ArticlePDF Available

ANALISIS FRAUD DIAMOND DALAM DETERMINASI PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN FAMILY OWNERSHIP SEBAGAI VARIABEL MODERASI

Authors:
  • Universitas Pembanguan Nasional Veteran Jakarta

Abstract

- The purpose of this research is to determine the influence of financial targets, ineffective monitoring, rationalization, and capability of fraud detection of financial statements. This research also uses family ownership as a moderation variable. The fraudulent financial reporting in this study were measured using earnings management. The population in this research is a banking company listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) for the period 2016-2018. The amount of samples is 123 samples for Model 1 and Model 2. The analytical methods used are multiple linear regression analyses, coesfisien determinations, simultan test (test F) and partial test (Test T) with application SPSS (Statistical Product and Service Solution) version 25th . The research result indicates that financial target, ineffective monitoring, rationalization, and capability have a significant influence on the detection of fraud financial statements and family ownership can moderate variable relationships Capability change of Directors on fraud detection of financial statements. Keywords: fraudulent financial reporting , fraud diamond, family ownership
Jurnal Ilmiah Manajemen Ubhara
DETERMINASI PENDETEKSIAN KECURANGAN
LAPORAN KEUANGAN DENGAN FRAUD
DIAMOND DAN FAMILY OWNERSHIP SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
Devira Puri Ayu Melati1; Dwi Jaya Kirana2; Noegrahini Lastiningsih3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Raya1,2,3
devirapuri@gmail.com1; dwijayakirana@upnvj.ac.id2; noegrahini.lastiningsih@yahoo.co.id3
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh target keuangan,
pengawasan yang tidak efektif, rasionalisasi, dan kemampuan pendeteksian fraud
laporan keuangan. Penelitian ini juga menggunakan kepemilikan keluarga
sebagai variabel moderasi. Kecurangan dalam Laporan Keuangan dalam
penelitian ini diukur menggunakan earning management model Kasznik.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang listed selama periode
tahun 2016-2018. Jumlah sampel yang digunakan adalah 123 sampel untuk
kedua model. Metode analisis yang dipakai adalah analisis regresi linear berganda
dengan SPSS versi 25. Hasil penelitian menunjukkan target keuangan,
monitoring yang tidak efektif, rasionalisasi dan Capability memiliki pengaruh
signifikan pada pendeteksian kecurangan laporan keuangan dan kepemilikan
keluarga memoderasi variabel capability DCHANGE pergantian direksi dalam
mendeteksi kecurangan Laporan Keuangan.
Kata kunci: Kecurangan Laporan Keuangan, Fraud diamond dan kepemilikan
keluarga
Abstract
The purpose of this research is to determine the influence of financial targets,
ineffective monitoring, rationalization, and fraud detection capabilities of
financial statements. The study also used family ownership as a moderation
variable. The fraud in the Financial Statements in this study was measured
using Kasznik's earning management model. The population of this study is a
banking company listed during the period 2016-2018. The number of samples
used was 123 samples for both models. The method of analysis used is multiple
linear regression analysis with SPSS version 25. The research results showed
financial targets, ineffective monitoring, rationalization, and Capability had a
significant influence on the detection of financial report fraud and family
ownership moderating the variable Capability DCHANGE board of directors on
the detection of financial report fraud.
Keywords: fraudulent financial reporting, fraud diamond and family
ownership
Diterima: 11 September 2020; Direvisi: 17 September 2020; Diterbitkan: 1 Oktober 2020
16 | Jurnal Ilmiah Manajemen Ubhara, Volume 2 No 2, Oktober 2020. ISSN 1858 1358, E ISSN 2684 7000
PENDAHULUAN
Salah satu bentuk komunikasi yang
menjembatani pihak perusahaan dengan
pihak diluar (eksternal) perusahaan adalah
sebuah catatan informasi keuangan
perusahaan. Sebuah laporan keuangan akan
dijadikan sebagai acuan dasar dalam
mengambil sebuah keputusan, untuk itu
laporan keuangan tersebut haruslah
disusun dengan benar dan diungkapkan
dengan apa adanya agar tidak menyesatkan
pengambilan keputusan oleh pihak yang
membutuhkan laporan keuangan
perusahaan tersebut. Perusahaan
kadangkala menunjukan hasil kinerjanya
tidak sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya, hal ini karena perusahaan ingin
memperoleh kesan “baik” dari berbagai
pihak. Dengan adanya hal tersebut manajer
cenderung melakukan manipulasi terhadap
laporan keuangan. Manipulasi ini akan
menyebabkan informasi yang disajikan
perusahaan menjadi tidak relevan dan
tentunya akan menyesatkan para pengguna
laporan keuangan tersebut. Praktik
kecurangan pelaporan keuangan biasa
disebut dengan fraudulen financial
reporting.
Praktik kecurangan pelaporan
keuangan merupakan tindakan yang
disengaja dengan maksud untuk menipu
dan menyesatkan pengguna laporan
keuangan dalam mengambil keputusan
(Arens, 2012, hlm.336). Artinya ketika
sebuah laporan keuangan disajikan dengan
informasi yang tidak benar dan tidak akurat
maka akan merugikan para pengguna
laporan keuangan dalam hal pengambilan
keputusan.
Berdasarkan data survey Association
of Certified Fraud Examiners (ACFE)
Global 2018, diketahui bahwa industri yang
paling sering melakukan tindakan
kecurangan adalah industri keuangan dan
perbankan dengan 338 kasus kecurangan
yang telah terjadi. Menurut ACFE laporan
keuangan merupakan media utama yang
dipergunakan untuk mendeteksi terjadinya
suatu kecurangan. Peran seorang auditor
sangat dibutuhkan dalam proses
pendeteksian tindak kecurangan di suatu
perusahaan, untuk mendeteksi terjadiya
sebuah kecurangan harus dibutuhkan
pengetahuan, pengalaman dan juga
kemampuan dari seorang auditor. Auditor
dapat melakukan pendeteksian tindakan
kecurangan dengan memperhatikan
beberapa kondisi. Menurut Wolfe dan
Hermanson (2004) tindakan kecurangan
laporan keuangan selalu disertai dengan
empat komponen yang biasa disebut
sebagai fraud diamond, yaitu tekanan
(pressure), kesempatan (opportunity),
rasionaliasi (razionalization), dan
kapabilitas (capability). Empat komponen
yang berada di dalam fraud diamond
diyakini dapat membantu dalam
melakukan pendeteksian kecurangan
laporan keuangan.
Dengan adanya latar belakang
tersebut, peneliti memutuskan untuk
menggunakan variabel financial target
(ROA) yang mewakilkan komponen
pressure, variabel ineffective monitoring
(Keberadaan dewan komisaris) yang
mewakilkan komponen opportunity,
variabel rationalization yang dihitung
dengan total akrual per total aset (TATA)
dan variabel capability yang di ukur dengan
perubahan direksi (DCHANGE), untuk
semakin memperkuat variabel independen,
peneliti menambahkan variabel moderasi
yaitu family ownership sebagai variabel
yang akan memoderasi hubungan
komponen fraud diamond dalam
mendeteksi kecurangan laporan keuangan.
