ChapterPDF Available
1
BAB I
Pendidikan Berbasis
Blended Learning
Trend Pendidikan Berbasis Blended Learning
2
A. Konteks fenomena pendidikan di era disruptif 4.0
Pada saat sekarang yang terkenal dengan era disruptif atau era
revolusi 4.0 dimana pengaruh teknologi informasi digital tak bisa
dihindari lagi, maka sistem pendidikan dibelahan dunia juga mengalami
berbagai perubahan. Salah satu perubahan dalam pedagogis adalah
pemerlibatan pembelajaran secara online (online learning) untuk
pencapaian tujuan akhir pembelajaran selain dengan melakukan sistem
pembelajaran klasikal berupa tatap muka langsung di kelas (face to face).
Pembelajaran campuran (Blended learning) yang mengkombinasikan
antara mode online dan tatap muka langsung ini dikenal dengan istilah
blended learning. Di dalam buku ini akan digunakan istilah blended
learning untuk mengacu pada pembelajaran yang mengintegrasikan
pendekatan tatap muka langsung di kelas dengan pendekatan jalur online
yang bisa belajar di mana saja dan kapan saja.
Penggunaan blended learning ini telah banyak diaplikasikan di
sistem pembelajaran di sekolah, sekolah tinggi dan universitas di belahan
dunia sekarang (Cheung & Hew, 2011; Hadjerrouit, 2008). Pembelajaran
mulai dipersepsikan bisa terjadi di luar kelas juga (beyond classroom).
Mode penyampaian dan interaksi pembelajaran yang bercampur namun
tetap mengacu pada ketercapaian pembelajaran menjadi tantangan sendiri
karena belum banyak sumber bacaan yang mengeksplorasi tema ini.
Lingkungan pembelajaran yang bersifat online ini masih belum banyak di
kupas di sistem pendidikan kita saat ini sehingga praktek pembelajaran
campuran antara online dan face-to-face masih jarang ditemui di buku
buku saat ini. Media informasi yang dulu bisa hanya dijangkau lewat
media cetak seperti majalah, sekarang kehadiran media digital online
telah membuat cara masyarakat dan mendapat informasi berubah dan
banyak memilih akses online dalam kebutuhan informasinya.
Perkembangan teknologi informasi tak bisa dihindari di zaman generasi
milenial sekarang.
Fenomena sosial masyarakat indonesia yang sudah banyak sangat
bisa mengakses informasi lewat teknologi informasi sendiri lewat daring
Pendidikan Berbasis Blended Learning
3
(website) dan media teknologi informasi lainnya secara tidak langsung
merubah kehidupan bermasyarakat kita. Kehadiran telpon pintar
(smartphone), tablet, ipad dan laptop telah mengubah cara masyarakat
kita mengoptimasi pengalam kehidupannya baik lewat jalur fisik (onsite
atau pysics) dan online. Dalam dunia pendidikan, proses pembelajaran
yang mengkombinasikan pengalaman face-to-face atau onsite ini dan
pembelajaran online dengan tetap mempertimbangkan aspek kelebihan
dan kelemahan tiap mode disebut pendidikan campuran (blended
learning).
Mata kuliah atau mata pelajaran yang blended adalah pelajaran yang
memungkinkan pihak guru atau instruktur untuk mencampurkan atau
mengkombinasikan metode pembelajaran berbasis online dan onsite
untuk menciptakan dan memberikan pengalaman belajar yang baru buat
siswa atau pembelajar. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa mata
pelajaran dengan mode blended berpengaruh terhadap efisiensi,
kenyamanan dan capaian pembelajaran (Graham, 2013). Hal ini karena
mata pelajaran dengan mode blended ini memberikan kefleksibilitasan
waktu belajar dan mengerjakan tugas, belajar dari software yang memberi
feedback otomatis, dan bisa memungkinkan pembelajar bisa memperoleh
informasi dari situs internet langsung di samping informasi yang di dapat
dari kelas tradisional.
Adalah tugas seorang guru untuk menggunaan teknologi informasi
dan software yang tersedia untuk menfasilitasi dan mengoptimasi
tercapainya target pembelajaran. Guru diharapkan mampu membuat
desain pembelajaran yang mampu mengakomodir atau
mengkombinasikan sistem online dan onsite sehingga nilai transformasi
kelimuan bisa diperoleh siswa dengan baik dari berbagai metode
pembelajaran.
B. Perubahan dunia dan perubahan pembelajar
Perkembangan teknologi informasi tak bisa dihindari di zaman
generasi milenial sekarang. Wiley (2006) memaparkan enam perubahan
Trend Pendidikan Berbasis Blended Learning
4
mendasar yang terjadi pada manusia akibat perkembangan teknologi,
khususnya teknologi internet, yakni perubahan dari (1) analog media
menuju digital media. Analog media dalam hal ini berupa media cetak
seperti majalah, flyer, tape dan rekaman menjadi lebih terkonversi ke
digital media seperti portal berita di internet, televisi, sosial media dan
sebagainya. Sifat analog media yang bercirikan satu arah dan menjadi
pembaca yang pasif mulai ditinggalkan dengan digital media yang
bersifatkan bisa terjadinya komunikasi aktif dua arah antara pembaca dan
pemberita sehingga komunikasi yang berkembang lebih dialogis dan
interaktif.
