ArticlePDF Available

HAMBATAN GURU IPA SMP DI DAERAH PESISIR SUMENEP UNTUK MENGEMBANGKAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Authors:

Abstract

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi kondisi dan permasalahanpembelajaran IPA SMP di daerah pesisir Sumenep ditinjau dari karakter kontekstulitaspembelajaran. Eksplorasi dilakukan menggunakan metode observasi, wawancara dandiskusi kelompok terfokus, kemudian dianalisis dengan teknik content analysis. Hasiltemuan yang didapatkan adalah adanya empat permasalahan mendasar bagi guru untukmengembangkan pembelajaran kontekstual yaitu: pembelajaran yang berorientasi bukuteks, pandangan guru bahwa melaksanakan pembelajaran kontekstual adalah sulit,rendahnya pengembangan pengajaran karena kompetensi dasar yang bervariasi dankesulitasn guru untuk mendalami kultur siswa.
1
HAMBATAN GURU IPA SMP DI DAERAH PESISIR SUMENEP UNTUK
MENGEMBANGKAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL 1
Oleh:
Habibi, Anik Anekawati, Henny Dianawati
Prodi Pendidikan IPA FKIP Universitas Wiraraja Sumenep
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi kondisi dan permasalahan
pembelajaran IPA SMP di daerah pesisir Sumenep ditinjau dari karakter kontekstulitas
pembelajaran. Eksplorasi dilakukan menggunakan metode observasi, wawancara dan
diskusi kelompok terfokus, kemudian dianalisis dengan teknik content analysis. Hasil
temuan yang didapatkan adalah adanya empat permasalahan mendasar bagi guru untuk
mengembangkan pembelajaran kontekstual yaitu: pembelajaran yang berorientasi buku
teks, pandangan guru bahwa melaksanakan pembelajaran kontekstual adalah sulit,
rendahnya pengembangan pengajaran karena kompetensi dasar yang bervariasi dan
kesulitasn guru untuk mendalami kultur siswa.
Kata-kata kunci: Pembelajaran IPA, Kultur Masyarakat Pesisir
I. PENGANTAR
Selaras dengan prinsip
pembelajaran IPA dalam kurikulum
tingkat satuan pendidikan yaitu karakter
kontekstual, Brofenbrenner (dalam
Santrock, 2011) mengungkapkan bahwa
dalam proses belajar anak-anak harus
dipandang sebagai sosok yang terlibat
dalam berbagai sistem lingkungan dan
dipengaruhi oleh sistem-sistem itu.
Lingkungan itu antara lain sekolah, guru,
orang tua, saudara, tetangga, teman,
agama, media dan kultur yang lebih luas.
Oleh karena itu seorang guru harus benar-
benar menyadari arti penting lingkungan
dan kultur yang melingkupi kehidupan
siswa-siswanya dalam membentuk
karakter mereka.
Sumenep dikelilingi oleh pulau-
pulau kecil yang jumlahnya 126 pulau,
dengan rincian 48 pulau merupakan pulau
yang berpenghuni dan 78 pulau
merupakan pulau tidak berpenghuni
(badan Pusat Statistik Kabupaten
Sumenep, 2010). Kondisi alam di
Kabupaten Sumenep dengan garis pantai
yang panjang menjadikan budaya
Sumenep banyak didominasi oleh kultur -
pesisir, dimana kekayaan laut menjadi
poros utama dari budaya tersebut.
Pembelajaran IPA di Sumenep
masih cenderung berorientasi pada buku-
buku teks. Akibat yang dimunculkan dari
kondisi tersebut berdasarkan penelitian
yang dilakukan terhadap beberapa
sekolah SMP (Habibi, dkk; 2010) adalah
hasil belajar anak yang masih rendah.
Meskipun minat awal anak terhadap IPA
rata-rata adalah baik, namun tidak
berlanjut pada proses belajar yang
menghasilkan pemahaman. Dalam studi
lebih lanjut, Habibi & Dyah (2011)
menemukan bahwa dalam kesehariannya
anak-anak jarang sekali mempelajari
kembali materi yang didapatkannya di
sekolah. Tugas IPA yang kadang
diberikan oleh guru umumnya bersifat
teori yang langsung dapat diselesaikan
dengan membaca buku, tidak menyentuh
kondisi lingkungan sekitar siswa (dalam
penelitian ini adalah kultur pesisir).
