ArticlePDF Available

PERAN MASJID SEBAGAI PUSAT INFORMASI DAN TEMPAT EVAKUASI SEMENTARA DALAM KESIAPASIAGAAN BENCANA GEMPABUMI DAN TSUNAMI KOTA PADANG

Authors:

Abstract

Indonesia is located at the meeting point of three tectonics plate namely Indo-Australian plate, Eurasian, and the Pacific plate. This causes Indonesia has a high geological changes and more geological disasters. No exception for West Sumatra which has a watermelon fracture has a high risk of geological disasters such as earthquakes and tsunami. This threat can disrupt the social, economic and cultural life of Padang City community. Therefore, the government and the community need to make various preparedness efforts to reduce the risks caused by the earthquake and tsunami. It is necessary to know how far the potential of community can be utilized for disaster preparedness in Padang City especially as information center and shelter. The system of disaster information and shelter are two factors that can realize the system of preparedness to be effective. This research used qualitative research method and study using case based on happened in 2 research area. The aim is to analyze the role of the mosque as the center of information and location of shelter in handling the earthquake and tsunami disaster in Padang city as well as the factors that influence it. Some of the mosques in Padang City have been used in providing disaster information to community through various media such as board bulletins, face to face activity, distributing brochures or through loudspeakers. The mosque in Padang City has also become a shelter for evacuees. The factors that influence the mosque to function as a disaster information center and shelter location are the community feel safe and comfortable when they stay in the mosque, the trust of community on information from the mosque is very high, supporting facilities such as electricity, clean water, places of worship, place of negotiation, toilets and places rest for shelter, facilities and infrastructure as information center, the board of mosque who will manage the information a shelter and the policy of government of Padang City which support mosque as information center and shelter location.
Jurnal Manajemen Bencana (JMB)
Vol. 5, No. 1, Mei 2019, p. 47-60
Available online at http://jurnalprodi.idu.ac.id/index.php/MB
This is an open access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution 4.0
International License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided
the original work is properly cited. © 2019. Andree Harmadi Algamar, Fauzi Bahar
[47]
PERAN MASJID SEBAGAI PUSAT INFORMASI DAN TEMPAT
EVAKUASI SEMENTARA DALAM KESIAPSIAGAAN BENCANA
GEMPABUMI DAN TSUNAMI DI KOTA PADANG
THE ROLE OF MOSQUE AS INFORMATION CENTER AND SHELTER IN
EARTHQUAKE AND TSUNAMI DISASTER PREPAREDNESS IN PADANG CITY
Andree Harmadi Algamar1*, Fauzi Bahar2
1 Universitas Pertahanan, Bogor, Indonesia
2 Universitas Pertahanan, Bogor, Indonesia
Sejarah Artikel
Diterima: Maret 2019
Disetujui: April 2019
Dipublikasikan: Mei
2019
Kata Kunci
Peran; Masjid; Pusat
Informasi; Tempat
Andree Harmadi Algamar, Fauzi Bahar
Peran Masjid Sebagai Pusat Informasi dan Tempat Evakuasi Sementara dalam Kesiapsigaan
Bencana Gempabumi dan Tsunami di Kota Padang
[48]
Vol. 5, No. 1, Mei 2019 | Jurnal Manajemen Bencana (JMB)
Evakuasi Sementara;
Kesiapsiagaan Bencana
DOI:
10.33172/jmb.v5i1.608
*Corresponding Author:
Andree Harmadi Algamar
Email: andree.algamar@gmail.com
PENDAHULUAN
Salah satu tugas negara adalah melindungi segenap bangsa Indonesia. Melindungi
dapat diartikan bahwa pemerintah wajib mewujudkan keamanan nasional dengan melindungi
warga negara dan wilayah Indonesia beserta sumber daya yang ada didalamnya dengan
memastikan terbebasnya negara, masyarakat dan warga negara dari berbagai ancaman.
Karateristik ancaman yang dimaksud tidak hanya ancaman yang berasal militer tetapi juga
ancaman non-militer. Hal ini tercantum dalam Undang-undang Nomor 3 tahun 2002 pasal 7
Andree Harmadi Algamar, Fauzi Bahar
Peran Masjid Sebagai Pusat Informasi dan Tempat Evakuasi Sementara dalam Kesiapsigaan
Bencana Gempabumi dan Tsunami di Kota Padang
Jurnal Manajemen Bencana (JMB) | Vol. 5, No. 1, Mei 2019
[49]
tentang Pertahanan Negara yang telah menggariskan bahwa sistem pertahanan negara
menghadapi dua ancaman yaitu ancaman militer dan ancaman non-militer. Saat ini,
Indonesia lebih dominan menghadapi ancaman non-militer. Pergeseran persepsi jenis
ancaman ini telah merubah perhatian dunia termasuk Indonesia untuk lebih memperkuat
konsep keamanan insani (human security) (Dewan Ketahanan Nasional, 2010).
