Available via license: CC BY-NC 4.0
Content may be subject to copyright.
POLA TINGGI GELOMBANG DI LAUT JAWA.......................................................................... Ayu Wulansari Pramita, dkk
21
POLA TINGGI GELOMBANG DI LAUT JAWA MENGGUNAKAN
MODEL WAVEWATCH-III
HIGH WAVE PATTERNS IN JAVA SEA USING WAVEWATCH-III MODELS
Ayu Wulansari Pramita1*, Denny Nugroho Sugianto1, Indra Budi Prasetyawan1,
Roni Kurniawan2, Alfan Sukmana Praja2
1Departemen Oseanografi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNDIP, Jl. Prof. H. Sudarto, Tembalang, Semarang
2Pusat Penelitian dan Pengembangan, BMKG, Jl. Angkasa I No. 2, Kemayoran, Jakarta Pusat 10720.
*E-mail: ayuwpramita@gmail.com
Naskah masuk: 28 Februari 2019 Naskah diperbaiki: 3 Juli 2020 Naskah diterima: 3 Juli 2020
ABSTRAK
Laut Jawa merupakan wilayah Perairan Indonesia yang menarik untuk dikaji, karena perairan ini mempunyai
sumber daya hayati laut yang besar terutama untuk perikanan laut. Sampai saat ini, hasil dari model gelombang
menjadi alat utama dalam memberikan informasi prakiraan tinggi gelombang laut, kondisi ini dikarenakan oleh
terbatasnya peralatan observasi lapangan untuk memperoleh data gelombang di lautan. Studi ini dilakukan
bertujuan untuk memahami pola tinggi gelombang di Laut Jawa dengan menggunakan model gelombang
Wavewatch-III, dan untuk mengetahui akurasi data model Wavewatch-III dengan data observasi. Berdasarkan
hasil luaran model Wavewatch-III, tinggi gelombang signifikan (Hs) di Laut Jawa selama periode Musim Barat
(DJF) diperoleh bekisar antara 0,2 m – 1 m, dengan arah dominan gelombang laut dari Barat, pada periode
Musim Peralihan I (MAM), tinggi gelombang signifikan di Laut Jawa berkisar antara 0,4 m – 0,8 m dan arah
dominan gelombang laut berasal dari Tenggara menuju ke Barat laut, pada Musim Timur (JJA), tinggi
gelombang signifikan di Laut Jawa berkisar antara 0,6 m – 1,4 m, dengan arah dominan gelombang laut berasal
dari Tenggara menuju ke Barat laut, dan pada Musim Peralihan II (SON), tinggi gelombang signifikan di Laut
Jawa berkisar antara 0,2 m – 0,4 m, dengan arah dominan gelombang laut berasal dari tenggara menuju ke Barat.
Puncak tinggi gelombang signifikan di Laut Jawa terjadi pada saat Musim Timur (JJA). Hasil perbandingan
model Wavewacth-III dengan model ECMWF menunjukkan bahwa Wavewatch-III mempunyai performa yang
bagus dengan nilai CF sebesar 0,04, dan nilai error sebesar 35,5%. Sedangkan perbandingan model Wavewatch-
III terhadap data observasi, diperoleh nilai korelasi yang rendah, yaitu hanya 0.32 dan nilai Hs dari model
Wavewatch-III lebih tinggi dari observasi.
Kata Kunci: Laut Jawa, Tinggi Gelombang, Wavewatch-III.