II. TUJUAN
Penelitian ini memiliki tujuan
untuk mengeksplorasi kondisi dan
Penelitian ini dibiayai melalui Hibah Bersaing DIKTI, tahun anggaran 2012
2
permasalahan pembelajaran IPA SMP di
daerah pesisir Sumenep dalam
mengembangkan pembelajaran yang
bersifat kontekstual.
III. METODE PENELITIAN
Teknik pengembilan data pada
penelitian ini adalah observasi
nonpartisipasi, wawancara mendalam dan
diskusi kelompok terfokus. Analisis data
dilakukan pada tahap eksplorasi kondisi
pembelajaran IPA di tiga sekolah daerah
pesisir. Teknik analisis yang dipakai
adalah analisis konten menurut Neuman
(2007) yang terdiri atas tiga langkah
utama yaitu: Open coding, axial coding
dan selective coding.
1. Open Coding
Tahapan yang pertama ini berisi
proses katagorisasi data-data. Dua
cara dapat digunakan dalam tahap ini
yaitu aplikasi katagori secara deduktif
atau pengembangan katagori secara
induktif. Kedua cara tersebut juga
dapat digunakan secara bersamaan
untuk menghasilkan katagorisasi yang
lebih lengkap. Dalam penelitian ini
kedua cara tersebut digunakan secara
bersamaan untuk menghasilkan
katagorisasi berdasarkan teori
analisis pengembangan kurikulum
(deduktif) dan katagorisasi yang
muncul dalam diskusi di luar teori
pengembangan kurikulum yang diacu.
2. Axial Coding
Tahap kedua setelah proses
katagorisasi data selesai, tugas
peneliti adalah mempelajari hasil
katagorisasi data untuk kemudian
mengorganisasikan data tersebut
berdasarkan tema-tema kunci yang
muncul. Kemunculan tema-tema kunci
ini dapat diperoleh melalui
pertanyaan-pertanyaan baru yang
muncul ketika peneliti membaca
kembali hasil organisasi data pada
tahapan pertama, untuk kemudian
mencoba mendapatkan jawaban
tersebut melalui hubungan antar data
pada katagori yang berbeda. Dalam
axial coding ini juga ditentukan
tingkatan-tingkatan data berdasarkan
nilai pentingnya bagi tujuan
penelitian.
3. Selective Coding
Seluruh katagori dan tema-tema
kunci yang telah didapatkan dalam
tahapan-tahapan sebelumnya
diorganisasikan kembali pada
tahapan terakhir ini untuk
menghasilkan suatu generalisasi
dengan penggabungan lebih dari satu
katagori (sintesis). Tahap ini akan
menyatukan konsepsi yang
sebelumnya terpecah-pecah.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini didapatkan
beberapa permasalahan dasar yang
menghambat para guru untuk
melaksanakan pembelajaran yang benar-
benar memperhatikan kultur siswa.
Keempat permasalahan adalah sebagai
berikut:
1. Pembelajaran Berpusat pada Guru,
Buku Teks dan UNAS
Eksplorasi mengenai kondisi
pembelajaran IPA di SMP pesisir
Sumenep memberikan temuan mengenai
kondisi pembelajaran yang masih
didominasi oleh guru dan buku teks.
Beberapa karakter pembelajaran yang
menunjukkan hal ini antara lain adalah
apersepsi yang selalu berupa pertanyaan
materi sebelumnya, pembelajaran yang
umumnya berdasar buku teks, tanya jawab
semu serta kerja kelompok yang masih
kurang mengarahkan kerja mandiri.
Upaya guru untuk
mengembangkan pembelajaran masih
sangat terbatas, terutama jika pada buku
teks terdapat kekurangan materi yang
biasa terdapat pada soal-soal UNAS.
Materi-materi yang dikembangkan itu
umumnya tidak terkait dengan kondisi
kultural sehari-hari siswa.
3
2. Pandangan Guru bahwa
Pembelajaran Berbasis Kultur Sulit
Dilakukan
Motivasi guru yang rendah untuk
mengembangkan pembelajaran yang
bersifat kontekstual salah satunya
disebabkan oleh pandangan bahwa hal
tersebut adalah pekerjaan yang sulit
dilakukan. Pernyataan para guru
mengenai keterbatasan sarana dan
prasarana sekolah serta minimnya literatur
yang dapat diakses membuat berbagai hal
untuk membuat pembelajaran bersifat
kontekstual dan siswa aktif menjadi sulit.
