Available via license: CC BY-NC-SA 4.0
Content may be subject to copyright.
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 12, Nomor 2, Juli 2020, pp.170-175 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
170
Analisis Kemampuan Higher Order Thingking Skills (HOTS) Siswa Materi IPA Di
Sekolah Dasar
Arrofa Acesta
PGSD Universitas Kuningan
arrofa.acesta@uniku.ac.id
Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar. Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan
pendekatan kualitatif yaitu untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah
secara kualitatif berdasarkan data kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Unggulan
di Kuningan yang berberjumlah 23 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan analisis soal evaluasi harian
IPA dan Kuisioner. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan rumus deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pelajaran IPA di SD Kuningan indeks
Persepsi siswa dalam aspek berpikir kritis termasuk katagori sering, aspek berpikir kreatif termasuk katagori
sering dan aspek pemecahan masalah termasuk katagori jarang, berdasarkan data tersebut bahwa keterampilan
berpikir tingkat tinggi sudah sering dilaksanakan. hasil analisis soal-soal evaluasi harian IPA menunjukkan soal
yang menstimulasi kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemampuan berpikir tingkat rendah dari data hasil
penelitian dapat menyimpulkan soal-soal IPA untuk mengembangkan HOTS masih rendah.
Kata Kunci: HOTS, Materi IPA
Abstract: This research was conducted to study the ability to think at a higher level in the Natural Sciences (IPA)
lessons in elementary schools. The research method used is descriptive by using qualitative methods to describe
the ability to think critically, creatively, and solve qualitative problems based on quantitative data. The sample in
this study was 23 grade IV elementary students in Kuningan. The data assessment technique uses the daily IPA
and Questionnaire evaluation question analysis. The data that has been collected is then developed using a
qualitative descriptive formula. The results showed critical thinking skills in science lessons in Kuningan
Kuningan index of student appreciation in critical aspects including frequent categories, aspects of creative
thinking including frequent categories and aspects of problem solving including frequent categories, based on
data related to the results of the analysis of daily science evaluation questions showing questions which stimulates
higher-order thinking skills and low-level thinking skills from the data. The results of the study can overcome the
problems of science to develop HOTS is still low.
Keywords: HOTS, Science Materials
PENDAHULUAN
Implementasi Kurikulum 2013 bertujuan
untuk meningkatkan mutu kualitas pendidikan
agar mampu berdaya saing menghadapi
tantangan di era industri 4.0 sehingga
menghasilkan generasi emas 2045 yang
gemilang dari aspek pengetahuan sikap dan
keterampilan. Penerapan kurikulum 2013 dalam
rangka menyikapi tuntutan zaman yang semakin
kompetetitif (Apandi, 2018:10).
Salah satu elemen perubahan pada
kurikulum 2013 pada jenjang sekolah dasar
adalah penguatan proses pembelajaran. Melalui
proses pembelajaran yang baik diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran lebih
efektif, efisien, menyenangkan, dan bermakna,
sehingga mampu meningkatkan kualitas
pencapaian hasil belajar dan mengedepankan
siswa berpikir kritis, tidak hanya menyampaikan
konseptual maupun faktual. Hal ini di sesuaikan
dengan kebutuhan peserta didik dimasa yang
akan datang sehingga harus memiliki kecakapan
berpikir untuk mencetak sumberdaya manusia
yang berkualitas diantaranya memiliki
kemampuan memecahkan masalah,
berkomunikasi dan berpikir kritis (Acesta,
2019:3). Selanjutnya Acesta mengungkapkan
Through education also students can interact
with the environment to develop the abilities that
exist in him. This ability can be in the form of
APA Citation: Acesta, A. (2020). Analisis Kemampuan Higher Order Thingking Skills (HOTS)
Siswa Materi IPA Di Sekolah Dasar. Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi,
12(2), 170-175. doi: 10.25134/quagga.v12i2.2831.
Received: 26-05-2020
Accepted: 17-06-2020
Published: 01-07-2020
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 12, Nomor 2, Juli 2020, pp.170-175 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
171
cognitive abilities that hone knowledge,
affective abilities to hone the sensitivity of
feelings, and psychomotor abilities, namely the
ability to do something. Through these three
abilities a stuadent is expected to be able to
become an individual who is ready to enter the
world outside of school (Acesta, 2020:1-2).
