ArticlePDF Available

Abstract

The industrial revolution that entered the 4.0 phase encouraged the industry to innovate, where one of the developing industries was e-commerce. As part of the OTA (tourism industry), e-commerce, or especially Agoda offers not only products but also services. However, at the moment, Agoda can be said to be left behind if we look at the ranking of the top brand awards, 2019. Therefore this research intends to examine the satisfaction of tourists (consumers) in using Agoda for booking a hotel. The approach used in this research is descriptive quantitative, where primary data is collected through a questionnaire with indicators of customer satisfaction (Repurchase, Word of Mouth, Brand Image, Product Quality, Price, Service Quality, and Emotional Factor). The scale used is Likert (1-5), and the sampling technique used is probability sampling, which is simple random sampling with a total of 100 respondents. The secondary data is taken from Agoda's website, books, literature, and previous research. The study was conducted during June-July 2019. This study found that the average tourist was quite satisfied - satisfied with Agoda's services in booking hotels. However, to maintain its existence, Agoda needs to make efforts to attract tourists, especially in improving the Agoda brand image. Also, the cooperation partners, which are hotels, will have high confidence in marketing their hotels through Agoda. Furthermore, in terms of the marketing segment, Agoda is very firmly attached to the millennial generation in meeting accommodation needs. However, it is interesting to investigate further the purpose of booking this accommodation, whether for travel needs or other vacation concepts, like one of the popular concepts nowadays, "staycation". This research is expected to provide information about service conditions and customer satisfaction using Agoda. So the results of this study can be useful not only for Agoda companies but also for other OTAs who offer similar products or services. Keywords: kepuasan wisatawan, e-commerce, pemesanan hotel, online travel agent (OTA)
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume 8 No.1 Juni 2020, E-ISSN: 2685-6026
57
KEPUASAN WISATAWAN DALAM PENGGUNAAN E-COMMERCE AGODA
DALAM PEMESANAN HOTEL
Suci Sandi Wachyuni1, 2*, Kadek Wiweka1, 3, 4
Politeknik Sahid1
Program Doktor Kajian Pariwisata, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada2
École Doctorale Sociétés, Temps, Territoires Université Angers, France3;
ITRC (Indonesia Tourism Research Consultant) 4
*sucisandi@stpsahid.ac.id
Abstract
The industrial revolution that entered the 4.0 phase encouraged the industry to innovate, where one of the
developing industries was e-commerce. As part of the online travel agents (OTA), Agoda through its e-commerce
offers not only products but also services. However, at the moment, referring to the 2019 top brand awards
ranking, Agoda can be said to be left behind. Therefore, this research intends to examine the satisfaction of tourists
(consumers) in using Agoda for booking hotels. This research is based on descriptive quantitative approach, where
primary data is collected through questionnaire with indicators of customer satisfaction (Repurchase, Emotional
Factor, Word of Mouth, Price, Brand Image, Service Quality, and Product Quality). The scale used is Likert scale
(1-5), and the sampling method used is probability sampling, which is simple random sampling with a total of a
hundred respondents. The secondary data is taken from Agoda's website, books, literature, and previous research.
The study was conducted during June-July 2019. This study found that the average tourist was quite satisfied with
Agoda's services in booking hotels. However, to maintain its existence, Agoda needs to make efforts to attract
tourists, especially in improving the Agoda brand image. Also, the cooperation partners, which are hotels, will
have high confidence in marketing their hotels through Agoda. Furthermore, in terms of the marketing segment,
Agoda is very firmly attached to the millennial generation in meeting accommodation needs. However, it is
interesting to investigate further the purpose of booking this accommodation, whether for travel needs or other
vacation concepts, like one of the popular concepts nowadays, "staycation". This research is expected to provide
information about service conditions and customer satisfaction using Agoda. The findings of this study can be
useful not only for Agoda companies but also for other OTAs who offer similar products or services.
Keywords: tourist satisfaction, e-commerce, pemesanan hotel, online travel agent (OTA)
Abstrak
Revolusi industri yang memasuki fase 4.0 mendorong industri untuk berinovasi, di mana salah satu industri yang
berkembang adalah e-commerce. Sebagai bagian dari agen perjalanan online (OTA), Agoda melalui perdagangan
elektronik tidak hanya menawarkan produk tetapi juga layanan. Namun, saat ini, mengacu pada peringkat
penghargaan merek teratas 2019, Agoda dapat dikatakan tertinggal. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud
untuk menguji kepuasan wisatawan (konsumen) dalam menggunakan Agoda untuk pemesanan hotel. Penelitian
ini didasarkan pada pendekatan deskriptif kuantitatif, di mana data primer dikumpulkan melalui kuesioner dengan
indikator kepuasan pelanggan (Pembelian Kembali, Faktor Emosional, dari mulut ke mulut, Harga, Citra Merek,
Kualitas Layanan, dan Kualitas Produk). Skala yang digunakan adalah skala likert (1-5), dan metode pengambilan
sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel probabilitas, yaitu contoh acak sederhana dengan total seratus
responden. Data sekunder diambil dari situs web Agoda, buku, literatur, dan penelitian sebelumnya. Studi ini
dilakukan selama Juni-Juli 2019. Studi ini menemukan bahwa rata-rata turis cukup puas dengan layanan Agoda
dalam memesan hotel. Namun, untuk mempertahankan keberadaannya, Agoda perlu melakukan upaya untuk
menarik wisatawan, terutama dalam meningkatkan citra merek Agoda. Juga, mitra kerja sama, yang merupakan
hotel, akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam memasarkan hotel mereka melalui Agoda. Selain itu,
dalam hal segmen pemasaran, Agoda sangat terikat dengan generasi milenial dalam memenuhi kebutuhan
akomodasi. Namun, menarik untuk menyelidiki lebih lanjut tujuan pemesanan akomodasi ini, baik untuk
Suci Sandi Wachyuni, Kadek Wiweka
58
Volume 8 No.1 Juni 2020, E-ISSN: 2685-6026
kebutuhan perjalanan atau konsep liburan lainnya, seperti salah satu konsep populer saat ini, "staycation".
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kondisi layanan dan kepuasan pelanggan
menggunakan Agoda. Temuan penelitian ini dapat bermanfaat tidak hanya untuk perusahaan Agoda tetapi juga
untuk OTA lain yang menawarkan produk atau layanan serupa.
Kata kunci: kepuasan wisatawan, perdagangan elektronik, pemesanan hotel, online travel agent (OTA)
PENDAHULUAN
Revolusi industri yang masuk kepada fase 4.0
mendorong industri melakukan inovasi dari berbagai
sisi, mulai dari metode memperkenalkan produk,
hingga pengembangan produk atau jasa itu sendiri.
Pariwisata merupakan salah satu industri yang
mengalami evolusi dari konvensional menjadi lebih
modern. Fenomena ini dipengaruhi oleh permintaan
pasar yang didominasi oleh generasi milenial (Setiawan
dkk., 2018; Wiweka dkk., 2019), yang memiliki
karakteristik unik” atau memiliki kecenderungan
terhadap teknologi. Generasi yang biasa dikenal
dengan generasi Z terbiasa menggunakan teknologi
pada sebagian besar aktivitasnya, termasuk berwisata.
Salah satu media yang dikenal cukup familiar dengan
generasi ini adalah sosial media (Damanik dkk., 2019).
Dampaknya berbagai industri, mulai dari transportasi
(Kusmayadi et al., 2019) hingga akomodasi
(Wachyuni dkk., 2018) melakukan inovasi pada
pelayanan mereka, termasuk pada saluran distribusi
(pemesanan) yang berbasis media sosial. Saluran atau
jalur distribusi digital (Mulhern, 2009; Lipiäinen,
2014) saat ini sangat marak diimplementasikan oleh
berbagai industri pariwisata, fenomena ini membuat
pemasaran semakin kompleks, terintegrasi (Rak
& Rakić, 2014) dan cenderung tumbuh sangat
pesat. Tren ini dikenal dengan istilah pemasaran
digital atau E-Commerce.
Menurut Karyatiningsih (2011), e-commerce
adalah teknik pemasaran yang terdiri dari
penawaran, penjualan, hingga pembelian, baik
produk, jasa, maupun informasi berbasis media
elektronik atau dengan memaksimalkan peran
jejaring internet. Teknik ini telah menciptakan
ekosistem bisnis baru antara penjual dan pembeli
dengan perantara media elektronik atau berbasis
teknologi. Di Indonesia perkembangan transaksi
ini telah begitu pesat yang didukung oleh berbagai
startups, salah satunya OTA (online travel agent).
