IPS
Kelas VIII, kebiasaan para siswa atau peserta
didik dalam proses belajar mengajar yang
dilakukan dari senin hingga sabtu dan
dilaksanakan dengan tatap muka langsung,
dikarenakan adanya kejadian ini maka
pembelajaran dilakukan dengan pembelajaran
online. Pembelajaran online yaitu pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan media, baik
media cetak (modul) maupun non cetak
(audio/video), komputer/internet, siaran radio
dan televise (Patria, L., & Yulianto, K.2011).
Selain pembelajaran sistem online, juga sekolah
dalam hal ini guru mata pelajaran memberikan
materi pelajaran atau penugasan kepada peserta
didik yang telah diperbanyak oleh pihak
sekolah. Siswa dapat datang ke sekolah untuk
mengambil materimateri tersebut serta akan
mendapatkan penjelasan dari guru mata
pelajaran agar tidak terjadi kesalahpahaman
dalam pengerjaan tugas. Hal ini dilakukan
tentunya dengan tetap mengedepankan protokol
kesehatan. Langkah ini ditempuh karena tidak
semua siswa bisa mengikuti pembelajaran online
dikarenakan keterbatasan fasilitas baik
smartphone maupun paket data.
Kondisi yang ideal pada saat pandemi
covid19 yang berhubungan dengan
pembelajaran adalah saat siswa memiliki
perangkat pembelajaran yang memadai sehingga
tidak terjadi kendala dalam proses pembelajaran.
Namun faktanya tidak semua siswa memiliki
perangkat tersebut. Maka kreativitas seorang
pendidik atau guru dituntut lebih dari
sebelumnya. Kreativitas guru merupakan salah
satu yang dapat mendorong motivasi belajar
siswa, sebab guru yang kreatif dapat untuk
mengembangkan kemampuannya, menciptakan
ide-ide baru dalam menjalankan perannya
sebagai pengajar (Oktiani, 2017).
Pemaparan di atas memberikan
gambaran sekaligus informasi bagaimana
modifikasi proses pembelajaran sekarang pada
SMP Negeri 1 Kecamatan Simbulue Kabupaten
Bone. Modifikasi atau perubahan tersebut
pastinya menciptakan kondisi yang juga tidak
biasa untuk peserta didik. Hal itu juga akan
mempengaruhi motivasi belajar siswa.
Sementara, motivasi belajar adalah hal yang
penting bagi siswa dalam proses pembelajaran.
Menyadari akan pentingnya motivasi belajar
siswa dan dihadapkan dengan kenyataan yaitu
pembelajaran jarak jauh di tengah pandemi
Covid19, maka guru harus mengambil langkah
yang strategis sebagai usaha dan upaya untuk
tetap menjaga dan menumbuhkan motivasi
belajar siswa. Langkah tersebut haruslah
dipastikan efektif dan tepat sasaran sehingga
penghambat dari motivasi belajar siswa tersebut
dapat diminimalisir.
Upaya Guru IPS Dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Pada Masa Covid
19 Di SMP Negeri 1 Kecamatan Simbulue
Kabupaten Bone
Berdasarkan hasil wawancara yang telah
dilakukan peneliti dengan guru IPS kelas VII,
ditemukan upaya meningkatkan motivasi belajar
siswa adalah dengan cara menghubungi satu
persatu peserta didik dan mengapresiasi setiap
penugasan yang telah dikerjakan oleh siswa.
Penugasanpenugasan yang dikerjakan oleh
siswa juga dipublikasikan dan dilaporkan
langsung kepada kepala sekolah sebagai bentuk
pertanggungjawaban dari guru bersangkutan.
Selain itu, bagi siswa yang terkendala dalam
pembelajaran online, guru mata pelajaran IPS
biasanya melakukan kunjungan ke rumah siswa
bersangkutan. Kunjungan tersebut dilakukan
untuk memudahkan proses pembelajaran selama
pandemi Covid19.
