ArticlePDF Available

Eksplorasi Keanekaragaman Makroalga di Perairan Londalima Kabupaten Sumba Timur

Authors:
  • Universitas Kristen Wira Wacana
  • Universitas Kristen Wira Wacana Sumba

Abstract

Makroalga merupakan salah satu komponen utama penyusun ekosistem pesisir yang berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi dasar tentang jenis-jenis makroalga yang ditemukan di Perairan Londalima Sumba Timur. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Juni 2019. Metode yang digunakan adalah metode penelitian survei. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 stasiun yakni: 1. Stasiun berpasir, 2. Stasiun lamun, dan 3. Stasiun berbatu. Selanjutnya sampel yang sudah didapatkan kemudian diidentifikasi di Laboratorium Terpadu Unkriswina. Selanjutnya, makroalga didentifikasi menggunakan buku identifikasi makroalga. Selain itu, juga dilakukan pengukuran kualitas air seperti suhu, oksigen terlarut (DO), dan derajat keasaman (pH) pada setiap stasiun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makroalga yang ditemukan berjumlah 9 spesies diantaranya Gracilaria corticata, Eucheuma spinosum, Sargasssum muticum, Sargassum vulgare, Sargassum crassifolium, Sargasum fluintas, Turbinaria conoides, Padina australis dan Ulva reticulata. Hasil pengukuran kualitas air di perairan londalima masih tergolong cukup baik dengan suhu berkisar antara 28- 29oC, DO sebesar 7,6-8,1 mg/L, dan pH sebesar 8-9.
37
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.5, No.1, Juni 2020
e-ISSN: 2549-0486
I. PENDAHULUAN
Makroalga merupakan salah satu jenis
tumbuhan yang berukuran besar dan memiliki
struktur tubuh seperti talus. Makroalga termasuk
kedalam kingdom Protista yang mirip dengan
salah satu tumbuhan yang memiliki karakter
warna dan pigmen berbeda (Mouriten, 2013).
Makroalga hidup dengan cara menempel
diberbagai substrat seperti batu, batu berpasir,
Eksplorasi Keanekaragaman Makroalga di Perairan Londalima
Kabupaten Sumba Timur
Nurbety Tarigan1*, Suryaningsih Ndahawali2, Firat Meiyasa3,
Yatris Rambu Tega4, Krisman Umbu Henggu5
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Kristen Wira Wacana Sumba, Jl. R. Suprapto No. 35, Waingapu 87113 Indonesia
e-mail: nurtarigan74@gmail.com
Abstrak
Makroalga merupakan salah satu komponen utama penyusun ekosistem pesisir yang berperan dalam menjaga
keseimbangan ekosistem laut. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi dasar tentang jenis-jenis
makroalga yang ditemukan di Perairan Londalima Sumba Timur. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga
Juni 2019. Metode yang digunakan adalah metode penelitian survei. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 stasiun
yakni: 1. Stasiun berpasir, 2. Stasiun lamun, dan 3. Stasiun berbatu. Selanjutnya sampel yang sudah didapatkan
kemudian diidentifikasi di Laboratorium Terpadu Unkriswina. Selanjutnya, makroalga didentifikasi menggunakan
buku identifikasi makroalga. Selain itu, juga dilakukan pengukuran kualitas air seperti suhu, oksigen terlarut (DO),
dan derajat keasaman (pH) pada setiap stasiun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makroalga yang ditemukan
berjumlah 9 spesies diantaranya Gracilaria corticata, Eucheuma spinosum, Sargasssum muticum, Sargassum
vulgare, Sargassum crassifolium, Sargasum fluintas, Turbinaria conoides, Padina australis dan Ulva reticulata.
Hasil pengukuran kualitas air di perairan londalima masih tergolong cukup baik dengan suhu berkisar antara 28-
29oC, DO sebesar 7,6-8,1 mg/L, dan pH sebesar 8-9.
Kata Kunci Ekplorasi, Londalima, Makroalga, Sumba Timur.
Abstract
Macroalgae is one of the main components making up coastal ecosystems that act maintain the marine ecosystem.
This study aims to provide basic information about the types of macroalgae found in the waters of Londalima East
Sumba. This research was conducted in April to June 2019. The method used was a survey research. Sampling was
carried out at 3 stations namely: 1. Sandy station; 2. Seagrass station, and 3. Rocky station. Furthermore the samples
that have been obtained are then identified at Terpadu Laboratory of Unkriswina. In addition, Macroalgae
identification is done by using a macroalgae identification book. In addition, water quality measurements such as
temperature, dissolved oxygen (DO), and acidity (pH) were measured at each station. The results showed that the
macroalgae found were 9 species including Gracilaria corticata, Eucheuma spinosum, Sargasssum muticum,
Sargassum vulgare, Sargassum crassifolium, flu Sargasum, Turbinaria conoides, Padina australis and Ulva
reticulata. The results of water quality measurements in londalima waters are too good with temperatures ranging
from 28-29oC, DO was 7.6-8.1 mg/L, and pH was 8-9.
Keywords: East Sumba, Exploration, Macroalgae, Londalima.
38
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.5, No.1, Juni 2020
e-ISSN: 2549-0486
kayu, cangkang moluska, dan tumbuhan epifit
lainnya sebagai tempat untuk hidup epifit pada
tumbuhan lain. Hal yang sama juga dilaporkan
oleh Erlania & Radiarta (2015) bahwa makroalga
dapat hidup karena menempel pada sebuah
substrat. Menempelnya makroalga pada substrat
bertujuan agar makroalga tidak hanyut terbawa
oleh arus laut, gelombang, maupun pasang surut.
Selanjutnya, makroalga juga mampu menempel
pada bagian karang yang sudah mengalami
pelapukan (Dhargalkar & Devanand 2004).
