Available via license: CC BY-NC-ND 4.0
Content may be subject to copyright.
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA MEDIS LANGSUNG PENGGUNAAN INSULIN DAN INSULIN KOMBINASI OHO PADA PASIEN DM TIPE 2 RAWAT JALAN
Jurnal Ilmiah Medicamento•Vol.4 No.1•2018•ISSN-e: 2356-4818
18
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA MEDIS LANGSUNG PENGGUNAAN INSULIN DAN INSULIN
KOMBINASI OHO PADA PASIEN DM TIPE 2 RAWAT JALAN DI RSUP SANGLAH DENPASAR
(EFFECTIVENESS ANALYSIS OF DIRECT MEDICAL COSTS OF INSULIN AND INSULIN-
OHO COMBINATION USE ON DM TYPE 2 OUTPATIENTS IN SANGLAH GENERAL
HOSPITAL, DENPASAR)
NI NYOMAN WAHYU UDAYANI1•, HERLEEYANA MERIYANI1, I G.A.A. KUSUMA WARDANI1
1Akademi Farmasi Saraswati Denpasar, Jalan Kamboja No 11A Denpasar
Abstrak: Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis dimana terapi pengobatannya dilakukan seumur hidup
dan membutuhkan biaya yang sangat besar. Bervariasinya penggunaan terapi insulin atau kombinasi insulin
dengan OHO (Obat Hipoglikemik Oral) pada pasien DM tipe 2 mengakibatkan adanya perbedaan dalam biaya
dan efektivitas terapinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis terapi insulin dan kombinasi insulin
dengan antidiabetik oral yang digunakan dan total biaya medis langsung yang dikeluarkan oleh pasien tiap
bulannya serta mengetahui terapi insulin yang paling cost-effective pada pasien DM tipe 2 di rawat jalan RSUP
Sanglah Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan secara restropektif dari unit
catatan rekam medis pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUP Sanglah Denpasar dari bulan Februari sampai Mei
2017. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 70 pasien. Analisis efektivitas biaya dilakukan dengan
menghitung biaya medis langsung. Efektivitas terapi diukur berdasarkan hasil kadar GDP mencapai target
selama 3 bulan terapi. Metode ACER digunakan untuk menganalisa jenis terapi insulin yang paling cost-
effective. Hasil penelitian menunjukkan jenis terapi insulin atau kombinasi insulin dengan OHO yang
digunakan untuk pasien DM tipe 2 beserta total biaya medis langsung tiap bulannya yaitu, insulin tunggal
aspart sebesar Rp 381.857,00, kombinasi insulin aspart dengan insulin glargine dan kombinasi insulin glulisine
dengan insulin glargine menunjukkan biaya yang sama sebesar Rp 596.057,00, kombinasi insulin glargine
dengan metformin sebesar Rp 274.880,00 sedangkan kombinasi insulin aspart dan insulin glargine dengan
metformin menunjukkan biaya yang sama dengan kombinasi insulin glusiline dan insulin glargine dengan
metformin yaitu sebesar Rp 603.737,00. Berdasarkan perhitungan ACER, terapi insulin yang paling cost-
effective adalah kombinasi insulin glargine dengan metformin sebesar Rp 4,32 persentase efektivitas terapi.
Kata Kunci: biaya medis langsung, cost effective, DM tipe 2, GDP
Abstract: Diabetes Mellitus is a chronic disease where treatment therapy is done for the entire life and requires
a very large cost. Variations in the use of insulin therapy or insulin combination with OHO (Oral
Hypoglycemic Drugs) in patients with type 2 diabetes lead to differences in the cost and effectiveness of the
therapy. This study aims to determine the type of insulin therapy and combination of insulin with oral
antidiabetic used and total direct medical costs incurred by the patient each month and find out the most cost-
effective insulin therapy in patients with type 2 diabetes in outpatients Sanglah Hospital Denpasar. This
research is a descriptive study conducted by retrospective method from patient’s medical record unit of type 2
DM outpatients in Sanglah Denpasar Hospital from February to May 2017. Samples fulfilling inclusion criteria
were 70 patients. Cost effectiveness analysis is done by calculating direct medical costs. The effectiveness of
therapy is measured based on the results of GDP levels reaching the target for 3 months of therapy. The ACER
method is used to analyze the most cost-effective type of insulin therapy. The results showed that the type of
insulin therapy or combination of insulin with OHO used for type 2 DM patients along with total direct monthly
medical costs i.e., single aspart insulin of Rp 381,857.00, insulin aspart combination with insulin glargine and
insulin glulisine combination with insulin glargine showed the same cost of Rp. 596.057,00, the combination
of insulin glargine with metformin of Rp. 274,880,00 while the combination of aspart insulin and insulin
glargine with metformin showed the same cost with the combination of glusiline insulin and insulin glargine
with metformin which is Rp. 603.737,00. Based on ACER calculations, the most cost-effective insulin therapy
is a combination of insulin glargine with metformin of Rp 4.32 percentage of therapeutic effectiveness.
