ArticlePDF Available

Analisis Kemampuan Higher Order Thingking Skills (HOTS) Siswa Materi IPA Di Sekolah Dasar

Authors:

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar. Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif denganpendekatan kualitatif yaitu untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalahsecara kualitatif berdasarkan data kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Unggulan di Kuningan yang berberjumlah 23 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan analisis soal evaluasi harian IPA dan Kuisioner. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan rumus deskriptif kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pelajaran IPA di SD Kuningan indeks Persepsi siswa dalam aspek berpikir kritis termasuk katagori sering, aspek berpikir kreatif termasuk katagori sering dan aspek pemecahan masalah termasuk katagori jarang, berdasarkan data tersebut bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi sudah sering dilaksanakan. hasil analisis soal-soal evaluasi harian IPA menunjukkan soal yang menstimulasi kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemampuan berpikir tingkat rendah��� dari data hasil penelitian dapat menyimpulkan soal-soal IPA untuk mengembangkan HOTS masih rendah.
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 12, Nomor 2, Juli 2020, pp.170-175 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
170
Analisis Kemampuan Higher Order Thingking Skills (HOTS) Siswa Materi IPA Di
Sekolah Dasar
Arrofa Acesta
PGSD Universitas Kuningan
arrofa.acesta@uniku.ac.id
Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar. Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan
pendekatan kualitatif yaitu untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah
secara kualitatif berdasarkan data kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Unggulan
di Kuningan yang berberjumlah 23 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan analisis soal evaluasi harian
IPA dan Kuisioner. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan rumus deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pelajaran IPA di SD Kuningan indeks
Persepsi siswa dalam aspek berpikir kritis termasuk katagori sering, aspek berpikir kreatif termasuk katagori
sering dan aspek pemecahan masalah termasuk katagori jarang, berdasarkan data tersebut bahwa keterampilan
berpikir tingkat tinggi sudah sering dilaksanakan. hasil analisis soal-soal evaluasi harian IPA menunjukkan soal
yang menstimulasi kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemampuan berpikir tingkat rendah dari data hasil
penelitian dapat menyimpulkan soal-soal IPA untuk mengembangkan HOTS masih rendah.
Kata Kunci: HOTS, Materi IPA
Abstract: This research was conducted to study the ability to think at a higher level in the Natural Sciences (IPA)
lessons in elementary schools. The research method used is descriptive by using qualitative methods to describe
the ability to think critically, creatively, and solve qualitative problems based on quantitative data. The sample in
this study was 23 grade IV elementary students in Kuningan. The data assessment technique uses the daily IPA
and Questionnaire evaluation question analysis. The data that has been collected is then developed using a
qualitative descriptive formula. The results showed critical thinking skills in science lessons in Kuningan
Kuningan index of student appreciation in critical aspects including frequent categories, aspects of creative
thinking including frequent categories and aspects of problem solving including frequent categories, based on
data related to the results of the analysis of daily science evaluation questions showing questions which stimulates
higher-order thinking skills and low-level thinking skills from the data. The results of the study can overcome the
problems of science to develop HOTS is still low.
Keywords: HOTS, Science Materials
PENDAHULUAN
Implementasi Kurikulum 2013 bertujuan
untuk meningkatkan mutu kualitas pendidikan
agar mampu berdaya saing menghadapi
tantangan di era industri 4.0 sehingga
menghasilkan generasi emas 2045 yang
gemilang dari aspek pengetahuan sikap dan
keterampilan. Penerapan kurikulum 2013 dalam
rangka menyikapi tuntutan zaman yang semakin
kompetetitif (Apandi, 2018:10).
Salah satu elemen perubahan pada
kurikulum 2013 pada jenjang sekolah dasar
adalah penguatan proses pembelajaran. Melalui
proses pembelajaran yang baik diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran lebih
efektif, efisien, menyenangkan, dan bermakna,
sehingga mampu meningkatkan kualitas
pencapaian hasil belajar dan mengedepankan
siswa berpikir kritis, tidak hanya menyampaikan
konseptual maupun faktual. Hal ini di sesuaikan
dengan kebutuhan peserta didik dimasa yang
akan datang sehingga harus memiliki kecakapan
berpikir untuk mencetak sumberdaya manusia
yang berkualitas diantaranya memiliki
kemampuan memecahkan masalah,
berkomunikasi dan berpikir kritis (Acesta,
2019:3). Selanjutnya Acesta mengungkapkan
Through education also students can interact
with the environment to develop the abilities that
exist in him. This ability can be in the form of
APA Citation: Acesta, A. (2020). Analisis Kemampuan Higher Order Thingking Skills (HOTS)
Siswa Materi IPA Di Sekolah Dasar. Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi,
12(2), 170-175. doi: 10.25134/quagga.v12i2.2831.
Received: 26-05-2020
Accepted: 17-06-2020
Published: 01-07-2020
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 12, Nomor 2, Juli 2020, pp.170-175 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
171
cognitive abilities that hone knowledge,
affective abilities to hone the sensitivity of
feelings, and psychomotor abilities, namely the
ability to do something. Through these three
abilities a stuadent is expected to be able to
become an individual who is ready to enter the
world outside of school (Acesta, 2020:1-2).