LANDASAN TEORI
17 | Determinasi Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Fraud Diamond dan Family
Ownership Sebagai Variabel Moderasi
Teori Keagenan
Teori keagenan merupakan sebuah
teori yang mengatur tentang hubungan
kontrak yang terjadi antara pemilik
(principal) dengan agen (agent) yang
menjadi pemeran utama dalam hubungan
kontrak tersebut (Jensen dan Meckling,
1976). Dalam hal ini peran dari seorang
pemilik adalah memberi amanat kepada
agen untuk melakukan kegiatan dengan atas
nama pemilik, sedangkan agen adalah
seseorang yang menerima amanat dari
pemilik untuk menjalankan kegiatan
perusahaan, biasanya profesi dari seorang
agen adalah manajer dari sebuah
perusahaan. Walaupun pemilik telah
memberikan amanat kepada agen untuk
menjalankan kegiatan serta mengambil
keputusan atas namanya, agen juga
memiliki kepentingan lain yang
diperuntukan untuk mensejahterakan diri
nya sendiri, perbedaan kepentingan antara
prinsipal dan agen ini dinamakan agency
problem.
Sebagai pihak yang menjalankan
kegiatan perusahaan setiap harinya,
manajer selaku agen dapat dipastikan
memiliki informasi yang lebih banyak
dibandingkan infromasi yang dimiliki oleh
prinsipal, hal ini biasa disebut sebagai
informasi yang tidak simetri (asimetry
information). Karna adanya perbedaan ini,
seorang agen diharuskan untuk
memberikan informasi mengenai kondisi
perusahaan kepada pihak prinsipal, bentuk
informasi yang dimaksudkan bisa berupa
penyajian laporan keuangan.
Prinsipal selalu menginginkan
return yang tinggi atas investasi yang telah
mereka keluarkan, sedangkan pihak agen
menginginkan kompensasi yang besar atas
kinerja nya. Demi memenuhi hal-hal
tersebut, pihak agen akan bertindak tanpa
memikirkan kepentingan pihak principal,
salah satunya dengan menyajikan laporan
keuangan tidak sesuai dengan kondisi yang
ada atau bisa disebut kecurangan laporan
keuangan (financial statement fraud)
Kecurangan Laporan Keuangan
Kecurangan laporan keuangan
adalah suatu tindakan salah saji yang
dilakukan dengan sengaja, salah saji ini
dapat berupa manipulasi, pemalusan, atau
pengubahan catatan akuntansi sebuah
perusahaan sehingga berakibat
menyesatkan pengguna laporan keuangan
dalam mengambil keputusan (Albrecht,
2011).
Manajemen Laba
Manajemen laba adalah bagian dari
salah satu cara financial statement fraud
agar perusahaan terlihat lebih baik
dibandingkan dengan perusahaan lain
(Rezaee, 2002). Suatu tindakan kecurangan
laporan keuangan akan terjadi ketika ada
kesempatan untuk melakukan manajemen
laba dengan tujuan untuk membuat kinerja
mereka terlihat baik dan berhasil didepan
para pemegang saham (Dechow et al.,
1995). Untuk mengurangi managemen laba
diperlukan kualitas audit yang baik dan
konsentrasi kepemilikan mempunyai
kepentingan yang tinggi sehingga
pengawasannya lebih ketat sehingga dapat
mengurangi managemen laba (Kirana,
Wibawaningsih, & Wijayanti, 2020).
Manajemen laba erat kaitannya dengan
akrual, dalam Scott (2015) dijelaskan
bahwa terdapat dua jenis akrual yaitu akrual
diskresioner (discretionary accrual) dan
akrual non-diskresioner (nondiscretionary
accrual). Akrual diskredioner adalah akrual
yang dapat dikendalikan dan ditentukan
oleh manajemen dengan menggunakan
kebebasan dalam pemakaian standar
18 | Jurnal Ilmiah Manajemen Ubhara, Volume 2 No 2, Oktober 2020. ISSN 1858 1358, E ISSN 2684 7000
akuntansi, dengan tujuan untuk memberi
keuntungan. Sedangkan non-diskresioner
akrual adalah akrual yang tidak dapat
dikendalikan dan ditentukan oleh
manajemen karena akrual tersebut sudah
menjadi ketetapan dalam standar akuntansi
yang diterima umum, contohnya adalah
penetapan depresiasi atas sebuah
persediaan dengan metode yang sudah
diakui dalam prinsip akuntansi yang
diterima umum.
Fraud Diamond
Teori fraud diamond adalah teori
yang di keluarkan oleh Wolfe dan
Hermanson (2004) teori ini adalah
pegembangan dari teori fraud triangle yang
dikembangkan oleh Creesy (1953). Dalam
teori fraud diamond, Wolfe dan Hermanson
(2004) menyatakan bahwa untuk
meningkatkan pencegahan dan
pendeteksian tindak kecurangan diperlukan
komponen tambahan dari tiga elemen yang
sebelumnya sudah di kemukakan oleh
Creesy. Selain pressure, opportunity, dan
rationalization, ada satu komponen lagi
yang dianggap cocok untuk melengkapi
ketiga elemen tersebut, yaitu capability
(kemampuan individu). Menurut Wolfe dan
Hermanson, suatu tindak kecurangan tidak
mungki begitu saja terjadi tanpa adanya
kemampuan dari pihak yang melakukan
kecurangan tersebut. Wolfe dan Hermanson
(2004) menjelaskan komponen-komponen
fraud diamond sebagai berikut:
Tekanan (Pressure)
Tindakan kecurangan dapat terjadi
karena adanya tekanan yang diterima oleh
pelaku, baik dari dalam diri nya sendiri
ataupun dari pihak lain diluar diri nya
sendiri. Tekanan dalam hal ini ada dua jenis,
yaitu tekanan dalam hal keuangan dan
tekanan non keuangan. Tekanan keuangan
dapat terjadi ketika pelaku kecurangan
sedang megalami kekurangan dalam
mencukupi kebutuhan hidupnya atau
pelaku tidak sedang mengalami
kekurangan, namun gaya hidup yang tinggi
membuat pelaku merasa memiliki tekanan
untuk melakukan tindakan kecurangan.
Financial target (target keuangan)
merupakan bentuk dari tekanan keuangan.
Financial target merupakan tekanan
yang dialami oleh pegawai perusahaan dari
adanya target keuangan yang sudah di
tentukan oleh perusahaan. Perusahaan yang
targetnya terpenuhi berarti memiliki kinerja
yang baik, pengukuran kinerja perusahaan
dapat dilakukan dengan cara mengukur
profitabilitas perusahaan. ROA (Return On
Asset) adalah pengukuran rasio yang akan
mengukur profitabilitas perusahaan dengan
melihat aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut (Skousen et al., 2008)
Opportunity (Peluang)
Sihombing dan Rahardjo (2014)
menatakan bahwa suatu tindak kecurangan
dapat terjadi dengan lancar ketika pelaku
tindakan kecurangan tersebut memiliki
peluang untuk melakukannya. Terdapat
enam penyebab yang dapat meningkatkan
kesempatan seseorang dalam melakukan
tindak kecurangan, yaitu kurangnya kontrol
dalam mencegah dan mendeteksi tindak
kecurangan, gagal dalam menegakan
kedisiplinan pada pelaku kecurangan,
kurangnya pengawasan dalam akses
informasi, ketidakmampuan dalam menilai
kinerja pegawai, sikap apati dalam
mengantisipasi tindak kecurangan,
kurangnya jejak audit (audit trail).