Keamanan insani jauh lebih luas dari hanya sekedar rasa aman dari kekerasan dan
kriminal. Keamanan ekonomi, ketahanan pangan, keamanan kesehatan, keamanan
lingkungan, keamanan pribadi, kemanan komunitas dan kemanan politik merupakan faktor-
faktor dari keamanan insani. Keamanan insani ini perlu untuk terus diperhatikan khususnya
oleh pemerintah, sehingga dapat memperkuat keamanan nasional (UNDP, 2004). Menurut
Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana menggariskan
bahwa bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
menganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik faktor alam,
non alam maupun manusia, sehingga menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis
Dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun, jumlah bencana di Indonesia mencapai
ribuan kejadian per tahun dengan kecenderungan meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2005, terdapat 76 bencana geologi dan 539 bencana hidrometeorologi, tahun
2009 terdapat 292 bencana geologi dan 830 bencana hidrometeorologi, pada tahun 2013
terdapat 317 bencana geologi dan 1431 bencana hidrometeorologi, jumlah ini terus
meningkat pada tahun 2015, terdapat 545 bencana geologi dan 1155 bencana
hidrometeorologi (BNPB, 2017).
Dari seluruh wilayah Indonesia, Provinsi Sumatera Barat termasuk provinsi yang
memiliki risiko tinggi dari ancaman bencana Hal ini disebabkan karena letaknya yang berada
pada jalur patahan Semangka, tepat di antara pertemuan dua lempeng benua besar, yaitu
Eurasia dan Indo-Australia. Gempa bumi besar yang terjadi akhirakhir ini di Sumatera Barat
di antaranya adalah Gempa bumi 30 September 2009 dan Gempa bumi dan tsunami
Kepulauan Mentawai 2010. Dari 19 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat, 12
diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi. Dari 12 kabupaten kota beresiko tinggi
tersebut, kota padang menempati urutan pertama dengan skor 209.. Tanpa sistem
kesiapsiagaan yang tinggi, diperkirakan 60 persen penduduk dapat menjadi korban.
Kepadatan penduduk Kota Padang saat ini di atas 141.000 jiwa per kilometer persegi dari
total penduduk 900.000 jiwa yang kebanyakan berdomisili di tepi pantai. Berdasarkan data
yang dirilis oleh Pemerintah Kota Padang, dataran rendah yang ada di Kota Padang lebih
Andree Harmadi Algamar, Fauzi Bahar
Peran Masjid Sebagai Pusat Informasi dan Tempat Evakuasi Sementara dalam Kesiapsigaan
Bencana Gempabumi dan Tsunami di Kota Padang
[50]
Vol. 5, No. 1, Mei 2019 | Jurnal Manajemen Bencana (JMB)
dari 50 persen dari total hampir 700 km² luas keseluruhan kota Padang. Dengan kata lain
pemukiman penduduk yang relatif padat terfokus disekitar pantai. Kota Padang dan
sekitarnya yang berada pada kerendahan dengan penduduk hampir satu juta jiwa, bila
diterjang oleh gelombang tsunami dengan ketinggian 5 8 meter akan menelan banyak
korban, apalagi di daerah tersebut untuk penyelamatan diri sangat sulit. Tingkat kerentanan
ini semakin tinggi manakala ditambah dengan prediksi adanya zona subduksi gempa besar
(megathrust) Sumatera, dimana terdapat segment Siberut-Mentawai yang belum
melepaskan energy tekannya sehingga diprediksikan oleh beberapa ilmuwan sebagai
potensi besar terjadinya gempa sekitar 8,9 SR. Subduksi megathrust ini disebabkan adanya
lempeng samudra menekan ke bawah dan mengarah ke zona subduksi atau tumbukan
lempeng Indo Australia dengan Eurasia di lepas pantai sepanjang pesisir barat Sumatera
(Hall, 2003).
Dari permasalahan di atas, jelas sekali bahwa Kota Padang memiliki kerentanan
yang sangat tinggi dari ancaman bencana khususnya gempa bumi dan tsunami, sehingga
pemerintah dan elemen masyarakat setempat perlu berusaha menciptakan mekanisme
penanggulangan bencana gempa dan tsunami yang secara efektif, komprehenshif dan
terkoordinir, dimana unsur kesiapsiagaan perlu menjadi instrumen utama dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Pada proses penanggulangan bencana,
kebutuhan tidak hanya pada aspek logistic, akomodasi, transportasi dan kesehatan saja.
Kebutuhan akan system informasi pada proses penanggulangan bencana berbasis
manajemen sangat dibutuhkan untuk memudahkan kerja operasional yang sistematis dan
terkontrol dengan baik. Untuk itu system informasi kebencanaan diterapkan (Jogiyanto,
2004).
Dalam hal manajemen informasi permasalahan tidak hanya terkait dengan sistem
informasi dan komunikasi yang belum tertata, namun juga faktor kepercayaan (trust)
terhadap sumber informasi. Masyarakat Kota Padang yang mayoritas beargama Islam
merasa lebih yakin manakala informasi disampaikan melalui masjid oleh takmir masjid. Hal
ini karena masjid sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka termasuk dalam hal berbagi
informasi, khususnya masyarakat yang Muslim. Informasi yang disebarkan biasanya
kegiatan sosial keagamaan, termasuk pengumuman apabila dalam kondisi menghadapi
bencana.