Melalui penguatan proses pembelajaran
diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran lebih efektif, efisien,
menyenangkan, dan bermakna, sehingga
mampu meningkatkan kualitas pencapaian hasil
belajar dan mengedepankan siswa berpikir kritis
(tidak sekedar menyampaikan faktual). Pada
kenyataannya masih banyak guru yang kurang
faham tentang HOTS. Hal ini tampak pada
rumusan indikator, tujuan, maupun kegiatan
pembelajaran dan penilaiannya dalam
rancangan pembelajaran yang dibuat dan
pelaksanaan proses pembelajarannya. Guru
harus mampu mengembangkan dan
mengkonversikan dari pembelajaran yang masih
bersifat Lower Order Thinking Skill (LOTS)
menjadi Higher Order Thinking Skill (HOTS),
dan ini harus sudah diawali sejak merancang
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Fanani, (2018:2).
Pentingnya optimalisasi kemampuan
berfikir tingkat tinggi dalam pembelajaran
didasarkan pada kenyataan bahwa sebagian
siswa belum mampu untuk menghubungkan
antara pengetahuan yang sudah dipelajari di
sekolah dengan bagaimana cara
mengimplementasikan dalam kehidupan nyata.
Pembelajaran di sekolah dasar cenderung
menekankan pada aspek hafalan, tanpa
mengembangkan pemahaman yang mendalam
untuk diaktualisasikan. Sehingga terkesan tidak
konstektual, pembelajaran yang telah siswa
lakukan seolah-olah tidak sama atau terpisah
dari kehidupan nyata sehingga menjadikan
pembelajaran tersebut tidak bermakna karena
mereka tidak dapat menerapkan apa yang telah
mereka pelajari apabila dihadapkan pada situasi
berbeda yang mereka temui di luar kelas.
Usmaedi (2017:83).
Pada hakekatnya keterampilan berpikir
tingkat tinggi di sekolah dasar, merupakan
kecakapan utama yang harus dimiliki seorang
lulusan yang berkompeten sebagaimana
tercantum dalam Permendikbud no. 54 tahun
2013 tentang standar kompetensi lulusan SD/MI
“Memiliki kemampuan berpikir dan tindakan
yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak
dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan
kepadanya”. Sehingga pembelajaran difokuskan
pada pembentukan keterampilan berpikir
tingkat tinggi yaitu menganalisis, mengevaluasi,
dan mencipta atau kreativitas melalui
pendekatan saintifik yang dikemas dalam
pembelajaran tematik integratif.) keterampilan
berpikir tingkat tinggi yakni berpikir kritis
merupakan salah satu keterampilan terpenting
bagi siswa di era globalisasi dan tranformasi
yang mengarahkan siswa untuk dapat memilah
informasi yang diperoleh secara luas, Fajriyah
(2018:2).
Proses menganalisis, mengevaluasi, dan
mengkreasi merupakan indikator dalam hots
Higher Order Thinking Skills) Proses
keterampilan berpikir tingkat tinggi diperoleh
dari pengalaman siswa dalam mengikuti
pembelajaran , siswa agar dapat mengkontruksi
dan membangun suatu pengetahuan dalam
dirinya sehingga memiliki kesadaran dalam
proses pembelajaran. belajar yang seperti ini
membuat siswa dapat berkembang dan memiliki
kemampuan bernalar. Hal ini menunjukkan
bahwa proses pembelajaran lebih pada
kemampuan menggunakan konsep dan
kemampuan mengembangkan keterampilan
tingkat tinggi indikator untuk mengukur
keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOT)
diantaranya adalah (1) menganalisis, meliputi
menganalisis informasi yang masuk dan
menstrukturisasi informasi menjadi bagian yang
lebih kecil dalam menemukan pola dan
hubungan, mampu mengenali serta
membedakan faktor penyebab dan akibat ,
mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan;
(2) mengevaluasi, meliputi: memberikan
penilaian terhadap solusi, gagasan, dan
metodologi dengan menggunakan kriteria
standar yang ada untuk memastikan nilai
efektivitas atau manfaatnya, membuat hipotesis,
mengkritik dan melakukan pengujian, menerima
atau menolak suatu pernyataan berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan; (3) mengkreasi
/mencipta, meliputi: membuat generalisasi suatu
ide atau cara pandang terhadap sesuatu,
merancang suatu cara untuk menyelesaikan
masalah, mengorganisasikan unsur-unsur atau
bagian-bagian menjadi struktur baru yang belum
pernah ada sebelumnya. (Anugrahana: 144).
Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti
tertarik untuk fokus melaksanakan penelitian
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 12, Nomor 2, Juli 2020, pp.170-175 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
172
terkait dengan analisis kemampuan hots siswa.