Banyak dari pencarian informasi, interaksi komunikasi antar teman
telah dilakukan dengan melalui jalur media online. (2) tethered to mobile,
dimana masyarakat zaman sekarang mulai beralih dari mengakses
informasi internet dari jaringan lain di tempat tertentu menuju akses
internet yang mobile yang bisa di akses di mana saja dia berada.
Keberadaan laptop, smartphone dan tablets telah membuat masyarakat
kita bisa mengakses dunia digital dimana saja mereka berada. Bahkan
dengan alat tersebut mereka bisa menggunakannya untuk keperluan
bekerja, berbisnis dan bahkan belajar. (3) masyarakat yang terisolasi
menuju masyarakat yang terhubung (isolated to connected). Pada zaman
dulu masyarakat masih sangat sulit berkomunikasi dan bertemu karena
faktor jarak dan waktu. Namun dengan hadirnya teknologi informasi
digital ini, masyarakat bisa menjadi masyarakat yang saling terhubung
satu sama lain baik lini jalur keluarga, teman sekolah, teman bisnis,
teman profesional melalui jalur koneksi online dunia digital seperti
facebook dan media sosial lainnya.
Bahkan konektifitas persaudaraan ini tidak hanya antar pulau di
Indonesia namun bisa antar negara di belahan dunia ini. (4) generic to
personal, dimana masyarakat dulu tidak banyak memiliki banyak pilihan
terkait informasi yang beredar. Namun sekarang masyarakat lebih bisa
memilih informasi yang mereka inginkan, dan bahkan mereka bisa
membuat komunitas tertentu di dunia online sesuai dengan keinginan
personal mereka. (5) perilaku masyarakat yang konsumtif menuju
Pendidikan Berbasis Blended Learning
5
masyarakat yang kreatif. Misalnya kehadiran youtube, blog dan media
online lainnya memberikan ruang kepada masyarakat untuk menaruh
karya mereka baik berupa gambar, video, dan informasi karya mereka di
website online sehingga karya mereka bisa dilihat oleh masyarakat luas
dan bisa merekam karya-karya mereka dan bisa dilihat kapan saja di
tempat online.
Pada media blog, masyarakat bisa menulis karya kreatifnya dan
bahkan bisa menjadi media branding si penulis. (6) Masyarakat yang
tertutup menuju masyarakat yang terbuka dimana masyarakat online
semakin terbuka menampilkan ke masyarakat luas siapa mereka dan apa
yang mereka kerjakan. Update status di sosial media menjadi salah satu
contoh nyata perubahan masyarakat di Indonesia terkait ini khususnya
masyarakat pelajar perkotaan yang memiliki akses media online. Di
samping itu, masyarakat sudah mulai menyadari akan dirinya bisa
berkontribusi terhadap permasalahan dunia global melalui media online
(global community).
Dari perkembangan pola hidup masyarakat di atas atas pengaruh
teknologi informasi yang melintasi batas-batas kehidupan individu,
pertanyaan selajutnya adalah apakah transformasi kehidupan ini juga
direspon oleh dunia pendidikan kita? Seberapa banyak sekolah atau
perguruan tinggi yang mulai merespon gejala fenomena masyarakat
digital atau generasi milenial sekarang ini? Beberapa sekolah atau
perguruan tinggi telah mungkin mulai menggunakan media pembelajaran
online ini. Namun bagaimana seharusnya guru dan institusi pendidikan
meresponnya? Apakah hanya memindahkan materi yang biasanya
diberikan kepada siswa di kelas kemudian materinya di taruh di media
online, atau dalam kata lain hanya mengganti platform onsite menuju
online? Kalau ini terjadi, ini namanya hanya terjadi “digital facelift”
seperti yang dikemukakan oleh Campbell dan Groom (2009) di mana
fenomena sederhana (hanya pemindahan kegiatan di kelas ke platform
online) ini tidak sangat cukup untuk mengoptimalkan realisasi potensi
siswa atau pembelajar sekarang. Yang di harapkan oleh generasi milenial
ini tidak hanya perpindahan dari apa yang biasanya di sampaikan di kelas
Trend Pendidikan Berbasis Blended Learning
6
ke online namun mereka berharap lebih banyak dari apa apa yang tersedia
di dunia online untuk keperluan masa depan mereka.