Secara umum, makroalga terdiri dari 3 kelas
yakni alga hijau (Chlorophyta), alga merah
(Rhodophyta), alga coklat (Phaeophyta). Alga
hijau memiliki pigmen berwarna hijau. Pigmen
tersebut berasal dari klorofil yang terkandung di
dalam alga. Alga merah merupakan alga yang
memiliki pigmen berwarna merah, hal ini
disebabkan karena adanya cadangan pigmen
fikorietrin yang terkandung di dalam alga. Selain
itu, alga merah juga menggandung beberaoa
pigmen seperti klorofil, karotenoid dan
fikosianin. Sementara itu, alga coklat merupakan
alga yang memiliki ukuran yang paling besar bila
dibandingkan dengan alga hijau dan alga merah.
alga coklat memiliki pigmen berwarna cokelat.
Pigmen tersebut berasal dari senyawa fikosantin
yang lebih banyak terkandung di dalam alga
(Marianingsih et al., 2013).
Makroalga merupakan salah satu penyusun
ekosistem pantai dan sebagai produsen dalam
rantai makanan sebagai komponen penyusun
ekosistem pesisir, selanjutnya makroalga juga
mampu menjaga keseimbangan di dalam
ekosistem laut (Littay, 2014; Domettila et al.,
2013). Marianingsih et al., (2013) juga
melaporkan bahwa makroalga bermanfaat secara
ekologi maupun ekonomis. Secara ekologi,
makroalga berperan sebagai habitat, dan sumber
makanan untuk beberapa biota laut serta berperan
sebagai indikator pencemaran di perairan pantai.
Selanjutnya, secara ekonomis makroalga telah
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat maupun
industri pangan maupun non pangan (Parenrengi
et al., 2010)
Berdasarkan hal diatas, maka perlu dilakukan
studi tentang keanekaragaman jenis makroalga
yang ditemukan di perairan pantai di Indonesia,
salah satunya di Perairan Londalima.
Perairan Londalima merupakan salah satu
pantai yang berada di kabupaten Sumba Timur,
Provinsi Nusa Tenggara Timur. di Perairan
Londalima banyak ditemukan berbagai macam
jenis rumput laut secara alami (Kadi, 2004). Hal
ini disebabkan karena kondisi ekologi perairan
Perairan Londalima yang memiliki pasang surut
tertinggi dan terendah yang sangat cocok untuk
pertumbuhan rumput laut (Domettila et al.,
2013). Namun, informasi tentang jenis-jenis
makroalga yang ditemukan di pantai Londalima
belum dilaporkan sampai saat ini. Berdasarkan
hal tersebut maka masih perlu dilakukan
penelitian tentang keanekaragaman jenis
makroalga yang ditemukan dari perairan
Londalima Kabupaten Sumba Timur, NTT.
II. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan
Maret 2019 sampai dengan Juli 2019. Lokasi
penelitian adalah Pantai Londalima Kabupaten
Sumba Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur dan
Analisis makroalga dilakukan di Laboratorium
Terpadu Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Kristen Wira Wacana Sumba.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah
kantong plastik, alat tulis, kamera digital, pisau,
thermometer, lembar observasi dan buku
panduan makroalga, DO meter, dan pH meter,
larutan formalin 5% dan larutan alkohol 70%.
C. Prosedur Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian survei. Pengambilan sampel dilakukan
pada tiga titik yaitu 1. Daerah berpasir, 2. Daerah
berlamun, 3. Daerah berbatu dengan cara survei
jelajah dengan luas area pengambilan sampel 50
39
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.5, No.1, Juni 2020
e-ISSN: 2549-0486
x 50 m. Sampel tersebut kemudian dicuci bersih,
ditaruh dalam plastik bening di simpan dalam
coolbox selanjutnya dibawa ke laboratorium
untuk dilakukan identifikasi.Makroalga yang
sudah ditemukan selanjutnya dilakukan
diidentifikasi dengan menggunakan buku
identifikasi makroalgae menurut Cordero (1980).
Sementara untuk pengujian kualitas air (suhu, DO
dan pH) dilakukan menggunakan DO meter dan
pH meter.
D. Analisis Data
Data yang diperoleh selama penelitian
dianalisis secara deskriptif berdasarkan
karakteristik morfologi makroalga.
III. HASIL DAN PMBAHASAN
A. Klasifikasi jenis makroalga
Rumput laut dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok besar berdasarkan pigmentasi. Ahli
botani menyebut masing-masing kelompok besar
ini sebagai Rhodophyceaea, Phaeophyceae, dan
Chlorophyceaea. Hasil penelitian yang dilakukan
di Perairan Londalima Kabupaten Sumba Timur
NTT ditemukan 3 kelompok besar makroalga
yang dapat dilihat pada Tabel 1.
1. Alga Merah (Rhydophyta)
Gracilaria corticata
Warna thallus kemerahan agak merah-
kekuningan, sering ditemukan bintik-bintik
dengan beranekaragam pada thallus serta pada
bagian ujung (apeks) berbentuk runcing dan
melekat pada batu karang dengan cakram yang
terdapat pada dasar thallus. Bentuk thallusnya
tegak, panjangnya mencapai 15 cm, lebar hingga
5 cm, bercabang banyak pada bagian atas (ujung)
tanaman sehingga menjadi lebat sedangkan pada
pangkal tidak terlalu lebat (Gambar 1) (Iyer et al.,
2004).
