ArticlePDF Available

Analisis Metode Waterfall Untuk Pengembangan Sistem Informasi

Authors:

Abstract

ABSTRAK System Development Life Cycle (SDLC) merupakan metodologi umum yang digunakan untuk mengembangkan sistem informasi. SDLC terdiri dari beberapa fase yang dimulai dari fase perencanaan, analisis, perancangan, implementasi hingga pemeliharaan sistem. Metode waterfall adalah salah satu model SDLC yang sering digunakan dalam pengembangan sistem informasi atau perangkat lunak. Model waterfall menggunakan pendekatan sistematis dan berurutan. Tahapan model waterfall antara lain requirement, design, implementation, verification,dan maintenance. Kelebihan menggunakan metode waterfall dalam pengembangan sistem informasi adalah kualitas dari sistem yang dihasilkan akan baik karena pelaksanaannya dilakukan secara bertahap, sementara untuk kekurangannya adalah proses pengembangan sistem membutuhkan waktu yang lama sehingga biaya yang diperlukan juga mahal. Metode waterfall cocok digunakan untuk proyek pembuatan sistem baru dan juga pengembangan sistem atau perangkat lunak yang berskala besar.
Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Oktober (2020)
ISSN : 1978-3310 ǀ E-ISSN : 2615-3467 INFOMAN’S | 1
Analisis Metode Waterfall Untuk Pengembangan Sistem
Informasi
Aceng Abdul Wahid
Program Studi Teknik Informatika
STMIK Sumedang
email : a2.1700001@mhs.stmik-sumedang.ac.id
ABSTRAK
System Development Life Cycle (SDLC) merupakan metodologi umum yang digunakan untuk
mengembangkan sistem informasi. SDLC terdiri dari beberapa fase yang dimulai dari fase
perencanaan, analisis, perancangan, implementasi hingga pemeliharaan sistem. Metode
waterfall adalah salah satu model SDLC yang sering digunakan dalam pengembangan sistem
informasi atau perangkat lunak. Model waterfall menggunakan pendekatan sistematis dan
berurutan. Tahapan model waterfall antara lain requirement, design, implementation,
verification,dan maintenance. Kelebihan menggunakan metode waterfall dalam pengembangan
sistem informasi adalah kualitas dari sistem yang dihasilkan akan baik karena pelaksanaannya
dilakukan secara bertahap, sementara untuk kekurangannya adalah proses pengembangan sistem
membutuhkan waktu yang lama sehingga biaya yang diperlukan juga mahal. Metode waterfall
cocok digunakan untuk proyek pembuatan sistem baru dan juga pengembangan sistem atau
perangkat lunak yang berskala besar.
Kata Kunci System Development Life Cycle, SDLC, Waterfall, Sistem Informasi
1. PENDAHULUAN
System Development Life Cycle atau yang dikenal dengan istilah SDLC adalah metodologi umum
yang digunakan untuk mengembangkan sistem informasi. SDLC terdiri dari beberapa fase yang
dimulai dari fase perencanaan, analisis, perancangan, implementasi hingga pemeliharaan sistem [1].
Konsep System Development Life Cycle (SDLC) ini menjadi dasar dari berbagai pengembangan
sistem informasi dalam membentuk kerangka kerja untuk perencanaan dan pengendalian sistem
informasi. Model dari SDLC yang sering digunakan antara lain Waterfall dan Prototype. [2]
Dalam pengembangan sistem informasi tentunya membutuhkan metode untuk membentuk
kerangka kerja agar sesuai dengan keinginan atau rencana pengembang, Pemilihan model SDLC yang
digunakan untuk pengembangan sistem akan menentukan kualitas dari sistem yang akan dibuat atau
dikembangkan dan juga menentukan biaya dan kebutuhan lainnya dalam pengembangan sistem
tersebut.
Model Waterfall merupakan salah satu model SDLC yang sering digunakan dalam
pengembangan sistem informasi atau perangkat lunak. Model ini menggunakan pendekatan sistematis
dan berurutan. Tahapan dalam model ini dimulai dari tahap perencanaan hingga tahap pengelolaan
(maintenance) dan dilakukan secara bertahap. Pengembang perlu mengetahui lebih lanjut tentang
bagaimana proses pengembangan sistem jika menggunakan model waterfall dan juga karakteristik dari
model waterfall tersebut.
