Content uploaded by Firat Meiyasa
Author content
All content in this area was uploaded by Firat Meiyasa on Aug 13, 2020
Content may be subject to copyright.
37
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.5, No.1, Juni 2020
e-ISSN: 2549-0486
I. PENDAHULUAN
Makroalga merupakan salah satu jenis
tumbuhan yang berukuran besar dan memiliki
struktur tubuh seperti talus. Makroalga termasuk
kedalam kingdom Protista yang mirip dengan
salah satu tumbuhan yang memiliki karakter
warna dan pigmen berbeda (Mouriten, 2013).
Makroalga hidup dengan cara menempel
diberbagai substrat seperti batu, batu berpasir,
Eksplorasi Keanekaragaman Makroalga di Perairan Londalima
Kabupaten Sumba Timur
Nurbety Tarigan1*, Suryaningsih Ndahawali2, Firat Meiyasa3,
Yatris Rambu Tega4, Krisman Umbu Henggu5
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Kristen Wira Wacana Sumba, Jl. R. Suprapto No. 35, Waingapu 87113 Indonesia
e-mail: nurtarigan74@gmail.com
Abstrak
Makroalga merupakan salah satu komponen utama penyusun ekosistem pesisir yang berperan dalam menjaga
keseimbangan ekosistem laut. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi dasar tentang jenis-jenis
makroalga yang ditemukan di Perairan Londalima Sumba Timur. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga
Juni 2019. Metode yang digunakan adalah metode penelitian survei. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 stasiun
yakni: 1. Stasiun berpasir, 2. Stasiun lamun, dan 3. Stasiun berbatu. Selanjutnya sampel yang sudah didapatkan
kemudian diidentifikasi di Laboratorium Terpadu Unkriswina. Selanjutnya, makroalga didentifikasi menggunakan
buku identifikasi makroalga. Selain itu, juga dilakukan pengukuran kualitas air seperti suhu, oksigen terlarut (DO),
dan derajat keasaman (pH) pada setiap stasiun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makroalga yang ditemukan
berjumlah 9 spesies diantaranya Gracilaria corticata, Eucheuma spinosum, Sargasssum muticum, Sargassum
vulgare, Sargassum crassifolium, Sargasum fluintas, Turbinaria conoides, Padina australis dan Ulva reticulata.
Hasil pengukuran kualitas air di perairan londalima masih tergolong cukup baik dengan suhu berkisar antara 28-
29oC, DO sebesar 7,6-8,1 mg/L, dan pH sebesar 8-9.
Kata Kunci— Ekplorasi, Londalima, Makroalga, Sumba Timur.
Abstract
Macroalgae is one of the main components making up coastal ecosystems that act maintain the marine ecosystem.
This study aims to provide basic information about the types of macroalgae found in the waters of Londalima East
Sumba. This research was conducted in April to June 2019. The method used was a survey research. Sampling was
carried out at 3 stations namely: 1. Sandy station; 2. Seagrass station, and 3. Rocky station. Furthermore the samples
that have been obtained are then identified at Terpadu Laboratory of Unkriswina. In addition, Macroalgae
identification is done by using a macroalgae identification book. In addition, water quality measurements such as
temperature, dissolved oxygen (DO), and acidity (pH) were measured at each station. The results showed that the
macroalgae found were 9 species including Gracilaria corticata, Eucheuma spinosum, Sargasssum muticum,
Sargassum vulgare, Sargassum crassifolium, flu Sargasum, Turbinaria conoides, Padina australis and Ulva
reticulata. The results of water quality measurements in londalima waters are too good with temperatures ranging
from 28-29oC, DO was 7.6-8.1 mg/L, and pH was 8-9.
Keywords: East Sumba, Exploration, Macroalgae, Londalima.
38
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.5, No.1, Juni 2020
e-ISSN: 2549-0486
kayu, cangkang moluska, dan tumbuhan epifit
lainnya sebagai tempat untuk hidup epifit pada
tumbuhan lain. Hal yang sama juga dilaporkan
oleh Erlania & Radiarta (2015) bahwa makroalga
dapat hidup karena menempel pada sebuah
substrat. Menempelnya makroalga pada substrat
bertujuan agar makroalga tidak hanyut terbawa
oleh arus laut, gelombang, maupun pasang surut.
Selanjutnya, makroalga juga mampu menempel
pada bagian karang yang sudah mengalami
pelapukan (Dhargalkar & Devanand 2004).
