Available via license: CC BY-SA 4.0
Content may be subject to copyright.
E-DIMAS: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 11(3), 260-266
ISSN 2087-3565 (Print) dan ISSN 2528-5041 (Online)
Available Online at http://journal.upgris.ac.id/index.php/e-dimas
260
Membangun Sikap Optimis Remaja Yatim/Piatu Melalui Pelatihan Wirausaha
di Dusun Sendang Biru Kabupaten Malang
Rahmat Aziz1, Esa Nur Wahyuni2, Alfiana Yuli Efiyanti3, Wildana Wargadinata4
1,2,3,4Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
1azira@uin-malang.ac.id
Received: 29 Maret 2019; Revised: 23 Juli 2020; Accepted: 13 September 2020
Abstract
The existence of orphans as one of the human resources in building the nation
needs to receive attention and support in the process of developing their in facing
life. This service activity aims to build the optimism of orphaned young people
through handicraft entrepreneurial training. Assisted subjects numbered 15 people
selected based on the criteria of community service activities. Parties involved in
this activity include An-nisa Recitation Congregation, village staff, youth clubs and
surrounding communities. There are several activities carried out simultaneously
in this service process. The results of the activity showed an increase in optimism
for adolescents in facing their lives after being given training on handicraft
entrepreneurs.
Keywords: entrepreneur; optimism; orphans.
Abstrak
Keberadaan remaja yatim/piatu sebagai salah satu sumber daya manusia dalam
membangun bangsa perlu mendapat perhatian dan dukungan dalam proses
pengembangan optimisme mereka dalam menghadapi kehidupan. Kegiatan
pengabdian ini bertujuan untuk membangun optimisme remaja yatim/piatu melalui
pelatihan wirausaha kerajinan tangan. Subjek dampingan berjumlah 15 orang yang
dipilih berdasarkan kriteria kegiatan pengabdian. Pihak yang terlibat dalam
kegiatan ini di antaranya Jemaah pengajian An-nisa, staf kelurahan, karang taruna
dan masyarakat sekitar. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan secara simultan
dalam proses pengabdian ini. Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan
optimisme para remaja dalam menghadapi kehidupannya setelah diberi pelatihan
wirausaha kerajinan tangan.
Kata Kunci: optimisme; wirausaha; yatim.
A. PENDAHULUAN
Masa depan suatu negara terletak
pada kualitas dan kesejahteraan kaum
mudanya. Kesejahteraan generasi muda
adalah kondisi di mana kebutuhan-kebutuhan
dasar mereka dapat terpenuhi, merasa
mampu untuk mencapai tujuan hidup, merasa
berguna, dapat berpartisipasi dalam
masyarakat, memiliki serta dapat
mengembangkan nilai-nilai hidup. Salah satu
indikator dari generasi muda yang sejahtera
adalah mempunyai sikap optimis, yaitu suatu
sikap ingin selalu mempunyai harapan baik
dalam berbagai hal serta kecenderungan
memiliki cara berpikir atau paradigma
berpikir yang positif (Scheier et al., 1994)
Individu yang mempunyai pola berpikir
positif selalu berharap masa depannya baik
walaupun individu tersebut menghadapi
Membangun Sikap Optimis Remaja Yatim/Piatu Melalui Pelatihan Wirausaha
di Dusun Sendang Biru Kabupaten Malan
Rahmat Aziz, Esa Nur Wahyuni, Alfiana Yuli Efiyanti, Wildana Wargadinata
261
berbagai rintangan, hambatan, ataupun
ketidakberuntungan (Snyder & Lopez, 2002).