Oleh karena itu, penelitian ini dikhususkan untuk membahas terkait dengan model waterfall
sebagai metodologi pengembangan sistem informasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui lebih detail terkait model waterfall jika digunakan pengembang dalam membangun dan
mengembangkan sistem informasi atau perangkat lunak.
Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Oktober (2020)
INFOMAN’S | 2 ISSN : 1978-3310 ǀ E-ISSN : 2615-3467
2. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data yang diperoleh akan
dideskripsikan secara kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi di wilayah tertentu. Data
kualitatif yang dihasilkan akan dapat memberikan jawaban terhadap penelitian yang dilakukan.
Penelitian ini dilakukan pada model waterfall sebagai metodologi pengembangan sistem informasi.
Langkah awal pengumpulan data menggunakan studi pustaka. Studi pustaka merupakan metode
pengumpulan data yang diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen baik tertulis,
foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang mendukung dalam proses penulisan.
3. PEMBAHASAN
3.1 Metode Pengembangan Sistem (System Development Life Cycle)
Metode adalah tahap-tahap ataupun aturan untuk melakukan sesuatu. System Development Life
Cycle (SDLC) adalah sebuah proses logika yang digunakan oleh seorang system analyst untuk
mengembangkan sebuah sistem informasi yang melibatkan requirements, validation, training, dan
pemilik sistem. [3]
System Development Life Cycle (SDLC) atau siklus hidup pengembangan sistem dalam rekayasa
sistem dan rekayasa perangkat lunak adalah proses pembuatan dan pengubahan sistem serta model dan
metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem-sistem tersebut. SDLC juga merupakan
pola untu mengembangkan sistem perangkat lunak yang dterdiri dari tahapan perencanaan (planning),
analisis (analyst), desain (design), implementasi (implementation), uji coba (testing) dan pengelolaan
(maintenance).
3.2 Metode Waterfall
Metode air terjun atau yang sering disebut metode waterfall seing dinamakan siklus hidup klasik
(classic life cycle), nama model ini sebenarnya adalah “Linear Sequential Model” dimana hal ini
menggambarkan pendekatan yang sistematis dan juga berurutan pada pengembangan perangkat lunak,
dimulai dengan spesifikasi kebutuhan pengguna lalu berlanjut melalui tahapan-tahapan perencanaan
(planning), permodelan (modelling), konstruksi (contruction), serta penyerahan sistem ke para
pengguna (deployment), yang diakhiri dengan dukungan pada perangkat lunak lengkap yang
dihasilkan [4].
Model waterfall pertama kali diperkenalkan oleh Winston Royce sekitar tahun 1970 sehingga
sering dianggap kuno, tetapi merupakan model yang paling banyak dipakai didalam Software
Engineering (SE). saat ini model waterfall merupakan model pengembangan perangkat lunak yang
sering digunakan. Model pengembangan ini melakukan pendekatan secara sistematis dan berurutan.
Disebut waterfall karena tahap demi tahap yang dilalui harus menunggu selesainya tahap sebelumnya
dan berjalan berurutan. Model pengembangan ini bersifat linear dari tahap awal pengembangan sistem
yaitu tahap perencanaan sampai tahap akhir pengembangan sistem yaitu tahap pemeliharaan. Tahapan
berikutnya tidak akan dilaksanakan sebelum tahapan sebelumnya selesai dilaksanakan dan tidak bisa
kembali atau mengulang ke tahap sebelumnya.
Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Oktober (2020)
ISSN : 1978-3310 ǀ E-ISSN : 2615-3467 INFOMAN’S | 3
3.2.1 Tahapan Metode Waterfall
Tahapan dari metode waterfall dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar 1 Metode waterfall
Sumber : (Pressman, 2012) [4]
1. Requirement
Tahap ini pengembang sistem diperlukan komunikasi yang bertujuan untuk memahami
perangkat lunak yang diharapkan oleh pengguna dan batasan perangkat lunak tersebut.