Pemerintah Kota Padang telah menyediakan tempat evakuasi sementara sebanyak
74 unit terutama di wilayah merah (berisiko tinggi), merah seperti Pantai Padang, Pasar
Raya, di Tabing, dan wilayah lainnya. Namun, kondisi tempat evakuasi sementara kurang
Andree Harmadi Algamar, Fauzi Bahar
Peran Masjid Sebagai Pusat Informasi dan Tempat Evakuasi Sementara dalam Kesiapsigaan
Bencana Gempabumi dan Tsunami di Kota Padang
Jurnal Manajemen Bencana (JMB) | Vol. 5, No. 1, Mei 2019
[51]
terawat dengan baik. Beberapa tempat evakuasi sementara tidak memiliki lampu
penerangan. Perawatan hampir tidak pernah dilakukan karena tidak ada yang mengelola
secara rutin. Dikhawatirkan bila terjadi bencana secara tiba-tiba, tempat evakuasi
sementara-tempat evakuasi sementara tersebut tidak layak digunakan sebagai tempat
penampungan karena kondisi yang kurang terawat. Hal ini diakui oleh pemerintah Kota
Padang dalam pertemuan Pemkot Padang pada tanggal 2 Pebruari 2017, dimana masih
terdapat beberapa tempat evakuasi sementara yang belum memiliki akses jalan serta sarana
dan prasarana belum lengkap. Di samping itu kapasitas tempat evakuasi sementara belum
sesuai dengan jumlah warga dan ketahanan bangunan.
Melihat kondisi di atas, tak heran bila warga memilih lokasi lain sebagai tempat untuk
evakuasi. Salah satu tempat yang banyak dipilih adalah masjid terutama mesjid terdekat
dengan kejadian bencana. Hasil penelitian Humaedi (2011), masjid sudah menjadi salah
satu sumberdaya masyarakat dalam meresponse bencana gempa dan tsunami baik di
Padang, Aceh dan Yogyakarta. Secara alami, peran dan mekanisme penggunaan masjid
dgerakkan oleh masyarakat sendiri. Keberaan masjid dalam situasi bencana, terlihat
perubahannya dari apa yang disebut “tempat Sakral” menjadi “public space”. Sehubungan
dengan hal di atas, peneliti tertarik untuk meneliti peran masjid sebagai pusat informasi dan
tempat evakuasi sementara dalam kesiapsiagaan bencana alam gempabumi dan tsunami di
Kota Padang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan kasus
yang terjadi di daerah penelitian. Sumber data peneliti-an berasal dari data primer yang
dikumpulkan melalui observasi dan wawancara kepada narasumber, serta data sekunder
yang diperoleh dari publikasi jurnal, Peraturan Kepala BNPB, Buku, Peraturan Walikota
Kota, Keputusan Walikota, Laporan Tahunan BPBD, website Pemerintah Kota Padang, dan
Kota Padang dalam Angka 2016. Subyek penelitian ini adalah 17 narasumber dari 6
pengurus masjid, 3 orang pejabat dari BPBD Kota Padang, 1 orang pejabat Kemenag, dan 7
dari warga menggunakan teknik snowball sampling.
Obyek penelitian yaitu tempat di 2 masjid di Kota Padang yaitu Nurul Haq dan
Darussalam, sebagai pelaku adalah pengurus masjid yang berperan melakukan aktivitas
penyebaran informasi kebencanaan gempbumi dan tsunami dan mempersiapkan masjid
sebagai tempat evakuasi sementara. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik
Andree Harmadi Algamar, Fauzi Bahar
Peran Masjid Sebagai Pusat Informasi dan Tempat Evakuasi Sementara dalam Kesiapsigaan
Bencana Gempabumi dan Tsunami di Kota Padang
[52]
Vol. 5, No. 1, Mei 2019 | Jurnal Manajemen Bencana (JMB)
pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi). Dimana dalam pengertiannya
triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moleong, 2003).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Biddle dan Thomas (1996), teori peran terbagi menjadi empat golongan
yaitu yang menyangkut: (1) orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial; (2)
perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut; (3) kedudukan orang-orang dalam perilaku;
(4) kaitan antara orang dan perilaku.
Bencana gempabumi dan tsunami di Kota Padang pada tanggal 30 September 2009
mengakitatkan warga Kota Padang harus mencari perlindungan dan sumber informasi yang
valid. Pemerintah sendiri melakukan berbagai cara agar informasi diterima masyarakat baik
melalui televise maupun radio baik sebelum bencana benar-benar terjadi. Hal ini penting
agar warga Kota Padang melakukan kesiapsiagaan menghadapi gempabumi dan tsunami.
Walikota Padang segera menyampaikan informasi agar masyarakat siap siaga. Namun
informasi tersebut tidak diterima oleh masyarakat dengan baik. Kebanyakan masyarakat
menerima informasi melalui masjid.