ABSTRACT
The Java Sea is an interesting part of Indonesian waters to be studied, because it has a great of marine
biological resources, especially for marine fisheries. Until now, wave model data has become the main tool for
providing sea wave height information, this condition is caused by the limited observation equipment to obtain
ocean data. This study aims to understand the sea wave height patterns in the Java Sea using the Wavewatch-III
model, and to determine the accuracy of the Wavewatch-III model data with observation data. Based on the
output of the Wavewatch-III model, the significant wave height (Hs) in the Java Sea during the West Season
period (DJF) obtained a range between 0.2 m - 1 m, with the dominant direction of the sea wave from the West,
in the Transition Season I (MAM) period, the significant wave height in the Java Sea obtained a range between
0.4 m - 0.8 m, and the dominant direction of sea waves comes from the Southeast to the Northwest, in the East
Season (JJA), significant wave height in the Java Sea obtained a range between 0.6 m - 1.4 m, with the dominant
direction of sea waves coming from the Southeast to the Northwest, and in the Transition II (SON), significant
wave height in the Java Sea obtained a range between 0.2 m - 0.4 m, with the dominant direction of sea waves
coming from the Southeast to the West. The significant wave height peaks in the Java Sea occur during the East
Season (JJA). The results of Wavewacth-III comparison with ECMWF, obtained a good correlation value, while
comparison with observational data, obtained a low correlation value, and the wave height value of Wavewatch-
III is higher than observation. The results of the comparison of the Wavewacth-III model with the ECMWF
model show that Wavewatch-III has good performance with a CF value of 0.04, and an error value of 35.5%.
While the comparison of the Wavewatch-III model to the observation data, a low correlation value is obtained,
which is only 0.32 and the Hs value of the Wavewatch-III model is higher than the observation.
Keyword: Java Sea, Wave Height, Wavewatch-III.
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOL. 21 NO. 1 TAHUN 2020 : 21 – 28 22
1. Pendahuluan
Laut Jawa merupakan bagian dalam Perairan
Indonesia yang menarik untuk diteliti. Ada beberapa
alasan utama mengapa perairan ini menarik untuk
diteliti lebih lanjut, diantaranya perairan ini
mempunyai potensi sumber daya hayati laut yang
besar terutama perikanan laut [1], dan berhadapan
langsung dengan beberapa kota besar seperti Jakarta,
Surabaya, Semarang dan Cirebon yang berfungsi
sebagai lokasi pemukiman, perdagangan,
perhubungan, perkembangan industri dan sektor
lainnya [2]. Perairan Laut Jawa khususnya yang
tersebar di wilayah utara Pulau Jawa antara
Surabaya, Semarang, Banjarmasin dan Makassar
merupakan jalur pelayaran yang padat.
Gelombang sangat berpengaruh terhadap berbagai
kegiatan di laut, diantaranya transportasi laut,
aktivitas penangkapan ikan oleh nelayan dan lain
sebagainya. Berbagai dampak akibat adanya
gelombang tinggi di Perairan Indonesia sudah
banyak terjadi, diantaranya selama kurun waktu
2003-2008 terdapat berbagai kecelakaan kapal
dengan berbagai ragam faktor penyebab [3].
Terbatasnya pengamatan insitu yang dilakukan
untuk mengamati lautan secara umum serta data
hasil pengukuran dan observasi di laut yang
umumnya sangat terbatas dan tidak kontinyu
menjadikan model gelombang sebagai komponen
utama dalam memberikan informasi prediksi
gelombang saat ini. Berdasarkan ketentuan WMO-
No.702, untuk keperluan informasi gelombang, data
dapat diperoleh dari dua sumber utama yaitu: (a)
hasil pengukuran dan observasi, dan (b) hasil
estimasi berdasarkan data angin[4]. Wavewatch-III
merupakan model gelombang generasi ketiga yang
dikembangkan oleh NOAA / NCEP [5] dan
berdasarkan pada pemecahan menggunakan metode
beda hingga dari persamaan keseimbangan aksi
gelombang spektral dalam perkiraan fase averaging.
Model Wavewatch-III memiliki perbedaan dengan
model windwave yang dijalankan untuk operasional
NOAA sebelumnya, yaitu tidak hanya melakukan
pendekatan numerik saja tetapi juga melakukan
pendekatan fisis antara atmosfer dan laut [6]. Studi
ini dilakukan bertujuan untuk memahami pola tinggi
gelombang di Laut Jawa dengan menggunakan
model gelombang Wavewatch-III.