Penumbuhan sikap optimis pada
remaja yatim/piatu menjadi penting dan
strategis agar mereka memiliki cara pandang
yang positif terhadap kondisi diri mereka dan
mempunyai harapan terhadap masa depan
dalam kehidupannya. Salah satu alternatif
upaya tersebut adalah dengan memberikan
pelatihan wirausaha kepada remaja yatim
piatu, sehingga tumbuh jiwa kewirausahaan
yang memiliki manfaat antara lain,
memperoleh kontrol atas kemampuan diri,
memanfaatkan dan melakukan perubahan
terhadap potensi diri, manfaat finansial,
berkontribusi kepada masyarakat dan
mendapat pengakuan atas usaha kerja
kerasnya. Dengan demikian, pendidikan
wirausaha yang ditanamkan sejak remaja
sangat tepat sebab pada masa remajalah
mereka mencari jati diri, menemukan bakat
dan minat juga mempersiapkan kehidupan
yang lebih baik untuk masa depan (Sinarasri
& Hanum, 2014).
Fenomena remaja yatim/piatu dengan
segala problemanya dapat dijumpai di dusun
Sendang Biru Desa Tambak Rejo Kecamatan
Sumber Manjing Wetan, Kabupaten Malang.
Di dusun tersebut terdapat sekitar 25 remaja
yatim. Para remaja tersebut memiliki
pengalaman yang khas sebagai yatim/piatu,
karena 95% dari mereka ditinggal meninggal
oleh ayah yang bekerja sebagai nelayan dan
mengalami kecelakaan atau hilang di laut
pada saat bekerja. Saat ini mereka mendapat
santunan secara periodik oleh Jamaah
pengajian An Nisa’. Jamaah pengajian An
Nisa’ merupakan kelompok pengajian wanita
nelayan di dusun Sendang Biru. Namun
dalam keseharian, remaja yatim/piatu di
dusun tersebut diasuh oleh orang-orang yang
memiliki ikatan kekeluargaan atau tidak
dengan mereka, yang biasa disebut dengan
wali. Meskipun memperoleh perhatian dari
jamaah pengajian An Nisa’, namun perhatian
yang selama ini mereka berikan hanya
sebatas pada program pendataan dan
pemberian santunan.
Di sisi lain, sebagaimana remaja pada
umumnya, para remaja yatim piatu di dusun
Sendang Biru juga mengalami problema
psikologis maupun sosial akibat dari proses
perkembangannya sebagai remaja.
Berdasarkan pada hasil pengamatan beberapa
di antara remaja tersebut mengalami tekanan
secara psikologis dan sosial, seperti rendah
diri, tidak yakin dengan potensi yang
dimiliki, merasa tidak mampu meraih cita-
cita dan kehidupan yang lebih sejahtera.
Mereka merasa cukup menjalani apa yang
ada dan tidak berani untuk berharap yang
muluk-muluk dengan masa depan mereka.
Berdasarkan pada fakta tersebut, maka
perhatian dan bantuan yang diberikan kepada
remaja yatim/piatu lebih diutamakan pada
aspek finansial.
Berpijak pada fenomena tersebut,
maka dirancang program pendampingan
yang bertujuan untuk menumbuhkan sikap
optimis remaja yatim piatu melalui pelatihan
wirausaha handycraft agar mereka menjadi
remaja yatim/piatu yang memiliki perasaan
dan sikap berdaya dalam menghadapi
kehidupannya. Observasi awal pada subyek
dampingan menunjukkan bahwa handycraft
yang mungkin dikembangkan dan berpotensi
memberikan peluang usaha bagi para remaja
yatim/piatu di dusun Sendang Biru adalah
berupa sablon dengan gambar-gambar khas
pantai selatan yang dapat diaplikasikan pada
kaos dan tas kain.
B. PELAKSANAAN DAN METODE
Berdasarkan pada fokus pengabdian
yang telah dipaparkan sebelumnya, subyek
`program pendampingan ini adalah remaja
yatim/piatu di dusun Sendang Biru sebanyak
15 orang yang berusia 12-18 tahun. Status
yatim/piatu yang disandang tersebut sebagian
besar disebabkan oleh kecelakaan yang
dialami oleh orang tua mereka (ayah) atau
hilang ketika menangkap ikan di laut
sedangkan sebagian lain karena sakit (salah
satu dari orang tua atau keduanya).
Sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai dalam pengabdian, maka tim
pengabdian memilih jenis pengabdian
EDUCATIONS - PENGABDIAN KEPAD A MASYARAKAT
JURNA L PE NGAB DIA N KEPADA MA SYAR AKA T
VOL UME 1 1 NO MOR 03 SEP T 20 20
262
E-DIMAS
berbasis riset atau yang biasa disebut dengan
Community Based Research (CBR) sebagai
pendekatan dalam melaksanakan program
pengabdian. Pemilihan ini didasarkan pada
karakteristik CBR yang memadukan antara
kegiatan riset dan pengabdian memberikan
penekanan terhadap pelaksanaan pengabdian
dengan melibatkan partisipan. Sehingga
hasilnya berupa interkorelasi antara peneliti
dan partisipan (Strand, Cutforth, Stoecker,
Marullo, & Donohue, 2003).
Dari perspektif penelitian berbasis
masyarakat, ada realitas yang dipengaruhi
oleh faktor sosial, politik, ekonomi, budaya,
etnis, dan gender yang mengkristal dari
waktu ke waktu; peneliti dan peserta
terhubung secara interaktif; temuan
dimediasi oleh nilai-nilai; dan sifat
transaksional dari penelitian mengharuskan
adanya dialog antara peneliti dan peserta
dalam penelitian (Israel, Schulz, Parker, &
Becker, 1998).
Dalam pengabdian ini, kegiatan
penelitian tidak hanya sekedar mencari fakta
tetapi sekaligus memberikan dampak
langsung bagi partisipan. Kegiatan
pengabdian berbasis penelitian dilakukan
dengan tahap-tahap: (1) memilih problem.
Pada tahap ini, tim pengabdi melakukan
identifikasi masalah yatim piatu yang sedang
berada pada tahap perkembangan remaja dan
mereka membutuhkan perhatian, (2)
mengidentifikasi potensi dan pemecahan
problem; (3) mengembangkan rencana
program. Berdasarkan pada solusi yang telah
dipilih untuk memecahkan masalah yang
dihadapi oleh subjek dampingan; dan (4)
mengevaluasi program untuk mengetahui
keefektifan program pengabdian yang
dilaksanakan. Untuk memperjelas proses
yang dilakukan, dapat dilihat pada gambar
Gambar 1 yang menjelaskan tentang
langkah-langkah pengabdian berbasis riset.
Gambar 1. Langkah-langkah Pengabdian Berbasis Riset
Kegiatan pelaksanaan yang dilakukan
terdiri dari delapan jenis kegiatan yaitu:
1. Persiapan kegiatan pengabdian berupa
penyampaian informasi rencana kegiatan
dan pencarian informasi tentang gambaran
optimisme peserta.
Gambar 2. Kegiatan Persiapan
2. Pelatihan motivasi dan dinamika
kelompok. Kegiatan ini dilakukan untuk
untuk mengembangkan kemampuan
peserta untuk memahami diri. Teknik
kegiatan yang digunakan berupa
penyampaian informasi melalui ceramah,
tanya jawab, pemutaran video singkat, dan
permainan serta refleksi.
Gambar 3. Pelatihan Motivasi
3. Melakukan focus group discussion (FGD)
dengan jamaah pengajian An-nisa untuk
mengevaluasi dua kegiatan pengabdian
yang sudah dilaksanakan yaitu persiapan
awal dan kegiatan pelatihan psikologi,
selain itu untuk merencanakan kegiatan
selanjutnya.
Membangun Sikap Optimis Remaja Yatim/Piatu Melalui Pelatihan Wirausaha
di Dusun Sendang Biru Kabupaten Malan
Rahmat Aziz, Esa Nur Wahyuni, Alfiana Yuli Efiyanti, Wildana Wargadinata
263
Gambar 4. Diskusi Terbatas
4. Kunjungan peserta ke tempat pembuatan
sablon dan tempat wisata penjualan hasil
kerajinan tangan. Tujuannya untuk
memberikan motivasi menjadi
wirausahawan dan untuk memberikan
pengalaman praktis.