Upaya yang berbeda dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa dilakukan
oleh guru IPS kelas IX. Berdasarkan wawancara
yang dilakukan, upaya yang dilakukan adalah
dengan membuat tugas yang diberikan menjadi
seperti lomba. Sehingga dari hasil pemeriksaan
tugastugas yang diberikan selama sebulan,
akan diakumulasi nilainya dan tiga orang yang
Agustang, Heman, Said, Agustang. Upaya Guru IPS Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
148
paling tinggi nilainya akan diberikan
penghargaan berupa paket data.
Berdasarkan pernyataan guru IPS kelas
IX tersebut tergambar bahwa penghargaan atau
reward bisa menjadi salah satu solusi untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa. Menurut
Hapsari & Christiana (2013) pemberian
penghargaan atau reward dapat menjadi suatu
rangsangan untuk meningkatkan motivasi
belajar peserta didik, sehingga anak merasa
bahwa yang telah dilakukannya tidak sia-sia
karena telah dihargai.
Sementara itu, berdasarkan hasil
wawancara dengan guru IPS kelas VIII
menyatakan bahwa, proses pembelajaran selama
pandemi covid19 ini memang dilakukan secara
online dan terkadang juga siswa datang ke
sekolah untuk menjemput materi atau tugas
tugas yang telah disiapkan. Dalam seminggu,
siswa diwajibkan datang mengambil materi atau
tugas di sekolah yang dimana saat mata
pelajaran itu berlangsung maka absensi
dilakukan lewat grup Whatsapp yang disertai
dengan fotofoto belajar. Selain itu, guru IPS
kelas VIII juga melakukan komunikasi dengan
orang tua siswa untuk mengetahui respon dari
siswa dengan metode pembelajaran online. Hal
ini dilakukan agar bisa mengukur efektivitas dan
efesiensi dari pembelajaran daring. Dari
informasi orang tua juga dapat dijadikan solusi
dari kendalakendala pembelajaran online. Hal
ini juga dilakukan untuk tetap menjaga
hubungan emosional antara guru, siswa dan
orang tua.
Pernyataan guru IPS kelas VIII di atas
menunjukkan bahwa proses pembelajaran online
tidaklah boleh membatasi hubungan emosional
antara guru, siswa dan orang tua sehingga
komunikasi harus tetap dijaga. Ini juga berfungsi
sebagai controling berupa laporan kondisi siswa
selama belajar dirumah secara online.
Untuk penugasan yang berupa video,
guru VII menerapkan kerja kelompok online dan
konten dari video tersebut adalah kejadian
kejadian atau faktafakta terdekat dalam
lingkungan sosial. Guru tersebut memberikan
kebebasan kepada siswa untuk melalukan rapat
online dengan temanteman kelompoknya yang
dibuktikan dengan hasil screenshot saat para
siswa mengadakan rapat. Videovideo yang
telah dibuat siswa akan dinonton secara online
dan publish untuk umum.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa upaya guru IPS dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa pada masa
Covid19 di SMP Negeri 1 Kecamatan
Simbulue Kabupaten Bone dengan melakukan
pendekatan personal yaitu menghubungi siswa
satu persatu baik dengan berkomunikasi
langsung melalui smartphone ataupun dengan
chat pribadi lewat whatsapp. Selain itu, upaya
yang dilakukan guru untuk siswa yang tidak
memiliki smartphone adalah dengan
menganjurkan siswa datang ke sekolah untuk
mengambil materi dan tugas pembelajaran.
Selain itu juga guru melakukan kunjungan ke
rumah siswa namun tetap dengan mengikuti
protokol kesehatan. Upaya yang lain yaitu
adalah dengan memberikan penghargaan atau
reward kepada siswa yang mengerjakan tugas
dengan nilai yang tinggi. Pemberian reward
tersebut membuat siswa termotivasi untuk terus
belajar meski bukan lewat tatap muka. Guru IPS
juga melakukan upaya pendekatan emosional
dengan orang tua siswa sebagai bentuk control
terhadap perilaku dan disiplin siswa saat belajar
online. Sementara upaya guru dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa yang
berhubungan dengan bentuk ekspresi siswa yaitu
pengerjaan tugas kelompok yang diberikan
kepada siswa. Guru memberikan kebebasan
kepada siswa untuk mengkomunikasikan tugas
tersebut dengan cara dan aplikasi yang
diinginkan oleh siswa. Hasil dari penugasan
tersebut akan dipublikasikan secara umum.