Melalui penguatan proses pembelajaran
diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran lebih efektif, efisien,
menyenangkan, dan bermakna, sehingga
mampu meningkatkan kualitas pencapaian hasil
belajar dan mengedepankan siswa berpikir kritis
(tidak sekedar menyampaikan faktual). Pada
kenyataannya masih banyak guru yang kurang
faham tentang HOTS. Hal ini tampak pada
rumusan indikator, tujuan, maupun kegiatan
pembelajaran dan penilaiannya dalam
rancangan pembelajaran yang dibuat dan
pelaksanaan proses pembelajarannya. Guru
harus mampu mengembangkan dan
mengkonversikan dari pembelajaran yang masih
bersifat Lower Order Thinking Skill (LOTS)
menjadi Higher Order Thinking Skill (HOTS),
dan ini harus sudah diawali sejak merancang
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Fanani, (2018:2).
Pentingnya optimalisasi kemampuan
berfikir tingkat tinggi dalam pembelajaran
didasarkan pada kenyataan bahwa sebagian
siswa belum mampu untuk menghubungkan
antara pengetahuan yang sudah dipelajari di
sekolah dengan bagaimana cara
mengimplementasikan dalam kehidupan nyata.
Pembelajaran di sekolah dasar cenderung
menekankan pada aspek hafalan, tanpa
mengembangkan pemahaman yang mendalam
untuk diaktualisasikan. Sehingga terkesan tidak
konstektual, pembelajaran yang telah siswa
lakukan seolah-olah tidak sama atau terpisah
dari kehidupan nyata sehingga menjadikan
pembelajaran tersebut tidak bermakna karena
mereka tidak dapat menerapkan apa yang telah
mereka pelajari apabila dihadapkan pada situasi
berbeda yang mereka temui di luar kelas.
Usmaedi (2017:83).
Pada hakekatnya keterampilan berpikir
tingkat tinggi di sekolah dasar, merupakan
kecakapan utama yang harus dimiliki seorang
lulusan yang berkompeten sebagaimana
tercantum dalam Permendikbud no. 54 tahun
2013 tentang standar kompetensi lulusan SD/MI
“Memiliki kemampuan berpikir dan tindakan
yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak
dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan
kepadanya”. Sehingga pembelajaran difokuskan
pada pembentukan keterampilan berpikir
tingkat tinggi yaitu menganalisis, mengevaluasi,
dan mencipta atau kreativitas melalui
pendekatan saintifik yang dikemas dalam
pembelajaran tematik integratif.) keterampilan
berpikir tingkat tinggi yakni berpikir kritis
merupakan salah satu keterampilan terpenting
bagi siswa di era globalisasi dan tranformasi
yang mengarahkan siswa untuk dapat memilah
informasi yang diperoleh secara luas, Fajriyah
(2018:2).
Proses menganalisis, mengevaluasi, dan
mengkreasi merupakan indikator dalam hots
Higher Order Thinking Skills) Proses
keterampilan berpikir tingkat tinggi diperoleh
dari pengalaman siswa dalam mengikuti
pembelajaran , siswa agar dapat mengkontruksi
dan membangun suatu pengetahuan dalam
dirinya sehingga memiliki kesadaran dalam
proses pembelajaran. belajar yang seperti ini
membuat siswa dapat berkembang dan memiliki
kemampuan bernalar. Hal ini menunjukkan
bahwa proses pembelajaran lebih pada
kemampuan menggunakan konsep dan
kemampuan mengembangkan keterampilan
tingkat tinggi indikator untuk mengukur
keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOT)
diantaranya adalah (1) menganalisis, meliputi
menganalisis informasi yang masuk dan
menstrukturisasi informasi menjadi bagian yang
lebih kecil dalam menemukan pola dan
hubungan, mampu mengenali serta
membedakan faktor penyebab dan akibat ,
mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan;
(2) mengevaluasi, meliputi: memberikan
penilaian terhadap solusi, gagasan, dan
metodologi dengan menggunakan kriteria
standar yang ada untuk memastikan nilai
efektivitas atau manfaatnya, membuat hipotesis,
mengkritik dan melakukan pengujian, menerima
atau menolak suatu pernyataan berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan; (3) mengkreasi
/mencipta, meliputi: membuat generalisasi suatu
ide atau cara pandang terhadap sesuatu,
merancang suatu cara untuk menyelesaikan
masalah, mengorganisasikan unsur-unsur atau
bagian-bagian menjadi struktur baru yang belum
pernah ada sebelumnya. (Anugrahana: 144).
Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti
tertarik untuk fokus melaksanakan penelitian
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 12, Nomor 2, Juli 2020, pp.170-175 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
172
terkait dengan analisis kemampuan hots siswa.
Adapun tujuan dari penelitian yang pertama
untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir
kreatif siswa pada materi IPA di sekolah Dasar,
Kedua untuk mendeskripsikan keterampilan
berpikir kritis siswa, ketiga untuk
mendeskripsikan keterampilan pemecahan
masalah siswa.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif. Secara metodologis,
penelitian ini termasuk ke dalam jenispenelitian
deskriptif kualitatif, yaitu laporan berdasarkan
pendekatan kualitatif mencakup masalah
deskripsi murni tentang program dan/atau
pengalaman orang di lingkungan penelitian.
Tujuan deskripsi ini adalah untuk membantu
pembaca mengetahui apa yang terjadi di
lingkungan di bawah pengamatan, seperti apa
pandangan partisipan yang berada di latar
penelitian, dan seperti apa peristiwa atau
aktivitas yang terjadi di latar penelitian.
Deskripsi ini ditulis dalam bentuk narasi untuk
melengkapi gambaran menyeluruh tentang apa
yang terjadi dalam aktivitas atau peristiwa yang
dilaporkan (Emzir 2012:174).
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan
keterampilan berpikir tingkat tinggi pada siswa
kelas IV sekolah dasar Di Kuningan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini analisis soal tes. Evaluasi harian
untuk melihat keterampilan berpikir tingkat
tinggi siswa. digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data.berdasarkan level kognitif
dari Bloom (Ariyana 2018:6).
Tabel 1. Level Kognitif Bloom
Proses Kognitif
C1
Mengingat
LOTS
C2
Memahami
C3
Menerapkan
C4
Menganalisis
HOTS
C5
Mengevaliasi
C6
Mencipta
Kuisioner Persepsi siswa tentang
penerapan higher order thinking skills di dalam
pembelajaran. Isian kuisioner dikonversi
menjadi data kuantitatif sebagai berikut; sangat
sering skor 4, Sering skor 3, jarang skor 2 dan
tidak pernah skor 1.
Tabel 2. Indeks Persepsi Siswa Pembelajaran
Berpikir Tingkat Tinggi
No
Aspek
Item
pernyataan
jumlah
1
Berpikir Kritis
4
4
2
Berpikir kreatif
4
4
3
Pemecahan
masalah
3
3
Selanjutnya menentukan interval nilai untuk
memasukan kategori persepsi siswa dengan
menggunakan rumus:
Interval Skala =𝑚−𝑛
𝑏
m = Angka tertinggi dalam skor jawaban
n = Angka terendah dalam nilai jawaban
b = Banyaknya kategori jawaban
berdasarkan rumus tersebut maka didapatkan
interval skala sebagai berikut:
Tabel 3. Interval Skala Nilai
Nilai Persepsi
Indeks
interval
Kategori
1
1.00 – 1.75
Tidak Pernah
2
1.76 – 2.51
Jarang
3
2.52 – 3.27
Sering
4
3.28- 4.00
Sangat
Sering
Dimodifikasi dari Meilianawati (2019:44)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
(HOTS) di Sekolah Dasar
Hasil analisis kemampuan keterampilan
berpikir tingkat tingggi (HOTS) dalam
pembelajaran di sampaikan oleh guru di
kelas berdasarkan pendapat siswa yang
berjumlah 23 siswa. Kemampuan hots
dilihat dari aktivitas guru dalam
pembelajaran untuk menstimulasi
kemunculan berpikir kritis, berpikir kreatif,
dan pemecahan masalah. hasil penghitungan
berdasarkan interval skala likert tidak
pernah, jarang, sering dan sering sekali.
Tabel 4. Hasil Analisis Indeks Persepsi
Siswa
No
Aspek
Rata-
rata
Skor
Kategori
1
Berpikir
Kritis
2.55
Sering
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 12, Nomor 2, Juli 2020, pp.170-175 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
173
2
Berpikir
Kreatif
2.58
Sering
3
Pemecahan
Masalah
2.00
Jarang
Berdasarkan tabel 1 tersebut, peneliti
dapat menetapkan tingkat pencapaian
kemampuan berpikir tingkat tinggi
berdasarkan hasil penilaian pendapat siswa
berdasarkan indeks pendapat siswa. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dalam bentuk
grafik batang berikut ini.