Prensky (2001) mendefinisikan siswa atau pembelajar yang
pertumbuhan berfikir dan pola hidupnya dipengaruhi oleh semua yang
serba teknologi online disebut dengan “digital native dimana mereka
tidak hanya tertarik pada menggunakan teknologi tapi berharap agar
semua kebutuhannya dipenuhi oleh dunia online tanpa batas waktu dan di
mana saja mereka berada. Dalam konteks pembelajaran, diilustrasikan
bahwa siswa saat ini lebih memilih membuka website (online) dulu
sebelum membaca buku atau mendengarkan informasi dari guru di kelas
(Metro, 2011). Lebih dari itu, Collins dan Halverson (2009) menyebutkan
bahwa pada saat ini terjadi pergeseran pendidikan dari universal
schooling menjadi era lifelong learning atau pembelajaran seumur hidup,
pembelajaran yang berkelanjutan sesuai dengan situasi dan kondisi yang
hadir pada kehidupan siswa atau pembelajar. Pendidikan dipersepsikan di
sini tidak hanya berhenti di meja bangku sekolah, namun tidak jauh
pentingnya adalah belajar dari tuntutan dan permasalahan nyata akan
situasi di luar sekolah. Keingintahuan dan pembelajaran yang dialami
siswa sering terjadi di luar sekolah dengan pengalaman dan pelajaran
kehidupan yang nyata di masyarakat dan hubungan masyarakata atau
komunitas yang terjadi di dunia online. Tak sedikit siswa bisa banyak
belajar dari kehidupan atau kejadian kejadian yang terjadi dibelahan
dunia ini yang bisa di akses atau dipantau lewat dunia online. Bahkan
Cross (2006) menyatakan bahwa 80% kita belajar itu diperoleh dari luar
sekolah. Oleh karena perubahan kondisi ini, dunia pendidikan harus
merespon dengan memberikan mode pembelajaran atau pengajaran yang
sedikit berbeda dengan sebelumnya.
C. Konsep Blended Learning
Dalam literatur yang ada konsep blended learning sangat banyak.
Namun demikian, tulisan ini akan mengadopsi definisi yang
dikemukakan oleh Graham (2013, p. 12) bahwa blended learning atau
Pendidikan Berbasis Blended Learning
7
lebih tepatnya blended course adalah kombinasi mode pembelajaran
onsite (face-to-face) klasikal dengan mode pembelajaran online untuk
mencapai pembelajaran yang flexible, efektif dan effisien. Garrison dan
Vaughan (2008, p.5) mendefinisikan blended learning sebagai
penggabungan yang dilakukan dengan cermat dan pemikiran yang
mendalam terhadap pengelaman belajar bersifat tatap muka langsung
(onsite) dengan online. Penggunaan pembelajaran online bisa antara 30
sampai 79% dari keseluruhan dari pembelajaran yang dilakukan (Allen
dan Seaman, 2010). Graham (2013) mengemukakan bahwa sistem
penyampaian pembelajaran online bisa mencapai 29% dan 30%. Namun
demikian literatur saat ini tidak secara kaku membatasi tingkat maksimal
minimum penggunaan online dalam menyampaikan materi
pembelajarannya karena sejatinya pembelajaran blended learning tidak
hanya semata-mata berhubungan dengan rasio atau persentase online
namun lebih mengedepankan pendekatan pedagogis di mana lebih
mengedepankan perlu adanya peningkatan interaksi antara siswa dan
guru yang lebih melalui media tatap langsung dan online.
Blended learning lebih berimplikasi pada adanya perlunya
merancang ulang dengan seksama dan fundamental terkait struktur,
pendekatan, proses belajar dan mengajar yang lebih transformatif
dibandingkan hanya dengan memindahkan materi di kelas ke layer
online. Oleh karena itu, rekonstruksi pembelajaran blended dari kelas
klasik tidaklah simpel. Adapun asumsi desain pembelajaran blended
learning adalah (1) pemikiran yang mendalam terkait cara
mengintegrasikan mode pembelajaran tatap muka dan online, (2)
pemikiran ulang dan mendalam sekaligus fundamental terhadap desain
mata pelajaran atau mata kuliah yang bisa mengoptimasi keterlibatan
aktif siswa, dan (3) pengaturan ulang dan penggantian jam kelas
tradisional dengan melibatkan jam online. Pembelajaran blended
dimotivasi adanya pemikiran bahwa baik mode tatap muka dan online
sama sama memiliki kelebihan dalam memberikan pengalaman belajar
siswa.
Trend Pendidikan Berbasis Blended Learning
8
Blended learning harus lebih banyak dipahami sebagai adanya
berbagai kemungkinan desain pembelajaran yang bisa dipilih dan
menyampaikan proses belajar mengajar yang berbeda dengana yang
pengajaran klasik. Bagaimana memberikan pengalaman belajar yang
lebih menari dan membuat siswa aktif mandiri dan berhasil dalam
mencapai luaran pembelajaran yang memerlukan higher order thingking
adalah prinsip pemikiran dalam penggunaan blended learning ini.
Pembelajaran blended ini mengintegrasikan dua mode penyampain
pembelajaran dengan media komunikasi yang langsung maupun tidak
langsung (mediasi lewat online). Dalam kata lain, penggabungan kelas
klasik dengan kelas online (web-based learning) memungkin juga untuk
mengakomodir siswa yang banyak yang tidak memungkinkan dilakukan
di kelas.
Spektrum blended learning ini dalam hubungannya dengan
kontestasi onsite dan online posisinya berada di tengah keduanya.