Informasi dapat diperoleh melalui wawancara, diskusi atau survei langsung. Informasi
dianalisis untuk mendapatkan data yang dibutuhkan oleh pengguna.
2. Design
Pada tahap ini, pengembang membuat desain sistem yang dapat membantu menentukan
perangkat keras (hardware) dan sistem persyaratan dan juga membantu dalam mendefinisikan
arsitektur sistem secara keseluruhan.
3. Implementation
Pada tahap ini, sistem pertama kali dikembangkan di program kecil yang disebut unit, yang
terintegrasi dalam tahap selanjutnya. Setiap unit dikembangkan dan diuji untuk fungsionalitas
yang disebut sebagai unit testing.
4. Verification
Pada tahap ini, sistem dilakukan verifikasi dan pengujian apakah sistem sepenuhnya atau
sebagian memenuhi persyaratan sistem, pengujuan dapat dikategorikan ke dalam unit testing
(dilakukan pada modul tertentu kode), sistem pengujian (untuk melihat bagaimana sistem
bereaksi ketika semua modul yang terintegrasi) dan penerimaan pengujian (dilakukan dengan
atau nama pelanggan untuk melihat apakah semua kebutuhan pelanggan puas).
5. Maintenance
Ini adalah tahap akhir dari metode waterfall. Perangkat lunak yang sudah jadi dijalankan serta
dilakukan pemeliharaan. Pemeliharaan termasuk dalam memperbaiki kesalahan yang tidak
ditemukan pada langkah sebelumnya.
3.2.2 Kelebihan Metode Waterfall
1. Kualitas dari sistem yang dihasilkan akan baik, karena pelaksanaannya dilakukan secara
bertahap.
2. Proses pengembangan model fase one by one, sehingga meminimalis kesalahan yang mungkin
akan terjadi.
Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Oktober (2020)
INFOMAN’S | 4 ISSN : 1978-3310 ǀ E-ISSN : 2615-3467
3. Dokumen pengembangan sistem sangat terorganisir, karena setiap fase harus terselesaikan
dengan lengkap sebelum melangkah ke fase berikutnya. [5]
3.2.3 Kekurangan Metode Waterfall
1. Waktu pengembangan lama dan biayanya mahal.
2. Diperlukan manajemen yang baik, karena proses pengembangan tidak dapat dilakukan secara
berulang sebelum terjadinya suatu produk.
3. Kesalahan kecil akan menjadi masalah besar jika tidak diketahui sejak awal pengembangan
yang berakibat pada tahapan selanjutnya.
4. Pada kenyataannya, jarang mengikuti urutan sekuensial (runtutan) seperti pada teori. Iterasi
(perulangan) sering terjadi menyebabkan masalah baru.
4. KESIMPULAN
Adapun dari hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa :
1) System Development Life Cycle (SDLC) merupakan metodologi umum yang digunakan untuk
mengembangkan sistem informasi.
2) Metode waterfall adalah salah satu model SDLC yang sering digunakan dalam pengembangan
sistem informasi atau perangkat lunak.
3) Kelebihan menggunakan metode waterfall dalam pengembangan sistem informasi adalah
kualitas dari sistem yang dihasilkan akan baik karena pelaksanaannya dilakukan secara
bertahap.
4) Kekurangan menggunakan metode waterfall adalah proses pengembangan sistem
membutuhkan waktu yang lama sehingga biaya yang diperlukan juga mahal.
5) Metode waterfall cocok digunakan untuk proyek pembuatan sistem baru dan juga
pengembangan sistem atau perangkat lunak yang berskala besar.
[6] [7] [8] [9] [10]
DAFTAR PUSTAKA
[1]
S. Balaji and M. S. Murugaiyan, "WATEERFALLVs V-MODEL Vs AGILE: A
COMPARATIVE STUDY ON SDLC," JITBM, 2012.
[2]
R. Susanto dan A. D. Andriana, “Perbandingan Model Waterfall dan Prototyping untuk
Pengembangan Sistem Informasi,” Majalah Ilmiah UNIKOM.