Faktor yang mempengaruhi
motivasi dan pandangan guru ini
sebenarnya masih pada permasalahan
pertama yaitu orientasi yang sangat kuat
pada Ujian Nasional. Orientasi ini tidak
hanya muncul dalam diri guru melainkan
secara sistem telah dimunculkan oleh
kepala sekolah dan struktur di atasnya.
Faktor lain yang turut berpengaruh adalah
budaya malas guru untuk belajar kembali
untuk merubah dan meningkatkan
pembelajarannya. Budaya malas ini diakui
sendiri oleh para guru sebagai hasil dari
sistem yang kurang mendukung untuk
jujur dan inovatif.
3. Kesulitan Guru Mengeksplorasi
Kehidupan Sehari-hari Siswa
Pembelajaran IPA berbasis kultur
masyarakat pesisir menuntut kemampuan
guru untuk lebih dekat dengan kehidupan
siswanya. Hal ini seringkali memunculkan
kesulitan bagi guru, terutama pada mereka
yang berasal dari kultur berbeda dengan
para siswa di sekolah yang diajarnya.
4. Variasi KD dan Keterbatasan waktu
Permasalahan yang juga sering
dikeluhkan guru ketika hendak
mengembangkan pembelajaran berbasis
kehidupan sekitar siswa adalah variasi
karakter kompetensi dasar yang harus
diajarkan serta keterbatasan waktu untuk
mengajarkannya. Seringkali guru
mendapatkan kesulitan untuk
mengajarkan kompetensi secara bermakna
(berdasarkan aktivitas siswa untuk
mengeksplorasi lingkungan sekitar
mereka) dikarenakan waktu yang tersedia
tidak memungkinkan.
Permasalahan tersebut akhirnya
banyak membuat guru kembali
menggunakan pembelajaran berbasis
transfer informasi langsung yang bersifat
teacher centered. Pada akhirnya banyak
guru yang menjadi terbiasa dan tidak
berupaya untuk belajar merubah keadaan
tersebut.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dihasilkan dari
penelitian ini adalah adanya empat
permasalahan mendasar yang
menghambat guru IPA SMP di daerah
Pesisir Sumenep untuk mengembangkan
pembelajaran kontekstual yaitu (1) terlalu
berorientasi buku teks dan UNAS, (2)
anggapan bahwa pembelajaran
kontekstual sulit untuk dilakukan, (3)
variasi KD dan waktu yang terbatas, dan
(4) kesulitan untuk mengeksplorasi kultur
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Albrow, martin. 1999. Sociology, the
basic. London: Routledge
Publisher.
Badan Pusat Statistik Kabupaten
Sumenep. 2010. Kabupaten
Sumenep dalam Angka 2010.
Sumenep: Badan Pusat Statistik.
Donovan, Suzanne & Bransford, John.
2005. How Students Learn
Science in The Classroom.
Washington: National
Academy of Science
Etrmer, P.A. Newby, T.J. & McDougall,
M. 1996. Students’ Responses
and Approaches to Case-
Based Instruction: The Role of
Reflective Self-Regulation.
American Educational
Research Journal. Vol. 33.
Hal: 719-752
4
Habibi, Anekawati, Anik & Azizah, L.F.
2010. Permasalahan
Pembelajaran IPA SMP/MTs di
Kabupaten Sumenep 2010-2011.
Sumenep: Universitas Wiraraja
Sumenep
Habibi & Dyah, A.F. 2011. Anak Pesisir
Belajar IPA, Studi Etnografi
mengenai Potensi dan
Permasalahan Anak Sumenep
dalam Belajar IPA. Sumenep:
Universitas Wiraraja Sumenep
Halpern, D. F. & Donaghey, B. 2005.