Pembelajaran klasik bisa di anggap blended selama memasukkan unsur
pembelajaran onlinenya begitu juga sebaliknya. Pengajaran yang berbasis
tatap muka di kelas harus dikurangi dan digantikan dengan aktifitas tanpa
tatap muka alias online dimana siswa di ajak untuk lebih ditantang
mandiri dan menyelesaikan masalah lewat media online yang sudah
dirancang guru atau instrukturnya. Misalnya, model pembelajaran
berbasis blended yang sering dipakai di dunia adalah untuk menjadikan
penyajian mata pelajaran atau mata kuliah menjadi blended, dari enam
belas pertemuan dalam satu semester atau enam bulan, maka empat
pertemuan pertama dan empat pertemuan terakhir dipakai untuk
pertemuan klasikal atau tatap muka, namun beberapa pertemuan lainnya
bisa dibuat online dan siswa belajar dari sumber online yang dsiapkan.
Walaupun secara teoritis belum ada yang menjelaskan berapa persen yang
onsite dan berapa persen yang online, namun Vai dan Sosulski (2011)
lebih menyarankan akan lebih banyak porsi pembelajaran onlinenya
dalam proses blended learningnya.
Dalam kontek Indonesia, pembelajaran berbasis blended ini masih
memiliki tantangan tersendiri khususnya tantangan administrasi
pendidikan di mana secara umum pembelajaran masih wajib absensi
Pendidikan Berbasis Blended Learning
9
kehadiran di kelas dimana guru dan siswa harus mengisi daftar hadir dan
yang lainnya. Diperlukan miniman kebijakan institusi pendidikan dan
pemerintah untk menghadirkan proses penyampaian materi pendidikan
yang lebih fleksibel dan transformatif sehingga memungkinkan
diberlakukannya mode blended learning di institusi pendidikan di
Indonesia.
D. Pemikiran dasar signifikansi blended learning
Pada dasarnya konsep blended learning bermula dari sebuah
pemikiran bahwa sistem pembelajaran ini bisa memenuhi keperluan
kebutuhan pendididkan yang dibutuhkan oleh pembelajar, khususnya
dewasa. Misalnya banyak lulusan yang sudah memiliki pekerjaan dan
mempunyai tanggung jawab keluarga sehingga sangat berat melanjutkan
studi fulltime ke sekolah atau universitas. Namun demikian,
pembelajaran online penuh juga belum bisa memaksimalkan
pembelajaran mereka (Dziuban dan kolega, 2004). Di Amerika Serika,
penelitian yang dilakukan selama lima tahun pada 51,000 siswa yang
mengambil kursus online di beberapa sekolah tinggi dan Washington
State university memiliki kecenderungan tidak menyelesaikan studinya
(New York Time, 2013). Hal ini disebabkan karena siswa atau pembelajar
tetap memerlukan konsultasi dengan instrukturnya dan menunjukkan
fasilitasi online belum bisa membuat semua siswa paham materi dan bisa
membuat siswa stress manakala tidak bisa mengikuti apa yang ada di
online. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis blended learning (online
plus tatap muka) diperlukan untuk mengatasi permasalahan pendidikan
online un sich tersebut.
Blended learning bisa menyediakan fleksibilitas belajar bagi siswa
dan instruktur melalui mode online dan tatp muka dan hal ini sudah
terkonfirmasi efektif membuat mereka lulus dengan baik (Cheung &
Hew, 2011). Blended learning juga menfasilitasi siswa dan instruktur
berkomunikasi melalui teknologi komputer (computed mediated learning)
dan interaksi online ini memiliki potensi lebih efektif dibandingkan
dengan komunikasi tatap muka langsung. Selain itu, komunikasi
teknologi online memungkinkan siswa untuk mengontrol dan
Trend Pendidikan Berbasis Blended Learning
10
mendominasi diskusi dibandingkan dengan komunikasi di kelas langsung
yang kebanyakan akan didominasi oleh guru atau instruktur.
Disamping itu, blended learning juga ditemukan dapat meningkatkan
ketercapaian luaran pembelajaran. Beberapa penelitian yang melibatkan
23 penelitian ekperimental dan quasi ekperimental menemukan bahwa
performa ketercapaian pembelajaran blended learning lebih tinggi
dibandingkan hasil belajaran dengan mode tatap langsung di kelas saja
(Means dan kolega, 2010; Dziuban dan kolega, 2004). Namun demikian
seperti yang dikemukakan sebelumnya, pembelajaran yang hanya
berbasis online ditemukan telah banyak membuat siswa tidak dapat
menyelesaikan studinya (drop out) atau tidak bisa mendapatkan ijazah
(Jones dan kolega, 2006).
Oleh karen itu, alasan kunci berupa kemampuan memenuhi
kebutuhan siswa, peningkatan komunikasi antar siswa, peningkatan
ketercapaian learning outcome (capaian pembelajaran) merupakan alasan
pedagogis nyata kenapa banyak institusi pendidikan sekarang memilih
untuk menerapkan pembelajaran berbasis blended learning.