DAFTAR RUJUKAN
Andi Agustang. (2015). Dasar-Dasar Filsafat
Penelitian Untuk Pengembangan Ilmu.
Aulina, C. N. (2018). Penerapan Metode Whole
Brain Teaching dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi
: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
2(1), 1. https://doi.org/10.31004/obsesi.v2i1.1
Cleopatra, M. (2015). Pengaruh gaya hidup dan
motivasi belajar terhadap
prestasi belajar matematika. Formatif: Jurnal
Ilmiah Pendidikan MIPA,
Fathurrahman. (2020). Penggunaan Metode
Pembelajaran Role Playing Dalam
Menumbuhkan Motivasi Belajar Pada
Pembelajaran Sejarah [Preprint].
https://doi.org/10.35542/osf.io/stnwa
Phinisi Integration Review. Vol 4(1) Februari 2021
149
Hamzah B. Uno. (2007). Teori Motivasi dan
Pengukurannya. Jakarta: Bumi
Aksara
Hapsari, R. P., & Christiana, E. (2013). Studi
Tentang Pelaksanaan Pemberian
Reward Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Kelompok-A Di TK Islam Al-Azhar
35 Surabaya. Jurnal Mahasiswa
Bimbingan Konseling UNESA, 4(1),
274
284. Diambil dari
http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/ind
ex.php/jurnal-bk-
unesa/article/view/6591
Isjoni. (2012). Memajukan Bangsa Dengan
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Mona, N. (2020). Konsep Isolasi Dalam
Jaringan Sosial Untuk Meminimalisasi
Efek Contagious (Kasus Penyebaran Virus
Corona Di Indonesia). Jurnal
Sosial Humaniora Terapan Universitas
Indonesia,
Oktiani, I. (2017). Kreativitas Guru dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar
Peserta Didik. Jurnal Kependidikan, 5(2), 216
232.
https://doi.org/10.24090/jk.v5i2.1939
Patria, L., & Yulianto, K. (2011). Pemanfaatan
Facebook untuk Menunjang
Kegiatan Belajar Mengajar Online Secara
Mandiri. Repository UT,
Sardiman. A. M. (2007). Interaksi Dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Siregar, H. I. (2015). Peningkatkan Motivasi
Belajar Siswa Dalam Pembelajaran
Microsoft Excel Dengan Menggunakan Metode
Tutor Sebaya Di Kelas VIII-
D SMP Negeri 1 Batangkuis. SCHOOL
EDUCATION JOURNAL PGSD FIP
UNIMED, 4(1), 127140.
https://doi.org/10.24114/sejpgsd.v4i1.
2982
Suryani, M. (2015). Meningkatkan Motivasi
Belajar Pembelajaran Untuk Siswa
Kelas V SD Negeri 04 Pasar Pandan Air (PPA)
Mati Solok Melalui Metode
Inquiry. Inovasi Pembelajaran Berbasis Riset di
Sekolah Dasar, 1, 1.
Diambil dari
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/prosidingpgs
d/article/view/4872
Article
Full-text available
Motivation is a factor that must be included in the learning process so that the learning process can be successful.This article was written with the aim of describing how to increase students motivation by using strategies such as making miniatures at the Buddhist Sunday School (SMB), and to find out the obstacles and provide insight into students beliefs about Buddhism. The researcher uses case study qualitative method, data collection method uses observation, interview and documentation. The location of this research is the Budddhist Sunday School (SMB) Dhamma Sena, Vihara Sradha Dhamma, Pokoh, Wonoboyo, Wonogiri Regency. The subject of this study, namely the Buddhist Sunday School (SMB) teacher, as well as elementary school Sunday School students. The results of this study, namely the teacher s efforts in increasing student learning motivation are using gifts/reward, using interesting learning media, appropriate strategies such as using the case study method, carrying out outbound activities or outdoor activities, and a comfortable study room that is not cluttered.
