ArticlePDF Available

Uji Kelayakan Tanah terhadap Penanaman Tanaman Pisang, Singkong, dan Ubi Jalar di Daerah Sekitar Vila Silma Kecamatan Cilember Kabupaten Bogor

Authors:

Abstract and Figures

Cilember merupakan daerah yang punya potensi besar sebagai daerah perkebunan karena memiliki iklim yang sejuk dan mempunyai irigasi yang cukup baik. Perkebunan Cilember memiliki beberapa jenis tanaman yaitu pisang, singkong, dan ubi jalar. Namun mayoritas perkebunan di daerah cilember adalah ubi jalar. Perkebunan di sekitar Villa Silma Kecamatan Cilember memiliki beberapa permasalahan, yaitu postur tanah yang berbentuk kerikil, kering, daun tanaman pisang dan singkong layu dan stres lingkungan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kelayakan tanah pada tanaman pisang, singkong, dan ubi jalar di lahan kebun sekitar Villa Silma di Kecamatan Cilember Kabupaten Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data secara observasi yang meliputi kelembapan, pH, tekstur, dan warna pada tanah. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan observasi pada kelembapan, pH, tekstur, dan warna pada tanah. Hasil penelitian ini adalah tanah di Cilember memiliki tekstur halus, kering dan menyerupai kerikil dengan warna coklat, kelembapan tanah 40%, dan pH 6,5.
Content may be subject to copyright.
Risenologi (Jurnal Sains, Teknologi, Sosial, Pendidikan, dan Bahasa)
Volume 5 Issue 2, Desember 2020
p-ISSN : 2502-5643 | e-ISSN : 2720-9571
26
Articles published in Risenologi are licenced under a Creative Commons Attribution 4.0 International licence (CC-BY). Any
further distribution of this work must maintain attribution to the author(s) and the title of the work, and journal citation.
Received
Revised
Accepted
Online
Published
: 10 Agustus 2020
: 13 Desember 2020
: 14 Desember 2020
: 15 Desember 2020
: 18 Desember 2020
Uji Kelayakan Tanah terhadap Penanaman Tanaman
Pisang, Singkong, dan Ubi Jalar di Daerah Sekitar Villa
Silma Kecamatan Cilember Kabupaten Bogor
Imam Safir Alwan Nurza1,a), Proborini Indah Nursari1, Andhika Zakhyana1, Ali
Akbar1, Mutiara Suryadi1, Niken Purnamasari1, Fadla Maulida Khofifi1,
Muhammad Rizky Wafyan2, Rezti Wahyu Noviyanti2, Nico Andreas3, Felixs
Ginola3, Kendai Mercelli3, Muhammad Agung Aprialdi4, Mela Faryhunnisa5,
Dinda Lestari Ma’wa6, Faradhia Aura Risma7
1Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta
2Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta
3Kimia, Fakuktas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, universitas Negeri Jakarta
4Tata Boga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta
5Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Negeri Jakarta
6Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta
7Teknik Informatika dan Komputer, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta
: a) imamsafiralwannurza2017@gmail.com
Abstract
Cilember is an area that has great potential as a plantation area because it has a cool climate and has fairly
good irrigation. Cilember Plantation has several types of plants, namely banana, cassava, and sweet potato.
But the majority of plantations in the Cilember area are sweet potatoes. The plantations around Villa Silma in
Cilember Subdistrict have several problems, namely the gravel, dry soil posture, banana leaf, and cassava
leaves withered and environmental stress. The purpose of this research was to find out the feasibility of soil on
banana, cassava, and sweet potato plants in the garden land around Villa Silma in Cilember District, Bogor
Regency. The research method used was descriptive qualitative observational data collection techniques that
include humidity, pH, texture, and color in the soil. Data analysis was performed descriptively qualitative and
observations on humidity, pH, texture, and color in the soil. The research results obtained are the soil in
Cilember has a smooth, dry texture and resembles a pebble with a brown color, 40% soil moisture, and a pH of
6.5. The research conclusion is the land in the garden area around Villa Silma, Cilember Subdistrict, Bogor
Regency is suitable as a place for planting cassava and sweet potatoes only.
Keywords: Banana, Cassava, Cilember, Land Worthiness, Sweet Potatoes.
Abstrak
Cilember merupakan daerah yang punya potensi besar sebagai daerah perkebunan karena memiliki iklim yang
sejuk dan mempunyai irigasi yang cukup baik. Perkebunan Cilember memiliki beberapa jenis tanaman yaitu
pisang, singkong, dan ubi jalar. Namun mayoritas perkebunan di daerah cilember adalah ubi jalar. Perkebunan
di sekitar Villa Silma Kecamatan Cilember memiliki beberapa permasalahan, yaitu postur tanah yang
berbentuk kerikil, kering, daun tanaman pisang dan singkong layu dan stres lingkungan. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui kelayakan tanah pada tanaman pisang, singkong, dan ubi jalar di lahan kebun sekitar Villa
Silma di Kecamatan Cilember Kabupaten Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif
dengan teknik pengumpulan data secara observasi yang meliputi kelembapan, pH, tekstur, dan warna pada
tanah. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan observasi pada kelembapan, pH, tekstur, dan
Risenologi (Jurnal Sains, Teknologi, Sosial, Pendidikan, dan Bahasa)
Volume 5 Issue 2, Desember 2020
p-ISSN : 2502-5643 | e-ISSN : 2720-9571
27
Articles published in Risenologi are licenced under a Creative Commons Attribution 4.0 International licence (CC-BY). Any
further distribution of this work must maintain attribution to the author(s) and the title of the work, and journal citation.
warna pada tanah. Hasil penelitian ini adalah tanah di Cilember memiliki tekstur halus, kering dan menyerupai
kerikil dengan warna coklat, kelembapan tanah 40%, dan pH 6,5. Kesimpulan Penelitian ini adalah Tanah di
kebun daerah sekitar Villa Silma Kecamatan Cilember Kabupaten Bogor layak dijadikan tempat pada
penanaman tanaman singkong dan ubi saja.