E. Integrasi teknologi komunikasi dan informasi dalam pendidikan
Integrasi teknologi komunikasi dan informasi (information and
communication technology/ICT) dalam pendidikan atau pembelajaran
saat ini menjadi hal yang tak bisa dihindari di tengah masyarakat modern
saat ini. Di tengah kondisi dimana siswa sudah terbiasa dengan teknologi
digital, integrasi ICT di institusi pendidikan telah menjadi tuntutan dan
hal ini telah terkonfirmasi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan
pengajaran, dan performa pendidikan (Hawkridge, 1990). Siswa dan guru
bisa mencari informasi yang diperlukan melalui laman website untuk
keperluan ketercapaian pembelajaran. Diperlukan usaha inovatif agar
siswa mulai terbiasa memanfaatkan beberapa tool, misalnya adanya alat
memapping konsep seperti Semantica dan Mindmapper yang bisa dipakai
untuk membuat, menvisualisasikan, dan mengklasifikasikan gagasan.
Pendidikan Berbasis Blended Learning
11
Kesiapan guru dalam memanfaat dan menggunakan teknologi untuk
keperluan pengajaran dan pembelajaran sangat esensial. Law dan kolega
(2000) mengemukakan terdapat minimum 5 manfaat dan fungsi
pemanfaat ICT di dalam kelas: eksposisi gagasan (exposition), induksi
(induction), pembelajaran berbasis tugas (task-based learning),
pembelajaran berbasis problem (problem-based learning), dan
pembelajaran sosial konstruktifis (social-constructivist learning). Dalam
konteks eksposisi, biasanya guru menjelaskan konsep, fakta, aturan dan
prosedur dimana guru bisa menggunakan Pcs, Word document, Power
Point, Website dan LCD Projector. Untuk induksi, biasanya guru
menfasilitasi siswa baik individual maupun kelompok untuk mencari
penjelasan atas fakta dan isu yang ada (case-based) sampai pada sebuah
jawaban yang akurat. Salah satu alat yang bisa digunakan di kelas adalah
Webquest melalui laman WebQuest.Org yang berisikan database
webquest (Dodge, 1995).
Adapun task-based learning terdapat asumsi bahwa siswa bisa
belajar lebih efektif manakala difokuskan pada tugas-tugas yang menarik.
Pembelajaran dengan pendekatan ini diharapkan membantu siswa dalam
ketercapaian pembelajarannya dan juga guru dalam proses
pengajarannya. Pembelajaran berbasis tugas biasanya lebih berbasis tugas
yang bersifat terbuka (open-ended task). Misalnya dalam konteks siswa
diberikan tugas membuat cerita, guru bisa menggunakan software
animasi untuk menceritakan ceriya yang dbuat. Sementara itu untuk
problem-based learning yang biasanya dikenal juga dengan project-based
learning melibatkan siswa untuk aktif menyelesaikan sebuah problem
atau proyek dengan penelitian sistematis. Penggunaan internet untuk
pencarian informasi dan penyelidikan, e-mailing, wikis dan blog dan
wordprocessing bisa dipakai untuk membantu menyelesaikan tugas
tersebut. Terakhir adalah pembelajaran berbasis sosial konstruktifis. Hal
ini mengacu pada teori social constructivism yang dikembangkan oleh
Vygotsky (1987) yang menyatakan bahwa interaksi sosial sangat
mempunyai peran yang penting dalam pembelajaran. Dalam hal ini, siswa
diharapkan bisa membentuk komunitas belajar yang bisa belajar secara
Trend Pendidikan Berbasis Blended Learning
12
kolaboratif dan bermakna sehingga siswa sadar akan keberadaan dimensi
sosial di luar kelas (Lee dan kolega, 2006). Pembelajaran ini lebih
bersifat berkelompok karena pembelajaran bisa terjadi manakala siswa
berinteraksi dengan yang lain secara kolaboratif dan integratif.
Pembelajaran yang bersifat interdisipliner juga menjadi cirikhas
pembelajaran sosial konstruktifis ini. Pembelajaran bisa melalui e-forum,
blogs, e-magazine, dan lainnya.
Dari kelima kondisi pendekatan pembelajaran yang bisa menerapkan
aspek teknologi informasi, Latchem dan Jung (2010) menemukan bahwa
integrasi ICT harusnya lebih berbasis kelembagaan atau institusional
daripada kelas. Integrasi ICT di kelas di Asia bisa berhasil dengan
beberapa persyaratan: (1) pemimpin institusi memiliki visi yang jelas
terkait bagaimana ICT bisa meningkatkan kualitas pembelajaran, (2)
penggunaan ICT harus lebih mengutamakan peningkatan kualitas
kurikulum daripada hanya semata mata penggunaan ICT di kelas, dan (3)
perlunya sumber daya, dukungan dan training yang cukup untuk
penerapan ICT di kelas. Sedangkan menurut Lim (2006, 2007) dan Law
(2008) mengemukan bahwa faktor keberhasilan integrasi ICT di kelas
adalah adopsi pendekatan menyeluruh dimana semua aspek di institusi
terlibat dalam implementasi ICT, keterlivatan stakeholder dalam
perencanaan dan implementasi, dan adanya hubungan yang linear dengan
kebijakan pendidikan tingkat nasional, penggunaan ICT untuk
menyelesaikan kualitas terkait isu-isu pendidikan pembelajaran yang
ada, adanya dukungan dari pimpinan dan tim administrasi, dan adanya
pelatihan dan keterampilan yang cukup dari semua yang terlibat sehingga
baik guru dan siswa siap menerima pembelajaran yang berbasis integrasi
online dan kelas tradisional.