Keywords: cost effective, direct medical costs, DM type 2, GDP
• email korespondensi: udayani.wahyu@yahoo.com
NI NYOMAN WAHYU UDAYANI. Jurnal Ilmiah Medicamento 4(1) 2018; 18-24
Jurnal Ilmiah Medicamento•Vol.4 No.1•2018•ISSN-e: 2356-4818
19
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM), merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, gangguan kerja insulin atau kedua-duanya
(PERKENI, 2011). Jumlah penderita DM semakin
meningkat tiap tahunnya serta menimbulkan
berbagai macam komplikasi yang mempengaruhi
kualitas hidup penderita. Saat ini diperkirakan
jumlah penderita DM sekitar 415 juta orang
sedangkan 318 juta orang menderita gangguan
toleransi glukosa yang memiliki resiko tinggi
untuk berkembang menjadi DM di masa yang akan
datang. Saat ini di Indonesia menempati urutan
ketujuh jumlah penderita DM dewasa dengan
jumlah sekitar 10 juta orang, dan urutan ketiga
jumlah penderita gangguan toleransi glukosa
dengan jumlah sekitar 29 juta orang (BEU, 2016).
Diperkirakan sekitar 50% penderita DM
belum terdiagnosis di Indonesia. Hanya dua per
tiga dari yang terdiagnosis menjalani pengobatan
baik farmakologis maupun non farmakologis. Dari
yang menjalani pengobatan, hanya sepertiga yang
terkendali dengan baik (BEU, 2016). Terapi
farmakologi untuk diabetes melitus (DM) tipe 2
meliputi antidiabetik oral dan terapi insulin. Insulin
diberikan untuk pasien yang memiliki nilai HbA1c
≥7,5% dengan kadar glukosa darah puasa > 250
mg/dL, atau pasien yang gagal dengan terapi
antidiabetik oral. Penggunaan insulin dapat
dikombinasikan dengan antidiabetik oral apabila
kadar glukosa darah tidak terkontrol dengan baik.
Penanganan Diabetes Melitus tipe 2
menjadi lebih komplek karena harus menjaga dan
meningkatkan keamanan serta memperhitungkan
biaya pengobatan (BEU, 2016). Terapi obat pada
pasien Diabetes Melitus dilakukan seumur hidup
sehingga membutuhkan biaya yang sangat besar.
Misalnya, di Amerika pada tahun 2007 mencapai
total biaya sebesar $174 juta yang meliputi $116
juta biaya medis langsung (biaya yang dikeluarkan
untuk produk medis dan pelayanan untuk
mencegah, mendeteksi, dan atau menyembuhkan
penyakit) dan $58 juta biaya medis tidak langsung
(biaya yang mengurangi produktivitas) (CDC,
2011). Bervariasinya penggunaan terapi obat
(terapi insulin atau kombinasi insulin dengan
antidiabetik oral) akan mengakibatkan adanya
perbedaan dalam biaya dan luaran terapinya. Jadi,
untuk mengetahui efektivitas biaya penggunaan
terapi insulin dan kombinasi insulin dengan
antidiabetik oral diperlukan suatu analisis
efektivitas biaya (metode yang menilai atau
mencari cara yang paling murah dan efektif dalam
mencapai target atau suatu tujuan yang sama
dengan membandingkan hasil suatu kegiatan
dengan biayanya) (Sanchez, 2008).