2. Metode Penelitian
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini
adalah berupa data pengukuran gelombang
menggunakan instrumen AWAC (Acoustic Wave
and Current Profiler), data angin GFS (Global
Forecasting System), data batimetri dari etopo, data
angin dri ogimet dan data model gelombang
ECMWF (European Center for Medium range
Weather Forecasting).
Studi wilayah kajian penelitian adalah Laut Jawa
yang terletak pada koordinat 03o00’LS-07o00’LS
dan 106o00’BT-116o00’BT. Lokasi penelitan
pengukuran gelombang dilakukan di Pantai Marina
Semarang dengan koordinat 6°55'48.73" LS dan
110°22'56.70" BT. Waktu penelitian untuk
pengambilan data gelombang di lapangan yaitu
selama 8 hari pada tanggal 10-17 Mei 2017
digunakan sebagai data untuk verifikasi hasil model.
Selanjutnya waktu yang dipilih untuk simulasi
model dengan software Wavewatch-III yaitu pada
bulan Januari 2017 mewakili Musim Barat, Mei
2017 mewakili Musim Peralihan I, Juli 2017
mewakili Musim Timur dan bulan Oktober 2017
mewakili Musim Peralihan II. Peta lokasi penelitian
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Lokasi Penelitian.
POLA TINGGI GELOMBANG DI LAUT JAWA.......................................................................... Ayu Wulansari Pramita, dkk
23
Gambar 2. Grafik Pengamatan Tinggi Gelombang di Pantai Marina Semarang.
Pengukuran Gelombang. Pengukuran gelombang
pada penelitian ini menggunakan AWAC (Acoustic
Wave and Current Profiler) untuk mendapatkan
parameter gelombang di lapangan, seperti tinggi
gelombang signifikan (Hs) dan periode gelombang
signifikan (Ts) sebagai verifikasi hasil model yang
telah dibuat dengan Wavewatch-III. Pengambilan
data gelombang di lapangan dilakukan selama 8 hari
yaitu pada tanggal 9 – 17 Mei 2017.
Pemodelan Gelombang Menggunakan
Wavewatch-III. Data Model Wavewatch diperoleh
dari BMKG yang dijalankan pada dua domain yaitu
domain global (180o BB – 180o BT; 70o LS – 70o
LU) dengan resolusi spasial 0.5o (~55 km) dan
domain regional Indonesia (90o BT – 150o BT; 15o
LS – 15o LU) dengan resolusi spasial 0.25o (~27
km). Model dijalankan dengan metode two way
nesting dimana pada daerah boundary kedua domain
baik global maupun regional dapat saling
mempengaruhi. Data angin permukaan yang
digunakan untuk input model Wavewatch diperoleh
dari GFS, National Center for Environmental
Prediction (NCEP) – NOAA, resolusi spasial data
adalah 0.50 (≈55,5 km)[7], dan data bathymetri etopo
mempunyai resolusi temporal 2’ (≈ 3 x 3 km) dari
US Geological Survey (USGS)[8]. Spin-up model
dilakukan selama dua minggu dari kondisi calm, jadi
pada dua minggu pertama hasil perhitungan numerik
yang dilakukan belum dianalisa dan hanya sebagai
input energi sampai model dianggap stabil[9].
Pengolahan Data Model Gelombang ECMWF.
Data Gelombang ECMWF (European Center for
Medium range Weather Forecasting) yang
berbentuk file NetCDF diolah menggunakan
software ODV 4 untuk mendapatkan file berbentuk
Text (.txt). kemudian file tersebut diolah lagi dengan
menggunakan Ms.Excel untuk mengelompokkan
data berdasarkan waktu tertentu disimpan dalam
bentuk file Excel 97-2003 workbook (.xls) yang
nantinya digunakan sebagai bahan inputan didalam
software ArcGIS 10.3. Setelah itu file diinput
kedalam software ArcGIS 10.3 untuk mendapatkan
hasil model gelombang ECMWF yang diinterpolasi
menggunakan modul IDW.