Kurangnya pengawasan didalam suatu
perusahaan bisa menjadi salah satu
penyebab dari terbukanya peluang untuk
melakukan kecurangan. Ineffective
monitoring adalah suatu keadaan ketika
perusahaan tidak memiliki pengawasan
yang efektif dalam kegiatan perusahaan.
19 | Determinasi Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Fraud Diamond dan Family
Ownership Sebagai Variabel Moderasi
Ketidakefektifan pengawasan ini dapat
disebabkan karena tidak adanya komisaris
independen didalam suatu perusahaan.
Ketidakefektifan pengawasan didalam
sebuah perusahan akan membuka peluang
untuk melakukan tindakan kecurangan.
Rationalization (Rasionalisasi)
Rationalization adalah keadaan
dimana seseorang yang melakukan
tindakan kecurangan merasa bahwa
tindakan yang dilakukannya adalah benar
dan bukan merupakan suatu kesalahan.
Terdapat beberdapa kondisi yang
menyebabkan seseorang melakukan tindak
kecurangan terkait dengan adanya
rasionalisasi. Salah satu hal yang dapat
membuat seseorang merasionalkan sikap
nya adalah akrual. Francis dan Krishnan
(1999) dan Vermeer (2003) berpendapat
bahwa prinsip akrual berhubungan dengan
pengambilan keputusan manajemen dan
memberikan wawasan terhadap
rasionalisasi dalam pelaporan keuangan.
Penggunan akrual didalam sebuah
perusahaan akan menyebabkan manajer
bersikap rasionalisasi atau menganggap
bahwa tindakan yang dilakukannya sudah
benar dan sesuai dengan aturan. Menurut
Skousen (2009) rasio total akrual dapat
menggambarkan rasionalisasi terkait
dengan penggunaan prinsip akrual oleh
manajemen.
Capability (Kapabilitas)
Capability merupakan komponen
yang dikeluarkan oleh Wolfe dan
Hermanson untuk melengkapi tiga
komponen yang sebelumnya sudah
dijelaskan oleh Creesy (1953). Wolfe dan
Hermanson (2004) berpendapat bahwa
suatu tindakan kecurangan yang umumnya
bernilai material tidak mungkin terjadi
tanpa adanya orang dengan kemampuan
khusus. Pengukuran capability dapat
dihitung dengan ada atau tidaknya
pergantian direksi didalam sebuah
perusahaan (Sihombing, 2014). Pergantian
direksi (DCHANGE) diukur dengan variabel
dumm, dimana jika didalam perusahaan
terdapat pergantian direksi, maka akan
diberi kode 1, dan jika tidak terdapat
pergantian direksi didalam perusahaan
maka akan diberikan kode 0.
Family Ownership
Kepemilikan keluarga adalah
kepemilikan perusahaan yang didominasi
oleh beberapa individu yang memiliki
hubungan keluarga. Menurut Arifin (2003)
dalam Dwiyanti dan Astriena (2018)
mayoritas perusahaan publik di Indonesia
dikendalikan oleh kepemilikan keluarga.
Beuren dkk (2015) dalam Dwiyanti dan
Astriena (2018) menyatakan bahwa
penetapan perusahaan yang dikatakan
memiliki kepemilikan keluarga adalah
ketika salah satu anggota keluarga menjabat
sebagai CEO atau dewan direksi di sebuah
perusahan. Selain itu, menurut Arifin
(2003) dalam Siregar dan Utama (2008)
suatu perusahan dikatakan perusahaan
keluarga jika terdapat kepemilikan individu
sebesar 5% atau lebih dari jumlah saham
yang beredar. Adanya kepemilikan saham
oleh keluarga akan meningkatkan
pengawasan yang lebih optimal terhadap
kinerja manajemen. Cheng (2014) dalam
Sintyawati dan Dewi (2018) menjelaskan
bahwa perusahaan keluarga cenderung
memiliki struktur kepemilikan yang
terkonsentrasi sehingga perusahaan
keluarga hampir tidak mengalami konflik
agensi tipe I (konflik agen dan prinsipal).
Financial Target terhadap
Pendeteksian Kecurangan Laporan
Keuangan
20 | Jurnal Ilmiah Manajemen Ubhara, Volume 2 No 2, Oktober 2020. ISSN 1858 1358, E ISSN 2684 7000
Dalam penelitian ini komponen
pressure akan di wakilkan dengan variabel
financial target dengan proksi ROA (Return
On Assets). Bedasarkan teori keagenan
adanya penetapan financial target dapat
memberikan tekanan dalam hubungan
antara agen dan prinsipal. Pihak prinsipal
pastinya memnginginkan laba yang tinggi
dari perusahaan, sehingga dibuatlah
financial target yang tinggi yang harus
dipenuhi oleh para agen agar laba yang
diperoleh menjadi besar. Karena adanya
financial target yang harus dipenuhi, pihak
agen akan merasa tertekan dan cenderung
melakukan manipulasi agar target
keuangan perusahaan dapat terpenuhi.
Target perusahaan yag terpenuhi, akan
mencerminkan bahwa kinerja dari
perusahaan baik, dan untuk mengukur
kinerja dari suatu perusahaan dapat dilihat
melalui niali ROA perusahaan tersebut.
Semakin tinggi ROA yang dimiliki oleh
perusahaan, maka dapat disimpulkan
bahwa kegiatan operasi di perusahaan
tersebut sudah berjalan efektif, namun
dengan adanya tekanan untuk
menghasilkan ROA yang tinggi juga
membuat manajer dapat melakukan
kecurangan.
Pengggunaan variabel financial
target pernah dilakukan oleh Premananda,
dkk (2018) dan Surjaatmaja (2018),
penelitian yang dilakukan Premananda dan
Surjaatmaja berhasil membuktikan bahwa
Financial Target dengan proksi ROA
memiliki pengaruh signifikan positif
terhadap pendeteksi kecurangan laporan
keuangan. Artinya, semakin tinggi nilai
ROA yang dihasilkan oleh sebuah
perusahaan, maka tingkat kecurangan
laporan keuangan diperusahaan tersebut
juga semakin tinggi. Berdasarkan
perbedaan hasil penelitian terdahulu,
diajukan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
H1: Variabel financial target memiliki
pengaruh signifikan terhadap
pendeteksian kecurangan laporan
keuangan
Ineffective Monitoring terhadap
Pendeteksian Kecurangan Laporan
Keuangan
Komponen Opportunity dalam
penelitian ini akan diwakilkan oleh variabel
Ineffective monitoring dengan
menggunakan proksi keberadaan dewan
komisaris. Bedasarkan teori keagenan,
prinsipal sebagai pemilik menginginkan
adanya pengawasan didalam perusahaan
untuk menghindari terjadinya kecurangan.