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif, yang
dilakukan secara retrospektif, yaitu diambil dari
penelusuran dokumen rekam medis pasien dan
perincian biaya obat didapatkan di bagian Instalasi
Farmasi RSUP Sanglah Denpasar, dan biaya
laboratorium, biaya pemeriksaan dokter serta biaya
administrasi didapatkan dari kasir. Penelitian ini
dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan
Mei 2017.
Subjek Penelitian. Subyek penelitian adalah
pasien Diabetes Melitus tipe 2 yang melakukan
rawat jalan di RSUP Sanglah Denpasar yang
mendapatkan terapi insulin atau kombinasi insulin
dengan obat antidiabetik oral yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi.
1. Adapun kriteria inklusi dalam
penelitian ini sebagai berikut:
a. Pasien berumur >18 tahun.
b. Pasien dengan DM tipe 2 dengan
kadar GDP 90-130 mg/dL.
c. Pasien yang mendapat terapi
insulin atau terapi kombinasi
insulin dengan antidiabetik oral.
2. Adapun kriteria eksklusi dalam
penelitian ini yaitu:
a. Pasien dengan data rekam medis
yang tidak lengkap.
b. Pasien Diabetes Melitus tipe 2 yang
sedang hamil.
c. Pasien yang merokok.
d. Pasien Diabetes Melitus tipe 2 yang
tidak teratur melakukan terapi.
Dari data diperoleh sampel pasien DM tipe 2
sebanyak 70 pasien yang memenuhi kriteria
inklusi.
Teknik Pengumpulan Data. Dilakukan dengan
menggunakan metode metode dokumentasi, yang
merupakan data yang diperoleh dari rekam medis
pasien mengenai nama, umur, jenis kelamin, jenis
obat, kadar GDP. Data laboratorium mengenai
kadar GDP hasil pemeriksaan laboratorium setelah
penggunaan terapi insulin dan kombinasi terapi
insulin dengan antidiabetik oral selama periode
Februari sampai dengan Mei 2017, serta data
mengenai biaya obat dan administrasi diperoleh
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA MEDIS LANGSUNG PENGGUNAAN INSULIN DAN INSULIN KOMBINASI OHO PADA PASIEN DM TIPE 2 RAWAT JALAN
Jurnal Ilmiah Medicamento•Vol.4 No.1•2018•ISSN-e: 2356-4818
20
dari Instalasi Farmasi dan bagian kasir/keuangan
RSUP Sanglah Denpasar.
Analisis Data. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini meliputi:
a. Demografi subjek penelitian
Karakteristik pasien meliputi
gambaran distribusi berdasarkan jenis
kelamin, umur, serta berdasarkan
tercapainya target GDP 90-130 mg/dL.
b. Gambaran jenis terapi
Analisi data distribusi jenis
obat berdasarkan pemakaian terapi
insulin dan terapi kombinasi insulin
dengan antidiabetik oral yang
diresepkan pada pasien.
c. Perhitungan biaya medis langsung
Dilakukan perhitungan total
biaya medis langsung tiap bulannya
yang meliputi biaya obat, biaya
pemeriksaan dokter, biaya
laboratorium, dan biaya administrasi.
Total biaya obat diperoleh dengan
menjumlahkan biaya obat dari bulan
Februari sampai dengan bulan April
sedangkan total biaya pemeriksaan
dokter, biaya laboratorium serta biaya
administrasi diperoleh dari
pengeluaran biaya tersebut selama
bulan Februari sampai dengan Mei.
Total biaya medis langsung yang
dikeluarkan oleh subjek penelitian tiap
bulannya diperoleh dengan
menjumlahkan rata-rata total biaya
obat dengan rata-rata penjumlahan
total biaya pemeriksaan dokter, biaya
laboratorium, dan biaya administrasi
d. Penilaian efektivitas terapi
Efektivitas terapi penggunaan
terapi insulin tunggal dan kombinasi
insulin dengan antidiabetik oral yang
diresepkan dilihat dari pencapaian
target GDP 90-130 mg/dL.
e. Perhitungan efektivitas biaya terapi
Dilakukan analisa efektivitas
biaya dengan metode ACER.
