ArticlePDF Available

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH

Authors:

Abstract

Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis kemampuan berpikir kreatif dalam hal matematika untuk memecahkan masalah. Artikel ini adalah literatur kepustakaan sehingga metode pengumpulan data yang digunakan adalah diambil dari jurnal penelitian lain, yaitu melacak sumber tertulis yang berisi berbagai tema dan topik yang dibahas. Penelitian ini dilakukan dengan melihat dan menghubungkan cara seorang siswa menganalisis dan berpikir kreatif untuk memecahkan permasalahan dengan menggunakan matematika. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat penerapan pemecahan masalah terhadap kemampuan berpikir kreatif matematika siswa.
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
MATEMATIKA SISWA DALAM MEMECAHKAN
MASALAH
NAMA MAHASISWA : INDI FAUZATI ULFAH
NIM : 4193311061
DOSEN PENGAMPU : Dr. EDY SURYA, M.Si
MATA KULIAH : GEOMETRI BIDANG DAN RUANG
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKLUTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEI 2020
ARTIKEL
MK. GEOMETRI BIDANG
DAN RUANG
PRODI S1 PENDIDIKAN
MATEMATIKA - FMIPA
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis kemampuan berpikir kreatif dalam hal
matematika untuk memecahkan masalah. Artikel ini adalah literatur kepustakaan sehingga metode
pengumpulan data yang digunakan adalah diambil dari jurnal penelitian lain, yaitu melacak sumber
tertulis yang berisi berbagai tema dan topik yang dibahas. Penelitian ini dilakukan dengan melihat dan
menghubungkan cara seorang siswa menganalisis dan berpikir kreatif untuk memecahkan permasalahan
dengan menggunakan matematika. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat penerapan
pemecahan masalah terhadap kemampuan berpikir kreatif matematika siswa.
A. Pendahuluan
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru terhadap siswa dalamrangka menuju
kepada kedewasaan. Penjelasan ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa
pendidikan ialah daya upaya untuk memberi tuntunan pada segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-
anak, agar mereka menjadi dewasa baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan dan kebahagian hidup lahir dan batin yang setinggi-tingginya (Rosdiana, 2008:
11). Pendapat lain, menurut Gunawan pendidikan ialah interaksi antara guru dan siswa yang dapat
membantu pengembangan manusia seutuhnya yang berorientasi pada nilai-nilai dan pelestarian serta
pengembangan budaya pendidikan (Sarbini dan Lina, 2011: 20).
Menurut Sujoko dan Surya (2017) Matematika selalu diidentikkan dengan segala sesuatu yang
bersifat abstrak, perhitungan, penalaran, menghafal rumus, keaktifan berfikir dan pemahaman-
pemahaman teorema yang digunakan sebagai dasar mata pelajaran eksak lainnya. Matematika
merupakan daerah kurikuler penting yang mempengaruhi semua aspek dalam kehidupan individu
termasuk pendidikan formal, pekerjaan, kegiatan rekreasi, bahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Surya (2017) Matematika adalah mata pelajaran yang diajarkan dari jenjang pendidikan
dasar sampai pendidikan menengah. Selain mempunyai sifat yang abstrak, pemahaman konsep
matematika yang baik sangatlah penting karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasarat
pemahaman konsep sebelumnya.
Menurut Surya dan Sari (2017) matematika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang
paling penting. Siswa perlu belajar matematika karena pentingnya dalam kehidupan sehari-hari. Selain
itu, matematika juga sangat penting bagi siswa untuk belajar dan memahami mata pelajaran lain, namun
nyatanya banyak siswa merasa kurang tertarik dengan mata pelajaran matematika (Sujoko dan Surya,
2017).
Kurang tertarikan siswa dengan mata pelajaran matematika harus diimbangi dengan pendidikan
yang kreatif agar muncul pikiran-pikiran yang kreatif dari siswa. Tentu itu harus diimbangi dengan
peran guru yang membantu menyiapkan pembelajaran yang menarik untuk siswa. Dalam proses belajar
mengajar guru mempunyai tugas untuk memilih model pembelajaran berikut media yang tepat sesuai
dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Sampai saat ini masih banyak
ditemui kesulitan siswa untuk mempelajari dan masih rendahnya hasil belajar matematika.