OTA sendiri tumbuh ditengah perkembangan
teknologi yang pesat, hingga akhirnya menggeser
eksistensi agen perjalanan konvensional yang tidak
berbasis digital atau teknologi (Mulhern, 2009).
Jannah (207) berpendapat bahwa Online Travel Agent
merupakan layanan berbasis online melalui website
yang seluruh kegiatan produksinya dilakukan
seluruhnya secara real time. Online Travel Agent
merupakan alat komunikasi paling efektif yang
menghubungkan wisatawan dengan properti seperti
hotel-hotel di seluruh mancanegara. Beberapa Online
Travel Agent yang banyak diminati oleh wisatawan
yaitu traveloka, booking.com., agoda, tiket.com., dan
trivago. Beberapa OTA tersebut di Indonesia telah
mendapatkan pengakuan sebagai top brand, yang
diantaranya
. Tabel 1: OTA penyedia layanan On-line Booking
MEREK
RATE
TOP
Traveloka.com
45,7%
TOP
Trivago.co.id
6,5%
TOP
Pegipegi.com
3,1%
Tiket.com
2,8%
Agoda.com
2,3%
Sumber: (Top Brand Index Beserta Kategori
Lengkap Top Brand Award, n.d, 2018)
Tabel 1 menunjukan bahwa Traveloka dan
Trivago mendominasi sebagai top brand di
Indonesia, sedangkan Agoda mendapat perolehan
terendah dari kategori Situs Online Booking Tiket
Pesawat dan Travel berdasarkan Top Brand Award
2018. Fenomena ini tentu sangat menarik untuk
dikaji dimana secara sekilas seluruh OTA tersebut
menawarkan produk yang hampir serupa. Namun
seperti sebagian besar karakteristik industri pariwisata,
bahwa produk bukan satu-satunya penentu
ketertarikan konsumen, namun jasa atau pelayanan
bahkan cenderung lebih menentukan eksistensi
produk tersebut. Oleh karenanya penelitian ini ingin
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume 8 No.1 Juni 2020, E-ISSN: 2685-6026
59
mengkaji tentang pelayanan yang diberikan oleh
Agoda.com. Adapun kepuasan konsumen
merupakan fokus utama dari penelitian ini, khususya
saat memanfaatkan jasa OTA tersebut. Meskipun
bukan satu-satunya penelitian yang mengkaji Agoda
(Octavia & Tamerlane, 2017; Oktavianus, 2014;
Pitchayadejanant dkk., 2019; Sindunata & Wahyudi,
2018), namun kajian ini diangap masih relevan
dengan kondisi terkini, terutama melihat
peringkat top brand awards diatas.
Kusumaningrum dkk. (2019) berpendapat
bahwa kepuasan konsumen dapat digunakan
sebagai pedoman dalam memahami standar
nilai atau kualitas sebuah produk atau jasa.
Kepuasan ini juga dapat diukur sehingga jasa
yang cenderung bersifat abstrak menjadi lebih “nyata”
meskipun belum tentu menggambarkan
pelayanannya secara utuh. Sunyoto (2013)
berpendapat bahwa pengukuran atau pemantauan
kepuasan pelanggan merupakan salah satu elemen
yang penting, terutama bagi perusahaan dalam
memahami minat dan respon konsumen dalam
menggunakan kembali produk maupun jasa yang
mereka gunakan. Proses ini juga memerlukan
pendekatan yang sistematis dan komprehensif,
mengingat kepuasan pelanggan dibentuk dari berbagai
faktor yang kompleks. Adapun metode-metode yang
mungkin diadopsi dalam menganalisa tingkat
kepuasan konsumen diantaranya di antaranya
melalui komentar dan masukan, jasa Ghost Shopping,
analisis mantan pelanggan, dan survei kepuasan
pelanggan.
Analisis ini dilakukan dengan tujuan utama untuk
mempertahankan konsumen, dimana menurut (Kotler
& Keller, 2009), kepuasan pelanggan menjadi faktor
krusial dalam usaha perusahaan untuk
mempertahankan konsumen. Ia menjabarkan beberapa
faktor-faktor yang umumnya dapat dikenal sebagai
pembentuk kepuasan pelanggan, di antaranya:
1. Re-purchase
Secara sederhana, pembelian kembali
suatu produk atau jasa oleh konsumen dapat
dikategorikan pembelian ulang. Lu dkk (2016)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa salah
satu faktor yang menentukan wisatawan atau
konsumen datang membeli kembali adalah
kepercayaan. Kepercayaan wisatawan akan
suatu tempat wisata dipercaya akan
meningkatkan keinginan wisatawan untuk
membeli kembali atau berkunjung ke suatu
destinasi. Indikator ini juga telah banyak
digunakan oleh berbagai penelitian yang terkait
dengan digital marketing atau pemasaran
digital (Dadang, 2016).
2. Word of mouth
Meskipun dikenal sebagai faktor yang
cukup konvensional atau klasik, namun peran
WOM hingga saat ini masih dipercaya sebagai
faktor yang sangat efektif dalam mempengaruhi
konsumen yang lain, baik bagi konsumen yang
merasa puas ataupun sebaliknya. Word of
mouth (WOM) umumnya merupakan respon
dari pengalaman konsumen selama menikmati
atau menggunakan suatu produk atau jasa,
secara spesifik dapat berupa komentar atau
rekomendasi. Seperti yang telah disampaikan
sebelumnya, faktor ini memiliki pengaruh yang
kuat terhadap pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh pihak lain. Dalam
perkembangannya WOM ini telah
bertransformasi dan dikenal sebagai EWOM
(Electronic Word of Mouth) yang dipengaruhi
oleh perkembangan dunia digital (Jalilvand &
Samiei, 2012; Phillips et al., 2013; Sindunata &
Wahyudi, 2018, 2018).
3. Brand Image
Loyalitas konsumen nyatanya tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal dari
produk atau jasa, namun juga kerap
dipengaruhi faktor internal, salah staunya
merek atau citra. Dewanti dkk, (2007)
menyatakan bahwa salah satu faktor dalam
persaingan dalam suatu industri adalah brand
image atau reputasi yang dimiliki oleh industri
itu sendiri. Ia menambahkan bahwa brand
image suatu industri dapat diraih melalui
proses yang panjang dan kompleks.
Sedangkan Hidayah (2013) berpendapat
bahwa sebuah brand ditentukan oleh
berbagai strategi yang diterapkan oleh suatu
perusahan, mulai dari pembentukan suatu
produk, hingga stratgei pemasaran lainnya,
seperti segmentasi pasar, menentukan target,
hingga memposisikan produk yang mereka
miliki. Satu kesatuan strategi tersebut
menciptakan karakteristik produk tersendiri
Suci Sandi Wachyuni, Kadek Wiweka
60
Volume 8 No.1 Juni 2020, E-ISSN: 2685-6026
yang mungkin berbeda dengan produk atau
jasa yang lain. Karakteristik tersebut akhirnya
menjadi identitas yang membentuk brand
image. Oleh karenanya, identitas tersebut
dipercaya tidak hanya akan menjadi kuat bila
hanya melalui satu strategi, seperti
mengiklankan di media massa atau publisitas.
Adapun Nursanti dkk (2009) dan Hariyani &
Sartana (2014) berpandangan bahwa brand
image adalah adanya karakteristik sejumlah
asosiasi yang menimbulkan kesatuan arti, yang
pada akhirnya kesatuan arti tersebut
menentukan reaksi konsumen secara terpadu
dalam memberikan penilaian atau tanggapan
terhadap suatu merek (brand). Ia juga mencatat
bahwa merek berfungsi memilik berbagai
fungsi, diantaranya mengumpulkan informasi
(retrieve information), memberikan karakter
atau pembeda (differentiate), (reason to buy),
menciptakan perasaan yang positif (create
positive attitude/ feelings), meningkatkan
kepekaan konsumen terutama terkait dengan
brand association atau manfaat bagi konsumen
(customer benefit), memunculkan rasa
kesesuaian (sense of fit in) antara brand dengan
sebuah produk, hingga memberikan alasan
untuk membeli produk (basis for extension).