Efektivitas biaya merupakan rasio total
biaya medis langsung terhadap %
efektivitas terapi. Penilaian cost
effective dengan metode ACER.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Demografi Subjek Penelitian
Berdasarkan karakteristik pasien DM tipe
2 dilihat dari jenis kelamin, menunjukkan bahwa
DM tipe 2 lebih banyak terjadi pada laki-laki yaitu
sebesar 67,14% dengan jumlah 47 orang (tabel 1).
Pada laki-laki mempunyai tingkat stres lebih besar
dibandingkan dengan perempuan. Stres yang akut
cenderung meningkatkan kadar glukosa darah.
Stres emosional dapat mempengaruhi gula darah
dalam beberapa cara. Manifestasi stres yang paling
sering adalah diakibatkan oleh kenaikan dalam
hormon stres yang bersikulasi dalam darah.
Hormon stres seperti epineprin atau adrenalin dan
kortisol, melepaskan glukosa yang disimpan dalam
darah, akibatnya adalah kenaikan kadar gula darah
yang sering menyebabkan peningkatan insulin (B.
Michael, 2012).
Berdasarkan usia, hasil penelitian
menunjukkan bahwa pasien DM tipe 2 lebih
banyak terjadi pada usia di atas 45 tahun (tabel 2).
Semakin bertambahnya usia maka akan terjadi
penurunan aktifitas fisik. Berbagai perubahan
terkait usia lainnya juga dapat menyebabkan
perkembangan diabetes pada orang tua. Ini
termasuk penuaan pada sel beta pankreas, dimana
pada sel beta pankreas menghasilkan hormon
insulin yang berperan penting dalam metabolisme
karbohidrat dan juga lemak. Hipersekresi atau
produksi berlebih hormon insulin menyebabkan
hipoglikemia atau shok insulin. Hiposekresi atau
produksi berkurang hormon insulin mengakibatkan
hiperglikemia atau Diabetes Melitus (Nala, 1996).
Menurut penelitian semakin tua usia seseorang,
insulin yang dikeluarkan juga semakin berkurang
dan kemampuan tubuh mempertahankan diri juga
semakin berkurang sehingga daya tahan tubuh
menurun. Hal ini mempermudah masuknya virus
dan dapat merusak pankreas sebagai penghasil
insulin (Widharto, 2007). Dalam buku Usada
Kencing Manis, menyebutkan bahwa penyakit DM
tipe 2 ini juga disebabkan oleh pola dan gaya hidup
yang salah, penyakit infeksi, disamping faktor
keturunan dan sebab lainnya.
Efektivitas adalah keberhasilan
antidiabetik untuk mencapai kadar gula darah
menuju target. Target gula darah adalah GDP 90-
130 mg/dL (Direktorat Bina Farmasi Komunitas
dan Klinik, 2005). Pada tabel 3 menunjukkan dari
70 orang pasien DM tipe 2, hanya 34 orang atau
48,57% yang mencapai target (GDP 90-130
mg/dL). Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak
pasien yang memiliki kadar GDP lebih tinggi dari
parameter yang telah ditetapkan. Tingginya kadar
gula yang dapat memicu terjadinya Diabetes
NI NYOMAN WAHYU UDAYANI. Jurnal Ilmiah Medicamento 4(1) 2018; 18-24
Jurnal Ilmiah Medicamento•Vol.4 No.1•2018•ISSN-e: 2356-4818
21
Melitus disebabkan oleh faktor-faktor gaya hidup
dan lingkungan (peningkatan berat badan dan tidak
melakukan olahraga secara cukup) (B. Michael,
2012).