3. Hasil dan Pembahasan
Data Observasi Lapangan. Pengukuran data tinggi
gelombang di Pantai Marina Semarang pada tanggal
9 – 17 Mei 2017 diperoleh ketinggian gelombang
0.1 sampai 0.5 meter dengan kategori smooth (tabel
1) berdasarkan skala Douglas[10].
Hasil Model Wavewatch-III. Data model
Wavewatch-III dijalankan dalam interval waktu
pertiga jam selama 4 bulan, yaitu Januari 2017
mewakili Musim Barat, Mei 2017 mewakili Musim
Peralihan I, Juli 2017 mewakili Musim Timur dan
bulan Oktober 2017 mewakili Musim Peralihan II.
Tinggi gelombang maksimum dominan terjadi di
timur Pulau Sumatera hingga sebagian Utara Pulau
Jawa dengan nilai maksimum 2,4 m. Sedangkan rata
– rata tinggi gelombang pada bulan Januari berkisar
antara 0,2 m – 1 m dengan arah dominan dari barat
menuju ke timur (gambar 3). Pada bulan Mei 2017
yang mewakili Musim Peralihan I arah datang
gelombang berasal dari tenggara menuju ke barat
laut. Hal ini sesuai dengan hasil pengukuran angin di
lapangan yaitu arah angin dominan berasal dari
tenggara menuju ke barat laut. Tinggi gelombang
maksimum terjadi di bagian barat Pulau Sulawesi
dengan ketinggian maksimum mencapai 1,4 m.
Sedangkan tinggi gelombang yang sering terjadi
pada bulan Mei 2017 tidak terlalu tinggi
dibandingkan dengan bulan sebelumnya berkisar
antara 0,4 – 0,8 m pada hasil model Wavewatch-III
(gambar 4).
Tabel 1. tinggi gelombang berdasarkan skala
douglas
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOL. 21 NO. 1 TAHUN 2020 : 21 – 28 24
Pada bulan Juli 2017 arah datang gelombang berasal
dari tenggara menuju ke barat laut seperti yang
terlihat pada hasil running model Wavewatch-III
selama satu bulan penuh (gambar 5). Pada bulan juli
ini tinggi gelombang termasuk kategori moderate
dan lebih tinggi dibandingkan dengan bulan
sebelumnya. Ketinggian maksimum yang terjadi
pada bulan ini mencapai 2,4 m. Pada pertengahan
bulan Juli 2017 terlihat puncak terjadinya tinggi
gelombang dimana pada hasil model terlihat hampir
semua bagian pada Laut Jawa memiliki tinggi
gelombang lebih dari 1 m. Rata – rata nilai tinggi
gelombang signifikan pada bulan Juli 2017 berkisar
0,6 m – 1,4 m, hal ini menunjukkan bahwa pada
bulan juli merupakan puncak monsoon timur dan
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
pandia, dkk [11].
Pada bulan Oktober 2017 arah gelombang berasal
dari tenggara menuju ke barat. Tinggi gelombang
tampak lebih kecil dibandingkan dengan bulan Juli
2017 pada skala tinggi gelombang berkisar antara
0,2 m – 0,4 m. Hasil model memperlihatkan
perubahan arah datang gelombang yang tidak
menentu di pertengahan bulan Oktober 2017 hingga
akhirnya pada akhir bulan arah datang gelombang
berasal dari tenggara menuju barat menjadi barat
menuju ke timur. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sugianto (2014) [12,13], bahwa pada musim
peralihan, angin menjadi lemah dan tidak menentu
(gambar 6).