Kurangnya pengawasan akan menyebabkan
peluang terjadinya sebuah kecurangan akan
semakin besar, hal ini tentunya akan
merugikan pihak prinsipal yang memiliki
informasi lebih sedikit dibandingkan pihak
agen. Kurangnya pengawasan terhadap
perusahaan disebabkan karena sedikitnya
keberadaan dewan komisaris independen,
hal ini dapat memicu terjadinya kecurangan
laporan keuangan, karena adanya
keberadaan dewan komisaris independen
akan meningkatkan pengawasan pada
kegiatan operasional perusahaan, sehingga
dapat mengurangi terjadinya kecurangan
laporan keuangan. Jika keberadaan dewan
komisaris independen didalam suatu
perusahaan rendah maka akan
menggambarkan bahwa pengawasan
didalam perusahan tersebut tidak efektif.
Menurut Aprilia (2016) ineffective
monitoring memiliki pengaruh signifikan
Jpositif falam mendeteksi kecurangan
laporan keuangan. Artinya, semakin tinggi
tingkat ketidakefektifan pengawasan yang
dilakukan kepada manajemen, maka tingkat
terjadinya kecurangan laporan keuangan
juga semakin tinggi. Berdasarkan
perbedaan hasil penelitian terdahulu,
21 | Determinasi Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Fraud Diamond dan Family
Ownership Sebagai Variabel Moderasi
diajukan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
H2: Variabel ineffective monitoring
memiliki pengaruh signifikan terhadap
pendeteksian kecurangan laporan
keuangan
Rationalization terhadap
Pendeteksian Kecurangan Laporan
Keuangan
Rasionalisasi adalah sikap
pembenaran atas tindakan yang
dilakukakan. Variabel rasionalisasi akan di
proksikan dengan TATA (Total akrual per
total aset). Menurut (Skousen, dkk., 2009)
variabel rasio total akrual dapat digunakan
untuk menggambarkan rasionalisasi terkait
dengan penggunaan prinsip akrual oleh
manajemen. Bedasarkan teori keagenan
prinsipal selaku pemilik pastinya
menginginkan laba yang besar dari
perusahaan, karena adanya keinginan dari
prinsipal tersebut manajer akan
membenarkan segala cara untuk memenuhi
keinginan prinsipal, termasuk melakukan
manipulasi laporan keuangan agar
mendapatkan keuntungan yang lebih.
Adanya prinsip akrual didalam sebuah
perusahaan akan menyebabkan seseorang
mengangap tindakan yang dilakukannya
adalah benar adanya dan sudah sesuai
dengan aturan. Penelitian yang dilakukan
Yesiariani & Rahayu (2017) dan
Premananda dkk (2018) membuktikan
bahwa Variabel rationalization dengan
proksi TATA memiliki pegaruh yang
signifikan dalam mendeteksi terjadinya
kecurangan laporan keuangan. Artinya,
apabila perusahaan memiliki rasio TATA
yang tinggi, maka tingkat terjadinya
kecurangan laporan keuangan pada
perusahaan tersebut juga tinggi
H3: Variabel rationalization memiliki
pengaruh signifikan terhadap
pendeteksian kecurangan laporan
keuangan
Pengaruh Capability terhadap
Pendeteksian Kecurangan Laporan
Keuangan
Capability adalah kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang. Bedasarkan sifat
sifat capability yang dikeluarkan Wolfe dan
Hermanson, maka posisi CEO, direksi,
maupun kepala divisi lainnya menjadi yang
paling tepat dalam faktor penentu
terjadinya tindakan kecurangan laporan
keuangan. Didalam teori keagenan prinsipal
sebagai pemilik tentunya menginginkan
pihak yang menjalankan perusahaannya
memiliki kemampuan, untuk pergantian
direksi pada suatu perusahaan akan
digunakan untuk mengukur tingkat
kapabilitas perusahaan. Pergantian direksi
akan mendorong terjadinya kecurangan
didalam perusahaan, dimana akan terjadi
stress period pada direksi yang jabatannya
akan terancam diganti. Direksi yang
posisinya terancam untuk digantikan, akan
melakukan segala cara dengan
kemampuannya agar kinerja yang
dimilikinya tetap dianggap bagus dan tidak
jadi di gantikan oleh calon direkai yang lain.
Penelitian mengenai capability dengan
proksi perubahan direksi juga pernah
dilakukan oleh Premananda dkk (2018),
menurut penelitian Premananda, semakin
sering perusahaan melakukan pergantian
direksi, maka tindakan kecurangan akan
semakin sering terjadi. Berdasarkan
perbedaan hasil penelitian terdahulu,
diajukan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
H4: Variabel capability memiliki pengaruh
signifikan terhadap pendeteksian
kecurangan laporan keuangan
22 | Jurnal Ilmiah Manajemen Ubhara, Volume 2 No 2, Oktober 2020. ISSN 1858 1358, E ISSN 2684 7000
Pengaruh Family Ownership dalam
Memoderasi Hubungan Fraud
Diamond Terhadap Pendeteksian
Kecurangan Laporan Keuangan
Keberadaan family ownership
dianggap dapat memoderasi hubungan
antara fraud diamond terhadap
pendeteksian kecurangan laporan
keuangan. Adanya kepemilikan keluarga
dianggap dapat mengurangi adanya konflik
antara pemilik dan agen. Alasan perusahaan
keluarga umumnya terhindar dari konflik
agensi adalah karena pengendali dari
perusahaan adalah anggota keluarga
sendiri, yang meyebabkan setiap anggota
keluarga memiliki keinginan untuk
mempertahankan citra perusahaan dan
melindungi perusahaan sehingga mereka
tidak mengalami konflik agensi.
Penelitian yang dilakukan oleh
Dwiyanti dan Astriena (2018) membuktikan
bahwa keberadaan kepemilikan keluarga
memiliki pengaruh negatif dalam tindakan
manajemen laba, yang artinya semakin
besar keberadaan kepemilikan keluarga,
maka tingkat tindakan manajemen laba
akan semakin kecil, hal ini dikarenakan
pemilik perusahaan yang merupakan
anggota keluarga pastinya akan memiliki
rasa ingin mempertahankan dan
melindungi citra perusahaan. Artinya
keberadaan kepemilikan keluarga dapat
meningkatkan pengawasan didalam suatu
perusahaan sehingga hubungan komponen
fraud diamond dalam mendeteksi
kecurangan laporan keuangan akan
semakin kuat. Berdasarkan perbedaan hasil
penelitian terdahulu, diajukan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H5: Variabel Family Ownership dapat
memoderasi hubungan komponen
fraud diamond terhadap pendeteksian
kecurangan laporan keuangan
METODE PENELITIAN
Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan sektor
keuangan yang terdaftar dalam BEI (Bursa
Efek Indonesia) untuk periode 2016-2018.
Sektor keuangan yang terdaftar di BEI
adalah karena perusahaan yang sudah go
public cenderung memiliki peluang yang
lebih tinggi dalam melakukan tindakan
kecurangan dibandingkan perusahaan yang
belum go public, selain itu menurut survei
ACFE 2018, sektor keuangan sektor yang
paling sering melakukan tindakan fraud.
Teknik pengambilan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebanyak 125
sampel yang berasal dari 42 perusahaan
perbankan yang listed di BEI (Bursa Efek
Indonesia) periode 2016-2018. Metode
pengujian hipotesis yang dilakukan pada
penelitian ini adalah analisis regresi linear
berganda.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil dari uji validitas
dihasilkan bahwa semua intrumen dari
variable financial target, ineffective
monitoring, rationalization, capability,
fraud diamond kecurangan laporan
keuangan menghasilkan nilai r hitung > r
table (0,149).