Gambar 1. Gracilaria corticata
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Rhydophyta
Florideophyceae
Gracilariales
Gracilariaceae
Gracilaria
Gracilaria
corticata
Rhodophyta
Rhodophyceae
Gigartinales
Solieriaceae
Eucheuma
Eucheuma
spinosum
Phaeophyta
Phaeophyceae
Fucales
Sargassaceae
Sargassum
Sargasssum
muticum
Phaeophyta
Phaeophyceae
Fucales
Sargassaceae
Sargassum
Sargassum
vulgare
Phaeophyta
Phaeophyceae
Fucales
Sargassceae
Sargassum
Sargassum
crassifolium
Phaeophyta
Phaeophyceae
Fucales
Sargassceae
Sargassum
Sargasum
fluintas
Phaeophyta
Phaeophyceae
Fucales
Phaeophyceae
Turbinaria
Turbinaria
conoides
Phaeophyta
Phaeophyceae
Dictyotales
Dictyotaceae
Padina
Padina
australis
Chlorophyta
Chlorophyceae
Ulvales
Ulvaceae
Enteromorpha
Ulva
reticulata
40
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.5, No.1, Juni 2020
e-ISSN: 2549-0486
Euchema spinosum
Bentuk thallus silindris, berduri-duri, duri
teratur berderet melingkari thallus dengan
interval bervariasi sehingga terbentuk ruas-ruas
thallus diantara lingkaran duri. Permukaan thallus
licin, sifat substansinya cartilagineous. Warna
thallus berwarna coklat tua, hijau coklat, hijau
kuning, atau merah ungu. Percabangan
berlawanan atau berselang-seling dan timbul
teratur pada deretan duri diantara ruas dan
merupakan perpanjangan dari duri tersebut
Euchema spinosum ini dapat tumbuh melekat
pada bagian karang mati (Gambar 2) (Ask &
Azanza, 2002).
Gambar 2. Euchema spinosum
2. Alga Coklat (Phaeophyta)
Sargassum muticum
Sargassum muticum memiliki daun dengan
panjang 1 meter, memiliki batang yang bersifat
lurus dengan bentuk cabang yang oval dan pipih.
Batang pada Sargassum muticum juga memiliki
kantung-kantung yang bersifat bulat dan pada
bagian ujung batang terdapat daun-daun yang
bersifat memanjang (Clemence, 2008).
Sargassum muticum dapat tumbuh pada substrat
berbatu dan sedikit berpasir (Gambar 3).
Gambar 3. Sargassum muticum
Sargassum vulgare
Thallus yang berwarna coklat, berbentuk
silindris, seperti tulang rawan, lebat, cabang
silinder, dan padat. Thallus ditutupi duri anak
cabang samping yang diatur oleh cabang utama.
Sargassum vulgare thallusnya seperti lembaran
rambut yang dapat tumbuh tinggi yang mencapai
150-700 cm. Memiliki percabangan pinnate
alternate yaitu berselang-seling secara teratur
(Gambar 4) (Nurmiyanti, 2013).
Gambar 4. Sargassum vulgare
Sargassum crassifolium
Sargassum crassifolium memiliki formasi
yang tidak beraturan pada bagian thallus dan
memiliki gelembung udara yang berbentuk bulat
pada bagian percabangan. Bentuk daun melebar,
oval dan bergerigi dengan permukaan daun yang
licin. Ukuran daun sekitar 40 mm dan lebar daun
10 mm. Rumput laut ini dapat hidup pada substrat
berbatu karang dengan suhu 27-30 0C, salinitas
32-33 ppt dan kedalaman 0,5-10 m (Gambar 5)
(Fajarningsih et al., 2015).
Gambar 5. Sargassum crassifolium
41
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.5, No.1, Juni 2020
e-ISSN: 2549-0486
Sargassum fluinitas
Sargassum fluintas memiliki thallus yang
berbentuk bulat pada bagian batang dan
berbentuk gepeng pada bagian percabangan
thallus, serta permukaan thallus licin. Memiliki
daun yang berbentuk bulat agak melonjong dan
berwarna coklat pada bagian percabangan thallus.
Rumput laut ini habitatnya tumbuh pada substrat
berkarang (Gambar 6) (Fajarningsih et al., 2015).
Gambar 6. Sargassum fluinitas
Turbinaria conoides
Rumput laut ini memiliki bentuk batang
silindris, tegak, kasar, dan memiliki bekas-bekas
percabangan yang sering disebut holfast. Holfast
berupa cakram kecil yang terdapat pada
perakaran radial. Percabangan berputar pada
sekeliling batang utama. Thallus daun memiliki
kesatuan yang terdiri dari tangkai dan lembaran
thallus yang berukuran kecil membentuk
setengah bulatan melengkung seperti ginjal, dan
pinggir daun bergerigi. Warna thallus bewarna
coklat muda ataupun coklat tua. Rumput laut ini
dapat tumbuh pada daerah rataan terumbu karang
(Gambar 7) (Sofyan, 2016).
Padina australis
Padina australis memiliki bentuk thallus
seperti kipas, membentuk lembaran tipis (lobus)
dengan garis-garis berambut radial dan
perkapuran dipermukaan daun. Daunnya bersifat
halus dan licin, panjangnya 6-7 cm. Holdfast
berbentuk cakram kecil serta menempel pada
rataan terumbu, lebih banyak terdapat pada zona
intertidal dan tumbuh pada substrat berbatu serta
membentuk zonasi (Gambar 8) (Abdullah et al.,
2020).
Gambar 7. Turbinaria conoides
Gambar 8. Padina australis
3. Alga Hijau (Chlorophyta)
Ulva reticulata
Thallus menyerupai lembaran (berupa lembaran
lebar maupun kecil), thalus yang berupa lembaran
keeil mernbentuk rurnpun rnenyerupai jaring
dengan berekspansi radial, tepi lernbaran
berombak, warna hijau eerah sarnpai bijau tua,
thalus berwama gelap pada bagian tertentu
(terutarna debt dengan bagian pangkal karena ada
sedikit penebalan). Morfologi ulva berbeda-beda
tergantung jenisnya. Umumnya perbedaan
tersebut terletak pada lembaran thalusnya.