[3]
S. Mulyani, Metode Analisis dan Perancangan Sistem, Bandung: Abdi Sistematika, 2016.
[4]
R. S. Pressman, Rekayasa Perangkat Lunak (Pendekatan Praktisi), Yogyakarta: Penerbit ANDI,
2012.
[5]
F. Supandi, W. Desta, Y. Ambar dan M. Sudir, “ANALISIS RESIKO PADA
PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK YANG MENGGUNAKAN METODE
WATERFALL DAN PROTOTYPING,” SENADI 2018, 2018.
[6]
D. S. Purnia, A. Rifai dan S. Rahmatullah, “Penerapan Metode Waterfall dalam Perancangan
Sistem Informasi Aplikasi Bantuan Sosial Berbasis Android,” Semnastek, 2019.
[7]
W. W. Widiyanto, “ANALISA METODOLOGI PENGEMBANGAN SISTEM DENGAN
PERBANDINGAN MODEL PERANGKAT LUNAK SISTEM INFORMASI KEPEGAWAIAN
MENGGUNAKAN WATERFALL DEVELOPMENT MODEL, MODEL PROTOTYPE, DAN
MODEL RAPID APPLICATION DEVELOPMENT (RAD),” INFORMA, 2018.
[8]
I. Fahrurrozi dan Azhari SN, “Proses Pemodelan Software Dengan Metode Waterfall dan
Extreme Programming : Studi Perbandingan”.
Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Oktober (2020)
ISSN : 1978-3310 ǀ E-ISSN : 2615-3467 INFOMAN’S | 5
[9]
A. Bogdan-Alexandru, A.-C. Cosu-Pop, G. Sorin Catalin dan B. Costin Anton, “A STUDY ON
USING WATERFALL AND AGILE METHODS IN SOFTWARE PROJECT
MANAGEMENT,” JISOM, 2019.
[10]
Y. Bassil, “A Simulation Model for the Waterfall Software Development Life Cycle,iJET,
2012.
... Metode ini sangat efektif ketika kebutuhan dan tujuan proyek sudah jelas sejak awal, dan tidak memerlukan perubahan besar yang sering terjadi dalam proses pengembangan, seperti yang biasa terjadi pada metode Agile. Oleh karena itu, dengan sifatnya yang sistematis dan terstruktur, Waterfall memberikan kerangka kerja yang lebih tepat untuk membangun sistem pakar yang dapat diandalkan dan sesuai dengan standar yang diharapkan [8]. Adapun tahapan waterfall dapat dilihat pada gambar 1 berikut. ...
Article
Full-text available
Experiences in toxic relationships often trigger significant emotional stress and impact mental health disorders. This study aims to develop a web-based expert system using the Case-Based Reasoning (CBR) method to evaluate anxiety levels caused by toxic relationships. The system is designed to provide more specific treatment by accurately analysing patterns of disorders resulting from toxic relationships. The system's development follows the waterfall model. System testing was conducted using the black-box testing method, demonstrating that the system performs as expected. The results of manual calculations were compared with the system outputs and showed consistency. Testing using 300 cases—80% as training data (240 cases) and 20% as testing data (60 cases)—achieved an accuracy of 91.67%. The recommendations provided include initial steps to manage anxiety. This indicates that the CBR method effectively distinguishes anxiety levels based on similar cases. These findings contribute to clinical psychology by providing a technological tool for quickly identifying anxiety levels. For practitioners, this system can serve as an initial reference before further treatment, while for users, it offers easy access to understanding their mental condition. This system is expected to be an innovative solution supporting accessible mental health care.
... Teknik ini juga disebut sebagai strategi konvensional karena merupakan strategi perbaikan kerangka data utama yang digunakan (Zidniryi, 2021). Perencanaan, analisis, desain, implementasi, pengujian, dan pemeliharaan adalah tahapan-tahapan dalam metode pengembangan perangkat lunak yang dikenal sebagai SDLC (Wahid, 2020 5, 8, 9, 10, 13, 14, dan 15. Dengan syarat harga tidak lebih dari 290rb, hanya produk nomor 1 yang memenuhi kriteria ini. ...