Hasil penelitian menunjukan uji
cronbach alpha dari keseluruhan variable
financial target, ineffective monitoring,
rationalization, capability, fraud diamond
kecurangan laporan keuangan adalah lebih
besar dari 0.60, sehingga dapat
disimpulkan bahwa variable yang
digunakan seluruhnya adalah reliable.
23 | Determinasi Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Fraud Diamond dan Family
Ownership Sebagai Variabel Moderasi
Berdasarkan Tabel 1 diatas menunjukan
hasil dari uji normalitas dengan Kolmogrov-
Smirnov, maka dapat diketahui bahwa nilai
Asymp.Sig (2-tailed) adalah sebesar 0,200
untuk model 1 dan model 2. Artinya nilai
Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05, dapat
disimpulkan data yang digunakan dalam
penelitian berdistribusi normal maka data
dapat digunakan untuk penelitian.
Tabel 1. Uji Normalitas Kolmogoriv-Smirnov
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 25
Tabel 2 Uji T
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 25
Tabel 3. Uji T
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 25
Tabel 4. Uji F
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 25
Tabel 5. Uji F
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 25
Tabel 6. Uji Koefisien Determinasi
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 25
Pembahasan
Financial Target terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan
Berdasarkan hasil pengujian yang
telah dilakukan, hipotesis 1 menyatakan
bahwa variabel financial target
berpengaruh signifikan positif terhadap
pendeteksian kecurangan laporan
keuangan. Hal ini dibuktikan dengan hasil
uji regresi linear berganda pada tabel 4
dimana diperoleh nilai nilai t hitung > t
tabel (4,038 > 1,980) dengan nilai
signifikansi kurang dari 0,05 yaitu 0,000
dan nilai koefisien beta yang dihasilkan
adalah sebesar 1,351. Artinya semakin tinggi
penetapan financial target dalam
perusahaan, maka tingkat perusahaan
tersebut melakukan kecurangan laporan
24 | Jurnal Ilmiah Manajemen Ubhara, Volume 2 No 2, Oktober 2020. ISSN 1858 1358, E ISSN 2684 7000
keuangan juga tinggi. Hal yang mungkin
menjadi alasan adalah karena manajemen
dituntut untuk melakukan kinerja terbaik
agar mencapai target keuangan yang telah
direncanakan sehingga manajemen
terdorong untuk melakukan manipulasi
laporan keuangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh
Surjaatmaja (2018) dimana dalam
penelitiannya Surjaatmaja menggunakan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI untuk dijadikan sampel penelitiannya.
Didalam penelitiannya menjelaskan bahwa
return on asset (ROA) sering digunakan
oleh perusahaan sebagai alat ukur
perusahaan dalam memperoleh
keuntungan dari aset yang dimiliki
perusahaan. Hasil ini dapat memiliki hasil
yang sejalan karena sektor perbankan dan
sektor manufaktur tidak memiliki
perbedaan yang signifikan dalam hal aset,
baik perbankan maupun manufaktur sama-
sama menggunakan aset nya sebagai bagian
dari penghasil keuntungan.
Ineffective Monitoring terhadap
Financial Statement Fraud
Berdasarkan hasil pengujian yang
telah dilakukan, hipotesis 2 menyatakan
bahwa variabel ineffective monitoring
berpengaruh signifikan terhadap financial
statement fraud. Hal ini dibuktikan dengan
hasil uji regresi linear berganda pada tabel
4.14 dimana diperoleh nilai nilai t hitung > t
tabel (3,403 > 1,980) dengan nilai
signifikansi kurang dari 0,05 yaitu 0,001
dan nilai koefisien beta yang dihasilkan
adalah sebesar 0,2024. Artinya ketika
ketidak efektifan pengawasan terjadi sangat
tinggi didalam perusahaan, maka peluang
untuk melakukan tindakan kecurangan juga
semakin tinggi. Hal yang mungkin menjadi
alasan adalah karena komisaris
independent merupakan komisaris yang
tidak memiliki hubungan dengan direksi
ataupun anggota dewan komisaris lainnya
dan komisaris independen juga tidak
memiliki hubungan bisnis ataupun
hubungan lainnya, sehingga keberadaan
komisaris independent akan semakin
mengefektifkan pengawasan didalam
perusahaan dan memperkecil terjadinya
tindakan kecurangan didalam perusahaan.
Semakin sedikit jumlah komisaris
indepeden dalam perusahaan, maka akan
membuat tingkat ketidakefektifan
pengawasan dalam perusahaan tersebut
semakin tinggi, dan peluang untuk
melakukan tindakan kecurangan juga
semakin tinggi.
Penelitian ini sejalan oleh penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Putriasih,
dkk (2014) dan Aprilia (2017) yang
membuktikan bahwa ineffective monitoring
berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan. Putriasih, dkk (2014) dan Aprilia
(2017) menggunakan sektor manufaktur
untuk sampel penelitiannya, dimana kedua
penelitian tersebut menyatakan bahwa jika
didalam sebuah perusahaan rasio
keberadaan dewan komisarisnya kecil maka
akan menandakan bahwa perusahaan
tersebut tidak memiliki pengawasan yang
efektif, sehingga dapat memicu terbukanya
peluang untuk melakukan kecurangan
laporan keuangan. Perbedaan sampel
penelitian yang digunakan antara penelitian
ini dan kedua penelitian tersebut ternyata
tidak memberikan hasil yang berbeda, hal
ini dikarenakan didalam perusahaan
perbankan ataupun perusahaan
manufaktur, peran dari seorang direksi
independen sangat dibutuhkan untuk
melakukan pengawasan yang efektif.
Rationalization terhadap Financial
Statement Fraud
Berdasarkan hasil pengujian yang
telah dilakukan, hipotesis 3 menyatakan
25 | Determinasi Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Fraud Diamond dan Family
Ownership Sebagai Variabel Moderasi
bahwa variabel rationalization
berpengaruh signifikan positif terhadap
financial statement fraud. Hal ini
dibuktikan dengan hasil uji regresi linear
berganda pada tabel 4.14 dimana diperoleh
nilai nilai t hitung > t tabel (15,797 > 1,980)
dengan nilai signifikansi kurang dari 0,05
yaitu 0,000 dan nilai koefisien beta yang
dihasilkan adalah sebesar 1,990. Artinya
semakin tinggi nilai TATA yang dimiliki
perusahaan, maka tindakan kecurangan
akan semakin tinggi terjadi. Hal ini
dikarenakan manajemen merasionalisasi
perbuatan dan tindakannya demi
mendapatkan apresiasi dari pemegang
saham. Selain itu, adanya rasionalisasi
memberikan pengaruh yang positif
terhadap kemungkinan terjadinya
kecurangan laporan keuangan. Karena
adanya perbedaan kepentingan antara
manajemen dan pemegang saham yang
menyebabkan manajemen merasionalisasi
perbuatan atau tindakannya.