F. Blended learning dan komunitas belajar
Blended learning merupakan pusat evolusi sistem pembelajaran saat
ini di bidang proses pendidikan dan pencapaian luaran pembelajaran.
Misalnya dalam pendidikan tingkat tinggi terdapat kebutuhan akan siswa
Pendidikan Berbasis Blended Learning
13
untuk mencari dan merangkai makna dari materi ajar dan
mengkonfirmasi pemahaman mereka melalui wacana dan diskusi. Dalam
proses ini, diperlukan terciptanya komunitas belajar (community of
inquiry) yang menfasilitasi koneksi dan kolaborasi antar siswa dan
terciptanya lingkungan yang mampu mengintegrasikan aspek sosial,
kognisi dan pengajaran yang berujung pada kesempurnaan pemahaman
dari materi ajar yang dipelajari. Hal ini semua dimungkinkan bisa dicapai
melalui kerangka blended learning dimana memungkinkan terbentuknya
komunitas belajar di luar sekolah.
Kerangka desain blended learning berbasis komunitas belajar
(community of inquiry) ini dirancang oleh Garrison dan koleganya
(2000). Kerangka ini berlandaskan gagasan pengembangan komunitas
belajar yang kritis kolaboratif sesuai dengan cita-cita institusi pendidikan
melalui mode pembelajaran yang dijalankan lewat onsite maupun online.
Kata kunci community sebenarnya merepsentasikan adanya sifat sosial
pendidikan dan peran interaksi, kolaborasi dan diskusi wacana dalam
konstruksi makna (misal materi ajar), sedangkan kata kunci inquiry
mengilustrasikan adanya proses konstruksi makna melalui tanggung
jawab personal dan beberapa pilihan yang ada. Oleh karena itu komunitas
belajar (community of inquiry) adalah kelompok siswa atau pelajar yang
secara bersama sama interaktif yang bertujuan menganalisa,
mengkonstruksi, dan mengkonfirmasi secara kritis terkait sebuah
keilmuan yang diperbincangkan (Arbaugh, 2006). Terdapat 3 aspek inti
sebuah komunitas belajar adalah keterlibatan sosial, keterlibatan
pengajaran, dan keterlibatan kognisi. Komunitas belajar harus
mengintegrasikan ketiga unsur tersebut sebagai landasan menuju
pengalaman pendidikan atau pembelajaran yang mendalam dan
bermakna.
G. Kelebihan Blended Learning
Seiring dengan pola kehidupan masyarakat khususnya siswa di
Indonesia dan dunia sekarang yang sudah mulai menjalani kehidupan
yang blended antara kehidupan fisik dan online, pembelajaran berbasis
Trend Pendidikan Berbasis Blended Learning
14
blended ini sangat responsif terhadap kondisi masyarakat sekarang atau
generasi milenial sekarang. Setidaknya terdapat beberapa keuntungan
yang bisa diperoleh dalam menjalankan pembelajaran yang berbasis
blended ini. Satu, adanya kemudahan akses dan kenyamanan. Misalnya
dengan memanfaatkan media online, siswa lebih fleksibel untuk
mengakses materi pembelajaran online dan tidak perlu datang ke kelas
untuk mendapatkan materi dan mengerjakan tugas. Hal ini sangat
menguntungkan khususnya bagi mereka yang disamping belajar juga
memiliki pekerjaan atau tanggung jawab keluarga dan lainnya. Walaupun
demikian kewajiban akan hadir di kelas bertemu guru atau instruktur
harus dilakukan juga, namun tetap ada opsi fleksibilitas yang ditawarkan.
Baik guru maupun siswa bisa menggunakan media teknologi online ini
untuk meningkatkan kenyamanan mereka dala berinteraksi melakukan
pengalam belajar mengajar. Adanya smartphone dan tablet, misalnya, bisa
menfasilitasi interaksi belajar online antara siswa dan guru dimana siswa
bisa mengakses materi dari mana saja dan di saat kapanpun. Kenyamaan
ini belum di tawarkan oleh pembelajaran klasikal onsite tatap muka di
kelas.
Kedua, keuntungan meningkatkan hasil pembelajaran. Penelitian
yang dilakukan oleh Yates et.al (2009) melalui meta studi yang
melibatkan 51 penelitian yang membandingkan pendidikan tatap muka
full versus pendidikan campuran atau blended dan pendidikan full onlie
di Amerika menemukan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan
online atau blended menghasilkan prestasi belajar yang lebih efektif dan
efisien dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang murni klasikal
tatap muka. Selanjutnya juga ditemukan bahwa pembelajaran berbasis
blended menghasilkan prestasi ketercapaian belajar yang lebih
dibandingkan dengan pembelajaran yang full murni online. Penelitian ini
belum secara jelas secara ilmiah menjelaskan kenapa blended learning
lebih menjanjikan dari pada full online learning.