Gambar 5. Kunjungan ke Pusat Sablon
5. Praktik pembuatan sablon tahap pertama.
Tujuannya adalah Memberikan
pemahaman dan pengalaman praktis
tentang proses penyablonan kaos. Bentuk
kegiatannya berupa praktik penyablonan
yang dibimbing oleh dua orang
narasumber ahli dalam bidangnya. Proses
yang dilakukan mulai dari pembuatan
film, pencucian film, dan penyablonan
pada kaos. Semua peserta dianggap sudah
mampu melakukan proses penyablonan,
walaupun masih perlu latihan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
Gambar 6. Latihan Menyablon
6. Kegiatan focus group discussion dengan
narasumber. Tujuannya untuk
Mengevaluasi proses pelatihan yang telah
dilaksanakan dan merencanakan tindak
lanjut setelah diberikan pelatihan. Hasil
diskusi sampai pada kesimpulan bahwa
proses pendampingan akan terus
dilakukan sampai dianggap para peserta
mandiri dan siap untuk memproduksi kaos
dan tas sablon yang akan
dijual/dipasarkan.
7. Praktik pembuatan sablon pada kaos
Tahap 2. Pada kegiatan pelatihan sablon
tahap 2 diharapkan peserta pelatihan lebih
terampil membuat film yang digunakan
untuk menyablon dengan menggunakan 2
atau 3 warna. Hasil kegiatan di antaranya
Dari pelatihan tahap ke dua ini peserta
telah menunjukkan kemampuan membuat
film yang digunakan sebagai alat untuk
tulisan atau gambar sablon dan lebih
terampil membuat sablon bukan hanya
dengan 1 warna, tapi juga 2 dan 3 warna.
8. Pelatihan Sablon Tahap 3 dan Mengelola
Usaha dan Pemasaran Produk Handycraft.
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bagian
dari proses evaluasi terhadap kegiatan inti
pelatihan sablon tahap 2 yang baru
dilaksanakan. Beberapa materi yang
dibahas di antaranya adalah hasil sablon
para peserta, dan rencana produksi, serta
peluang pemasaran. Hasil kegiatan
pelatihan sablon dan manajemen usaha
dan pemasaran adalah peserta telah
mampu memproduksi kaos yang telah
disablon dan siap untuk dipasarkan,
memiliki pengetahuan tentang manajemen
usaha dan pemasaran, dan memiliki
kebanggaan dan semangat untuk
memasarkan produk pelatihan.
Gambar 7. Contoh Hasil Produksi
EDUCATIONS - PENGABDIAN KEPAD A MASYARAKAT
JURNA L PE NGAB DIA N KEPADA MA SYAR AKA T
VOL UME 1 1 NO MOR 03 SEP T 20 20
264
E-DIMAS
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara di lapangan ditemukan bahwa
subjek dampingan mengalami peningkatan
sikap optimisme dalam menghadapi
kehidupan selanjutnya. Hal ini dapat
dipahami karena mereka mempunyai sikap
positif dan harapan yang lebih cerah tentang
kehidupan yang akan mereka hadapi
selanjutnya.
Kegiatan pelatihan keterampilan
wirausaha bukan hanya sekedar
meningkatkan pemahaman dan keterampilan
tentang wirausaha, tetapi juga membangun
karakter wirausaha yang meliputi mandiri,
percaya diri, kreatif, inovatif, dan tahan
menghadapi kesulitan. Karakter-karakter
tersebut merupakan indikator dari seseorang
yang memiliki optimisme.
Berdasarkan kegiatan pengabdian
yang sudah dilaksanakan diperoleh bukti
bahwa sikap optimis ditumbuhkan dengan
mengikuti serangkaian kegiatan pelatihan
kewirausahaan. Untuk memperjelas temuan
tersebut dibuat gambar tentang temuan
teoritis pengembangan sikap optimis pada
remaja yatim piatu melalui pelatihan
wirausaha pada Gambar 8.