Gambar 3. Hasil Model Wavewatch-III pada Bulan Januari 2017
Gambar 4. Hasil Model Wavewatch-III pada Bulan Mei 2017
Gambar 5. Hasil Model Wavewatch-III pada Bulan Juli 2017
POLA TINGGI GELOMBANG DI LAUT JAWA.......................................................................... Ayu Wulansari Pramita, dkk
25
Gambar 6. Hasil Model Wavewatch-III pada Bulan Oktober 2017
Gambar 7. Hasil Model ECMWF
Perbandingan Hasil Model Gelombang dari
Wavewatch-III dan ECMWF. Gambar 7
Merupakan hasil model gelombang dari ECMWF
pada tanggal 1 Januari 2017 (a) pukul 00:00 dan (b)
06:00 UTC yang memiliki resolusi grid terkecil
0,125o x 0,125o dengan interval waktu per-enam jam
dalam UTC. Untuk mengetahui perbandingan antara
hasil model ECMWF dengan model Wavewatch-III
maka diambil 20 titik dari koordinat yang berbeda
selama satu hari dengan interval enam jam (4 data
Hs per titik. Titik – titik tersebut berada dalam
koordinat Laut Jawa dengan beberapa pertimbangan
seperti penyesuaian waktu, resolusi dan data yang
tidak kosong antara ECMWF dan Wavewatch-III.
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOL. 21 NO. 1 TAHUN 2020 : 21 – 28 26
Tabel 1. Deskripsi Statistik Tinggi Gelombang
Signifikan (Hs) Model ECMWF dan
WW3 01/01/2017 di Laut Jawa
Deskripsi (Jumlah data,
N=80)
Hs (m)
ECMWF
Hs
(m)
WW3
Tinggi
Gelombang
Rata-rata
0,47
0,34
Minimum
0,23
0,03
Maksimum
1,01
0,83
Kisaran (Range)
0,78
0,80
Kemencengan
(Skewness)
1,136
0,172
Tabel 2. Validasi Tinggi Gelombang Signifikan
Model ECMWF dengan Wavewatch-III
Error (%)
CF
35,5
0,04
Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa tinggi
gelombang signifikan (Hs) di Laut Jawa berdasarkan
model ECMWF berkisar antara 0,23 – 1,01 m
dengan rata – rata 0,47 m. Pada Gambar 8 dapat
dilihat bahwa data yang berdistribusi normal
memiliki presentase 74% dan tinggi gelombang
yang lebih dari 0,5 m memiliki frekuensi kejadian
sebesar 48% dari jumlah data sebanyak 80. Dan
pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa tinggi
gelombang signifikan (Hs) di Laut Jawa berdasarkan
model Wavewatch-III berkisar antara 0,03 – 0,83 m
dengan rata – rata 0,34 m. Pada Gambar 9 dapat
dilihat bahwa data yang berdistribusi normal
memiliki presentase 65% dan tinggi gelombang
yang lebih dari 0,5 m memiliki frekuensi kejadian
sebesar 12% dari jumlah data sebanyak 80.
Dari hasil kedua grafik diatas (dapat dilihat pada
Gambar 8 dan 9), pola histogram tampak mengikuti
kurva normal, meskipun terdapat beberapa data yang
tampak outlier namun secara garis besar distibusi
data mengikuti kurva normal, sehingga dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
Berdasarkan tabel 3, nilai error yang diperoleh dari
perbandingan kedua model tersebut sebesar 35,5%
dan nilai CF sebesar 0,04. Hal ini dikatakan sangat
baik karena nilai CF (Crost Function) < 1.