Preprint
Full-text available
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara mendalam tentang Pelaksanaan dan Distorsi pendidikan karakter siswa dalam Pendidikan Jarak Jauh pada era Pandemi Covid-19 di Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi barat, Indonesia. Data dikumpulkan melalui responden sebanyak 4.380 orang. Responden dipilih secara sengaja pada orang tua siswa atau yang mewakili, mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Majene. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 291 sekolah yang tersebar pada 8 (delapan) Kecamatan dengan jumlah 44.949 peserta didik yang aktif melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (e-learning). Aplikasi yang sering digunakan selama pembelajaran jarak jauh adalah WhatsApp, Ruang Guru, Zoom Meeting, dan Google Calssroom, dan aplikasi-aplikasi lain. Distorsi karakter religius yang mengkuatirkan adalah pada aspek kepedualian pada sesama yang dapat menimbulkan intoleransi, individualistik, dan kurangnya penghargaan kepada orang lain. Distorsi pada karakter nasionalisme muncul karena selama pembelajaran jarak jauh para siswa hampir tidak pernah lagi menghadiri kegiatan bersifat kenegaraan. Distorsi karakter kemandirian siswa ditandai dengan berkembangnya sikap yang mengantungkan diri pada orang tua atau pendampingnya selama melakukan pembelajaran daring. Distorsi pada karakter gotong royong dipicu oleh kurangnya interaksi antar siswa mengakibakan kurangnnya saling pemahaman, tidak saling menghargai, siswa menjadi sangat tertutup dengan teman sebaya. Individualis yang muncul dalam diri siswa mengibatkan kurangnya tolong-menolong antar siswa, kurangnya solidaritas, rendahnya rasa empati yang mengakibatkan sikap kerelawanan menjadi rendah. Distorsi karakter Integritas siswa yaitu kecenderungan siswa untuk tidak jujur pada saat mengikuti tes/ujian. Bentuk kecurangan siswa yaitu dengan memanfaatkan mesin aplikasi pencari untuk menemukan jawaban, serta menggunakan chating di media sosial antar teman.
Preprint
Full-text available
Abstrak. Covid-19 merupakan pandemic yang menjadikan iklim pendidikan yang berubah di Indonesia secara signifikan, terutama di dunia pendidikan. Pembelajaran anak sekolah berubah drastic yang awalnya tatap muka menjadi dalam jaringan atau yang kita kenal dengan istilah daring. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses pembelajaran daring dan kajian dampak pandemi covid-19. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan teknik angket tidak struktur dan studi pustaka. Subjek penelitian berjumlah 6 responden, yaitu 2 guru kelas, 2 orang tua siswa, 2 siswa. Hasil penelitian ini adalah pembelajaran daring di wilayah Kampung di Atasa Air Balikpapan dengan Siswa yang duduk pada bangku SD dengan memanfaatkan aplikasi whatsapp, google classroom, google meet, video youtube, video pembelajaran guru dan zoom meeting. Dampak positif adanya pandemi Covid-19, bagi guru, siswa, dan orang tua mengenal aplikasi-aplikasi pembelajaran. Namun, lebih banyak dampak negatif yang diperoleh, diantaranya guru memiliki tenaga ekstra dalam melayani siswa, pembelajaran tidak sesuai dengan harapan karena banyak kendala di lapangan, tidak maksimalnya sarana prasarana pendukung menjadi kendala utama sehingga pembelajaran tidak efektif dan efisien. Peserta didik tidak konsentrasi, banyak bermain bahkan tidak mengumpulkan tugas karena malas menyelesaikannya. Orangtrua mengeluarkan biaya tambahan dalam hal menyiapkan data kuota atau jaringan internet.