Kata Kunci: Cilember, Kelayakan Tanah, Pisang, Singkong, Ubi Jalar.
PENDAHULUAN
Wilayah Kecamatan Cilember yang terletak di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Daerah
ini mempunyai perkebunan dengan iklim yang sejuk dan irigasi yang cukup baik. Tanah pada
penanaman tanaman dilakukan sesuai dengan SNI, seperti SNI pada tanaman pisang salah satunya,
yaitu tanah yang gembur, kaya bahan organik (humus), dan berdrainase baik dengan pH 4,5 8,5
(pH optimum sekitar 6,0) serta kadar air tanah minimal 60% dari kapasitas lapang (Zulkarnain, 2017).
Kemudian, perkebunan di sekitar Villa Silma Kecamatan Cilember memiliki tiga macam jenis
tanaman, yaitu pisang, singkong, dan ubi jalar. Namun, mayoritas tanaman perkebunan di daerah
Kecamatan Cilember adalah pisang dan singkong.
Berdasarkan survei yang telah dilakukan, perkebunan di sekitar Villa Silma Kecamatan Cilember
memiliki beberapa permasalahan yang terjadi, yaitu postur tanah yang berbentuk kerikil, kering, daun
pada tanaman pisang layu, dan stres lingkungan. Sehingga, perlu adanya uji kelayakan tanah pada
perkebunan sekitar Villa Silma Kecamatan Cilember agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan
menghasilkan panen yang berkualitas serta berkuantitas. Kelayakan tanah adalah kondisi atau
keadaan dan kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman dengan berbagai komponen
yang ada didalamnya, seperti biologi, kimiawi, dan fisika (Sutanto, 2005; Risa et al., 2018;
Sartohardi et al., 2014).
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik memiliki fungsi sebagai tempat tumbuh
dan berkembangnya perakaran serta penopang tegak tumbuhnya tanaman juga menyuplai kebutuhan
air dan udara. Secara kimiawi, tanah berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi
(senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial) dan secara biologi berfungsi
sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat
aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman (Hanafiah, 2014; Sutanto, 2005; Sartohardi et al.,
2014).
Tanah dalam proses pembentukannya dapat menimbulkan sifat-sifat yang berbeda, sifat-sifat
tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu: fisika dan kimia. Tanah secara fisika memiliki dua sifat, yaitu
tekstur dan warna tanah. Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat, yaitu
partikel tanah yang diameter efektifnya 2 mm. Di dalam analisis tekstur, fraksi bahan organik tidak
diperhitungkan. Bahan organik terlebih dahulu didestruksi dengan hidrogen peroksida (H2O2) (Agus
dan Yustika, 2015; Agus et al., 2015; Hardjowigeno, 2003; Tangketasik et al., 2012). Hal ini
disebabkan karena tekstur tanah berhubungan erat dengan pergerakan air dan zat terlarut, udara,
pergerakan panas, berat volume tanah, luas permukaan spesifik, dan kemudahan memadat
(Hardjowigeno, 2003; Arifin, 2010; Suriadikusumah dan Pratama, 2010).
Warna tanah yang sering dijumpai adalah warna kuning, merah, coklat, putih, dan hitam serta
warna-warna tanah di antara warna-warna tersebut. Hal ini karena warna tanah dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah
umumnya dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan organik. Semakin tinggi kandungan bahan
organik, warna tanah akan semakin gelap (Coleman et al., 2004; Sutanto, 2005; Anwar et al., 2016;
Robbani et al., 2016; Margolang et al., 2015).
Tanah secara kimia terbagi menjadi dua, yaitu kelembapan dan pH tanah. Kelembapan tanah
adalah air yang mengisi sebagian atau seluruh pori-pori tanah atau jumlah air yang tersimpan di
antara pori-pori tanah (Asdak, 2004; Karyati et al., 2018; Agus dan Yustika, 2015). Kelembapan
tanah sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh penguapan melalui permukaan tanah, transpirasi, dan
perkolasi (Assolihat et al., 2019; Amaru et al., 2013; Karamina et al., 2017; Agus dan Yustika, 2015).
Risenologi (Jurnal Sains, Teknologi, Sosial, Pendidikan, dan Bahasa)
Volume 5 Issue 2, Desember 2020
p-ISSN : 2502-5643 | e-ISSN : 2720-9571
28
Articles published in Risenologi are licenced under a Creative Commons Attribution 4.0 International licence (CC-BY). Any
further distribution of this work must maintain attribution to the author(s) and the title of the work, and journal citation.
Derajat keasaman tanah atau pH tanah adalah satuan derajat yang dipergunakan untuk
menentukan tingkat keasaman atau kebasaan terhadap tanah. pH tanah sangat berpengaruh terhadap
perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh
langsung berupa ion hidrogen, sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur
hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5-10 atau lebih.
Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH
lebih dari 3,6 (Hardjowigeno, 2010; Kamarina et al., 2017).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bahwa daerah sekitar Villa Silma Kecamatan Cilember
dapat layak atau tidak dijadikan tempat penanaman pada tanaman pisang, singkong, dan ubi jalar
melalui pengujiannya secara fisika meliputi tekstur dan warna, kimia dengan kelembapan dan pH,
dan biologi dengan adanya keberadaan cacing tanah.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif karena penelitian
ini ingin mendeskripsikan fakta-fakta atau keadaan atau gejala yang terjadi di perkebunan sekitar
Villa Silma Kecamatan Cilember. Kemudian, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi. Observasi yang akan dilakukan meliputi kelembapan, pH, tekstur, dan warna pada tanah.
Observasi yang dilakukan menggunakan instrumen luxmeter pada intensitas cahaya, altimeter pada
ketinggian, soilmeter pada kelembapan dan pH tanah, thermometer pada suhu, dan ada atau tidaknya
organisme cacing tanah.
Analisis data yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif
yang bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai objek penelitian dan analisis observasi yang
bertujuan untuk menggambarkan segala sesuatu yang berhubungan dengan objek yang diamati.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada kelayakan tanah di daerah sekitar Villa Silma
Kecamatan Cilember Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa tanah berwarna coklat dengan tekstur
halus, kering, dan bentuknya padat menyerupai kerikil, kelembapan tanah 40%, pH didapatkan 6,5,
dan tidak ditemukan cacing tanah yang dapat dilihat pada Tabel 1.
TABEL 1. Kelayakan tanah pada penanaman tanaman kebun di daerah Cilember
No
Parameter Observasi
Keterangan
1
Tekstur
Halus, kering, dan padat menyerupai kerikil
2
Warna
Coklat
3
Kelembapan tanah
40%
4
pH
6,5
5
Cacing Tanah
Tidak ditemukan
Kelembapan tanah menyatakan jumlah air yang tersimpan di antara pori pori tanah yang terus
berubah, hal ini di sebabkan oleh penguapan melalui permukaan tanah. Kondisi kelembaban tanah
sangat mempengaruhi kondisi tanaman, tingkat kelembapan tanah yang tinggi dapat menimbulkan
permasalahan dan keadaan tanah yang terlalu lembap dapat mengakibatkan kesulitan dalam kegiatan
permanen hasil pertanian (Lutfiyana et al., 2017; Zulkarnain, 2017; Karyati et al., 2018).
Kelembapan pada tanah kebun di derah sekitar Villa Silma mempunyai kelembapan 40% yang
dapat digolongkan sebagai kategori rendah, hal ini karena adanya kandungan air di dalam tanah
kadarnya rendah (Raka et al., 2011; Lutfiyana et al., 2017). Pengaruh yang disebabkan pada
kelembapan tanah ini adalah pada daun tanaman pisang terlihat layu (Nashar, 2015; Raka et al.,
2011). Menurut Zulkarnain (2017) menyatakan bahwa tanaman pisang memerlukan kadar air tanah
minimal 60%, karenanya tanaman ini memerlukan suplai air secara intensif pada musim kemarau.
Sedangkan pada tanaman singkong dan ubi jalar tidak terlihat adanya layu pada tanaman tersebut ini
Risenologi (Jurnal Sains, Teknologi, Sosial, Pendidikan, dan Bahasa)
Volume 5 Issue 2, Desember 2020
p-ISSN : 2502-5643 | e-ISSN : 2720-9571
29
Articles published in Risenologi are licenced under a Creative Commons Attribution 4.0 International licence (CC-BY). Any
further distribution of this work must maintain attribution to the author(s) and the title of the work, and journal citation.
menandakan bahwa tanaman tersebut tahan terhadap kondisi kelembapan rendah pada tanah di kebun
daerah sekitar Villa Silma.
Pada pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, faktor-
faktor yang memengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, kandungan air,
dan kisaran pH tanah yang bermineral biasanya antara 3,5-10 (Kamarina et al., 2017; Sutanto, 2005;
Hardjowigeno, 2010). Hasil observasi menunjukkan bahwa pH tanah pada kebun di sekitar Villa
Silma adalah 6,5. Menurut Sundari et al. (2014), pada umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar
tanaman pada pH tanah netral 6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut
dalam air. Pada tanaman ubi jalar dapat tumbuh dengan baik pada pH tanah yang sesuai berkisar
antara 4,5-8.
Oleh karena itu, tanaman ubi jalar masih dapat tumbuh menjadi tanaman yang baik untuk ditanam
pada kebun di sekitar Villa Silma. Tanaman pisang memiliki pH optimum sekitar 4,5 8,5
(Hardjowigeno, 2010; Sundari et al., 2014). Hal ini menyebabkan tanaman pisang dapat tumbuh
dengan kondisi pH pada tanah kebun di sekitar Villa Silma. Derajat keasaman tanah atau pH tanah
yang sesuai untuk budidaya singkong berkisar antara 4,5-8,0 (Sundari et al., 2014; Prabowo dan
Subantoro, 2018; Coleman et al., 2004). Tanaman ini juga dapat hidup dengan baik pada kondisi pH
tanah kebun di sekitar Villa Silma.