Lembaran tersebut antara lain lebar membentuk
lernbaran besar, keeil membentuk jaring seperti
net maupun membentuk rambut-rambut (Gambar
9) (Guiry, 2015).
42
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.5, No.1, Juni 2020
e-ISSN: 2549-0486
Gambar 9. Ulva reticulate
B. Kualitas Perairan Londalima
Kualitas air merupakan indikator yang sangat
penting untuk mendukung kehidupan biota air.
Hasil pengukuran kualitas air pada setiap stasiun
di perairan Londalima dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Parameter Kualitas Perairan
No
Parameter
S1
S2
S3
1
DO (mg/L)
7.7
8.1
7.6
2
pH
7.8
8.7
8.9
3
Suhu (0C)
28.5
28.8
29.4
Ket: Stasiun 1; Daerah berpasir, Stasiun 2; Daerah berlamun, dan
Stasiun 3; daerah berkarang.
Berdasarkan Tabel 1 hasil penelitian
menunjukkan bahwa pH, Suhu, dan DO telah
sesuai dengan SNI dimana kisaran suhu 25- 30
oC. pH 6.8-8.2, DO >3.0 (SNI 7904:2013). Hal
yang sama juga dilaporkan oleh Marianingsih et
al., (2013) dengan kisaran pH sebesar 7.8-8.9,
suhu sekitar 24-36OCdan DO sebesar 7,8 mg/L.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian bahwa
makroalga yang ditemukan di perairan
Londalima Kabupaten Sumba Timur terdiri dari 3
kelas makroalga yang terdiri dari alga merah
sebanyak spesies (Gracilaria corticata,
Eucheuma spinosum), alga coklat sebanyak 6
spesies (Sargasssum muticum, Sargassum
vulgare, Sargassum crassifolium, Sargasum
fluintas, Turbinaria conoides, Padina australis),
dan alga hijau sebanyak 1 spesies (Ulva
reticulata).
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A.M., Akhtar, A., Rahman, M.F.,
Kamal, A.H.M., Karim, N.U & Hassan M.L.
(2020). Habitat structure and diversity
patterns of seaweeds in the coastal waters of
Saint Martin’s Island, Bay of Bengal,
Bangladesh. Regional Studies in Marine
Science, 33.100-959.
Ask, E.I., & R.V. Azanza. (2002). Advances in
cultivation technology of commercial
Eucheumatoid spesies: review with
suggestion for future research.aquaculture,
206, 257-211.
Clemence, B. (2008). Sargassum Muticum,
Wireweed. Fall.
http://depts.washington.edu/oldenlab/wordp
ress/wpcontent/uploads/2013/03/Sargassum
-Muticum_Clemence.pdf. Diakses tanggal
20 April 2020.
Dhargalkar & Devanand K. (2004). Seaweed: A
Field Manual. National Institute of
Oceanography, Dona Paula, Goa, 403 004.
Domettila, C., Brintha, T.S.S., Sukumaran, S., &
Jeeva, S. (2013). Diversity and distribution
of seaweeds in the Muttom coastal waters,
south-west coast of India. Biodiversity
Journal, 4(1), 105-110.
Erlania., Radiarta I.N. (2015). Distribusi Rumput
Laut Alam Berdasarkan Karakteristik Dasar
Perairan di Kawasan Rataan Terumbu
Labuhanhua, Nusa Tenggara Barat. Jurnal
Riset Akuakultur, 10(3): 449-457.
Fajarningsih, N. D., Yamin, D. F., Yunita, I.,
Fahriza, A., Praseptiangga, D., Sarnianto, P.,
& Chasanah, E. (2015). Penapisan senyawa
hemagglutinin dari makroalga asal Pantai
Binuangeun, Banten, Indonesia. JPB
Kelautan Dan Perikanan, 10(1), 19- 26.
Guiry, M.D., & Guiry, M. (2015). AlgaeBase.
World-wide electronic publication, National
University of Ireland, Galway (taxonomic
information republished from AlgaeBase
with permission of M.D. Guiry). Accessed
through: World Register of Marine Species
at http:" www.marinespecies.org/aphia. php
?p--t:axdetails&id= 144 296 on 20 l5.{)6.{}
1
Iyer, R., Clerck, O.D., Bolton, J.J & Coyne, V.E.
(2004). Morphological and taxonomic
43
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.5, No.1, Juni 2020
e-ISSN: 2549-0486
studies of Gracilaria and Gracilariopsis
spesies (Gracilariales, Rhodophyta) from
South Africa. South African Journal of
Botany, 70(4): 521-539.
Kadi, A. (2004). Potensi Rumput Laut di
beberapa Perairan Pantai Indonesia. Jurnal
Oseana, 29(4):25-36.
Marianingsih, P., Amelia, E., Suroto, T. (2013).
Inventarisasi dan Identifikasi Makroalga di
Perairan Untung Jawa. Prosiding Semirata
FMIPA. Universitas Lampung 219-223.
Mouritsen, O., G. (2013). Seaweeds: Edible,
Available, and Sustainable. Chicago: The
University of Chicago Press.
Nurmiyati. (2013). Keragaman, Distribusi dan
Nilai Penting Makro Alga Di Pantai
Sepanjang Gunung Kidul. Bioedukasi, 6(1):
12-21.
Parenrengi, A., Syah, R., & Suryati, E. (2010).
Budidaya Rumput Laut Penghasil
Keraginan. Balai Riset Perikanan Budidaya
Air Payau. Badan Penelitian dan
pengembangan Kelautan dan Perikanan.
Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Jakarta.