Menurut NR Nasution dan E Surya (2017) bahwa rendahnya hasil belajar matematika dikarenakan
proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas lebih banyak didominasi oleh guru saja, sehingga
ketika guru memberikan latihan, masih ada siswa yang tidak dapat mengerjakan latihan bahkan melihat
jawaban temannya. Terbukti dengan nilai ulangan harian, ujian tengah semester dan ujian akhir
semester mereka masih di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sementara itu, siswa
kesulitan dalam memahami pembelajaran matematika dikarenakan konsep dasar matematika itu tidak
diterapkan oleh guru sehingga siswa tidak memiliki kreativitas dalam memecahkan masalah-masalah
matematika yang diajukan padanya baik yang bersifat rutin maupun tidak. Di dalam kelas, kurangnya
minat belajar siswa pada matematika dikarenakan matematika merupakan bidang studi yang sulit
dipahami, soal-soalnya tidak mudah untuk dikerjakan dan tidak adanya media pembelajaran yang
digunakan oleh guru.
3
Permasalahan yang sering muncul bahwa cara berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran
matematika masih sangat rendah dan mampu mempengruhi hasil belajar matematika. Sebagaimana
penelitian yang penulis ambil dari sebuah jurnal (Manurung dan Surya, 2017) studi pendahulauan yang
di lakukan di SMP Al Hidayah Medan, menemukan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
belajar matematika sangat rendah. Kemampuan siswa yang kurang dan proses pembelajaran yang tidak
berlangsung sebagaimana mestinya dapat mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah karena
prestasi yang dicapai siswa di sekolah. Clack dan Boy (Hidayat, 2010: 5) menemukanbahwa70%
ditentukan oleh faktor internal (kemampuan individu) dan 30%ditentukan oleh faktor eksternal
(lingkungan belajar).
Menurut Putra dkk (2012), Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa memiliki
kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu faktor penting dari
tujuan pembelajaran karena memberi pengetahuan semata-mata kepada siswa tidak akan banyak
menolongnya dalam kehidupan sehari-hari, sehinggadalam pembelajaran sebaiknya dapat
mengembangkan sikap dan kemampuan peserta siswa yang dapat membantu untuk menghadapi
persoalan-persoalan di masa mendatang secara kreatif.
Menurut Dahlan (dalam Nasution, 2015) kemampuan berpikir tingkat tinggi matematika atau
Mathematical Thinking terdiri dari kemampuan berpikir logis, kritis, sistematis, analitis, kreatif,
produktif, penalaran, koneksi, komunikasi, dan pemecahan masalah matematis. Salah satu kemampuan
berpikir tingkat tinggi yang perlu untuk diberdayakan adalah kemampuan berpikir kreatif.
Pengembangan kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu fokus dalam pembelajaran
matematika. Kemampuan berpikir kreatif dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah matematika
diantaranya pada langkah perumusan, penafsiran, dan penyelsaian model atau perencanaan
penyelesaian masalah.
Menurut La Moma (2015) Berpikir kreatif dalam matematika dapat dipandang sebagai orientasi
atau disposisi tentang instruksi matematis, termasuk tugas penemuan dan pemecahan masalah. Aktivitas
tersebut dapat membawa siswa mengembangkan pendekatan yang lebih kreatif dalam matematika.
Tugas aktivitas tersebut dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam hal
yang berkaitan dengan dimensi kreativitas. Krutetskii mengatakan bahwa kreativitas identik dengan
keberbakatan matematika. Lebih lanjut, Krutetskii mengatakan kreativitas dalam pemecahan masalah
matematis merupakan kemampuan dalam merumuskan masalah matematika secara bebas, bersifat
penemuan, dan baru. Ide-ide ini sejalan dengan ideide seperti fleksibilitas dan kelancaran dalam
membuat asosiasi baru dan menghasilkan jawaban divergen yang berkaitan dengan kreativitas secara
umum.
Daniel Fasko (dalam Nehe dan dkk, 2017) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif
matematis adalah kemampuan berpikir tingkat matematis itu termasuk dengan keaslian, elaborasi,
kelenturan dan kefasihan. Karakteristik pemikiran kreatif yaitu orisinalitas, elaborasi, kelancaran dan
kelenturan. Agar kreativitas anak bisa terwujud dibutuhkan mendorong individu (motivasi intrinsik)
dan dorongan lingkungan (motivasi ekstrinsik). Dari beberapa pernyataan di atas menyimpulkan bahwa
untuk memahami matematika membutuhkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil pemikiran kreatif
mendorong siswa untuk secara aktif terlibat dalam pembelajaran matematika sekolah.
Semiawan (2002) menjelaskan bahwa Kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-
gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas meliputi baik ciri-ciri aptitude
seperti kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), dan keaslian (originality) dalam pemikiran,
maupun ciri-ciri non aptitude, seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin
mencari pengalaman-pengalaman baru.
Menurut Munandar (2009)Kreativitas adalah kemampuan untuk mengkombinasikan,
memecahkan atau menjawab masalah, dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif.