Hasil model ECMWF memiliki kisaran nilai 0,23 m
– 1,01 m dengan rata – rata 0,47 m sedangkan hasil
model Wavewatch-III memiliki kisaran nilai 0,03 m
– 0,83 m dengan rata – rata 0,34 m. Jika dilihat hasil
cuplikan tersebut, kedua model memiliki nilai yang
tidak jauh berbeda. Perbedaan hasil antara kedua
model dikarenakan oleh perbedaan resolusi, metode
masing – masing model dan perbedaan inputan
angin yang digunakan tiap model. Model
Wavewatch-III menggunakan inputan angin GFS
sedangkan model ECMWF menggunakan inputan
angin ECMWF. Resolusi model ECMWF adalah
0,125° sedangkan model Wavewatch-III memiliki
resolusi 0,06°. Model ECMWF memiliki lebih
banyak nilai yang kosong jika dibandingkan dengan
model Wavewatch-III terlebih di daerah yang dekat
dengan daratan. Oleh karena itu model ECMWF
tidak bisa dibandingkan dengan data lapangan yang
berlokasi di Pantai Marina Semarang karena di
daerah tersebut datanya kosong pada bulan Mei
2017 yang merupakan waktu observasi lapangan.
Menurut Isniarny (2012) [6], hal itu disebabkan
ketika grid data yang digunakan memiliki resolusi
rendah sedangkan wilayah yang dikaji terlalu sempit
maka model tidak dapat melakukan perhitungan dan
akan menghasilkan error yang lebih besar.
Gambar 8. Distribusi Hasil Tinggi Gelombang Signifikan Model ECMWF.
POLA TINGGI GELOMBANG DI LAUT JAWA.......................................................................... Ayu Wulansari Pramita, dkk
27
Gambar 9. Distribusi Hasil Tinggi Gelombang Signifikan Model Wavewatch-III.
Gambar 10. Perbandingan Model Wavewatch-III dan Data Observasi
Perbandingan Hasil Model Wavewatch-III dan
Data Observasi. Perbandingan data tinggi
gelombang signifikan (Hs) hasil model Wavewatch-
III memiliki kisaran nilai 0,08 m – 1,04 m dengan
rata – rata 0,42 m, sedangkan data observasi
memiliki kisaran nilai 0,09 m – 0,45 m dengan rata –
rata 0,20 m, adapun nilai tinggi gelombang
maksimum (Hmax) dari hasil model sebesar 1,035
m, sedangkan dari hasil observasi nilai tinggi
gelombang maksimum adalah 0,45 m. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa hasil luaran model gelombang
Wavewacth-III rata-rata lebih tinggi dari nilai tinggi
gelombang observasi (gambar 10). Adapun nilai
korelasi yang diperoleh dari hasil model dan
observasi sangat rendah, yaitu sebesar 0,32.
4. Kesimpulan
Dari perkiraan model Wavewatch-III diperoleh
tinggi gelombang signifikan (Hs) di Laut Jawa pada
Musim Barat berkisar antara 0,2 m – 1 m dengan
arah dominan gelombang dari barat menuju ke
timur. Pada Musim Peralihan I berkisar antara 0,4 m
– 0,8 m dan arah dominan gelombang berasal dari
tenggara menuju ke barat laut. Pada Musim Timur
berkisar antara 0,6 m – 1,4 m dengan arah dominan
gelombang berasal dari tenggara menuju ke barat
laut. Dan pada Musim Peralihan II dengan kisaran
nilai 0,2 m – 0,4 m dan arah dominan gelombang
berasal dari tenggara menuju ke barat. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa puncak tinggi
gelombang terjadi pada saat Musim Timur.
Tinggi gelombang signifikan (Hs) menggunakan
model Wavewatch-III memiliki nilai perkiraan 0,08
m – 1,04 m dengan rata – rata 0,42 m sedangkan
tinggi Hs observasi memiliki kisaran nilai 0,09 m –
0,45 m dengan rata – rata 0,20 m. Berdasarkan
perbandingan model Wavewacth-III dengan model
ECMWF menunjukkan bahwa data hasil model
Wavewatch-III mempunyai korelasi yang bagus
dengan nilai CF sebesar 0,04, dan nilai error sebesar
35,5%. Sedangkan hasil perbandingan dengan data
observasi, diperoleh nilai korelasi yang sangat
rendah yaitu sebesar 0,32.