Secara umum dapat dikatakan bahwa brand
image memiliki peran dalam mempengaruhi
kepuasan pelanggan (Hidayah, 2013).
4. Product Quality
Kualitas produk merupakan suatu produk
yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
konsumen. Dengan kualitas produk yang baik,
pelanggan akan merasa puas dan akan
melakukan transaksi ulang kepada perusahaan
penyedia jasa/produk tersebut (Octavia &
Tamerlane, 2017).
5. Price
Harga adalah sejumlah nilai yang
dipertukarkan untuk memperoleh suatu produk
bagi pelanggan yang sensitif biasanya harga
murah adalah sumber kepuasan yang penting
karena mereka akan mendapatkan value for
money yang tinggi. Dengan kata lain, harga
adalah sejumlah uang yang konsumen bayar
untuk membeli produk atau mengganti hal milik
produk. Harga meliputi last price, discount,
allowance, payment period, credit terms, dan
retail price.
6. Service Quality
Jika jasa yang diterima oleh konsumen
dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka
kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan
memuaskan, jika jasa yang diterima melampaui
harapan konsumen, maka kualitas pelayanan
dipersepsikan sangat baik dan berkualitas.
Sebaliknya apabila jasa yang diterima tidak
sesuai ekspektasi pelanggan maka kualitas
pelayanan dipersepsikan buruk. Dalam kasus ini
jasa atau pelayanan yang diberikan oleh e-
commerce dipercaya dapat mempengaruhi
kepuasan pengguna OTA (Ali & Howaidee,
2012; Cox & Dale, 2001; Dedeke, 2016, 2016;
Ho & Lee, 2007; Pitchayadejanant dkk., 2019).
7. Emotional Factor
Faktor emosional merupakan faktor yang
berhubungan dengan gaya hidup seseorang.
Emosi merupakan perasaan bergejolak yang
berpengaruh langsung terhadap kepuasan
pelanggan. Faktor ini dipercaya memainkan
peran yang cukup penting dalam menentukan
kepuasan pelanggan terutama dalam bidang jasa
(e-commerce) (Chang, 2008; Prayag dkk.,
2017).
Ketujuh indikator ini kemudian dijadikan dasar
penilaian kepuasan pelanggan dalam penggunaan E-
Commerce Agoda dalam pembelian voucher hotel.
Kajian ini bertujuan untuk memberikan informasi
terkait kondisi pelayanan dan kepuasan pelanggan yang
menggunakan Agoda. Sehingga hasil penelitian ini
diharapkan berguna bagi OTA lain yang menawarkan
produk atau jasa serupa, dan tidak terbatas pada
perusahaan Agoda.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Data
Primer dikumpulkan dari kuesioner tentang
kepuasan pelanggan dengan indikator Repurchase,
Word of Mouth, Brand Image, Product Quality, Price,
Service Quality, dan Emotional Factor dihitung
berdasarkan skala likert (1-5). Teknik sampling yang
digunakan adalah probability sampling yaitu simple
random sampling dengan jumlah responden sebanyak
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume 8 No.1 Juni 2020, E-ISSN: 2685-6026
61
100 orang. Menurut Hair Jr dkk. (2016) umumnya
dalam menganalisis faktor membutuhkan minimal 100
orang responden. Sedangkan data sekunder diambil
dari website Agoda, buku, literatur, dan penelitian
sebelumnya. Penelitian dilakukan selama Juni-Juli
tahun 2019. Teknik analisis data menggunakan analisis
deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2003),
penelitian kuantitatif merupakan penelitian dengan
menggunakan data angka untuk diolah kemudian
diinterpretasikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Agoda
Agoda adalah perusahaan internet yang
menyediakan layanan reservasi properti hotel
atau resor secara online yang difokuskan
terutama pada kawasan Asia Pasifik dengan
basis operasional yang berada di Bangkok,
Singapura, dan Filipina.
Gambar 1. Logo Agoda
Agoda didirikan oleh Michael Kenny pada akhir
tahun 1990 dengan nama Planetholiday.com.
Pengguna dapat menggunakan ketersediaan layanan
Agoda yang dilayani dalam 21 bahasa antara lain
bahasa Indonesia, China, Inggris, Perancis, Spanyol,
Jepang dan Thailand. Kantor pusat Agoda terletak di
Bangkok, Singapura dan Filipina.
Profil dan Karakteristik Responden Pengguna
Agoda
Berdasarkan hasil survey profil dan karakteristik
responden, mayoritas responden dalam penelitian ini
51% berjenis kelamin perempuan dan 49% laki-laki.
Berdasarkan usia, responden didominasi usia 21-25
tahun sebanyak 74%, diikuti oleh 11% berusia 26-30
tahun, 8% berusia 15-20 tahun dan 7% berusia lebih
dari 30 tahun. Mayoritas responden berdomisili di
Jakarta sebesar 76%, diikuti Bali 11%, Bandung 7%,
dan Medan 5%. Responden dengan latar pendidikan
terakhir S1 sebanyak 56%, diikuti oleh 41% SMA, 1%
Diploma 4, dan 1% SD. Penggunaan Agoda
didominasi oleh pelajar sebanyak 55%, 21%
karyawan, 16% wiraswasta, 7% Manajer, 2% lainnya
menyebutkan Disc Jockey (DJ). Penghasilan rata-rata
tertinggi sebesar 55% dengan rentang Rp1.000.000
Rp5.000.000, diikuti dengan 24% berpenghasilan
Rp5.000.000 Rp10.000.000, 11% berpenghasilan
Rp10.000.000 Rp15.000.000. Pemesanan hotel
melalui agoda sebesar 57% responden memilih
akomodasi dengan rentang harga Rp500.000
Rp1.000.000, sebesar 28% memilih hotel pada rentang
harga Rp 1.000.000 Rp 2.000.000, 7% hotel dengan
harga Rp2.000.000 Rp3.000.000, dan 8% lainnya
memilih hotel dengan harga lebih dari Rp3.000.000.
Media elektronik/gadget yang paling banyak
digunakan dalam melakukan pemesanan adalah
smartphone sebesar 97%. 1% menggunakan tablet, 1%
menggunakan komputer (PC), dan 1% lainnya
menggunakan laptop.
Data profil responden dapat dilihat Pada Tabel 1.
Dari data tersebut, terlihat pembelian melalui agoda
didominasi oleh generasi milenial yang lahir pada
tahun 19812000. Milenial sangat fasih dalam
menggunakan teknologi. Mereka
menggunakannya bukan hanya untuk
bersosialisasi, bahkan beramal, dan melakukan
pembelian. Milenial juga menggunakan media
untuk menjadi konsumen yang berpengetahuan
tentang merk dan apapun yang mereka gemari (Vinick
dan Abbott, 2015). Penggunaan smartphone menjadi
yang paling favorit dikarenakan paling praktis dapat
diakses dimanapun dan kapanpun dibandingkan
dengan gadget lainnya.
Tabel 1. Profil dan Karakteristik Responden
Indikator
Opsional
Persentase
(%)
Jenis Kelamin
Laki-Laki
49,00
Perempuan
51,00
Usia
15-20 tahun
8,00
21-25 tahun
74,00
26-30 tahun
11,00
> 30 tahun
7,00
Domisili
Jakarta
76,00
Bali
11,00
Bandung
5,00
Medan
5,00
Lampung
0,00
Tangerang
2,00
China
1,00
SD
1,00
Suci Sandi Wachyuni, Kadek Wiweka
62
Volume 8 No.1 Juni 2020, E-ISSN: 2685-6026
Indikator
Opsional
Persentase
(%)
Pendidikan
Terakhir
SMP
0,00
SMA
41,00
S1
56,00
S2
0,00
D3
1,00
D4
1,00
Pekerjaan
Pelajar/Mahasiswa
55,00
Karyawan
21,00
Wiraswasta
16,00
Manager/Eksekutif
7,00
Tidak Bekerja
0,00
DJ
2,00
Penghasilan
Rata-Rata
Rp. 1.000.000 - Rp.
5.000.000
55,00
Rp. 5.000.000 - Rp.
10.000.000
24,00
Rp. 10.000.000 -
Rp. 15.000.000
11,00
> Rp. 15.000.000
10,00
Biaya
Akomodasi
Rp. 500.000 - Rp.