Sofyan, A. (2016). Distribusi, Kelimpahan dan
Pemanfaatan Makroalga Lokal di Sepanjang
Pantai Selatan Gunungkidul, Yogyakarta.
Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
Yogyakarta.
... The potential of macroalgae resources in Indonesia is about 6.42% of the world's total macroalgae biodiversity (Lalopua, 2018), including Ulva sp., which is easily found in Indonesian waters. The habitat distribution of Ulva sp. is in the coastal area intertidal zone (Rao et al., Handayani, 2016;Kepel et al., 2016;Tarigan et al., 2020). Ulva sp. ...
... Ulva sp. belongs to the green macroalgae group (Chlorophyta) because it contains a green pigment derived from chlorophyll (Tarigan et al., 2020). Fresh U. lactuca has the shape of a fresh green thallus (dark green to bright green), the thallus is a thin sheet, smooth, widened to light, the edges are wavy, and the base is thickened (Handayani, 2016;Kepel et al., 2016) with a length between 30-50 cm (can reach about at 100 cm) (da Costa et al., 2018), because it has a broad thallus also known as sea lettuce. ...
Article
Full-text available
Ulva sp. is green macroalgae that very potential for producing food with high nutrients content. This species is found on a coastline in intertidal zone of Indonesia’s waters. There have been several research to this species start from post-harvest handling, nutrition, probiotic, and its ulvaran, however the information of effect of temperature storage to Ulva lactuca freshness is still lack. This study was undergone to evaluate the freshness quality of Ulva lactuca by sensory changes in different temperatures short-term storage. In order to evaluate the effect of the different storage circumstances, the fresh U. lactuca was collected from its natural habitat (intertidal zone of Sepanjang Coast, Yogyakarta Indonesia). It was rinsed from debris and epiphyte, stored in transparent polyethylene bag, and were stored in 4 °C, 15-20 °C and room temperature for five days. Color, pH, ash, moisture, crude protein, chlorophyl, Total Plate Count, sensory analysis was undergone along the storage period. The sensory evaluation score of U. lactuca in 4 °C were more than 6, and better than other storages. The crude protein (U. lactuca stored in 4 °C) decreased significantly on day 4 by 5.53%, it was lower than others. The TPC of all samples varied from 147x103in 0 days of storage to 2,462.5x103 CFU/ml on the last day of storage. In summaries, sensory scores of U. lactuca are more constant and higher in 4 °C than in other storages, despite minor nutrient content deterioration.
... According to Ravikumar et al., (2016) Ulva reticulata is a type of algae containing compounds with antimicrobial properties. Green seaweed (Ulva reticulata) is commonly found in Banten, Maluku, South Sulawesi, and East Sumba (Huyyirnah, 2016;Tarigan, 2020). In previous studies, green seaweed extracted with methanol + H2O exhibited antibacterial activity, forming the largest inhibition zone of 22.67 mm, with no toxic effects observed on Artemia salina nauplii in toxicity tests (Mutalib & Khartiono, 2018). ...
Article
Green seaweed (Ulva reticulata) is found in many parts of Indonesia. The potential of green seaweed is not widely known to the public, even though it is considered a parasite on other types of seaweed. The purpose of this study was to determine the antibacterial compounds contained in green seaweed and their effectiveness against Vibrio parahaemolyticus bacteria. Green seaweed was extracted by maceration method and then qualitative and quantitative tests were carried out. After that, the minimum inhibitory concentration test was carried out and continued with the minimum bactericidal concentration test and the inhibition test with 5 treatments and 3 replications. The data from the qualitative and quantitative test of seaweed, the minimum inhibitory concentration and the minimum bactericidal were analyzed descriptively, while the data from the inhibition zone test was analyzed statistically by ANOVA. The results of qualitative and quantitative tests showed that green seaweed contained flavonoids (6.4909 mg/g), tannins (70.7500 mg/g) and saponins (443.7286 mg/g). The results of the minimum inhibitory concentration test showed that the concentration of 3.125% was the minimum concentration to inhibit bacterial growth. In the inhibition test, it can be seen that P4 (6%) is the best treatment. The results of statistical analysis show that the treatments given are significantly different, except that P4 (6%) and P5 (7,5%) are not significantly different. From this study it can be concluded that green seaweed extract is effective in inhibiting the growth of Vibrio parahaemolyticus bacteria.
... Glutamic acid and aspartic acid were the most prevalent amino acids, surpassing the other amino acids. The samples collected from T. ornata and U. reticulata, sourced from East Sumba, were suitable for use as condiments or seasonings Keywords: aspartate, condiment, glutamate, proximates, seaweed mengindikasikan bahwa rumput laut yang tersebar cukup melimpah dan didukung dengan kualitas perairan yang baik (Meiyasa & Tarigan, 2021;Meiyasa et al., 2020;Tarigan, 2020). Informasi terkait pemanfaatan rumput laut di Perairan Sumba sebagai kondimen atau bumbu penyedap perlu dikaji lebih lanjut terkait dengan komposisi kimia dan profil asam amino. ...