Daftar Pustaka
[1] Ardiyani, W. J., Iskandar, B. H., & Wisudo,
S. H., “Estimasi Jumlah Kapal Penangkap
Ikan Optimal Di WPP 712 Berdasarkan
Potensi Sumber Daya Ikan”, ALBACORE
Jurnal Penelitian Perikanan Laut, 3(1), 95-
104, 2019.
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOL. 21 NO. 1 TAHUN 2020 : 21 – 28 28
[2] Dede, M., Sewu, R. S. B., Yutika, M., &
Ramadhan, F. Analisis Potensi Perekonomian
Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
serta Pertambangan dan Penggalian di
Pantura Jawa Barat.
https://doi.org/10.31227/osf.io/mc2t6.
Prosiding Seminar Nasional Epicentrum 5.5:
Optimalisasi Sumber Daya Alam Matra
Darat dan Matra Lautan untuk Ketahanan
Pangan dan Kesehatan dalam Konteks
Nasionalisme. 2018.
[3] Kurniawan, Roni, D.S. Permana, Suratno dan
M.N. Habibie. Verifikasi Luaran Model
Gelombang Windwaves-05 Dengan Satelit
Altimeter. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika
Vol. 14 No. 3, 2013 : 149-158, Puslitbang
BMKG, Jakarta, 2013.
[4] World Meteorolgical Organization (WMO).
Guide to Wave Forecasting and Analysis,
WMO-No. 702, Secretariat of the World
Meteorological Organisation, Geneva
Switzerland: Author. 1998.
[5] Tolman, H. L. User manual and system
documentation of WAVEWATCH-III
version 3.14. Environmental Modeling
Center. Marine Modeling and Analysis
Branch. NCEP.
https://polar.ncep.noaa.gov/mmab/papers/tn2
76/MMAB_276.pdf. 2009.
[6] Isniarny, Nadya. “Pemanfaatan Data Angin
Dari Model GFS Untuk Prediksi Tinggi
Gelombang (windwaves) Menggunakan
Model Wavewatch-III (Studi Kasus di Selat
Sunda)”. Skripsi, Fakultas Ilmu dan
Teknologi Kebumian ITB, Bandung. 1998.
[7] National Center for Environmental Prediction
(NCEP)–NOAA. http://www.mmm.ucar.edu/
[8] US Geological Survey (USGS).
(http://www.usgs.gov/)
[9] Habibie, M N., D.P. Permana dan Suratno.
“Simulasi Gelombang Ekstrim Akibat Swell
Di Indonesia Menggunakan Model
Wavewatch-III”. Jurnal Meteorologi Dan
Geofisika, Vol. 14 No. 2, 2013: 99-108 .
2013.
[10] Koo, Soyeon & Kim, Seungkeun & Suk,
Jinyoung & Kim, Youdan & Shin, Jongho.
“Improvement of Shipboard Landing
Performance of Fixed-wing UAV Using
Model Predictive Control”. International
Journal of Control, Automation and Systems.
10.1007/s12555-017-0690-1. 2018.
[11] Pandia, F. S., Sasmito, B., & Sukmono, A.
Analisis Pengaruh Angin Monsun Terhadap
Perubahan Curah Hujan Dengan
Penginderaan Jauh (Studi Kasus: Provinsi
Jawa Tengah). Jurnal Geodesi Undip, 8(1),
278-287. 2019.
[12] Sugianto, Denny N. “Model Distribusi
Kecepatan Angin dan Pemanfaatannya
Dalam Peramalan Gelombang di Laut Jawa”.
Disertasi Program Doktor Teknik Sipil
Universitasi Diponegoro, Semarang. 2014.
[13] Sugianto, Denny N., M. Zainuri, A. Darari,
Suripin, S. Darsono and N. Yuwono. “Wave
Height Forecasting Using Measurement
Wind Speed Distribution Equation In Java
Sea”. International Journal of Civil
Engineering and Technology (IJCIET)
Volume 8, Issue 5, May 2017, pp. 604 – 619.
2017.