Berdasarkan penelitian terhadap masjid yang dilakukan di Kota Padang khususnya
Masjid Nurul Haq dan Masjid Darusalam, bahwa kedua masjid itu sering digunakan sebagai
sarana penyampaian informasi termasuk informasi bencana yang dianggap layak dan
selanjutnya dipercaya untuk dipatuhi.Di kedua masjid ini, sudah relatif lengkap sarana
penyampaian informasi seperti papan pengumuman masjid yang berisi berbagai informasi
tentang kegiatan masjid, sound system dan petugas masjid yang siap melaksanakan
tugasnya menyampaikan pengumuman atau informasi bagi komunitas. Selama ini, para
pengurus masjid menyampaikan informasi melalui masjid untuk informasi-informasi terkait
Ibadah dan sosial misalnya pengumuman uang masuk dan keluar kas, lembar khotbah
Jumat, penugumuman dari RT/RW atau pemerintah, undangan peringatan hari besar
keagamaan atau undangan pengajian lainnya.
Selain papan pengumuman, informasi terkait bencana juga disampaikan melalui
kegiatan-kegiatan yang melibatkan banyak orang misalnya sholat Jumat, pengajian baik
remaja/pemuda maupun ibu-ibu. Pertemuan tatap muka langsung ini dimanfaatkan untuk
memberikan penjelasan tentang bencana, mengapa terjadi dan bagaimana menghadapinya.
Anggota Kelompok Siaga Bencana (KSB) juga memanfaatkan kegiatan-kegiatan di masjid
sebagai sarana untuk sosialisasi pengurangan risiko bencana. Dengan adanya kegiatan
Andree Harmadi Algamar, Fauzi Bahar
Peran Masjid Sebagai Pusat Informasi dan Tempat Evakuasi Sementara dalam Kesiapsigaan
Bencana Gempabumi dan Tsunami di Kota Padang
Jurnal Manajemen Bencana (JMB) | Vol. 5, No. 1, Mei 2019
[53]
kegiatan tersebut di masjid memudahkan KSB bertemu dengan masyarakat. Untuk
menyampaikan informasi bencana ke ruang yang lebih luas (ruang publik), masjid memiliki
pengeras suara yang sangat strategis digunakan menyampaikan informasi bencana. Saat
terjadi bencana masyarakat lebih banyak mendengar informasi dari masjid ketimbang media
lainnya. Tingkat kepercayaan masyarakat ke masjid sangat tinggi.
Kedekatan antara masyarakat dengan masjid semakin meningkatkan kepercayaan
masyarakat dengan informasi yang disampaikan melalui masjid. Hal ini sesuai dengan
pendapat Brian S. Brooks, George Kennedy, Darly R. Moen, dan Don Ranly dalam News
Reporting and Editing dalam Sumadiria (2008) adalah kedekatan (proximity). Kedekatan
mempunyai dua arti. Kedekatan geografis dan kedekatan psikologis. Kedekatan geografis
merupakan pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita.
Kedekatan psikologis lebih merujuk pada keterikatan pikiran, perasaan, atau kejiwaan
seseorang dengan objek peristiwa atau berita.
Dengan dimanfaatkannya masjid sebagai sumber informasi penting dan terpercaya
maka masjid telah memainkan perannya sebagai alat komunikasi dan sebagai terapi.
Menurut persepsi ini, peran sebagai terapi diakukan sebagai upaya masalah-masalah
psikologis masyarakat seperti halnya perasaan ketidakberdayaan, tidak percaya diri dan
perasaan bahwa diri mereka bukan komponen penting dalam masyarakat (Horoepoetri,
Arimbi dan Santosa, 2003).
Saat terjadi bencana atau adanya peringatan dini untuk melakukan evakuasi maka
seluruh tatanan dalam masyarakat akan berubah. Perubahan itu bisa terjadi sementara atau
bisa juga lama bahkan permanen. Dalam keadaan harus mengungsi sementara, maka
diperlukan adanya tempat hunian sementara atau tempat evakuasi sementara. Kedua masjid
yang diteliti yakni masjid Darusslam dan Nurul Huq pernah digunakan sebagai tempat
evakuasi sementara oleh masyarakat. Melihat kondisi bangunannya terlihat kokoh. Ada
beberapa ruangan yang dapat dipakai sebagai tempat istirahat tanpa mengganggu aktifitas
ibadah. Pemanfaatan masjid ini sebagai tempat evakuasi sementara awalnya spontanitas
saja dimana saat gempa bumi, warga secara spontan memilih masjid sebagai tempat
evakuasi sementara.
Menurut Buku Panduan Tempat evakuasi sementara dari UNHCR (2011), terdapat
beberapa persyaratan penampungan sementara antara lain:
1. Lokasi penampungan seharusnya berada didaerah yang bebas dari seluruh ancaman be
ncana
2. Bebas dari gangguan keamanan internal dan eksternal.
Andree Harmadi Algamar, Fauzi Bahar
Peran Masjid Sebagai Pusat Informasi dan Tempat Evakuasi Sementara dalam Kesiapsigaan
Bencana Gempabumi dan Tsunami di Kota Padang
[54]
Vol. 5, No. 1, Mei 2019 | Jurnal Manajemen Bencana (JMB)
3. Jauh dari lokasi daerah rawan bencana, sehingga masyarakat merasa nyaman.
4. Ada hak penggunaan lahan atau tempat yang jelas/ berijin/ atau disepakati oleh berbagai
pihak.