Observasi tekstur tanah di kebun pada daerah sekitar Villa Silma adalah halus, kering, dan
menyerupai kerikil. Berdasarkan data sekunder klarifikasi tekstur tanah yang paling umum digunakan
dalam pertanian adalah sistem klarifikasi menurut USDA materi yang lebih besar dari diameter 7,5
cm disebut sebagai batu, anatara 7,5 cm dan 2 mm disebut kerikil sedangkan materi yang ukurannya
di bawah 2 mm didefinisikan sebagai materi yang tersusun dari pasir, lumpur, dan tanah liat yang
terurai (LPT, 2006; Agus et al., 2015; Arifin, 2010; Suriadikusumah dan Pratama, 2010;
Hardjowigeno, 2003).
Tanah pada penanaman singkong menunjukkan kering dan pecah-pecah yang menyebabkan ubi
jalar terkena stres lingkungan. Namun, bila ditanam pada tanah yang mudah becek atau berdrainase
jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi,
dan bentuk ubi berbenjol-benjol (Eulenstein et al., 2017; Suryani, 2016). Pada tekstur tanah di kebun
sekitar Villa Silma ubi jalar masih dapat beradaptasi, karena tanahnya tidak terlalu basah dan tidak
terlalu kering.
Tanah yang paling sesuai untuk singkong dan pisang adalah tanah yang berstruktur remah,
gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik (Zulkarnain, 2017; Nashar,
2015). Karena tekstur tanah pada kebun sekitar Villa Silma halus dan ditemukan keberadaan cacing
tanah sehingga dapat mengindikasikan bahwa tanah pada kebun sekitar Villa Silma gembur atau
tidak terlalu liat. Maka dari itu, singkong dapat tumbuh dengan baik di kebun sekitar Villa Silma.
Warna tanah sebagai indikator kesuburan tanah secara umum makin gelap tanah berarti makin
tinggi produktivitasnya, secara berurutan mulai dari putih, kuning, kelabu, merah, coklat-kekelabuan,
coklat-kemerahan, coklat, dan hitam (Hanafiah, 2014; Coleman et al., 2004; Anwar et al., 2016;
Robbani et al., 2016; Margolang et al., 2015). Pada tanah kebun di sekitar Villa Silma berwarna
coklat. Semakin berwarna gelap, maka makin tinggi kandungan bahan organik tanah tersebut. Warna
tanah menjadi lebih terang dikarenakan intensitas pelindihan (pencucian dari horizon bagian atas ke
horizon bagian bawah dalam tanah) dari ion-ion hara pada tanah tersebut (Hanafiah, 2014; Sutanto,
2005). Pada kebun di sekitar Villa Silma warna tanahnya berwarna coklat, maka tanah ini
mengandung bahan organik yang cukup banyak.
Kemudian, tidak ditemukan cacing tanah di daerah sekitar Villa Silma Kecamatan Cilember yang
merupakan organisme penyubur tanah yang berperan melakukan penguraian bahan organik untuk
meningkatkan penyediaan hara di dalam tanah. Walaupun tidak ditemukan cacing tanah, tanaman
singkong dan ubi jalar dapat tumbuh dengan baik karena di akar tanaman tersebut terdapat bintil-
bintil akar yang mengandung bakteri Rhizobium leguminosarum (Aziz, 2015; Zulfadli et al., 2012;
Anwar dan Ginting, 2013; Widyati, 2013).
Risenologi (Jurnal Sains, Teknologi, Sosial, Pendidikan, dan Bahasa)
Volume 5 Issue 2, Desember 2020
p-ISSN : 2502-5643 | e-ISSN : 2720-9571
30
Articles published in Risenologi are licenced under a Creative Commons Attribution 4.0 International licence (CC-BY). Any
further distribution of this work must maintain attribution to the author(s) and the title of the work, and journal citation.
KESIMPULAN
Tanah di kebun daer
ah sekitar Villa Silma Kecamatan Cilember Kabupaten Bogor layak dijadikan tempat pada
penanaman tanaman singkong dan ubi saja karena tanaman tersebut dapat tumbuh pada tanah yang
kering, halus, dan bentuknya menyerupai kerikil, warna tanah coklat, kelembapan 40%, dan pH 6,5.
Namun, tidak layak dijadikan tempat penanaman pada tanaman pisang karena kandungan air yang
terdapat di dalam tanah tersebut tidak tercukupi. Sehingga, tanaman menjadi stres dan layu.
REFERENSI
Agus, et al. (2015). Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Bogor: Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian.
Agus F, Husnain, Yustika RD. (2015). Improving agricultural resilience to climate change through
soil management. J. Litbang Pertan. 34 (4): 147-158.
Amaru, Kharistya, Suryadi, Edy, Bafdal, Nurpilihan, Asih, Fitri Punden. (2013). Kajian Kelembaban
Tanah dan Kebutuhan Air Beberapa Varietas Hibrida DR UNPAD. Jurnal Keteknikan Pertanian.
1 (1): 107-115.
Anwar, E. K., Ginting, R. C. (2013). Mengenal Fauna Tanah dan Cara Identifikasinya. Jakarta:
IAARD Press.
Anwar, Syaiful, Tjahyandari, Dyah, Idris, Komaruddin. (2016). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.
Arifin, Moch. (2010). Kajian Sifat Fisik Tanah Dan Berbagai Penggunaan Lahan Dalam
Hubungannya Dengan Pendugaan Erosi Tanah. Jurnal Pertanian MAPETA. 12 (2): 72-115.