Preprint
Full-text available
Abstrak Penelitian ini menelaah tentang pekerja anak informal yang putus sekolah di Kota Makassar. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang fenomena putus sekolah di kalangan pekerja anak. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah faktor-faktor non ekonomi (aspirasi, akses, dan layanan pendidikan) yang turut mendorong terjadinya putus sekolah di kalangan pekerja anak. Faktor ekonomi dengan alasan biaya pendidikan yang sangat mahal menjadi kurang polpuler dengan adanya berbagai program pemerintah yang meringankan bahkan membebaskan biaya pendidikan dasar. Setelah sekian lama program tersebut diimplementasikan, ternyata angka putus sekolah masih tetap signifikan. Patut diduga bahwa faktor perspektif individual (aspirasi) dan perpektif persekolahan (akses dan layanan pendidikan) turut memberi andil yang cukup besar terhadap keputusan pekerja anak meninggalkan sekolah. Kata Kunci: Aspirasi, akses, layanan, pekerja anak, putus sekolah. A. Pendahuluan Pandangan filosofis bahwa pendidikan merupakan hak asasi manusia merupakan dasar bagi penyelenggaraan program wajib belajar yang harus diikuti oleh semua warga negara Indonesia. UUD 1945 dan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menetapkan setiap warga negara Indonesia wajib menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun dan biayanya ditanggung oleh pemerintah. Wajar dikdas 9 tahun adalah prasyarat yang harus dipenuhi agar semua manusia Indonesia bisa menjadi pembelajar sepanjang hayat. Target Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun di Indonesia , yaitu meningkatkan partisipasi pendidikan dasar dengan indikator kinerja pencapaian APK jenjang SLTP/MTs mencapai 90 persen paling lambat pada 2008, dan meningkatkan mutu pendidikan dasar yang pada saat ini masih di bawah standar nasional. Kebijakan pelaksanaan program wajib belajar minimal untuk tingkat pendidikan dasar, selain untuk memenuhi tuntutan konstitusi, juga untuk memenuhi komitmen global, Millennium Development Goals (MDGs) yang menargetkan pada tahun 2015 semua negara telah mencapai Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan dasar 100%. Target MDGs menjamin semua anak di manapun, baik laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar pada 2015. Sementara sasaran peningkatan kualitas pendidikan tahun 2010-2015 adalah meningkatnya akses masyarakat terhadap pendidikan, dengan indikator angka partsipasi kasar (APK) SD 100%, SMP 98,09%, SMA 69,34% dan PT 18%; angka partisipasi sekolah (APS) usia 7-12 tahun 99,57%, 13-15 tahun 96,64%; dan angka melanjutkan sekolah dari SD ke SMP 94% dan dari jenjang SMP ke SMA 90% Namun demikian, Indonesia termasuk salah satu negara berkembang yang sarat dengan persoalan putus sekolah di samping problem pendidikan yang lainnya. Dilihat secara persentase, jumlah total siswa yang putus sekolah dari SD atau SMP memang hanya berkisar 2 hingga 3 persen dari total jumlah siswa. Namun, persentase yang kecil tersebut menjadi besar jika dilihat angka sebenarnya. Jumlah anak putus sekolah SD setiap tahun rata-rata berjumlah 600.000 hingga 700.000 siswa. Sementara itu, jumlah mereka yang tidak menyelesaikan sekolahnya di SMP sekitar 150.000 sampai 200.000 orang.(A. Y. A. Agustang et al., 2021). Data menunjukkan bahwa jumlah anak putus sekolah di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2006 jumlahnya masih sekitar 10.8 juta anak. Namun, setahun kemudian sudah bertambah sekitar 20 % menjadi 11,7 juta jiwa. Lebih dari 1,1 juta anak memilih berhenti belajar di sekolah selama tahun 2007. Artinya, setiap menit ada 4 anak putus sekolah di Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya angka putus sekolah itu adalah dorongan orangtua dari keluarga tidak mampu. Anak kemudian dikondisikan untuk mencari uang dan menambah penghasilan keluarga. (Rasyid et al., 2020). Sedikitnya 497.275 anak usia 13-15 tahun di Indonesia belum mendapat layanan pendidikan SMP/MTS karena faktor kemiskinan, geografi, budaya kawin muda, dan tidak sekolah (Agustang; Andi et al., 2020). Berdasarkan data BPS Angka partisipasi sekolah (APS) di