5. Diutamakan hasil koordinasi bersama pihak pemerintah dan masyarakat setempat
6. Memiliki akses yang mudah kepada air bersih, layanan kesehatan termasuk oleh raga.
7. Bebas dari ancaman gangguan keamanan baik internal maupun eksternal.
8. Terdapat pembuangan air kotor, pembuangan sampah atau residu lain dari kegiatan
pengungsi.
9. Bukan merupakan area endemi/penyakit.
10. Aman diakses untuk wanita dan anak-anak
11. Bukan merupakan kawasan konservasi atau dilindungi.
12. Metode penampungan tidak melanggar budaya setempat.
13. Strukturnya stabil, sehingga bisa melindungi pengungsi dari panas sinar matahari, angina
dan dingin.
14. Terdapat fasilitas standar kebutuhan pokok terutama untuk dapur umum, sanitasi dan
tempat istirahat.
Dalam masyarakat Kota Padang, masjid merupakan tempat sakral yang dalam
kehidupan sehari-hari dipakai sebagai tempat beribadah. Perubahan kondisi ini pada
awalnya kurang diterima oleh semua orang namun seiring dengan kondisi, lama kelamaan
masyarakat menerima. Sudah tumbuh pergeseran pemikiran dimana masjid tidak sekedar
tempat sholat namun saat terjadi bencana juga dimanfaatkan untuk tempat evakuasi
sementara. Orang-orang yang dievakuasi mencari perlindungan ke tempat yang mudah
dijangkau dari rumahnya. Jarak yang dekat ke lokasi tempat evakuasi sementara (dalam hal
ini masjid) menjadikan alasan mengapa masyarakat memilih tinggal sementara di masjid.
Pada saat terjadi gempa, maka perannya mengalami perubahan dari ruang sakral menjadi
ruang publik. Di sana akan terjadi pertemuan antar warga masyarakat yang berasal dari
masyarakat di sekitar masjid, relawan yang mungkin berasal dari luar dan pemerintah baik
pusat maupun daerah ketika masjid digunakan sebagai tempat penampungan. Perubahan
ini sesuai dengan pendapat Giddens mengartikan sistem yang terdapat dalam pola interaksi
adalah sistem sosial (Giddens, 199:66-68). Waktu dan tempat bencana menjadi penting
untuk dalam analisis suatu perubahan sistem sosial dan sumberdaya yang dimiliki
masyarakat, termasuk perubahan tatanan dan peran masjid dari sesuatu yang sakral menuju
peran yang bersifat ruang publik.
Andree Harmadi Algamar, Fauzi Bahar
Peran Masjid Sebagai Pusat Informasi dan Tempat Evakuasi Sementara dalam Kesiapsigaan
Bencana Gempabumi dan Tsunami di Kota Padang
Jurnal Manajemen Bencana (JMB) | Vol. 5, No. 1, Mei 2019
[55]
Hal lain yang menjadi alasan mengapa masjid dijadikan tempat evakuasi sementara
adalah faktor psikologis dimana saat terjadi bencana dibutuhkan rasa aman baik secara fisik
maupun mental. Ketika berada di rumah Allah, masyarakat merasa lebih aman. Aktivitas
keagamaan berupa sholat secara teratur dan mendengarkan ceramah akan dilakoni. Secara
psikologis akan mempengaruhi warga. Masjid sendiri juga memiliki kekuatan lain dimana
memilki fasilitas yang cukup memadaiuntuk digunakan sebagai tempat evakuasi sementara.
Selain memiliki kepengurusan yang dapat menggerakkan masjid sebagai bagiaan dari
pengurangan risiko bencana.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi masjid sebagai pusat informasi
kebencanaan. Pertama, tingkat kepercayaan. Masyarakat di Kota Padang memiliki tingkat
keperceyaan yang tinggi terhadap informasi yang dating dari masjid. Tingkat kepercayaan ini
terbangun karena adanya hubungan yang saling percaya antara komunitas (jamaah) dengan
para pengurus masjid. Dengan tingkat kepercayaan yang tinggi dari komunitas/ jamaah
terhadap masjid, maka informasi apapun yang disampaikan oleh pengurus masjid langsung
bisa dipercaya, diyakini benar untuk didengarkan dan selanjutnya untuk dipatuhi.
Kedua, fungsi sosial masjid selain dari ibadah. Dari hasil penelitian disebutkan
bahwa Pemerintah Kota Padang sudah menjadikan masjid sebagai salah satu sarana untuk
penyampaian informasi kebencanaan. Hal ini disambut oleh para pengurus masjid dengan
menyediakan sarana untuk penyampaian informasi, baik melalui lisan maupun tertulis.
Ketiga, sarana dan fasilitas memungkinkan (alat, orang, bahasa). Sebagai sarana ibadah,
masjid memiliki peralatan dan perlengkapan yang cukup untuk menyebarkan informasi
kebencanaan. Masjid memiliki sound system yang bisa didengar langsung dan cepat oleh
komunitas disekitarnya. Demikian juga saat sholat jumat, pengumuman kebencanaan bias
disampaikan. Dan papan pengumuman yang ada di masjid dapat digunakan untuk
menyampaikan pengumuman kebencanaan. Tentunya semua pengumuman yang
disampaikan tersebut sudah melalui proses screening.