Secara umum, makroalga terdiri dari 3 kelas
yakni alga hijau (Chlorophyta), alga merah
(Rhodophyta), alga coklat (Phaeophyta). Alga
hijau memiliki pigmen berwarna hijau. Pigmen
tersebut berasal dari klorofil yang terkandung di
dalam alga. Alga merah merupakan alga yang
memiliki pigmen berwarna merah, hal ini
disebabkan karena adanya cadangan pigmen
fikorietrin yang terkandung di dalam alga. Selain
itu, alga merah juga menggandung beberaoa
pigmen seperti klorofil, karotenoid dan
fikosianin. Sementara itu, alga coklat merupakan
alga yang memiliki ukuran yang paling besar bila
dibandingkan dengan alga hijau dan alga merah.
alga coklat memiliki pigmen berwarna cokelat.
Pigmen tersebut berasal dari senyawa fikosantin
yang lebih banyak terkandung di dalam alga
(Marianingsih et al., 2013).
Makroalga merupakan salah satu penyusun
ekosistem pantai dan sebagai produsen dalam
rantai makanan sebagai komponen penyusun
ekosistem pesisir, selanjutnya makroalga juga
mampu menjaga keseimbangan di dalam
ekosistem laut (Littay, 2014; Domettila et al.,
2013). Marianingsih et al., (2013) juga
melaporkan bahwa makroalga bermanfaat secara
ekologi maupun ekonomis. Secara ekologi,
makroalga berperan sebagai habitat, dan sumber
makanan untuk beberapa biota laut serta berperan
sebagai indikator pencemaran di perairan pantai.
Selanjutnya, secara ekonomis makroalga telah
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat maupun
industri pangan maupun non pangan (Parenrengi
et al., 2010)
Berdasarkan hal diatas, maka perlu dilakukan
studi tentang keanekaragaman jenis makroalga
yang ditemukan di perairan pantai di Indonesia,
salah satunya di Perairan Londalima.
Perairan Londalima merupakan salah satu
pantai yang berada di kabupaten Sumba Timur,
Provinsi Nusa Tenggara Timur. di Perairan
Londalima banyak ditemukan berbagai macam
jenis rumput laut secara alami (Kadi, 2004). Hal
ini disebabkan karena kondisi ekologi perairan
Perairan Londalima yang memiliki pasang surut
tertinggi dan terendah yang sangat cocok untuk
pertumbuhan rumput laut (Domettila et al.,
2013). Namun, informasi tentang jenis-jenis
makroalga yang ditemukan di pantai Londalima
belum dilaporkan sampai saat ini. Berdasarkan
hal tersebut maka masih perlu dilakukan
penelitian tentang keanekaragaman jenis
makroalga yang ditemukan dari perairan
Londalima Kabupaten Sumba Timur, NTT.
II. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan
Maret 2019 sampai dengan Juli 2019. Lokasi
penelitian adalah Pantai Londalima Kabupaten
Sumba Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur dan
Analisis makroalga dilakukan di Laboratorium
Terpadu Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Kristen Wira Wacana Sumba.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah
kantong plastik, alat tulis, kamera digital, pisau,
thermometer, lembar observasi dan buku
panduan makroalga, DO meter, dan pH meter,
larutan formalin 5% dan larutan alkohol 70%.
C. Prosedur Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian survei. Pengambilan sampel dilakukan
pada tiga titik yaitu 1. Daerah berpasir, 2. Daerah
berlamun, 3. Daerah berbatu dengan cara survei
jelajah dengan luas area pengambilan sampel 50
39
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.5, No.1, Juni 2020
e-ISSN: 2549-0486
x 50 m. Sampel tersebut kemudian dicuci bersih,
ditaruh dalam plastik bening di simpan dalam
coolbox selanjutnya dibawa ke laboratorium
untuk dilakukan identifikasi.Makroalga yang
sudah ditemukan selanjutnya dilakukan
diidentifikasi dengan menggunakan buku
identifikasi makroalgae menurut Cordero (1980).
Sementara untuk pengujian kualitas air (suhu, DO
dan pH) dilakukan menggunakan DO meter dan
pH meter.
D. Analisis Data
Data yang diperoleh selama penelitian
dianalisis secara deskriptif berdasarkan
karakteristik morfologi makroalga.