Article
Full-text available
As time goes by, the internet has become a basic human need. There are various internet service providers with various and interesting products. Each internet service provider has its own advantages and disadvantages. This makes customers confused about choosing a suitable internet package to use to support their activities. The Indihome internet package selection recommendation system uses a knowledge-based method and is designed to help users choose an internet package that suits their needs. This knowledge based method is based on existing knowledge. The use of a knowledge base is easy for users to understand and makes it possible to produce recommendations that suit user needs. It is hoped that the results of this system can be used as a consideration for consumers in making decisions regarding selecting the internet service package to be used and increasing customer satisfaction.
... Ada beberapa tahapan metode waterfall meliputi [16]: 1. Analisis Pada tahap ini, pengembang sistem perlu berkomunikasi dengan pengguna untuk mengerti serta memahami perangkat lunak yang diinginkan beserta batasannya. Informasi ini diperoleh melalui tanya jawab, diskusi, atau survei langsung. ...
Article
Full-text available
Manajemen arus transaksi keuangan di perusahaan tersebut saat ini masih mengandalkan penggunaan lembar kerja Excel yang sederhana. Namun, penggunaan Excel ini memiliki beberapa kekurangan, seperti sulit diakses secara bersamaan, rentan terhadap perubahan dan duplikasi data, serta memakan waktu yang cukup banyak. Akibatnya, proses kerja menjadi kurang efektif dan efisien, dengan risiko kesalahan pencatatan yang signifikan. Dalam konteks pengelolaan transaksi keuangan, penting untuk meminimalkan kesalahan, khususnya dalam pencatatan, guna memastikan keakuratan informasi keuangan. Oleh karena itu, tujuan utama dari penelitian ini adalah untukmeningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pencatatan transaksi keuangan. Penelitian ini menggunakan metode cash basis, yang mencatat kegiatan keuangan saat uang diterima atau dikeluarkan. Pengembangan sistem dilakukan dengan menggunakan metode waterfall atau Linear Sequential Model, dengan fokus pada pengelolaan transaksi keuangan di perusahaan tersebut. Sistem yang dikembangkan dirancang agar dapat diakses melalui beberapa perangkat, sehingga menghemat waktu dan tenaga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Sistem Informasi Akuntansi berhasil memudahkan penyusunan laporan keuangan dan memungkinkan pengguna untuk mengakses sistem secara fleksibel. Pengguna sistem melaporkan peningkatan dalam kecepatan dan akurasi pencatatan transaksi keuangan, yang pada akhirnya mendukung pengambilan keputusan yang lebih tepat dan efektif. Proses kerja menjadi lebih efisien dengan pengurangan signifikan dalam kesalahan pencatatan dan duplikasi data. Studi ini mengindikasikan bahwa penggunaan sistem berbasis cash basis dengan metode pengembangan waterfall sangat efektif dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan transaksi keuangan di perusahaan tersebut.
... Pengembangan sistem melibatkan pembuatan atau perbaikan sistem dengan pendekatan bertahap. Metodologi Waterfall, atau "Linear Sequential Model", mengikuti urutan dari spesifikasi kebutuhan, perencanaan, permodelan, konstruksi, penyerahan sistem, hingga dukungan perangkat lunak [10]. Gambar 2. Diagram Waterfall [11] 1. Analisis Pada tahap ini, komunikasi dengan pengguna diperlukan untuk memahami kebutuhan dan batasan perangkat lunak, dengan informasi diperoleh melalui wawancara, diskusi, atau survei, kemudian dianalisis untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. ...