Article
Full-text available
Rumput laut merupakan sumber hayati yang memiliki potensi untuk dikembangkan dalam bidang pangan, salah satunya adalah bahan tambahan pangan. Komposisi kimia dan profil asam amino dari rumput laut perlu dikaji lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi kimia dan profil asam amino rumput laut yang berpotensi sebagai kondimen atau bumbu penyedap. Bahan baku meliputi Turbinaria ornata (alga cokelat) dan Ulva reticulata (alga hijau) diperoleh dari Perairan Moudolung, Sumba Timur. Sampel dikeringkan menggunakan sinar matahari selama 2-3 hari, ditepungkan dan dianalisis kadar air, abu, lemak, protein, serat kasar, dan karbohidrat (by difference) serta profil asam amino. Hasil penelitian menunjukkan kedua jenis tepung rumput laut memiliki kadar air 13,34-15,40%, abu 19,20-36,76%, lemak 2,28-5,83%, protein 5,08-5,57%, karbohidrat 42,54-54,00%, dan serat kasar 25,00-27,75%. Profil asam amino kedua jenis rumput laut terkonfirmasi ada 15 jenis di antaranya adalah asam amino esensial (fenilalanin, isoleusin, valin, arginin, lisin, leusin, treonin, dan histidin) dan non esensial (serin, asam glutamat, alanin, glisin, asam aspartat, tirosin, dan prolin). Asam glutamat dan asam aspartat merupakan asam amino dominan dibandingkan asam amino lainnya. Rumput laut T. ornata dan U. reticulata yang berasal dari Perairan Sumba Timur dapat dimanfaatkan sebagai kondimen atau bumbu penyedap.
... Sargassum polycystum belongs to the family Phaeophyceae, a type of brown marine algae widely distributed along the Sumbawa coast. It contains various bioactive substances: polyphenols, carotenoids, terpenoids, steroids, polysaccharides, alkaloids, glycosides and tannins (Sathya et al., 2013;Tarigan, 2020). Several studies reported that brown algae possessed many pharmacological activities, including anti-cholesterol, antibacterial, antitumor, antiviral and antioxidant (Husni et al., 2022;Polo and Chow, 2022;Saraswati et al., 2021). ...
Article
Full-text available
Pharmacological activities of seaweed, including its antioxidant effect, have been demonstrated and can protect macromolecules from xenobiotic-induced damage. Understanding the potency of seaweed as a hepatoprotection and its toxicity remains underexplored. The aims of this study were to investigate the antioxidant and hepatoprotective activity, as well as the toxicological potencies of S. polycystum ethyl acetate extract against carbon tetrachloride-induced liver damage in rats. Total phenolic content and total flavonoid contents were quantified using standard spectroscopy-based methods. The antioxidant activity was measured using 1,1-Diphenyl-2-picryl Hydrazil scavenging radical, while the composition of compounds was identified by LCMS/MS. After seven days of post-administrated rats with S. polycystum ethyl acetate extract, the serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) and serum glutamic pyruvate transaminase (SGPT) levels were tested. Total phenolic content, total flavonoid content and IC 50 of S. polycystum ethyl acetate extract were 1.28±0.04 of GAE/g, 13.32±0.48 QE/g and 744.726μg/mL, respectively. S. polycystum ethyl acetate extract 150mg/kg BW provides a hepatoprotective effect with a significant improvement in the levels of SGOT (134.845 U/l±9.645) and SGPT (60.238 U/l ± 9.645) (p<0.05). S. polycystum ethyl acetate extract potentially protected the damage induced by CCl 4 in the rat's liver at a certain concentration, while a higher extract concentration requires further examination.
... Makroalga memiliki struktur tubuh sangat sederhana yang disebut dengan thallus [6], [7]. ...
Article
Pantai Kelapa Panyuran memiliki sumber daya alam yang melimpah, salah satunya adalah makroalga. Makroalga merupakan sumber biologi kelautan yang berperan penting dalam ekosistem perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keanekaragaman makroalga di Pantai Kelapa, sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran tentang keanekaragaman makroalga di Pantai Kelapa. Metode yang digunakan adalah observasi, penelusuran sepanjang jalur pantai, dan dokumentasi. Data penelitian dianalisis untuk mengetahui keragaman, keseragaman dan dominasi menggunakan indeks keragaman Shannon-Wiener, Indeks Keseragaman, dan Indeks Dominansi Simpson. Hasil yang diperoleh sebanyak 12 spesies makroalga dari tiga divisi, yaitu divisi Rhodophyta 9 spesies, Phaeophyta 2 spesies, dan Chlorophyta 1 spesies. Sedangkan hasil analisis indeks keanekaragaman diperoleh 2.066 dalam kategori sedang, indeks keseragaman berdasarkan perhitungan diperoleh 0,687 termasuk kategori sedang, dan indeks dominasi 0,12304 diperoleh dalam kategori rendah. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman makroalga di Pantai Kelapa Panyuran berada pada kategori sedang.
... Pulau Sumbawa merupakan kawasan minapolitan untuk budi daya rumput laut yang merupakan komoditas laut bernilai ekonomis tinggi. Rumput laut atau makroalga, memiliki manfaat yang beragam, di antaranya dalam bidang pangan, farmasi, pupuk, tekstil, kertas, dan kosmetik (Ardiansyah et al., 2016;Tarigan, 2020). Namun, pemanfaatan makroalga untuk pengobatan penyakit masih minim dilakukan, meskipun telah banyak penelitian yang membuktikan khasiatnya seperti sebagai antibakteri, antifungi, antikolesterol, antitumor, antivirus, antiinflamasi dan antioksidan (Hadiyanto & Nur, 2012;Kohen & Nyska, 2002). ...