III. HASIL DAN PMBAHASAN
A. Klasifikasi jenis makroalga
Rumput laut dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok besar berdasarkan pigmentasi. Ahli
botani menyebut masing-masing kelompok besar
ini sebagai Rhodophyceaea, Phaeophyceae, dan
Chlorophyceaea. Hasil penelitian yang dilakukan
di Perairan Londalima Kabupaten Sumba Timur
NTT ditemukan 3 kelompok besar makroalga
yang dapat dilihat pada Tabel 1.
1. Alga Merah (Rhydophyta)
Gracilaria corticata
Warna thallus kemerahan agak merah-
kekuningan, sering ditemukan bintik-bintik
dengan beranekaragam pada thallus serta pada
bagian ujung (apeks) berbentuk runcing dan
melekat pada batu karang dengan cakram yang
terdapat pada dasar thallus. Bentuk thallusnya
tegak, panjangnya mencapai 15 cm, lebar hingga
5 cm, bercabang banyak pada bagian atas (ujung)
tanaman sehingga menjadi lebat sedangkan pada
pangkal tidak terlalu lebat (Gambar 1) (Iyer et al.,
2004).
Gambar 1. Gracilaria corticata
Tabel 1. Klasifikasi makroalga yang ditemukan di Perairan Londalima
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Rhydophyta
Florideophyceae
Gracilariales
Gracilariaceae
Gracilaria
Gracilaria
corticata
Rhodophyta
Rhodophyceae
Gigartinales
Solieriaceae
Eucheuma
Eucheuma
spinosum
Phaeophyta
Phaeophyceae
Fucales
Sargassaceae
Sargassum
Sargasssum
muticum
Phaeophyta
Phaeophyceae
Fucales
Sargassaceae
Sargassum
Sargassum
vulgare
Phaeophyta
Phaeophyceae
Fucales
Sargassceae
Sargassum
Sargassum
crassifolium
Phaeophyta
Phaeophyceae
Fucales
Sargassceae
Sargassum
Sargasum
fluintas
Phaeophyta
Phaeophyceae
Fucales
Phaeophyceae
Turbinaria
Turbinaria
conoides
Phaeophyta
Phaeophyceae
Dictyotales
Dictyotaceae
Padina
Padina
australis
Chlorophyta
Chlorophyceae
Ulvales
Ulvaceae
Enteromorpha
Ulva
reticulata
40
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.5, No.1, Juni 2020
e-ISSN: 2549-0486
Euchema spinosum
Bentuk thallus silindris, berduri-duri, duri
teratur berderet melingkari thallus dengan
interval bervariasi sehingga terbentuk ruas-ruas
thallus diantara lingkaran duri. Permukaan thallus
licin, sifat substansinya cartilagineous. Warna
thallus berwarna coklat tua, hijau coklat, hijau
kuning, atau merah ungu. Percabangan
berlawanan atau berselang-seling dan timbul
teratur pada deretan duri diantara ruas dan
merupakan perpanjangan dari duri tersebut
Euchema spinosum ini dapat tumbuh melekat
pada bagian karang mati (Gambar 2) (Ask &
Azanza, 2002).
Gambar 2. Euchema spinosum
2. Alga Coklat (Phaeophyta)
Sargassum muticum
Sargassum muticum memiliki daun dengan
panjang 1 meter, memiliki batang yang bersifat
lurus dengan bentuk cabang yang oval dan pipih.
Batang pada Sargassum muticum juga memiliki
kantung-kantung yang bersifat bulat dan pada
bagian ujung batang terdapat daun-daun yang
bersifat memanjang (Clemence, 2008).
Sargassum muticum dapat tumbuh pada substrat
berbatu dan sedikit berpasir (Gambar 3).
Gambar 3. Sargassum muticum
Sargassum vulgare
Thallus yang berwarna coklat, berbentuk
silindris, seperti tulang rawan, lebat, cabang
silinder, dan padat. Thallus ditutupi duri anak
cabang samping yang diatur oleh cabang utama.
Sargassum vulgare thallusnya seperti lembaran
rambut yang dapat tumbuh tinggi yang mencapai
150-700 cm. Memiliki percabangan pinnate
alternate yaitu berselang-seling secara teratur
(Gambar 4) (Nurmiyanti, 2013).