Hasil penelitian ini sejalan dan
konsisten dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Yesiariani dan Rahayu
(2017) yang menyatakan bahwa
rationalization dapat menjadi indikasi
bahwa manajemen dapat memanipulasi
pendapatan dengan melakukan pencatatan
ketika transaksi terjadi meskipun kas belum
melakukan penerimaan atau pengeluaran
sehingga jika nilai discretionary accruals
naik, dapat disimpulkan kecurangan
laporan keuangan juga naik. Sama halnya
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sihombing dan Rahardjo (2014)
menyatakan bahwa total akrual merupakan
cerminan dari aktivitas perusahaan
keseluruhan. Tingkat akrual perusahaan
akan beragam tergantung dari keputusan
manajemen terkait kebijakan tertentu.
Capability terhadap Financial
Statement Fraud
Berdasarkan hasil pengujian yang
telah dilakukan, hipotesis 4 menyatakan
bahwa variabel capability berpengaruh
signifikan terhadap kecurangan laporan
keuangan. Hal ini dibuktikan dengan hasil
uji regresi linear berganda pada tabel 4.14
dimana diperoleh nilai nilai t hitung > t
tabel (2,028 > 1,980) dengan nilai
signifikansi kurang dari 0,05 yaitu 0,045
dan nilai koefisien beta yang dihasilkan
adalah sebesar 0,032. Artinya ketika
didalam suatu perusahaan terjadi
pergantian direksi maka akan menimbulkan
stress period untuk direksi tersebut.
Perubahan direksi dilakukan oleh
perusahaan biasanya dikarenakan
kemampuan yang dimiliki oleh direksi lama
dianggap sudah tidak sesuai dengan standar
perusahaan, maka direksi lama ini akan
digantikan dengan direksi baru yang
dianggap memiliki kemampuan yang lebih
baik dibandingkan dengan direksi lama.
Adanya pergantian direksi ini akan
menimbulkan stress period yang dialami
oleh direksi lama dan akan membuat
peluang terjadinya tindakan kecurangan
laporan keuangan dapat terjadi. Maka dapat
disimpulkan, semakin tinggi frekuensi
pergantian dewan direksi maka semakin
tinggi tindak kecurangan laporan keuangan
dapat terjadi.
Penelitian ini sejalan oleh penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Premananda dkk., (2018) yang
membuktikan bahwa capability
berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan. Premananda dkk., (2018)
menggunakan perusahaan non-keuangan
untuk dijadikan sampel penelitiannya,
sedangkan penelitian ini menggunakan
sektor keuangan untuk dijadikan sampel
penelitian, perbedaan ini membuktikan
bahwa baik didalamperusahaan non-
keuangan ataupun perusahaan keuangan,
26 | Jurnal Ilmiah Manajemen Ubhara, Volume 2 No 2, Oktober 2020. ISSN 1858 1358, E ISSN 2684 7000
pergantian dewan direksi akan
menyebabkan timbulnya stress period yang
akan membuka peluang terjadinya
kecurangan laporan keuangan, hal ini
dikarenakan didalam perusahaan non-
keuangan ataupun keuangan, dewan direksi
adalah seseorang yang memiliki wewenang
serta pengaruh besar terhadap segala
keputusan yang ada di perusahaan. Dan
dalam Kirana (2019) corporate governance
sebagai salah satu cara mengurangi
kecurangan tapi jika diinterasikan dengan
kepemilikan keluarga maka pada saat
pergantian direksi dalam kepemilikan
keluarga dapat mengurangi kecurangan
karena yang mengelola keluarga sendiri
yang mempunyai kewajiban menjaga
kekayaan keluarganya.
Fraud Diamond terhadap Financial
Statement Fraud Dengan Family
Ownership Sebagai Moderasi
Bedasarkan hasil pengujian yang
telah dilakukan, hipotesis 5 menyatakan
bahwa komponen variabel family
ownership dapat memoderasi komponen
fraud diamond terhadap kecurangan
laporan keuangan secara simultan
(bersama-sama). Hal ini dibuktikan dengan
uji F pada tabel 4.13 yang menyatakan
bahwa nilai F hitung lebih besar daripada
nilai F tabel (34,639 > 1,96) dengan nilai
signfikikansi kurang dari 0,05 yaitu 0,000.
Artinya adanya keberadaan family
ownership akan memoderasi komponen
fraud diamond dalam kecurangan laporan
keuangan. Adanya kepemilikan saham oleh
keluarga akan meningkatkan pengawasan
yang lebih optimal terhadap kinerja
manajemen. Perusahaan keluarga
cenderung memiliki struktur kepemilikan
yang terkonsentrasi dan kurang
terdiversifikasi sehingga perusahaan
keluarga hampir tidak mengalami konflik
agensi.
Pengujian juga dilakukan secara parsial
dengan uji t, hasilnya adalah dari keempat
variabel yang di moderasi dengan family
ownership hanya ada satu variabel yang
signifikan yaitu, variabel interaksi antara
pergantian direksi dengan family
ownership terhadap kecurangan laporan
keuangan yang memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,035 > 0,05, maka variabel family
ownership dapat memoderasi hubungan
antara perubahan direksi terhadap
kecurangan laporan keuangan. Pada saat
terjadi pergantian direksi didalam sebuah
perusahaan akan menimbulkan stress
period yang akan membuat direksi lama
dapat melakukan kecurangan laporan
keuangan, sehingga dengan adanya hal
tersebut pendeteksian kecurangan laporan
keuangan dapat dilakukan ketika terjadi
pergantian direksi didalam sebuah
perusahaan. Dengan adanya kepemilikan
keluarga didalam sebuah perusahaan,
pengawasan akan menjadi lebih kuat
sehingga akan menyebabkan adanya
pergantian direksi didalam sebuah
perusahaan semakin kuat dalam
mendeteksi terjadinya kecurangan laporan
keuangan didalam perusahaan.
Sedangkan untuk interaksi variabel
financial target, ineffective monitoring,
dan rationalization yang dimoderasi dengan
family ownership tidak terbukti
berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Dwiyanti (2018) yang
menyatakan bahwa kepemilikan keluarga
memiliki pengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Menurut Dwiyanti (2018)
adanya kepemilikan keluarga didalam suatu
perusahaan akan memperkecil
kemungkinan perusahaan tersebut terlibat
dalam kecurangan laporan keuangan, hal ini
dikarenakan perusahaan keluarga
cenderung mempertahankan reputasi dan
citra perusahaannya untuk generasi
penerusnya.
27 | Determinasi Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Fraud Diamond dan Family
Ownership Sebagai Variabel Moderasi
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dapat
diambil kesimpulan financial target,
external pressure, ineffective monitoring,
rationalization, dan capability memiliki
pengaruh signifikan postif terhadap
kecurangan laporan keuangan (model 1).
Untuk analisis model 2 didapatkan hasil
bahwa financial target, ineffective
monitoring, rationalization, dan capability
setelah dimoderasi dengan family
ownership, secara bersama-sama memiliki
pegaruh yang signifikan dalam kecurangan
laporan keuangan, namun dalam uji parsial,
hasilnya family ownership dimoderasikan
capability saja yang mempunyai pengaruh
signifikan yang diukur dengan pengukuran
perubahan direksi dapat mendeteksi
kecurangan laporan keuangan.