Gambar 8. Proses Pengembangan Sikap Optimis pada Remaja Yatim Piatu
Gambar 8 menunjukkan bahwa
pelatihan kewirausahaan merupakan program
utama dalam konteks pengembangan sikap
optimisme pada remaja yatim piatu. Proses
yang dilakukan meliputi kegiatan: (1)
pemahaman diri, (2) pengetahuan dasar
tentang kewirausahaan, (3) praktik
pengembangan produk, dan (4) manajemen
usaha dan pemasaran produk.
Setelah keempat tema pelatihan
tersebut dilakukan maka hasil evaluasi
menunjukkan bahwa sikap optimis remaja
yatim/piatu terbentuk. Sikap optimis yang
dimiliki oleh para remaja itu dijadikan
sebagai modal utama untuk terus menerus
mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan mereka di dalam
mengembangkan usaha yang telah dibentuk.
Implikasi dari kegiatan pengabdian
ini adalah pentingnya pengembangan dan
pemberdayaan pada remaja, khususnya yang
berstatus sebagai yatim piatu. Ada beberapa
alasan mengapa sikap optimis perlu
ditumbuhkan pada diri remaja yatim piatu
karena mereka adalah remaja-remaja yang
ayah atau ibunya, atau keduanya meninggal
oleh berbagai macam sebab. Anak yang
ditinggal oleh salah satu dari orang tua (ayah
atau ibu) atau keduanya, sangat rentan
mengalami ketidaksejahteraan baik secara
psikologis, sosial, maupun ekonomi
(Schwarzer, 1994). Hasil penelitian secara
konsisten menunjukkan bahwa hilangnya
pengasuhan yang berkualitas dan kehangatan
kasih sayang orang tua dapat menyebabkan
depresi dan putus asa menghadapi hidup
pada anak-anak dan itu dapat berlanjut
hingga dewasa (Taukeni, 2015).
Selain itu, remaja yatim/piatu adalah
individu yang sedang berada dalam masa
Membangun Sikap Optimis Remaja Yatim/Piatu Melalui Pelatihan Wirausaha
di Dusun Sendang Biru Kabupaten Malan
Rahmat Aziz, Esa Nur Wahyuni, Alfiana Yuli Efiyanti, Wildana Wargadinata
265
transisi seperti remaja normal lainnya.
Gejolak jiwa akibat proses pencarian
identitas dirinya mengakibatkan mereka
mengalami krisis yang lebih kompleks
dibandingkan remaja normal lainnya. Status
sebagai remaja yatim/piatu dapat
menimbulkan tekanan psikologis yang dapat
menghambat perkembangan pribadinya
dengan menampilkan perilaku tidak percaya
diri, bimbang, self esteem rendah, bahkan
dapat berperilaku agresif (Suseno, 2013).
Hasil kegiatan menunjukkan bahwa
pelatihan kewirausahaan efektif untuk
mengubah dan mengatasi problema psikologi
yang dihadapi oleh remaja yatim piatu di
Sendang Biru. Remaja yang semula tidak
percaya diri, tidak berani memiliki cita-cita,
ragu dengan masa depan, menjadi remaja
yang mampu memahami dirinya, lebih
percaya diri, dan memiliki motivasi untuk
mengembangkan usaha.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
diketahui bahwa problema yang dihadapi
oleh remaja yatim/piatu di Sendang Biru
bukan hanya secara ekonomi dan sosial,
tetapi juga problema secara psikologis, yaitu
kurangnya rasa optimis dengan indikasi tidak
percaya diri, ragu dengan masa depan, tidak
memiliki keberanian untuk merubah keadaan.