Menurut Lindren (dalam Yamin, 2013) Berpikir kreatif yaitu memberikan macam-macam
kemungkinan jawaban atau pemecahan masalah berdasarkan informasi yang diberikan dan
mencetuskan banyak gagasan terhadap suatu persoalan.
4
Menurut Hamruni (2012), salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa
adalah dengan menggalakkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memacu proses berpikir. Dalam
pengertian ini konsep masalah atau pertanyaan-pertanyaan digunakan untuk memunculkan “budaya
berpikir“ pada diri siswa.
Evans (dalam Siswono, 2008) menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental
untuk membuat hubungan-hubungan yang terus menerus, sehingga ditemukan kondisi yang “benar”
atau sampai seseorang itu menyerah.
Menurut Siswono (2008) berpikir kreatif merupakan suatu kebiasaan dari pemikiran yang tajam
dengan intuisi, menggerakkan imajinasi, mengungkapkan (to reveal) kemungkinan-kemungkinan baru,
membuka selubung (unveil) ide-ide yang menakjubkan dan inspirasi ide-ide yang tidak diharapkan.
Sedangkan menurut Siswono dan Novitasari (2007) mengatakan bahwa untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika, perlu dilaksanakan pembelajaran
yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya. Salah
satu pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kreatifnya adalah model pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran berbasis masalah
membiasakan siswa untuk berpikir secara divergen. Sebagaimana yang dinyatakan bahwa dengan
adanya masalah menuntut siswa untuk mengembangkan pola pikirnya dalam memecahkan masalah
tersebut. Disamping itu, salah satu tujuan siswa dilatih menyelesaikan masalah dengan menggunakan
pemecahan masalah (problem solving) salah satunya adalah untuk meningkatkan motivasi dan
menumbuhkan sifat kreatif.
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika
Menurut La Moma (2015) Berpikir kreatif dalam matematika dapat dipandang sebagai orientasi
atau disposisi tentang instruksi matematis, termasuk tugas penemuan dan pemecahan masalah. Aktivitas
tersebut dapat membawa siswa mengembangkan pendekatan yang lebih kreatif dalam matematika.
Tugas aktivitas tersebut dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam hal
yang berkaitan dengan dimensi kreativitas. Krutetskii mengatakan bahwa kreativitas identik dengan
keberbakatan matematika. Lebih lanjut, Krutetskii mengatakan kreativitas dalam pemecahan masalah
matematis merupakan kemampuan dalam merumuskan masalah matematika secara bebas, bersifat
penemuan, dan baru. Ide-ide ini sejalan dengan ide-ide seperti fleksibilitas dan kelancaran dalam
membuat asosiasi baru dan menghasilkan jawaban divergen yang berkaitan dengan kreativitas secara
umum (Nasution dan Surya, 2017).
Menurut Nurmasari dkk (2014) Berpikir kreatif dalam matematika dan dalam bidang lainnya
merupakan bagian keterampilan hidup yang perlu dikembangkan terutama dalam menghadapi era
informasi dan suasana bersaing semakin ketat. Individu yang diberi kesempatan berpikir kreatif akan
tumbuh sehat dan mampu menghadapi tantangan. Sebaliknya, individu yang tidak diperkenankan
berpikir kreatif akan menjadi frustrasi dan tidak puas. Pengembangan aktivitas kreatif tersebut adalah
dengan melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuandengan mengembangkan pemikiran divergen,
orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.
Adapun ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif menurut Azhari (2013) antara lain meliputi:
1. Keterampilan berpikir lancar
a. Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan
b. Menghasilkan motivasi belajar
c. Arus pemikiran lancar
2. Keterampilan berpikir lentur (fleksibel)
a. Menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam
b. Mampu mengubah cara atau pendekatan
5
c. Arah pemikiran yang berbeda
3. Keterampilan berpikir orisinil
a. Meberikan jawaban yang tidak lazim
b. Memberkan jawaban yang lain daripada yang lain
c. Memberikan jawaban yang jarang diberikan kebanyakan orang
4. Keterampilan berpikir terperinci (elaborasi)
a. Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan
b. Memperinci detail-detail
c. Memperluas suatu gagasan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif dapat dijadikan
indikator dalam menilai kemampuan berpikir kreatif seseorang.