Peneliti selanjutnya diharapkan
menggunakan variabel lain dengan proksi
yang lebih meggambarkan sektor
perbankan, misalnya ROE ataupun LEV
karena pengakuan hutang didalam
perusahaan keuangan dan non keuangan
berbeda, diharapkan dapat memberikan
hasil yang berbeda.
Daftar Pustaka
Albrecht, W. S., & et al. (2012). Fraud
Examination. In Cengage Learning
(Fourth). USA: South Western Cengage
Learning.
Aprilia, R., H., & ’ A.-A. (2016). Pengaruh
financial stability, personal financial
need, ineffective monitoring, change in
auditor dan change in director terhadap
financial statement fraud dalam
perspektif fraud diamond (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efe. Jurnal
Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Riau, 4(1), 14721486.
Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S.
(2012). Auditing and Assurance
Service (14th Editi). New Jersey:
Pretice Hall.
Dechow, P. M., Sloan, R. G., Sweeney, A. P.,
Sloan, R. G., & Sweeney, A. P. (1995).
Detecting Earnings Management. The
Accounting Review, 70(2), 193225.
https://doi.org/10.1002/97811192047
63.ch4
Dwiyanti, K. T., & Astriena, M. (2018).
Pengaruh Kepemilikan Keluarga Dan
Karakteristik Komite Audit Terhadap
Manajemen Laba. Jurnal Riset
Akuntansi Dan Bisnis Airlangga, 3(2).
https://doi.org/10.31093/jraba.v3i2.12
3
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976).
Theory of The Firm Manajerial
Behaviour, Ageny Cost and Ownership
structure. Journal of Financial
Economics, 3, 305360.
Kirana, D. J. (2019). Peranan Corporate
Governance Dalam Meningkatkan
Kinerja Perusahaan Family Ownership
Di Indonesia. Management &
Accounting Expose, 1(2).
Kirana, D. J., Wibawaningsih, E. J., &
Wijayanti, A. (2020). The Role Of
Corporate Governance In Constraining
Earning Management. Journal of
Accounting and Finance Management,
1(2), 156-168.
Premananda, N. L., Budiartha, I. K.,
Suprasto, H. B., & Badera, I. D. N.
(2018). Fraud pentagon analysis in
detecting fraudulent financial reporting
(study on Indonesian capital market).
International Journal of Sciences:
Basic and Applied Research, 42(5), 93
109. Retrieved from
http://gssrr.org/index.php?journal=Jo
urnalOfBasicAndApplied
Putriasih, K. (2014). Analisis Fraud
Diamond Dalam Mendeteksi Financial
28 | Jurnal Ilmiah Manajemen Ubhara, Volume 2 No 2, Oktober 2020. ISSN 1858 1358, E ISSN 2684 7000
Statement Fraud: Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei)
Tahun 2010-2012. Analisis Fraud
Diamond Dalam Mendeteksi Financial
Statement Fraud: Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(Bei) Tahun 2010-2012, 3(2), 657668.
Rezaee, Z. (2002). Financial Statement
Fraud: Prevention and Detection. In
Research in Accounting Regulation
(Vol. 17).
https://doi.org/10.1016/s1052-
0457(04)17015-x
Scott, W. R. (2015). Financial accounting
theory. In Prentice Hall Canada.
https://doi.org/10.1016/j.jbiomech.20
13.09.028
Sihombing, K. S., & Rahardjo, S. N. (2014).
Analisis Fraud Diamond dalam
Mendeteksi Financial Statement Fraud
(Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2010 2012).
Diponegoro Journal of Accounting, 3,
112.
Sintyawati, N., & Dewi, M. (2018). Pengaruh
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional Dan Leverage Terhadap
Biaya Keagenan Pada Perusahaan
Manufaktur. E-Jurnal Manajemen
Unud, 7(2), 9931020.
Siregar, S. V., & Utama, S. (2008). Type of
earnings management and the effect of
ownership structure, firm size, and
corporate-governance practices:
Evidence from Indonesia.
International Journal of Accounting,
43(1), 127.
https://doi.org/10.1016/j.intacc.2008.
01.001
Skousen, C. J., Smith, K. R., & Wright, C. J.
(2009). Detecting and Predictig
Financial Statement Fraud The
Effectiveness of The Fraud Triangle and
SAS No. 99. Psycho-Oncologie, 6(2),
108119.
https://doi.org/10.1007/s11839-012-
0373-3
Surjaatmaja, L. (2018). Detecting
Fraudulent Financial Statement Using
Fraud Triangle: Capability as
Moderating Variable. KnE Social
Sciences, 3(10), 945.
https://doi.org/10.18502/kss.v3i10.31
84
Wolfe, B. D. T., & Hermanson, D. R. (2004).
Print The Fraud Diamond:
Considering the Four Elements of
Fraud. 12(Exhibit 1), 15.
Yesiariani, M., & Rahayu, I. (2017). Deteksi
financial statement fraud: Pengujian
dengan fraud diamond. Jurnal
Akuntansi & Auditing Indonesia, 21(1),
4960.
https://doi.org/10.20885/jaai.vol21.is
s1.art5
... Hal ini menekankan kebutuhan untuk penyelidikan tambahan guna memahami aspek-aspek ini dalam kerangka yang lebih komprehensif. Secara ringkas, kejadian pelaporan keuangan yang tidak benar adalah fenomena yang kompleks yang memerlukan penggunaan metodologi yang beragam dan konteks-spesifik untuk meningkatkan pemahaman (Solikhin & Parasetya, 2023 (Ayem et al., 2022;Jaunanda et al., 2020;Milania & Triyono, 2022) (Fajri et al., 2023;Larasti et al., 2020;Nurhasanah et al., 2022;Pamungkas & Sukma, 2022) Target Keuangan (Ghaisani & Supatmi, 2022;Melati et al., 2020;Rifaldi & Indrabudiman, 2022) (Astuti & Geraldina, 2022;Pamungkas & Sukma, 2022;Yanti & Munari, 2021) Tekanan pihak luar (Astuti & Geraldina, 2022;Handayani & Iman Waskito, 2021;Luhri et al., 2021) (Aprilia, 2017;Pamungkas & Sukma, 2022). (Alfina & Amrizal, 2020;Amalia & Annisa, 2023;Analisis et al., 2022;Astuti & Geraldina, 2022) (Ayem et al., 2022;Khuluqi & Napisah, 2022;Pamungkas & Sukma, 2022;Raditya & Iskak, 2022). ...
... (Azibka & Muslim, 2019;Hendrianto et al., 2023) Pergantian auditor (Farmashinta & Yudowati, 2019;Pambudi et al., 2022;Yanti & Munari, 2021). (Aprilia, 2017;Ayem et al., 2022;Fajri et al., 2023;Nurhasanah et al., 2022;Pamungkas & Sukma, 2022;Prakoso, 2022;Raditya & Iskak, 2022;Rifaldi & Indrabudiman, 2022) Rasionalisasi (Khuluqi & Napisah, 2022;Melati et al., 2020;Nizarudin et al., 2023;Rizkiawan, 2022). (Retnoningtyas & Tarmizi, 2022;Riandani & Rahmawati, 2019;Saleh ;Suryadi;dan Hafiludin, Moch, Suryadi, 2014) Kompetensi (Akrom Faradiza, 2021;Alfina & Amrizal, 2020;Siddiq et al., 2017). ...