1.000.000
57,00
Rp. 1.000.000 - Rp
2.000.000
28,00
Rp. 2.000.000 - Rp.
3.000.000
7,00
> Rp. 3.000.000
8,00
Gadget
Smartphone
97,00
Tablet
1,00
PC
1,00
Laptop
1,00
Kepuasan Pengguna Agoda dalam
Pembelian Kamar Hotel di ukur dengan
indikator (Kotler & Keller, 2009), yaitu re-
purchase, word of mouth, brand image, product
quality, price, service quality, dan emotional factor.
Data rekapitulasi kepuasan pelanggan terhadap
layanan Agoda dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data rekapitulasi kepuasan
pelanggan Agoda
Variabel
Indikator
Keterangan
Mean
Kepuasan
Pelanggan
Re-
purchase
Saya akan
membeli ulang
voucher hotel
3,54
Variabel
Indikator
Keterangan
Mean
melalui situs
Agoda
Situs Agoda
memberikan
kepercayaan
lebih
dibandingkan
e-commerce
lain dalam
pembelian
voucher hotel
3,48
Total Mean
3,51
Word of
Mouth
Saya
mendengar hal
positif tentang
situs Agoda
dari orang lain
3,54
Saya akan
merekomendas
ikan Agoda
kepada orang
lain
3,43
Total Mean
3,48
Brand
Image
Saya langsung
mengingat
Agoda ketika
ingin membeli
voucher hotel
3,24
Saya lebih
memilih
Agoda
dibandingkan
dengan brand
lain untuk
membeli
voucher hotel
3,18
Total Mean
3,21
Product
Quality
Kualitas
produk yang
ditawarkan
oleh Agoda
sesuai dengan
harga
3,64
Situs Agoda
memberikan
pilihan hotel
yang beragam
dan berkualitas
3,70
Total Mean
3,67
Price
Situs Agoda
menawarkan
harga terbaik
3,43
Harga voucher
hotel di Agoda
3,52
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume 8 No.1 Juni 2020, E-ISSN: 2685-6026
63
Variabel
Indikator
Keterangan
Mean
cenderung
lebih murah
dibandingkan
dengan situs
lainnya
Total Mean
3,47
Service
Quality
Situs Agoda
memberikan
informasi yang
jelas mengenai
harga, lokasi,
dan gambar
hotel
3,70
Agoda
menyediakan
beragam
metode
pembayaran
3,63
Total Mean
3,67
Emotional
Factor
Informasi data
yang saya
berikan terjaga
dengan baik
3,70
Saya merasa
nyaman dalam
menggunakan
Agoda dalam
pembelian
voucher hotel
3,58
Total Mean
3,64
Dari beberapa indikator kepuasan
pelanggan, rata-rata pelanggan menilai cukup
puas hingga puas dengan layanan yang
diberikan oleh Agoda. Nilai rata-rata tertinggi
terletak pada indikator Product Quality dan
Service Quality yaitu 3,67 yang berarti puas
terhadap produk serta layanan yang diberikan
oleh Agoda. Agoda memberikan pilihan hotel
yang berkualitas sesuai dengan harga yang
ditawarkan. Dalam segi layanan, Agoda
memberikan informasi yang jelas kepada
pelanggan dan memberikan kemudahan berupa
metode pembayaran yang beragam. Kualitas
layanan yang sesuai dengan harapan pelanggan
merupakan indikator penting dalam kepuasan
pelanggan, seperti pada penelitian Wachyuni
(2019), variabel kualitas layanan berkorelasi
positif dengan kepuasan pelanggan.
Selanjutnya, pada indikator emotional
factor, rata-rata pelanggan menyatakan puas
terhadap layanan yang diberikan karena data-
data pelanggan terjaga kerahasiaannya.
Pelanggan rata-rata juga menyatakan nyaman
dalam menggunakan agoda sebagai platform
dalam memesan hotel, sehingga pelanggan
akan melakukan pembelian ulang (re-
purchase) pada situs agoda untuk pemenuhan
kebutuhan akomodasi. Pada pernyataan
kuisioner tentang kepercayaan yang lebih pada
situs agoda dibanding situs lainnya, rata-rata
responden menjawab cukup setuju, sehingga
agoda menjadi salah satu situs yang cukup
dipertimbangkan sebagai layanan e-commerce
penjualan jasa akomodasi. Pada indikator
word-of-mouth, rata-rata pelanggan mendengar
kesan positif mengenai agoda dari orang lain
dan cukup setuju untuk merekomendasikan
agoda. Pelanggan juga cukup setuju bahwa
harga yang ditawarkan oleh agoda adalah harga
terbaik dan kompetitif dibandingkan situs
lainnya. Rerata nilai terendah dari tujuh
indikator kepuasan pelanggan terletak pada
indikator brand image, dimana pelanggan
menyatakan cukup setuju jika ingin melakukan
pemesanan hotel yang pertama kali muncul di
benak pelanggan adalah agoda. Berarti dalam
hal ini, masih ada situs lain yang lebih diingat
oleh responden. Menurut Kotler & Keller
(2009), brand image merupakan citra merek
yang kuat yang diberikan oleh perusahaan yang
dapat membantu loyalitas pelanggan. Untuk itu,
agoda harus meningkatkan nilai kompetitif di
antara situs-situs penyedia layanan sejenis
lainnya agar meningkatkan kekuatan merek.
Menurut Wachyuni (2019) kepuasan
merupakan harapan pelanggan pada sebuah
kepercayaan mengenai produk atau jasa yang
berguna sebagai acuan dan sebagai
perbandingan standar terhadap nilai produk
atau jasa tersebut. Kotler & Keller (2009)
menyatakan kunci untuk mempertahankan
pelanggan adalah kepuasan pelanggan.
Kepuasan pelanggan dapat dilihat dari kegiatan
pembelian ulang yang dilakukan konsumen,
pelanggan yang merasa puas dan mengatakan
hal-hal baik tentang perusahaan kepada orang
Suci Sandi Wachyuni, Kadek Wiweka
64
Volume 8 No.1 Juni 2020, E-ISSN: 2685-6026
lain, citra merek yang dapat membangun
loyalitas pelanggan, kualitas produk yang baik,
value for money yang tinggi, dan jika jasa yang
diterima oleh konsumen dirasa sesuai dengan
yang diharapkan. Oleh karena itu, untuk
memberikan kepuasan pelanggan yang lebih
hingga mencapai loyalitas, Agoda perlu
melakukan upaya-upaya seperti branding dan
promosi agar merebut posisi prioritas situs
pemesanan hotel secara online.
Branding dapat dilakukan dengan
mengoptimalkan search engine/mesin pencari
seperti Google, Yahoo, dan lainnya untuk
memposisikan Agoda dalam rangking pertama
di hasil mesin pencarian. Dalam penelitian
eksperimen yang dilakukan oleh Dou dkk.
(2010), suatu merek tidak ternama ditampilkan
di posisi pertama diikuti dengan beberapa merk
ternama dalam satu laman hasil pencarian
memberikan kesan merek yang lebih diakui
terutama pada pencari dengan skill pencarian
rendah. Lebih lanjut, pada penelitian tersebut
dijelaskan bahwa pencarian dengan
menggunakan mesin pencari menjadi alat yang
sangat bermakna dalam membentuk posisi
merek pada e-commerce. Perusahaan dapat
melakukan optimasi marketing dengan
menggunakan mesin pencari dengan mudah
dan tanpa biaya.
Brand image yang baik bukan hanya
berpengaruh terhadap pelanggan agoda, namun
dari segi mitra yakni hotel yang bekerjasama
dengan agoda juga akan memiliki kepercayaan
yang lebih tinggi untuk memasarkan hotelnya.
Online Travel Agent (OTA) dianggap sebagai
alat pemasaran yang efektif, hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wachyuni dkk. (2018) bahwa OTA sangat
efektif dalam meningkatkan penjualan di hotel.
Pada hasil penelitiannya, pendapatan yang
diterima hotel dreamtel yang menjadi obyek
penelitian, meraih lebih banyak pendapatan
melalui OTA dibandingkan dengan walk in
guest. Sehingga, kepercayaan kepada Agoda
harus terus dibangun, baik dari sisi pelanggan
maupun dari sisi mitra kerjasama.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata
wisatawan cukup puas hingga puas dengan
layanan Agoda dalam pemesanan hotel. Untuk
menjaga eksistensinya, Agoda perlu melakukan
upaya untuk menarik wisatawan terutama
dalam meningkatkan brand image agoda.