Keempat, ada struktur yang dianggap responsible/ accountable. Menurut hasil
penelitian di dua masjid di Kota Padang, masjid-masjid memiliki struktur organisasi yang
jelas dan dianggap kredibel, karena pada umumnya dipilih oleh komunitas/ jamaah. Orang
yang ditunjuk sebagai pengurus masjid juga memiliki kriteria seperti jujur, amanah, rajin
beribadah, disegani oleh komunitas, memiliki kecakapan dan mampu menjembatani
permasalahan yang dihadapi oleh komunitas di dalam struktur organisasi masjid, juga
terdapat imam dan khatib, dimana kedua tokoh masyarakat ini adalah yang sangat didengar
nasehatnya oleh komunitas.
Andree Harmadi Algamar, Fauzi Bahar
Peran Masjid Sebagai Pusat Informasi dan Tempat Evakuasi Sementara dalam Kesiapsigaan
Bencana Gempabumi dan Tsunami di Kota Padang
[56]
Vol. 5, No. 1, Mei 2019 | Jurnal Manajemen Bencana (JMB)
Kelima, kedekatan masjid dengan komunitas. Masjid dengan berbagai aktifitas,
sarana dan pengurus yang ada di dalamnya adalah merupakan entitas yang paling dekat
dengan komunitas. Dalam penelitian ini, kedekatan ini dapat diartikan menjadi 3 bagian
yakni: kedekatan secara emosional, kedekatan fisik (jarak antara rumah komunitas/jamaah
dengan masjid), dan kedekatan organisasi (karena pada dasarnya semua jamaah adalah
bagian dari organisasi masjid). Dengan demikian, bila ada informasi kebencanaan dari
masjid yang disampaikan kepada komunitas, maka secara otomatis akan didengar, dipatuhi
dan dijalankan.
Keenam, kecepatan masjid komunitas. Di Kota Padang sendiri komunitas Masjid
yang diteliti memiliki kedekatan secara fisik, sehingga semua informasi yang disampaikan
oleh pengeras suara bisa disampaikan secara cepat dan terdengar dengan jelas oleh
jamaah. Karena itu, penyampaian informasi kebencanaan akan lebih efektif untuk kecepatan
penanggulangan bencana khususnya tahap kesiapsiagaan. Ketujuh, keluwesan waktu 24
jam. Sebagaimana diketahui dari proses wawancara di dua lokasi masdji di Kota Padang,
bahwa pada dasarnya masjid dapat digunakan selama 24 jam. Tidak ada pembatasan
penggunaan masjid untuk keperluan ibadah dan sosial yang menyangkut hajat hidup orang
banyak. Oleh karena itu, kondisi ini sangat cocok dengan kebutuhan kesiapsiagaan
bencana, dimana terkadang datangnya bencana tidak bias diprediksi.
Berikut adalah beberapafaktor-faktor yang mempengaruhi peran masjid sebagai
tempat evakuasi sementara. Pertama, perubahan fungsi sosial masjid. Ada perubahan cara
pandang dari cara pandang tradisional dimana tadinya masjid hanya dipakai untuk kegiatan
sakral hanya untuk beribadah, bergeser menjadi pandangan yang lebih terbuka bahwa
masjid sudah menjadi tempat publik. Hal ini berarti masjid bukan hanya semata tempat
ibadah atau shalat, tapi juga tempat kegiatan sosial termasuk berpartisipasi dalam
penanggulangan bencana. Adanya perkembangan pemikiran yang menggunakan konsep
ta’awun (tolong menolong). Dengan konsep ini, masjid tidak hanya berpandangan tentang
keimanan, tapi juga kemanusiaan. Salah satu pendekatan mendekatkan masjid kepada
kehidupan nyata atau berkontribusi pada masalah nyata yang dihadapi masyarakat.
Kedua, rasa aman bathiniah. Di masyarakat Kota Padang, masjid dianggap sebagai
tempat yang terdekat dengan Allah SWT. Dekat dengan masjid, artinya dekat dengan
Tuhannya. Kedekatandengan Tuhan inilah menghadirkan rasa aman secara batiniah.
Seorang informan berkata bahwa, yang penting kalo sudah di masjid, batin saya merasa
aman dan nyaman, biarpun dihadapkan pada kematian, tapi meninggal di masjid akan lebih
mulia. Disamping itu dia merasa yakin bahwa Allah SWT melindungi masjid dan orang-orang
Andree Harmadi Algamar, Fauzi Bahar
Peran Masjid Sebagai Pusat Informasi dan Tempat Evakuasi Sementara dalam Kesiapsigaan
Bencana Gempabumi dan Tsunami di Kota Padang
Jurnal Manajemen Bencana (JMB) | Vol. 5, No. 1, Mei 2019
[57]
yang ada di dalamnya. Kepasrahan seseorang saat ditimpa musibah akan berubah menjadi
ketenangan batin, hilang dari rasa cemas dan stres.