Article
Full-text available
Financial statement manipulation is a form of fraud that can lead to losses in a company's performance. This study aims to assess the influence of factors in detecting fraudulent corporate financial statements. The research focuses on manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the period 2017 to 2021. The dependent variable used in this study is fraudulent financial reporting. The independent variables include pressure (comprising financial targets, financial stability, and external pressure), opportunity (comprising ineffective supervision and industry nature), rationalization (comprising auditor turnover and rationalization), competence (measured by director turnover), and arrogance (measured by the frequency of CEO photo appearances). Additionally, the Audit Committee is used as a moderating variable. The test results indicate that financial targets have a significant negative impact on fraudulent financial reporting, while financial stability has a significant positive influence. However, external pressure, ineffective supervision, industry nature, auditor turnover, rationalization, director turnover, and the frequency of CEO photo appearances do not significantly affect fraudulent financial reporting. The implications of this research highlight the importance for companies to carefully monitor and manage their financial targets to avoid fraudulent practices in financial reporting. Furthermore, the role of the Audit Committee in overseeing financial statements needs to be strengthened to mitigate the risk of fraud. The research methodology employed in this study involves panel data regression analysis to examine the influence of the mentioned variables on fraudulent financial reporting.
... Management sees this phenomenon as an opportunity for fraud to occur. This study was supported by Melati et al., (2020); Widyatama & Setiawati, (2020) stated that the change of directors had an effect on Fraudulent Financial Reporting. ...
... The results of this study are in line with research conducted bySetiawati & Baningrum, (2018);Bawekes, et al., (2018);Sari & Nugroho, (2020). However, this study is not in line with research byMelati, et al., (2020);Widyatama & Setiawati, (2020) which stated that the change of directors would affect the creation of a Fraud Financial Statement.f. Frequent Number of CEO's Picture Against Financial Statement FraudTable 5 shows that the significance value of the number of CEO photos is 0.013 < 0.05. ...
Article
Full-text available
This study aims to find the effect of the Fraud Hexagon Model on the Financial Statement Fraud. Fraud Hexagon Model consists of Stimulus which is proxied by Financial Target and External Pressure, Opportunity is proxied by Ineffective Monitoring, Rationalization is proxied by External Quality Auditor, Capability is proxied by Change in Director, Ego is proxied by Frequent Number of CEO's Picture, and Collusion proxied by Political Connection. This study uses purposive sampling method, and the number of companies that are sampled in the study are 42 of 105 companies and analyzed by binary logistic regression analysis. The results of this study found that External Pressure, Auditor External Quality, and Frequent Number of CEO's Picture have an effect on Financial Statement Fraud. Meanwhile, Financial Target, Ineffective Monitoring, Change in Director, and Political Connection have no effect on Financial Statement Fraud on companies in the financial sector listed on the IDX in 2016-2020.
Article
Full-text available
This study has a mission to get answers to the influence of institutional ownership, managerial ownership, leverage, and company size on the value of the company in manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2016-2018. Company samples used in this study with a total of 141 data in a period of 3 years and selected into 47 sample companies using sample selection techniques in the form of purposive sampling. Data processing was performed using Eviews 10. The results showed 1) institutional ownership had no negative and not significant directional effect on firm value; 2) managerial ownership has no negative and not significant directional effect on the value of the company; 3) leverage has no negative and not significant directional effect on the value of the company; and 4) company size has a positive and significant directional effect on firm value.
Article
Full-text available
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran good corporate governance pada perusahaan family ownership serta pengaruh good corporate governance terhadap kinerja perusahaan dan nilai perusahaan pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling atas seluruh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, kecuali perusahaan keuangan dan Badan Usaha Milik Negara. Teknik dan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi linier berganda. Hasil penelitian menyimpulkan Indeks Corporate Governance berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja perusahaan baik terhadap Return On Assets maupun Price Book Value; kepemilikan keluarga berpengaruh negatif terhadap kinerja Return On Assets; dan interaksi corporate governance dengan family ownership tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Article
Full-text available
This study examines whether corporate governance measured by audit quality, ownership structure, and board of commissioners quality has an effective role in constraining earnings management in Indonesia. The sample of this research is 163 companies in non-financial sectors listed on the Indonesia Stock Exchange in the period 2014-2018. Regression analysis is used to test the research hypothesis. Discretional accruals were used to measure earning management. The results show that the audit firm's reputation as a proxy of audit quality has a negative significant influence (at the 5% level) on earning management practices. Contrary to the hypothesis, we found that the size of the board of commissioners has a positive significant influence (at the 5% level) on earnings management. These findings provide practical advice for the government and shareholders in providing effective corporate governance mechanisms in constraining earnings management. INTRODUCTION The researchers began to research earnings management since Jensen and Meckling (1976) introduced the concept of agency theory. Schipper (1989) defining earnings management as an opportunistic behavior of managers which is done by manipulating the numbers in the financial statements with specific goals and objectives such as the desire to create stable financial performance reports.
Article
Full-text available
This research is an empirical research that aims to determine the effect of fraud diamond toward financial statement fraud on the public companies LQ-45 listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2010 to 2014. The test is performed by using multiple linear regression on the 22 data samples. The results show that external pressure and rationalization variables proved to be significantly positive, while financial stability, financial targets, change of auditors, personal financial need, nature of industry, ineffective monitoring and capability were not proven against financial statement fraud. The results of this study are expected to be a reference for further researchers and users of other financial information in detecting fraud on the financial statements.
Article
This paper integrates elements from the theory of agency, the theory of property rights and the theory of finance to develop a theory of the ownership structure of the firm. We define the concept of agency costs, show its relationship to the 'separation and control' issue, investigate the nature of the agency costs generated by the existence of debt and outside equity, demonstrate who bears the costs and why, and investigate the Pareto optimality of their existence. We also provide a new definition of the firm, and show how our analysis of the factors influencing the creation and issuance of debt and equity claims is a special case of the supply side of the completeness of markets problem.
Article
Focuses on the use of the elements of the fraud diamond to prevent and detect accounting fraud. Essential traits for committing fraud; Steps in assessing fraud risk through the use of the fourth element of the diamond; Ways for auditors to prevent potential fraud.
Article
The purpose of this study is to investigate whether companies listed on the Jakarta Stock Exchange (JSE) conduct efficient or opportunistic earnings management and to examine the effect of ownership structure, firm size, and corporate-governance practices on it.Using multiple regressions, we find evidence that the type of earnings management selected by JSE listed firms tends toward efficient earnings management. This evidence is inconsistent with the common view that earnings management in Indonesia is opportunistic. Family ownership has a significant influence on the type of earnings management selected. Firms with a high proportion of family ownership and non-business groups are more inclined to choose efficient earnings management than other types of firms. We find inconsistent evidence with regard to the impact of institutional ownership, firm size, and corporate-governance practices on type of earnings management.
Auditing and Assurance Service (14th Editi)
  • A A Arens
  • R J Elder
  • M S Beasley
Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2012). Auditing and Assurance Service (14th Editi). New Jersey: Pretice Hall.
Detecting Earnings Management
Detecting Earnings Management. The Accounting Review, 70(2), 193-225. https://doi.org/10.1002/97811192047 63.ch4