Masalah Dan Penyelesaian Masalah Dalam Matematika
Terdapat dua jenis pendefinisian masalah matematika dalam kamus Webster’s (dalam Baroody,
1993), yaitu (1) masalah dalam matematika adalah sesuatu yang memerlukan penyelesaian, (2) suatu
masalah adalah suatu pernyataan yang membingungkan atau sulit. Dalam mempelajari matematika,
pertanyaan akan merupakan suatu masalah jika seseorang tidak mempunyai aturan tertentu yang segera
dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut. Suatu masalah biasanya
memuat sesuatu yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannnya, akan tetapi tidak tahu secara
langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada
seorang anak dan anak tersebut langsung mengetahui cara penyelesaiannya dengan benar, maka
soaltersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah(Romli, 2016).
Cooney (1975 : 32) mengemukakan bahwa pemecahan masalah adalah prosesmenerima masalah
dan berusahamenyelesaikannya. Sedangkan Polya (1973) mendefiniskan pemecahan masalah sebagai
usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan.
Menurut Polya (1973) penyelesaian masalah dalam matematika terdiri atas empat langkah pokok,
yaitu 1) memahami masalah (understand the problem); 2) menyusun/memikirkan rencana (devise a
plan), 3) melaksanakan rencana (carry out a plan) dan 4) memeriksa kembali (look back). Senada
dengan Polya, Posamentier, Jaye dan Krulik (2007) menggunakan empat langkah dalam penyelesaian
masalah, yaitu 1) membaca masalah (read the problem), 2) memilih startegi (select a strategy), 3)
menyelesaikan masalah (solve the problem), dan 4) memeriksa kembali (look back).
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Penelitian ini adalah jenis penelitian yang
mencoba mengumpulkan data dari literatur atau jurnal. Dan model yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model penelitian sinkronis. Penelitian dilakukan dengan melihat dan menghubungkan indikator
kemampuan berpikir kreatif matematika siswa terhadap pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa.
Penelitian ini adalah literatur perpustakaan sehingga metode pengumpulan data yang digunakan adalah
mengumpulkan data dari literatur, yaitu melacak sumber tertulis yang berisi berbagai tema dan topik
yang dibahas. Data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dengan metode deskriptif menggambarkan
apa yang sedang diselidiki. Langkah awal penelitian ini adalah mengumpulkan dan mempelajari data
hasil penelitian yang sama oleh peneliti sebelumnya. Selanjutnya menambahkan data untuk mendukung
penelitian ini melalui jurnal, buku dan internet . Setelah data dikumpulkan dan di pelajari, dilanjutkan
dengan pengolahan pengolahan data. Kemudian melakukan analisis data dengan analisis deskriptif.
6
Kontribusi ini diharapkan untuk mengetahui penerapan pemecahan masalah terhadap kemampuan
berpikir kreatif matematika siswa.
C. Hasil dan Pembahasan
Pada hasil penelitian dapat dikatakan bahwa penerapan pemecahan masalah memiliki pengaruh
terhadap kemampuan berpikir kreatif matematika siswa. Munandar (1999) menyatakan bahwa
kreativitas adalah kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, karena kemampuan untuk
memberikan ide baru yang bisa diterapkan pada pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk
mengetahui hubungan antara unsur yang sudah ada. Sedangkan Krutetskii mengatakan kreativitas
dalam pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan dalam merumuskan masalah matematika
secara bebas, bersifat penemuan, dan baru. Ide-ide ini sejalan dengan ideide seperti fleksibilitas dan
kelancaran dalam membuat asosiasi baru dan menghasilkan jawaban divergen yang berkaitan dengan
kreativitas secara umum.
Keuntungan model penerapan pemecahan masalah antara lain : (1) menimbulkan rasa ingin tahu
siswa dan dapat memotivasi untuk menemukan jawaban-jawaban, (2) menimbulkan keterampilan
memecahkan masalah secara mandiri dan mengharuskan siswa untuk menganalisa dan memanipulasi
informasi, (3)model ini berpusat kepada siswa sehingga siswa secara aktif terlibat dalam proses belajar.
Namun pada kenyataannya menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa belum optimal,
rendahnya kemampuan siswa berpikir kreatif diduga karena selama ini guru tidak berusaha menggali
pengetahuan dan pemahaman siswa tentang berpikir kreatif. Selama ini guru hanya melaksanakan
pembelajaran secara prosedural, hanya memberikan rumus-rumus dan disuruh menghafal rumus
tersebut kemudian mengerjakan soal-soal latihan, tanpa memberi kesempatan siswa untuk berpikir
kreatif akibatnya siswa tidak menemukan makna dari apa yang dipelajari tersebut. Guru jarang
menciptakan suasana yang kondusif dalam proses pembelajaran bahkan belum menerapkan langkah-
langkah pembelajaran untuk siswa berpikir kreatif, sehingga anak tidak termotivasi untuk belajar
mandiri. Model pembelajaran yang dilakukan belum mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk
berpikir kreatif. Cara mengajar yang baik merupakan kunci dan prasyarat bagi siswa untuk dapat belajar
dengan baik. Salah satu tolak ukur bahwa siswa itu dapat mempelajari apa yang seharusnya dipelajari
adalah indikator hasil belajar yang dinginkan diicapai oleh siswa. Maka dari itu guru harus mengubah
sistem pengajarannya dan menerapkan langkah-langkah pembelajaran yang memotivasi peserta didik
untuk berpikir kreatif.