Adapun tujuan dari penelitian yang pertama
untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir
kreatif siswa pada materi IPA di sekolah Dasar,
Kedua untuk mendeskripsikan keterampilan
berpikir kritis siswa, ketiga untuk
mendeskripsikan keterampilan pemecahan
masalah siswa.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif. Secara metodologis,
penelitian ini termasuk ke dalam jenispenelitian
deskriptif kualitatif, yaitu laporan berdasarkan
pendekatan kualitatif mencakup masalah
deskripsi murni tentang program dan/atau
pengalaman orang di lingkungan penelitian.
Tujuan deskripsi ini adalah untuk membantu
pembaca mengetahui apa yang terjadi di
lingkungan di bawah pengamatan, seperti apa
pandangan partisipan yang berada di latar
penelitian, dan seperti apa peristiwa atau
aktivitas yang terjadi di latar penelitian.
Deskripsi ini ditulis dalam bentuk narasi untuk
melengkapi gambaran menyeluruh tentang apa
yang terjadi dalam aktivitas atau peristiwa yang
dilaporkan (Emzir 2012:174).
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan
keterampilan berpikir tingkat tinggi pada siswa
kelas IV sekolah dasar Di Kuningan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini analisis soal tes. Evaluasi harian
untuk melihat keterampilan berpikir tingkat
tinggi siswa. digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data.berdasarkan level kognitif
dari Bloom (Ariyana 2018:6).
Tabel 1. Level Kognitif Bloom
Proses Kognitif
Mengingat
LOTS
Memahami
Menerapkan
Menganalisis
HOTS
Mengevaliasi
Mencipta
Kuisioner Persepsi siswa tentang
penerapan higher order thinking skills di dalam
pembelajaran. Isian kuisioner dikonversi
menjadi data kuantitatif sebagai berikut; sangat
sering skor 4, Sering skor 3, jarang skor 2 dan
tidak pernah skor 1.
Tabel 2. Indeks Persepsi Siswa Pembelajaran
Berpikir Tingkat Tinggi
No
Aspek
Item
pernyataan
jumlah
1
Berpikir Kritis
4
4
2
Berpikir kreatif
4
4
3
Pemecahan
masalah
3
3
Selanjutnya menentukan interval nilai untuk
memasukan kategori persepsi siswa dengan
menggunakan rumus:
Interval Skala =𝑚−𝑛
𝑏
m = Angka tertinggi dalam skor jawaban
n = Angka terendah dalam nilai jawaban
b = Banyaknya kategori jawaban
berdasarkan rumus tersebut maka didapatkan
interval skala sebagai berikut:
Tabel 3. Interval Skala Nilai
Nilai Persepsi
Indeks
interval
Kategori
1
1.00 1.75
Tidak Pernah
2
1.76 2.51
Jarang
3
2.52 3.27
Sering
4
3.28- 4.00
Sangat
Sering
Dimodifikasi dari Meilianawati (2019:44)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
(HOTS) di Sekolah Dasar
Hasil analisis kemampuan keterampilan
berpikir tingkat tingggi (HOTS) dalam
pembelajaran di sampaikan oleh guru di
kelas berdasarkan pendapat siswa yang
berjumlah 23 siswa. Kemampuan hots
dilihat dari aktivitas guru dalam
pembelajaran untuk menstimulasi
kemunculan berpikir kritis, berpikir kreatif,
dan pemecahan masalah. hasil penghitungan
berdasarkan interval skala likert tidak
pernah, jarang, sering dan sering sekali.
Tabel 4. Hasil Analisis Indeks Persepsi
Siswa
No
Aspek
Rata-
rata
Skor
Kategori
1
Berpikir
Kritis
2.55
Sering
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 12, Nomor 2, Juli 2020, pp.170-175 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
173
2
Berpikir
Kreatif
2.58
Sering
3
Pemecahan
Masalah
2.00
Jarang
Berdasarkan tabel 1 tersebut, peneliti
dapat menetapkan tingkat pencapaian
kemampuan berpikir tingkat tinggi
berdasarkan hasil penilaian pendapat siswa
berdasarkan indeks pendapat siswa. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dalam bentuk
grafik batang berikut ini.
Gambar 1. Hasil Analisis Indeks Pesersepsi
Siswa
Berdasarkan gambar 1, hasil analisis 23
siswa kelas IV bersama guru kelas dan
peneliti membimbing siswa agar dapat
menilai guru berdasarkan pendapat siswa
dengan tidak merasa ada tekanan dari
siapapun. Selanjutnya peneliti menghitung
rata-rata setiap indikator keterampilan
berpikir tingkat tinggi atau (HOTS)
berdasarkan tiga indikator yaitu berpikir
kritis, kreativitas dan pemecahan masalah.