Learning Theory. Encyclopedia of
Education. Hal: 1458-1463
Hodson,D. 2003. Teaching and Learning
Science Toward a Personalized
Approach. Philadelphia: Open
University Press
Ibrahim, M. Tanpa Tahun. Pelatihan
Terintegrasi Berbasis Kompetensi,
Guru Mata Pelajaran Biologi;
Pengembangan Perangkat
Pembelajaran. Direktorat Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama,
Departemen Pendidikan Nasional
Ibrahim, M. 2008. Model Pembelajaran
IPA Inovatif melalui Pemaknaan.
Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya
Ibrahim, M. 2005. Asesmen
Berkelanjutan, Konsep Dasar,
Tahapan Pengembangan dan
Contoh. Surabaya: Unesa
University Press
Kerlinger, F.N. 1990. Asas-asas
Penelitian Behavioral.
Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2003 tentang
Standar Isi
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
Saifer, K. Edward, K. & Ellis, D. &
Stuckzynsky. 2005. Classroom to
Community and Back. Oregon:
Northwest Regional Educatonal
Santrock, J.W. 2011. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Pranada Media Group
Schunk, D.H. 2012. Learning Theories,
an educational Perspectives. Sixth
edition. Boston: Pearson
Education Inc.
Stolley, K.S. 2005. The Basics of
Sociology. London:
GREENWOOD PRESS
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi dan menggambarkan bagaimana permasalahanpembelajaran IPA SMP/MTs di kabupaten Sumenep.Selain itu juga untuk menggambarkan disparitaspermasalahan yang terjadi.Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada beberapa SMP/MTs di kabupatenSumenep yang dipilih secara acak purposif dengan menggunaan metode angket (untuk siswa) dan diskusikelompok terfokus (untuk guru dan kepala sekolah).Data dianalisis secara deskriptif kualitatif denganmenggunakan teknik analisis konten yang terdiri atas tiga tahap utama yaitu katagorisasi (open coding),membuat relasi antar katagori (axial coding) dan teoretisasi (selective coding).Temuan yang didapatkan dalampenelitian ini yaitu adanya enam katagori permasalahan utama dalam pembelajaran IPA SMP/MTs diKabupaten Sumenep, antara lain: kualitas belajar siswa, latar belakang budaya dan orang tua, komunikasisekolah-orang tua, kondisi guru, sarana-prasarana pendukung pembelajaran dan kurikulum-kebijakan.Disparitas permasalahan yang terjadi terutama pada tiga kelompok sekolah yang cenderung semakinmeningkat kompleksitasnya yaitu sekolah favorit, sekolah nonfavorit dan sekolah dalam pesantren.
Article
This book provides the student with an understanding of theories and research on learning and related processes and demonstrates their application in educational contexts. The text is intended for graduate students in schools of education or related disciplines, as well as for advanced undergraduates interested in education. It is assumed that most students using this text are pursuing educationally relevant careers and that they possess minimal familiarity with psychological concepts and research methods. Important historical theories are initially discussed, followed by accounts of current research. Differing views are presented, as well as criticism when warranted. A chapter is devoted to problem solving and learning in reading, writing, mathematics, and science. The chapters on motivation, self-regulation, and instructional processes address topics relevant to learning theories. These topics traditionally have shown little overlap with learning theories, but fortunately this situation is changing. Researchers are addressing such topics as how motivation can influence quantity and quality of learning, how instructional practices impact information processing, and how learning principles can be applied to develop self-regulated learners. The applications of learning principles focus on school-aged students, both because of personal preference and because most students are interested in working with children and teenagers. (PsycINFO Database Record (c) 2012 APA, all rights reserved)
Learning Theory. Encyclopedia of Education
  • D F Halpern
  • B Donaghey
Halpern, D. F. & Donaghey, B. 2005. Learning Theory. Encyclopedia of Education. Hal: 1458-1463
Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi
  • M Ibrahim
  • Tanpa Tahun
Ibrahim, M. Tanpa Tahun. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi, Guru Mata Pelajaran Biologi;
Classroom to Community and Back. Oregon: Northwest Regional Educatonal Santrock
  • K Saifer
  • K Edward
  • D Ellis
  • Stuckzynsky
Saifer, K. Edward, K. & Ellis, D. & Stuckzynsky. 2005. Classroom to Community and Back. Oregon: Northwest Regional Educatonal Santrock, J.W. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Pranada Media Group
The Basics of Sociology
  • K S Stolley
Stolley, K.S. 2005. The Basics of Sociology. London: GREENWOOD PRESS