Indonesia untuk anak usia 13-15 tahun 2009 sekitar 85.45 %. Sementara itu angka partisipasi kasar (APK) PAUD pada tahun 2008 baru mencapai 50,62 persen dan APM SD/MI/sederajat/Paket A baru mencapai 95,14 persen. Sementara itu, APK SMP/MTs/sederajat/Paket B adalah sebesar 96,18 persen dan APK SMA/sederajat baru mencapai 64,28 persen. Di Sulawesi Selatan Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, untuk tahun 2009 APS Sulawesi Selatan untuk umur 7-12 tahun adalah 96,53 dan 80,96 untuk anak umur 13-15 tahun. APK pendidikan di Sulawesi Selatan pada jenjang SD/MI pada tahun 2008 adalah sekitar 109,25 % sedangkan Angka Partisipasi Murni (APM) adalah sekitar 92,15%. Pada jenjang SMP/MTs/sederajat pada tahun yang sama APK adalah sekitar 72,43% sedangkan APM adalah sekitar 60,62%. Sedangkan Pada jenjang Sekolah Menengah APK adalah sekitar 52,47% dan APM adalah sekitar 41,47%. Data tersebut di atas menunjukkan banyaknya siswa yang berusia di bawah usia (underage) dan di atas usia (overage) seharusnya pada jenjang sekolah masing-masing. APS di Kota Makassar untuk penduduk usia 7-12 tahun pada tahun 2009 sebesar 96,90 persen, usia 13-15 tahun sebesar 85,60 persen, dan 16-18 tahun sebesar 55,60 persen. Hal ini menunjukkan bahwa di Kota Makassar masih terdapat sekitar 3,10 persen penduduk usia 7-12 tahun, sekitar 14,40 persen penduduk usia 13-15 tahun dan sekitar 44,40 persen penduduk usia 16-18 tahun yang belum pernah sekolah atau tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sedangkan APS pada tahun 2008 untuk anak umur 7-12 tahun adalah 97 %, anak umur 13-15 tahun adalah sebesar 86.4 %, dan anak umur 16-18 tahun sebanyak 65.7 % (Sensus Penduduk, 2010). Data tersebut menunjukan adanya kecenderungan semakin tinggi jenjang pendidikan semakin tinggi pula angka putus sekolah dan semakin rendah APS. Hasil pengamatan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Kibar, sejak Januari-April 2011, dari 12 ribu anak yang putus sekolah, terbesar di Kota Makassar. Jumlahnya mencapai 7.000 anak atau 60 persen dari total jumlah anak tak sekolah. Empat puluh persen sisanya
Preprint
Full-text available
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara mendalam tentang Pelaksanaan dan Distorsi pendidikan karakter siswa dalam Pendidikan Jarak Jauh pada era Pandemi Covid-19 di Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi barat, Indonesia. Data dikumpulkan melalui responden sebanyak 4.380 orang. Responden dipilih secara sengaja pada orang tua siswa atau yang mewakili, mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Majene. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 291 sekolah yang tersebar pada 8 (delapan) Kecamatan dengan jumlah 44.949 peserta didik yang aktif melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (e-learning). Aplikasi yang sering digunakan selama pembelajaran jarak jauh adalah WhatsApp, Ruang Guru, Zoom Meeting, dan Google Calssroom, dan aplikasi-aplikasi lain. Distorsi karakter religius yang mengkuatirkan adalah pada aspek kepedualian pada sesama yang dapat menimbulkan intoleransi, individualistik, dan kurangnya penghargaan kepada orang lain. Distorsi pada karakter nasionalisme muncul karena selama pembelajaran jarak jauh para siswa hampir tidak pernah lagi menghadiri kegiatan bersifat kenegaraan. Distorsi karakter kemandirian siswa ditandai dengan berkembangnya sikap yang mengantungkan diri pada orang tua atau pendampingnya selama melakukan pembelajaran daring. Distorsi pada karakter gotong royong dipicu oleh kurangnya interaksi antar siswa mengakibakan kurangnnya saling pemahaman, tidak saling menghargai, siswa menjadi sangat tertutup dengan teman sebaya. Individualis yang muncul dalam diri siswa mengibatkan kurangnya tolong-menolong antar siswa, kurangnya solidaritas, rendahnya rasa empati yang mengakibatkan sikap kerelawanan menjadi rendah. Distorsi karakter Integritas siswa yaitu kecenderungan siswa untuk tidak jujur pada saat mengikuti tes/ujian. Bentuk kecurangan siswa yaitu dengan memanfaatkan mesin aplikasi pencari untuk menemukan jawaban, serta menggunakan chating di media sosial antar teman.