Asdak, C. (2004). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada Press.
Assolihat, Nurul Kamila, Karyati, Syafrudin, Muhammad. (2019). Suhu dan Kelembaban Tanah pada
Tiga Penggunaan Lahan di Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. J. Hut. Trop. 3 (1): 41-
49.
Aziz, Abdul., A., M. (2015). Budidaya Cacing Tanah Unggul Alam Cacing. Jakarta: PT. Agro Media
Pustaka.
Coleman, D. C., Crossley, D. A. Jr., Hendrix, P. F., (2004). Foundamental of Soil Ecology;Second
Edition. USA: Elseveir Academic Press.
Eulenstein, F., Tauschke, M., Behrendt, A., Monk, J., Schindler, U., Lana, M. A. dan Monk,S. (2017).
The Application of Mycottiza Fungi and Organic Fertilisers in Horticultural Potting Soil to
Improve Water Use Efficiency of Crops. Horticulturae. 3 (1): 1-8.
Hardjowigeno, S. (2003). Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Hardjowigeno, S. (2010). Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Hanafiah, K.A. (2014). Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.
Nashar, H. (2015). Prospek Jenis Tanaman Pisang untuk Dilakukan Oleh Kelompok Usaha Tani.
Iqtishadia. 2 (1): 91-116.
Karamina, H., Fikrinda, W., Murti, A.T. (2017). Kompleksitas Pengaruh Temperatur dan
Kelembaban Tanah terhadap Nilai pH Tanah di Perkebunan Jambu Biji Varietas Kristal (Psidium
guajava L.) Bumiaji, Kota Batu. Jurnal Kultivasi. 16 (3): 430-434.
Karyati, Putri RO, Syafrudin M. (2018). Suhu dan Kelembaban Tanah pada Lahan Revegetasi Pasca
Tambang di PT Adimitra Baratama Nusantara, Provinsi Kalimantan Timur. Agrifor XII(1).
Lembaga Penelitian Tanah (LPT). (2006). Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Bogor:
Lembaga Penelitian Tanah.
Lutfiyana, et al. (2017). Rancang Bangun Alat Ukur Suhu Tanah, Kelembaban Tanah, dan Resistansi.
Jurnal Teknik Elektro.. 9 (2): 80-86.
Margolang, Rizky Dharmawan, Jamilah, Sembiring, Mariani. (2015). Karakteristik Beberapa Sifat
Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah pada Sistem Pertanian Organik. Jurnal Oline Agrotekoteaknologi.
3 (2): 717-723.
Risenologi (Jurnal Sains, Teknologi, Sosial, Pendidikan, dan Bahasa)
Volume 5 Issue 2, Desember 2020
p-ISSN : 2502-5643 | e-ISSN : 2720-9571
31
Articles published in Risenologi are licenced under a Creative Commons Attribution 4.0 International licence (CC-BY). Any
further distribution of this work must maintain attribution to the author(s) and the title of the work, and journal citation.
Prabowo, Rossi, Subantoro, Renan. (2018). Analisis Tnah sebagai Indikator Tingkat Kesuburan
Lahan Budidaya Pertanian di Kota Semarang. Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta. 2 (2): 59-64
Raka, I Dewa Nyoman, Wiswata, I.G.N. Alit, Budiasa, I Made. (2011). Pelestarian Tanaman Bambu
sebagai Upaya Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah di Daerah Sekitar Mata Air pada Lahan
Marginal di Bali Timur. Agrimeta. 1 (1): 1-11.
Risa, Hanna, Marsudi, Edy, Azhar. (2018). Analisis Kelayakan Usaha Perkebunan Kurma (Studi
Kasus Kebun Kurma Barbate Kabupaten Aceh Besar). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian
Unsyiah. 3 (4): 550- 562.
Robbani, Ihwanudien Hasan, Trisnawati, Enny, Noviyanti, Rakhmadina, Rivaldi, Afrizal, Cahyani,
Fadhilla Puji, Utaminingrum, Fitri. (2016). Aplikasi Mobile Scotect: Aplikasi Deteksi Warna
Tanah dengan Teknologi Citra Digital pada Android. Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu
Komputer. 3 (1): 19-26.
Sartohadi, J., Sianturi, R. S., Rahmadana, A. D. W., Maritimo, F., Wacano, D., Munawaroh, Suryani,
T., Pratiwi, E. S. (2014). Bentang Sumberdaya Lahan Kawasan Gunungapi Ijen dan Sekitarnya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sundari, Irma, Maruf, Widodo Farid, Dewi, Eko Nurcahya. (2014). Pengaruh Penggunaan
Bioaktivitator EM4 dan Penambahan Tepung Ikan terhadap Spesifikasi Pupuk Organik Cair
Rumut Laut Gracilaria sp. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hsil Perikanan. 3 (3): 88-94.
Suriadikusumah, Abraham, Pratama, Aryupti. (2010). Penetapan Kelembaban, Tekstur Tanah, dan
Kesesuain Lahan untuk Tanaman Kina (Chinchona spp.) di Sub Das Cikapundung Hulu Melalui
Citra Satelit Landsat-TM Image. Jurnal Agrikultur. 21 (1) 85-92.
Suryani, R. (2016). Otlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan: Ubi Jalar. Jakarta: Pusat Data
dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian Pertanian.
Sutanto, R. (2005). Dasar-Dasar Ilmu Tanah: Konsep Dan Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius.