Article
Full-text available
Perkembangan teknologi informasi yang pesat telah merambah hampir semua aspek kehidupan, termasuk di bidang kelautan dan perikanan. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara menggunakan sistem informasi e-log book untuk mengumpulkan data secara akurat. Institusi ini bertanggung jawab memantau kegiatan perikanan, termasuk data penangkapan ikan dan lokasi operasi. Penggunaan log book fisik oleh nelayan untuk mencatat hasil tangkapan sering kali memakan waktu dan menghasilkan data yang kurang terstruktur. Aplikasi e-log book dikembangkan menggunakan metode Progressive Web App (PWA) dan GPS untuk melacak lokasi nelayan dan kapal, memungkinkan pelaporan dengan informasi lokasi yang akurat. Sistem ini mencatat dan mengunggah data penangkapan ikan, serta menyimpan data secara offline. Dengan demikian, nelayan dapat mengisi log book di lokasi penangkapan menggunakan perangkat seluler dan merekam lokasi penangkapan secara akurat, yang membantu dalam pemantauan dan pelaporan yang lebih akurat. Sistem e-log book penangkapan ikan ini mempermudah pengumpulan data yang akurat serta pencatatan hasil tangkapan ikan dan pengirimannya ke pihak berwenang oleh petugas. Keakuratan data penangkapan ikan merupakan faktor krusial dalam mendukung pengelolaan sumber daya ikan, dan penerapan teknologi e-log book adalah solusi efektif untuk meningkatkan kecepatan dan akurasi data tersebut. Analisis terhadap kesenjangan penerapan teknologi e-log book di Indonesia menunjukkan bahwa e-log book yang dikembangkan sudah memadai dari segi perangkat keras, perangkat lunak,komunikasi data (satelit dan GSM/GPRS), dan sistem integrator.
... Penelitian yang di lakukan oleh (Wahid, 2020) Informasi dianalisis untuk mendapatkan data yang dibutuhkan oleh pengguna. ...
Article
Full-text available
This research produces a monitoring system to determine the position of the ship using the Kalman Filter method in web-based system development using the waterfall development method. This system allows users to view the position and coordinates of the ship in real-time. By applying the Kalman Filter method, uncertainty and noise in measuring the position of the ship can be reduced, thereby increasing the accuracy in determining the actual position of the ship. The system development process is carried out using the waterfall method which consists of requirements analysis, design, implementation, testing, and maintenance. The developed web-based system provides more accurate and reliable information to users, with the ability to view the position and coordinates of the ship in real time. This research contributes to the development of a more effective ship position monitoring system that can be used in various purposes such as navigation, surveillance, and ship monitoring.
Article
Full-text available
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya Bertanggung jawab atas kebutuhan jaringan internet dan infrastruktur jaringan Organisasi Pemerintah Daerah Kota Surabaya. Staf Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya mengalami kesulitan untuk mengetahui OPD mana saja yang sudah memiliki Access Point milik Kota Surabaya karena banyaknya jumlah OPD (Organisasi Pemerintah Daerah) di kota tersebut. Mereka juga kesulitan mencari informasi tentang perangkat jaringan, detail OPD, dan sebaran perangkat Access Point. Solusi untuk masalah ini yakni aplikasi pemetaan untuk sistem informasi geografis. Pendekatan pengembangan sistem yang digunakan dalam penelitian ini untuk membuat pemetaan sistem informasi geografis Access Point yakni metode waterfall atau SDLC. Hasil Penelitian ini yaitu sistem informasi ini dikembangkan menggunakan framework Laravel dan leaflet. Petugas Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya akan melakukan pengujian aplikasi dan mengetahui cara kerja sistem informasi geografis pemetaan Access Point dengan menggunakan metode black box testing. Menurut penelitian yang dilaksanakan serta kuisioner dilaksanakan di Wilayah Dinas Komunikasi dan Informatika. Sistem informasi geografis pemetaan yang telah dibangun adanya WEBGIS sistem informasi geografis pemetaan Access Point bisa membantu Staf jaringan di Diskominfo untuk mengetahui Data Access Point mana yang sudah terpasang maupun yang sudah di lepas di Lingkungan Pemerintah Kota Surabaya, Sistem informasi geografis Access Point dapat memberikan informasi untuk mengetahui tentang detail Data Access Point maupun informasi mengenai Data Access Point yang telah terpasang maupun yang sudah di lepas. Hasil dari pengujian pada pengguna terlihat keefektifan, efisiensi dan kepuasan yakni sekitar 89,74%. Hal itu terlihat bahwa pengguna dapat menggunakan aplikasi ini dengan baik. Adapun kesan yang disampaikan yakni aplikasi dapat berjalan dengan lancar, terdapat update terkini mengenai perangkat access point yang digunakan serta kekurangannya yakni perlu diperbarui mengenai tampilan UI dan perlu adanya peninjauan lebih mengenai aplikasi yang dapat diakses dengan menggunakan Handphone
Article
Full-text available
This article discusses the design of a Windows-based learning application for computer network hardware. In the context of education, providing computer network hardware is often a challenge, especially in terms of understanding complex concepts. Therefore, interactive and interesting learning materials are needed to help students understand the material better. The application is designed using an interactive multimedia approach, combining text, images, animations, and videos to present information in a computer network. The design process includes needs analysis, user interface design, and development of program-related content. Application testing is carried out to ensure that the application meets learning objectives and can be used effectively by students. The results of the study show that this application not only improves students' understanding of computer networks but also provides a more enjoyable learning experience. Therefore, hopefully this learning application can be an effective tool in the teaching and learning process in educational environments.