Berdasarkan hasil penelitian, membuktikan bahwa ada pengaruh pembelajaran berbasis pemecahan
masalah terhadap kemampuan berpikir kreatif matematika siswa . Hasil penelitian di atas relevan
dengan hasil penelitian dari Tambunan dan Surya (2017) dengan judul penelitian: Pengaruh
Kemampuan Berfikir Kreatif (Creative Thinking) Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika.
Penelitian ini mentakan bahwa : kemampuan berpikir kreatif merupakan suatu kemampuan yang harus
dimiliki oleh siswa dalam menyelesaikan persoalan matematika yang mungkin memiliki beberapa
penyelesaian. Ini artinya tanpa kemampuan berpikir kreatif yang memadai yang dimiliki siswa, maka
kemungkinan besar, siswa tidak mampu memecahkan soal matematika secara cepat, tepat, dan benar.
Namun pada kenyataannya menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa belum optimal,
rendahnya kemampuan siswa berpikir kreatif diduga karena selama ini guru tidak berusaha menggali
pengetahuan dan pemahaman siswa tentang berpikir kreatif. Selama ini guru hanya melaksanakan
pembelajaran secara prosedural, hanya memberikan rumusrumus kemudian mengerjakan soal-soal
latihan, tanpa memberi kesempatan siswa untuk berpikir kreatif akibatnya siswa tidak menemukan
makna dari apa yang dipelajari tersebut. Guru jarang menciptakan suasana yang kondusif dalam proses
pembelajaran bahkan belum menerapkan langkah-langkah pembelajaran untuk siswa berpikir kreatif,
sehingga anak tidak termotivasi untuk belajar mandiri. Model pembelajaran yang dilakukan belum
mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kreatif. Cara mengajar yang baik merupakan
kunci dan prasyarat bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik. Salah satu tolak ukur bahwa siswa itu
dapat mempelajari apa yang seharusnya dipelajari adalah indikator hasil belajar yang dinginkan diicapai
oleh siswa. Maka dari itu guru harus mengubah sistem peng/ajarannya dan menerapkan langkah-
langkah pembelajaran yang memotivasi peserta didik untuk berpikir kreatif.
7
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Terdapat Penerapan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematika Siswa.
E. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan berdasarkan penelitian ini adalah:
1) Kepada guru, khususnya guru matematika hendaknya menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah (Problem Based Learning) sebagai salah satu alternatif pembelajaran dalam
upaya mengembangkan cara berpikir siswa khususnya berpikir kreatif matematika, sehingga
hasil yang diperoleh tidak mudah dilupakan oleh siswa dan juga bisa melatih berpikir analisis,
kritis dan memecahkan sendiri masalah yang dihadapi.
2) Kepada peneliti supaya menyempurnakan penelitiannya dan mengefektifkan waktu, sehingga
memperoleh hasil yang lebih maksimal.
3) Kepada siswa disarankan untuk lebih serius dan disiplin dalam pembelajaran matematika
sehingga memperoleh hasil yang baik.
8
Daftar Pustaka
Hasibuan, H, S., & Surya, E. (2016). Analysis Of Critical Thinking Skills Class X SMK Patronage State
North Sumatra Province Academic Year 2015/2016. Jurnal Saung Guru. Vol. VIII (2) : 175 -
179.
Jamiah, R., & Surya, E. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Talking Stick Dengan Metode Math
Magic Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Kubus Dan Balok Di Kelas V
SD Negeri 200211 Padang Sidimpuan, Jurnal AXIOM. Vol. V (2) :. 244 - 255.
Purba, N, E., Surya, E., & Syahputra, E. (2017). Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui
Pemecahan Masalah Pada Materi FPB Dan KPK. Jurnal Pendidikan Matematika.
Manurung, H, W, T., & Surya, E. (2017) Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving
Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Pada Siswa Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Al Hidayah Medan, Journal Mathematic Education.
Nasution, R, N., & Surya, E. (2017) Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa. Jurnal Pendidikan
Matematika.
Dwi Antika Br Nasution, B, A, D., & Surya, E. Upaya Membangun Kemampuan Berfikir Kritis Siswa
Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan
Media Kartu Pembelajaran Eksponen.