Peningkatan citra merek dan promosi
diperlukan agar menjadi prioritas online travel
agent yang diandalkan wisatawan. Selain itu,
mitra kerjasama yakni hotel juga akan memiliki
kepercayaan yang tinggi dalam memasarkan
hotelnya melalui Agoda. Kemudian, dari segi
segmen marketing, Agoda sangat lekat dengan
generasi milenial dalam pemenuhan kebutuhan
akomodasi. Namun menarik untuk diteliti lebih
lanjut tujuan dari pemesanan akomodasi ini,
apakah untuk kebutuhan berwisata atau konsep
liburan lain seperti yang mulai digemari saat ini
yang disebut dengan istilah “staycation”.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, J. A., & Howaidee, M. (2012). The impact
of service quality on tourist satisfaction in
Jerash. Interdisciplinary Journal of
Contemporary Research in Business, 3(12),
164187.
Chang, J. C. (2008). Tourists’ satisfaction
judgments: An investigation of emotion,
equity, and attribution. Journal of
Hospitality & Tourism Research, 32(1),
108134.
Cox, J., & Dale, B. G. (2001). Service quality
and e-commerce: An exploratory analysis.
Managing Service Quality: An International
Journal.
Damanik, D., Wachyuni, S. S., Wiweka, K., &
Setiawan, A. (2019). The Influence of Social
Media on the Domestic Tourist’s Travel
Motivation Case Study: Kota Tua Jakarta,
Indonesia. Current Journal of Applied
Science and Technology, 114.
https://doi.org/10.9734/cjast/2019/v36i6302
63
Dedeke, A. N. (2016). Travel web-site design:
Information task-fit, service quality and
purchase intention. Tourism Management,
54, 541554.
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume 8 No.1 Juni 2020, E-ISSN: 2685-6026
65
Dewanti, R., Masruroh, M., & Doni, B. (2007).
Analisis Brand Equity Bina Nusantara
University di Lingkungan SMU Jakarta. The
Winners, 8(2), 197213.
Dou, W., Lim, K. H., Su, C., Zhou, N., & Cui,
N. (2010). Brand positioning strategy using
search engine marketing. Mis Quarterly,
261279.
Hair Jr, J. F., Hult, G. T. M., Ringle, C., &
Sarstedt, M. (2016). A primer on partial
least squares structural equation modeling
(PLS-SEM). Sage publications.
Hariyani, R., & Sartana, B. T. (2014). Pengaruh
Brand Image, Lokasi, Dan Fasilitas
Pendidikan Terhadap Keputusan Calon
Mahasiswa Untuk Berkuliah Di Universitas
Dan Akademi Sekretari Budi Luhur Tahun
Akademik 2014/2015. Jurnal Ekonomika
Dan Manajemen, 3(2).
Hidayah, N. (2013). Analisis Jalur Brand Image
Sebagai Anteseden Loyalitas:(Studi Pada
Program Pascasarjana Universitas Terbuka).
Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 19(1),
117.
Ho, C.-I., & Lee, Y.-L. (2007). The
development of an e-travel service quality
scale. Tourism Management, 28(6), 1434
1449.
Jalilvand, M. R., & Samiei, N. (2012). The
effect of word of mouth on inbound tourists
decision for traveling to Islamic destinations
(the case of Isfahan as a tourist destination in
Iran). Journal of Islamic Marketing.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2009). Manajemen
Pemasaran (Marketing Management). Jilid
I. Edisi Ke, 13.
Kusmayadi, Wiweka, K., Parantika, A.,
Wahyuni, N., & Adnyana, P. P. (2019). A
Time Series Analysis of Airline Pricing
Behavior Case Study Jakarta (CGK)
Denpasar (DPS) Market. Journal of
Economics, Management and Trade, 110.
https://doi.org/10.9734/jemt/2019/v22i6301
05
Kusumaningrum, D. A., Wachyuni, S. S.,
Ritasari, R., Kusumaningsih, R., & Sahid, P.
(2019). PENGARUH CUSTOMER
SATISFACTION DAN BRAND IMAGE
TERHADAP BRAND LOYALTY DI
PANTAI SENTOSA RESTAURANT
JAKARTA. Jurnal Sains Terapan
Pariwisata, 4(1), 129143.
Lipiäinen, H. (2014). Digitization of the
Communication and its Implications for
Marketing. Jyväskylä Studies in Business
and Economics, 152.
Lu, B., Fan, W., & Zhou, M. (2016). Social
presence, trust, and social commerce
purchase intention: An empirical research.
Computers in Human Behavior, 56, 225
237.
Mulhern, F. (2009). Integrated marketing
communications: From media channels to
digital connectivity. Journal of Marketing
Communications, 15(23), 85101.
Ali, J. A., & Howaidee, M. (2012). The impact
of service quality on tourist satisfaction in
Jerash. Interdisciplinary Journal of
Contemporary Research in Business, 3(12),
164187.
Chang, J. C. (2008). Tourists’ satisfaction
judgments: An investigation of emotion,
equity, and attribution. Journal of
Hospitality & Tourism Research, 32(1),
108134.
Cox, J., & Dale, B. G. (2001). Service quality
and e-commerce: An exploratory analysis.
Managing Service Quality: An International
Journal.
Damanik, D., Wachyuni, S. S., Wiweka, K., &
Setiawan, A. (2019). The Influence of Social
Media on the Domestic Tourist’s Travel
Motivation Case Study: Kota Tua Jakarta,
Indonesia. Current Journal of Applied
Science and Technology, 114.
https://doi.org/10.9734/cjast/2019/v36i6302
63
Dedeke, A. N. (2016). Travel web-site design:
Information task-fit, service quality and
purchase intention. Tourism Management,
54, 541554.
Dewanti, R., Masruroh, M., & Doni, B. (2007).
Analisis Brand Equity Bina Nusantara
University di Lingkungan SMU Jakarta. The
Winners, 8(2), 197213.
Suci Sandi Wachyuni, Kadek Wiweka
66
Volume 8 No.1 Juni 2020, E-ISSN: 2685-6026
Dou, W., Lim, K. H., Su, C., Zhou, N., & Cui,
N. (2010). Brand positioning strategy using
search engine marketing. Mis Quarterly,
261279.
Hair Jr, J. F., Hult, G. T. M., Ringle, C., &
Sarstedt, M. (2016). A primer on partial
least squares structural equation modeling
(PLS-SEM). Sage publications.
Hariyani, R., & Sartana, B. T. (2014). Pengaruh
Brand Image, Lokasi, Dan Fasilitas
Pendidikan Terhadap Keputusan Calon
Mahasiswa Untuk Berkuliah Di Universitas
Dan Akademi Sekretari Budi Luhur Tahun
Akademik 2014/2015. Jurnal Ekonomika
Dan Manajemen, 3(2).
Hidayah, N. (2013). Analisis Jalur Brand Image
Sebagai Anteseden Loyalitas:(Studi Pada
Program Pascasarjana Universitas Terbuka).
Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 19(1),
117.
Ho, C.-I., & Lee, Y.-L. (2007). The
development of an e-travel service quality
scale. Tourism Management, 28(6), 1434
1449.
Jalilvand, M. R., & Samiei, N. (2012). The
effect of word of mouth on inbound tourists
decision for traveling to Islamic destinations
(the case of Isfahan as a tourist destination in
Iran). Journal of Islamic Marketing.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2009). Manajemen
Pemasaran (Marketing Management). Jilid
I. Edisi Ke, 13.
Kusmayadi, Wiweka, K., Parantika, A.,
Wahyuni, N., & Adnyana, P. P. (2019). A
Time Series Analysis of Airline Pricing
Behavior Case Study Jakarta (CGK)
Denpasar (DPS) Market. Journal of
Economics, Management and Trade, 110.
https://doi.org/10.9734/jemt/2019/v22i6301
05
Kusumaningrum, D. A., Wachyuni, S. S.,
Ritasari, R., Kusumaningsih, R., & Sahid, P.