Berdasarkan tabel di atas bahwa persepsi
siswa terhadap keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi (HOTS) adalah untuk
kriteria berpikir kritis (Critical Thinking)
dengan skor rata rata adalah 2.55 termasuk
kedalam katagori sering, sedangkan untuk
kriteria kreativitas memiliki skor rata-rata
adalah 2.58 termasuk katagori sering dan
untuk pemecahan masalah (problem solving
rata-rata skor adalah 2.00 termasuk kedalam
katagori jarang. Selaras dengan hasil
penelitian Meilianawati (2018:50) critical
thinking memiliki skor rata-rata 2,75
berdasarkan persepsi siswa artinyanya bahwa
kemampuan tersebut sering diterapkan oleh
guru di dalam kelas. Untuk aspek Creativity
memiliki skor 2,52 bahwa aspek kreatifitas
sering diterapkan oleh guru di dalam kelas,
selanjutnya hasil penelitian Wijayanti
(2019:65) memaparkan bahwa indikator
berpikir kritis ( critical thingking) dan
problem solving skor rata-rata 3,22 termasuk
kedalam kategori sering, sedangkan
indikator creativity skor rata-rata 2,83
termasuk kategori sering. artinya bahwa
aspek berpikir kritis, pemecahan masalah dan
kreativitas sering diterapkan dalam
pembelajaran di kelas, Selanjutnya hasil
penelitian Ismawati (2019:71) analisis
persepsi siswa terhadap pembelaharan HOTS
adalah; aspek berpikir kritis dan pemecahan
masalah 2.09, termasuk kategori jarang,
aspek kreativitas 2,35 termasuk kategori
jaranghal ini berarti bahwa pembelajarn
yang di terapkan dikelas belum menstimulasi
munculnya HOTS.
2. Hasil Analisis Soal Evaluasi Harian
Peneliti melakukan analisis terhadap
soal-soal ulangan harian yang sudah dibuat
oleh guru dan peneliti hanya menganalisis
soal-soal yang berkaitan dengan muatan Ilmu
Pengetahuan Alam, yang terdiri dari tema 6,
7 8 sub tema 1,2 dan 3 berdasarkan hasil
analisis soal evaluasi harian yang berkaitan
dengan muatan IPA dari 20 soal yang
termasuk katagori keterampilan berpikir
tinggi higher order thinking skills(hots)
indikator soal taksonomi Bloom kategori
C4, C5, C6 yaitu 5 soal atau 25 % dan 15
soal atau 75% termasuk katagori
keterampilan berpikir tingkat rendah / low
order thinking skills (lots) indikator soal
taksonomi Bloom kategori C1, C2 C3. Untuk
lebih jelasnya dapat di lihat dalam bentuk
diagram batang berikut;
Gambar 2. Hasil Analisis Soal IPA
0
1
2
3
4
5
Rata-rata
skor siswa
Berpikir Kritis
Kreativitas
Pemecahan masalah
0
5
10
15
Kategori
Soal HOTS LOTS
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 12, Nomor 2, Juli 2020, pp.170-175 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
174
Berdasarkan gambar 2, dapat
disimpulkan bahwa masih rendahnya soal
soal evaluasi yang menggunakan
keterampilan berpikir tingkat tinggi atau
higher order tinking skills (hots) yaitu hanya
5 soal saja dari 20 soal yang dianalisis.
Selebihnya soal-soal yang termasuk kategori
keterampilan berpikir rendah.
Hasil analisi soal IPA Wijayanti,
(2019:58) menunjukkan bahwa soal soal
ujian masih didomonasi kriteria soal LOTS
(Lower Order Thinking Skills) 73 % dan soal
ujian yang termasuk kriteria HOTS (Higher
Order Thinking Skills) 27 % dari 40 soal
yang dianalisis, sedangkan Ismawati
(2019:92) hasil analisis soal IPA
menunjukkan 95% soal termasuk kriteria
LOT dan 5 % soal termasuk kategori HOTS
dari 22 soal yang dianalisis, sehingga dapat
disimpulkan berdasarkan berbagai hasil
penelitian tersebut rendahnya soal-soal
ujian yang berkategori HOTS sehinga sangat
perlu adanya pelatihan bagi guru dalam
menyusun soal ujian. Sehingga diharapkan
dapat meningkatkan kualitas soal ujian.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. ketiga aspek indikator higher order
thinking skills, telah muncul dalam
pembelajaran berdasarkan pendapat siswa
bahwa aspek berpikir kritis, aspek berpikir
kreatif sudah tercermin dan terlaksana
dalam pembelajaran dan masuk kedalam
kataagori sering, sedangkan aspek
pemecahan masalah masuk kedalam
katagori jarang
2. Hasil analisis soal evaluasi harian materi
Ilmu Pengetahuan Alammenunjukkan
bahwa hanya 5 soal atau 25% yang
menunjukkan soal termasuk higher order
thinking skills dan 15 soal atau 75%
3. Berdasarkan hasil analisis soal evaluasi,
masih rendahnya soal-soal yang termasuk
kategori HOTS, sehingga diperlukan
perbaikan dan peningkatan mutu/kualitas
dalam menyusun soal-soal evaluasi agar
kriteria soal HOTS lebih dominan.
REFEERENSI
Acesta, Arrofa. 2019. Pengaruh Model
Pembelajaran Guided Discovery
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Jurnal Dinamika IPA Sekolah Dasar.