Ginting, B, S, S. (2019). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Kemandirian
Belajar Siswa SMP Ar-Rahman Medan Melalui Pembelajaran Open-Ended Berbasis Brain-Gym,
Jurnal AXIOM: Vol. VIII (1) : 26 - 40.
Waluyo, S., & Surya, E. 2017. Pengaruh Pendekatan Open Ended Terhadap Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematika.
Tambunan, T, E., & Surya, E. Pengaruh Kemampuan Berfikir Kreatif(Creative Thinking) Siswa Dalam
Menyelesaikan Masalah Matematika.
Surya, E. (2010). Visual Thinking Dalam Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Siswa Dapat
Membangun Karakter Bangsa. Jurnal ABMAS 83. No. 10 : 1 -7.
Silalahi, D, A. Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif.
Panjaitan, H, A., & Surya, E. Creative Thinking (Berpikir Kreatif) Dalam Pembelajaran Matematika.
Article
Full-text available
research is a type of quantitative research with a correlation reserch method. This study aims to determinane wheather there is a positive and significant relationship between creative thinking skills and stident’s problem solving abilities. The sample used in this study were students of class VIII.A SMPN Bandar Lampung with 32 students. The data collection technique used in this study consisted of 3 stages, namely preparation, implementation and the final stage. The Instrument used in this study is a written test. The data analysis technique is correlation analysis which consists of prerequisite test analysis and hypothesis testing. Based on the research results, it shows that tcount(3.882)> ttable(2.042) and the sig value (0.001)< (0.05) with a correlation value of 0.578. So it can be concluded that the relationship between creative thinking skills and students problem solvig abilities is positive and significant, with a fairly close relationship. The contribution of creative thinking skills to problem solving abilities is 33.4%.
Research Proposal
Full-text available
ABSTRAK Berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa. Geometri merupakan salah satu bidang penting dari matematika yang memiliki efek penting pada pengembangan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika. Kemampuan berpikir kreatif siswa perlu dikembangkan melalui pembelajaran matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan berpikir kreatif mahasiswa pendidikan matematika ditinjau dari gaya belajarnya. Subjek terdiri dari 2 mahasiswa masing-masing memiliki gaya belajar yang berbeda. Gaya belajar yang digunakan ialah gaya belajar visual dan kinestetik. Pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara. Wawancara berupa tanya-tanya Soal tes berbentuk open-ended pada materi geometri jarak dalam ruang dimensi tiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek dengan gaya belajar kinestetik tergolong kurang kreatif. Perbedaan gaya belajar dapat digunakan dalam memetakan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa. Jadi semakin tinggi kemampuan awal siswa maka tingkat kemampuan berpikir kreatifnya cenderung tinggi, demikian juga semakin rendah kemampuan awal siswa maka tingkat kemampuan berpikir kreatifnya cenderung rendah. Kata kunci: geometri, tingkat kemampuan berpikir kreatif, kemampuan awal.
Article
Full-text available
Abstrak Adapun tujuan dari penelitian ini untuk Menganalisis Kemampuan Berfikir Kritis Siswa dalam pemecahan masalah menyelesaikan soal pada materi KPK dan FPB. Penelitian ini bertempat di SD Swasta Nurul Hasanah Percut Sei Tuan. Penelitian dilakukan pada tanggal 23 Oktober hingga 02 November 2017. Waktu pelaksanakan dilakukan pada saat mata pelajaran Matematika sedang berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan khusus pada kelas VIA SD Swasta Nurul Hasanah 201/2018 dengan jumlah siswa sebanyak 5 siswa. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Instrument adalah alat yang digunakan dalam mengumpulkan data untuk memperoleh data yang diperlukan dalam suatu penelitian. instrument yang digunakan dalam penelitian adalah tes berbentuk pilihan isian sebanyak 3 soal.(Terlampir) Analisis data dilakukan selama dan sesudah pengumpulan data. Bagian kualitatif digunakan untuk menganalisis kesulitan belajar siswa dalam mengerjakan soal materi FPB. Berdasarkan hasil jawaban dan Wawancara dengan siswa kelas VI SD Swasta Nurul Hasanah, dapat disimpulkan bahwa (1). Siswa lupa akan cara mengerjakan soal, karena jarang di ulang oleh siswa. (2). Siswa dari awal memang tidak tahu cara mengerjakan soal tentang FPB.(3). Siswa kesulitan dalam mengerjakan soal FPB karena siswa tidak dapat melakukan operasi perkalian dan pembagian. Kata kunci : Berpikir Kreatif, Pemecahan Masalah, KPK dan FPB PENDAHULUAN Kurikulum 2013 , mengamanatkan pentingnya mengembangkan kreativitas siswa dan kemampuan berpikir kreatif mulai dari pengamatan permasalahan konkret, kemudian ke semi konkret dan akhirnya abstraksi permasalahan. Kemampuan pemecahan masalah matematika sangat penting untuk memecahkan masalah adalah tujuan umum pengajaran matematika bahkan oleh Branca (Sugiman & Kusumah, 2010) [2] menafsirkan pemecahan masalah dalam tiga hal: pemecahan Masalah dilihat sebagai tujuan (yang lalu), sebuah proses, dan keterampilan dasar. Menurut Utari-Sumarno kemampuan pemecahan masalah adalah tujuan pengajaran matematika bahkan sebagai jantungnya matematika(Rajagukguk, 2011: 428). Hasil survei Utari-Sumarno tentang Current Situation OnMathematics And Science Education In Bandung yang disponsori oleh JICA (Rajagukguk, 2011 : 430), menyatakan pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan matematika yang dianggap penting baik oleh guru maupun siswa disemua tingkat dari SD sampai SMU. Namun hal tersebut dianggap bagian paling sulit dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarinya. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Hasratuddin (2015) bahwa: matematika adalah suatu sarana atau cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri untuk melihat dan menggunakan hubungan-hubungan". Meskipun matematika memiliki peranan penting, namun itu tidak sebanding dengan hasil belajar matematika siswa seperti yang diungkapkan Stacey (2014), mengenai peringkat matematika Indonesia dalam hasil penelitian tim Programme of
Article
Full-text available
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan Open Ended terhadap kemampuan berpikir kreatif matematika. Penelitian ini adalah literatur kepustakaan sehingga metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, yaitu melacak sumber tertulis yang berisi berbagai tema dan topik yang dibahas. Jenis penelitian ini berupa data kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan melihat dan menghubungkan ciri khas dan indikator kemampuan berpikir kreatif matematika dengan karakteristik dari pendekatan Open Ended. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan Open Ended terhadap kemampuan berpikir kreatif matematika. Kata kunci: Pendekatan Open Ended dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika. PENDAHULUAN Matematika selalu diidentikkan dengan segala sesuatu yang bersifat abstrak, perhitungan, penalaran, menghafal rumus, keaktifan berfikir dan pemahaman-pemahaman teorema yang digunakan sebagai dasar mata pelajaran eksak lainnya. Matematika merupakan daerah kurikuler penting yang mempengaruhi semua aspek dalam kehidupan individu termasuk pendidikan formal, pekerjaan, kegiatan rekreasi, bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Surya dan Sari (2017) matematika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting. Siswa perlu belajar matematika karena pentingnya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, matematika juga sangat penting bagi siswa untuk belajar dan memahami mata pelajaran lain, namun nyatanya banyak siswa merasa kurang tertarik dengan mata pelajaran matematika. Matematika adalah bahasa dengan ilmu pengetahuan, perdagangan, industri, internet, dan seluruh infrastruktur ekonomi global. Matematika dianggap sebagai pilar hampir semua aliran dalam akademisi diberikan pentingnya dalam pendidikan tinggi dan paling karier. Hal ini tidak hanya bermanfaat tetapi juga penting. Oleh karena itu, matematika tidak hanya bahasa dan subjek dalam dirinya sendiri, tetapi juga penting dalam membina pemikiran logis dan ketat,s erta pengaruhnya sangat besar (Susanto, 2013: 192) Ujian Nasional (UN) pelaksanaannya didasarkan pada peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 45 tahun 2006 tentang Ujian Nasional. UN bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu. UN mata pelajaran matematika merupakan salah satu alat evaluasi untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan pendidikan dalam hal ini kompetensi lulusan secara nasional pada bidang studi matematika yang ditetapkan. Namun kenyataannya banyak penelitian-penelitian yang meneliti mengenai pembelajaran matematika masih menunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika di sekolah dasar misalnya masih belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari hasil ujian akhir sekolah (UN dan UASBN) dimana rata-rata hasil belajar matematika untuk
Article
Full-text available
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematika siswa. Penelitian ini adalah literatur kepustakaan sehingga metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, yaitu melacak sumber tertulis yang berisi berbagai tema dan topik yang dibahas. Jenis penelitian ini berupa data kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan melihat dan menghubungkan ciri khas dan indikator kemampuan berpikir kreatif matematika dengan karakteristik dari model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematika siswa. Kata kunci: Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa. PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru terhadap siswa dalam rangka menuju kepada kedewasaan. Penjelasan ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan ialah daya upaya untuk memberi tuntunan pada segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka menjadi dewasa baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagian hidup lahir dan batin yang setinggi-tingginya (Rosdiana, 2008: 11). Pendapat lain, menurut Gunawan pendidikan ialah interaksi antara guru dan siswa yang dapat membantu pengembangan manusia seutuhnya yang berorientasi pada nilai-nilai dan pelestarian serta pengembangan budaya pendidikan (Sarbini dan