Gambar 4. Sargassum vulgare
Sargassum crassifolium
Sargassum crassifolium memiliki formasi
yang tidak beraturan pada bagian thallus dan
memiliki gelembung udara yang berbentuk bulat
pada bagian percabangan. Bentuk daun melebar,
oval dan bergerigi dengan permukaan daun yang
licin. Ukuran daun sekitar 40 mm dan lebar daun
10 mm. Rumput laut ini dapat hidup pada substrat
berbatu karang dengan suhu 27-30 0C, salinitas
32-33 ppt dan kedalaman 0,5-10 m (Gambar 5)
(Fajarningsih et al., 2015).
Gambar 5. Sargassum crassifolium
41
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.5, No.1, Juni 2020
e-ISSN: 2549-0486
Sargassum fluinitas
Sargassum fluintas memiliki thallus yang
berbentuk bulat pada bagian batang dan
berbentuk gepeng pada bagian percabangan
thallus, serta permukaan thallus licin. Memiliki
daun yang berbentuk bulat agak melonjong dan
berwarna coklat pada bagian percabangan thallus.
Rumput laut ini habitatnya tumbuh pada substrat
berkarang (Gambar 6) (Fajarningsih et al., 2015).
Gambar 6. Sargassum fluinitas
Turbinaria conoides
Rumput laut ini memiliki bentuk batang
silindris, tegak, kasar, dan memiliki bekas-bekas
percabangan yang sering disebut holfast. Holfast
berupa cakram kecil yang terdapat pada
perakaran radial. Percabangan berputar pada
sekeliling batang utama. Thallus daun memiliki
kesatuan yang terdiri dari tangkai dan lembaran
thallus yang berukuran kecil membentuk
setengah bulatan melengkung seperti ginjal, dan
pinggir daun bergerigi. Warna thallus bewarna
coklat muda ataupun coklat tua. Rumput laut ini
dapat tumbuh pada daerah rataan terumbu karang
(Gambar 7) (Sofyan, 2016).
Padina australis
Padina australis memiliki bentuk thallus
seperti kipas, membentuk lembaran tipis (lobus)
dengan garis-garis berambut radial dan
perkapuran dipermukaan daun. Daunnya bersifat
halus dan licin, panjangnya 6-7 cm. Holdfast
berbentuk cakram kecil serta menempel pada
rataan terumbu, lebih banyak terdapat pada zona
intertidal dan tumbuh pada substrat berbatu serta
membentuk zonasi (Gambar 8) (Abdullah et al.,
2020).
Gambar 7. Turbinaria conoides
Gambar 8. Padina australis
3. Alga Hijau (Chlorophyta)
Ulva reticulata
Thallus menyerupai lembaran (berupa lembaran
lebar maupun kecil), thalus yang berupa lembaran
keeil mernbentuk rurnpun rnenyerupai jaring
dengan berekspansi radial, tepi lernbaran
berombak, warna hijau eerah sarnpai bijau tua,
thalus berwama gelap pada bagian tertentu
(terutarna debt dengan bagian pangkal karena ada
sedikit penebalan). Morfologi ulva berbeda-beda
tergantung jenisnya. Umumnya perbedaan
tersebut terletak pada lembaran thalusnya.
Lembaran tersebut antara lain lebar membentuk
lernbaran besar, keeil membentuk jaring seperti
net maupun membentuk rambut-rambut (Gambar
9) (Guiry, 2015).
42
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.5, No.1, Juni 2020
e-ISSN: 2549-0486
Gambar 9. Ulva reticulate
B. Kualitas Perairan Londalima
Kualitas air merupakan indikator yang sangat
penting untuk mendukung kehidupan biota air.
Hasil pengukuran kualitas air pada setiap stasiun
di perairan Londalima dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Parameter Kualitas Perairan
No
Parameter
S1
S2
S3
1
DO (mg/L)
7.7
8.1
7.6
2
pH
7.8
8.7
8.9
3
Suhu (0C)
28.5
28.8
29.4
Ket: Stasiun 1; Daerah berpasir, Stasiun 2; Daerah berlamun, dan
Stasiun 3; daerah berkarang.