(2019). PENGARUH CUSTOMER
SATISFACTION DAN BRAND IMAGE
TERHADAP BRAND LOYALTY DI
PANTAI SENTOSA RESTAURANT
JAKARTA. Jurnal Sains Terapan
Pariwisata, 4(1), 129143.
Lipiäinen, H. (2014). Digitization of the
Communication and its Implications for
Marketing. Jyväskylä Studies in Business
and Economics, 152.
Lu, B., Fan, W., & Zhou, M. (2016). Social
presence, trust, and social commerce
purchase intention: An empirical research.
Computers in Human Behavior, 56, 225
237.
Mulhern, F. (2009). Integrated marketing
communications: From media channels to
digital connectivity. Journal of Marketing
Communications, 15(23), 85101.
Nursanti, T. D., Masruroh, M., & Adhikara, C.
T. (2009). Kontribusi Brand Image
Universitas Bina Nusantara terhadap Minat
Sektor Industri Atas Alumni. The Winners,
10(1), 7588.
Octavia, D., & Tamerlane, A. (2017). The
influence of website quality on online
purchase intentions on Agoda. Com with e-
trust as a mediator. Binus Business Review,
8(1), 914.
Oktavianus, E. (2014). PENGARUH HARGA
E-COMMERCE ACCOUNT AGODA
TERHADAP KEPUTUSAN MENGINAP
TAMU DI SERELA HO
RIAU BANDUNG
[PhD Thesis]. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Phillips, W. J., Wolfe, K., Hodur, N., &
Leistritz, F. L. (2013). Tourist word of
mouth and revisit intentions to rural tourism
destinations: A case of North Dakota, USA.
International Journal of Tourism Research,
15(1), 93104.
Pitchayadejanant, K., Chewwasung, K.,
Nakpathom, P., Srikasem, K., Lekmeechai,
M., Chaiyawet, C., Suriwong, S., & Tso, C.
W. (2019). Determinants of E-service
Quality Towards Continuing Using Mobile
Application for Hotel Reservation: Case of
Agoda Application. Tourism Proceeding,
218225.
Prayag, G., Hosany, S., Muskat, B., & Del
Chiappa, G. (2017). Understanding the
relationships between tourists’ emotional
experiences, perceived overall image,
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume 8 No.1 Juni 2020, E-ISSN: 2685-6026
67
satisfaction, and intention to recommend.
Journal of Travel Research, 56(1), 4154.
Rakić, B., & Rakić, M. (2014). Integrated
marketing communications paradigm in
digital environment: The five pillars of
integration. Megatrend Revija, 11(1), 187
204.
Setiawan, B., Trisdyani, N. L. P., Adnyana, P.
P., Adnyana, I. N., Wiweka, K., &
Wulandani, H. R. (2018). The Profile and
Behaviour of ‘Digital Tourists’ When
Making Decisions Concerning Travelling
Case Study: Generation Z in South Jakarta.
Advances in Research, 113.
https://doi.org/10.9734/AIR/2018/43872
Sindunata, I., & Wahyudi, B. A. (2018).
PENGARUH e-WOM (ELECTRONIC-
WORD-OF-MOUTH) TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN DI agoda.
Com. Jurnal Hospitality Dan Manajemen
Jasa, 6(1).
Sugiyono. (2003). Download Sugiyono. 2003.
Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Pusat
Bahasa Depdiknas | Download Contoh
Skripsi Regresi. Download Sugiyono. 2003.
Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Pusat
Bahasa Depdiknas | Download Contoh
Skripsi Regresi.
http://downloadcontohskripsiregresi.blogsp
ot.com/2018/11/download-sugiyono-2003-
metode.html
Sunyoto, D. (2013). Teori, kuesioner & analisis
data untuk pemasaran dan perilaku
konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Top Brand Index Beserta Kategori Lengkap |
Top Brand Award. (n.d.). Retrieved March
19, 2020, from https://www.topbrand-
award.com/top-brand-index/
Wachyuni, S. S. (2019). The Effects of Service
Quality, Customer Perceived Value, and
Customer Satisfaction Towards Customer
Loyalty of DAMRI Tour Bus. Journal of
Business on Hospitality and Tourism, 5(2),
129142.
Wachyuni, S. S., Wiweka, K., & Liman, M.
(2018). PENGARUH ONLINE
DISTRIBUTION CHANNELS (ODS)
TERHADAP HOTEL REVENUE. Journal
of Tourism and Economic, 1(2), Article 2.
https://doi.org/10.36594/jtec.v1i2.29
Wiweka, K., Wachyuni, S. S., Simawang, S. P.,
Adnyana, P., & Wihartaty, E. (2019). Current
Issues of Backpacking Tourism Development:
Profile and Characteristics of “Sharecost”
and “Opentrip” Tourist. Journal of Education,
Society and Behavioural Science, 112.
https://doi.org/10.9734/jesbs/2019/v30i230124
Suci Sandi Wachyuni, Kadek Wiweka
68
Volume 8 No.1 Juni 2020, E-ISSN: 2685-6026
... Selain itu, strategi untuk memperkuat hubungan dengan pelanggan adalah salah satu masalah esensial saat ini yang sering diperhatikan oleh industri. Pemasaran yang baik tidak hanya tentang penjualan, tetapi juga tentang membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan (Wachyuni et al., 2018;Wachyuni & Wiweka, 2020). Program pemasaran yang berkelanjutan memungkinkan perusahaan untuk tetap berhubungan dengan pelanggan, menciptakan nilai tambahan, memperhatikan umpan balik, dan mempertahankan loyalitas pelanggan. ...
Book
Full-text available
Pariwisata adalah sebuah disiplin ilmu yang sejajar dengan ilmu-ilmu lainnya. Meskipun umurnya masih relatif muda, Ilmu Pariwisata di Indonesia menunjukkan kemajuan yang pesat, dilihat dari berbagai indikator. Hal ini sejalan dengan peranan pariwisata dalam pembangunan Indonesia, dimana pariwisata diprediksi akan menjadi salah satu tulang punggung ekonomi. Buku ini memuat berbagai aspek lImu Pariwisata, yang wajib dibaca ole segenap insan pariwisata di Indonesia.
... The formulation of marketing strategies plays a crucial role in ensuring the long-term viability and achievements of various industries, including the service industry, manufacturing, technology, and others Sulistyadi et al., 2024) Furthermore, enhancing customer interactions is a crucial concern in today's industry. Effective marketing involves more than just making sales; it also entails establishing enduring relationships with clients (Wachyuni et al., 2018;Wachyuni & Wiweka, 2020). Continuing marketing initiatives enable organizations to retain communication with customers, generate added value, listen to feedback, and uphold customer loyalty. ...
Chapter
Full-text available
Purpose of the study: Marketing strategies must evolve with shifts in customer trends, behavior, and technological advancements. Academically, marketing has long been a key area of interest for scholars. This study systematically analyzes research references on tourism marketing in Indonesia. Methodology: This analysis draws on national publication data featuring tourism marketing keywords from 2014 to 2024, obtained via web scraping from the Google Scholar database. Additionally, it seeks to identify key concerns, challenges, and opportunities for digital marketing within Indonesia's tourism sector. Main Findings: This review highlights that academic journals cover diverse aspects of tourism marketing, including tourism, social sciences, communication management, and technology. Despite its limited scale, digital marketing is widely explored by scholars across fields. Bali, Bantul, Sleman, and Yogyakarta are frequently studied locations. Indonesian tourism marketing research tends to adopt qualitative approaches, yet a broad spectrum of contexts such as economics, business, communication, entrepreneurship, sociology, anthropology, and creative industries is also examined. Applications of the study: This study's scope is limited by the narrow range of Google Scholar articles. Future research can expand the literature, with key findings serving as hypotheses for further studies. Policymakers and the digital industry can use these insights for tourism product development. It also represents one of the latest ten-year reviews of digital marketing literature in Indonesia. Novelty/Originality of the study: Tourism must use effective marketing and adapt to changing market behaviors. Collaboration among stakeholders, including academics, is key to seizing opportunities and tackling future challenges.
... Agoda merupakan salah satu E-commerce yang menawarkan produk atau layanan booking tiket pesawat dan travel (Wachyuni & Wiweka, 2020 Tiket.com dengan angka TBI sebesar 11,1%, dan Agoda dengan angka TBI 7,2%. ...