Tangketasik , Agustina, Wikarniti, Ni Made, Soniari, Ni Nengah, Narka, I Wayan. (2012). Kadar
Bahan Organik Tanah pada Tanah Sawah dan Tegalan di Bali serta Hubungannya dengan Tekstur
Tanah. AGROTROP. 2 (2): 101-107.
Widyati, E. (2013). Pentingnya Keragaman Fungsional Organisme Tanah terhadap Produktivitas
Lahan. Tekno Hutan Tanaman. 6 (1): 29-37.
Zulfadli, Muyassir, Fikrinda. (2012). The Effect of Earth Worm and Organic Matter Application on
Properties of Soil Compaction. Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. 1 (1): 54-61.
Zulkarnain. (2017). Budidaya Buah-Buahan Tropis. Yogyakarta: Deepublish.
Article
Plants have unique growing needs for optimal growth. Unfortunately, land expansion, reduction in fertile agricultural land, and errors in selecting plant types of hamper agroforestry development. This study was carried out in two stages of activities: field activities and laboratory analysis. Field activities were carried out in Tompo Bulu Village, Bulupoddo District, Sinjai Regency. Laboratory analyses were carried out at the Silviculture and Tree Physiology Laboratory of Forestry Faculty, Hasanuddin University. This study aims to evaluate land suitability for agroforestry. The land is compared with ideal criteria for the crops planted (pine, cocoa, coffee, cloves, nutmeg, sugar palm, rambutan, mahogany, teak, and banana). The results show that land suitability varies from marginal (S3) to unsuitable (N). The main limiting factor is the very low soil pH. However, this obstacle can be overcome by liming or adding organic materials.
Article
Full-text available
The different land uses influence to the soil temperature and humidity in the different soil depths. The objective of this study was to know the soil temperature and humidity in the different soil depths (5 cm, 10 cm, 20 cm, and 30 cm) in three land uses (young secondary forest, settlement area, and open area). The average soil temperature in the young secondary forest were 27.6°C, 27.4°C, 27.0°C, dan 26.9°C. The average soil temperature in the soil depths of 5 cm, 10 cm, 20 cm, and 30 cm were 27.5°C, 27.4°C, 27.0°C, and 26.8°C in the settlement area. The average soil temperature in the open area were 27.6°C, 27.4°C, 27.0°C and 26.9°C. The average soil humidity in the young secondary forest were in depth of 5 cm, 10 cm, 20 cm and 30 cm were 78.5%, 78.8%, 79.1% and 79.4%. The average soil humidity in the settlement area were 76.4%, 78.5%, 79.3%, and 80.2% in the depths of 5 cm, 10 cm, 20 cm, and 30 cm. The average soil humidity in the depths of 5 cm, 10 cm, 20 cm, and 30 cm were 69.2%, 69.6%, 70.3%, dan 70.8% in the open area.
Article
Full-text available
Abstrak Salah satu komponen utama dari lahan adalah tanah. Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah, kita harus mengetahui bagaimana karakteristik tanah dari tanah. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik tanah, cara yang paling mudah untuk dilakukan adalah dengan mengamati warna dari tanah tersebut. Jika kita amati, warna tanah di setiap lokasi dan kedalaman akan berbeda. Ada tanah berwarna hitam, coklat, merah, kuning, dan masih banyak lagi variasi warna tanah yang lain. Banyaknya variasi warna tanah membuat peneliti kesulitan dalam menentukan warna tanah, karena satu-satunya cara yang saat ini digunakan peneliti untuk menentukan warna tanah adalah dengan membandingkan secara manual satu persatu sampel yang dimiliki dengan warna baku yang ada pada buku Munsell Soil Color Chart. Variasi warna pada yang mencapai lebih dari 250 macam warna membuat peneliti membutuhkan waktu lama dan ketelitian dalam penentuan warna tanah. Untuk memecahkan permasalahan tersebut penulis menggagas sebuah alat bersifat mobile yang dapat membantu para peneliti di bidang ilmu tanah dalam menentukan warna lapisan tanah dengan nama SCOTECT (Soil Color Detection). SCOTECT merupakan aplikasi pada perangkat smartphone dengan OS Android, yang didalamnya telah ditanamkan algoritma dengan nama Algoritma SCOTECT yang merupakan sekumpulan tahapan proses yang digunakan untuk klasifikasi warna tanah. Smartphone dengan OS Android dipilih karena saat ini Android merupakan OS dengan perkembangan pengguna paling cepat dibandingkan OS yang lain. Dari hasil uji coba terhadap SCOTECT Mobile Apps didapatkan kesimpulan bahwa kinerja algoritma yang ditanamkan dalam aplikasi dapat melakukan klasifikasi warna tanah dengan akurasi sampai dengan 90,58%. Dengan kata lain kedepan aplikasi ini dapat membantu peneliti dalam proses klasifikasi warna tanah. Kata kunci: tanah, warna tanah, deteksi warna, mobile apps, SCOTECT Abstract Soil is a major component of the land. To determine the level of soil fertility, we must know how the soil characteristics. To find out how the characteristics of the soil, the color is the main characteristic of the most easily observed. Soil color varies greatly, ranging from jet black, brown, brick red, orange, yellow, to white. The great variation in color of the soil researcher difficulties in determining the color of the soil, because investigators must compare them manually one by one with a standard color on the Munsell Soil Color Chart book. Color variations on that reaches more than 250 kinds of colors make the researcher takes a long time and accuracy in the classification of the soil color. To solve these problems is the author initiated a mobile tool that could help researchers in the field of soil science in determining the color of the soil layer with the name SCOTECT (Soil Color Detection). SCOTECT is an application on smartphones with Android OS, which also have been implanted with the name algorithm SCOTECT algorithm which is a set of process steps used for the classification of soil color. Smartphone with Android OS have been selected for the current Android is an OS with the development of the fastest compared to other OS. From the test results against SCOTECT Mobile Apps was concluded that the performance of the algorithm is embedded in the application can perform color classification of land with an accuracy up to 90.58%. In other words, the future of these applications can help researchers in the classification process color of the soil. Keywords: soil, soil color, color detection, mobile apps, SCOTECT