Tabel 1. Karakteristik Pasien DM tipe 2
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah
(orang)
Presentase (%)
Laki-Laki
47
67,14
Perempuan
23
32,86
Tabel 2. Karakteristik Pasien DM tipe 2
Berdasarkan Umur
Kelompok
Umur
Jumlah
(orang)
Presentase (%)
<45 tahun
3
4,29
>45 tahun
67
95,71
Tabel 3. Karakeristik Pasien DM tipe 2 Berdasarkan
tercapainya GDP
GDP (90-
130mg/dL)
Jumlah
(orang)
Presentase (%)
Tercapai
34
48,57
Tidak Tercapai
36
51,43
B. Gambaran Jenis Terapi
Pemberian terapi farmakologi untuk
pasien DM tipe 2 dapat diberikan insulin maupun
kombinasi antara insulin dengan antidiabetik oral.
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa penggunaan
kombinasi insulin kerja cepat (insulin aspart)
dengan insulin kerja panjang (insulin glargine)
lebih banyak digunakan. Terapi insulin yang
diberikan diupayakan mampu meniru pola sekresi
insulin yang fisiologis (PERKENI, 2011).
Pada tabel 4 juga terlihat bahwa
penggunaan kombinasi antara insulin kerja panjang
(insulin glargine) dengan metformin juga banyak
digunakan sebagai terapi, yaitu sejumlah 11 orang.
Telah diketahui bahwa metformin mempunyai efek
utama mengurangi produksi glukosa di hati
(PERKENI, 2011). Kelebihan glukosa yang
dihasilkan oleh hati merupakan sumber utama
glukosa darah yang tinggi pada Diabetes Melitus
tipe 2. Dengan kemampuan dalam mengurangi
produksi glukosa di hati, maka metformin
digunakan sebagai obat pilihan untuk Diabetes
Melitus tipe 2 (Champe, 2013). Insulin glargine
merupakan insulin analog kerja panjang yang
diindikasikan untuk memperbaiki kadar glukosa
darah puasa pada penderita DM tipe 2. Insulin
glargine memberikan fleksibilitas dalam
penyesuaian dosis sesuai dengan kebutuhan
penderita. Dari beberapa studi “treat to treat”
dengan insulin glargine ditemukan bahwa hanya
pemberian insulin basal ini sering ditemukan
kendali glikemik yang baik, dan insulin basal
sering diberikan bersamaan dengan metformin.
(BEU, 2016)
Tabel 4. Penggunaan Jenis Terapi Insulin pada Pasien DM tipe 2
Golongan Obat
Jenis Obat
Jumlah (orang)
Presentase (%)
Insulin Tunggal
Insulin kerja cepat
Insulin aspart
Novorapid®FlexPen®
7
10
Kombinasi
Insulin kerja cepat +
insulin kerja panjang
Insulin aspart +
Insulin glargine
Novorapid®FlexPen® +
Lantus®FlexPen®
42
60
Insulin glulisine
+ Insulin
glargine
Apidra®FlexPen® +
Lantus®FlexPen®
7
10
Insulin kerja panjang +
Biguanid
Insulin glargine
+ Metformin
Lantus®FlexPen® +
Metformin
11
15,71
Insulin kerja cepat +
insulin kerja panjang +
Biguanid
Insulin aspart +
Insulin glargine
+ Metformin
Novorapid®FlexPen® +
Lantus®FlexPen® +
Metformin
2
2,86
Insulin glulisine
+ Insulin
glargine +
Metformin
Apidra®FlexPen® +
Lantus®FlexPen® +
Metformin
1
1,43
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA MEDIS LANGSUNG PENGGUNAAN INSULIN DAN INSULIN KOMBINASI OHO PADA PASIEN DM TIPE 2 RAWAT JALAN
Jurnal Ilmiah Medicamento•Vol.4 No.1•2018•ISSN-e: 2356-4818
22
C. Perhitungan Biaya Medis Langsung
Biaya medis langsung adalah biaya yang
paling sering diukur, merupakan input yang
digunakan secara langsung untuk memberikan
terapi (Andayani, 2013). Biaya medis langsung
penggunaan insulin dan insulin kombinasi OHO
pada pasien DM tipe 2 di rawat jalan RSUP
Sanglah ini meliputi biaya obat, biaya
pemeriksaan dokter, biaya laboratorium, dan
biaya administrasi. Pada tabel 5 menunjukkan
bahwa biaya penggunaan kombinasi insulin kerja
panjang (insulin glargine) dengan metformin
menghabiskan biaya yang lebih rendah
dibandingkan dengan yang lainnya yaitu sebesar
Rp 274.880,00.