Preprint
Full-text available
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh efektivitas pembelajaran terhadap pembelajaran online pada mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri 22 Makassar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik sampel dalam penelitian ini menggunakan probability sampling dengan menggunakan simple random sampling, pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X, XI, dan XII jurusan IPS Tahun ajaran 2020/2021 yang berjumlah 315 orang siswa, sedangkan sampelnya berjumlah 76 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) bentuk efektivitas dari pembelajaran online dapat dilihat dari siswa aktif dalam pembelajaran, siswa tepat waktu dalam mengerjakan tugas dan ulangan yang diberikan oleh guru, tepat waktu hadir dalam pembelajaran, dan respon siswa terhadap kinerja guru sangat baik dalam mengajar pembelajaran online. 2) variabel X (efektivitas pembelajaran) berpengaruh terhadap variabel Y (pembelajaran online) hal tersebut ditunjukkan dengan nilai signifikan korelasi sebesar 0,619 > 0,05 yang berarti memiliki korelasi hubungan yang kuat. Tingkat signifikansi 5% N=76 sebesar 0,187. Jadi 0,619 lebih besar dari 0,187 dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak dan (Ha) diterima. Keeratan hubungan antar variabel dapat dilihat dari koefisien korelasi (tabel correlation atau tabel summary/ nilai R) 0,619 dan signifikansi pada nilai 0,00 (nilai lebih kecil dari 0,05 yang artinya signifikan). Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antar efektivitas pembelajaran terhadap pembelajaran online dengan keeratan hubungannya sebesar 0,619 atau 61,9% yang dalam kategori hubungan yang kuat.
Preprint
Full-text available
Penelitian ini menelaah tentang pekerja anak informal yang putus sekolah di Kota Makassar. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang fenomena putus sekolah di kalangan pekerja anak. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah faktor-faktor non ekonomi (aspirasi, akses, dan layanan pendidikan) yang turut mendorong terjadinya putus sekolah di kalangan pekerja anak. Faktor ekonomi dengan alasan biaya pendidikan yang sangat mahal menjadi kurang polpuler dengan adanya berbagai program pemerintah yang meringankan bahkan membebaskan biaya pendidikan dasar. Setelah sekian lama program tersebut diimplementasikan, ternyata angka putus sekolah masih tetap signifikan. Patut diduga bahwa faktor perspektif individual (aspirasi) dan perpektif persekolahan (akses dan layanan pendidikan) turut memberi andil yang cukup besar terhadap keputusan pekerja anak meninggalkan sekolah.
Article
Full-text available
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh efektivitas pembelajaran terhadap pembelajaran online pada mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri 22 Makassar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik sampel dalam penelitian ini menggunakan probability sampling dengan menggunakan simple random sampling, pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X, XI, dan XII jurusan IPS Tahun ajaran 2020/2021 yang berjumlah 315 orang siswa, sedangkan sampelnya berjumlah 76 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) bentuk efektivitas dari pembelajaran online dapat dilihat dari siswa aktif dalam pembelajaran, siswa tepat waktu dalam mengerjakan tugas dan ulangan yang diberikan oleh guru, tepat waktu hadir dalam pembelajaran, dan respon siswa terhadap kinerja guru sangat baik dalam mengajar pembelajaran online. 2) variabel X (efektivitas pembelajaran) berpengaruh terhadap variabel Y (pembelajaran online) hal tersebut ditunjukkan dengan nilai signifikan korelasi sebesar 0,619 > 0,05 yang berarti memiliki korelasi hubungan yang kuat. Tingkat signifikansi 5% N=76 sebesar 0,187. Jadi 0,619 lebih besar dari 0,187 dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak dan (Ha) diterima. Keeratan hubungan antar variabel dapat dilihat dari koefisien korelasi (tabel correlation atau tabel summary/ nilai R) 0,619 dan signifikansi pada nilai 0,00 (nilai lebih kecil dari 0,05 yang artinya signifikan). Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antar efektivitas pembelajaran terhadap pembelajaran online dengan keeratan hubungannya sebesar 0,619 atau 61,9% yang dalam kategori hubungan yang kuat.