Universitas Negeri Jakarta.
Acesta, Arrofa. 2020. Development of Natural
Science Learning Models Based on
Multiple Inteligences to Improve Higher
Order Thinking Skills in Elementary
Schools. Journal of Physics: Conference
Series 1477 (2020) 042036 IOP
Publishing doi:10.1088/1742-
6596/1477/4/042036.
Ariyana, Yoki, Dkk. 2018. Buku Pegangan
Pembelajaran Berorientasi pada
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, Jakarta.
Anugrahana, Andri. 2018. Tinjauan Deskriptif
Penerapan Higher Order Thinking dan
Problem-Based Learning Pada Mata
Kuliah Geometri Berdasarkan
Kemampuan Matematika Mahasiswa,
Scholaria: Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Vol. 8 No. 2, Mei 2018:
142-156 Universitas Sanata Dharma.
Apandi, Idris. 2018. Strategi Pembelajaran Aktif
Abad 21 dan Hots. Samudra Biru,
Yogyakarta.
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan
Rajawali Press. Jakarta.
Fanani, Ahmad, Kusmaharti Dian. 2018.
Pengembangan Pembelajaran Berbasis
Hots (Higher Order Thinking Skill) Di
Sekolah Dasar Kelas V. Jurnal
Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-
ISSN 2549-5801 Universitas PGRI Adi
Buana. Surabaya.
Fajriyah Khusnul, Agustini Ferina. 2018.
Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi Siswa SD Pilot Project Kurikulum
2013 Kota Semarang. Jurnal Elementary
School e-ISSN 2502-4264 Volume 5
nomor 1 Januari 2018 Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas PGRI
Semarang.
Ismawati Bernadeta Putri, 2019 Analisis
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Dalam Pembelajaran Tematik Siswa
Kelas IVTahun Ajaran 2018.2019,
Skripsi Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.
Meilianawati Bernadeta Ika. 2019. Analisis
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 12, Nomor 2, Juli 2020, pp.170-175 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
175
Pada Pembelajaran Tematik Kelas III.
Skripsi Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta
Usmaedi. 2017. Menggagas Pembelajaran Hots
Pada Anak Usia Sekolah Dasar. JPSD
Vol. 3 No. 1, Maret 2017 ISSN 2540-
909382, STKIP Setia Budhi Rangkas
Bitung.
Wijayanti, Putri Nugraheni, 2019, Analisis
Keterampilan Berpikitr Tingkat Tinggi
Pada Pembelajaran Tematik Kelas V,
Skripsi Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.
... Students with advanced thinking abilities must analyze, connect, and interpret difficulties to find answers or new ideas (Saraswati & Agustika, 2020). Strengthening students' higher-order thinking skills is a learning process that is supposed to improve the quality of learning so that it is more effective, efficient, and relevant, hence increasing learning outcomes (Acesta, 2020). As a result, differentiated pedagogy is a strategy that allows teachers to create tactics to fulfill each student's requirements based on diversity of preparation, student learning profiles, and interests (Siburian et al., 2019). ...
... In Malaysia, higher-order thinking skills, or HOTs, are becoming a major focus of education. According to Acesta (2020), teaching students to think more critically is a learning process that should be able to raise the standard of instruction and make it more effective, efficient, and relevant to raising learning objectives. ...
Article
Full-text available
Higher-order thinking skills (HOTS) are a vital aspect in the transformation of the education system in Malaysia. However, thinking skills are less effectively implemented in the Malaysian education system, leading to a lack of Higher- Order Thinking (HOT) skills among Malaysian pupils. One of the factors contributing to this problem is the teaching approach used by teachers during teaching and learning sessions in the classroom. The presence of students with a variety of learning styles, interests, and levels of ability in a classroom has been a challenge for teachers to undertake teaching and learning activities and subsequently the established teaching and learning objectives. According to the 2022 International Student Assessment Programme Report (PISA), Malaysia is ranked 53rd out of 81 participating countries, which is the lowest ranking when compared to other countries. This is the result of the student's inability to answer assessment questions that require high-level thinking skills. The same situation also occurred where Malaysia’s performance in the Trend in International Mathematical and Scientific Studies (TIMSS) programme in 2019 showed that Malaysia was ranked 26th out of 39 participating countries. (TIMSS 2019). Differentiated Pedagogy (DP) is proposed as a solution, as it meets the learning needs and backgrounds of students who are different from the abilities aspect. The purpose of this study was to examine the impact of different pedagogy methods on the improvement of higher-order thinking skills within 5th-year primary school pupils in science subjects. The study was conducted using an experimental method by implementing differentiated pedagogical learning on a sample of 40 pupils selected purposefully from a school in the Meradong district. The sample of this study was divided by class, which was Year 5 of St. Thomas (n = 20) was used as a control group taught using conventional teaching methods, and Year 5 of St. Matthew (n = 20) was assigned to an experimental group taught using Differentiated Pedagogy method. The sample was given a high-level thinking skills test to determine the performance of pupils before and thereafter the implementation of differentiated pedagogy in learning the unit of 'Matter'. The results of this study indicated an improvement in higher-order thinking skills (HOTs) application in the treatment group that was taught utilizing differentiated pedagogy compared to that of the control group. This study suggests the use of this differentiated pedagogy in other schools as well as in other subjects.