Tabel 5. Biaya Medis Langsung Penggunaan Insulin dan Kombinasi Insulin dengan OHO
Jenis Terapi
B1 (Rp)
R1 (Rp)
B2 (Rp)
B3 (Rp)
B4 (Rp)
B2+B3+B4
(Rp)
R2 (Rp)
T (Rp)
Insulin aspart
986.571
328.857
92.000
60.000
60.000
212.000
53.000
381.857
Insulin aspart +
Insulin glargin
1.629.171
543.057
92.000
60.000
60.000
212.000
53.000
596.057
Insulin glulisine +
Insulin glargin
1.629.171
543.057
92.000
60.000
60.000
212.000
53.000
596.057
Insulin glargin +
Metformin
665.640
221.880
92.000
60.000
60.000
212.000
53.000
274.880
Insulin aspart +
Insulin glargin +
Metformin
1.652.211
550.737
92.000
60.000
60.000
212.000
53.000
603.737
Insulin glulisine +
Insulin glargin +
Metformin
1.652.211
550.737
92.000
60.000
60.000
212.000
53.000
603.737
Keterangan:
B1= biaya obat B2= biaya laboratorium
B3= biaya pemeriksaan dokter B4= biaya administrasi
R1= rata-rata biaya obat R2= rata-rata penjumlahan (B2+B3+B4)
T = total biaya medis langsung tiap bulannya (R1+R2)
Tabel 6. Efektivitas Terapi Penggunaan Insulin dan
Kombinasi Insulin dengan OHO
Tabel 7. Hasil Perhitungan ACER berdasarkan
Total Biaya Medis Langsung
Jenis
Terapi
Total Biaya
Medis
Langsung (Rp)
Efektivitas
Terapi (%)
ACER
(Rp/%
efektivitas)
Insulin
aspart
381.857
28,57
13,36
Insulin
aspart +
596.057
47,62
12,52
Jenis
Terapi
Total Biaya
Medis
Langsung (Rp)
Efektivitas
Terapi (%)
ACER
(Rp/%
efektivitas)
Insulin
glargin
Insulin
glulisine +
Insulin
glargin
596.057
57,14
10,43
Insulin
glargin +
Metformin
274.880
63,63
4,32
Insulin
aspart +
Insulin
glargin +
Metformin
603.737
50
12,07
D. Penilaian efektivitas terapi
Efektivitas terapi pada penelitian ini
dilihat dari pencapaian target terapi GDP 90-130
mg/dL. Penilaian GDP dilakukan dengan tes GDP
(Gula Darah Puasa) di laboratorium. Berdasarkan
tabel 6 menunjukkan bahwa penggunan
kombinasi insulin kerja panjang (insulin glargine)
dengan metformin mempunyai efektivitas terapi
Jenis Terapi
Efektivitas Terapi
Jumlah
(orang)
Presentase (%)
Insulin aspart
2
28,57
Insulin aspart +
Insulin glargin
20
47,62
Insulin glulisine
+ Insulin glargin
4
57,14
Insulin glargin+
Metformin
7
63,63
Insulin aspart +
Insulin glargin +
Metformin
1
50
NI NYOMAN WAHYU UDAYANI. Jurnal Ilmiah Medicamento 4(1) 2018; 18-24
Jurnal Ilmiah Medicamento•Vol.4 No.1•2018•ISSN-e: 2356-4818
23
yang paling tinggi yaitu 63,63%. Dianjurkan
pemberian insulin sebelum tidur sebagai
tambahan terapi antidiabetes oral untuk pasien
DM tipe 2 yang gagal mendapatkan efek
maksimal pada terapi oral. Terapi yang digunakan
adalah kombinasi insulin NPH (insulin glargine)
sebelum tidur yang dikombinasikan dengan terapi
Biguanide (metformin) (Katzung, 2002).
E. Perhitungan efektivitas biaya terapi
Efektivitas biaya merupakan analisis
efektivitas biaya dilihat dari sudut pandang rumah
sakit, dimana efektivitas yang diukur adalah gula
darah pasien yang mencapai target.