Article
Full-text available
The Research aims to know the advisability and investment banana crop farming in increasing income of farmers in the village of Ponteh, Subdistrict of Galis, Regency of Pamekasan. The population in this researh is a banana farmer in the village of Ponteh, Subdistrict of Galis, regency of Pamekasan. For this study, researchers determined the total sample of 475 people, but the questionnaire who managed to return only 83 respondents. To test the hypothesis uses analysis factor. The Research result showed Plantain crop farming that is done in the village of Ponteh, Subdistrict of Galis, Regency of Pameksan is not worth the effort seen from the financial aspect, namely payback period of 1 year 8 months longer than the economic age is 1 year. Market aspects, technical aspects, and social aspects are in good category with score average of consecutive 4.15, 4.06, and 4.03. The number of workers absorbed in full from plantain crop farming in a year as many as 179 people. Obstacles in the plantain crop farming in the village of Ponteh, Subdistrict of Galis, regency of Pameksan are: the technical Obstacles is the harvest plantain difficult set according to market needs. and drugs required are not available in the village. Nontechnical Obstacles is the selling price of plantain is determined by the buyer (collector) so that the farmers' bargaining position is weak, the selling price of plantain is not stable, the land area of the narrow become an obstacle in the development of crop farming of bananas, the group of farmer as a forum for farmers of plantain crop to hold interaction is not functioning optimally
Article
Full-text available
In recent years, the addition of microorganisms such as Plant Growth-Promoting Bacteria (PGPB) and mycorrhiza are becoming more popular, both in research as well as in practical use. While inoculants are usually not necessary for plants cultivated outdoors on biologically active soil, they can be useful on sterile substrates, newly created artificial landscapes, and also in soils that have been managed using non-selective sterilization methods, such as fumigation. In a multi-year lysimeter experiment, we investigated the influence of a commercial mycorrhizal inoculum on water use efficiency and biomass production of maize ( Zea mays), sunflower ( Helianthus annuus), sweet clover ( Melilotus officinalis), sweet sorghum ( Sorghum bicolor), cup-plant ( Silphium perfoliatum) and tall wheatgrass ( Elymus elongatus subsp. ponticus cv. Szarvasi-1) when exposed to high or low ground-water levels. Results showed that all plants benefited from the mycorrhizal association. Mycorrhizal-inoculated plants were more successful in terms of dry matter production and water use than the non-mycorrhizal plants. The source of the mycorrhiza—autochthonous or introduced—made no significant difference. The results indicate that inoculation with mycorrhiza and promotion of the naturally abundant mycorrhiza in agricultural production systems can significantly contribute to a sustainable production of crops. Effects depended on plant species, cultivar, soil type, ground-water level and the mycotrophy of the individual crop species. View Full-Text
Article
Full-text available
Climate change affects soil properties and hence crop growth. Several soil management practices potentially reduce vulnerability to unfavorable climate conditions. This paper reviews how climate change affects soil properties and how should soil management be tailored to increase adaptation capacity to extreme climatic conditions. The main symptoms of climate change such as the increase in the global atmospheric temperature, unpredictable onset of the wet and dry seasons and excessive or substantial decrease in rainfall are unfavorable conditions that affect crop growth and production. Several approaches, singly or a combination of two or more measures, can be selected to adapt to the climate change. These include conservation tillage, vegetative and engineering soil conservation, mulching, water harvesting, nutrient management, soil amelioration and soil biological management. Management of soil organic matter is very central in adapting to climate change because of its important role in improving water holding capacity, increasing soil infiltration capacity and soil percolation, buffering soil temperature, improving soil fertility and enhancing soil microbial activities. Organic matter management and other soil management and conservation practices discussed in this paper are relatively simple and have long been known, but often ignored. This paper reemphasizes the importance of those practices for sustaining agriculture amid the ever more serious effects of climate change on agriculture.