Article
Full-text available
Sumber daya alam yang populer di Pulau Sumbawa adalah makroalga. Chlorophyta, Phaeophyta dan Rhodophyta merupakan jenis makroalga yang telah dibudidayakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Namun, potensinya dalam hal pengobatan penyakit masih kurang tereksplorasi. Berdasarkan kandungan senyawa bioaktifnya, makroalga diyakini memiliki aktivitas antioksidan yang dapat menangkap radikal bebas sehingga berpotensi mencegah dan mengobati berbagai penyakit akibat radikal bebas yang berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas antioksidan makroalga Sumbawa dalam berbagai fraksi pelarut. Sampel dimaserasi dalam pelarut n-heksan, etil asetat, dan etanol. Aktivitas antioksidan diuji dengan metode 1,1-Diphenyl-2-picryl Hydrazil (DPPH) dan asam askorbat sebagai kontrol positif. Hasil persentase rendemen ekstrak dari berbagai fraksi pelarut cukup bervariasi berkisar antara 0,25% hingga 0,62%. Hasil pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan nilai IC50 (Inhibition Concentration) ekstrak makroalga tergolong sedang hingga lemah yang berada dalam rentang 108,1 ± 1,068 hingga 665,2 ± 0,479 µg/mL dan kontrol positif sebesar 6,156 ug/mL ±0,563g/mL. Hubungan aktivitas antioksidan dengan kandungan senyawa bioaktif dan efek farmakologinya dibahas dalam penelitian ini. Penelitian ini menyimpulkan bahwa fraksi etil asetat makroalga memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan fraksi n-heksan dan etanol. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui komposisi senyawa bioaktif dan mengidentifikasi efek farmakologinya pada tingkat molekuler.
Article
Full-text available
The diversity of macroalgae species in Indonesia's coastal ecosystems is important to understand and protect. Indonesia has a very long coastline and a variety of ecological conditions, from tropical to subtropical areas. This area provides a habitat that supports the growth of various macroalgae species. The method used is a qualitative research method analyzing the diversity of macroalgae species in Indonesian coastal ecosystems and the level of understanding of high school/MA level plant-like protists. Based on the research results, it can be concluded that the level of understanding of SMA/MA students about plant-like protists is still low. Students have difficulty distinguishing between protists and true plants
Article
Full-text available
Makroalga memiliki metabolit sekunder seperti flavonoid, alkaloid, fenol dan sebagainya, yang sudah banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan. Makroalga atau rumput laut banyak dikenal oleh masyarakat diperoleh dari perairan pantai Londalima yang berada di Kabupaten Sumba Timur, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis kandungan senyawa dengan menggunakan analisis uji fitokimia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji kualitatif dengan beberapa pereaksi seperti reagen mayer, dragendorf dan wagner untuk uji flavonoid, sedangkan pengujian saponin, tanin, alkaloid, fenolik, steroid atau terpenoid menggunakan metode liebermann burchard. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makroalga Gracilaria corticata teridentifikasi mengandung semua golongan senyawa yang diuji seperti flavonoid, saponin, tanin, alkaloid, fenolik dan steroid/terpenoid, hal berbeda ditunjukan Eucheuma spinosum tidak mengandung saponin, sedangkan Ulva reticulata, Sargassum muticula dan Padina australis mengandung flavonoid dan tanin. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makroalga yang ada secara alami dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan disesuaikan dengan kandungan senyawa yang ada.
Article
Full-text available
The association between macroalgae and seagrasses has many very important ecological functions, namely as a nurturing and foraging area for various types of marine organizations and to maintain the preservation and balance of marine diversity. Various types of fish that have important economic value use the habitat for shelter and foraging. The methods used in this study are is the descriptive method, the descriptive method is knowing the existence of independent variables or survive either on one or more variables. The data obtained is displayed in the form of tables or figures. Type description based on the results of sampling in the field found 11 types of macroalgae, namely Turbinaria ornate, Turbinaria conoides, Sargassum cristaefolium, Sargassum polycystum, Sargassum muticum, Padina australis, Dictyota pinnatifida, Halimeda macroloba, Bornetella oligospora, Eucheuma denticulatum, and Chondrus crispus. Of the 11 types of macroalgae there are 8 species of macroalgae that live in sand substrate, 6 species live in muddy sand substrate, 1 species live in mud substrate, 4 species live in sandy mud substrate, 9 species live in coral substrate or coral faults, and 6 species live in rock substrate.
Preprint
Full-text available
Nowadays, the main health problem and one of the significant problems in the world is increasing bacterial resistance to antimicrobial agents. Existing research results show that nanoparticle metals could be used to prevent the spread of resistant bacteria in the community. This study was conducted to determine the antibacterial activity of zinc oxide (ZnO) against gram-positive bacteria Staphylococcus aureus and gram-negative bacteria Klebsiella pneumonia and Vibrio parahaemolyticus . ZnO used to be the best ZnO produced from the biosynthesis of brown seaweed ( Sargassum sp. and Padina sp.) extracts with Zn(NO 3 ) 2 .4H 2 O as precursors at each optimum reaction pH of 10. The diffusion and dilution method used paper discs with three repetitions to conduct the antibacterial activity test. Observations were made by forming a clear zone and the ability to inhibit bacterial growth (MIC). The study's novelty is that ZnO biosynthesized from brown seaweed extract of Sargassum sp. and Padina sp. can inhibit bacterial activity. They can potentially be applied to additional material in fishery product packaging.
Article
Full-text available
Sebagai bagian dari penelitian penapisan lektin dari makroalga Indonesia, 17 esktrak protein makroalga yang dikoleksi dari Pantai Binuangeun, Banten telah diuji aktivitas hemagglutinasinya terhadap eritrosit kelinci dan eritrosit manusia golongan A, B, O, masing-masing dengan perlakuan enzim dan native. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan 2 jenis buffer, yaitu Phosphate Buffer Saline (PBS) dan Tris Buffer Saline (TBS) pH 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada beberapa sampel, ekstrak yang dihasilkan kedua buffer, menunjukkan aktivitas hemagglutinasi yang berbeda walaupun kadar total protein ekstrak makroalga yang diekstraksi dengan PBS dan TBS tidak berbeda. Sebagian besar ekstrak makroalga yang diuji mampu mengagglutinasi setidaknya satu jenis sel eritrosit yang digunakan. Secara umum, kelompok makroalga hijau memperlihatkan aktivitas hemagglutinasi yang lebih rendah dibandingkan kelompok makroalga merah dan coklat. Meskipun ekstrak Padina australis (makroalga coklat) memberikan hasil hemagglutinasi eritrosit kelinci negatif, namun ekstrak tersebut positif menghemagglutinasi eritrosit golongan darah B dan O. Di antara 8 makroalga hijau yang diuji, hanya dua sampel yang menunjukkan aktivitas hemagglutinasi, yaitu Chaetomorpha crassa dan Halimeda macroloba. Keempat ekstrak makroalga merah yang diuji menunjukkan aktivitas hemagglutinasi yang kuat terhadap eritrosit kelinci. Ekstrak makroalga merah Gracilaria lichenoides dan Gelidiella acerosa aktif terhadap semua jenis eritrosit uji. Sementara itu, hanya ekstrak Laurencia tronoi yang menunjukkan aktivitas hemagglutinasi terhadap eritrosit golongan darah A.