Conference Paper
Full-text available
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara mendalam tentang Pelaksanaan dan Distorsi pendidikan karakter siswa dalam Pendidikan Jarak Jauh pada era Pandemi Covid-19 di Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi barat, Indonesia. Data dikumpulkan melalui responden sebanyak 4.380 orang. Responden dipilih secara sengaja pada orang tua siswa atau yang mewakili, mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Majene. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 291 sekolah yang tersebar pada 8 (delapan) Kecamatan dengan jumlah 44.949 peserta didik yang aktif melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (e-learning). Aplikasi yang sering digunakan selama pembelajaran jarak jauh adalah WhatsApp, Ruang Guru, Zoom Meeting, dan Google Calssroom, dan aplikasi-aplikasi lain. Distorsi karakter religius yang mengkuatirkan adalah pada aspek kepedualian pada sesama yang dapat menimbulkan intoleransi, individualistik, dan kurangnya penghargaan kepada orang lain. Distorsi pada karakter nasionalisme muncul karena selama pembelajaran jarak jauh para siswa hampir tidak pernah lagi menghadiri kegiatan bersifat kenegaraan. Distorsi karakter kemandirian siswa ditandai dengan berkembangnya sikap yang mengantungkan diri pada orang tua atau pendampingnya selama melakukan pembelajaran daring. Distorsi pada karakter gotong royong dipicu oleh kurangnya interaksi antar siswa mengakibakan kurangnnya saling pemahaman, tidak saling menghargai, siswa menjadi sangat tertutup dengan teman sebaya. Individualis yang muncul dalam diri siswa mengibatkan kurangnya tolong-menolong antar siswa, kurangnya solidaritas, rendahnya rasa empati yang mengakibatkan sikap kerelawanan menjadi rendah. Distorsi karakter Integritas siswa yaitu kecenderungan siswa untuk tidak jujur pada saat mengikuti tes/ujian. Bentuk kecurangan siswa yaitu dengan memanfaatkan mesin aplikasi pencari untuk menemukan jawaban, serta menggunakan chating di media sosial antar teman. PENDAHULUAN Masalah yang terjadi belakangan adalah nilai-nilai karakter sudah mengalami kemerosotan dan berkembangnya perilaku baru yang kini cenderung meluas, yakni: (1) perilaku tidak toleransi antar pemeluk agama; (2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk; (3) pengaruh peer-group (geng) yang kuat dalam tindak kekerasan; (4) meningkatnya perilaku merusak diri sendiri, seperti penggunaan narkoba, minuman keras; (5) menurunnya integritas; (6) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang yang lebih tua; (7) ketidakjujuran semakin membudaya; dan (8) Menebar rasa kebencian di antara sesama. Dan masih banyak lagi misalnya banyak
Konsep Isolasi Dalam Jaringan Sosial Untuk Meminimalisasi Efek Contagious (Kasus Penyebaran Virus Corona Di Indonesia)
  • Isjoni
Isjoni. (2012). Memajukan Bangsa Dengan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Mona, N. (2020). Konsep Isolasi Dalam Jaringan Sosial Untuk Meminimalisasi Efek Contagious (Kasus Penyebaran Virus Corona Di Indonesia). Jurnal Sosial Humaniora Terapan Universitas Indonesia, Oktiani, I. (2017). Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik. Jurnal Kependidikan, 5(2), 216-232.
Pemanfaatan Facebook untuk Menunjang Kegiatan Belajar Mengajar Online Secara Mandiri
  • L Patria
  • K Yulianto
Patria, L., & Yulianto, K. (2011). Pemanfaatan Facebook untuk Menunjang Kegiatan Belajar Mengajar Online Secara Mandiri. Repository UT, Sardiman. A. M. (2007). Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Meningkatkan Motivasi Belajar Pembelajaran Untuk Siswa
  • M Suryani
Suryani, M. (2015). Meningkatkan Motivasi Belajar Pembelajaran Untuk Siswa