Article
Full-text available
Waste is a waste product of human activities that continues to increase along with the increase in population, activities, and consumption levels. In Bengkalis Sub-district, Bengkalis Regency, there are many waste accumulation points that have not been handled properly, mainly due to the lack of information about the location of waste accumulation. This causes the Bengkalis Regency Environment and Hygiene Agency (DLHK) to have difficulties in managing waste transportation, even though it is carried out every day. There are still many complaints from people who are outside the waste collection point. To overcome this problem, this research aims to develop a mobile application-based garbage pile complaint application focused on the Bengkalis District area. This application is designed to assist DLHK in monitoring environmental cleanliness more effectively. The Analytical Hierarchy Process (AHP) method is used to determine the priority of handling waste complaints, which will be implemented in a web platform to ensure optimal handling. Application development uses a prototype approach to ensure that the resulting application is in accordance with user needs and expectations. With this application, it is hoped that waste management in Bengkalis Regency will become more efficient and responsive to community complaints.
Article
Full-text available
Cows are one of the livestock whose existence can meet various kinds of human needs because they are the main producer of animal protein such as meat or milk. However, there are problems that cause failure in running a cattle farm. One of the problems is the health factor of the cattle which is disturbed due to a disease. Limited knowledge and livestock health workers become an obstacle for cattle breeders in analyzing the possibility of disease affecting cattle based on the symptoms that appear. For this reason, an expert system was built that can diagnose cow disease based on a website which can later be an alternative when someone has limited access to experts to diagnose the disease he is suffering from. The dempster-shafer algorithm was chosen because it is able to provide certainty in performing diagnostic calculations. From the results of this study, an expert system for diagnosing cattle disease has been developed using the PHP programming language which can implement the algorithm and can run well, as evidenced by passing the testing phase using the black box test method and also successfully passing the accuracy test with experts. with a percentage of 86.67%.
Article
Full-text available
Many smartphone brands with various specifications and competitive prices often make consumers confused when deciding which smartphone to buy. There are many choice factors for consumers to buy the right smartphone according to their use, while the choice of smartphone is still considered subjective, so it is not uncommon for the choice of smartphone to be less than optimal. The aim of this research is to recommend the best smartphone based on predetermined usability and price criteria, including gaming needs, content creators and low price using the Technique for Others Preference by Similarity to Ideal Selection (TOPSIS) method. The results of the process of implementing the TOPSIS method can display alternative ranking data from the largest value to the smallest value.