D. PENUTUP
Simpulan
Pengembangan optimisme remaja
yatim piatu di dusun Sendang Biru piatu
dilaksanakan melalui pelatihan
kewirausahaan. Ada tiga aspek yang dapat
dikembangkan dalam pelatihan
kewirausahaan, yaitu 1) aspek kognitif
meliputi wawasan tentang pemahaman diri
dan kewirausahaan, 2) aspek afektif,
pengembangan karakter optimis sebagai
seorang wirausaha, dan 3) aspek
psikomotorik, yaitu keterampilan
berwirausaha khususnya dalam pengabdian
ini remaja memiliki keterampilan menyablon
dan mengelola usaha sablon.
Pengembangan optimis pada remaja
yatim piatu di Sendang Biru adalah upaya
pemberdayaan remaja yatim piatu secara
psikologi melalui pelatihan kewirausahaan.
Upaya tersebut bertujuan agar remaja yatim
piatu dapat mengelola diri mereka secara
psikologis dan juga mereka memiliki
keterampilan yang berguna bagi mereka
untuk kuat secara ekonomi.
Saran Ada dua rekomendasi yang dapat
disampaikan sehubungan dengan hasil
kegiatan pengabdian ini, yaitu:
1. Bagi para peneliti atau pelaksana
pengabdian pada masyarakat, penggunaan
pelatihan kerajinan tangan dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif dalam upaya
pengembangan optimisme yang tekniknya
dapat dimodifikasi dengan berbagai
bentuk.
2. Diperlukan keterlibatan yang sangat intens
dari berbagai pihak dalam upaya
pengembangan atau pemberdayaan remaja
yati/piatu sehingga prosesnya menjadi
komprehensif dan hasilnya menjadi
maksimal.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih disampaikan kepada
Direktur pendidikan Tinggi Agama Islam,
Kementerian Agama republik Indonesia yang
telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk melakukan kegiatan pengabdian ini
melalui dana hibah penelitian dan
pengabdian pada masyarakat tahun anggaran
2018.
E. DAFTAR PUSTAKA
Israel, B. A., Schulz, A. J., Parker, E. A., &
Becker, A. B. (1998). Review of
community-based research: assessing
partnership approaches to improve
public health. Annual Review of Public
Health, 19(1), 173–202.
Scheier, M. F., Carver, C. S., & Bridges, M.
W. (1994). Distinguishing optimism
from neuroticism (and trait anxiety,
self-mastery, and self-esteem): a
reevaluation of the Life Orientation
Test. Journal of Personality and Social
Psychology, 67(6), 1063.
Schwarzer, R. (1994). Optimism,
Vulnerability, and self-beliefs as
EDUCATIONS - PENGABDIAN KEPAD A MASYARAKAT
JURNA L PE NGAB DIA N KEPADA MA SYAR AKA T
VOL UME 1 1 NO MOR 03 SEP T 20 20
266
E-DIMAS
health-related cognitions: A systematic
overview. Psychology & Health, 9(3),
161–180.
Sinarasri, A., & Hanum, A. N. (2014).
Laporan IBM, Kewirausahaan bagi
Panti Asuhan Muhammadiyah dalam
Upaya Peningkatan Kreativitas dan
Kemandirian. Prosiding Seminar
Nasional & Internasional.
Snyder, C. R., & Lopez, S. J. (Eds.). (2002).
Handbook of positive psychology.
Oxford [England] ; New York: Oxford
University Press.
Strand, K. J., Cutforth, N., Stoecker, R.,
Marullo, S., & Donohue, P. (2003).
Community-based research and higher
education: Principles and practices.
John Wiley & Sons.
Suseno, M. N. (2013). Efektivitas
pembentukan karakter spiritual untuk
meningkatkan optimisme terhadap
masa depan anak yatim piatu. JIP:
Jurnal Intervensi Psikologi, 5(1), 1–24.
Taukeni, S. G. (2015). Orphan adolescents’
lifeworlds on school-based
psychosocial support. Health
Psychology and Behavioral Medicine,
3(1), 12–24.