Article
Full-text available
Keberadaan rumput laut di alam sangat dipengaruhi oleh karakteristik substrat dasar perairan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi dan hubungan tutupan rumput laut alam dengan komponen substrat dasar perairan di sepanjang pantai Labuhanbua, Kabupaten Sumbawa. Pengumpulan data lapangan pada 46 titik pengamatan menggunakan transek kuadrat ukuran 1 m x 1 m yang ditempatkan sepanjang transek garis yang disebar tegak lurus terhadap garis pantai dengan jarak masing-masing sekitar 50 m. Parameter yang diamati adalah: persentase tutupan dasar perairan yang terdiri atas tutupan pasir, karang hidup, pecahan karang, lumpur, batu karang, lamun, dan rumput laut (total tutupan 100%). Pengambilan sampel substrat dasar perairan juga dilakukan pada beberapa titik pengamatan untuk analisa parameter P2O5, N total, C organik total, dan tekstur substrat 3-fraksi: pasir, liat, dan debu. Analisis data dilakukan secara spasial dan statistik (analisis klaster dan deskriptif). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa jenis Rhodophyta banyak ditemukan di kawasan dengan substrat dominan berlumpur; Chlorophyta pada substrat dengan asosiasi antara pasir, karang hidup, dan batu karang; sedangkan Phaeophyta lebih banyak ditemukan pada substrat dasar yang didominasi oleh pecahan karang. Secara keseluruhan, jenis-jenis dari kelompok Phaeophyta memiliki tutupan yang relatif jauh lebih tinggi dibandingkan Chlorophyta dan Rhodophyta. Strategi pengelolaan sumberdaya rumput laut alam dan pengembangan budidayanya dapat diimplementasikan melalui beberapa langkah penting, yaitu pengaturan pemanenan rumput laut alam, identifikasi jenis prospektif dan potensinya, pengembangan teknologi budidaya adaptif dan spesifik, serta studi kesesuaian lahan untuk pengembangan budidaya rumput laut potensial.
Article
An “advance” is defined as any technology that leads to an increase in production of Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty, K. striatum Schmitz and Eucheuma denticulatum (Burman) Collins et Harvey (commercial eucheumatoid species) per unit time, effort, area and cost in more than one cultivation area. The present review has shown that no true advances have taken place in commercial eucheumatoid farming in over a decade. These species have remained the primary source of carrageenan through expansion of cultivation area and increase in the number of farmers since farmer productivity has not increased through time. Priority should be given to researches that could replace “tie–tie system” currently being used in the vegetative propagation of the crops and the possible use of spores/sporelings in cultivation as in other economic seaweeds. Multifactorial experiments considering nutrients, salinity and light especially, need to be done to meet seasonality problems in growth/production of the crops. Understanding and developing the capability to mitigate or eliminate pests, herbivores and diseases need to be addressed more closely. Strains should be developed through a continuous selection of wild varieties, breeding programs and genetic manipulation or transgenic production/development. Increasing the quality of extract through superior post-harvest handling and strain improvement should be achieved. Practical and effective quarantine procedures should be explored, publicized and utilized for introduction of crops to new areas.
Accessed through: World Register of Marine Species at http:" www.marinespecies.org/aphia
  • M D Guiry
  • M Guiry
Guiry, M.D., & Guiry, M. (2015). AlgaeBase. World-wide electronic publication, National University of Ireland, Galway (taxonomic information republished from AlgaeBase with permission of M.D. Guiry). Accessed through: World Register of Marine Species at http:" www.marinespecies.org/aphia. php ?p--t:axdetails&id= 144 296 on 20 l5.{)6.{} 1
Morphological and taxonomic BIOSFER
  • R Iyer
  • O D Clerck
  • J Bolton
  • V E Coyne
Iyer, R., Clerck, O.D., Bolton, J.J & Coyne, V.E. (2004). Morphological and taxonomic BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.5, No.1, Juni 2020 e-ISSN: 2549-0486
Potensi Rumput Laut di beberapa Perairan Pantai Indonesia
  • A Kadi
Kadi, A. (2004). Potensi Rumput Laut di beberapa Perairan Pantai Indonesia. Jurnal Oseana, 29(4):25-36.
Inventarisasi dan Identifikasi Makroalga di Perairan Untung Jawa
  • P Marianingsih
  • E Amelia
  • T Suroto
Marianingsih, P., Amelia, E., Suroto, T. (2013). Inventarisasi dan Identifikasi Makroalga di Perairan Untung Jawa. Prosiding Semirata FMIPA. Universitas Lampung 219-223.
Budidaya Rumput Laut Penghasil Keraginan. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Badan Penelitian dan pengembangan Kelautan dan Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan
  • A Parenrengi
  • R Syah
  • E Suryati
Parenrengi, A., Syah, R., & Suryati, E. (2010). Budidaya Rumput Laut Penghasil Keraginan. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Badan Penelitian dan pengembangan Kelautan dan Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.