Gambar 1. Hasil Analisis Indeks Pesersepsi
Siswa
Berdasarkan gambar 1, hasil analisis 23
siswa kelas IV bersama guru kelas dan
peneliti membimbing siswa agar dapat
menilai guru berdasarkan pendapat siswa
dengan tidak merasa ada tekanan dari
siapapun. Selanjutnya peneliti menghitung
rata-rata setiap indikator keterampilan
berpikir tingkat tinggi atau (HOTS)
berdasarkan tiga indikator yaitu berpikir
kritis, kreativitas dan pemecahan masalah.
Berdasarkan tabel di atas bahwa persepsi
siswa terhadap keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi (HOTS) adalah untuk
kriteria berpikir kritis (Critical Thinking)
dengan skor rata rata adalah 2.55 termasuk
kedalam katagori sering, sedangkan untuk
kriteria kreativitas memiliki skor rata-rata
adalah 2.58 termasuk katagori sering dan
untuk pemecahan masalah (problem solving
rata-rata skor adalah 2.00 termasuk kedalam
katagori jarang. Selaras dengan hasil
penelitian Meilianawati (2018:50) critical
thinking memiliki skor rata-rata 2,75
berdasarkan persepsi siswa artinyanya bahwa
kemampuan tersebut sering diterapkan oleh
guru di dalam kelas. Untuk aspek Creativity
memiliki skor 2,52 bahwa aspek kreatifitas
sering diterapkan oleh guru di dalam kelas,
selanjutnya hasil penelitian Wijayanti
(2019:65) memaparkan bahwa indikator
berpikir kritis ( critical thingking) dan
problem solving skor rata-rata 3,22 termasuk
kedalam kategori sering, sedangkan
indikator creativity skor rata-rata 2,83
termasuk kategori sering. artinya bahwa
aspek berpikir kritis, pemecahan masalah dan
kreativitas sering diterapkan dalam
pembelajaran di kelas, Selanjutnya hasil
penelitian Ismawati (2019:71) analisis
persepsi siswa terhadap pembelaharan HOTS
adalah; aspek berpikir kritis dan pemecahan
masalah 2.09, termasuk kategori jarang,
aspek kreativitas 2,35 termasuk kategori
jaranghal ini berarti bahwa pembelajarn
yang di terapkan dikelas belum menstimulasi
munculnya HOTS.
2. Hasil Analisis Soal Evaluasi Harian
Peneliti melakukan analisis terhadap
soal-soal ulangan harian yang sudah dibuat
oleh guru dan peneliti hanya menganalisis
soal-soal yang berkaitan dengan muatan Ilmu
Pengetahuan Alam, yang terdiri dari tema 6,
7 8 sub tema 1,2 dan 3 berdasarkan hasil
analisis soal evaluasi harian yang berkaitan
dengan muatan IPA dari 20 soal yang
termasuk katagori keterampilan berpikir
tinggi higher order thinking skills(hots)
indikator soal taksonomi Bloom kategori
C4, C5, C6 yaitu 5 soal atau 25 % dan 15
soal atau 75% termasuk katagori
keterampilan berpikir tingkat rendah / low
order thinking skills (lots) indikator soal
taksonomi Bloom kategori C1, C2 C3. Untuk
lebih jelasnya dapat di lihat dalam bentuk
diagram batang berikut;
Gambar 2. Hasil Analisis Soal IPA
0
1
2
3
4
5
Rata-rata
skor siswa
Berpikir Kritis
Kreativitas
Pemecahan masalah
0
5
10
15
Kategori
Soal HOTS LOTS
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 12, Nomor 2, Juli 2020, pp.170-175 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
174
Berdasarkan gambar 2, dapat
disimpulkan bahwa masih rendahnya soal
soal evaluasi yang menggunakan
keterampilan berpikir tingkat tinggi atau
higher order tinking skills (hots) yaitu hanya
5 soal saja dari 20 soal yang dianalisis.
Selebihnya soal-soal yang termasuk kategori
keterampilan berpikir rendah.