Article
Full-text available
The use of the internet is not solely for marketing but far from that companies use it even to the stage of buying and selling transactions. The convenience of the internet makes business people have many competitors that have sprung up, so that in this day and age companies are not only tasked with attracting consumers but also must make consumers loyal. This study aims to examine the effect of the service user interface, service information quality, perceived security, E-commerce service feedback on the satisfaction, trust, and loyalty of Agoda customers in Indonesia. The population used in this study is people who have made transactions in the Agoda application at least 2 times. The data used is primary data with the number of respondents as many as 166 people. The sampling technique used in this study is convenience sampling. As for the analysis using the SEM method and processed using the AMOS program. The results showed that the eleven hypotheses in this study were significant. User interface service quality, information quality, feeling of security, E-commerce service feedback, electronic customer satisfaction, and electronic customer trust have a positive effect on E-commerce customer loyalty. E-customer trust is the dominant variable that influences the increase of Agoda customer loyalty in Indonesia.
... One factor influencing this decision is Electronic Word of Mouth (eWOM), where travelers share their experiences through reviews and ratings on online platforms such as websites, social media, and online travel agent applications. In this digital era, online reviews and recommendations play a crucial role in the perception and hotel choices for travelers (Angkiriwang et al., 2018;Rezeki, 2019;Sarudin, 2021;Wachyuni & Wiweka, 2020) Potential guests often use online travel agent applications such as Agoda, Traveloka, TripAdvisor, or Google Review as references to find accommodation. Potential guests read reviews and look at hotel ratings before making a decision to stay (Lee et al., 2020;Ramdani et al., 2024;Y A Singgalen, 2023;Yerik Afrianto Singgalen, 2023a). ...
Article
Full-text available
This study aims to identify the impact of price and electronic word of mouth on lodging decisions, with Harris Hotel Sentraland Semarang as the focus of the research. The type of research conducted is explanatory, which aims to explain the cause-and-effect relationship between research variables through hypothesis testing. The sampling technique used probability sampling and purposive sampling method, with a sample size of 140 respondents who have stayed at Harris Hotel Sentraland Semarang with online booking or using platforms, and aged 17 years or older. Data collected through questionnaires were then analyzed using SPSS version 26. The hypothesis testing results indicate that price and electronic word of mouth have a positive and significant influence on guests' lodging decisions partially, and the model used falls into the good category, electronic word of mouth mediates the influence of price on guests' lodging decisions. The implications of this research are to provide guidance for companies to consider factors influencing guests' lodging decisions in designing effective marketing strategies
... In the hospitality industry, the development of an effective, efficient, and integrated marketing is known as digital marketing or e-commerce (Wachyuni & Wiweka, 2020). In the evolving landscape of the hotel industry, embracing a mix of traditional and digital marketing strategies can be the key to success. ...
Article
The E-Commerce division at Double-Six Luxury Hotel Seminyak has an important role in selling rooms through websites and OTA platforms. Given the shift caused by the Covid-19 pandemic, where the majority are now leaning towards booking rooms online, recalibrating strategies to fit the new normal era has become imperative for this division. This research seeks to identify potential internal and external factors affecting the E-Commerce unit and formulate marketing strategies to increase room occupancy rates. Qualitative and quantitative data were collected from primary and secondary sources. For the initial research questions, methodologies such as observation, interviews, and document review were used. IFAS and EFAS matrices were developed using a questionnaire, while IE and SWOT matrices were developed based on a literature review. The research also proposed a strategic approach rooted in a combination of internal and external factors. Using purposive sampling, the findings emphasize the importance of internal factors such as the elements of the marketing mix-product, price, place, promotion, people, process, and physical evidence. As well as the importance of considering external factors such as customers, competitors, distributors, and the public practically, these insights suggest that Double-Six Luxury Hotel Seminyak's E-Commerce unit should consider a growth-oriented approach. This entails pursuing vertical integration with direct room sales through hotel’s website, creating stay packages with additional benefits, creating customer data-driven pro-motions, and increasing website visibility through SEM and SEO.
... Tourists' decision to stay at the hotel will be influenced by this (Sumarsono et al., 2019). On the other hand, Agoda, as a component of the online travel agents (OTA) industry, provides not only products but also services through its ecommerce (Wachyuni and Wiweka, 2020). Based on webportal of Agoda, it has expanded since its establishment as an e-commerce start-up in Singapore in 2005, it has grown to a global network of 2 million properties in over 200 countries. ...
Article
In order to assess a hotel's performance, this study will assess customer satisfaction ratings from a sample of online travel agents for Hotel Luna in Vigan City using the SERVQUAL theory and its associated variables. In addition to this, it will enable the hotel to examine customer feedback and offer better service. Sentiment analysis was the specific qualitative research method used in this study. Additionally, non-probability purposive sampling will be employed to obtain the study's data, which will be entered into Microsoft Excel. Choosing observations from a population to include in a sample survey is referred to in this sentence. It is also a simple and inexpensive method of data collection. A five-point Likert scale will be used by the researchers to evaluate the data. This is done to gauge consumer happiness and the quality of the services provided to tourists. Guests who stayed at the Hotel Luna in Vigan City reported being satisfied in SERVQUAL questionnaires. Particularly praised by the visitors was the Hotel Luna's capacity for first-rate service. The study's respondents were most happy with the characteristics responsiveness, tangibility, and assurance. However, the percentage of positive reviews for reliability and empathy was low. Particularly praised by the visitors was the Hotel Luna's capacity for first-rate service. The study's respondents were most happy with the characteristics responsiveness, tangibility, and assurance. However, the percentage of positive evaluations for reliability and empathy was low. The majority of visitors praised the hotel's traditional decor. Hotel Luna not only serves as a place to stay but also as a museum, thus visitors were amused and educated as a result of it. Since it will be one of their key draws for customers to come back, the hotel management must preserve or enhance the beauty of their facilities and outside appearance.
Article
Full-text available
Industri perhotelan di Indonesia menghadapi tantangan persaingan yang semakin ketat, terutama dengan munculnya teknologi digital dan platform Online Travel Agent (OTA). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas strategi pemasaran melalui OTA dalam meningkatkan tingkat hunian (occupancy) kamar di Indies Hotel Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan studi kasus pada Indies Hotel Bandung, mencakup wawancara mendalam, observasi, dan analisis data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Traveloka menjadi mitra OTA paling dominan dengan kontribusi penjualan kamar tertinggi dibandingkan platform lainnya, seperti Tiket.com dan Agoda. Strategi pemasaran digital melalui OTA meningkatkan visibilitas hotel, mempermudah proses pemesanan, dan memberikan dampak positif terhadap tingkat okupansi kamar. Namun, terdapat tantangan seperti pengelolaan ulasan negatif pelanggan yang mempengaruhi peringkat hotel di platform OTA. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemanfaatan OTA secara strategis efektif dalam meningkatkan okupansi kamar hotel, dengan syarat didukung oleh pengelolaan hubungan pelanggan yang baik dan optimalisasi platform digital. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis bagi manajemen hotel dalam meningkatkan strategi pemasaran digital mereka.
Article
Desa Wisata Setanggor merupak salah satu Desa Wisata yang ada di Kabupaten Lombok Tengah yang dijadikan sebagai tempat destinasi pada tahun 2016. Penelitian terhadap Desa Wisata Setanggor bertujuan untuk mengidentifikasi potensi daya tarik wisata kembali dengan mengetahui faktor internal (berupa kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (berupa peluang dan ancaman), serta mengkaji pengembangan Desa Wisata dan memberikan strategi rekonstruksi dalam mengembangkan Desa Wisata Setanggor. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data dengan kualitatif diskriptif dengan bantuan merumuskan strategi dan merancang program menggunakan matrik IFAS, EFAS dan matrik SWOT. Teknik pengumpulan data yang digunaan dengan observasi, wawancara, kusioner dan dokumentasi dengan penentuan informan penelitian menggunakan Porposive sampling dengan jumlah narasumber 5 orang.Hasil penelitian membuktikan bahwa potensi yang dapat di jadikan daya tarik wisata terlihat dari segi budaya, potensi alam, kearifan lokal dan religi. Berdasarkan hasil penelitian dari hasil pengisian kusioner dengan analisa IFAS dan EFAS terbuktikan bahwa memiliki nilai faktor internal 2,72 dan faktor eksternal 2,85 dalam posisi sedang, maka berada di strategi stability dan maintain dengan pemberian strategi dalam bentuk pengembangan produk dan penetrasi pasar. Kemudian dari perumusan hasil analisis SWOT memberikan lima strategi dan memiliki dua program prioritas yaitu menjalin kerjasama dengan biro usaha dan pengembangan kelembagaan Desa Wisata Setanggor.Pengembangan yang ada di Desa Wisata Setanggor sudah baik dengan adanya potensi yang dimilki dan di dukung oleh penyediaan amenitas yang baik bisa membangkitkan kembali dengan pemberian strategi rekonstruksi daya tarik wisata dalam pengembangan Desa Wisata Setanggor Kabupaten Lombok Tengah.