Ketiga, adanya sarana pendukung. Seluruh masjid yang menjadi objek penelitian
sudah memiliki sarana pelangkap yang dapat digunakan oleh para masyarakat terdampak
bencana dikala harus mengungsi sementara di masjid atau menjadikan masjid sebagai
tempat evakuasi sementara. Diantara sarana pelengkap tersebut seperti toilet yang dipisah
antara laki-laki dan perempuan, halaman parkir, air bersih, gudang, listrik, tempat ibadah,
akses jalan). Keempat, pengurus/ pengelola masjid yang dipercaya. Pengurus masjid
memiliki integritas di mata masyarakat, sehingga mereka memiliki kepercayaan diri untuk
melaksanakan tugas menyiapkan masjid sebagai sarana untuk tempat evakuasi sementara.
Kepercayaan dari masyarakat ini juga sebagai tantangan agar mereka bias melaksanakan
tugas penyiapan sarana dan prasarana tempat evakuasi sementarasesuai dengan
kemampuan mereka.
Kelima, kedekatan dengan tempat tinggal masyarakat. Karena lokasi masjid relatif
dekat dengan komunitas, maka masyarakat yang terkena dampak bencana dapat
menjangkau lokasi masjid dalam waktu yang relative cepat. Diperkirakan waktu terlama
mencapai masjid adalah sekitar 10 menit. Hal ini sebagaimana diungkapkan salah seorang
komunitas bahwa dia bias menjangkau masjid dalam waktu 10 menit berlari bersama
keluarga. Kecepatan menjangkau tempat evakuasi sementara menjadi hal yang sangat
penting, manakala terjadi bencana. Masyarakat di tempat penelitian merasa bahwa
bagaimanapun mereka akan berfikiran lari ke masjid sebagai salah satu alternative lari dari
ancaman bencana.
Keenam, struktur yang kuat/ bangunan dan lokasi yang memadai. Sebagaimana
hasil observasi di lapangan, struktur dan tata letak lokasi / denah masjid sangat
memungkinkan dijadikan tempat untuk evakuasi sementara atau tempat evakuasi
sementara. Hal ini sebagaimana dilihat dalam gambar dan denah masjid Nurul Haq dan
Darusslam di bawah ini. Ketujuh, children/ women friendly. Karena sifatnya yang sakral dan
adanya tempat khusus wanita, masjid dipandang sebagai tempat yang nyaman dan aman
bagi wanita dan anak-anak. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam proses tinggal
sementara di tempat evakuasi sementara, terkadang ada saja perilaku pelecahan seksual.
Namun dengan mengungsi ke masjid, pelecehan tersebut sangat tidak mungkin terjadi.
Disatu sisi, ada pemisahan wanita dan laki-laki, disisi lagi ada perasaan takut atau berdosa.
Hal ini dapat terlihat juga dalam denah bangunan Masjid Darussalam dimana ada
pemisahan shaf laki-laki dan perempuan:
Andree Harmadi Algamar, Fauzi Bahar
Peran Masjid Sebagai Pusat Informasi dan Tempat Evakuasi Sementara dalam Kesiapsigaan
Bencana Gempabumi dan Tsunami di Kota Padang
[58]
Vol. 5, No. 1, Mei 2019 | Jurnal Manajemen Bencana (JMB)
PENUTUP
Bahwa masjid telah turut serta berperan dalam menyebarkan informasi kebencanaan
di Kota Padang. Hal ini dibuktikan adanya pengumuman yang sering disampaikan baik
secara lisan ataupun tertulis dari pengurus masjid, tentang informasi kebencanaan yang
berasal dari pemerintah atau pihak berwenang. Bahwa masjid di Kota Padang telah
berupaya melayani masyarakat terdampak bencana dan menjadikan masjid sebagai tempat
evakuasi sementara atau tempat berlindung. Hal ini sedikit banyaknya dipengaruhi oleh
factor kenyamanan atau rasa aman dari masyarakat bila berada di dalam masjid. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi peran masjid sebagai pusat informasi kebencanaan
dan tempat evakuasi sementara dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi ancaman gempa dan tsunami. Diantaranya adalah: (1) Bahwa masyarakat di
Kota Padang masih sangat kuat mengartikulasikan bencana sebagai konsepsi kosmologi-
teologis, sehingga sangat besar kecenderungannya pada harapan akan adanya pertolongan
dari Tuhan. Manakala hal ini terjadi, maka masjid dianggap sebagai tempat yang tepat dan
memberikan rasa “aman” secara batiniah, terutama ketika menghadapi bencana; (2) Masjid
sebagai tempat yang suci dan mampu membawa ketenangan jiwa, sehingga ketenangan
itulah yang dicari ketika berhadapan dengan situasi krisis; (3) Dalam hal informasi, masjid
adalah salah satu sumber informasi yang layak dipercaya oleh masyarakat Kota Padang; (4)
Dalam hal dipilihnya masjid sebagai tempat evakuasi sementara juga tidak terlepas dari
ketersediaan sarana penunjang seperti listrik, air bersih, tempat ibadah, tempat berunding,
toilet, dan tempat istirahat; (5) Pemerintah Kota Padang sudah menginisiasi menggunakan
masjid sebagai saran informasi kebencanaan dan tempat evakuasi. Sehingga lebih
mendorong komunitas untuk memanfaatkan masjid dalam kesiapsiagaan dan kedaruratan
bencana; dan (6) Para pengurus masjid, imam dan kaum ulama yang sangat didengar
menjadi pertimbangan lain ketika masyarakat masih mendatangi masjid dalam keadaan
menghadapi bencana.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2013. Indeks Risiko Bencana di Indonesia.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2017. Buku Risiko Bencana di Indonesia.