Setidaknya terdapat beberapa gagasan yang bisa menjelaskan
kelebihan pembelajaran berbasis blended: (1) desain instruksional yang
lebih dikembangkan dan mendapatkan perhatian. Biasanya dalam proses
Pendidikan Berbasis Blended Learning
15
desain pembelajaran blended, para desainer dan ahli teknologi pendidikan
terlibat seiring dengan target ketercapaian luaran pembelajaran yang
dirancang. (2) petunjuk yang lebih jelas, ekplisit dan sistematis di mana
pada pembelajaran online, misalnya, alur rancangan pembelajarannya
lebih jelas ditampilkan di media online beserta aktifitas dan penilaiannya.
Sementara pada pembelajaran murni tatap muka, siswa tergantung pada
penjelasan guru yang memungkinkan masih ada faktor psikologis untuk
bertanya manakala ada kekurang mengertian.
Namun kalau dalam online semua informasi harus sangat jelas
sehingga baik instuksi maupun materi dan penilaian bisa dipahami oleh
semua siswa. (3) blended learning menyediakan akses yang lebih
gampang untuk kepentingan belajar siswa dimana siswa bisa mengatur
ketercapaian hasil belajar mereka sesuai dengan ritme waktu mereka. (4)
mendorong terjadinya pembelajaran yang sangat individualized sesuai
dengan kompetensi dan level pemahaman mereka.(5) pembelajaran
blended ini juga meningkatkan interaksi siswa lewat jalur media online.
Pembelajarn berbasis murni tatap mukan memiliki kelemahan di mana
interaksi antar siswa di batasi oleh waktu di kelas sehingga terkadang ada
siswa yang tidak bisa banyak berpartisipasi di kelas. Namun demikian,
tiadanya batas waktu interaksi sosial di dunia online bisa meningkatkan
partisipasi siswa dan juga saling memotivasi dan memahami antar siswa
selama di dunia online.(6) adanya rekam jejak waktu pengerjaan tugas.
Pembelajaran blended yang memanfaat media online memungkinkan
siswa untuk mengatur ritme waktu mengerjakan tugas sesuai dengan
deadline yang sudh di tentukan secara online dan lebih dari itu siswa juga
bisa dilacak jejak rekam aktifitas di dunia online nya.(7) blended
learninhg dapat menurunkan biaya dimana guru tidak perlu naik
transportasi untuj sampai di istitusi pendidikan dan juga bisa menyimpan
energi.
Ellis (2001) dan Foo (2004) memberikan ilustrasi kelebihan dan
tantangan yang ada pada blended learning seperti yang di table di bawah
ini:
Tabel 1 Kelebihan dan tantangan blended learning
Trend Pendidikan Berbasis Blended Learning
16
Mode pembelajaran Kelebihan Tantangan
Pembelajara
n online
Pertemuan
tidak real time
(asynchronous)
seperti forum
diskusi
Waktu refleksi siswa
lebih banyak
Membantu siswa
pemalu untuk belajar
dengan tanpa
khawatir
Membanti individu
belajar sesuai waktu
mereka
Memerlukan
kedisiplinan
Pekerjaan berat
tambahan
untuk
instruktur di
luar kelas
Pertemuan real
time
(synchronous)
seperti chat,
audio
conferencing,
video
conferencing
Adanya interaksi
langsung
Individu bisa
langsung
berpartisipasi
Sulit untuk
bertanya dan
mendapat
jawaban
langsung
karena chat
terlalu cepat
dan banyak
yang terlibat
(noise)
Penyampaian
materi online
(text, video,
audio, dan
animasi)
Individu mampu
mengikuti materi
sesuai dengan waktu
dan tempat yang ada
Materi bisa
diduplikasi dengan
mudah dan
didistribusikan
Mudah
diinterupsi
karena masalah
koneksi
internet
Tambahan
kerjaan buat
instruktur
dalam
penyiapan
materi
Pembelajara
n ofline
Pertemuan tatap
muka
Dapat berinteraksi
secara langsung di
kelas (jawaban
langsung)
Mampu melihat
adanya body
language instruktur
dan siswa
Dapat membangun
hubungan
Keterbatasan
waktu untuk
diskusi
mendalam per
individu
Kesulitan bagi
individu
pemalu untuk
banyak terlibat
Memerlukan
Pendidikan Berbasis Blended Learning
17
interpersonal waktu dan
energi untuk ke
tempat studi
H. Trend pendidikan berbasis blended learning
Perkembangan teknologi informasi digital telah merubah cara belajar
dan mencari informasi masyarakat kita saat ini. Di bidang pendidikan
terdapat kecenderungan mulai bergeser dari yang murni klasik tatap muka
menuju pendidikan yang lebih mendiri fleksibel dan transformatif
berbasis blended dengan mengadopsi teknologi online. Hal ini bisa
dilakukan dengan mulainya mempublikasikan silabus pelajaran melalui
online dan mengerjakan tugas melalui media online atau juga bisa lewat
email dan sebagainya. Bahkan materi pelajaran atau mata kuliah mulai di
publikasikan melalui file powerpoint dan di taruh di online sehingga bisa
di akses siswa dimana saja dan kapan saja. Nilai nilai pedagogis tetap
menjadi pedoman utama keberhasilan atau ketercapaian pembelajaran
baik di pembelajaran blended dengan klasik tatap muka di kelas.