Article
Full-text available
System Development Life Cycle atau yang lebih dikenal dengan istilah SDLC adalah metodologi umum yang digunakan untuk mengembangkan sistem informasi. SDLC terdiri dari beberapa fase yang dimulai dari fase perencanaan, analisis, perancangan, implementasi hingga pemeliharaan sistem. Konsep SDLC ini mendasari berbagai jenis model pengembangan perangkat lunak untuk membentuk suatu kerangka kerja untuk perencanaan dan pengendalian pembuatan sistem informasi. Model-model SDLC yang sering digunakan antara lain Waterfall dan Prototyping. Pembahasan mengenai model pengembangan perangkat lunak ini terdapat di salah satu materi di mata kuliah Analisis dan Desain Sistem Informasi yang ada di program studi Teknik Informatika yaitu di Bab 2 Pengembangan Sistem Informasi.Hasil perbandingan dari kedua model tersebut menyatakan bahwa model waterfall lebih cocok untuk sistem atau perangkat lunak yang bersifat generik, artinya sistem dapat diidentifikasi semua kebutuhannya dari awal dengan spesifikasi yang umum. Sesuai dengan karakteristik model ini, contoh topik Tugas Akhir/Skripsi yang cocok jika menggunakan model ini adalah tugas akhir/skripsi yang memiliki tujuan untuk membangun sebuah sistem dari awal yang mengumpulkan kebutuhan sistem yang akan dibangun sesuai dengan topik penelitian yang dipilih sampai dengan produk tersebut diuji. Sedangkan prototyping lebih cocok untuk sistem atau perangkat lunak yang bersifat customize, artinya software yang diciptakan berdasarkan permintaan dan kebutuhan (bahkan situasi atau kondisi) tertentu. Sesuai dengan karakteristik model ini contoh topik Tugas Akhir/Skripsi yang cocok jika menggunakan model ini adalah tugas akhir/skripsi yang memiliki tujuan untuk mengimplementasikan sebuah metode atau algoritma tertentu pada suatu kasus.Keywords : System Development Life Cycle, Waterfall, Prototype
Article
Software development life cycle or SDLC for short is a methodology for designing, building, and maintaining information and industrial systems. So far, there exist many SDLC models, one of which is the Waterfall model which comprises five phases to be completed sequentially in order to develop a software solution. However, SDLC of software systems has always encountered problems and limitations that resulted in significant budget overruns, late or suspended deliveries, and dissatisfied clients. The major reason for these deficiencies is that project directors are not wisely assigning the required number of workers and resources on the various activities of the SDLC. Consequently, some SDLC phases with insufficient resources may be delayed; while, others with excess resources may be idled, leading to a bottleneck between the arrival and delivery of projects and to a failure in delivering an operational product on time and within budget. This paper proposes a simulation model for the Waterfall development process using the Simphony.NET simulation tool whose role is to assist project managers in determining how to achieve the maximum productivity with the minimum number of expenses, workers, and hours. It helps maximizing the utilization of development processes by keeping all employees and resources busy all the time to keep pace with the arrival of projects and to decrease waste and idle time. As future work, other SDLC models such as spiral and incremental are to be simulated, giving project executives the choice to use a diversity of software development methodologies.
WATEERFALLVs V-MODEL Vs AGILE: A COMPARATIVE STUDY ON SDLC
  • S Balaji
  • M S Murugaiyan
S. Balaji and M. S. Murugaiyan, "WATEERFALLVs V-MODEL Vs AGILE: A COMPARATIVE STUDY ON SDLC," JITBM, 2012.
Metode Analisis dan Perancangan Sistem
  • S Mulyani
S. Mulyani, Metode Analisis dan Perancangan Sistem, Bandung: Abdi Sistematika, 2016.
Penerapan Metode Waterfall dalam Perancangan Sistem Informasi Aplikasi Bantuan Sosial Berbasis Android
  • D S Purnia
  • A Rifai Dan
  • S Rahmatullah
D. S. Purnia, A. Rifai dan S. Rahmatullah, "Penerapan Metode Waterfall dalam Perancangan Sistem Informasi Aplikasi Bantuan Sosial Berbasis Android," Semnastek, 2019.
Proses Pemodelan Software Dengan Metode Waterfall dan Extreme Programming : Studi Perbandingan
  • I Fahrurrozi Dan Azhari
I. Fahrurrozi dan Azhari SN, "Proses Pemodelan Software Dengan Metode Waterfall dan Extreme Programming : Studi Perbandingan".
Sorin Catalin dan B. Costin Anton
  • A Bogdan-Alexandru
  • A.-C Cosu-Pop
A. Bogdan-Alexandru, A.-C. Cosu-Pop, G. Sorin Catalin dan B. Costin Anton, "A STUDY ON USING WATERFALL AND AGILE METHODS IN SOFTWARE PROJECT MANAGEMENT," JISOM, 2019.