Perhitungan analisis ini menggunakan
perhitungan ACER, dimana ACER diperoleh dari
total biaya medis langsung dibagi dengan
efektivitas terapi obat tersebut. Semakin rendah
nilai ACER maka semakin tinggi nilai cost
effective suatu kelompok (Alisa, 2015). Pada
tabel 7 terlihat bahwa pola pengobatan yang
paling cost effective adalah terapi kombinasi
insulin glargine dengan metformin dengan nilai
ACER terkecil sebesar Rp 4,32 persentase
efektivitas terapi.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa jenis
terapi insulin yang digunakan pada pasien DM
tipe 2 di rawat jalan RSUP Sanglah Denpasar
beserta total biaya medis langsung yang
dikeluarkan tiap bulannya meliputi insulin
tunggal aspart sebesar Rp. 381.857,00 dan
untuk jenis terapi kombinasi insulin dengan
antidiabetik oral yang digunakan pada pasien
DM tipe 2 di rawat jalan RSUP Sanglah
Denpasar adalah kombinasi insulin glargine
dengan metformin sebesar Rp. 274.880,00.
Terapi insulin yang paling cost-effective
berdasarkan ACER adalah kombinasi
insulin glargine dengan metformin sebesar Rp
4,32 persentase efektivitas terapi.
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Ni Gusti Ayu Made Ari Santhi Jenarini yang
telah membantu dalam proses penelitian ini.
2. Akademi Farmasi Saraswati yang telah
membiayai penelitian ini.
3. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar yang telah banyak membantu dan
memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian
di RSUP Sanglah Denpasar.
DAFTAR PUSTAKA
Alisa. 2015. Analisis Efektivitas Biaya Antidiabetik
Oral Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe
2 Rawat Jalan Peserta BPJS Di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Moewardi Tahun 2014.
Diakses pada 26 Agustus 2016.
<eprints.ums.ac.id>.
Andayani, Tri Murti. 2013. Farmakoekonomi:
Prinsip dan Metodolog. Cetakan I.
Yogyakarta: Bursa Ilmu Karangkajen.
BEU XIII. 2016. Bali Endocrinologi Update:
Endocrinology and Beyond. Denpasar:
Percetakan Bali.
B. Michael. 2012. 100 Tanya-Jawab Mengenai
Diabetes. Cetakan I. Jakarta: Indeks.
CDC. 2011. National Diabetes Fact Sheet 2011-
DiaSentry. Atlanta, GA: U.S. Departement
of Health and Human Services, Centers for
Disease Control and Prevention. Diakses
pada tanggal 26 Agustus 2016
<www.diasentry.com>DiabetesInformatio
n>
Champe, Pamela C. 2013. Farmakologi Ulasan
Bergambar. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.
2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit
Diabetes Melitus. Jakarta: Pustaka Utama.
Katzung, Bertram G. 2002. Farmakologi: Dasar
dan Klinik. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba
Medika.
Nala, IGN. 1996. Usada Kencing Manis.
Denpasar: Upada Sastra.
PERKENI. 2011. Konsesus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia 2011. Jakarta: Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia.
Sanchez, L. A. 2008. Pharmacoeconomic:
Principal, Methods, and Application dalam
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic
Approach, editor: L. Michael Posey. United
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA MEDIS LANGSUNG PENGGUNAAN INSULIN DAN INSULIN KOMBINASI OHO PADA PASIEN DM TIPE 2 RAWAT JALAN
Jurnal Ilmiah Medicamento•Vol.4 No.1•2018•ISSN-e: 2356-4818
24
State of America: McGraw-Hill Companies
Inc.
Wahyuni Enny, dkk. 2012. Analisis Efektivitas
Biaya Penggunaan Terapi Kombinasi
Insulin Dan OHO Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Rawat Jalan Di RSUD
Wangaya. Diakses pada 26 Agustus 2016.
<http://ojs.unud.ac.id>
Widharto. 2007. Kencing Manis (Diabetes).
Jakarta Selatan: Sunda Kelapa Pustaka