Hasil analisi soal IPA Wijayanti,
(2019:58) menunjukkan bahwa soal –soal
ujian masih didomonasi kriteria soal LOTS
(Lower Order Thinking Skills) 73 % dan soal
ujian yang termasuk kriteria HOTS (Higher
Order Thinking Skills) 27 % dari 40 soal
yang dianalisis, sedangkan Ismawati
(2019:92) hasil analisis soal IPA
menunjukkan 95% soal termasuk kriteria
LOT dan 5 % soal termasuk kategori HOTS
dari 22 soal yang dianalisis, sehingga dapat
disimpulkan berdasarkan berbagai hasil
penelitian tersebut rendahnya soal-soal
ujian yang berkategori HOTS sehinga sangat
perlu adanya pelatihan bagi guru dalam
menyusun soal ujian. Sehingga diharapkan
dapat meningkatkan kualitas soal ujian.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. ketiga aspek indikator higher order
thinking skills, telah muncul dalam
pembelajaran berdasarkan pendapat siswa
bahwa aspek berpikir kritis, aspek berpikir
kreatif sudah tercermin dan terlaksana
dalam pembelajaran dan masuk kedalam
kataagori sering, sedangkan aspek
pemecahan masalah masuk kedalam
katagori jarang
2. Hasil analisis soal evaluasi harian materi
Ilmu Pengetahuan Alammenunjukkan
bahwa hanya 5 soal atau 25% yang
menunjukkan soal termasuk higher order
thinking skills dan 15 soal atau 75%
3. Berdasarkan hasil analisis soal evaluasi,
masih rendahnya soal-soal yang termasuk
kategori HOTS, sehingga diperlukan
perbaikan dan peningkatan mutu/kualitas
dalam menyusun soal-soal evaluasi agar
kriteria soal HOTS lebih dominan.
REFEERENSI
Acesta, Arrofa. 2019. Pengaruh Model
Pembelajaran Guided Discovery
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Jurnal Dinamika IPA Sekolah Dasar.
Universitas Negeri Jakarta.
Acesta, Arrofa. 2020. Development of Natural
Science Learning Models Based on
Multiple Inteligences to Improve Higher
Order Thinking Skills in Elementary
Schools. Journal of Physics: Conference
Series 1477 (2020) 042036 IOP
Publishing doi:10.1088/1742-
6596/1477/4/042036.
Ariyana, Yoki, Dkk. 2018. Buku Pegangan
Pembelajaran Berorientasi pada
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, Jakarta.
Anugrahana, Andri. 2018. Tinjauan Deskriptif
Penerapan Higher Order Thinking dan
Problem-Based Learning Pada Mata
Kuliah Geometri Berdasarkan
Kemampuan Matematika Mahasiswa,
Scholaria: Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Vol. 8 No. 2, Mei 2018:
142-156 Universitas Sanata Dharma.
Apandi, Idris. 2018. Strategi Pembelajaran Aktif
Abad 21 dan Hots. Samudra Biru,
Yogyakarta.
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan
Rajawali Press. Jakarta.
Fanani, Ahmad, Kusmaharti Dian. 2018.
Pengembangan Pembelajaran Berbasis
Hots (Higher Order Thinking Skill) Di
Sekolah Dasar Kelas V. Jurnal
Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-
ISSN 2549-5801 Universitas PGRI Adi
Buana. Surabaya.
Fajriyah Khusnul, Agustini Ferina. 2018.
Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi Siswa SD Pilot Project Kurikulum
2013 Kota Semarang. Jurnal Elementary
School e-ISSN 2502-4264 Volume 5
nomor 1 Januari 2018 Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas PGRI
Semarang.
Ismawati Bernadeta Putri, 2019 Analisis
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Dalam Pembelajaran Tematik Siswa
Kelas IVTahun Ajaran 2018.2019,
Skripsi Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.
Meilianawati Bernadeta Ika. 2019. Analisis
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 12, Nomor 2, Juli 2020, pp.170-175 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
175
Pada Pembelajaran Tematik Kelas III.
Skripsi Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta
Usmaedi. 2017. Menggagas Pembelajaran Hots
Pada Anak Usia Sekolah Dasar. JPSD
Vol. 3 No. 1, Maret 2017 ISSN 2540-
909382, STKIP Setia Budhi Rangkas
Bitung.
Wijayanti, Putri Nugraheni, 2019, Analisis
Keterampilan Berpikitr Tingkat Tinggi
Pada Pembelajaran Tematik Kelas V,
Skripsi Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.