Lina, 2011: 20). Di dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan dilaksanakan di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan yang diselenggarakan di sekolah yang paling bertanggungjawab adalah guru. Tanpa adanya guru, kegiatan pembelajaran akan sulit dilakukan apalagi dalam rangka pelaksanaan pendidikan formal. Guru memiliki tugas utama yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi siswa. Selain dari tugas utamanya, guru juga berperan penting di dalam mempersiapkan pembelajaran. Pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan siswa, di mana terjadi komunikasi yang intens dan terarah dalam rangka mencapai tujuan yang akan dicapai. Proses pembelajaran yang baik memerlukan proses interaksi oleh semua komponen yang terlibat dalam pembelajaran baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Ada
Article
Full-text available
This study aims to determine the effect of significant between learning models talking stick method to the magic math mathematics learning outcomes in the classroom digunaakan V. This type of research is quantitative research with experimental methods of classic experimental design types (classical experimental design), which was held in Elementary School 200 211 Padangsidimpuan. The population in this study consisted of all students in fifth grade elementary totaling 82 people, and also the whole population sample. The research instruments used were pretest and posttest. Statistical hypothesis testing formula used t-test, and the results of hypothesis test obtained by the average-average grade control = 67, average-average class experiment = 76, and t test with a value of t = 2.32> t table = 1.990. So we concluded that Ho is rejected and Ha accepted, which means there is significant influence between the learning model talking stick method on learning outcomes magic math mathematics on the subject of cubes and blocks class V SD Negeri 200 211 Padangsidimpuan. Kata Kunci: Talking Stick, Magic Math, Learning Outcomes. A. Pendahuluan Pendidikan adalah suatu hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Perkembangan di bidang pendidikan merupakan sarana dan wadah dalam pembinaan sumber daya manusia, sehingga membutuhkan perhatian secara berkelanjutan demi meningkatkan mutunya. Dan untuk meningkatkan mutu pendidikan dimulai dari pendidikan dasar. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang juga merupakan ratunya ilmu dan pelayan ilmu, tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu, juga untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengem-bangan dan operasionalnya. Matematika sebagai alat bantu dalam pelayanan ilmu baik untuk kepentingan teoritis maupun kepentingan praktis sebagai
Article
The purposes of the research were to determine: (1) the difference of improvement of students’ mathematical creative thingking ability (2) the difference of improvement of students’ self regulated learning, taught by open-ended based brain-gym and expository learning, (3) the interaction between learning method and students’ gender toward mathematics in increasing student’s mathematical creative thingking ability, and (4) the process of students’ answer in each learning. This research was quasi experimental research. The population of the research was all of the students at 7thgrade of Ar-Rahman Junior High School. The sample taken randomly, such as 7th-A (experiment class) and 7th-B (control class). The instruments of research were: (1) mathematical creative thinking ability test, and (2) self regulated learning scale. The result of trials to test mathematical creative thinking test are derived validity row by 0,640; 0,698; 0,709; 0,721; and 0,605 with a reliability test by 0,692. Data analysis was done using ANACOVA and ANAVA two ways formula. The results showed that (1) the improvement of mathematical creative thinking ability and self regulated learning students who received open-ended based brain-gym higher than students who received expository learning. (2) therewas no interaction between learning method and students’ gender toward mathematics in improvement student’s mathematical creative thingking ability, this is shown with significance value of 0.499 was greater than the significance level = 0.05. (3) the process of answers of students who received open-ended learning-based brain-gym better than students who received expository. From this research, the researchers suggest to make good planning, attention to the characteristics of the students, efficient use of time, and for further research to be better explore further the others capabilities.
Analysis Of Critical Thinking Skills Class X SMK Patronage State North Sumatra Province Academic Year
  • H Hasibuan
  • S Surya
Hasibuan, H, S., & Surya, E. (2016). Analysis Of Critical Thinking Skills Class X SMK Patronage State North Sumatra Province Academic Year 2015/2016. Jurnal Saung Guru. Vol. VIII (2) : 175 -179.
Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al Hidayah Medan
  • H Manurung
  • T Surya
Manurung, H, W, T., & Surya, E. (2017) Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al Hidayah Medan, Journal Mathematic Education.