Biddle,B.J dan Thomas,E.J, 1966. Role Theory: Concept and Research. New York.
Creswell, John. 2014. Research Design: Qualitative and Quantitative.
Giddens, Anthony, 1979. Central Problems in Sosial Theory: Action, Structure and
Contradiction in Sosial Analysis. London: The Macmillan Press LTD.
Andree Harmadi Algamar, Fauzi Bahar
Peran Masjid Sebagai Pusat Informasi dan Tempat Evakuasi Sementara dalam Kesiapsigaan
Bencana Gempabumi dan Tsunami di Kota Padang
Jurnal Manajemen Bencana (JMB) | Vol. 5, No. 1, Mei 2019
[59]
Hall, Robert. 2000. Cenozoic Reconstruction of SE Asia and SW Pacific: changing patterns
of land and sea.
Humaedi, M,A dan Zulfa Sakhiyya, 2011. Di Rumah-Mu Kami Berlindung. Yogyakarta: Valia
Press.
Humaedi, M.A., 2015. Penangan Bencana Berbasis Perspektif Hubungan antar Agama dan
Kearifan Lokal. Analisa Journal of Sosial Science and Religion,
htttp://blasemarang.kemeag.go.id
Irawan, P. 2006. Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Untuk Ilmu Ilmu Sosial. Jakarta:
Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI.
Jogiyanto, 1990. Manajemen Sistem Informasi. Jogjakarta:Pustaka
Koran Haluan cetak, 6 Pebruari 2017 . Padang
Kota Padang Dalam Angka 2016
Moleong, Lexy. 1997. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Murdick.R.G. 2002. Sistem Informasi untuk Managemeny Modern, Erlangga.
Peraturan Daerah Kota Padang No. 3 Tahun 2008. Tentang Penanggulangan Bencana.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanganan Bencana Nasional No. 3 Tahun 2008.
Tentang Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
Sekretariat Jenderal Dewan Ketahanan Nasional.2010. Keamanan Nasional sebuah Konsep
dan Sistem Keamanan bagi Bangsa Indonesia
Soekanto, S., Sulistyowati, B.2012. Sosiologi suatu pengantar (edisi ke-44). Jakarta:
RajaGrafindo.
Sandar Tata Laksana Operasi/Prosedur Tetap bagi Manajemen Tanggap Darurat Tsunami
dari Pusat Tsunami Internasional.
Sumadiria, AS Haris. (2008). Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature. Panduan
Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa
The Sphere Project, 2011. Humanitarian Charter and Minimun Standars in Humanitarian
Response, Belmont Press Ltd: United Kingdom.
Undang Undang No. 24 Tahun 2007. Tentang Penanggulangan Bencana.
NDP. 2004. Reducing Disaster Risk a Challenge for Development. United Nations
Development Programme: Bureau for Crisis and Recovery.
Andree Harmadi Algamar, Fauzi Bahar
Peran Masjid Sebagai Pusat Informasi dan Tempat Evakuasi Sementara dalam Kesiapsigaan
Bencana Gempabumi dan Tsunami di Kota Padang
[60]
Vol. 5, No. 1, Mei 2019 | Jurnal Manajemen Bencana (JMB)
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Cenozoic Reconstruction of SE Asia and SW Pacific: changing patterns of land and sea
  • Robert Hall
Hall, Robert. 2000. Cenozoic Reconstruction of SE Asia and SW Pacific: changing patterns of land and sea.
Penangan Bencana Berbasis Perspektif Hubungan antar Agama dan Kearifan Lokal
  • M A Humaedi
Humaedi, M.A., 2015. Penangan Bencana Berbasis Perspektif Hubungan antar Agama dan Kearifan Lokal. Analisa Journal of Sosial Science and Religion, htttp://blasemarang.kemeag.go.id
Jogjakarta:Pustaka Koran Haluan cetak, 6 Pebruari
  • Jogiyanto
Jogiyanto, 1990. Manajemen Sistem Informasi. Jogjakarta:Pustaka Koran Haluan cetak, 6 Pebruari 2017. Padang Kota Padang Dalam Angka 2016
Sistem Informasi untuk Managemeny Modern, Erlangga
  • R G Murdick
Murdick.R.G. 2002. Sistem Informasi untuk Managemeny Modern, Erlangga.
Sosiologi suatu pengantar (edisi ke-44)
  • S Soekanto
  • B Sulistyowati
Soekanto, S., Sulistyowati, B.2012. Sosiologi suatu pengantar (edisi ke-44). Jakarta: RajaGrafindo.
Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature
  • A S Sumadiria
  • Haris
Sumadiria, AS Haris. (2008). Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature. Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa The Sphere Project, 2011. Humanitarian Charter and Minimun Standars in Humanitarian Response, Belmont Press Ltd: United Kingdom.
United Nations Development Programme: Bureau for Crisis and Recovery
  • Ndp
NDP. 2004. Reducing Disaster Risk a Challenge for Development. United Nations Development Programme: Bureau for Crisis and Recovery.