... Thus, there is a need to develop material characteristics, test questions, and student needs. Based on the research by Ref. [16], the presentation of HOTS items to students is still inadequate, indicating a need for improvement and enhancement of quality aspects in the preparation of test items to make HOTS criteria more dominant. ...
Article
Full-text available
Test instruments are crucial assessment aspects for students, utilized to gauge their knowledge abilities during the learning process. Educators or teachers must scrutinize and analyze the tests beforehand to ensure that the questions predominantly assess higher-order thinking skills (HOTS). Learning processes predominantly focusing on lower-order thinking abilities may result in students struggling with questions that require higher-order thinking skills. This study aims to determine the percentage of knowledge dimension aspects, cognitive process dimension, and HOTS content in three supporting books for Science Learning Material in Fourth Grade. It adopts a quantitative descriptive research approach, analyzing a population of 400 multiple-choice questions from three supporting books, with a sample size of 400 questions. Data collection techniques involve observation and documentation methods, utilizing document analysis guideline sheets as instruments. Findings reveal that the percentage of knowledge dimension results across the three supporting books indicate: factual dimension (23.2%, 34%, and 42%), conceptual dimension (54.8%, 47%, and 40%), procedural dimension (19.6%, 16%, and 16%), and metacognitive dimension (2.4%, 3%, and 2%). Regarding cognitive process dimension and HOTS content (C4 to C6), the supporting books yield: remembering level (C1) ranging from 27.2% to 40%, understanding level (C2) ranging from 32.4% to 40%, applying level (C3) ranging from 8% to 12.8%, analyzing level (C4) ranging from 8% to 22%, evaluating level (C5) ranging from 3% to 7.2%, and creating level (C6) ranging from 0% to 1.6%. According to these findings, the three supporting books for Fourth Grade Elementary School Science Learning Material do not adequately meet the criteria for fostering higher-order thinking skills.
... Critical thinking is a high-level thinking skill possessed by a person and is used to be able to analyze various problems faced. Critical thinking has a difficulty level that is in categories C4-C6 according to Bloom's taxonomy, which is known as high-order thinking (Acesta, 2020;Jiwandono, 2020). This condition illustrates that having critical thinking skills is not easy but can be obtained instantly. ...
Article
Full-text available
One of the skills that are needed by students in current developments is 21st century skills, also known as 4C skills. This study aims to measure and describe the level of 4C skills possessed by students majoring in science at MA Plus Nurul Islam Sekarbela. The type of research used is descriptive-qualitative. The research subjects were all students majoring in science in grades 10–12, totaling 84 students. The research data was gathered using two methods: test questions for critical thinking and creative thinking, and observation sheets for collaboration and communication skills. All data obtained were analyzed descriptively and categorized based on the criteria of each 4C skill. Based on the research, it was found that communication skills were the skills with the highest score for students majoring in science at MA Plus Nurul Islam Sekarbela, with a score of 82.00, while creative thinking was the skill with the lowest score, with a score of 69.00.
... Pembelajaran di sekolah cenderung mengarahkan siswa untuk menghafal tanpa mengembangkan pemahaman mendalam untuk diaktualisasikan sehingga membuat siswa menjadikan pembelajaran tersebut tidak bermakna karena mereka tidak dapat mengimplementasikannya ke luar kelas. Keterampilan berpikir Tingkat tinggi harus di mulai dari sekolah dasar untuk menghasilkan lulusan yang berkompeten (Acesta, 2020). Sesungguhnya pada dunia pendidikan HOTS mampu diterapkan, sebab kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dapat dilatih dan ditingkatkan. ...
Article
Pesatnya pendidikan Islam khususnya sekolah sunnah yang dibarengi biaya Pendidikan yang cukup tinggi membuat banyak siswa khususnya dengan ekonomi menengah ke bawah kesulitan mendapatkan Pendidikan yang berkualitas. Sekolah Dasar Bait Ta’limy Mutiara Umat diberikan KIT IPA berupa paket atau set alat dan bahan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang bertujuan untuk meningkatkan minat dan pemahaman siswa terhadap Ilmu Pengetahuan Alam yang bisa berupa penyediaan bahan dan alat praktikum, alat peraga, buku atau modul pembelajaran, atau bahkan program pelatihan bagi guru-guru IPA yang ada di sekolah tersebut. KIT IPA ini bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan alam, mengembangkan pemahaman siswa tentang fenomena alam, dan melatih keterampilan dalam berpikir ilmiah serta aplikasi ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat pengabdian, dilakukan pembinaan kepada mitra khususnya guru yang mengampuh mata Pelajaran IPA untuk meningkatkan pembelajaran IPA dengan menggunakan alat-alat KIT IPA.