Keberadaan interaksi melalui tatap muka di kelas dan konsultasi langsung
di kelas dengan segala kelebihan yang dimilikinya dan keuntungan yang
dimiliki oleh pembelajaran online ini akan mengakibatkan adanya
kecenderungan pendidikan kita mulai mengakomodasi kedua mode
pembelajaran tersebut dalam pendidikan kita. Pendidikan yang seratus
persen online tanpa kesempatan interaksi di kelas dengan guru langsung
dan konsultasi dan diskusi laangsung dengan guru dan siswa lainnya saya
kira belum menjadi pilihan yang tepat khususnya di pendidikan di
Indonesia saat ini.
Dalam konteks ini, teknologi harus dipersepsikan sebagai alat dan
untuk mengkonversi alat ini menjadi hal yang lebih baik buat perubahan
kehiduoan manusia, kuncinya terletak pada guru dan siswa sebagai
Trend Pendidikan Berbasis Blended Learning
18
subjek pendidikan itu sendiri. Guru dan siswa harus bisa mengukur
kemampuan dirinya sendiri untuk mengoptimasi hasil belajar dan
mengajar dengan memanfaatkan teknologi informasi tersebut salah
satunya. Perkembangan blended course sekurang kurangnya memiliki
dua keuntungan , yakni para guru yang merancang dan mengajarkan
pelajaran berbasis blended bisa menjadi mentor dan pembimbing untuk
guru lainnya di lintas institusi pendidikan sehingga terjadi pembagian
pengalaman dan praktek yang inovatif terkait blended course tersebut
sehingga bisa tercipta sekelompok cendikia pengajar yang memiliki best
practice terkait implementasi pembelajaran berbasis blended. Lebih dari
itu, institusi pendidikan akan juga diuntungkan dengan mulai banyaknya
siswa atau masyarakat yang tertarik untuk mengambil atau mengikuti
blended course tersebut di mana mereka siswa mulai banyak tertarik pada
mode pembelajaran blended atau online.
Selain itu penelitian terkait blended learning telah mulai banyak
dilakukan (Bonk & Graham, 2006). Penelitian melalui survey di berbagai
perguruan tinggi sekarang menemukan adanya keinginan peserta didik
agar institusi pendidikan menggunakan pendekatan pembelajaran blended
learning di masa yang akan datang (Bonk, Kim & Zeng, 2006). Dengan
demikian, ke depan penggunaan blended learning oleh institusi
pendidikan akan semakin memperoleh tempat di masyarakat luas seiring
dengan fakta penelitian bahwa penggunaan blended learning bisa
menambah dan meningkatkan pengalaman keberhasilan dalam belajar.
Albrecht (2006) melaporkan hasil penelitian dimana siswa
mengungkapkan rasa puas yang sangat terhadap pembelajar berbasis
blended dan dan Vaughan dan Garrison (2006) juga melaporkan adanya
kepuasan yang dirasakan para gurunya terhadap proses blended learning
di perguruan tinggi. Bahkan penelitian Marquis (2004) menemukan
Pendidikan Berbasis Blended Learning
19
bahwa 94 persen dosen di negara maju percaya bahwa blended learning
lebih efektif dari pembelajaran yang hanya berbasis di kelas. Bourne dan
Seaman (2005) juga mengemukakan bahwa alat yang terbaik untuk
menggabungkan proses belajaran dengan mode face-to-face (tatap muka)
dan online.
Kebutuhan akan untuk menyediakan pengalaman belajar yang lebih
melibat aktifkan siswa adalah inti dari blended learning. Banyak guru
mulai mempertanyakan pendekatan belajar mengajar yang pasif seperti
ceramah di kelas. Ceramah merupakan tradisi mendiseminasikan
informasi yang berbasis dari media cetak dan hal ini kurang bisa
membuat siswa berfikir kritis dan membuat mereka terlibat aktif dalam
memproses makna yang mendalam dari proses ceramah tersebut. Oleh
karenanya, pembelajaran yang lebih interaktif dan kolaboratif sangat
diperlukan untuk ketercapaian luaran pembelajaran yang bersifat
mendalam dan tinggi (higher order learning outcome). Adanya potensi
penggunaan teknologi informasi dan internet ini memungkinkan para
siswa untuk terlibat aktif berinteraksi lebih mendalam antar siswa dan
guru melalui online walaupun sebagain interaksi dan komunikasi bisa
dilakukan secara tatap muka dan diskusi mendalam. Yang perlu
diperhatikan dalam kontek ini adalah adanya kondisi di mana kita harus
mulai berfikir untuk menolak pemikiran dalam pendidikan yang bersifat
harus memilih antara penggunaan pembelajaran tatap muka langsun
maupun pembelajaran yang berbasis online, dikarenakan kondisi saat ini
telah menuntut para pendidik untuk menggabungkan unsur keduanya
dengan cara yang terbaik dalam penggabungannya.
Trend Pendidikan Berbasis Blended Learning
20
Pendidikan Berbasis Blended Learning
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
ResearchGate has not been able to resolve any references for this publication.