Article
Abstrak. Kurma merupakan buah yang berasal dari Jazirah Arab. Kurma sudah berabad-abad lamanya dikonsumsi masyarakat di Timur Tengah, baik untuk makanan pokok maupun kudapan. Dewasa ini, kurma tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat di Timur Tengah saja namun oleh hampir seluruh masyarakat di Dunia, termasuk Indonesia. Pertumbuhan tingkat konsumsi kurma di Indonesia semakin meningkat pada setiap tahunnya, hal ini ditunjukkan oleh adanya permintaan impor kurma yang selalu meningkat pada setiap tahun. Pada akhir tahun 2015, Provinsi Aceh tepatnya Kabupaten Aceh Besar, mulai membudidayakan kurma. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis kelayakan usaha perkebunan kurma di Aceh dilihat dari aspek pasar dan pemasaran serta aspek teknis dan teknologi dan aspek finansial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha perkebunan kurma pada Kebun Kurma Barbate layak dijalankan dari aspek pasar dan pemasaran serta aspek teknis dan teknologi. Dari aspek finansial, Kebun Kurma Barbate menunjukkan bahwa layak untuk diusahakan dilihat dari nilai NPV = Rp 12.796.782.763, Net B/C = 9,10, IRR = 43,81 Persen, dan Payback Period = 5 tahun 2 bulan. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha perkebunan kurma tetap layak untuk dijalankan apabila terjadi perubahan peningkatan biaya operasional sebesar 10 persen namun produksi tetap, dan apabila terjadi penurunan produksi sebesar 10 persen namun biaya operasional tetap.Analysis of Date Palm Plantation Bussiness Feasibility (Case Study of Kebun Kurma Barbate Aceh Besar Regency)Abstract. Date palm is fruit that come from the Arabian Peninsula. Dates have been consumed by people in the Middle East for centuries, both as a staple food and as a snack. Today, dates are not only consumed by people in the Middle East, but by almost all people in the world, including Indonesia. Growth in consumption rates for dates in Indonesia is increasing every year, this is indicated by the demand for date palm imports which always increases every year. At the end of 2015, the Province of Aceh, precisely in Aceh Besar District, began cultivating dates. The purpose of this research is to analyze the feasibility of date palm plantation business in Kebun Kurma Barbate in Aceh Besar District from the market and marketing aspects, technical and technological aspects, and financial aspects. The result show that the date palm plantation business in the Kebun Kurma Barbate is feasible from the market and marketing aspects, technical and technological aspects. From the financial aspect, Kebun Kurma Barbate shows that it is feasible, it is showed by NPV = Rp 12,796,782,763, Net B / C = 9,10, IRR = 43,81 Percent, and Payback Period = 5 years 2 months. Sensitivity analysis shows that the date palm plantation business is still feasible if there is a change in operational costs by 10 percent but production remains, and if there is a production decline of 10 percent but the operating costs remain.
Article
Penggunaan citra satelit Landsat TM telah banyak digunakan dalam bidang pertanian, terutama dalam hal penetapan atau identifikasi tutupan permukaan lahan seperti vegetasi, penggunaan lahan, kemiringan lereng, genangan air dan sungai, serta tutupan lainnya. Studi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana citra satelit Landsat TM dapat mengiden­tifikasi kelembaban dan tekstur tanah serta analisis kesesuaian lahan tanaman kina (Chinchona spp.) pada Sub-DAS Cikapundung Hulu di Kabupaten Bandung Jawa Barat dengan ketinggian tempat 1000-1500 m di atas permukaan laut. Metode yang digunakan dalam pene­litian ini adalah analisis deskriptif melalui interpretasi citra dengan membuat citra Normalized Difference Soil Index (NDSI), citra transformasi model Tasseled Cap: Wetness Index, survey lapangan dan analisis laboratorium. Hasil studi menunjukkan bahwa interpretasi citra satelit Landsat-TM dengan menggunakan pendugaan citra transformasi, dapat mengiden­tifikasi kelembaban tanah dengan tingkat akurasi 57,14 % dan untuk tekstur tanah sebesar 42,85 %. Karakteristik lahan pada Sub-DAS Cikapundung Hulu dikategorikan cukup sesuai (S2) untuk pengembangan tanaman kina dengan luasan area sebesar 68,69 ha.
Book
PUJI syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan barokahnya sehingga buku Bentang Sumberdaya Lahan Kawasan Gunungapi Ijen dan Sekitarnya dapat terwujud. Penulis merasakan bahwa kesehatan merupakan karunia dari-Nya yang paling berharga di atas segalanya. Dalam kondisi sehat penulis mampu melakukan perjalanan darat dari Yogyakarta-Banyuwangi berkali-kali serta dapat menulis dengan baik, semua itu berkat ridhlo Allah SWT. Penulisan buku ini berawal dari kegiatan pembimbingan Kuliah Kerja Lapangan III Program Studi Geografi dan Ilmu Lingkungan, Fakultas Geografi UGM di Kabupaten Banyuwangi pada bulan April 2013. Banyak pihak yang terlibat di dalam kegiatan lapangan di Kabupaten Banyuwangi khususnya dan kabupaten lain di sekitar Kawasan Gunungapi Ijen, untuk itu penulis menghaturkan terima kasih yang tiada hingga. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas peran serta mahasiswa yang telah menggugah keinginan penulis untuk mewujudkan sebuah publikasi dalam bentuk buku ilmiah popular. Penulis merasa terpanggil untuk meluangkan waktu guna membantu serba sedikit pengembangan wilayah Kawasan Gunungapi Ijen berbasis pengetahuan yang serba terbatas melalui sebuah tulisan buku. Sangat diharapkan buku ini akan menjadi batu pijakan bagi penelitian-penelitian berikutnya yang bersifat sektoral dan lebih detil di Kawasan Gunungapi Ijen dan sekitarnya yang masih jarang dilakukan. Lebih jauh lagi, buku ini juga dapat digunakan sebagai ajang promosi bagi KabupatenKabupaten yang sebagian wilayahnya berada di Kawasan Gunungapi Ijen.
Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya
  • Agus
Agus, et al. (2015). Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Bogor: Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.