... Acesta, A. (2020). Analisis Kemampuan Higher Order Thingking Skills (HOTS) Siswa Materi IPA Di Sekolah Dasar. ...
Article
Literacy learning at this time is very important because it can help students to think more critically and be able to think in a structured way. The literacy learning method is a method that invites students to think conceptually in their learning activities in class. The derivatives of this learning system include thinking, reading, and writing. The tendency problem encountered by students when compiling their final assignment is not being able to harmonize these three aspects, so a learning method with better content is needed for students to be able to complete their final assignment comfortably. The object of this study is the effectiveness of the literacy learning method for students. The method in this study uses a qualitative approach to data analysis with data triangulation. The results in this study are that the implementation of literacy learning methods must be carried out repetitively so that students are able to describe patterns of thinking, reading, and writing.
... So that students' HOTS in Indonesia is still relatively low at the national and international levels (Istiyono & Suyoso, 2019;Sarah et al., 2021). According to previous study in general, Indonesian students' HOTS abilities are very low in: (1) integrating information; (2) generalize case by case; (3) formulating real-world problems into subject concepts; and (4) conduct investigations (Acesta, 2020). ...
Article
Full-text available
Learning activities tend to be teacher-centered with conventional learning methods. In addition, the indicators trained are limited to C4 (analyzing) indicators. This has an impact on students' higher order thinking skills. This study aims to analyze the effect of the conceptual understanding procedures learning model on students' higher order thinking skills. This study uses a quasi-experimental research method with a quantitative research approach. The type of research design used is a non-equivalent control group design. The subjects in this study were students science class in senior high school with a study population of 205 students. The sampling technique used is cluster random sampling. The data collection technique used was a description test of 7 questions then measured using the t test. The results showed that the Conceptual Comprehension Procedure learning model had a significant effect on students' higher order thinking skills. This research has implications for the student learning process so that it can become an evaluation lesson for teachers to improve the quality of learning, especially with regard to training students' higher order thinking skills.
Article
Full-text available
This paper explored the critical reading strategies and reading performance of junior high school (JHS) students enrolled in both public and private schools. 628 JHS answered the adapted survey questionnaire developed by Anderson and Krathwohl (2001) and a researcher-made reading test. The results revealed that JHS students had a high level of awareness of their use of critical reading strategies. However, the results of reading test said otherwise. There is a disconnect with what the students thought they could apply critical reading strategies and their score in the reading test. This paper recommends explicit teaching of critical reading strategies so that JHS students can better prepare themselves for the cognitive and non-cognitive demands in the tertiary level. Furthermore, this paper strongly recommends noncognitive assessments such as reading attitudes and motivations to have a more holistic approach in assessing the critical reading strategies of JHS students.
Article
Cultural-based learning is designed to focus on materials related to the local culture of the region where the students come from, taking into account their diverse backgrounds, experiences, and prior knowledge in daily life. This approach aims to connect and transform local culture with cultures from other regions in Indonesia and foreign cultures to enhance students' higher-order thinking skills. To support this goal, culturally transformative learning tools have been developed through a rigorous, practical, and effective study. The research employed both the Plomp development method and experimental methods. The study's subjects were 11th-grade students from a school in Tapanuli Selatan ( Tapsel ) Regency, with the sample consisting of three classes: a limited trial class, a control class, and an experimental class. Data collection techniques included observations, interviews, and questionnaires, using research instruments such as validation sheets, student activity observation sheets, implementation sheets of learning tools, and student response questionnaires. The results from the Plomp method showed that the developed learning tools are valid, practical, and effective. The experimental research results, analyzed using One-Way ANOVA, indicated that the learning tools had a significant impact on students' higher-order thinking skills, with a p-value of 0.002 (sig < 0.005). This finding suggests that the culturally oriented learning tools significantly improve students' higher-order thinking skills, making them an effective tool in the context of mathematics education.
Article
Full-text available
Lack of teacher ability to develop teaching materials causes boredom. The aim of this research is to develop a Visual Auditory Kinesthetic (VAK) based learning e-module aimed at students in the fourth grade of elementary school, a solution that researchers can offer. This research is a mixed method-based development research using the 4 D (Four-D) research model. Data collection methods use observation, interviews and questionnaires. The research subjects were 4 experts and 1 teacher. The test subjects were shown to fourth grade elementary school students. The data analysis technique uses qualitative and quantitative descriptive analysis. The research results show that material experts and media experts carry out product testing, while teachers and students carry out assessments. The results show overall results for material experts are 91 percent in the very good category, overall media experts are 89 percent in the very good category, practitioners overall are 95 percent in the very good category, and students overall are 93 percent in the very good category. Therefore, it can be concluded that learning e-modules that focus on energy-saving materials for fourth grade elementary school students are suitable for use. The implication of this research is that this learning e-module can help teachers and students as a learning tool to support learning, especially in energy saving material.