Article
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fasilitas wisata terhadap kepuasan wisatawan pada Destinasi Wisata Alam Aik Nyet Desa Buwun Sejati. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan variabel penelitian meliputi fasilitas utama, fasilitas pendukung, dan fasilitas pelengkap sebagai variabel bebas dan kepuasan wisatawan sebagai variabel terikat. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan jumlah sampel sebanyak 100 responden dengan accidental sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan bantuan software aplikasi SPSS versi 23. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel fasilitas pelengkap berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kepuasan wisatawan. Hasil uji T juga menunjukkan bahwa variabel fasilitas utama dan fasilitas pendukung tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kepuasan wisatawan. Berdasarkan hasil uji F menunjukkan bahwa variabel fasilitas utama, fasilitas pendukung, dan fasilitas pelengkap berpengaruh signifikan secara simultan atau bersama-sama terhadap kepuasan wisatawan.
Article
Full-text available
Based on the data from Transportation Department of Indonesia, commonly total of tourist bus company and total unit of tour bus continues to increase every year. The increasing number of competitors will affect customers looking away easily from one service provider to another. Then, DAMRI as one of the providers, has to make efforts for maintaining and increasing customer’s loyalty. The purpose of this study to determine the effect of service quality, customer perceived value, and customer satisfaction towards customer loyalty of DAMRI Tourist Bus.This research is a quantitative research. Sampling technique is non Probability Sampling, purposive sampling. Data collection is done through interview and questionnaires. Statistical analysis techniques is done through regression analysis and hypothesis testing t test and F test (SPSS 20.0). The results being obtained: service quality (X1) and customer perceived value (X2) significantly influence customer loyalty (Y). In other hand, customer satisfaction (X3) does not significantly influence customer loyalty (Y); But X1, X2, and X3 simultanously influence Y. The manager is advised to continously make efforts in order to improve customer loyalty. Further research is needed to identify the factors that have more influence over customer loyalty of DAMRI Tourist Bus.
Article
Full-text available
The growth of information and technology has given significant influence on the tourism industry and system, both positive and negative impacts. As of now, through social media, tourists and destinations or tourism attractions may interact with one another, monitor, and give opinions, as well as evaluate every form of service given firsthand, by various internet platforms. One of the heritage site tourism attractions that utilize social media in attracting tourists' interest is Kota Tua. This study aims to identify social media used by the Kota Tua tourism area manager as a media to promote; furthermore, this study compares the performance of each social media platforms. Also, this study examines the influence of social media toward tourist motivation in visiting Kota Tua Jakarta. The approach utilized in this study is quantitative with a descriptive method. Whereas the sampling technique used is incidental sampling with the number of involved respondents of 100 people. Gathered data is then analyzed through linear regression analysis method by using SPPS v.25.0 program. Linear regression analysis is conducted to see if there are any social media influences toward the tourist motivation of visit. This study has found that visitors that come to Kota Tua are mostly high school students, whereas the most frequently used type of social media to access information about Kota Tua is Instagram. The result of data analysis also shows that there is indeed a correlation between social media variable with the tourist motivation of visit to Kota Tua Jakarta. This study is expected to be a reference related to the role of social media for the tourism industry, especially historical heritage attractions. The limitations of this study are respondents who are limited and cannot represent or be generalized as domestic tourists in general (Indonesian scope).
Article
Full-text available
Aims: The backpacker phenomenon has developed so rapidly and more professionally packaged. Currently, there are two types of backpacker activities that are in great demand, such as "Open Trip" and "Share Cost". The purpose of this study is to identify the profile and characteristics of tourists "Open Trip" and "Share Cost", as part of a type of backpacking tour. Study Design: The researcher used an ethnographic approach that was carried out by combining observation techniques, interviews, and participatory questionnaires, which meant researchers followed the opentrip and share cost trips as research objects. Methodology: This approach is carried out by combining observation techniques, interviews, and participatory questionnaires, which means that researchers follow the opentrip and share cost trips as research objects. We included 73 participants each from share cost and opentrip. All participants filled out questionnaires about profiles and their characteristics. Results: This study found that both the method of travel, both opentrip and Sharecost, have many similarities and are grouped in backpacker types. The similarity that occurs lies in the demographic characteristics of tourists in terms of age and work, but there are differences in gender. Whereas from the travel process, there are some technical differences between preparation, when traveling, until after the trip. Conclusions: Where both share cost and opentrip have the characteristics of each market. This information is important for tourism industry players to recognize market segments that are now developing among millennials. This information can then be useful as a reference in determining marketing strategies and product development in accordance with the characteristics of these tourists.
Article
Full-text available
In e-commerce market, there is no physical interaction between buyers, sellers, and payments. The confidence to buy online e-trust can raise or lower the perceived risk and security issues, so e-trust is crucial for the success of e-commerce companies, such as Agoda.com. The sorting of online businesses is vital to avoid losses when doing the online business transaction, such as by looking at the quality of the website and the company’s ability to provide e-trust. The methods used in this research were quantitative and causal. The research sample was collected using non-probability sampling method which was purposive sampling by taking 200 respondents. Data analysis techniques used SEM (Structural Equation Modeling).The conclusion shows the existence of a significant influence on the website’s quality towards e-trust, and e-trust on the online purchase intentions. Moreover, there is an insignificant impact on the quality of the site towards online purchase intentions.
Article
Full-text available
Brand image is the existence of characteristic of a number of associations leading to unity of meaning, which ultimately determines general consumer reaction in providing assessments or responses to a brand. The marketing communication efforts by the company may be able to present a flexible technique in shaping consumer perceptions towards products and services offered to consumers and to help create image and attributes for users. From the eyes of the public as consumers, brand image is developed gradually, starting from the first appearance of the brand in the wider community, known, and perceived by the public. The industrial sector as users of academic products shall be more selective in their choices. One consideration to be taken into factor is that of an alumnus of a university with a trusted reputation. In this case, Binus University has an image as one of the leading private university in Jakarta. This study analyzes the brand image of Binus University for the industrial sector, related associations Binus University and how much is the spread of influence in order to get the picture of quality and popularity of Binus University in the minds of the industrial sectors.
Article
Full-text available
This Research of Binus University brand equity have been conducted by using 5 elements of brand equity: brand awareness, brand association, perceived quality, brand loyalty, and market behavior. The research methodologies was descriptive, its explained perception of 3th level high school students from 10 privates as well public high schools in west Jakarta and east Jakarta. The result of this research was Binus university brand awareness was in top of mind level. There were 3 (three) associations of brand image of Binus, were IT up to date; complete and modern facilities; prestigious university which had high quality and innovative. Perceived quality element showed student’s expectations of university quality were overall most important. Brand loyalty element showed as reverse pyramid, that’s good loyalty for Binus University. Indicator of market behavior element showed 6,44% market share estimation.
Article
Full-text available
The purpose of this study is to empirically test an integrative model linking tourists’ emotional experiences, perceived overall image, satisfaction, and intention to recommend. The model was tested using data collected from domestic tourists visiting Sardinia, Italy. Results show that tourists’ emotional experiences act as antecedents of perceived overall image and satisfaction evaluations. In addition, overall image has a positive influence on tourist satisfaction and intention to recommend. The study expands current theorizations by examining the merits of emotions in tourist behavior models. From a practical perspective, the study offers important implications for destination marketers.
Article
Several studies have explored how buyers form intentions to purchase products online. However, few studies have focused on the role that information-task fit and website design quality exert on perceived service quality and purchase intent. The data used for this study was gathered during experiments conducted on Amazon's Mechanical Turk's crowd sourcing platform. The results indicated that website design influenced perceived product quality and online purchase intentions. The implications of these results for future research and website design are presented.