Berdasarkan Tabel 1 hasil penelitian
menunjukkan bahwa pH, Suhu, dan DO telah
sesuai dengan SNI dimana kisaran suhu 25- 30
oC. pH 6.8-8.2, DO >3.0 (SNI 7904:2013). Hal
yang sama juga dilaporkan oleh Marianingsih et
al., (2013) dengan kisaran pH sebesar 7.8-8.9,
suhu sekitar 24-36OCdan DO sebesar 7,8 mg/L.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian bahwa
makroalga yang ditemukan di perairan
Londalima Kabupaten Sumba Timur terdiri dari 3
kelas makroalga yang terdiri dari alga merah
sebanyak spesies (Gracilaria corticata,
Eucheuma spinosum), alga coklat sebanyak 6
spesies (Sargasssum muticum, Sargassum
vulgare, Sargassum crassifolium, Sargasum
fluintas, Turbinaria conoides, Padina australis),
dan alga hijau sebanyak 1 spesies (Ulva
reticulata).
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A.M., Akhtar, A., Rahman, M.F.,
Kamal, A.H.M., Karim, N.U & Hassan M.L.
(2020). Habitat structure and diversity
patterns of seaweeds in the coastal waters of
Saint Martin’s Island, Bay of Bengal,
Bangladesh. Regional Studies in Marine
Science, 33.100-959.
Ask, E.I., & R.V. Azanza. (2002). Advances in
cultivation technology of commercial
Eucheumatoid spesies: review with
suggestion for future research.aquaculture,
206, 257-211.
Clemence, B. (2008). Sargassum Muticum,
Wireweed. Fall.
http://depts.washington.edu/oldenlab/wordp
ress/wpcontent/uploads/2013/03/Sargassum
-Muticum_Clemence.pdf. Diakses tanggal
20 April 2020.
Dhargalkar & Devanand K. (2004). Seaweed: A
Field Manual. National Institute of
Oceanography, Dona Paula, Goa, 403 004.
Domettila, C., Brintha, T.S.S., Sukumaran, S., &
Jeeva, S. (2013). Diversity and distribution
of seaweeds in the Muttom coastal waters,
south-west coast of India. Biodiversity
Journal, 4(1), 105-110.
Erlania., Radiarta I.N. (2015). Distribusi Rumput
Laut Alam Berdasarkan Karakteristik Dasar
Perairan di Kawasan Rataan Terumbu
Labuhanhua, Nusa Tenggara Barat. Jurnal
Riset Akuakultur, 10(3): 449-457.
Fajarningsih, N. D., Yamin, D. F., Yunita, I.,
Fahriza, A., Praseptiangga, D., Sarnianto, P.,
& Chasanah, E. (2015). Penapisan senyawa
hemagglutinin dari makroalga asal Pantai
Binuangeun, Banten, Indonesia. JPB
Kelautan Dan Perikanan, 10(1), 19- 26.
Guiry, M.D., & Guiry, M. (2015). AlgaeBase.
World-wide electronic publication, National
University of Ireland, Galway (taxonomic
information republished from AlgaeBase
with permission of M.D. Guiry). Accessed
through: World Register of Marine Species
at http:" www.marinespecies.org/aphia. php
?p--t:axdetails&id= 144 296 on 20 l5.{)6.{}
1
Iyer, R., Clerck, O.D., Bolton, J.J & Coyne, V.E.
(2004). Morphological and taxonomic
43
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.5, No.1, Juni 2020
e-ISSN: 2549-0486
studies of Gracilaria and Gracilariopsis
spesies (Gracilariales, Rhodophyta) from
South Africa. South African Journal of
Botany, 70(4): 521-539.
Kadi, A. (2004). Potensi Rumput Laut di
beberapa Perairan Pantai Indonesia. Jurnal
Oseana, 29(4):25-36.
Marianingsih, P., Amelia, E., Suroto, T. (2013).
Inventarisasi dan Identifikasi Makroalga di
Perairan Untung Jawa. Prosiding Semirata
FMIPA. Universitas Lampung 219-223.
Mouritsen, O., G. (2013). Seaweeds: Edible,
Available, and Sustainable. Chicago: The
University of Chicago Press.
Nurmiyati. (2013). Keragaman, Distribusi dan
Nilai Penting Makro Alga Di Pantai
Sepanjang Gunung Kidul. Bioedukasi, 6(1):
12-21.
Parenrengi, A., Syah, R., & Suryati, E. (2010).
Budidaya Rumput Laut Penghasil
Keraginan. Balai Riset Perikanan Budidaya
Air Payau. Badan Penelitian dan
pengembangan Kelautan dan Perikanan.
Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Jakarta.
Sofyan, A. (2016). Distribusi, Kelimpahan dan
Pemanfaatan Makroalga Lokal di Sepanjang
Pantai Selatan Gunungkidul, Yogyakarta.
Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
Yogyakarta.