Article
The application of higher order thinking skills (HOTS) in evaluation aims to improve the quality of students' thinking, especially about the process of solving a problem. This study aims to develop a wordwall-based assessment instrument to measure HOTS. This study methods used the Borg and Gall development model with 8 stages covering, looking for potential and formulating problems, information gathering, product design, product design validation, design revision, small group trials, product revisions, field trials. Respondents who took the test were divided into 2, namely 25 students for small group trials and all of class VII SMPN 2 Maesan, Bondowoso for field trials. The questionnaires used in this study were interview questionnaires, validation questionnaires and tests to find out students' HOTS. The results showed that the validity of the assessment instrument was 80.99% with a valid category along with the items, and the reliability of the assessment instrument was 0.770. The analysis of the discriminating power of the items produced 3 items in the very good category, 10 items in the good category, 4 items in the sufficient category, and 3 items in the poor category. Then the difficulty level analysis produces 5 questions in the too easy category, 12 questions in the medium category, and 3 questions in the too difficult category. Based on the results of the research, the assessment instrument developed was stated to be valid and suitable for use for subsequent learning evaluations even though there were minor revisions
Article
Full-text available
This research is motivated by the learning of Natural Sciences which have not been integrated with multiple Intelligence and Higher order Thinking Skills (HOTS). The objectives of this study are:. 1) To describe the model of science learning based on multiple intelligences in elementary schools. 2) To describe the learning model of the effectiveness of multiple intelligence-based science in elementary schools. This study uses research or development research and development (R&D) methods, the research methods used to produce certain products, and tests the effectiveness of the products carried out by the research carried out, Design Based Research- Development Planning based on targets from Herington, McKenney, Reeves, Oliver Based on the research results that have been explained, the following conclusions are obtained.The validity of the science, environment, technology and community model based on the validity of the experts meets the valid criteria, the learning kit consisting of lesson plans and worksheets achieves valid. Practicality of science, environment, technology and society models based on practical assessment has reached practical criteria and assessment of students has reached very practical criteria. The effectiveness of the questionnaire appreciation for learning science using the model of science, environment, technology and society from all four aspects.
Article
Full-text available
Teaching and learning process in the classroom tends to use the process of memorizing and using the concept in Bloom's taxonomy. This study developed questions that invites students to perform high-level skill process of analyzing, evaluating, and creating, according to Bloom's taxonomy, which are the indicators of HOT (Higher Order Thinking). The HOT process is derived from students experience in learning and the knowledge of each student. This qualitative descriptive research aims to obtain a description of the HOT problem-solving process in the geometry course. Subjects in this study were 50 prospective elementary school teachers. The learning process begins with the students getting the problems given by the teacher, then discussing it in groups, and providing opportunities for students to express opinions or thoughts orally. The data collection was the results of the student's thinking process, problem-solving skills test, and interviews. The data analysis was done by doing data reduction, data presentation, also drawing conclusion and verification. The result showed that students experiencing high level skill process of analyzing, evaluating and creating. In the process of analyzing, the students proved the formula of the area of two-dimensional figures. In evaluating the stages, the students in the group conducted the examination, made guesses, did the experiment, and tested the allegations of what has been done. Furthermore, students were able to create and find various answers in the form of two-dimensional figures.
Pengaruh Model Pembelajaran Guided Discovery Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Dinamika IPA Sekolah Dasar
  • Arrofa Acesta
Acesta, Arrofa. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Guided Discovery Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Dinamika IPA Sekolah Dasar. Universitas Negeri Jakarta.
Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada
  • Yoki Ariyana
Ariyana, Yoki, Dkk. 2018. Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Metodologi Penelitian Pendidikan Rajawali Press
  • Emzir
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Rajawali Press. Jakarta.
Pengembangan Pembelajaran Berbasis Hots (Higher Order Thinking Skill) Di Sekolah Dasar Kelas V. Jurnal Pendidikan Dasar
  • Ahmad Fanani
  • Kusmaharti Dian
Fanani, Ahmad, Kusmaharti Dian. 2018. Pengembangan Pembelajaran Berbasis Hots (Higher Order Thinking Skill) Di Sekolah Dasar Kelas V. Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801 Universitas PGRI Adi Buana. Surabaya.
Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SD Pilot Project Kurikulum
  • Fajriyah Khusnul
  • Agustini Ferina
Fajriyah Khusnul, Agustini Ferina. 2018. Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SD Pilot Project Kurikulum 2013 Kota Semarang. Jurnal Elementary School e-ISSN 2502-4264 Volume 5 nomor 1 Januari 2018 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas PGRI Semarang.
Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pembelajaran Tematik Siswa Kelas IVTahun Ajaran
  • Putri Ismawati Bernadeta
Ismawati Bernadeta Putri, 2019 Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pembelajaran Tematik Siswa Kelas IVTahun Ajaran 2018.2019, Skripsi Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Analisis Keterampilan Berpikitr Tingkat Tinggi Pada Pembelajaran Tematik Kelas V, Skripsi Universitas Sanata Dharma
  • Putri Wijayanti
  • Nugraheni
Wijayanti, Putri Nugraheni, 2019, Analisis Keterampilan Berpikitr Tingkat Tinggi Pada Pembelajaran Tematik Kelas V, Skripsi Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.